• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Acuan Kerja Studi Breakwater

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kerangka Acuan Kerja Studi Breakwater"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

KERANGKA ACUAN KERJA

(TERM OF REFERENCE)

STUDI PEDOMAN PERENCANAAN BREAKWATER

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT

TAHUN 2016

(2)

LAPORAN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN STUDI PERAWATAN FASILITAS PELABUHAN Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Perhubungan

Unit Organisasi : Direktorat Jenderal Perhubungan Laut

Provinsi : DKI Jakarta

Kode/Nama Satker : Peningkatan Fungsi Pelabuhan dan Pengerukan Pusat Program : Program Pembangunan Transportasi Laut

Sasaran Program : Meningkatkannya Keandalan Prasaran dan Sarana Transportasi Laut

Kegiatan : Studi/Kajian/Survey/Master Plan Sub Kegiatan : Studi/Kajian/Survey/Master Plan

MAK : Belanja Modal Lainnya

1. LATAR BELAKANG

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan/ atau moda transportasi. Suatu pelabuhan harus terlindung dari pengaruh gelombang di lautan agar operasional pelabuhan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Jika lokasi pelabuhan tidak terlindung secara alami, perlu direncanakan pelindung agar pelabuhan terlindung dari gelombang sehingga keselamatan pelayaran dapat dipertahankan

Pemecah gelombang adalah suatu struktur yang dibangun guna melindungi pelabuhan dari pengaruh gelombang laut agar dapat memberikan akomodasi yang aman bagi kapal. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut terbuka sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang/ naik turun penumpang dengan mudah.

Pada prinsipnya, pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga mulut pelabuhan tidak mengahadap ke arah gelombang dan arus dominan yang terjadi di lokasi pelabuhan. Gelombang yang datang dengan menbentuk sudut terhadap garis pantai dapat menimbulkan arus sepanjang pantai. Kecepatan arus yang besar ini dapat mengangkut sedimen dasar dan membawanya searah dengan arus tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan. Pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi pemecah gelombang sisi miring, sisi tegak, dan campuran. Pemecah gelombang dapat dibuat dari tumpukan batu, blok beton, beton massa, turap, dan sebagainya.

Hal-hal yang perlu diketahui dalam perencanaan pemecah gelombang antara lain tata letak, penentuan kondisi perencanaan, dan seleksi tipe struktur yang akan digunakan. Dalam penentuan tata letak (lay out) breakwater adalah kondisi lingkungan, ketenangan perairan, kemudahan manuver kapal, efek lingkungan, dan rencana pengembangan. Kondisi-kondisi perencanaan yang dipertimbangkan yakni angin, ketinggian pasang surut, gelombang, kedalaman perairan dan kondisi tanah. Sedangkan dalam penentuan tipe struktur breakwater, hal yang diperhitungkan adalah tata letaknya, kondisi lingkungan, kondisi penggunaan, kondisi konstruksi, ketersediaan material, dan perawatan

(3)

Perlu disusun suatu pedoman dalam perencanaan breakwater untuk menjamin kehandalan dari struktur breakwater tersebut untuk melindungi kolam pelabuhan. Pedoman Perencanaan Breakwater berisikan tata cara perencanaan layout breakwater, perencanaan gelombang rencana, perencanaan penentuan tipe struktur dan desain breakwater, perencanaan efek lingkungan serta ketersediaan material dan perencanaan monitoring dan pemeliharaan breakwater

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 60 Tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, bahwa tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Perhubungan Laut adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang perhubungan laut yang salah satunya adalah penyusunan standar dan pedoman dalam bidang pelabuhan

Sedangkan Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kebijakan, standar dan pedomana di bidang pengembangan pelabuhan dan perancangan fasilitas pelabuhan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan dan penundaan kapak, bimbingan pelayanan jasa dan opersional pelabuhan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan menyelenggarakan fungsi yang salah satunya yaitu penyusunan standar dan pedoman dalam bidang perancangan fasilitas pelabuhan.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dalam rangka perencanaan breawater yang baik dan memenuhi syarat untuk kelancaran operasional dan keselamatan pelayaran, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan perlu mengadakan Studi Pedoman Perencanaan Breawater

2. MAKSUD DAN TUJUAN

Pekerjaan Studi Pedoman Perencanaan Breawater ini mempunyai maksud untuk acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan pekerjaan perencanaan breawater. Studi ini juga dimaksud sebagai pedoman/ acuan dan bahan pelengkap dalam persyaratan teknis untuk pekerjaan pembangunan breawater.

3. SASARAN

Hasil dari kegiatan ini pada prinsipnya untuk dijadikan acuan bagi para perencana dan pelaksana dalam melakukan perencanaan breakwater. Secara substansial, penyusunan dokumen studi ini diperlukan dalam menjamin kepastian dan pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang terencana, terpadu, tepat sasaran, efisien dan berkesinambungan.

4. RUANG LINGKUP STUDI

Studi ini berisikan tata cara perencanaan layout breakwater, perencanaan tinggi gelombang rencana, perencanaan penentuan tipe dan desain struktur breakwater, perencanaan kondisi lingkungan serta material dan perencanaan monitoring dan pemeliharaan breakwater

Perencanaan Breakwater dalam studi ini tidak mencakup floating breakwater.

5. KELUARAN

(4)

a. Kajian terhadap perencanaan breakwater (antara lain penentuan tata cara perencanaan layout breakwater, perencanaan tinggi gelombang rencana, perencanaan penentuan tipe struktur breakwater beserta perhitungan sturkturnya, perencanaan kondisi lingkungan serta material), metode pelaksanaan pembangunan breakwater dan perencanaan monitoring serta pemeliharaan breakwater;

b. Evaluasi terhadap studi kasus breakwater yang dianalisa dengan berbagai acuan standar yang ada;

c. Pedoman perencanaan breakwater yang aplikatif di Indonesia : perhitungan perencanaan, risk analysis, metode pelaksanaan pekerjaan dan metode perbaikan/monitoring/perawatan. 6. LANDASAN HUKUM

Landasan hukum pelaksanaan kegiatan penyusunan studi kelayakan dalam rangka pembangunan pelabuhan laut ini adalah sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;

b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; c. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan dengan

perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2011;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; e. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian;

f. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut;

g. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013;

h. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2011;

i. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP.414 tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional;

j. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor PP 72/2/28-99 Tahun 1999 Tentang Standar Kinerja Pelayanan Operasional Pelabuhan Laut;

7. LOKASI STUDI

Studi Pedoman Perencanaan Breakwater akan dilaksanakan di Jakarta, studio penyedia jasa konsultansi dan dilakukan kunjungan ke lapangan untuk mendapatkan data, informasi dan masukan dari stakeholder terkait.

Survei primer di lapangan untuk studi kasus breakwater dilaksanakan pada lokasi sebagai berikut :

a. Pelabuhan laut Pulau Baai, Bengkulu; (asesment awal) b. Pelabuhan laut Tanjung Priok, Jakarta;(primer)

c. Pelabuhan laut Batang, Jawa Tengah; (asesment awal) d. Pelabuhan laut Manado, Sulawesi Utara; (ases, hidro,tanah) e. Pelabuhan laut Makassar, Sulawesi Selatan; (asesment awal) f. Pelabuhan perikanan ikan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat; g. TPPI, Gresik, Jawa Timur

(5)

8. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Lingkup pekerjaan dalam penyusunan studi Pedoman Perencanaan Breakwater yang dipersyaratkan adalah sebagai berikut:

8.1 Kajian Pustaka

1. Mengkaji pedoman dan standar perencanaan breakwater yang digunakan secara nasional maupun internasional antara lain BS 6349-7-1991 “Guide to the Design and Construction of Breakwater dan US Army Corps of Engineers EM. 1110-2-1641 “Design of Coastal Revetment, Seawall and Bulkheads”

2. Mengkaji jenis dan tipe breakwater;

3. Mengkaji pedoman dan standar perawatan breakwater;

4. Menginventarisasi dan menelaah peraturan yang berlaku terkait dengan perancangan, perawatan dan rehabilitasi breakwater, serta referensi studi sejenis yang telah ada; 5. Mengkaji mode kegagalan breakwater;

8.2 Koordinasi dan pengumpulan data sekunder

1. koordinasi dengan nara sumber ahli perencanaan bangunan pantai (institusi pendidikan dosen ahli teknik pantai)

2. koordinasi dengan Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan pengumpulan data gelombang di perairan indonesia

8.3 Melakukan analisa desain dan pelaksanaan pembangunan Breakwater berdasarkan hasil studi literatur dan data yang telah dikumpulkan;

8.4 Melakukan analisa mode kegagalan Breakwater berdasarkan hasil studi literatur dan data yang telah dikumpulkan;

8.5 Melakukan analisa perbaikan, monitoring dan perawatan pada struktur Breakwater berdasarkan hasil studi literatur dan data yang telah dikumpulkan;

Analisa Perbaikan Monitoring dan

(6)

investigasi assesment awal terhadap struktur breakwater Data Hidrooceanograf bathymetri arus sedimen dasar dan layang pasang surut sample air penyelidikan tanah shallow boring laboratorium quary evaluasi permodelan gelombang, arus dan sedimentasi layout breakwater jenis dan tipe

konstruksi kriteria desain perencanaan desain struktur identifkasi kegagalan struktur material rekomendasi perbaikan, monitoring dan pemeliharaan

8.6 Membuat konsep awal metodologi perencanaan breakwater berdasarkan hasil pelaksanaan poin 8.1 hingga 8.5 tersebut di atas;

8.7 Melakukan Investigasi Breakwater di beberapa lokasi pelabuhan Investigasi yang dilakukan untuk studi adalah sebagai berikut :

No Lokasi Pelabuhan Assesment Awal Data

Hidrooceanografi Data Tanah

1 Pelabuhan laut Pulau Baai, Bengkulu

dilaksanakan Data sekunder Data sekunder 2 Pelabuhan laut

Tanjung Priok, DKI Jakarta

dilaksanakan Data Primer Data Primer

3 Pelabuhan laut Batang, Jawa Tengah

dilaksanakan Data sekunder Data sekunder 4 Pelabuhan laut

Manado

dilaksanakan Data Primer Data Primer 5 Pelabuhan laut

Makassar, Sulawesi Selatan

dilaksanakan Data sekunder Data sekunder

6 Pelabuhan perikanan ikan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat

(7)

7 TPPI, Gresik, Jawa Timur

8.7.1 Assesment awal

Assesment awal merupakan pengamatan breakwater yang dilaksanakan untuk di lokasi pelabuhan yang telah ditentukan

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan yakni pengamatan lokasi.

- review dan/atau ulasan terhadap studi-studi terdahulu yang berhubungan dengan kondisi eksisting.

- Mengamati breakwater eksisting (melakukan pengukuran, membandingkan dengan perencanaan)

- Menginventarisir kerusakan-kerusakan yang terjadi. Kesimpulan assesment :

- Hasil ulasan studi terdahulu serta perbandingannya dengan kondisi eksisting dilengkapi dengan rekomendasi;

- Hasil pemangamatan visual terhadap struktur eksistng dilengkapi dengan rekomendasi;

- Data kapal terbesar di lokasi pelabuhan; - Jenis

- Hasil identifikasi kehandalan/kekuatan;

- Usulan luas area untuk survey bathymetri dan survey topografi untuk pengambilan data primer hidrooceanografi.

- Identifikasi permasalahan awal.

- Penentuan titik dan jumlah Palem pasut, Pengambilan data arus dan Pengambilan sampel sedimen dan air untuk pengambilan data primer hidrooceanografi

8.7.2 Data Hidrooceanografi

Data hidrooceanografi dapat diambil melalui data sekunder pada studi perencanaan terdahulu, data tersebut antara lain :

- mendapatkan gambaran tentang konfigurasi dasar laut/sungai disekitar pelabuhan rencana,

- profil/potongan melintang pantai, laut/sungai dan areal darat - kedudukan pasang surut

- kedudukan dan arah arus

- arah gelombang dominan, tinggi gelombang dan periode gelombang - sampel sedimen dasar dan layang

Namun untuk beberapa lokasi yang diperlukan adanya pengambilan data primer maka dilakukan survey sebagai berikut :

8.7.2.1 Survey bathymetri

Wilayah luasan survey bathymetri yang diperlukan adalah sebagai berikut, namun hal tersebut dapat berubah sesuai dengan hasil assesment awal yang dilakukan.

No Lokasi Pelabuhan Luas wilayah bathymetri

1 Pelabuhan laut Tanjung Priok, DKI Jakarta 2 Pelabuhan laut Manado

3 Pelabuhan perikanan ikan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat

4 TPPI, Gresik, Jawa Timur

(8)

Untuk pekerjaan Hydrografi harus rnempergunakan peralatan minimum : - Alat perum gema dengan pembaca analog dan/atau digital.

- Mempunyai frekuensi operasi untuk dual/single frekuensi, yaitu 30-33 Hz dan 200-300 kHz

- Rentang gema 30-33 Hz <5o, 200-300 kHz <3.5o

- Pengaturan kecepatan gema dapat disesuaikan untuk 1400 – 1600 m/s, rentang 1 m/s

- Akurasi kedalaman 1% (satu perseratus)

Peralatan Bantu

Kapal survey yang digunakan dalam kegiatan survey ini, mempunyai beberapa ketentuan :

- Kapal yang akan melakukan pekerjaan survei harus sesuai dengan semua peraturan yang relevan, izin, lengkap dan mampu beroperasi dengan aman dan melakukan pekerjaan survei pada dua puluh empat jam sehari.

- Kapal yang digunakan mempunyai system pasokan listrik yang mampu memasok semua instrumen survei dan sistem komputer secara berkelanjutan dan stabil. - Kapal memiliki peralatan keselamatan standard.

- Peralatan didalam kapal, mampu untuk menunjang kegiatan survey, seperti: 1. Kegiatan perekaman dan akuisisi data lapangan yang tersambung dan

terintegrasi pada peralatan survey. Dengan tidak melupakan kegiatan keamanan dan keselamatan navigasi kapal.

2. Mampu menarik peralatan survey pada tingkat kestabilan tertentu yang dibutuhkan untuk pengambilang data lapangan.

Acuan / Referensi

Sebagai acuan kedalaman maupun ketinggian dipergunakan ± 0,00 LWS, pekerjaan selanjutnya referensi ini harus dipindahkan kepada Bench Mark (BM) yang telah ada di lokasi pelabuhan.

- Koordinat-koordinat titik-titik dalam peta hydrografi harus menggunakan koordinat geografis (dapat dengan DGPS), atau dapat menggunakan koordinat lokal (x,y) atau UTM (dengan persetujuan Pengguna Jasa).

- Pengukuran-pengukuran sudut dalam penentuan titik referensi dan beacon maupun azimuth digunakan theodolit Wild T2.

- Pengukuran jarak basis lebih dari 200 m diukur dengan alat ukur optis (theodolit Wild T2), untuk jarak basis kurang dari 200 m boleh memakai alat pengukur panjang pita baja (meetband).

- Kedalaman diukur dengan alat perum gema (Echosounder) dengan ketelitian yang tinggi dan telah mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas. Alat.perum gema yang dimaksud adalah alat gema yang menggunakan kertas pencatat kedalaman dan bukan sinar.

- Posisi pemeruman (sounding)

Posisi sounding ditentukan dengan salah satu dari cara-carasebagai berikut: 1. Cara Snellius dengan mengunakan 2 buah sextant

Dalam Laporan harus dilampirkan data-data lapangan dengan urutan sebagai berikut:

a. Titik-titik yang dipakai dan rencana lembar-lembar busur (arch-sheet). b. Perhitungan lembar-lembar busur yang sudah dicek.

c. Daftar seluruh pasangan sudut dari tiap posisi fixed sounding (dalam daftar rapih).

(9)

2. Bila terdapat areal di dekat garis pantai yang tidak dapat di-sounding, maka kedalamannya harus diukur dengan bandul pengukur hand-load atau disipat datar (levelling) dari darat.

3. Selama pekerjaan sounding, kecepatan kapal harus tetap dipertahankan konstan (maksimum 4 knot) dan berada dalam satu jalur, dengan posisi echosounder tetap diaktifkan.

4. Haluan perum diusahakan tegak lurus pantai atau dermaga, sedangkan untuk pengontrolan kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang minimal 3 jalur.

5. Jarak antar raai pada area rencana Haluan perum / sounding.

Haluan sounding diusahakan tegak lurus pantai / dermaga. Untuk kontrol kedalaman pada jalur sounding dilakukan dengan cara sounding silang minimal 3 jalur. Dan dilakukan dengan jarak antar lintasan 10 hingga 100 m, tergantung proporsi desain. Untuk sounding di daerah, breakwater, areal reklamasi dan kolam pelabuhan jarak antar lintasan adalah 10 m, sedangkan untuk daerah alur, jarak antar lintasan dapat lebih besar dari 10 m;

Peta dasar laut yang dihasilkan dari kegiatan survey lapangan diwajibkan merupakan area yang akan diidentifikasi sesuai dengan yang sudah diasistensikan dan disetujui,

6. Tumpang tindih pengambilan data pada saat pelaksanaan kegiatan, diserahkan atas kebijaksanaan penyedia jasa, akan tetapi tidak ada kekosongan data dapat diterima.

7. Peta keluaran hasil pekerjaan, merupakan peta situasi dan hasil rekayasa penggambaran berupa potongan memanjang dan potongan melintang, pada skala penggambaran 1:1000 dan 1:2500 yang dilakukan pada piranti lunak penggambaran.

8.7.2.2 Survey pengukuran besar dan arah arus

- Pengamatan kecepatan dan arah arus dilakukan minimal pada 2 lokasi.

- Pengamatan dilakukan selama 25 jam terus menerus dengan interval waktu 30 menit, menggunakan alat current meter dan floater yang dilakukan pada saat pasang tertinggi (Spring Tide) dan pada saat pasang terendah (Neap Tide) pada bulan yang sama.

- Posisi pengamatan arus adalah 0,2d; 0,6d; dan 0,8d dari permukaan air, dimana d = kedalaman di lokasi pengamatan arus.

- Apabila memungkinkan, hasil simulasi arus dengan menggunakan perangkat lunak agar ditampilkan pada saat pembahasan laporan dengan Tim Evaluasi. - Lokasi pengamatan diplotkan dalam peta hidrografi dan hasil pengamatan arus

dilampirkan pada laporan dalam bentuk:

1. Grafik hubungan antara pergerakan pasang surut dan kecepatan arus. 2. Peta arah arus.

- Pengolahan data hasil survey arus:

1. Membuat scatter plot dan mawar arus

2. Membuat statistic kejadian pada periode ulang

8.7.2.3 Pengambilan Contoh Air

- Pengambilan contoh air dilakukan dengan water sampler pada posisi pengamatan arus pada kedalaman 0,2d; 0,6d dan 0,8d.

- Pengambilan contoh air dilakukan pada saat Spring Tide dan Neap Tide pada bulan yang sama.

(10)

- Contoh air kemudian diuji di laboratorium dalam hal kadar endapan/sedimen dan kadar garam/salinitas. Satuan kadar garam dalam 0/0 dan satuan sedimen dalam mg/l.

8.7.2.4 Pengukuran Pasang surut

- Maksud pengamatan pergerakan pasang surut adalah untuk menentukan kedudukan air tertinggi, duduk tengah dan air terendah yang dicapai maupun kedudukan LWS.

- Pengamatan/pencatatan pergerakan muka air dilakukan minimum selama 15×24 jam atau 30×24 jam terus menerus secara manual oleh pengamat/surveyor atau menggunakan alat pencatat otomatis (automatic tide gauge).

- Kertas rekaman atau hasil pencatatan dibawa untuk diperlihatkan kepada Tim Evaluasi Teknis saat pembahasan Laporan Antara dengan Tim Evaluasi Teknis. - Untuk perhitungan-perhitungan konstanta harmonis, duduk tengah, air tinggi yang

dapat dicapai maupun LWS mempergunakan metode Admiralty (tidak diperkenankan menggunakan formula penentuan air terendah untuk Indian Low

Water Spring). Uraian perhitungan dengan metode Admiralty agar disampaiakan

dengan urutan sebagai berikut:

1. Rumus umum yang dipakai dalam perhitungan.

2. Perhitungan konstanta harmonis dan elevasi duduk tengah (DT) atau MSL. 3. Perhitungan elevasi 0,00 LWS dan air tinggi yang dapat dicapai.

4. Sketsa urutan tiap elevasi air untuk 0,00 LWS, DT, AT yang dapat dicapai berdasarkan perhitungan.

- Elevasi LWS harus dipindahkan ke bangunan gudang atau dermaga yang ada pada bagian yang aman, terlindung dan mudah terlihat.

- Data air tertinggi atau muka air banjir yang pernah terjadi harus dicatat dengan jelas (bila data ada).

8.7.2.5 Pengambilan contoh sedimen dasar dan layang - sebanyak 3 titik tiap lokasi

- sedimen layang diambil pada lokasi kedalaman 0,2d, 0,6d, dan 0,8d dengan metoda komposit.

- sedimen dasar diambil pada dasar laut dengan menggunakan bottom grabber - Pengujian sampel wajib dilakukan pada Laboratorium terkemuka untuk

mendapatkan parameter property yang diperlukan untuk kegiatan kalibrasi kegiatan pemodelan matematika mengenai hydrodinamika laut. Pengolahan data minimal harus mencakup:

1. Untuk Sedimen layang, dilakukan analisa di Laboratorium Air untuk mendapatkan konsentrasi sedimen

2. Untuk Sedimen dasar, dilakukan uji saringan untuk mendapatkan median grain size

8.7.3 Data Penyelidikan Tanah

Data penyelidikan tanah dapat diambil melalui data sekunder pada studi perencanaan terdahulu, namun untuk beberapa lokasi yang diperlukan adanya pengambilan data primer maka dapat dilakukan pekerjaan survey dan penyelidikan tanah di lokasi pekerjaan. Pekerjaan survey pengambilan data tanah dapat dilakukan bersamaan dengan survey pengambilan data hidrooceanografi.

8.7.3.1 Survey dan penyelidikan tanah di lokasi pekerjaan

Pekerjaan ini berupa penelitian di lapangan dan di laboratorium adalah untuk mengetahui struktur dan jenis tiap lapisan tanah di bawah permukaan. Dimana hasil

(11)

pekerjaan penyelidikan tanah ini dimaksudkan sebagai data yang akan dipergunakan untuk melaksanakan konstruksi yang akan dibangun di lokasi bersangkutan. Hasil tersebut harus memadai sebagai bahan analisa perencanaan dan perhitungan yang meliputi, antara lain :

1. Perencanaan sistem pondasi breakwater 2. Analisa daya dukung tanah breakwater

3. Analisa kegagalan struktur breakwater pada substrukturnya

Kegiatan yang dilakukan pada saat survey penyelidikan tanah antara lain:

1. Boring laut : 2 titik sedalam, ± 10 m/titik boring dilaksanakan di lokasi titik sekitar breakwater.

2. Uji lapangan Undisturbed dan disturbed soil 3. Uji Laboratorium Undisturbed dan disturbed soil

Pekerjaan lapangan disyaratkan mengikuti prosedur ASTM.

10 titik pengeboran untuk perencanaan alur pelayaran dan kolam putar pelabuhan. dilaksanakan sampai kedalaman -10 meter dari dasar laut dengan pengambilan contoh tanah dan pelaksanaan SPT setiap interval 2 meter.

- Datum dan Bench Mark

Semua ukuran kedalaman air, pengeboran dan elevasi tinggi permukaan tanah dan lain-lain harus ditera terhadap Datum ± 0,00 m LWS (Low Water Spring). Penentuan elevasi Datum dapat diambil dari BM yang sudah ada atau bangunan-bangunan/benda-benda lain yang sudah diketahui elevasinya.

- Metode dan standard yang digunakan, harus mengacu pada: Standard Nasional Indonesia (SNI)

SNI 03-6802-2002 : Tata cara Penyelidikan Tanah dan Pengambilan Contoh Uji Tanah Untuk Keperluan Teknik

Rock Testing

Metode yang disarankan adalah International Society for Rock Mechanics (ISRM) - Peralatan

1. Peralatan pokok :

Alat bor harus mampu menembus lapisan tanah keras dengan kapasitas mesin bor

2. Peralatan Bantu

Penggunaan stuktur pembantu pelaksanaan kegiatan pengeboran diatas air, menggunakan pasangan bamboo, kayu, atau metode sejenis lainnya.

- Pelaksanaan

1. Pekerjaan Pengeboran Lubang Bor

Pengecekan jenis sampel tanah ditempat dilakukan oleh tenaga ahli geoteknik di lapangan. Beberapa persyaratan yang harus dilakukan pada saat melekukan kegiatan pengeboran, antara lain:

a. Jika terdapat koreksi atau perubahan penyesuaian yang dilakukan di lapangan, pengawas kegiatan harus mencatat semua penyesuaian yang dilakukan.

b. Informasi kalibrasi alat yang digunakan disertakan didalam laporan.

c. Setiap pengambilan sampel tanah harus dilakukan pengambilan foto berwarna.

(12)

2. Pengambilan Sampel (Tidak)Terganggu / (Un)Disturbed

Untuk setiap interval kedalaman 2 meter diambil undisturbed sample dan untuk pertama kalinya diambil sampel pada kedalaman – 3 m dari muka tanah yang bersangkutan. Tabung contoh tanah (tube sample) yang disyaratkan adalah seamless tube sampler ukuran OD 3 inch dan ID 2 7/8 inch (ID=Internal Diameter, OD=Outer Diameter), tebal tabung 1/16 inch, dengan panjang 50 cm. Tabung yang dipakai tipe fixed-piston sampler terbuat dari baja atau kuningan. Tebal tabung: baja 1,5 ± 0,1 mm dan ID 75 ± 0,5 mm

Bila akan dipakai ID yang lain dari harga di atas harus dipenuhi persyaratan Degree of disturbance:

A(%) = 100 (OD2- ID2) < 10 %

ID2

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi pada waktu pengambilan contoh tanah adalah:

a. Dasar lubang bor di mana akan diambil contoh tanah harus bersih dari sisa pengeboran dengan memompakan air ke dalam lobang bor yang berfungsi untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang tertinggal, lama mencuci minimum 5 menit sebelum diadakan pengambilan sampel.

b. Ujung bawah casing pada saat itu harus berada pada dasar lubang bor untuk menghindari adanya longsoran-longsoran pada dasar lubang dan sisa pengeboran (sludge)

c. Segera setelah lubang bor bersih, tabung contoh tanah ditekan ke dalam tanah dengan tekanan tenaga manusia. Penekanan harus dilakukan dengan hati-hati, continuous (single movement) dan perlahan agar air yang terdapat dalam tabung diberi kesempatan keluar melalui katup (ball-valve) yang terdapat pada kepala tabung (connector head). Dalam segala hal tidak diperkenankan menekan tabung dengan pukulan.

d. Sebelum tabung ditarik dari dalam tanah, tabung harus diputar 3600 untuk

melepaskan tabung bersama isinya dari tanah dan kemudian diangkat keluar dari dalam tabung.

e. Tanah pada kedua ujung tabung harus dibuang secukupnya dan ruangan itu kemudian diberi parafin panas sebagai penutup dan pelindung tanah dalam tabung. Tebal parafin pada bidang bawah minimum 1 cm dan pada bidang atas minimum 3 cm.

f. Untuk pelaksanaan uji laboratorium, sampel dapat dipotong di lapangan dengan hati-hati sesuai dengan panjang yang diperlukan dan tidak boleh merusak keaslian sampel sisanya yang belum diuji.

g. Pengangkutan sampel harus dilakukan hati-hati, dijaga dari guncangan dan beda temperatur yang tinggi (panas sinar matahari dll), sedapat mungkin pengujian dilakukan pada laboratorium yang dekat jaraknya dengan lokasi pengeboran (bila terdapat laboratorium yang memenuhi syarat).

h. Untuk jenis tanah khusus yang sukar diambil undisturbed sampel-nya dengan cara biasa, harus digunakan tabung sampel yang sesuai: soft cohessive soil dengan alat piston sampler, non cohessive soil dengan alat piston sampler atau core cutter sampler, dan hard cemented soil dengan core barrel.

(13)

3. Pengambilan SPT dilakukan setiap 2 m dari atas permukaan tanah sampai pada kedalaman yang ditentukan.

Pelaksanaan SPT pertama kali pada kedalaman -1 meter dari sea bed, SPT kedua dan selanjutnya dimulai setelah pengambilan undisturbed sample pada kedalaman -3 meter dari sea bed (interval 2 meter).

Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi adalah:

a. Tabung SPT harus mempunyai ukuran diameter OD 2 inch/profil ID 138 inch, panjang 24 inch menggunakan split spoon sampler type.

b. Hammer yang dipakai untuk melakukan penumbukan seberat 140 lbs (63,5 kg), tinggi jatuh bebas hammer adalah 30 inch (±75 cm).

c. Sebelum melakukan percobaan SPT, casing harus diturunkan sampai dasar lubang. Lubang bor kemudian dibersihkan dari sisa pengeboran dari tanah yang ada di dasar lubang bor seperti yang diuraikan pada undisturbed sampling (h.1), h.2), h.3).

d. Perhitungan dilakukan sebagai berikut

1) Tabung SPT ditekan ke dalam dasar lubang sedalam 15 cm.

2) Untuk setiap interval 10 cm dilakukan perhitungan jumlah pukulan untuk memasukkan tabung ke dalam tanah sampai dicapai 3 x 10 cm.

e. Tabung diangkat ke permukaan tanah dan split spoon sampler dibuka. Sludge yang terdapat dalam tabung harus dibuang, kemudian terhadap sampel diadakan klasifikasi. Sample distrubed sebanyak 300 sample harus disimpan. Unified soil classification dipergunakan untuk menyusun soil description atau lithology. Tanah tersebut dapat dipakai untuk laboratorium test. Untuk itu sampel harus dimasukkan dalam kantong plastik yang ditutup dengan baik dan diberi identitas nomor boring dan kedalamannya. f. Untuk kedalaman boring sedalam 30 m/titik maka percobaan SPT

dihentikan setelah didapatkan harga SPT-60 sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut (pengeboran tetap dilaksanakan hingga kedalaman -30 meter dari seabed dengan memakai core tube system/diamond bit). Jika pada kondisi lapangan tidak ditemukan nilai NSPT 60 hingga kedalaman 30 meter maka pekerjaan pengeboran harus dihentikan dan segera dilaporkan ke pemilik pekerjaan dan dapat melanjutkan pekerjaan setelah mendapat persetujuan dari pemilik pekerjaan.

8.7.3.2 Tes Laboratorium

Wajib dilakukan uji sampel tanah pada Laboratorium terkemuka untuk mendapatkan parameter property tanah yang diperlukan untuk kegiatan desain kelerengan tanah dibawah laut, minimal harus mencakup:

a. Klasifikasi tanah

b. Unconsolidated Undrained Triaxial c. Consolidated Undrained Triaxial d. Direct shear

e. Konsolidasi f. UCS test

g. Tes Batuan antara lain : 1) Minerology test

2) Uni-axial compression strength 3) Point load strength test

Standard kegiatan yang dapat merujuk pada Standard SNI yang berlaku untuk metode tes penyelidikan tanah, dengan merujuk pada ASTM D420 – D5779.

(14)

8.7.4 Evaluasi

Setelah assesment awal, data hidrooceanografi dan data tanah telah didapatkan maka dilakukan evaluasi terhadap struktur breakwater. Evaluasi tersebut harus diuji dengan berbagai metode/perumusan sesuai dengan hasil studi literatur yang telah dikumpulkan sebelumnya.

8.7.4.1 Permodelan gelombang, arus dan sedimentasi

Kegiatan pemodelan wajib dilakukan pada keadaan ekstrim yang menggambarkan simulasi hydrodinamika untuk keperluan desain selanjutnyai, antara lain:

1. Level permukaan air; 2. Angin;

3. Tinggi / periode gelombang dominan; 4. Pola arus;

5. Pola sedimentasi;

6. Perencanaan breakwater.

Hasil kegiatan pemodelan harus menggabungkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pasang surut (termasuk resonansi superposisi, jika terjadi) Interaksi pasang surut

dan air tawar pada lokasi studi di dalam sungai; 2. Dispersi gelombang pada area Pelabuhan;

3. Dispersi gelombang pada perairan disekitar Pelabuhan

4. Kegiatan hindcasting harus mendapatkan input data desain untuk 5, 10, 25, dan 50, tahun periode ulang, termasuk jika terjadi probabilitas gabungan;

5. Sedimen deposit pada alur pelayaran;

6. Prediksi volume sedimentasi pada perencanaan alur pelayaran dan volume keruk untuk perawatan alur pelayaran yang diperlukan;

7. Penanggulangan terhadap sedimentasi yang terjadi; 8. Simulasi olah gerak kapal.

8.7.4.2 Kriteria Desain

Dalam penentuan kriteria desain harus berdasarkan hasil permodelan yang telah dilakukan, diantaranya meliputi kapal terbesar di lokasi pelabuhan (guna mengetahui manuver kapal), kondisi bathymetri, gelombang rencana dan faktor lainnya yang diperlukan dalam perencanaan breakwater.

8.7.4.3 Layout Breakwater

Layout breakwater eksisting di lokasi pelabuhan dianalisa apakah telah memenuhi aspek dalam perencanaan layout breakwater. Dalam melaksanakan analisa harus berdasarkan beberapa acuan dan kajian studi literatur yang telah dilakukan.

8.7.4.4 Jenis dan Tipe Breakwater

Jenis dan tipe breakwater eksisting diklasifikasikan berdasarkan acuan dan kajian studi literatur yang telah dilakukan serta dilakukan analisa tentang kesesuaian jenis dan tipe struktur breakwater tersebut berdasarkan kondisi lapangan. Berdasarkan aspek navigasi, aspek gelombang, aspek geoteknologi, aspek material dan aspek efek terhadap lingkungan dalam perencanaan breakwater

(15)

Perencanaan desain struktu breakwater eksisting di lokasi pelabuhan dianalisa apakah telah memenuhi aspek dalam perencanaan desain struktur breakwater. Dalam melaksanakan analisa harus berdasarkan beberapa acuan dan kajian studi literatur yang telah dilakukan.

8.7.4.6 Identifikasi Adanya Kegagalan Struktur (jika ada)

Melaksanakan identifikasi potensi kegagalan struktur breakwater sesuai dengan jenis dan tipe struktur breakwater, antara lain :

a. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi depan breakwater; b. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi belakang breakwater; c. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi kaki breakwater; d. mode kegagalan rusaknya armor;

e. mode kegagalan pada puncak breakwater;

f. mode kegagalan karena ketidakstabilan aspek geoteknik;

g. mode kegagalan akibat gerusan gelombang pada kaki breakwater; h. mode kegagalan akibat limpasan gelombang

i. dan lain lain

8.7.4.7 Rekomendasi perbaikan, monitoring dan metode perawatan

Terhadap identifikasi potensi kegagalan struktur breakwater yang telah dievaluasi, kemudian diperlukan adanya rencana rekomendasi perbaikan, monitoring dan metode perawatan yang sesuai dengan jenis dan tipe struktu berdasarkan acuan dan kajian studi literatur yang dilaksanakan sebelumnya.

8.8 Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan didapatkan setelah melakukan investigasi breakwater di beberapa lokasi pelabuhan.

Rekomendasi memuat acuan dan kajian dari beberapa studi literatur yang diusulkan dapat diterapkan (berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada butir 8.7) dalam perencanaan breakwater di Indonesia.

8.9 Pedoman Perencanaan Breakwater

Berisikan perhitungan perencanaan, risk analysis, metode pelaksanaan pekerjaan dan metode perbaikan/monitoring/perawatan breakwater yang aplikatif di Indonesia berdasarkan hasil kesimpulan studi kasus yang ada, isi standar pedoman yang ada meliputi minimial :

1. bagan alir proses perencanaan breakwater;

2. penentuan penyusunan metode perencanaan layout breakwater;

3. penentuan penyusunan metode jenis dan tipe konstruksi breakwater; berdasarkan aspek navigasi, aspek gelombang, aspek geoteknologi, aspek material dan aspek efek terhadap lingkungan dalam perencanaan breakwater;

4. penentuan penyusunan metode parameter-parameter yang mempengaruhi desain breakwater dalam Penentuan kriteria desain perencanaan breakwater;

5. penentuan penyusunan metode desain gelombang rencana untuk tiap tipe struktur; 6. penentuan mode kegagalan struktur breakwater untuk tiap tipe struktur antara lain :

a. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi depan breakwater; b. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi belakang breakwater; c. mode kegagalan pergerakan armor pada sisi kaki breakwater; d. mode kegagalan rusaknya armor;

e. mode kegagalan pada puncak breakwater;

(16)

g. mode kegagalan akibat gerusan gelombang pada kaki breakwater; h. mode kegagalan akibat limpasan gelombang

i. dan lain lain

7. penentuan material penyusun breakwater;

8. penyusunan metode perbaikan, monitoring dan pemeliharaan beakwater.

8.10 Pelaksanaan Focus Group Discussion (diskusi intensif)

Pelaksanaan FGD dilaksanakan setelah Konsep Pedoman Perencanaan Breakwater telah selesai disusun. Pelaksanaan FGD dilakukan dengan tujuan

9 TENAGA AHLI

9.1 Kebutuhan Tenaga Ahli

Kualifikasi minimal dari personil yang dipersyaratkan untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

1. Ahli Perencanaan Kepelabuhanan (Team Leader)

Seorang Sarjana Teknik Sipil / Kelautan / dengan sertifikasi keahlian madya dengan pengalaman minimum 10 tahun di bidang kepelabuhanan dengan pendidikan S2 dengan tugas sebagai berikut:

a. Sebagai penanggung jawab pekerjaan secara keseluruhan dan bertanggung jawab secara langsung kepada Pemberi Tugas.

b. Menyusun program dan rencana kerja serta jadual penugasan personal.

c. Memberikan pengarahan dan bimbingan kepada seluruh anggota tim dalam hal teknis operasional pekerjaan.

d. Memantau dan mengevaluasi seluruh kegiatan pekerjaan yang sedang berjalan. e. Menyelesaikan seluruh kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga

(17)

2. Ahli Struktur

Adalah seorang sarjana teknik sipil yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam perencanaan fasilitas pelabuhan, baik untuk perencanaan fasilitas pelabuhan sisi laut dan darat pada pelabuhan umum, pelabuhan perikanan dan bangunan pelengkap lainnya lebih dari 7 (tujuh) tahun. Ahli Struktur itu juga berpengalaman khususnya dalam perhitungan struktur gempa dan material.

3. Ahli Geoteknik

Sarjana Teknik Sipil/ Geoteknik dengan pengalaman minimal 5 tahun di bidang perencanaan struktur pelabuhan atau bangunan air.

4. Ahli Spesifikasi dan Dokumen Tender

Sarjana teknik Sipil dengan pengalaman minimal 3 (tiga) tahun dalam penyusunan spesifikasi teknis dan engineering estimate konstruksi dermaga, trestle, causeway, prasarana sandar/tambat kapal dan fasilitas darat untuk dokumen tender.

9.2 Kebutuhan Tenaga Pendukung teknis 1. Tenaga Surveyor (1 orang)

Pendidikan Diploma Teknik Sipil (D3) minimal 3 tahun yang memiliki pengalaman di bidang survey teknis maupun data di bidang kepelabuhanan

2. Operator Komputer (1 orang)

Tenaga operator computer dengan pendidikan minimal Diploma (D3). Mampu membuat laporan dan tampilan menarik untuk laporan hasil studi. Memiliki pengalaman dibidangnya minimal 3 tahun

3. Administrasi Proyek (1 orang)

Lulusan D3 Administrasi berpengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun dalam administrasi proyek

10 JANGKA WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Pelaksanaan kegiatan diselesaikan dalam jangka waktu 270 (dua ratus tujuh puluh) hari kalender

11PELAPORAN

Sesuai dengan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan, maka laporan pekerjaan yang harus dihasilkan oleh pihak konsultan terdiri dari laporan sebagai berikut:

11.1Laporan Pendahuluan

Laporan Pendahuluan berisi rencana kerja yang meliputi pendekatan dan cara pelaksanaan yang digunakan, jadwal dan organisasi pelaksanaan serta berbagai hal yang menyangkut persiapan pekerjaan.

Laporan disampaikan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang diserahkan kepada pemberi tugas 4 (empat) minggu setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Isi laporan, minimal meliputi:

a. hasil kajian terhadap pedoman dan standar perencanaan breakwater yang digunakan secara nasional maupun internasional;

b. hasil kajian terhadap jenis dan tipe breakwater ;

c. hasil kajian terhadap pedoman dan standar perawatan breakwater;

d. hasil kajian terhadap peraturan yang berlaku terkait dengan perancangan, perawatan dan rehabilitasi breakwater, serta referensi studi sejenis yang telah ada; e. hasil kajian terhadap mode kegagalan breakwater;

(18)

g. Penyampaian rencana kunjungan lapangan; h. Pengembangan konsep perencanaan breakwater;

i. tanggapan terhadap KAK termasuk lingkup dan jadwal pekerjaan. 11.2Laporan Antara (Interim Report)

Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Antara (Interim Report) Studi sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar, yang diserahkan kepada pemberi tugas 3 (tiga) bulan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan ditambah dengan laporan pekerjaan lapangan untuk rencana pembangunan fasilitas pelabuhan

Isi laporan, minimal meliputi:

a. Hasil analisa dokumen perencanaan breakwater pada lokasi yang ditinjau; b. Analisa dokumen pelaksanaan pembangunan breakwater;

c. hasil kunjungan lapangan yang dilaksanakan, dengan menampilkan foto-foto kondisi struktur breakwater, foto-foto efek lingkungan adanya breakwater, foto-foto mode kegagalan breakwater (jika ditemukan adanya kegagalan);

d. data hidrooceanografi dan data tanah di setiap lokasi pelabuhan;

e. Hasil evaluasi struktur breakwater berdasarkan analisa numeric perencanaan breakwater dan Analisa fisik perencanaan breakwater;

f. Hasil analisa potensi kegagalan struktur;

g. Perencanaan perbaikan, monitoring dan metode perbaikan breakwater;

h. identifikasi relevansi perencanaan (kajian pustaka) dengan hasil kunjungan lapangan;

i. kesimpulan dan rekomendasi perencanaan breakwater.

11.3Konsep Laporan Akhir

Setelah seluruh pekerjaan lapangan selesai, Tim pelaksana dalam tahap ini harus menyusun Laporan Semi Rampung Studi sebanyak 10 (sebelas) set, yang diserahkan kepada pemberi tugas 5 (lima) bulan setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Isi laporan meliputi perbaikan terhadap Laporan Antara dan hasil analisa Pedoman Perencanaan Breakwater

Isi laporan, minimal meliputi:

a. Informasi jenis konstruksi breakwater di Indonesia b. Perencanaan Layout Breakwater

c. Aspek navigasi, aspek gelombang, aspek geoteknologi, aspek material dan aspek efek terhadap lingkungan dalam perencanaan breakwater;

d. Kriteria desain perencanaan breakwater e. Tata Cara perencanaan breakwater; f. Desain gelombang rencana

g. Parameter-parameter yang mempengaruhi desain breakwater; h. Mode kegagalan struktur breakwater;

i. Analisa dan evaluasi resiko kegagalan breakwater; j. Material penyusun breakwater;

k. Monitoring dan pemeliharaan beakwater

l. Konsep Focus Group Discussion (FGD) yang akan dilaksanakan 11.4Laporan Akhir Desain (Final Report)

Laporan ini harus diselesaikan oleh Tim Konsultan dalam waktu 6 (enam) bulan atau 180 hari kalender setelah terbit SPMK dengan jumlah Laporan Akhir yang harus diserahkan kepada pemberi tugas sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

Berisikan perhitungan perencanaan, risk analysis, metode pelaksanaan pekerjaan dan metode perbaikan/monitoring/perawatan breakwater yang aplikatif di Indonesia

(19)

berdasarkan hasil kesimpulan studi kasus yang ada dan hasil masukan dari FGD yang telah dilaksanakan.

Hasil yang diperlukan sebagai berikut:

CD (compact disk) berisikan softcopy seluruh Laporan yang telah diselesaikan beserta bahan presentasi sebanyak 10 (sepuluh) buah;

 Laporan ini lebih bersifat penyempurnaan maupun pemantapan dari draft laporan semi rampung. Penyempurnaan laporan ini didasarkan pada beberapa masukan dari berbagai yang telah dilibatkan dalam pembahasan sebelumnya.

12 PEMBAHASAN DAN PENYEMPURNAAN LAPORAN

Setiap tahap penyampaian laporan akan dilakukan pembahasan oleh Tim Teknis yang dibentuk dengan melibatkan stakeholder terkait. Konsultan diwajibkan memperbaiki dan menyempurnakan setiap laporan sesuai masukan dan arahan Tim Teknis.

13 NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA

Pengguna Jasa kegiatan ini adalah Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Republik Indonesia.

14 SUMBER PENDANAAN

Sumber dana kegiatan ini dibebankan pada DIPA Satuan Kerja Peningkatan Fungsi Pelabuhan dan Pengerukan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Tahun Anggaran 2016 (HPS Terlampir).

Jakarta, 2016 KUASA PENGGUNA ANGGARAN

SATKER PENINGKATAN FUNGSI PELABUHAN DAN PENGERUKAN PUSAT

MAURITZ H.M.SIBARANI

Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19681129 199403 1 002

(20)

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Tahapan

Dokumen

Dec Jan 2016 Feb Maret Aprl Mei Juni Juli Agustus September Oktober November

2015 2016 1. Proses Lelang 2. Tandatanga n SPMK 3. Lap.Pendahuluan 4. Laporan Antara 6. Laporan Draft Final 8. Laporan Final

Catatan : # Setiap tahap penyampaian laporan akan dilakukan pembahasan oleh Tim Teknis Kementerian Perhubungan dengan melibatkan stakeholder terkait

Referensi

Dokumen terkait

Proses perencanaan dalam peningkatan efektifitas pembelajaran Aqidah Akhlak menggunakan multimedia autoplay yaitu untuk langkah awal dari peneltian ini mengantarkan surat ke

Untuk menginduksi pembentukan tunas, kalus yang telah ditumbuhkan pada media PRNB dipindahkan ke media regenerasi NB (RNB) sedangkan kalus yang ditumbuhkan dalam media PRMS

Bamboo Airways was established last July as Vietnam’s fifth airline with a charter capital of VND700 billion ($30.4 million), which was increased by VND600 billion ($25.8

2010 – 2013 : Universitas Pendidikan Ganesha, Jurusan D3 Manajemen Informatika, Singaraja.

Proses pemindaian dan pengiriman data yang dilakukan ketika perangkat berada kurang dari 60 meter dari access point ini mempunyai akurasi yang cukup baik yaitu memiliki

aggregate lansia dengan hipertensi dan keluarga yang mempunyai kemampuan yang baik dalam pelaksanaan tugas perawatan kesehatan keluarga mempunyai peluang 12,03

Namun kebutuhan gaya hidup yang tidak berimbang dengan penghasilan masyarakat cenderung menggampangkan untuk kegiatan (hajatan, pernikahan dll) dikarenakan adanya