• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Surat Niaga dengan Mengembangkan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Surat Niaga dengan Mengembangkan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

12

Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menulis Surat Niaga dengan

Mengembangkan Modul Korespondensi Berbasis POE

(Predict-Observe-Explain)

Novita Kumalasari Madziatul Churiyah

Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Universitas Negeri Malang Erna Sukmawati

SMKN 1 Malang

E-mail: madziatul.churiyah.fe@um.ac.id

Abstract: The purpose of this study is: generate a module-based POE (Predict-Observe-Explain) correspondence on the subject matter of making procedures commercial letters, know the feasibility of module, and knowing the difference skill writing letters that do not use the modul correspondence with the letter writing skills using a module correspondence. This type of research and development and modul after being validated matter expert, expert modules, and 12 students with result very valid/usable. The skills of letter writing in students with t-test calculations in SPSS, it is known that a significant difference between the average student learning outcomes experimental class and control class.

Keywords: Module, POE, Correspondence, Writing a Letter

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan modul Korespondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain) pada materi pokok prosedur pembuatan surat niaga, mengetahui kelayakan modul yang telah dikembangkan melalui hasil validasi ahli dan siswa sebagai pengguna, dan mengetahui perbedaan keterampilan menulis surat yang tidak menggunakan modul Korespondensi dengan keterampilan menulis surat yang menggunakan modul Korespondensi. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan, dan modul sudah divalidasi ahli materi, ahli modul, dan 12 siswa dengan hasil sangat valid/dapat digunakan. Keterampilan menulis surat berdasarkan perhitungan uji t pada program SPSS, dapat diketahui perbedaan yang signifikan antara rata-rata keterampilan menulis surat siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kata Kunci: Modul POE, Korespondensi, Menulis Surat

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan guna menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang baik, apabila sistem pendidikan di suatu negara dapat dilaksanakan dengan baik, maka akan menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang baik pula. Definisi pendidikan secara khusus telah diatur di dalam UU Nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa, “pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif yang mengarah pada tercapainya pribadi yang dewasa”. Apabila mencermati arah perkembangan pendidikan di era tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi kehidupan dewasa ini, maka nampak bahwa proses pembelajaran di kelas harus mampu mengarah pada upaya membangun iklim belajar yang kompetitif, pembelajaran yang mandiri dan pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk menginternalisasi dan menstrasformasi pengetahuan baru. Pola strategi pembelajaran tersebut oleh para ahli sering disebut dengan pola pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik.

Apabila mencermati arah perkembangan pendidikan di era tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi kehidupan dewasa ini, maka nampak bahwa

(2)

proses pembelajaran di kelas harus mampu mengarah pada upaya membangun iklim belajar yang kompetitif, pembelajaran yang mandiri dan pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik untuk menginternalisasi dan menstrasformasi pengetahuan baru. Pola strategi pembelajaran tersebut oleh para ahli sering disebut dengan pola pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik (Liew & Treagust, 2004; Kibirig et al., 2014; Tlala, 2011; Ayvaci, 2013; White & Gustone (dalam Karamustafaoglu, 2015); Widyaningrum, dkk. 2013; Warsono & Hariyanto, 2016).

Oleh karenanya penggunaan pendekatan kontruktivistik oleh setiap guru dalam proses pembelajaran di kelas adalah suatu keharusan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya. Dalam memenuhi tujuan pembelajaran kontruktivistik, perlu ada perubahan dari pembelajaran yang bersifat teacher centered menjadi pembelajaran yang bersifat student

centered. Pembelajaran yang bersifat student centered adalah pembelajaran yang menuntut

peserta didik untuk menggali, mengolah, dan menemukan pengetahuan mereka sendiri. Peran guru dalam pembelajaran bersifat student centered adalah sebagai fasilitator, yaitu guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar peserta didik dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan. Selain itu, guru hendaknya mampu mengusahakan bahan ajar yang sesuai dan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Perubahan kurikulum dari kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi Kurikulum 2013, mendapat respon yang berbeda-beda dari masyarakat. Pada dasarnya, alasan perubahan kurikulum tersebut adalah salah satu target yang harus diselesaikan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) 2010-2014 di sektor pendidikan. Dalam kurikulum 2013 yang pembelajarannya lebih berpusat pada peserta didik dan menuntut peserta didik untuk menjadi lebih aktif dalam proses belajar mengajar. Perubahan kurikulum juga dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar peserta didik mampu bersaing di masa depan.

Pelaksanaan kurikulum 2013 akan berjalan dengan maksimal, jika didukung oleh sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran agar dapat terpenuhi hasil belajar siswa yang memuaskan. Salah satu sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran siswa yaitu buku pelajaran atau buku paket. Buku pelajaran merupakan buku yang dijadikan pegangan siswa sebagai sumber dan media pembelajaran (instruksional).

Berdasarkan permasalahan diatas, tersedianya bahan ajar dapat dijadikan referensi atau solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pengembangan bahan ajar dapat dilakukan dalam bentuk berbagai macam buku teks dalam Permendikbud No. 2 tahun 2008 tentang Buku, seperti modul, LKS, buku diktat, dan lainnya. Daryanto (2013:9) menyatakan “Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat perangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik”. Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan bahan ajar dalam bentuk modul.

Disamping bahan ajar, metode pembelajaran yang tepat juga diperlukan dalam proses pembelajaran. Metode dan pendekatan baru banyak dikembangkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berorientasi konstruktivistik. Salah satu yang dikembangkan adalah POE (Predict-Observe-Explain). Liew & Treagust (2004) bahwa pembelajaran dengan model POE dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pengertian yang mendalam pada aktivitas desain belajar dan strategi bahwa start belajar berawal dari sudut pandang peserta didik bukan guru atau ahli sains.

Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh teori kontruktivisme (Liew & Treagust, 2004; Kibirige et al., 2014; Tlala, 2011; Ayvaci, 2013; White & Gustone (dalam Karamustafaoglu, 2015); Widyaningrum, dkk. 2013; Warsono & Hariyanto,

(3)

2016). Widyaningrum, dkk (2013) menyatakan bahwa “Model ini merupakan salah satu model berorientasi konstruktivisme yang menekankan pada cara siswa membangun atau menemukan pengetahuan sendiri”. Teori kontruktivistik merupakan teori melalui pendekatan saintifik. Hal ini dikarenakan, pendekatan saintifik memiliki beberapa langkah dalam pembelajaran yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dari diri mereka sendiri. Peran guru adalah sebagai fasilitator (Tlala, 2011).

Liew & Treagust (2004) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model POE dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pengertian yang mendalam pada aktivitas desain belajar dan strategi bahwa start belajar berawal dari sudut pandang siswa bukan guru atau ahli sains. White dan Gunstone (dalam Keeratichamroen, 2007) mengungkapkan bahwa model pembelajaran POE merupakan suatu langkah yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa dalam meramalkan suatu fenomena, melakukan observasi melalui demonstrasi atau eksperimen, dan akhirnya menjelaskan hasil demonstrasi serta ramalan mereka sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti berusaha mengembangkan modul pembelajaran Korespondensi dengan menggunakan model POE (Predict-Observe-Explain). Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) ini merupakan modul yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa dan akan memudahkan siswa untuk belajar secara bertahap. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) menghasilkan modul Korespondensi berbasis POE (Predict, Observe, Explain) pada materi pokok prosedur pembuatan surat niaga untuk meningkatkan keterampilan menulis surat; 2) mengetahui kelayakan modul Korespondensi yang telah dikembangkan melalui hasil validasi ahli dan siswa sebagai pengguna; 3) mengetahui perbedaan keterampilan menulis surat yang tidak menggunakan bahan ajar berupa modul Korespondensi berbasis POE dengan keterampilan menulis surat yang menggunakan bahan ajar berupa modul Korespondensi berbasis POE.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) yang mengacu pada model Borg and Gall (dalam Setyosari 2013). Berdasarkan langkah-langkah research and

development yang dikembangkan oleh Borg and Gall (dalam Setyosari 2013), maka dilakukan

beberapa penyederhanaan menjadi 8 langkah penelitian dan pengembangan sampai langkah uji lapangan. Untuk langkah ke sembilan sampai sepuluh tidak dilakukan karena dengan kedelapan langkah tersebut sudah mampu menunjukkan kriteria kelayakan modul dan mengetahui perbedaan keterampilan menulis surat siswa. Adapun desain penelitian ini adalah

Penelitian dan Pengumpulan Informasi Awal Perencanaan Pengembangan Produk Pengembangan Format Produk Awal

Validasi Ahli Revisi Produk

Uji Coba Lapangan (Skala Kecil)

Revisi Produk Uji Lapangan (Skala Besar) & Produk Akhir

(4)

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Malang kelas X Program Keahlian Administrasi Perkantoran. Subjek uji coba lapangan (skala kecil) sejumlah 12 siswa dan uji lapangan (skala besar) yang terbagi dalam kelas eksperimen sejumlah 36 siswa dan kelas kontrol 36 siswa. Sedangkan validasi produk melibatkan 4 validator yaitu 2 ahli materi berasal dari guru mata pelajaran yang menguasai materi Korespondensi di SMK Negeri 1 Malang, dan 2 ahli modul yang ahli dalam bidang media pembelajaran dengan kualifikasi S2-Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Malang.

Data analisis kebutuhan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data penilaian ahli mengenai pengembangan modul Korespondensi berbasis POE berupa skor diubah menjadi data kualitatif (data interval) dengan skala lima. Data uji coba skala kecil menggunakan teknik analisis deskriptif persentase. Sedangkan untuk menganalisis perbedaan keterampilan menulis surat terhadap siswa yang menggunakan modul berbasis POE dan yang tidak menggunakan modul berbasis POE dilakukan dengan post-test.

HASIL & PEMBAHASAN Hasil

Pengembangan modul yang dilakukan oleh peneliti yaitu menghasilkan produk berupa bahan ajar tercetak, yaitu Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) pada materi pokok prosedur pembuatan surat niaga. Modul yang dikembangkan terdapat 4 kegiatan belajar berdasarkan masing-masing materi pokok, yaitu (1) kegiatan belajar 1 terdiri dari materi pengertian surat, pengertian surat niaga, surat perkenalan; (2) kegiatan belajar 2 terdiri dari materi surat permintaan penawaran dan surat penawaran; (3) kegiatan belajar 3 terdiri dari materi surat pesanan, surat pemberitahuan pengiriman barang, surat pengiriman pembayaran dan surat tagihan; (4) kegiatan belajar 4 terdiri dari materi surat pengaduan dan surat penyelesaian pengaduan.

Modul ini dikembangkan untuk menunjang proses belajar mengajar di kelas dan meningkatkan hasil belajar psikomotor (keterampilan menulis surat) pada peserta didik kelas X Progam Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 1 Malang berdasarkan kurikulum 2013. Pengembangan Modul Korespondensi ini menggunakan model pembelajaran POE

(Predict-Obrserve-Explain). Modul Korepondensi berbasis POE ini merupakan salah satu bahan ajar yang

menerapkan metode pembelajaran sebagai tahapan instruksi kerja berbantuan modul sebagai pegangan siswa. Hasil pengisian angket validasi modul oleh ahli materi dan ahli modul dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini

Tabel 1. Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Materi AHLI MATERI

Validator Variabel ∑x ∑xi % Kriteria

Ahli Materi 1 Ahli Materi 2

Kelayakan isi 167 190 88 Sangat Valid

Kelayakan Penyajian 110 120 92 Sangat Valid

Penilaian Kelayakan Bahasa 25 30 83 Sangat Valid

Rata-Rata 89 Sangat Valid

AHLI MODUL

Validator Variabel ∑x ∑xi % Kriteria

Ahli Modul 1 Ahli Modul 2

Kelayakan Penyajian 57 60 95 Sangat Valid

Kelayakan Bahasa 30 30 100 Sangat Valid

Kelayakan Kegrafikaan 219 240 91 Sangat Valid

Rata-Rata 93 Sangat Valid

Jumlah Presentase Rata-Rata Ahli Materi dan Ahli Modul

(5)

Sumber: Data Kuantitatif Hasil Validasi Ahli Materi dan Ahli Modul, 2017

Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat disimpulkan bahwa modul Korepondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain) yang telah dikembangkan oleh peneliti dinyatakan sangat valid, sehingga layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Keempat validator tersebut memberi respon yang sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata validasi sebesar 91%. Berdasarkan data hasil pengisian angket pada uji coba skala kecil yang dilakukan oleh 12 siswa, diperoleh total persentase validasi sebesar 89%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa modul Korespondensi berbasi POE (Predict-Observe-Explain) memiliki kriteria “Sangat Valid/Dapat Digunakan”.

Analisis data hasil belajar siswa dilakukan dengan membandingkan nilai post-test antara siswa yang menggunakan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) pada kelas eksperimen dengan siswa yang tidak menggunakan modul pada kelas kontrol. Analisis data hasil keterampilan menulis surat siswa yang diperoleh dari post-test. Jika dibuat dengan diagaram, akan nampak seperti berikut ini:

Gambar 2. Hasil Rata-Rata Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontro Berdasarkan data yang disajikan pada gambar 2, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata keterampilan menulis surat pada siswa yang menggunakan Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak menggunakan modul dalam kegiatan pembelajaran. Selisih nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebesar 6, dengan kentutasan kelas sama-sama sebesar 100%. Peningkatan tersebut terjadi karena pada kelas eksperimen, proses pembelajaran didukung oleh adanya modul Korespondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain), sedangankan pada kelas kontrol, tidak diberlakukan modul Korespondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain) hanya di dukung oleh powerpoint dan penjelasan dari guru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan keterampilan menulis surat pada siswa.

80 82 84 86 88 90 92

kelas eksperimen kelas kontrol

KETERAMPILAN MENULIS

SURAT

(6)

Tabel 2. Hasil Perhitungan Perbedaan Nilai Keterampilan Menulis Surat Group Statistics

Kelas

Kontrol N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Kelas Eksperimen E 36 89.92 4.299 .716

K 36 84.31 4.288 .715

Independent Samples Test Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Kelas Eksperimen Equal variances assumed .487 .488 5.545 70 .000 5.611 1.012 3.593 7.629 Equal variances not assumed 5.545 70.000 .000 5.611 1.012 3.593 7.629

Sumber: SPSS 16.0 for Windows

Output yang pertama menunjukkan rata-rata keterampilan menulis surat kelas

eksperimen sebesar 89,92, sedangkan rata-rata keterampilan menulis surat kelas kontrol sebesar 84,31. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan menulis surat peserta didik kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata keterampilan menulis surat peseta didik kelas kontrol.

Output yang kedua menunjukkan hasil independent sample t-test. Dalam menganalisis

hasil output yang kedua ini dilakukan dua kali analisis, yaitu analisis Fhitung untuk uji kesetaraan

varians dan analisis thitung untuk uji perbedaan rata-rata. Analisis Fhitung menunjukkan 0,487

dengan signifikansi sebesar 0,488; karena signifikasi Fhitung >0,05; maka kedua kelas tersebut

homogen (sama), hingga untuk uji t-nya yang digunakan adalah kolom equal variances assumed karena memiliki variasi yang sama. Terlihat bahwa nilai uji thitung 5.545 dengan signifikasi

sebesar 0,000; karena 0,000 <0,05, maka ada perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa keterampilan menulis surat peserta didik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terdapat perbedaan yang signifikan sehingga dapat dinyatakan bahwa modul Korespondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain) yang dikembangkan efektif untuk digunakan dalam proses pembelajaran mata pelajaran Korespondensi.

Pembahasan

Pengembangan modul yang dilakukan oleh peneliti yaitu menghasilkan produk berupa bahan ajar tercetak, yaitu Modul Korespondensi Berbasis POE (Predict-Obrserve-Explain) pada materi pokok prosedur pembuatan surat niaga. Pengembangan Modul Korespondensi ini menggunakan model pembelajaran POE (Predict-Obrserve-Explain). Modul Korepondensi

(7)

berbasis POE ini merupakan salah satu bahan ajar yang menerapkan metode pembelajaran sebagai tahapan instruksi kerja berbantuan modul sebagai pegangan siswa.

Model pembelajaran POE merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh teori kontruktivisme (Liew & Treagust, 2004; Kibirig et al., 2014; Tlala, 2011; Ayvaci, 2013; White & Gustone (dalam Karamustafaoglu, 2015); Widyaningrum, dkk. 2013; Warsono & Hariyanto, 2016).

Strategi POE merupakan pembelajaran yang lebih bermakna daripada hafalan (Tlala, 2011; Karamustafaoglu, 2015; Kearney, 2004). Strategi POE ini memungkinkan peserta didik untuk berhipotesis, menguji hipotesis mereka dan menjelaskan pengamatan (Kibirige et al., 2014). Model POE ini dapat melatih siswa untuk memecahkan permasalahan (Nana, dkk. 2014; Rifzal, dkk. 2015; Widyaningrum, dkk. 2013). Selain itu, juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis (Hilario, 2015; Tlala, 2011). Strategi POE menyajikan strategi mengajar yang lebih efektif (Ozdemir et al., 2011; Liew & Treagust, 2004; Kala, 2013 ).

Model POE juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa atau dapat mengurangi kesalahapahaman siswa (Ayvaci, 2013; Ozdemir et al, 2011; Kibirige, dkk. 2014; Tlala, 2011; Nana, dkk. 2014). Hal ini dikarenakan, metode POE memiliki tiga langkah pembelajaran yaitu memprediksi, mengamati, dan menjelaskan. Seperti yang telah dikemukakan oleh Hilario (2015) yang menyatatakan bahwa “POE adalah strategi mengajar yang menuntut siswa melaksanakan tiga tugas. Pertama, siswa harus memprediksi beberapa peristiwa dan harus membenarkan prediksi mereka. Kemudian mereka melakukan observasi terhadap apa yang mereka lihat, dan akhirnya menyelaraskan hasil prediksi dan observasi mereka”. Partisipasi peserta didik ditandai dengan memprediksi, mengamati dan menjelaskan selama proses pembelajaran (Kala et al., 2013; Tlala, 2011; Karamustafaoglu, 2015; Ayvaci, 2013).

Tahap pertama yaitu predict (memprediksi), siswa harus memprediksi apa yang akan terjadi sebelum mereka mengamati (Assessment Resource Banks, 2007). Guru mengajukan pertanyaan untuk menarik perhatian siswa (Ayvaci, 2013). Kemudian, seorang siswa diminta untuk memprediksi terhadap peristiwa yang akan terjadi. Tahap prediksi memiliki dua bagian. Pertama, siswa memilih sebuah prediksi, dan kedua, memilih alasan dalam melakukan prediksi Hilario, 2015; Tlala, 2011; Karamustafaoglu, 2015). Dengan prediksi, akan memotivasi siswa untuk mencari tahu tentang jawaban yang benar (Tlala, 2011).

Tahap kedua yaitu observe (mengamati), siswa mencatat pengamatan dan melakukan demonstrasi. Tahap demonstrasi merupakan komponen penting dalam pada tahap ini, karena dalam tahap ini, siswa dapat melihat apakah salah satu prediksi mereka benar atau salah (Hilario, 2015; Tlala, 2011). Metode POE memungkinkan untuk membuat hubungan antara percobaan dan hipotesis (Ayvaci, 2013). Pada tahap observe ini, guru harus mampu membantu siswa mendamaikan ketidakkonsistenan antara prediksi dan pengamatan siswa (Hilario, 2015) dikarenakan setiap siswa memiliki pandangan dan jawaban sendiri-sendiri.

Tahap ketiga yaitu explain (menjelaskan), siswa memberikan penjelasan tentang kesesuaian antara dugaan dan yang sungguh terjadi (Suparno, 2007). Siswa membuat sebuah kesimpulan yang akan membantu siswa dalam menjelaskan ketidaksesuaian apa yang diramalkan dan apa yang terjadi (Hilario, 2015; Ayvaci, 2013). Dalam tahap ini, siswa diberikan waktu untuk memberikan penjelasan (Tlala, 2011).

Penerapan strategi ini merupakan alat penting dalam pembelajaran karena memberikan rasa kebebasan antara siswa (Hilario, 2015). Hal ini dikarenakan strategi ini melibatkan siswa dalam menuliskan prediksi mereka sebelum melakukan aktivitas (Tlala, 2011). Metode POE menyediakan pengetahuan bagi siswa untuk mendukung prediksi melalui pengetahuan yang ada dan pengalaman dari peristiwa serupa yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari (Ayvaci, 2013). Pembelajaran dengan model POE menuntut siswa untuk

(8)

belajar secara aktif (student centered) dan guru sebagai fasilitator untuk menunjang proses pembelajaran (Tlala, 2011 ; Nana, dkk. 2014). Hilario, 2015 mengungkapkan bahwa “Bagian pentingnya yaitu menjelaskan perbedaan antara prediksi dan observasi. Dan juga, bagaimana siswa dapat menerapkan konsep di kehidupan sehari-hari”.

Model POE banyak dikembangkan dalam pembelajaran karena mampu mengajak peserta didik untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman peserta didik (Rahayu, dkk. 2013). Kegiatan pendekatan saintifik pada modul pengembangan ini dapat dibuktikan pada tahap observe, dimana siswa melakukan observasi dan demonstrasi sebagai pengujian terhadap permasalahan yang diberikan. Dalam kegiatan itulah siswa memecahkan masalah dan mampu membuat sesuatu yang diperintahkan oleh guru. Kemudian menyajikan hasil pekerjaan mereka sebagai bukti hasil kerja siswa yang selanjutnya akan dikomunikasikan pada tahap

explain. Rifzal, dkk. (2015:35) menyatakan bahwa “Model POE ini dapat digunakan oleh guru

sebagai cara untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dan melatih keterampilan. Selain itu, model POE juga dapat meningkatkan komunikasi siswa dalam memberikan penjelasan terkait hubungan suatu kejadian yang diamati dengan teori”. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa POE adalah metode yang efektif dan metode bermakna yang dapat mengaktifkan kegiatan pembelajaran melalui performing dan

experiencing (Liew & Treagust, 2004; Palmer, 1995; Ozdemir et al., 2011; Costu, 2008; Kearney,

2004).

Sehingga dapat disimpulakan bahwa POE adalah metode yang efektif dan metode bermakna yang dapat mengaktifkan kegiatan pembelajaran melalui performing dan

experiencing (Liew & Treagust, 2004; Palmer, 1995; Ozdemir et al., 2011; Costu, 2008; Kearney,

2004).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Astawan, dkk (2013) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan modul pembelajaran. Hasil belajar yakni aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Penelitian oleh Karangmustafaoglu (2015) menyatakan bahwa kelas eksperimen lebih berhasil daripada kelas kontrol. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati, dkk (2013) juga menunjukkan adanya peningkatakn ketuntasan klasikal kelas setelah menggunakan modul. Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh penelitian oleh Rahayu, dkk. (2013:130) yang mengungkapkan bahwa model POE dapat meningkatkan hasil belajar karena peserta didik dapat menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menjelaskan suatu konsep. Pengalaman siswa didapatkan setelah melakukan tahapan observe. Tahapan tersebut menuntut untuk mengujikan terhadap hasil prediksi yang didapatkan. Rahayu, dkk. (2013:131) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar psikomotorik peserta didik terjadi karena peserta didik menjadi lebih terampil dan terlihat senang dalam membuktikan suatu teori. Peserta didik lebih tertantang untuk melaksanakan praktikum karena mereka harus membuat prediksi awal terlebih dahulu.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan penelitian lain adalah, model pembelajaran POE sering dipakai untuk penelitian dalam bidang ilmu sains (Warsono & Hariyanto, 2016), seperti penelitian yang dilakukan oleh Liew & Treagust, 1998; Widyaningrum, dkk. 2013; Puriyandari, dkk. 2014; Sari, 2016; Rifzal, dkk. 2015). Pembuktian penelitian kali ini, bahwa model pembelajaran POE tidak hanya digunakan dalam ilmu sains, tetapi juga dapat digunakan dalam bidang ilmu sosial seperti Ilmu Administrasi. Penelitian dalam ilmu sosial seperti penelitian oleh Tohiriyaningsih, dkk. 2016 dengan judul “Developing Module of Merchandise Display Based on Predict Observe Explain (POE) in Echancing Students’ Achievement”. Model pembelajaran POE dapat digunakan di bidang ilmu sosial dan dapat meningkatkan keterampilan menulis surat karena, siswa belajar bertahap mulai dengan memprediksi terlebih dahulu, hingga pada akhirnya siswa mempunyai keterampilan dalam

(9)

menulis surat niaga yang benar. Terlebih lagi pada tahap observe, siswa dilatih untuk membuat kalimat-kalimat dalam surat niaga sampai membuat konsep surat niaga. Jadi, dengan menggunakan model pembelajaran POE, siswa tidak serta merta langsung diberikan materi, tetapi siswa diberikan kebebasan untuk mengajukan hipotesis, dan pada akhirnya siswa memiliki keterampilan dalam menulis surat niaga.

Modul Korespondensi berbasis POE (Predict-Observe-Explain) dapat meningkatkan keterampilan menulis surat karena: (1) Model POE ini dapat digunakan oleh guru sebagai cara untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu konsep dan melatih keterampilan (Rifzal, dkk. 2015) ; (2) Costu, 2008 menyatakan bahwa “Langkah pertama dalam model POE ini adalah membuat prediksi atau dugaan. Pada tahap prediksi, guru memberikan fenomena kepada siswa, kemudian siswa memberikan prediksi apa yang terjadi”. Guru meminta siswa untuk memprediksi kejadian yang akan terjadi atau jawaban dari permasalahan yang disajikan. Prediksi siswa harus berdasarkan teori dan alasan. Siswa memberikan penjelasan menyakinkan bahwa hasil prediksi mereka benar. Penerapan dalam Modul Korespondensi berbasis POE adalah siswa diberikan sebuah pertanyaan pemancing tentang materi yang akan dibahas, kemudian siswa memberikan hipotesis berdasarkan pertanyaan tersebut; (3) Costu, 2008 menyatakan bahwa “Langkah kedua yaitu melakukan observasi atau pengamatan. Pada tahap observasi, siswa mengamati fenomena dan guru membimbing siswa melakukan pengamatan agar sesuai dengan konsep”. Pada tahap ini, siswa tidak hanya mengamati, tetapi siswa juga melakukan sesuatu sesuai dengan perintah guru. Implementasi dalam modul Korespondensi berbasis POE adalah siswa diberikan soal studi kasus seperti membuat konsep surat niaga, membuat kalimat dalam surat niaga, sehingga pada tahap ini siswa dapat berlatih dalam menulis surat niaga yang benar; (4) Suparno, 2007 menyatakan “Langkah ketiga yaitu membuat penjelasan Eksplanasi adalah memberikan penjelasan tentang kesesuaian antara dugaan dan yang sungguh terjadi”. Implementasi dalam modul Korespondensi berbasis POE adalah siswa diminta menjelaskan hasil kerja mereka dari tahap predict dan observe.

SIMPULAN & SARAN Simpulan

Berdasarkan kajian produk yang dikembangkan oleh peneliti, terdapat beberapa kesimpulan yang diuraikan sebagai berikut: 1) Hasil pengembangan dalam penelitian ini berupa Modul Korepondensi Berbasis POE (Predict-Observe-Explain) untuk siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelas X Administrasi Perkantoran, yang terdiri dari modul siswa dan modul guru; 2) Hasil validasi modul oleh ahli materi dan ahli modul diperoleh presentase rata-rata sebesar 91% dan termasuk dalam kategori sangat valid, sehingga modul yang dikembangkan oleh peneliti layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Hasil validasi oleh siswa sebesar 89% dengan kategori sangat valid/dapat digunakan; 3) Modul yang dikembangkan oleh peneliti efektif digunakan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, hal ini terlihat dari rata-rata keterampilan menulis surat pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata-rata-rata kelas eksperimen sebesar 90 dan kelas kontrol sebesar 84 dengan selisih 6. Sedangkan presentase ketuntasan kelas eksperimen dan kontrol sebesar 100%.

Saran

Saran pemanfaatan bagi guru, agar menggunakan Modul Korespondensi Berbasis POE dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan saran pemanfaatan bagi siswa, agar menggunakan Modul Korespondensi Berbasis POE sebagai salah satu sumber belajar.

(10)

DAFTAR RUJUKAN

Assessment Resource Banks. 2007. Predict, Observe, Explain (POE).

Astawan, K. W., Santyasa, I. W., & Tegeh, I. M. (2013). Pengembangan Modul Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Invertigation pada Mata Pelajaran Server Jaringan di SMK TI Bali Global Singaraja. E-Journal Program Pascasajana Universitas Pendidikan

Ganesha, Vol. 3.

Ayvaci, H. S. 2013. Investigating The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Strategy on Teaching Photo Electricity Topic. Journal Of Baltic Science Education, 12 (5): 548:564. Costu, B. 2008. Learning Science through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Students

Make Sense of Everyday Situasions. Eurasian Journal of Mathematics, Science &

Technology Education, 4(1) 3-9.

Daryanto. 2013. Strategi dan Tahapan Mengajar. Bandung : PT. Refika Aditama.

Hilario, J., S. 2015. The Use of Predict-Observe-Explain-Explore (POEE) as a New Teaching Strategy in General Chemistry-Laboratory. International Journal of Education and

Research, 3 (2): 37-48.

Kala, N., Yaman, F. & Ayas, A. 2013. The Effectiveness of Predict-Observe-Explain Technique in Probing Student’s Understanding About Acid-Base Chemistry: A Case For The Concepts Of Ph, Poh, And Strength. International Journal of Science and Mathematics Education, 11: 555-574.

Karamustafaoglu, S. 2015. Understanding Electrochemistry Concepts using the Predict-Observe-Explain Strategy. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology

Education, 11(5): 923-936.

Kearney, M. 2004). Classroom use of multimedia supported predict-observe-explain tasks in a social constructivist learning environment. Research in Science Education, 34 (4): 427-453.

Keeratichamroen, W. (2007). Using the Predict-Observe-Explain (POE) to Promote student's learning of tapioca bomb and chemical reactions.

Kibirige, I., Osodo, J. & Tlala, K. M. (2014). The Effect of Predict-Observe-Explain Strategy on Learner’s Misconceptions about Dissolved Salts. Mediterranean Journal of Social

Sciences, 5(4): 300-310.

Liew, C.W & Treagust, D. F. (2004). The Effectiveness Predict-Observed-Explain (POE) Technique in Diagnosis Student's Understanding of Science and Identifying Their Level of Achievement. Educational Resources Information Center (ERIC), TM 028 437:1-21. Nana., Sajidan., Akhyar, M. & Rochsantiningsih, D. (2014). The development of Predict, Observe,

Explain, Elaborate, Write, and Evaluate (Poe2We) Learning Model in Physic Learning at Senior Secondary School. Journal of Education and Practice, 19 (1): 56:65.

(11)

Nurhayati, S., Parmin, & Rizqi, A. M. (2013). Pengembangan Modul IPA Terpadu Berkarakter Tema Pemanasan Global untuk Siswa SMP/MTs. E-Jal Universitas Negeri Semarang.

Unnes Science Education Journal, 2(1): 203:208.

Ozdemir, H., Bag, H. & Bilen, K. (2011). Effect of Laboratory Activities Designed Based on Prediction, Observation, Explanation (Poe) Strategy on Pre Service Science Teacher's Understanding of Acid Base Subject. Western Anatolia Journal of Educational Science, 169-174.

Palmer, D. H. (1995). The “POE” in the primary school: An evaluation. Research in Science

Education, 25(3) 323:332.

Puriyandari, D., Saputro, A. N. C. & Masykuri, M. (2014). Penerapan Model Pembelajaran

Prediction, Observation And Explanation (POE) Dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKS)

Untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia, 3 (1).

Rahayu, S., Widodo, A.T. & Sudarmin. (2013). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model POE Berbantuan Media “I am a Scientist”. Innovite Journal of Curriculum and Educational

Tecnology, 2 (1): 128-133.

Rifzal, I. L., Akmam, & Hurhayati. (2015) Pengaruh Penggunaan LKS Berbasis POE Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Kompetensi Siswa Kelas VII SMPN 5 Padang. Pillar Of Physic

Education, 6:33-40.

Sari, A. T. W. & Alarifin, D. H. (2016). Pengembangan Modul Berbasis POE (Predict, Observe,

Explain) Materi Usaha Dan Energi Ditinjau Dari Kemampuan Kognitif. Jurnal Pendidikan Fisika, 4 (2): 123-136.

Setyosari, P. (2013). Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Kencana.

Suparno, P. (2007). Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Tlala, K. M. (2011). The Effect Of Predict-Observe-Explain Strategy On Learner’s Misconceptions

About Dissolved Salts. Disertasi dipublikasikan. Australia: University of Limpopo.

Tohiriyaningsih, E. Y., Pratikto, H. & Chuyirah, M. (2016). Developing Module of Merchandise Display Based on Predict Observe Explain (POE) in Enhancing Students’ Achievement.

IOSR Journal of Research and Method in Education (IOSR-JRME), 10 (10): 1-9.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU Nomer 20

Tahun 2003-Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti.

(12)

Widyaningrum, R., Sarwanto. & Karyanto, P. (2013). Pengembangan Modul Berorientasi POE (Predict, Observe, Explain) Berwawasan Lingkungan Pada Materi Pencemaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Bioedukasi, 6 (1): 100-117.

Gambar

Gambar 1. Prosedur Pengembangan Modul (Hasil Modifikasi Model
Tabel 1. Data Hasil Validasi Modul oleh Ahli Materi
Gambar 2. Hasil Rata-Rata Nilai Post-Test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontro Berdasarkan data yang disajikan pada gambar 2, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata  keterampilan  menulis  surat  pada  siswa  yang  menggunakan  Modul  Korespondensi  Berbasis
Tabel 2.  Hasil Perhitungan Perbedaan Nilai Keterampilan Menulis Surat

Referensi

Dokumen terkait

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

Mengetahui nilai kekerasan dengan menggunakan variasi komposisi dari serat sabut kelapa, fiber glass, dan serbuk tembaga, matriks polimer jenis phenolic, dibandingkan dengan

Orang tua tidak diperkenankan mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung (berhubungan langsung dengan anak/guru ) kecuali dengan izin Kepala Sekolah.. Setiap hari orang

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan bahwa metode penerapan strategi pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan media permainan monopoli efektif

Penelitian ini mengkaji kekerasan struktural oleh pemerintah terhadap kaum urban miskin di Jakarta dalam drama trilogi Opera Kecoa dengan pendekatan sosiologi sastra..

In conclusion, from the analysis of logical fallacies in the Argumentative Writing Made by the Sixth - Semester Students of the English Department of Widya Mandala

Kisaran Penentuan Nilai Diketahui Oleh..

Adapun teknik yang paling sedikit digunakan adalah teknik partikularisasi dengan jumlah data 1 (satu), kemudian teknik pengurangan dan adaptasi berjumlah 2 (dua)