• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Dasar Anestesi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dasar Dasar Anestesi"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

DASAR-DASAR

ANESTESI

BY: MIMI SAFINAS BT MOHAMAD YUSOF

(2)

PENDAHULUAN

Anestesi : (bahasa Yunani) artinya keadaan tanpa rasa sakit.

Anestesiologi : Cabang ilmu kedokteran yang mendasari pelbagai tindakan

meliputi ;

- Pemberian anestesi/ analgetik

- Pengawasan keselamatan pasien selama operasi

(3)

- Perawatan intensif pasien gawat - Pemberian terapi inhalasi

(4)
(5)

DEFINISI:

Tindakan menghilangkan rasa nyeri secara sentral yg disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih

kembali (reversible)

Tahapan anestesi umum :

Persiapan pre anestesi

Induksi anestesi

Rumatan anestesi

Pemulihan pasca-anestesi

Komponen anestesi ideal (trias anestesi) :

Hipnotik

Analgesi

Relaksasi otot

(6)

CARA PEMBERIAN ANESTESI UMUM : Parenteral

Sec. im/iv

Digunakan utk tindakan singkat & induksi anestesi Utk tindakan yang lama dikombinasi dgn cara lain. Perektal

Biasa dipakai pada anak utk induksi anestesi / tindakan singkat

Anestasi Inhalasi

Anestesi menggunakan gas / cairan anestesi yang mudah menguap (volatie agent)

(7)

OBAT PREMEDIKASI

Premedikasi : Pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi.

Tujuan:

Meredakan kecemasan dan ketakutan Memperlancar induksi anestesi

Mengurangi jumlah obat-obat anestesi Mengurangi timbulnya hipersalivasi, bradikardi, mual, muntah pascaanestesi Mengurangi keasaman lambung

(8)

OBAT PREMEDIKASI

ANALGETIK NARKOTIK

Morfin ;

5-10 mg, im (dewasa)

Fungsi : kurangkan kecemasan pasien , takipneu pd pemberian trikloroetilen

Kerugian : waktu pemulihan > pjg, konstipasi, retensi urin, hipotensi, depresi nafas

Petidin;

50-75 mg, iv (dewasa)

Fungsi : mengurangkan nyeri,

menekan tek darah & pernafasan Merangsang otot polos

(9)

ANTIKOLINERGIK

Atropin;

0,4 – 0,6 mg, im , mula kerja 10-15 menit Mencegah hipersekresi kelenjar ludah &

bronkus selama 90 menit

TRANSQUILIZER (obat penenang)

Diazepam ;

10mg, iv @ 10-15mg, po , dosis max : 15mg

Menimbulkan sedatif (dosis rendah) & hipnotik (dosis tinggi)

Midazolam ; (preferrable) Dosis 50% dari diazepam

(10)

H2RA

mengurangkan keasaman lambung

Simetidin;

Dosis dewasa 600mg p.o

Ranitidin;

Dosis dewasa 150mg p.o ANTIEMETIK

Mengurangi mual muntah pasca operasi

Droperidol;

2,5 -5,0 mg (im)

Ondansetron;

(11)

S

TADIUM

ANESTESI

Stadium I (St.Analgesia; St.Cisorientasi)

Stadium II (St.Eksitasi; St. Dalirium)

Stadium III (St. Operasi)

Stadium IV (St. Paralisis)

(12)

Mulai dari induksi sampai hilangnya kesadaran.

Pada stadium ini,pasien tidak merasa sakit

biasanya operasi-operasi kecil sudah bisa

dilakukan.

Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh

hilangnya refleks bulu mata.

STADIUM I

(13)

STADIUM II

(S

T

. E

KSITASI

;S

T

. D

ELIRIUM

)

Mulai dari akhir stadium I dan ditandai dengan

Pernafasan yang irreguler, pupil melebar dengan

refleks cahaya (+), pergerakan bola mata

tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi

dan diakhiri dengan hilangnya refleks menelan

dan kelopak mata.

(14)

STADIUM III

 Mulai dari akhir stadium II,

 dimana pernafasan mulai teratur.  Dibagi dalam 4 plana, yaitu :

1. Plana 1

Ditandai dengan pernafasan teratur, pernafasan torakal sama kuat dgn pernafasan abdominal, pergerakan bola mata terhenti, kadang-kadang letaknya eksentrik, pupil mengecil lagi dan refleks cahaya (+),

lakrimasi akan meningkat, refleks farings dan muntah menghilang, tonus otot menurun.

(15)

2. Plana 2

Ditandai dengan pernafasan yang teratur, volume tidal menurun dan

frekwensi pernafasan naik.

Mulai terjadi depresi pernafasan torakal, bola mata terfiksir ditengah,

pupil mulai midriasis dengan refleks

(16)

3. Plana 3

Ditandai dgn pernafasan abdominal yang lebih dominan daripada torakal karena paralisis otot interkostal yang makin bertambah

sehingga pada akhir plana 3 terjadi paralisis total otot interkostal, juga mulai terjadi

paralisis otot-otot diafragma, pupil melebar dan refleks cahaya akan menghilang pada

akhir plana 3 ini, lakrimasi refleks farings & peritoneal menghilang, tonus otot-otot

(17)

4. Plana 4

Pernafasan tidak adekuat, irreguler, ‘jerky’ karena paralisis otot, diafragma yg makin nyata, pada akhir plana 4, paralisis total diafragma,

tonus otot makin menurun dan akhirnya

flaccid, pupil melebar dan refleks cahaya (-) , refleks sfingter ani menghilang.

(18)

STADIUM IV

(S

T

. P

ARALISIS

)

Mulai dari kegagalan pernapasan yang kemudian

akan segera diikuti kegagalan sirkulasi

(19)

I

NDUKSI

DAN

RUMATAN

ANESTESI

(20)

INDUKSI

DAN

RUMATAN

ANESTESIA

Induksi anestesi :

Tindakan utk membuat pasien dari sadar

menjadi tidak sadar sehingga memungkinkan dimulainya anestesi & pembedahan.

Cara induksi : Intravena Inhalasi

Intramuskular Rektal

- Setelah pasien tidur akibat induksi, lgsg

dilanjutkan dgn pemeliharaan anestesi sampai tindakan bedah selesai.

(21)

INDUKSI INTRAVENA

Paling banyak dilakukan

Selama induksi anestesi, pernafasan pasien, nadi dan tek darah perlu diawasi.

Obat-obat utk induksi intravena: Tiopental : (tiopenton,pentotal)

dosis 3-7mg/kgBB, kepekatan 2,5%

(pd anak dan manula diberikan dosis rendah, pd dewasa diberikan dosis tinggi)

Propofol : (recofol,diprivan) dosis 2-3 mg/kgBB

(22)

Ketamin : (ketalar) - dosis 1-2mg/kgBB

- sering menyebabkan halusinasi, oleh sebab itu sebelumnya dianjurkan menggunakan sedatif spt midazolam

- tidak dianjurkan pd pasien dgn tek darah >60mmHg

INDUKSI INTRAMUSKULAR

- Sampai sekarang hanya ketamin yang dapat

diberikan secara im dengan dosis 5-7mg/kgBB setelah 3-5 menit pasien tidur.

(23)

INDUKSI INHALASI

Dipakai halotan dan sevofluran.

Cara ini dilakukan pada bayi/ anak yang belum terpasang alur vena atau dewasa yang takut disuntik.

Induksi dgn sevofluran lebih disenangi krn jarang sebabkn batuk

Induksi dgn enfluran, isofluran atau desfluran jrg dilakukan krn pasien sering batuk dan waktu

(24)

INDUKSI PEREKTAL

Hanya dilakukan untuk anak atau bayi

(25)

R

UMATAN

ANESTESI

Dapat dikerjakan sec IV atau dengan inhalasi atau campuran intravena inhalasi

Biasanya mengacu pada TRIAS anestesi :

Tidur ringan (hipnosis)

Analgesia cukup

Relaksasi otot

Rumatan IV dengan dosis tinggi, fentanyl

10-50 µg/kgBB dpt menyebabkan pasien tidur dengan analgetik cukup, sehingga tinggal

(26)

RUMATAN INHALASI

Biasanya menggunakan campuran N2O dan O2 3:1 ditambah

enfluran 2-4 vol% atau isofluran 2-4 vol% atau sevofluran 2-4 vol%

tergantung apakah pasien bernapas spontan dibantu atau dikendalikan

(27)

O

BAT PELUMPUH OTOT

Fungsi :

Mengurangi cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea

Memberikan relaksasi otot sepanjang pembedahan Contoh obat pelumpuh otot :

Pavulon (pankuronium bromida)

Mula kerja 2-3menit, lama kerja 30-40 menit

Dosis awal untuk relaksasi otot 0,08mg/kgBB IV Dosis rumatan ½ dr dosis awal

(28)

Vekuronium (norkuron)

Homolog pankuronium bromida yg berkekuatan >besar dan lama kerja singkat

Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskular yang bermakna

Mula kerja 2-3 menit, lama kerja 30 menit Dosis 0,04-0,06 mg/kgBB

Rokuronium

Analog vekuronium dgn onset lebih cepat

Keuntungan : tidak mengganggu fungsi ginjal

Kerugian : mengganggu fungsi hati dan efek kerja lebih lama

Dosis intubasi :0,3 – 0,6 mg/kgBB Dosis rumatan 0,1- 2 mg/kgBB

(29)

Suksametonium (suksinil kolin)

mula kerja 1-2 menit, lama kerja 3-5 menit Dosis intubasi 1- 1,5 mg/kgBB IV

Prostigmin (neostigmin metilsulfat)

Punya efek nikotinik, muskarinik, stimulan otot langsung

Efek muskarinik : bradikardi, hiperperistaltik, spasme saluran cerna, bronkospasme,miosis, kontraksi v.urinaria

(30)

O

BAT ANESTESI INHALASI

Dinitrogen oksida (N20)

Umumnya dipakai dalam kombinaso N20 : O2 yaitu 60% :40%, 70%: 30%, 50%:50%

N20 sangat berbahaya bila digunakan pada pasien pneumotoraks, pneumomediastinum, emboli udara dn timpnoplasti

Halotan

Kekuatannya 4-5 kali eter atau 2 kali kloroform Keuntungan : induksi cepa dan lancar, tidak

mengiritasi jalan napas, bronkodilatasi, jrg

(31)

Kerugian : mudah overdosis, analgesi dan relaksasi berkurang, harga mahal, timbulkan hipotensi,

aritmia, hepatotoksik

Overdosis - dpt sebabkan gejala gagal napas dan kematian

Dosis induksi : 2-4%, rumatan 0,5-2%

Eter

Obat anestetik yg sgt kuat krn dpt memasuki setiap ingkat anestesi

Dosis induksi : 10-20% volume uap eter dlm O2 dan N20

Keuntungan : murah, mudah di dapat, tidak perlu digunakan bersama obat lain, cukup aman,

(32)

 Kerugian : mudah terbakar,bau tidak enak,

menyebabkan mual muntah, hiperglikemia Enfluran (ethran)

 Induksi dgn enfluran cepat dan lancar

 Keuntungan : jrg timbulkan mual muntah,

pemulihannya cepat.

 Dosis induksi: 2-4,5 % dikombinasi dgn O2 atau

campuran N2-O2

 Dosis rumatan : 0,5 -3 % volume

Sevofluran

 Turunan eter berhalogen yang paling disukai utk

induksi inhalasi krn enak, cepat t’utama anak.

(33)

OBAT ANESTESI INTRAVENA

Natrium Tiopental (tiopental,pentotal) Dosis induksi 3-6mg/kgBB

Dosis sedasi 0,5- 1,5 mg/kgBB Indikasi pemberian

Induksi anestesi umum Tindakan yang singkat

(34)

Kontraindikasi : Status asmatikus Anemia Disfungsi hepar Miastenia gravis Porfiria Dispnue berat Kuntungan:

Induksi mudah & cepat Tidak ada delirium

Masa pemulihan cepat

(35)

Kerugian :

Menyebabkan depresi nafas & kardiovaskular Cenderung mnyebabkn spasme laring

Relaksasi otot perut berkurang

Ketamin (ketalar)

Dosis induksi :1-2 mg/kgBB (iv), 3-10mg/kgBB im Lama kerja 15-20menit

Sediaan 1%, 5%, 10% Indikasi

Asma , tindakan ortopedi, pasien dgn risiko tinggi, pengendalian jalan napas sulit

(36)

Kontraindikasi

Tek sistolik > 160/100

Riwayat peny serebrovaskular dan peny jantung

Propofol (driprivan, recofol)

Dosis induksi :2- 2,5 mg /kgBB Dosis rumatan 4-12mg/kgBB

Sering sebabkan nyri shingga seringkali dberikan lidokain dulu, 1-2mg/kbBB

(37)

Opiod (morfin, petidin, fentanyl)

 Untuk induksi diberikan dosis tinggi krn tidak

mengganggu kardiovaskular

 Dosis induksi :20-50mg/kgBB

(38)
(39)

A

NESTESI

LOKAL

Defiisi:

Tindakan menghilangkan rasa secara lokal tanpa disertai hilangnya kesadaran.

Penggunaan:

Sering digunkan dalam kedokteran gigi, tindakan pada mata, telinga hidung & tenggorokan, tindakan pada kulit.

(40)

TEKNIK PEMBERIAN ANESTESI LOKAL :

Anestesi permukaan

Pengolesan / penyemprotan analgetik lokal di selaput mukosa (mata,hidung dan faring)

Anestesi infiltrasi

Penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan ke sekitar tmpt lesi,luka atau insisi Dilakukan sec intradermal dan subkutan

Anestesi blok

Penyuktikan analgetik langsung ke saraf utama/ pleksus saraf

(41)

Analgesi regional intravena

Penyuntikan larutan analgetik lokal intravena

Ekstremitas dieksanguinasi dan diisolasi bagian proksimalnya dr sirkulasi sistemik dgn torniket pneumatik

(42)

O

BAT ANESTETIK LOKAL

Kokain

dlm bentuk topikal semprot 4% utk mukosa jalan napas atas. Lama kerja 2-30 menit

Prokain

untuk infiltrasi : larutan 0,25-0,5%

Dosis 15mg/kgBB, lama kerja 30-60 menit

Kloroprokain

Derivat prokain tp dg masa kerja >pendek

Lidokain

Konsentrasi efektif minimal 0,25%

Mula kerja 10 menit, relaksasi otot cukup baik Lama kerja 60-90 menit

(43)

Bupivakain

Konsentrasi efektif minimal 0,125%

Mula kerja > lambat dari lidokain tetapi lama kerja sampai 8 jam

Ropivakain dan levbupivakain

Efek samping > ringan dari bupivakain Konsentrasi efektif minimal 0,25%

(44)
(45)

ANESTESI SPINAL

Definisi : Anestesi regional dgn tindakan penyuntikan obat anestetik ke dalam ruang subaraknoid.

Juga disebut blok spinal intradural atau blok intratekal.

(46)

I

NDIKASI

Beda ekstremitas bawah Bedah panggul

Tindakan sekitar rektum-perineUm Bedah obstetri-ginekologi

Bedah urologi

(47)

K

ONTRAINDIKASI ABSOLUT

Pasien menolak

Infeksi pd tempt suntikan Hipovolemia berat/syok Koagulopati

Tek intrakranial tinggi

Fasilitas resusitasi minimal

Kurang pengalaman/tanpa didampingi konsultan anestesi

(48)

KONTRA INDIKASI RELATIF

Infeksi sistemik

Infeksi sekitar tempat suntikan Kelainan neurologis

Kelainan psikis Bedah lama

(49)

PERALATAN ANESTESI SPINAL

1) Peralatan monitor

(nadi, tek darah,pulse oximeter,EKG)

2) Peralatan resusitasi/ anestesia umum 3) Jarum spinal

Ujung bambu runcing (Quinke-Babcock/ Greene/

Ujung pensil (Whitacre)- sering digunakan krn jrg menimbulkan nyeri pasca suntikan

(50)

T

EKNIK ANESTESI SPINAL

Setelah dimonitor  ditidurkan dlm posisi

dekubitus lateral  beri bantal supaya enak & tulang blkg stabil  buat pasien membnungkuk maksimal  prosus spinosus mudah teraba

Posisi tusukan ditentukan garis yang

menghubungkan kedua krista iliaca dgn tlg

punggung adalah melalui L4 atau L4-L5. boleh juga di lokasi L3-L4

(51)

Lakukan penyuntikan jarum spinal  dgn sudut 10-30 derajat terhadap bidang horizaontal ke

arah kranial.

Jarum akan menembus lig. Supraspinosum, lig interspinosum, lig flavum, lap duramter, lap

subaraknoid.

Cabut stilet lalu cairan serebrospinal akan keluarsuntikkan obat anestetik lokal ke dlm ruang subaraknoid.

(52)
(53)
(54)
(55)
(56)

OBAT ANESTETIK UTK ANESTESI

SPINAL

Anestetik lokal dgn berat jenis sama  isobarik

Anestetik lokal dgn berat jenis >besar  hiperbarik Anestetik lokal dgn berat jenis >kecil  hipobarik Yang sering dipakai  hiperbarik (hasil campuran

anest lokal + dekstrosa)

(57)

BJ CS

S PADA

37 ‘C 1.003-1.008

Anestetik lokal Berat jenis Sifat dosis

LIDOKAIN (Xylobain,ligno kain) 2% plain 1.006 Isobarik 20-100mg (2-5ml) 5% / dextrose 7,5% 1.033 Hiperbarik 20-50 mg (1-2ml) BUPIVAKAIN (MARKAIN) 0.5% dlm air 1.005 Isobarik 5-20 mg (1-4ml) 0..5%/ dektrose 8,25% 1.027 Hiperbarik 5-15mg (1-3ml)

(58)

KOMPLIKASI TINDAKAN

Hipotensi berat

Bradikardi Hipoventilasi

Trauma pemb darah Trauma saraf

Mual muntah Gg pendengarn

Referensi

Dokumen terkait

4. Membuat kisi–kisi instrumen penelitian dengan penentuan aspek dan indikator terhadap variabel yang bersangkutan berdasarkan pada kajian teori yang ada.. Menyusun urutan

Marble bright merupakan larutan mengandung senyawa kimia yang bereaksi dengan permukaan lantai marmer sehingga terbentuk lapisan kristal yang keras dan mengkilap. Tersedia

Siregar dan Siddharta Utama, Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management), Simposium

Dalam suatu riwaya t disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Abd Aziz, tidak ditemukan lagi masyarakat yang layak untuk menerima zakat, karena semua

Penulisan ini bertujuan melihat strategi kebijakan yang diambil oleh pemerintah terhadap perfilman nasional dalam rangka memproteksi serta mendorong produksi film nasional agar

Penerapan database dalam sistem informasi atau disebut dengan sistem database, merupakan suatu sistem informasi yang mengintegrasikan kumpulan dari data yang saling

Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan

Dalam mengkaji breathing/pernapasan pasien gawat darurat dengan ARDS, kita akan menjumpai pasien mengalami sesak dan irama pernapasannya tidak teratur.. Ini dikarenakan karena