• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Fieldtrip 2 Msp

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Fieldtrip 2 Msp"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN EKOSISTEM MANGROVE PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

Latar belakang Pulau Pari

Pulau Pari secara administratif merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pulau Pari memiliki wilayah yang tidak terlalu luas, yaitu sekitar 40,32 hektar dengan jumlah pendduk yang tidak terlalu padat. Sebelum tahun 1900-an, Pulau Pari merupakan pulau tak berpenghuni dan belum memiliki nama. Berkuasanya Belanda pada waktu itu memaksa sejumlah warga sekitar Tangerang menetap disana untuk menghindari kerja paksa. Sekarang, Pulau Pari manjadi sentra budaya rumput laut yang menopang kehidupan warganya (Zaini 2009).

Pulau Pari memiliki beberapa ekosistem penting diantaranya ekosistem mangrove, sea greass, dan terumbu karang yang menjadi ciri khas pulau ini. Pulau Pari menawarkan keindahan alam yang masih asri dan sarat informasi. Pulau ini juga memiliki bentuk pantai yang landai serta ombak yag tenang sehingga sangat cocok dan aman untuk berenang, snorkling, kegiatan penyelaman, penelitian, dan lain-lain. Di Pulau Pari juga terdapat pusat penelitian yang dimotori oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menempati sisi barat Pulau Pari. Pusat penelitian ini langsung diresmikan oleh Gubernur Ali Sadikin. Fungsi utama dari kantor LIPI di Pulau Pari ini sebagai pusat penelitian rumput laut (Zaini 2009). Latar Belakang Ekosistem mangrove

Hutan mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies bakau yang dapat tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas ini pada umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air, terlindung dari gelombang yang besar dan arus pasang surut yang kuat.

Mangrove banyak sekali manfaatnya bagi manusia baik dari segi ekologis, biologis, maupun segi ekonomis. Fungsi ekologis dari hutan mangrove sangat penting yaitu sebagai penghasil organik (detritus) yang sangat produktif merupakan pangkal dari mata rantai pangan detritus yang penting artinya di

(2)

ekosistem pesisir. Selain itu, sistem perakaran vegetasi hutan mangrove yang menyediakan tempat berlindung yang baik bagi berbagai biota yang hidup di dalamnya. Fungsi fisik, yaitu menjaga kestabilaan garis pantai, melindungi tepian sungai dan pantai, mempercepat terbentuk lahan atau daratan baru, melindungi daratan dibelakangnya dengan meredam gelombang dan angin badai dari laut, menahan lumpur dan menangkap sedimen dari darat atau aliran permukaan (melindungi padang lamun dan terumbu karang), mendaur ulang unsur-unsur hara yang penting. Fungsi biologi, yaitu: Spawning, nursery dan feeding ground bagi aneka jenis udang, ikan dan biota laut lainnya (terutama sumber daya yang bernilai ekonomis penting), habitat bagi berbagai kehidupan liar. Fungsi ekonomi, yaitu: akua/mari-kultur, rekreasi, penghasilan kayu, untuk bahan konstruksi, bahan akar (kayu bakar, arang dan alkohol) maupun bahan baku untuk pembuatan arang dan pulp (bubur kertas).

Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove, dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya.

Metodologi

Waktu dan Lokasi Pengambilan Data

Fieldtrip Biologi Laut dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2011 di wilayah perairan Pulau Pari Kecamatan Pulau Seribu Selatan Kabupaten Pulau Seribu Propinsi DKI Jakarta. Stasiun pengambilan data terletak pada lintang selatan 05º05’0” dan 05º05'25" serta bujur timur10 º 60’34” dan 10º60’38”, kira-kira 35 km ke arah barat laut Jakarta.

(3)

Substrat pasir Substrat lumpur Air laut

Gambar 1. Lokasi Pengamatan, Pulau Pari (Sumber : Seandy 2010) Alat dan Bahan

Pengamatan ekosistem mangrove menggunakan alat sebagai berikut: roll meter/transek 10m x 10m, kertas label, kamera, botol, plastik ziplock, spidol, alat tulis, kertas newtop. Pengamatan parameter fisika dan kimia di sekitar ekosistem mangrove menggunakan alat dan bahan sebagai berikut: termometer.

Teknik Pengambilan Data

Data parameter fisika dan kimia diambil dengan menggunakan alat dan bahan yang biasa digunakan untuk mengukur parameter-parameter tersebut. Pengukuran suhu perairan diambil dengan menggunakan termometer.

Data parameter biologi diambil dengan mengamati setiap makhluk hidup yang ada di dalam transek ukuran 10m x 10m.

(4)

Metode Penanganan Sampel

Penanganan sample digunakan metode pengawetan kering. Metode pengawetan kering ini dilakukan dengan cara mengeringkan sample di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Setelah sample menjadi kering, kemudian sample dilapisi atau dibungkus dengan plastik agar lebih awet dan tahan lama.

Interaksi Sosial

Pengamatan interaksi sosial di Pulau Pari dilakukan dengan metode wawancara terhadap salah satu penduduk yang tinggal dan bekerja di kawasan ini tentang nama lain, jenis, manfaat, dan cara pelestarian mangrove yang terdapat di Pulau Pari.

Hasil

Kondisi ekosistem mangrove sangat dipengaruhi oleh parameter fisik dan kimia yang berada di perairan, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di peroleh data beberapa parameter fisik perairan Pulau Pari, yang akan disajikan dalam tabel berikut

Tabel 1. Jenis dan biota mangrove kelompok 1 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis Mangrove Jenis Substrat Tipe Perakaran

Batang Daun Bunga dan

buah Biota Asosiatif Avicennia marina Lumpur berpasir dengan suhu berkisar 28 oC – 32oC Akar papan, memiliki akar nafas yang muncul 10 – 30 cm dari substrat, serupa paku yang panjang Batang mempuny ai cabang-cabang horizontal, kulitnya halus berwarna abu-abu kecoklatan dan retak-retak, Daun tunggal, berhadapan bertangkai, bertepi rata, membulat, berwarna hijau mengkilat Bunga terletak di ujung tangkai, membulat ketika kuncup, berukuran kecil antara 0,3-1,3 cm. Buah masih belum terlihat. Crustacea , insekta, dan Gastropoda

(5)

dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya ranting dengan buku-buku dengan berkas daun yang menonjol Rhizophor a apiculata Lumpur berpasir dengan suhu berkisar 28 oC – 32oC Akar tongkat, memiliki akar nafas yang keluar dari cabang Batang didukung oleh banyak akar tunggang yang bercabang Daun tunggal berhadapan, berbentuk elips menempit, berujung runcing, berwarna hijau tua, muda, dan kemerahan Bunga berwarna kekuningan terletak di ketiak ujung daun,terlihat masih kuncup. Buah bulat berwarna coklat. Biji memanjang berwarna hijau Crustacea, insekta, dan Gastropoda

Tabel 2. Jenis dan biota mangrove kelompok 2 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis Mangrove Jenis Substrat Tipe Perakaran Batang Daun (ketebalan lapisan lilin) Propa-gule Biota Asosiatif Rizhophora Pasir berlumpur Tongkat Ber-cabang Tebal/ banyak 25 cm Gastropoda Bivalvia Crustacea Semut Tabel 3. Jenis dan biota mangrove kelompok 3 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu

Jenis Mangrove Jenis Substrat Tipe Perakaran

Batang Daun Bunga dan

Buah

Biota Asosiatif

(6)

Rhizophora stylosa Pasir berlumpur Akar tongkat Pohon Daun berwarna hijau kekuningan, berbentuk bulat meruncing, memiliki lapisan lilin yang tebal dan memiliki aerial root Bunga berwarna kuning kehijauan. Buah (propagul) berbentuk memanjang serta berwarna hijau Gastropoda, Crustacea, Serangga, Bivalvia, Rhizophora epiculata Pasir berlumpur Akar tongkat Pohon Daun berwarna hijau kekuningan, bentuknya elips Bunga berwarna kemerahan Gastropoda, Crustacea, Bivalvia, Serangga

(7)

Jenis Mangrove Jenis Substrat Tipe Perakaran

Batang Daun Bunga dan

Buah Biota Asosiatif Rhizophora stylosa Pasir berlumpur Akar tongkat Teramati Daun berwarna kuning kehijauan, berbentuk bulat meruncing, dan memiliki lapisan lilin yang tebal. Bunga berwarna kuning kehijauan. Buah (propagul) berbentuk memanjang serta berwarna hijau. Gastropoda, Crustacea, Serangga, Bivalvia,

Tabel 5. Jenis dan biota mangrove kelompok 5 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis Mangrove Jenis Substra t Tipe Perakaran

Batang Daun Bunga dan

buah

Biota Asosiatif

(8)

Avicennia Lumpur berpasir dengan suhu berkisar 27oC – 28oC Akar papan, memiliki akar nafas yang muncul 10 – 30 cm dari substrat, serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di sekeliling pangkal batangnya Batang mempuny ai cabang-cabang horizontal, kulitnya halus berwarna abu-abu kecoklatan , ranting dengan buku-buku dengan berkas daun yang menonjol Daun tunggal, bertepi rata, membulat, berwarna hijau mengkilat Bunga terletak di ujung tangkai, membulat ketika kuncup, dan Buah masih belum terlihat. Crustacea , Bivalvia, semut, dan Gastropoda Rhizophora Lumpur berpasir dengan suhu berkisar 27oC – 28oC Akar tongkat, memiliki akar nafas yang keluar dari cabang Batang didukung oleh banyak akar tunggang yang bercabang Daun tunggal berhadapa n, berbentuk elips menempit, berujung runcing, berwarna hijau tua dan hijau muda bagian Bunga terlihat masih kuncup. Buah membulat berwarna coklat. Biji memanjan g berwarna hijau Crustacea , Bivalvia, semut, dan Gastropoda

(9)

tengahnya.

Hasil Wawancara

Narasumber : 1. Bapak Sainuddin : Nelayan 2. Ibu Mulyana : Bu RT 3. Pak Arif : Nelayan 1. Nama lain Mangrove : Kendeka

2. Jenis-jenis Mangrove : Beberapa ada yang menyebut jenis mangrove sebagai laki-laki dan perempuan.

3. Manfaat Mangrove : Buahnya untuk dijual (dijadikan bibit untuk konservasi mangrove), kayu dan ranting-ranting yang sudah jatuh untuk kayu bakar, mencegah, dan untuk mencegah abrasi.

4. Cara Pelestarian : Sampah – sampah yang menyangkut dibersihkan. Sampah – sampah tersebut dari pencemaran air laut karena sisa BBM kapal dan industri dari Jakarta.

(10)

Dari lokasi yang diamati terdapat dua jenis mangrove, yaitu mangrove jenis avicenia serta mangrove jenis rhizophora. Mangrove jenis avicenia bentuk perakarannya cakar ayam, sedangkan mangrove rhizophora bentuk perakarannya tongkat. Mangrove jenis avicenia terdapat di substrat pasir berlumpur, karena jenis akar yang dapat beradaptasi di substrat pasir berlumpur dengan cara menancap ke dasar pasir sehingga dapat bertahan dari terjangan ombak yang ada. Sedangkan rhizophora terdapat di substrat lumpur berpasir, dimana tipe perakaran rhizophora dapat beradaptasi di tipe subsrat tersebut dengan cara menancap ke dasar lumpur. Adapun jenis adaptasinya dengan cara menancap di lumpur.

Daun Avicenia memiliki bentuk daun tunggal, bertepi rata, membulat, berwarna hijau mengkilat, sedangkan buahnya serta bunga terletak di ujung tangkai, membulat ketika kuncup, dan buah masih belum terlihat. Pada rhizophora daun berwarna hijau kekuningan, berbentuk bulat meruncing, memiliki lapisan lilin yang tebal dan memiliki aerial root. Sedangkan buah serta bunga yang dimiliki ialah bunga berwarna kuning kehijauan. Buah (propagul) berbentuk memanjang serta berwarna hijau. Daun avicenia memiliki sedikit lapisan lilin yang berfungsi sebagai pengeluaran garam dari tubuhnya, dikarenakan avicenia memiliki akar gantung yang lebih banyak berfungsi sebagai pengeluar garam dibandingka daunnya, sedangkan Rhizophora sebaliknya, yaitu daun yang memiliki peran lebih besar sebagai pengeluar dibandingkan akarnya.

Bentuk buah rhizophora yang memanjang, hal tersebut dikarenakan jika buah tersebut jatuh kebawah maka buah tersebut akan langsung menancap ke substrat agar tidak terbawa arus. Avicenia bentuk buahnya yang kecil, menjadikannya ketika buah itu terjatuh maka akan langsung terjatuh ke lumpur karena tidak memiliki adaptasi khusus. Hal tersebut menunjukan proses jatuhnya buah dengan menancap pada substrat yang sesuai atau cocok agar tumbuh menjadi benih.

Dilihat dari karakteristik akar, batang daun, dan buah dari mangrove, memperlihatkan adanya suatu zonasi. Zonasi tersebut terjadi akibat adanya perbedaan adaptasi antara bagian-bagian tubuh setiap jenis mangrove. Adapun penzonasian mangrove dari laut ke darat berturut-turut adalah Avicenia, Soneratia, Rhyzophora, Brugueara, dan Nypa. Avicenia memiliki perakaran tipe

(11)

cakar ayam sehingga perakaranya kuat dan habitatnya dekat dengan laut, selain itu perakaran cakar ayam juga dimiliki oleh coneratia, karakteristik coneratia sama dengan avicenia karena mereka berdekatan dan jenis substratnyapun sama. Hal yang membedakanya hanya pada daunnya saja. Rhizophora memiliki tipe perakaran tongkat karena habitatnya pada lumpur berpasir. Sedangkan bruguira perakarannya merupakan akar lutut karena substratnya berupa tanah.

Terdapat perbedaan biota asosiasi yang tertanam pada substrat akar, daun mangrove. Hal tersebut dikarenakan biota asosiasi telah menyesuaikannya dengan habitat atau kondisi tempat hidupnya. Biota-biota tersebut akan berasosiasi sesuai dengn tempat mereka tinggal, contohnya avicenia berasosiasi dengan udang-udangan. Hal ini diakibatakan posisi avicenia lebih dekat dengan lautan. Sedangkan pada Bruguira yang dekat dengan daratan ditemui biota asosiasi dengan kepiting dan semut.

Letak mangrove akan mempengaruhi distribusi biota asosiasi yang ada. Biota-biota yang terletak dekat mangrove akan berasosiasi dengan mangrove tersebut. Asosiasi antara biota dengan mangrove menghasilkan suatu simbiosis dimana mangrove ini juga dimanfaatkan biota sebagai tempat berlindung, tempat memijah, tempat pengasuhan, serta tempat mencari makan. Setiap zonasi akan memiliki biota asosiasi yang berbeda-beda. Akar avicenia jika ditusukan maka secara perlahan-perlahan menutup untuk mengurangi masuknya garam dari air laut. Sedangkan bruguira dengan nypa jika ditusuk tidak akan menutup lagi.

Pada saat pengamatan ditemukan posisi Avicenia yang lebih dekat ke darat ketimbang Rhyzophora. Yang mana pada umumnya penzonasian mangrove dari laut ke darat berturut-turut adalah Avicenia, Soneratia, Rhyzophora, Brugueara, dan Nypa. Hal ini karena ekosistem mangrove di Pulau Pari adalah ekosistem buatan atau hasil rehabilitasi sehingga penzonasian mangrove menjadi tidak sesuai dengan keadaan alaminya.

Jenis substrat yang dapat dijumpai pada ekosistem mangrove di Pulau Pari adalah substrat pasir berlumpur. Hal ini karena pulau pari memiliki luas daratan yang relatif kecil. Pengaruh dari daratan menjadi kecil dan substrat didominasi oleh pasir dari Laut. Biota asosiatif yang ditemukan antar lain gastropoda ditemukan menempel pada seluruh bagian pohon mangrove dari akar, batang, dan

(12)

daun. Crustacea hanya ditemukan kepiting, karena air laut sedang surut sehingga sulit untuk menemukan udang. Bivalvia ditemukan di sekitar perakaran, menempel atau tertutup oleh substrat pasir. Selain organisme aquatik, pada ekosistem mangrove juga ditemukan serangga seperti semut dan kupu-kupu. Keberagaman biota yang ada di ekosistem mangrove terkait dengan fungsi mangrove sebagai penahan sedimen dari darat (sediment trap), sehingga memiliki banyak kandungan nutrien dan bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh biota lain.

Daftar Pustaka

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Bengen, D.G. 2001. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Odum E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi . Fourth Edition. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Santoso, N., H.W. Arifin. 1998. Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia.

Seandy.2010.ekosistem-padang-lamun-di-pulau-pari.(terhubung berkala)

http://seandy-laut-biru.blogspot.com/2010/09/ekosistem-padang-lamun-di-pulau-pari.html. [ 25 Juni 2011 ]

Supriharyono. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Yusri, Safran et al. 2009. Mengenal Alam Pesisir Kepulauan Seribu. Bogor : IPB Press

(13)

Zaini. 2009. Pulau Pari.(terhubung berkala). http:/www.pulauseribu/modules/-news/article.php?item_id=333. [19 mei 2011]

(14)

LAMPIRAN Nama Anggota Kelompok :

1. Reiza Maulana C24070070

2. Nidya Kartini C24080007

3. Apriyanti Sulparahmah C24080009

4. Dhaniyanto C24080053

5. Novita M. Z C24090001

6. Dudi Muhammad Wildan C24090009

7. Niken Ambarsari C24090011

8. Melita Syarifah C24090012

9. Ai Nuraeni C24090018

10. Allsay Kitsash A. C C24090021

11. Tamimi Putri Ritonga C24090024

12. Made Ayu P C24090027

13. Ajeng Kusuma Putri C24090028

14. Deasy Shabila C24090030

15. Piepiel Sariel Satya C24090034

16. Nurfitri C24090037 17. Nurul Izati C24090039 18. Dewi Kusumawardhani C24090040 19. Yucha Firiana C24090043 20. Dede Rahmat C24090044 21. Ratih Purnamasari C24090048 22. Sri Ratnaningsih C24090049 23. Selvia Oktaviyani C24090050

24. Yulia Sartika Dewi C24090052

25. Iqra Putra Sanur C24090058

26. Cutra Samil C24090060 27. Fauzia Fitriana C24090061 28. Nisa Agustina C24090062 29. Nolalia C24090064 30. Putri Maharani A C24090073 31. Janty Widyasti C24090076 32. Rasta M C34090010 33. Casty Hasan S C34090046 34. Margaretha D W C34090064

35. Mariski Nur Adnin C34090087

Agus Maulana Amandangi Hastuti Didit Adityas I Putu Mandala

Hikmah Cut Ramadhana Nisa Nisvia Marsya

(15)

foto-foto mangrove

Ekosistem mangrove Ekosistem mangrove Substrat

Daun Rhizophora Propagul dan bunga Rhizophora

Propagul dan bunga Rhizophora

(16)

Gastropoda di akar Daun Avicennia Buah dan daun Avicenia

Gastropoda di substrat Daun, bunga dan buah Rhyzophora

Akar Avicennia

Gambar

Gambar 1. Lokasi Pengamatan, Pulau Pari (Sumber : Seandy 2010)  Alat dan Bahan
Tabel 1. Jenis dan biota mangrove kelompok 1 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis  Mangrove Jenis  Substrat Tipe  Perakaran
Tabel 3. Jenis dan biota mangrove kelompok 3 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis Mangrove Jenis Substrat Tipe Perakaran
Tabel 5. Jenis dan biota mangrove kelompok 5 di Pulau Pari, Kepulauan Seribu Jenis  Mangrove Jenis  Substra t Tipe  Perakaran

Referensi

Dokumen terkait

Converting pada penelitian ini merupakan proses oksidasi tembaga matte dan logam tembaga yang masih memiliki pengotor dengan peniupan oksigen dan penambahan

Hasil penelitian Dienda Nurmaisitha (2016) dengan judul “Pengembangan Buku Panduan Pengolahan Kue Nusantara Dalam Pembelajaran Tata Boga Bagi Siswa Tunarungu”

Hasil dapatan data temu bual menunjukkan terdapat dua orang responden bersetuju dengan faktor individu sebagai penyebab mereka mempunyai keinginan bunuh diri.. Antara tema yang

Pelaksanaan kesenian berutuk tersebut sangatlah jarang, karena sulitnya penempatan waktu yang pas dengan syarat-syarat yang terkadang sulit kerjakan, tetapi

Survei awal penelitian menunjukkan bahwa para guru memiliki indikasi tingkat keterikatan kerja (lack of work engagement) yang rendah , kurang pemaknaan kerja sebagai

pelatihan karyawan baru :.. Alur Pelaksanaan Pelatihan Karyawan Baru Pada PT Setya Kuliner Mandiri Mulai Mengajukan Rencana Pelatihan Membuat Rincian Dana Konfirmasi

Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat di daerah Bale-Bale khususnya remaja yang mempunyai jiwa

Meskipun pembelajaran REACT memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa, namun masih ada siswa yang merasa kurang memahami materi kelarutan dan hasil kali