• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Alat Berat pada Konstruksi Pelabuhan.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Produktivitas Alat Berat pada Konstruksi Pelabuhan.docx"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BERAT

DOSEN PEMBIMBING

HENDRA TAUFIK, S.T., M.Sc.

Kelas A Kelompok 6

ADITYA SIRINGORINGO

1307114650

ELLY AFISHA

1207136422

ENDALA SIBORO

1307114585

FANDY AGISMAN

1207113667

ROSMIATI AHMAD

1307113062

RAMADHANI HARAHAP

1307123125

REZA ERMAWAN

1307123200

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak– pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini serta kepada dosen pembimbing yang telah memberikan ilmunya kepada penyusun.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif demi hasil yang lebih baik. Harapan penyusun makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, Maret 2016 Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR RUMUS...vi

DAFTAR TABEL...vii

BAB I URAIAN PEKERJAAN...1

1.1 Skema Pekerjaan...1 1.1.1 Land Clearing...1 1.1.2 Compacting...2 1.1.3 Pemancangan...3 1.1.4 Pembetonan...4 1.2 Spesifikasi Alat...5

1.3 Tarif Sewa Alat...6

1.4 Denah Lokasi...6

BAB II LAND CLEARING...8

2.1 Urutan Kerja...8

2.2 Excavator...8

2.1.1 Definisi Excavator...8

2.1.2 Kegunaan Excavator...10

2.1.3 Produktivitas Excavator...10

2.1.4 Perhitungan Produktivitas Excavator...13

2.3 Dump Truck...13

2.2.1 Definisi Dump Truck...13

2.2.2 Kapasitas Dump Truck...14

2.2.3 Perhitungan Produktivitas Dump Truck...16

2.4 Motor Grader...17

2.3.1 Definisi Motor Grader...17

2.3.2 Fungsi Motor Grader...18

2.3.3 Produktivitas Motor Grader...18

2.3.4 Perhitungan Produktivitas Motor Grader...20

(4)

2.4.1 Definisi Wheel Loader...21

2.4.2 Aplikasi loader...21

2.4.3 Produktivitas Wheel Loader...23

2.4.4 Perhitungan Produktivitas Wheel Loader...25

BAB III COMPACTING...24

3.1 Water Tanker...24

3.1.1 Fungsi Water Tanker...24

3.1.2 Produktivitas Wheel Loader...24

3.1.3 Perhitungan Produktivitas Water Tanker...25

3.2 Vibratory roller...25

3.2.1 Pengertian vibratory roller...25

3.2.2 Produktivitas Vibratory Roller...27

3.2.3 Perhiungan Produktivitas vibratory roller...27

BAB IV PEMANCANGAN...27

4.1 Urutan Kerja...27

4.2 Trailer...28

4.1.1 Definisi Trailer...28

4.1.2 Produktivitas Trailer...29

4.1.3 Perhitungan Produktivitas Trailer...30

4.3 Crawl Crane...31

4.3.1 Kegunaan Crawl Crane...31

4.3.2 Produktivitas Crawl Crane...32

4.3.3 Perhitungan Produktivitas Crawl Crane...33

4.4 Barge...33

4.4.1 Kegunaan Barge...33

4.4.2 Perhitungan Produktivitas Barge...34

4.5 Hammering Pile...34

4.5.1 Definisi Hammering Pile...34

4.5.2 Produktivitas Hammering Pile...36

4.5.3 Perhitungan Produktivitas Hammering Pile...36

BAB V PEMBETONAN...36

5.1 Urutan Kerja...36

5.2 Concrete Mixing Truck...36

(5)

5.1.2 Produktivitas Concrete Mixing Truck...37

5.1.3 Perhitungan Produktivitas Concrete Mixing Truck...38

5.3 Concrete Pump...39

5.2.1 Pengertian Concrete Pump...39

5.2.2 Produktivitas Concrete Pump...40

5.2.3 Perhitungan Produktivitas Concrete Pump...41

5.4 Concrete Vibrator...41

5.4.1 Kegunaan Concrete Vibrator...41

5.4.2 Perhitungan Produktivitas Concrete Vibrator...42

BAB VI PENGANGKUTAN...41

6.1 Mobilisasi...41

6.2 Demobilisasi...43

BAB VII REKAPITULASI...43

7.1 Schedule...43

7.2 Alat... 44

7.3 Material...44

7.4 Total... 45

BAB VIII PENUTUP...44

8.1 Kesimpulan...44 8.2 Saran...44 DAFTAR PUSTAKA...45 LAMPIRAN... 47 LATIHAN... 47 PENYELESAIAN...50

DA

Gambar 1. 1 Detail Area Pembangunan...7

(6)

Gambar 2.2 Dump Truck 120 Hp...14

Gambar 2.3 Motor Grader 120 Hp...17

Gambar 2.4 Wheel Loader 110 Hp...21

Gambar 2.5 Cross Loading...22

Gambar 2.6 V – Shape Loading...22

Gambar 2.7 Load and Carry...22

YGambar 3. 2 Water Tanker 100 Hp...24

Gambar 3.3 Vibratory Roller 75 Hp...26

YGambar 4.1 Truck Trailer 250 Hp...28

Gambar 4.2 Crawl Crane 150 Hp...32

Gambar 4.3 Barge...34

Gambar 4.4 Hammering Pile 100 Hp...35

YGambar 5.1 Truck Mixer...37

Gambar 5.2 Concrete Pump 100 Hp...40

Gambar 5.3 Concrete Vibrator 5 Hp...42

YGambar 6.1 Trailer 250 Hp...42

YGambar 7. 1 Schedule Pekerjaan...43

(7)

DAFTAR RUMUS

Y

Rumus II.1 Kapasitas produksi excavator ... 10

Rumus II.2 Kapasitas Produksi dump truck ... 14

Rumus II.3 Produksi ersiklus dump truck ... 15

Rumus II.4 Jumlah unit dump truck ... 15

Rumus II.5 Jumlah siklus dump truck ... 15

Rumus II.6 Jumlah siklus loader saat memuat dup truck ... 15

Rumus II.7 Waktu produksi motor grader ... 18

Rumus II.8 Kapasitas produksi motor grader ... 19

Rumus II.9 Jumlah trip motor grader ... 19

Rumus II.10 Kapasitas produksi wheel loader ... 23

Rumus II.11 Produksi persiklus wheel loader ... 23

Rumus II.12 Cm untuk cross loading ... 24

Rumus II.13 Cm untuk V – shape loading ... 24

Rumus II.14 Cm untuk load and carry ... 24

Rumus III.1 Produksi water tanker Rumus III. 2 Produktivitas vibratory roller Rum IV.1 Kapasitas produksi trailer...29

Rumus IV.2 Nilai Cmt trailer...29

Rumus IV.3 Kapasitas produksi crane...33

Rumus IV. 4 Produktivitas hammering pile...36

Rumus YV.1 Kapasitas produksi concrete mixing truck...37

(8)

DAFTAR TA

Tabel 1. 1 Tarif Sewa Alat Per Jam...6

YTabel 2. 1 Waktu siklus standar excavator (CT)...11

Tabel 2.2 Faktor bucket (Fb)...11

Tabel 2.3 Faktor Konversi (Fv)...12

Tabel 2.4 Efisiensi kerja (Fa)...12

Tabel 2.5 Faktor posisi untuk excavator...12

Tabel 2.6 Panjang blade efektif (Le)...19

Tabel 2.7 Kapasitas bucket...23

Tabel 2.8 Faktor Pemuatan Bucket...24

YTabel 7. 1 Biaya sewa alat pada setiap pengerjaan...44

Tabel 7. 2 Biaya materialyang digunakan pada pembuatan pelabuhan...44

Tabel 7. 3 Total Biaya Proyek...45

BAB I

URAIAN PEKERJAAN

1.1 Skema Pekerjaan

Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi waktu dan optimalisasi biaya pelaksanaan, kontraktor harus dapat merealisasikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, biaya yang telah dianggarkan dan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan pihak pengguna anggaran, sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek tersebut, maka berikut ini kami susun Skema Pekerjaan.

(9)

1.1.1 Land Clearing

Pembersihan lahan merupakan salah satu tahapan dalam mempersiapkan lahan untuk konstruksi pekerjaan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pekerjaan clearing, antara lain kelebatan pohon, penggunaan setelah penegerjaan misalnya untuk jalan raya sehingga akan mempengaruhi pada metode clearing, keadaan dan daya dukung tanah, topografi, iklim, dan kekhususan pekerjaan.

Umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek – proyek konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia. Pada proses pengerjaan land clearing, hal yang umum dilakukan adalah meliputi:

a. Underbrushing

Underbrushing adalah sebuah kegiatan yang lebih menjurus kepada

pembabatan pepohonan yang berdiameter maksimum 30 cm dengan tujuan untuk mempermudah pelaksanaan penumbangan pepohonan yang lebih besar.

b. Felling / Cutting

Adalah kegiatan penumbangan pepohonan yang berdiameter lebih dari 30 cm. Dalam spesifikasi pekerjaan yang tersedia, biasanya disebutkan persyaratan – persyaratan tertentu, seperti misalnya pohon hams ditumbangkan berikut tanggul (bonggolnya) dengan mengupayakan kerusakan top soil sekecil mungkin, kayu-kayu yang produktif harus dipotong menjadi 2 atau 4 bagian yang kelak dapat dimanfaatkan bagi keperluan transmigran dan sebagainya.

c. Piling

Kegiatan pengumpulan kayu-kayu yang kemudian dikumpulkan menjadi tumpukan-tumpukan kayu pada jarak tertentu. Perlu diperhatikan adanya jalur tumpukan yang sesuai dengan arah angin.

d. Burning

Adalah pembakaran kayu-kayu yang telah ditumbangkan dan cukuo kering, dengan tidak melalaikan kayu-kayu yang dapat dimanfaatkan. Dalam spesifikasi pekerjaan umunya diharuskan abu

(10)

sisa pembakaran sisebar dengan rata untuk menambah kesuburan tanah.

1.1.2 Compacting

Proses compacting atau pemadatan tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat berat seperti Vibratory Roller, Dump Truck, Motor Grader. Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu:

a. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.

b. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan penimbunan.

c. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan. Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.

d. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai sepanjang tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm keadaan memanjang, sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal padat 20 cm hingga didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.

1.1.3 Pemancangan

Tiang pancang adalah salah satu jenis pondasi yang digunakan untuk gedung bertingkat tinggi atau bangunan tower, bentuk tiang pancang bisa berupa silinder atau segitiga denggan panjang tiang 10 m sampai dengan 30 m, apabila kedalaman tiang pancang melebihi satu buah maka dapat dilakukan penyambungan. berbagai metode kerja dapat digunakan sebagai cara pemancangan pondasi tiang pancang ini

(11)

seperti menggunakan alat berat diesel hammer dengan urutan langkah kerja sebagai berikut:

Cara pemancangan pondasi tiang pancang:

a. Melakukan pengetesan terhadap tanah dilokasi rencana pondasi untuk mengetahui jenis tanah dan kedalaman lapisan keras.

b. Menghitung struktur pondasi tiang pancang sehingga dapat ditentukan kebutuhan ukuran tiang pancang, spesifikasi material dan kedalaman tiang pancang sehingga kuat untuk menahan beban bangunan yang disalurkan ke titik perhitungan.

c. Produksi tiang pancang dapat dilakukan dipabrik dengan spesifikasi sesuai perhitungan kemudian dkirim ke lokasi proyek menggunakan kendaraan truck besar.

d. Pengangkatan tiang pancang dapat menggunakan alat tower crane atau mobil crane dengan posisi titik angkat sesuai perhitungan sehiingga tidak terjadi patah dalam pengangkatan.

e. Surveyor melakukan pengukuran dilapangan untuk menentukan titik-titik sesuai gambar kemudian mendirikan alat teodolit untuk mengecek ketegakan pemancangan, tiang pancang diangkat tegak lurus kemudian posisi ujung diesel hammer dinaikan dan topi paal dimasukan pada kepala tiang pancang.

f. Ketegakan posisi pemancangan dikontrol menggunakan 2 buah teodilit yang dipasang dari dua arah untuk memastikan posisi tiang pancang tegak dan melakukan control setiap 2 m, pemancangan dilakukan sampai dengan elevasi kedalaman yang direncanakan. g. Tiang pancang yang tersisa diatas elevasi rencana dikelupas betonya

sehingga tersisa besi tulangan yang akan dipakai sebagai stek untuk dihubungkan dengan pile cap pada bangunan gedung atau abutmen pada konstruksi jembatan.

Kesalahan yang mungkin terjadi pada cara pemancangan pondasi tiang pancang ini bisa terletak pada penggunaan bahan dibawah spesifikasi perhitungan sehingga pondasi tidak kuat, selain itu kesalahan dalam pengangkatan yang tidak berada pada titik aman dapat menyebabkan patah, kemiringan pemancangan juga bisa terjadi akibat

(12)

kurang terkontrolnya ketegakan sehingga mengurangi kedalaman dan kekuatan pondasi yang berbeda dari perencanaan.

1.1.4 Pembetonan

Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku (SNI03 – 2847 Tahun 2002) dengan jenis beton yang akan dilaksanakan sesuai dengan Rencana Anggaran dan Biaya (RAB).

Persyaratan uji :

1. Trial Test dan Mix Design, Merupakan uji awal sebelum pengecoran dilaksanakan, untuk mengetahui takaran sesuai dengan mutu beton yang disyaratkan dan dipakai sebagai acuan untuk pelaksanaan pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pelaksanaan beton struktur. 2. Actual Random Test, Merupakan uji acak selama pelaksanaan

pengecoran berlangsung untuk mengetahui mutu beton pada bagian struktur tertentu.

3. Slump Cone Test, Merupakan uji acak untuk mengetahui mutu adukan beton dalam hal ini jumlah volume airnya, untuk menjaga konsistensi perbandingan air, semen sehingga didapat mutu beton seperti yang disyaratkan.

4. Tes Tekan Beton, Pada saat pelaksanaan pengecoran pondasi, balok, plat dan kolom harus dibuatkan silinder dengan ukuran dan jumlah disesuaikan dengan ketentuan yang dimuat dalam (SNI03 – 2847 Tahun 2002), dan dilakukan pengetesan di Laboratorium konstruksi beton.

Adukan beton dengan perbandingan 1 pc : 3 ps : 5 kr digunakan untuk beton tidak bertulang seperti : rabat beton dan lantai kerja, sedangkan adukan beton dengan campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr dipakai untuk kolom praktis, balok latai, ring balk atau beton yang bukan struktur.

(13)

1.2 Spesifikasi Alat

Pada proyek pembangunan pelabuhan ini terdapat beberapa alat yang akan digunakan demi membantu proses pengerjaan konstruksi tersebut agak lebih mudah dan cepat untuk diselesaikan. Beberapa alat yang akan digunakan yaitu: a. Excavator b. Motor Grader c. Wheel Loader d. Dump Truck e. Water Tanker f. Vibratory Roller g. Crawl Crane h. Hammering Pile i. Trailer j. Barge

k. Concrete Mixing Truck l. Concrete Pump

m. Concrete Vibrator

1.3 Tarif Sewa Alat

Tarif sewa alat yang dikeluarkan oleh Dinas Pemerintahan Umum Provinsi Riau tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1. 1 Tarif Sewa Alat Per Jam

N o Uraian Kod e Hp KAP Biaya sewa alat/jam (di luar PPN) 1 EXCAVATOR 80-140 HP E10 100 0.5 m3 536,251.82

2 MOTOR GRADER >100 HP E13 120 10,800 10,800 623,160.07

3 WHEEL LOADER 1,0-1,6 M3 E15 110 1.5 M3 531,920.16

4 DUMP TRUCK 3,5 TON E08 120 6 Ton 262,354.09

5 CRANE 10-15 TON E07 150 15 Ton 785,781.70

(14)

7 TRAILER 20 TON E29 250 20 Ton 678,848.66

8 WATER TANKER 3000-4500 L E23 100 5,000 Liter 282,160.56

9 VIBRATORY ROLLER 5-8 T E19 75 10 Ton 330,702.94

1

0 CONCRETE PUMP E28 100 8 M3 233,917.15

1

1 CONCRETE VIBRATOR E20 5 25 25 71,976.33

Sumber: (Dinas PU, 2015) 1.4 Denah Lokasi

Selain mengatur skema pekerjaan kita harus merencanakan denah lokasi proyek pekerjaan. Hal ini berfungsi sebagai penunjang keefektifan dalam proses pembangunan, efisiensi waktu, dan biaya yang sesuai dengan anggaran. Dengan adanya perencanaan denah lokasi kita juga mengatur nilai estetika dari sebuah proyek. Sket denah lokasi pembangunan pelabuhan ini seperti terlihat pada Gambar 1.1.

(15)

BAB II

LAND CLEARING

2.1 Urutan Kerja

Umumnya proses pekerjaan land clearing pada proyek–proyek konstruksi dilakukan dengan memperhatikan lahan dan peralatan yang tersedia. Pada proses pengerjaan land clearing pembangunan pelabuhan ini hal yang umum dilakukan adalah meliputi:

a. Pemotongan pohon b. Penggalian akar c. Pembersihan lahan

Untuk mempermudah pekerjaan tersebut maka digunakan beberapa alat berat seperti excavator, wheel loader, dump truck, dan juga motor grader.

2.2 Excavator

2.1.1 Definisi Excavator

Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan

untuk memindahkan material. Tujuannya adalah untuk membantu dalam melakukan pekerjaan yang sulit agar menjadi lebih ringan dan dapat mempercepat waktu pengerjaan sehingga dapat menghemat waktu. (dapat dilihat pada Gambar 2.1)

(16)

Gambar 2.1 Excavator 100 Hp

Sumber: (Ati R. , 2015)

Excavator ada yang mempunyai roda dari ban biasa digunakan

untuk jalanan padat dan rata disebut "Wheel Excavator" dan ada yang mempunyai roda dari rantai besi yang akan memudahkannya untuk berjalan di jalanan yang tidak padat atau mendaki. Excavator beroda rantai besi ini disebut juga "Crawler Excavator”. Tungkai dari

excavator dioperasikan dengan sistem engsel (winches) yang ditarik

oleh mesin hydraulic dengan menggunakan kawat baja.

Excavator memiliki fungsi utama untuk menggali dan memuat

tanah galian tersebut ke dalam truck atau lokasi penumpukan. Dalam industri perhutanan excavator digunakan untuk mengangkut kayu. Selain itu excavator juga dapat digunakan untuk membuat kemiringan (sloping). Perlu operator berkeahlian tinggi untuk dapat membuat

(17)

2.1.2 Kegunaan Excavator

Beberapa bidang industri yang menggunakan excavator yaitu dalam bidang konstruksi, pertambangan, infrastruktur dan lain sebaginya. Excavator banyak digunakan untuk:

1. Menggali parit, lubang, dan pondasi 2. Penghancuran gedung

3. Meratakan permukaan tanah

4. Mengangkat dan memindahkan material 5. Mengeruk sungai

6. Pertambangan

Pada pekerjaan land clearing dalam bidang konstruksi

excavator digunakan sebagai alat untuk membersihkan lahan dari

material-material maupun sampah yang ada sehingga lahan tersebut bersih dan bisa digunakan untuk konstruksi.

2.1.3 Produktivitas Excavator

Kapasitas produksi excavator dapat dihitung dengan rumus:

Q=V × Fa× Fb × 60

TS × Fv ...II. 1

Dimana: V = kapasitas bucket Fa = faktor efisiensi kerja Fb = faktor bucket

Fv = faktor konversi TS = waktu siklus standar

Waktu siklus excavator terdiri dari waktu gali, waktu putar 2 kali, dan waktu buang. Waktu menggali biasanya tergantung pada kedalaman gali dan kondisi galian. Nilai koefisien lainnya bisa dilihat pada Tabel 2.1, Tabel 2.2, Tabel 2.3, Tabel 2.4, dan Tabel 2.5 berikut ini.

(18)

Tabel 2. 1 Waktu siklus standar excavator (CT)

Kapasitas Bucket Sudut Putar (swing)

(m3/heaped) 45o - 90o 90o - 180o 0,10 – 0,60 10 – 14 13 – 17 0,60 – 1,25 13 – 17 16 – 20 1,25 – 2,20 15 – 19 18 – 22 2,20 – 4,30 18 -21 21 – 24 4,30 – 6,30 22 – 25 24 – 28 6,30 – 11,0 24 - 27 29 – 30 Sumber: (Sentosa, 2012)

Tabel 2.2 Faktor bucket (Fb)

Kondisi Faktor Bucket

Mudah Penggalian tanah biasa, clay, atau

tanah lembut 1,1 - 1,2

Sedang Penggalian tanah biasa berpasir

atau tanah kering 1,0 - 1,1

Agak sukar Penggalian tanah biasa berbatu

batu 1,0 - 0,9

Sukar Pengambilan batu pecah hasil

ledakan 0,9 - 0,8

Sumber: (Sentosa, 2012)

Tabel 2.3 Faktor Konversi (Fv) Kondisi galian Kondisi Pembuangan Mudah (membuang pada Normal (tempat pembuangan Agak sulit (tempat pembuanga Sulit (tempat sempit memerlukan

(19)

tempatnya) luas) n sempit) jangkauan maksimal) < 40 % 0,7 0,9 1,1 1,4 40 % - 75 % 0,8 1,0 1,3 1,6 >75 % 0,9 1,1 1,5 1,8 Sumber: (Sentosa, 2012)

Kondisi galian (%) = kedalaman galian / kedalaman galian spesifik maksimal

Tabel 2.4 Efisiensi kerja (Fa)

Kondisi kerja Efisiensi kerja

Baik 0,83

Sedang 0,75

Kurang baik 0,67

Jelek 0,58

Sumber: (Sentosa, 2012)

Tabel 2.5 Faktor posisi untuk excavator

Posisi alat Kondisi lokasi Faktor Posisi

Baik Luas, lapang, datar 1,00 - 0,90

Sedang Terbatas, agak miring 0,90 - 0,70

Sulit Sempit, miring 0,70 - 0,50

Sumber: (Sentosa, 2012)

2.1.4 Perhitungan Produktivitas Excavator

Diketahui:

Kapasitas bucket : 0,8 m3

Tinggi gross alat : 4,60 m

Swing putar :45o s/d 180o

Efisiensi kerja : 0,83 (kondisi baik)

Faktor bucket : 1,0 (sedang)

Faktor posisi : 1,0 (lapangan datar)

Fv : 0,9

(20)

Biaya sewa alat perjan : Rp 536.251,82

Volume lahan : 6000 m3

Ditanya : Produktivitas alat? Penyelesaian;

Q = V × Fa × Fb ×60TS × Fv = 0,8× 0,83 ×1 ×1× 36000,9× 17

= 312,47 m3/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan = 312,476000 =19,2 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam.

Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 19,27 =2,74 hari ≈ 3 hari

Tota biaya sewa alat excavator = Rp 536.251,82 x 21 jam = Rp 11.261.288,22

2.3 Dump Truck

2.2.1 Definisi Dump Truck

Dump truck adalah kendaraan jenis yang digunakan untuk

mengangkut bahan material seperti pasir, kerikil atau tanah untuk keperluan konstruksi. Dump truck dapat memindahkan material pada jarak menengah sampai jarak jauh (500 meter–up). Isi muatannya diisikan oleh alat pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya alat berat ini dapat bekerja sendiri dengan mengangkat bagian bak muatannya dengan teknologi hidrolik.

Secara umum, dump truk dilengkapi dengan bak terbuka yang dioperasikan dengan bantuan hidrolik, bagian depan dari bak itu bisa diangkat keatas dan bagian belakang bak berfungsi sebagai engsel atau sumbu putar sehingga memungkinkan material yang diangkut bisa melorot turun ke tempat yang diinginkan. Dump truck biasa digunakan dalam industri pertambangan untuk memindahkan material hasil tambang ataupun material tanah. (dapat dilihat pada Gambar 2.2)

(21)

Gambar 2.2 Dump Truck 120 Hp

Sumber: (Ati, 2015)

2.2.2 Kapasitas Dump Truck

Rumus kapasitas produksi dump truck adalah:

Q=C ×60 × E

Cmt × M ...II.2

Dimana: Q = produksi perjam (m3/jam)

C = produksi persiklus (m3)

E = efisiensi kerja

Cmt = waktu siklus (menit)

M = jumlah unit dump truck

Produksi persiklus didapat dari rumus berikut:

C=n ×q1× K ...II.3

Diman: C = produksi pesiklus (m3)

n = jumlah siklus yang dibutuhkan loader untuk memuat ke

(22)

K = faktor bucket loader

q1 =kapasitas bucket loader (m3)

Jumlah unit dump truck yang dibutuhkan:

M= Cmt

n ×Cms ...II.4

Dimana: M = jumlah dump truck yang dibutuhkan

Cmt = waktu siklus dump truck Cms = waktu siklus loader

n = jumlah siklus loader

Jumlah siklus dump truck dapat pula dicari menggunakan rumus:

Cmt=n ×Cms+ D

V1

+t1+ D

V2

+t2 ... II.5

Dimana: Cmt = waktu siklus dump truck Cms = waktu siklus loader

D = jarak angkut dump truck

V1 = kecepatan rata-rata dump truck bermuatan (m/menit)

V2 = kecepatan rata-rata dumpt truck kosong (m/menit)

t1 = waktu membuang muatan + menunggu dimuat

(menit)

t2 = waktu mencari posisi dimuat (menit)

Sedangkan untuk jumlah siklus loader saat memuat dump truck didapat menggunakan rums:

n=C1

q1

× K ... II.6

Dimana: C1 = kapasitas dumpt truck (m3)

q1 = kapasitas bucket loader (m3)

K = faktor bucket loader

2.2.3 Perhitungan Produktivitas Dump Truck

(23)

Jarak angkut = 15 km = 15000 m

Efisiensi kerja = 0,8

Kecepatan saat berisi muatan = 40 km/jam = 666,66 m/menit

Kecepatan saat kosong = 60 km/jam = 1000 m/menit

Waktu siklus loader = 0,81 menit

Unloading + loading = 7 menit

Mencari posisi loading = 2 menit

Kapasitas dump truck = 24 m3

Jumlah siklus loader = 14

Volume = 6000 m3

Biaya sewa alat perjam = Rp 262.354,09

Ditanya: Produktivitas dump truck? Penyelesaian: Cmt = n ×Cms+ D V1+t 1+ D v +t 2 = (14 ×0,81)+666,6615000+7+150001000 +2 = 57,84 menit Q = C ×60 × ECmt × M = 24 ×60 ×0,8157,84 × 1 = 19,92 m3/jam

Waktu ekerjaan yang dibutukan = 6000 m

3

19,92 m3/jam

= 301,20 jam Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam.

Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 301,207 =43,03 hari

Digunakan 9 unit alat dump truck sehingga waktu pekerjaan menjadi: 43,03

(24)

Jadi lama alat disewa yaitu 5 x 7 = 35 jam Tota biaya sewa alat = Rp 262.354,09 x 35 jam

= Rp 82.641.538,35

2.4 Motor Grader

2.3.1 Definisi Motor Grader

Motor grader adalah salah satu alat berat yang populer

digunakan dalam sektor konstruksi di Indonesia. Berfungsi untuk melakukan grading ataupun leveling jalan, serta melakukan ripping material-material yang ringan dengan menggunakan attachmentnya berupa scarifier maupun ripper. Motor grader yang kita kenal sekarang ada dalam beberapa brand, diantaranya caterpillar, komatsu, XCMG, dll. Pemilihan motor grader didasarkan pada jenis material yang akan di grading. Oleh karena itu material menentukan power yang akan digunakan, pada akhirnya menentukan model apa motor grader yang akan digunakan. Selain itu, lebar blade juga merupakan pertimbangan dalam pemilihan motor grader. Lebar blade dipilih berdasarkan lebar jalan yang akan dikerjakan. (dapat dilihat pada Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Motor Grader 120 Hp

(25)

2.3.2 Fungsi Motor Grader

Motor grader dalam pengoperasiannya digunakan untuk

keperluan:

1. Grading (perataan permukaan tanah).

2. Shaping (pemotongan untuk mendapatkan bentuk/profil tanah). 3. Bank shoping (pemotongan dalam pembuatan talud).

4. Scarifiying (penggarukan untuk pembuatan saluran). 5. Ditching (pemotongan untuk pembuatan saluran).

6. Mixing and spreading (mencampur dan menghampar material di lapangan).

Selain pekerjaan tersebut, motor grader dapat pula difungsikan untuk pekerjaan bervariasi lainnya dengan cara memberi peralatan tambahan, seperti:

1. Spesial short blade (blad pendek), berfungsi untuk menggali saluran dangkal yang berbentuk segi empat dengan ukuran tertentu, selain itu alat tambahan ini dapat berfungsi membuat tambahan lebar perkerasan pada jalan yang telah ada.

2. Elevating conveyor, perlengkapan ini berfungsi untuk menyalurkan material lepas yang melewati blade kemudian mengangkatnya dan dibuang ke samping.

2.3.3 Produktivitas Motor Grader

Untuk menentukan waktu produksi motor grader diperhitungkan sebagai berikut:

T =N × D

E ×V ... II.7

Dimana: T = waktu kerja (m)

N = jumlah grading D = jarak kerja (m)

E = efisiensi

V = kecepatan kerja (km/jam)

Rumus kapasitas produksi untuk motor grader adalah:

(26)

Dimana: Q = produksi perjam (m2/jam)

V = kecepatan kerja (km/jam) Le = panjang blade efektif (m)

Lo = lebar tumpang tindih/overlap (0,3 m)

E = efisiensi

Kecepatan kerja (V) untuk: perbaikan jalan = 2 – 6 km/jam

Pembuatan tranch = 1,6 – 4 km/jam

Perapihan tebing = 1,6 – 2,6 km/jam

Perataan medan = 1,6 – 4 km/jam

Leveling = 2 – 8 km/jam

Nilai panjang blade efektif bisa didapat dari Tabel 2.6.

Tabel 2.6 Panjang blade efektif (Le)

Pajang blade (m) 2,2 3,1 3,7 4,0 4,3

Panjang efektif dengan

sudut 60o 1,9 2,7 3,2 3,5 3,7

Panjang efektif dengan

sudut 45o 1,6 2,2 2,6 2,8 3,0

Sumber: (Shalahuddin, 2009)

Namun jika motor grader digunakan untuk operasional pelapisan permukaan (lavelling parallel strip), maka jumlah trip dapat dihitung dengan rumus:

N= W

¿−Lo× n ...II.9

Dimana: W = total lebar yang akan dilapisi

n = jumlah grading yang dibutuhkan untuk permukaan

yang akan dilapisi

Le = panjang blade efektif (m) Lo = lebar overlape (m)

2.3.4 Perhitungan Produktivitas Motor Grader

(27)

Efisiensi = 0,83 Lebar pekerjaan (W) = 100 m Panjang pekerjaan (D) = 200 m Panjang blade (L) = 4010 mm Sudut blade = 60o Le – Lo = 3170 mm = 3,17 m Jumlah siklus (n) = 3

Kecepatan kerja (V) = 4 km/jam

Biaya sewa alat perjam = Rp 623.160,07

Luas lahan yang diratakan = 100 x 200 = 20000 Ditanya: Produktivitas alat?

Penyelesaian: Q = V × (¿−Lo )× 1000× E = 4 x 3170 x 0,83 = 10.523 m2/jam N = ¿−WLo× n = 3,17100 ×3 = 96 T = N × DV × E = 96 ×0,54 × 0,83 = 5,7 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 20000 m

2

10.523 m2/jam = 5,7 jam ≈ 1

hari

Total biaya sewa alat = Rp 623.160,07 x 7 = Rp 4.362.120,49

(28)

2.5 Wheel Loader

2.4.1 Definisi Wheel Loader

Wheel Loader adalah traktor yang mempunyai traksi besar. Unit

ini digunakan untuk memindahkan material ke dalam dump truck atau memindahkan material ke tempat lain dan dapat dioperasikan pada medan yang berlumpur, berbatu, berbukit dan di daerah yang berhutan. (dapat dilihat pada Gambar 2.4)

Gambar 2.4 Wheel Loader 110 Hp

Sumber: (Deera, 2014)

2.4.2 Aplikasi loader

Fungsi loader yang paling umum adalah utnuk memuat material kedalam alat pengangkut. Pada area yang datar alat pengangkut dapat diletakkan didekat loader sehingga gerakan loader akan lebih mudah. Terdapat tiga metod pemuatan material dari loader kedalam truck yaitu: 1. Cross loading

Pada metode ini truk bergerak maju pada saat loader mengambil material dari timbunan dan kemudian mundur pada saat loader telah siap memindahkan material ke dalam truk. Cara kerja cross loading dapat terlihat seperti Gambar 2.5.

(29)

Gambar 2.5 Cross Loading

Sumber: (Rostiyanti, 2008) 2. V – shape loading

Pada metode ini truk tidak bergerak sampai bak terisi penuh dan

loader melakukan gerakan V dari timbunan ke arah truk. Cara kerja v-shape loading seperti terlihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 V – Shape Loading

Sumber: (Rostiyanti, 2008) 3. Load and carry

Sedangkan pada metode ini loader akan bergerak maju mundur untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Cara kerja load and carry seperti terlihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Load and Carry

Sumber: (Rostiyanti, 2008)

2.4.3 Produktivitas Wheel Loader

(30)

Q=q × 60× E

Cm ...II.10

Nili q dicari menggunakan persamaan:

q=q1× K ...II.11

Dimana: q = produksi persiklus

E = efisiensi

Cm = waktu siklus K = faktor bucket

q1 = kapasitas bucket penuh (heaped capacity)

Faktor bucket:

1. Easy loading = 1,0 – 0,80

2. Average loading = 0,80 – 0,60

3. Rather diifficult loading = 0,60 – 0,50

4. Difficult loading = 0,50 – 0,40

Untuk kapasitas bucket sesuai pabrikasi dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut.

Tabel 2.7 Kapasitas bucket

Jenis Kapasitas munjung (m3) Kapasitas peres (m3)

910 F 1,20 1,02

918 F 1,70 1,40

928 F 2,00 1,70

930 F 1,72 1,29

Sumber: (Shalahuddin, 2009)

Beberapa kondisi material loader tidak dapat maksimal pengangkutannya sehingga diperlukan faktor pemuatan bucket yang ditampilkan pada Tabel 2.8 berikut ini.

Tabel 2.8 Faktor Pemuatan Bucket

Material Nilai

Material seragam atau campuran 0,95 – 1,00

(31)

Batuan hasil peledakan yang baik 0,80 – 0,85

Batuan hasil peledakan yang sedang 0,75 – 0,80

Batuan hasil peledakan yang buruk 0,60 – 0,75

Batuan berlumpur 1,00 – 1,20

Lanau basah 1,00 – 1,10

Material berbeton 0,85 – 0,95

Sumber: (Shalahuddin, 2009)

Waktu siklus (Cm) tergantung dari metode operasi loader yang digunakan. 1. Cross loading Cm=D F+ D R+Z ...II.12 2. V – shape loading Cm=

(

D F ×2

)

+

(

D R× 2

)

+Z ...II.13

3. Load and carry

Cm=

(

D

F ×2

)

+Z ...II.14

Dimana: Cm = waktu siklus (menit) D = jarak angkur (m)

F = kecepatan maju (m/menit)

R = kecepatan mundur (m/menit)

Z = fixed time

Nilai F, R, Z adalah:

1. V – shape loading and cross loading

F dan R = 0,80 ×kecepatan maksimum(torq flow) 2. Load and carry

Bila D < 50 ; F dan R = 10 – 15 km/jam

50 < D < 100 ; F dan R = 10 – 20 km/jam

D > 100 ; F dan R = 15 – 25 km/jam

3. Fiixed time (Z) adalah waktu yang diperlukan untuk ganti

porsnelling, memuat, berputar, dan lain-lain yang nilainya berkisar

(32)

2.4.4 Perhitungan Produktivitas Wheel Loader

Diketahui:

Heaped capacity (q1) = 1,5 m3

Operating method = cross loading

Jarak angkut (D) = 10 m

Jenis material = sandy clay

Efisiensi kerja(E) = 0,83

Faktor bucket (K) = 0,85

Fc = 1,00 (tanah lempung berpasir)

Kecepatan maju (F) = 15 km/jam

Kecepatan mundur (R) = 15 km/jam

Volume pekerjaan = 6000 m3

Biaya sewa alat perjam = Rp 531.920,16 Ditanya: Produktivitas alat?

Penyelesaian: F = 0,8 x 15 = 12 km/jam = 200 m/menit R = 0,8 x 15 = 12 km/jam = 200 m/menit q = q1 x K = 1,5 x 0,85 = 1,275 m3 Cm = DF+DR+z = 20010 +20010 +0,6 = 0,7 menit Q = q ×60 × ECm

=

1,275 × 60× 0,830,7 = 90,71 m3/jam

Waktu pekerjaan yang diperlukan 90,716000=66,14 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam.

Waktu yang dibutukan 66,147 =9,45 hari ≈ 10 hari

Digunakan 2 unit wheel loader

Maka waktu pekerjaan menjadi 102 =5 hari

Biaya total sewa alat = Rp 531.920,16 x 70 = Rp 37.234.411,2

(33)

BAB III

COMPACTING

3.1 Water Tanker

3.1.1 Fungsi Water Tanker

Water tanker merupakan mobil yang mempunya bak berisi air

yang biasa digunakan untuk menyirami sesuatu dan mempermudah proses pengangkutan air dalam jumlah besar. Water tanker juga biasa digunakan untuk menyirami aspal agar suhu aspal tetap terjaga dan juga digunakan untuk membantu proses pemadatan tanah dengan menyirami tanah yang akan dipadatkan agar tanah tersebut tidak terlalu kering dan mempunyai daya ikat tanah yang cukup kuat. (dapat dilihat pada Gambar 3.1)

Gambar 3. 1 Water Tanker 100 Hp

Sumber: (Rush, 2011)

3.1.2 Produktivitas Wheel Loader

Produktivitas water tunk dapat dihitung menggunakan rumus:

Q=C × n× E

Wc ... III.1

Dimana: Q = produksi alat perjam (m3/jam)

C = kapasitas bak atau volume tangki (m3)

(34)

E = faktor efisiensi kerja total Wc = kebutuhan air/m3 meterial padat

3.1.3 Perhitungan Produktivitas Water Tanker

Diketahui: Kapasitas bak = 4000 L Jumlah siklus = 2 Efisiensi = 0,83 Kebutuhan air = 220 m3 Luas lahan = 20000 m2

Biaya sewa alat perjam = Rp 282.160,56 Ditanya: Produktivitas alat?

Penyelesaian:

Q = C ×n × EWc

=

4000 ×2 ×0,3220

= 30,18 m2/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 2000030,18=66,27 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

Waktu kerja yang dibutuhkan menjadi 66,277 =9,47 hari ≈ 10 hari

Digunakan 2 unit water tanker, maka waktu pekerjaan menjadi 5 hari Total biaya sewa alat = Rp 282.160,56 x 70

= Rp 19.751.239,2

3.2 Vibratory roller

3.2.1 Pengertian vibratory roller

Jika pada suatu lahan dilakukan penimbunan maka pada lahan tersebut perlu dilakukan pemadatan. Pemadatan juga dilakukan untuk pembuatan jalan, baik untuk jalan tanah dan jalan dengan perkerasan lentur maupun perkerasan kaku. Yang termasuk sebagai alat pemadat adalah tamping roller, pneumatic tired roller, compactor, dan lain-lain.

(35)

Pekerjaan pembuatan landasan pesawat terbang, jalan raya, tanggul sungai dan sebagainya tanah perlu dipadatkan semaksimal mungkin. Pekerjaan pemadatan tanah dalam skala kecil pemadatan tanah dapat dilakukan dengan cara menggenangi dan membiarkan tanah menyusust dengan sendirinya, namun cara ini perlu waktu lama dan hasilnya kurang sempurna. agar tanah benar-benar mampat secara sempurna diperlukan cara-cara mekanis untuk pemadatan tanah.

Compactor digunakan untuk memadatkan tanah atau material

sedemikian hingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Jenis rodanya biasanya terbuat dari besi seluruhnya atau ditambahkan pemberat berupa air atau pasir, bisa terbuat dari karet (berupa roda ban) dengan bentuk kaki kambing (sheep foot). Ada juga yang ditarik dengan alat penarik seperti bulldozer, atau bisa menggunakan mesin penarik sendiri, yang berukuran kecil bisa menggunakan tangan dengan mengendalikannya ke arah yang akan dipadatkan. (dapat dilihat pada Gambar 3.2)

Gambar 3.2 Vibratory Roller 75 Hp

Sumber: (Satu Banua, 2012)

Untuk pemadatan pengaspalan biasanya menggunakan road

roller, tire roller atau drum roller, tetapi untuk pemadatan tanah

biasanya menggunakan sheep foot roller atau drum roller. Pada dasarnya tipe dan jenis compactor adalah sebagai berikut:

(36)

a.

Smooth steel rollers (penggilas besi dengan permukaan halus). Jenis

ini dibedakan lagi menjadi beberapa macam, jika ditinjau dari cara pengaturan rodanya, diantaranya three wheel rollers (penggilas roda tiga) dan tandem rollers (penggilas tandem).

b.

Pneumatic tired rollers (penggilas roda ban angin)

c.

Sheep foot type rollers (penggilas kaki kambing)

d.

Vibratory rollers (penggilas getar)

e.

Vibratory plate compactor (alat pemadat-getaran)

3.2.2 Produktivitas Vibratory Roller

Perhitungan produktivitas alat pemadat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini:

P=W × S × E

N ...III. 2

Dimana: P = produktivitas (m3/jam)

W = lebar compactor (m) S = kecepatan (m/jam) E = efisiensi kerja roller N = jumlah pasing

3.2.3 Perhiungan Produktivitas vibratory roller

Diketahui: Lebar compactor = 60 cm Jumlah passing = 10 Kecepatan = 40 km/jam Efisiensi = 0,8 Luas lahan = 20000 m2

Biaya sewa alat perjam = Rp 330.702,94 Ditanya: Produktivitas alat?

(37)

P = W × S × EN = 0,6× 40000 × 0,810 = 1920 m2/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 200001920 =10,416 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

Maka waktu yang dibutuhkan yaitu 10,4167 =1,45 hari ≈ 2 hari

(38)

BAB IV

PEMANCANGAN

4.1 Urutan Kerja

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap. Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.

Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.

Urutan pekerjaan dari pemancangan ini yaitu: 1. Pemasangan sheet pile

2. Pengangkutan tiang pancang 3. Penentuan titik pemancangan 4. Pengankatan tiang pancang 5. Pemancangan pada titik 6. Penyambungan tiang pancang 7. Pengelasan sambungan

(39)

4.2 Trailer

4.1.1 Definisi Trailer

Truk adalah sebuah kendaraan bermotor untuk mengangkut

barang, disebut juga sebagai mobil barang. Dalam bentuk yang kecil mobil barang disebut sebagai pick-up, sedangkan bentuk lebih besar dengan 3 sumbu, 1 di depan, dan tandem di belakang disebut sebagai

truk tronton, sedang yang digunakan untuk angkutan peti kemas dalam

bentuk tempelan disebut sebagai truk trailer. Juga ada jenis truk tangki yang berguna untuk mengangkut cairan seperti BBM dan lainnya. (dapat dilihat pada Gambar 4.1)

Gambar 4.1

Truck Trailer 250 Hp Sumber: (Phippard, 2014)

Jenis mobil truk yang kita kenal mungkin hanya beberapa saja. Namun sebenarnya ada banyak sekali jenis truk yang ada di dunia ini. Selain dibedakan berdasarkan fungsinya, jenis–jenis truk ini bisa dibedakan menurut ban yang digunakan. Walaupun semua jenis truk memiliki fungsi yang hampir sama yaitu sebagi kendaraan pengangkut berat, namun barang yang diangkut bervariasi dan berbeda sehingga

(40)

kebutuhan ban tiap truk juga berbeda. Berikut ini adalah pengelompokan jenis truk berdasar fungsi dan penggunaan ban:

1. Jenis pertama adalah truk tangki. Jenis mobil truk yang satu ini biasa dipakai untuk mengangkut benda – benda cair seperti cairan kimia, bahan bakar minyak, atau berbagai jenis gas. Karena barang yang diangkut sangat berbahaya, maka ban yang digunakan harus bisa menjaga kestabilan badan truk tangki. Sopir truk jenis ini juga biasanya mengemudi dengan sangat hati – hati dan kecepatannya biasanya tidak lebih dari 80 km/jam.

2. Truk selanjutnya adalah truk boks kecil. Truk ini biasa disebut juga dengan mobil pick up boks. Mobil ini termasuk jenis truk ukuran kecil yang banyak dipakai untuk bisnis ekspedisi, distribusi, serta pengiriman barang secara kilat. Karena membutuhkan kecepatan, maka pemilihan ban disesuaikan dengan fungsinya. Mobil boks biasa menggunakan ban all season tire yang nyaman dan cocok dipakai di jalanan beraspal serta cocok dipakai untuk kecepatan tinggi.

3. Jenis truk selanjutnya adalah tronton atau truk ukuran besar. Sesuai dengan ukurannya, truk ini biasa dipakai untuk mengangkut barang – barang dengan bobot hingga ratusan ton. Karena kinerjanya yang berat, maka pemilihan ban biasanya jatuh pada ban dengan kemampuan angkut yang tinggi.

4. Untuk mengangkut boks peti kemas, biasa dipergunakan truk trailer. Truk trailer ini dirancang untuk menarik bukan mengangkut. Truk ini biasanya hanya berupa kepala truk dengan tempelan boks peti kemas di belakangnya. Ban khusus trailer ini biasanya dilabeli dengan kode ST atau Special Trailer.

4.1.2 Produktivitas Trailer

Kapasitas produksi trailer dihitung dengan rumus:

Q=C × 60

Cmt× Et× M ...IV.1

(41)

Cmt=D V1+t1+

D

V+t2 ...IV.2

Dimana: Q = produksi perjam (m3/jam)

C = produksi persiklus (m3)

Cmt = waktu siklus trailer

M = jumlah unit trailer

Et = efisiensi kerja

D = jarak angkut

V1 = kecepatan saat bermuatan (m/menit)

V2 = kecepatan saat kosong (m/menit)

t1 = unloading + loading (menit)

t2 = waktu mencari posisi loading (menit)

4.1.3 Perhitungan Produktivitas Trailer

Diketahui:

Jarak angkut = 30 km

Efisiensi = 0,8

Kecepatan saat bermuatan = 40 km/jam = 666,66 m/menit

Kecepatan saat kosong = 60 km/jam = 1000 m/menit

Unloading + loading = 7 menit

Mencari posisi loading = 2 menit

Kapasitas = 10 unit tiang pancang

Jumlah tiang pancang = 128 unit

Biaya sewa alat perjam = Rp 678.848,66

Ditanya: Produktivitas alat? Penyelesaian: Cmt = D V1+t1+ D V+t2 = 30000 666,66+7+ 30000 1000 +2 = 84 menit

(42)

Q = C ×Cmt60 × Et× M = 10 × 60

84× 0,8 ×1 = 5,714 unit/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 5,714128 =24,74 jam

Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

Maka waktu yang dibutuhkan 24,747 =3,53 hari ≈ 4 hari

Biaya total sewa alat = Rp 678.848,66 x 28 = Rp 19.007.762,48

4.3 Crawl Crane

4.3.1 Kegunaan Crawl Crane

Pada dasarnya mobile crane masih sejenis dengan power shovel dan crawler atau wheel excavator. Mobile crane juga terdapat boom yang disangga oleh struktur utamanya dapat berupa rangka dari baja dengan alat kendali kabel dan hidrolis. Sebagai penggerak utamanya bisa menggunakan mesin diesel , bensin atau motor listrik , sedangkan untuk pengendalian hidrolis dipergunakan motor yang terpisah dari

prime mover–nya.

Umumnya mobile crane dilengkapi dengan kabel baja tunggal sebagai alat pengangkatnya, yang terbentang dari titik boom hingga bagian bawah dan bisa berupa hook, tomg, bucket dan sebagainya. Mobile crane dilengkapi dengan skring beban besar. Jarak beban/ kemiringan lengan berdasar atas 75% - 85% beban yang mengakibatkan tergulingnya crane.

Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360° dengan adanya turntable. Dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya namun pergerakkannya sangat terbatas. Pada saat crane akan dipindahkan maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer.

(43)

Pada saat crane akan dipindahkan maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan. (dapat dilihat pada Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Crawl Crane 150 Hp

Sumber: (Sugeng, 2015)

Pengaruh permukaan tanah terhadap alat tidak akan menjadi masalah karena lebar kontak antara permukaan dengan roda cukup besar artinya crane dapat berdiri dengan stabil, kecuali jika permukaan merupakan material yang sangat jelek. Pada saat pengangkatan material, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah posisi alat pada waktu pengoperasian harus benar-benar water level, keseimbangan alat dan penurunan permukaan tanah akibat beban dari alat tersebut. Pada permukaan yang jelek atau permukaan dengan kemungkinan terjadinya penurunan maka alat harus berdiri di atas suatu alas atau matras. Keseimbangan alat juga dipengaruhi oleh besarnya jarak roda crawler. Pada beberapa jenis crane, crane mempunyai crawler yang lebih panjang untuk mengatasi keseimbangan alat.

4.3.2 Produktivitas Crawl Crane

(44)

Q=3600

Cm ...IV.3

Dimana: Q = produksi perjam Cm = waktu siklus

4.3.3 Perhitungan Produktivitas Crawl Crane

Diketahui:

Waktu pengangkatan tiang = 300 detik

Waktu pemasangan tiang = 600 detik

Biaya sewa alat perjam = Rp 785.781,70

Ditanya: Produktivitas alat? Penyelesaian:

Q = 300+6003600 =4 buah/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 128/4 = 32 jam Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam

Maka waktu yang dibutuhkan 327 = 4,6 hari ≈ 5 hari

Mengingat saat pemancangan membutuhkan waktu 22 hari maka biaya total sewa alat yaitu = Rp 785.781,70 x 154

= Rp 121.010.381,8

4.4 Barge

4.4.1 Kegunaan Barge

Barge akan digunakan untuk hammering pile pada pemasangan tiang pancang di laut dan crane untuk pengambilan tiang pancang dari areal penumpukan. Ukuran dari barge yaitu panjang 52,67 m dan lebar 15,24 m. (dapat dilihat pada Gambar 4.3)

(45)

Gambar 4.3 Barge

Sumber: (Sugeng, 2015)

4.4.2 Perhitungan Produktivitas Barge

Biaya sewa alat barge perjam yaitu Rp 381.947,5

Mengingat pada saat pemancangan barge digunakan untuk mengangkat

hammering pile di atas air dan membutuhkan waktu selama 22 hari

untuk pemancangan maka total biaya sewa alat = Rp 381.947,5 x 154 = Rp 58.819.915

4.5 Hammering Pile

4.5.1 Definisi Hammering Pile

Pada pemancangan tiang, di satu sisi dihadapkan pada pertanyaan tentang seberapa besar beban yang digunakan agar efektif untuk mendapatkan kapasitas dan berapa bagian yang digunakan untuk mendapatkan tahanan pada pile movement atau dibanding dengan kecepatan penetrasi. Kecepatan ini tergantung pada tahanan yang disebut damping.

Pondasi dalam yang tidak memakai hammer , adalah pondasi tiang bor, untuk pelaksanaannya memakai auger atau mesin bor. Ini

(46)

bentuk salah satu mesin bor yang cukup modern dari Hammer & Steel. Sistem pondasi dalam yang memakai hammer disebut tiang pancang, sedangkan yang memakai bor disebut tiang bor saja.

Jika dari sisi kekuatannya, maka tiang pancang dapat digolongkan sebagai displacement pile, dimana rekatan pada sepanjang tiang cukup efektif untuk diperhitungkan, sedangkan tiang bor termasuk sebagai non-displacement pile, rekatan disekeliling tiang kurang efektif. (dapat dilihat pada Gambar 4.4)

Gambar 4.4 Hammering Pile 100 Hp

Sumber: (Wiryanto, 2008)

Jadi tiang pancang dapat secara efektif memanfaatkan

end-bearing dan friksi, tentu saja ini tergantung dari jenis tanahnya bukan.

(47)

end-bearing. Jadi kalau tanah keras sangat jauh di bawah tanah atau bahkan

tidak ada sama sekali tanah kerasnya (SPT > 40) sehingga hanya bisa memanfaatkan kekuatan lekat (friksi) tanah maka jelas sistem pondasi yang dapat digunakan adalah tiang pancang. Kalau memaksa memakai tiang bor, bisa-bisa hilang itu pondasinya masuk ke bawah karena berat sendirinya.

Sistem pondasi tiang pancang mempunyai keterbatasan, baik akibat dimensi tiangnya agar dapat diangkat, maupun kemampuan alat pancang itu sendiri dalam memancang tiang. Oleh karena itu pondasi tiang pancang ukuran dan kapasitasnya terbatas. Sehingga jika diperlukan suatu tiang pondasi dengan kapasitas besar maka dipilihlah pondasi tiang bor, karena kalau memakai tiang pancang diperlukan banyak tiang pancang sehingga pile-cap-nya juga besar (luas).

4.5.2 Produktivitas Hammering Pile

Produktivitas dari hammering pile bisa dicari menggunakan rumus:

Q=60

Cm ...IV. 4

Dimana: Q = produksi perjam Cm = waktu siklus

4.5.3 Perhitungan Produktivitas Hammering Pile

Diketahui:

Waktu pengangkatan tiang = 5 menit

Waktu pemasangan tiang = 10 menit

Waktu pemancangan = 50 menit

Waktu pemindahan alat = 5 menit +

(48)

Biaya sewa alat perjam = Rp 252.569,05 Jumlah tiang yang dibutuhkan = 128 tiang Ditanya: Produktivitas alat?

Penyelesaian:

Q = Cm60

= 6070

= 0,857 tiang/jam

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 0,857 = 149,36 jam128

Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam

Jadi jumlah hari yang dibutuhkan yaitu 149,367 = 21,34 hari ≈ 22

hari

Biaya total sewa alat = Rp 252.569,05 x 154 = Rp 38.895.633,7

(49)

BAB V

PEMBETONAN

5.1 Urutan Kerja

Psebelum melakukan pengecoran pada lahan yang akan dijadikan pelabuhan, maka lahan tersebut terutama harus dibersihkan terlebih dahulu. Dan setelah semua bersih datn tanah pun sudah dipadatkan, maka akan dilanjutkan dengan pemasangan bekisting dan tulangan sebelum akhirnya melakukan pengecoran. Hal ini untuk membuat lahan yang dicor kuat terhadap tekan dan tarik sehingga akan memiliki ketahanan yang lama sebelum akhirnya direnovasi kembali.

5.2 Concrete Mixing Truck

5.1.1 Pengertian Concrete Mixing Truck

Truck mixer ini berguba untuk mengangkut ready mix concrete dari batching plant ke lokasi pengecoran. Ada dua tipe truck mixer pengangkut ready mix concrete, diantaranya:

1. Truck mixer standard, biasanya tipe truk ini hanya mampu memuat kurang lebih 7 – 8 m3 ready mix concrete untuk sekali angkut.

Sayangnya tipe truk ini tidak bisa mengakses jalan yang sempit atau menanjak ke lokasi pengecoran, akan tetapi harga perkubiknya lebih murah.

2. Truck ixer mini, tipe truk ini daya angkutnya lebih sedikit dari tipe

standar, kurang lbih 3 m3 untuk sekali angkut dan harganya lebih

mahal, ini dikarenakan memiliki keammpuan lebih fleksibel bisa mengakses semua medan jalan ke lokasi pengecoran.

(50)

Gambar 5.1 Truck Mixer

Sumber: (Signal Ready Mix, 2014)

5.1.2 Produktivitas Concrete Mixing Truck

Kapasitas produksi concrete mixing truck dihitung dengan rumus:

Q=C × 60

Cmt× Et× M ...V.1 Nilai Cmt didapat melalui persamaan:

Cmt=D

V1

+t1+D

V+t2 ...V.2

Dimana: Q = produksi perjam (m3/jam)

C = produksi persiklus (m3)

Cmt = waktu siklus trailer

M = jumlah unit trailer

Et = efisiensi kerja

D = jarak angkut

V1 = kecepatan saat bermuatan (m/menit)

V2 = kecepatan saat kosong (m/menit)

t1 = unloading + loading (menit)

(51)

5.1.3 Perhitungan Produktivitas Concrete Mixing Truck

Diketahui:

Jarak angkut = 10 km = 10000 m

Efisiensi kerja = 0,8

Kecepatan saat berisi muatan = 50 km/jam = 833,33 m/menit

Kecepatan saat kosong = 70 km/jam = 1166,666 m/menit

Unloading + loading = 7 menit

Mencari posisi loading = 2 menit

Kapasitas = 7 m3

Volume lahan untuk lantai kerja = 2000 m3

Volume lahan di darat = 6000 m3

Volume lahan di laut = 1100 m3

Biaya sewa alat perjam = Rp 78.397,48

Ditanya: Produktivitas dump truck? Penyelesaian: Cmt = +VD1 +t 1+Dv +t 2 = 833,3310000 +7+1166,66610000 +2 = 29,57 menit Q = C ×60 × ECmt × M = 7 × 60 ×0,829,57 × 1 = 11,36 m3/jam

a) Pekerjaan lantai kerja

Waktu pekerjaan yang dibutukan = 2000 m

3

11,36 m3

/jam

= 176,06 jam Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam.

(52)

Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 176,067 =25,15 hari ≈ 26 hari Digunakan 6 unit alat concrete mixing truck sehingga waktu

pekerjaan menjadi= 266 =4,3 hari ≈ 5 hari

b) Pekerjaan di daratan

Waktu pekerjaan yang dibutukan = 6000 m

3

11,36 m3/jam

= 528,17 jam Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam.

Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 528,177 =75,45 hari ≈ 76 hari

Digunakan 9 unit alat concrete mixing truck sehingga waktu

pekerjaan menjadi= 769 =8,4 hari ≈ 9 hari

c) Pekerjaan di lautan

Waktu pekerjaan yang dibutukan = 1100 m

3

11,36 m3

/jam = 96,83 jam

Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam.

Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 96,837 =13,83 hari ≈ 14 hari

Digunakan 4 unit alat concrete mixing truck sehingga waktu

pekerjaan menjadi= 144 =3,5 hari ≈ 4 hari

Digunakan 6 unit alat concrete mixing truck

Jadi total waktu pekerjaannya yaitu 5 hari + 9 hari +4 hari = 18 hari Jadi total biaya sewa alat = Rp 78.397,48 x 126 jam x 9 unit

(53)

= Rp 88.902.742,32

5.3 Concrete Pump

5.2.1 Pengertian Concrete Pump

Concrete pump atau pompa beton adalah mesin untuk

menaikkan ready mix concrete dari truk molen ke lahan pengecoran, tipe mesin ini yang sering disewa ada enam macam, diantaranya:

1. Pompa beton mini, tipe pompa beton ini jarak jangkaunya paling pendek dibanding dengan tipe pompa beton yang lainnya, biasanya tipe pompa beton ini mampu menjangkau ketinggian pompa 16 m lebih atau untuk 2 lantai ke bawah.

2. Pompa beton tipe standar, tipe pompa beton ini jarak jangkaunya lebih jauh sedikit dari tipe pompa beton mini yakni mampu menjangkau 18 m – 20 m tinggi bangunan.

3. Pompa beton long boom, jenis pompa beton long boom ini khusu diperuntukkan untuk memompa beton ready mix dengan ketinggian jangkau 27 m tinggi bangunan.

4. Pompa beton super long boom, tipe pompa beton ini mampu memompa cor beton instan dari truck mixer dengan ketinggian bangunan 33 m lebih.

5. Pompa beton super double long boom, pompa beton jenis ini yang paling mahal harga sewanya dari harga pompa sebelumnya karena jarak jangkaunya yang paling tinggi sekitar 40 m – 50 m.

6. Pompa beton kodok, pompa beton ini fungsinya lain dari yang lain. Biasanya digunakan untuk memompa cor beton pada proyek pengecoran bendungan, subway, dan sejenisnya, jenis pompa ini mampu memompa beton sampai kejauhan 100 m – 200 m.

(54)

Gambar 5.2 Concrete Pump 100 Hp

Sumber : (Signal Ready Mix, 2014)

5.2.2 Produktivitas Concrete Pump

Concrete pump memiliki produksi sebesar 50 m3/jam.

5.2.3 Perhitungan Produktivitas Concrete Pump

Diketahui:

Produktivitas (Q) = 50 m3/jam

Volume lahan = 6000 m3

Sewa alat perjam = Rp 233.917,15 Ditanya: Total sewa alat?

Penyelesaian:

Waktu pekerjaan yang dibutuhkan 6000 m

3

50 m3/jam=120 jam

Asumsi waktu pekerjaan dalam 1 hari adalah 7 jam

Jadi waktu yang dibutuhkan 1207 =17,14 hari ≈ 18 hari

Total biaya sewa alat = Rp 233.917,15 x 126 = Rp 29.473.560,9

(55)

5.4 Concrete Vibrator

5.4.1 Kegunaan Concrete Vibrator

Concrete vibrator adalah alat yang berfungsi untuk

menggetarkan beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete vibrator digerakkan oleh mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter untuk dapat menggetarkan beton di tempat yang agak jauh. Alat ini digunakan sebagai pemadat pada saat pengecoran yang sedang berlangsung, baik pada kolom, shear wall/core wall pelat lantai maupun balok dengan cara menggetarkannya. Hal ini untuk menghindari adanya gelembung-gelembung udara yang terjadi pada saat pengecoran yang dapat menyebabkan pengeroposan pada beton sehingga mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Terutama untuk volume pengecoran yang besar, alat ini sangat penting. Penggunaannya tidak boleh miring dan terlalu lama pada satu tempat saja serta tidak boleh mengenai tulangan yang akan menyebabkan bergesernya letak tulangan. (dapat dilihat pada Gambar 5.3)

Gambar 5.3 Concrete Vibrator 5 Hp

Sumber: (Nizar, 2011)

5.4.2 Perhitungan Produktivitas Concrete Vibrator

Diketahui:

(56)

Biaya sewa alat perjam = Rp 71.976,33 Ditanya: Total biaya sewa alat?

Penyelesaian:

Asumsi waktu kerja dalam 1 hai adalah 7 jam

Total biaya sewa alat = Rp 71.976,33 x 18 hari x 7 jam = Rp 9.069.017,58

(57)

BAB VI

PENGANGKUTAN

6.1 Mobilisasi

6.1.1 Pengertian Mobilisasi

Mobilisasi adalah proses memindahkan alat berat menggunakan alat angkut atu seperti trailer. Seperti halnya excavator yang merupakan alat berat yang mengguanakn rantai besi untuk berjalan di lkasi setempat dan hanya bisa digunakan dalam jarak dekat. Perjalanan

excavator tersebut dibatasi, yaitu maksimal setiap excavator menempuh

perjalanan selama 45 menit atau 200 meter maka ia harus berhenti untuk istirahat selama 15 menit. Hal ini bertujuan untuk mencegah keausan pada bagian bawah excavator.

Oleh karena itu jika excavator harus berjalan sendiri untuk menempuh perjalanan dari proyek ke proyek lainnya yang letaknya sangat jauh sangatlah tidak mungkin. Berbeda dengan wheel loader yang bisa menempuh perjalanan sendiri sejauh 100 km dari lokasi satu ke lokasi lainnya.

Untuk memindahkan excavator ke tempat lain yang cukup jauh, maka dibutuhkan alat angkut khusus untuk memindahkan alat

excavator yaitu sebuah kendaraan khusus yang disebut trailer. Trailer

adalah kendaraan panjang yang dirancang untuk memuat barang-barang berukuran khusus dan alat-alat berat. Excavator harus berjalan naik ke atas trailer dan diikat menggunakan rantai, selanjutnya dibawa pergi menuju lokasi yang diinginkan. Mobilisasi dan demobilisasi menggunakan bantuan trailer seperti terlihat pada Gambar 6.1 di bawah ini.

(58)

Gambar 6.1 Trailer 250 Hp

Sumber: (Phippard, 2014)

Dari beberapa pekerjaan dalam pembangunan pelabuhan didapat 9 unit alat berat yang dipindahkan menggunakan bantuan trailer yaitu 1 unit excavator, 2 unit wheel loader, 1 unit motor grader, 1 unit

vibratory roller, 1 unit hammering pile, 1 unit concrete pump, 1 unit concrete vibrator, dan 1 unit crawl crane.

6.1.2 Perhitungan biaya sewa alat mobilisasi Diketahui:

Total alat yang diangkut = 8 unit

Kecepatan trailer saat mobilisasi = 30 km/jam Kecepatan trailer tanpa muatan = 40 km/jam

Jarak pull ke proyek = 50 km

Waktu pull – proyek = 30 km/ jam50 km =100 menit

Waktu proyek – pull = 40 km/ jam50 km =75 menit

Sewa alat perjam = Rp 678.848,66

Ditanya: Produktivitas alat? Penyelesaian:

(59)

Produktivitas = waktu pengangkutan + waktu pull – proyek + waktu penurunan + waktu proyek - pull

= 8 menit + 100 menit + 8 menit + 75 menit = 191 menit/alat

Mobilisasi total yaitu 191 x 8 unit = 1528 menit = 25,47 jam Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

Digunakan 4 unit trailer untuk mobilisasi maka 25,474 =6,35 jam≈1

hari

Total biaya sewa alat = 7 jam x 4 unit x Rp 678.848,66 = Rp 19.007.762,48

6.2 Demobilisasi

6.2.1 Pengertian Demobilisasi

Sama halnya dengan mobilisasi yang memindahkan alat berat ke lokasi proyek yang baru. Demobilisasi merupakan proses pengangkutan alat berat ke tempatnya semula atau kembali kepada pemiliknya dibantu menggunakan mobil trailer sebagai alat angkut dari alat berat yang akan dipindahkan atau dikembalikan.

6.2.2 Perhitungan Produktivitas Demobilisasi Diketahui:

Total alat yang diangkut = 8 unit

Kecepatan trailer saat mobilisasi = 30 km/jam Kecepatan trailer tanpa muatan = 40 km/jam

Jarak pull ke proyek = 50 km

Waktu pull – proyek = 30 km/ jam50 km =100 menit

Waktu proyek – pull = 40 km/ jam50 km =75 menit

Sewa alat perjam = Rp 678.848,66

Ditanya: Produktivitas alat? Penyelesaian:

Produktivitas = waktu pengangkutan + waktu pull – proyek + waktu penurunan + waktu proyek - pull

= 8 menit + 100 menit + 8 menit + 75 menit = 191 menit/alat

demobilisasi total yaitu 191 x 8 unit = 1528 menit = 25,47 jam Asumsi waktu kerja dalam 1 hari adalah 7 jam

(60)

Digunakan 4 unit trailer untuk mobilisasi maka 25,474 =6,35 jam≈1 hari

Total biaya sewa alat = 7 jam x 4 unit x Rp 678.848,66 = Rp 19.007.762,48

(61)

BAB VII

REKAPITULASI

7.1 Schedule

Dari ms.project didapat schedule pekerjaan pembangunan pelabuhan seperti Gambar 8.1 dan Gambar 8.2 di bawah ini:

Gambar

Tabel 1. 1 Tarif Sewa Alat Per Jam
Gambar 1. 1 Detail Area Pembangunan.
Gambar 2.1 Excavator 100 Hp Sumber: (Ati R. , 2015)
Tabel 2.2 Faktor bucket (Fb)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, perlu mengetahui mengenai perhitungan teoritis serta kemampuan memperkirakan efisiensi kerja yang sesuai untuk menganalisis efisiensi penggunaan alat berat

berdasarkan volume, waktu dan produktivitas suatu alat berat dapat dilihat pada. Tabel dibawah ini beserta bentuk diagram penggunaan alat

Perhitungan yang akan dilakukan yaitu perhitungan produktivitas penggunaan alat berat yang digunakan dalam perkerasan jalan yaitu Dump truck, Wheel loader, Tandem

Goresan pada lubang dudukan seal sangat jarang terjadi. Goresan terjadi dikarenakan adanya kesalahan dalam prosedure memasang atau melepas seal. Kerusakan ini bila tidak

Data-data yang diperlukan untuk menentukan perhitungan biaya pekerjaan tiang pancang antara lain : Lokasi pekerjaan, denah dan layout titik pancang, serta data tanah di

Penggunaan tiang pancang ini umum digunakan untuk mengatasi ketidakmungkinan penggunaan pondasi dangkal dan mengatasi penurunan tanah (settlement). Selain itu alasan

Rekapitulasi Waktu Siklus Dan Produktivitas Alat Berat Sumber : Ma’ruf Nuzola, 2020 Hasil perhitungan analisis produktivitas dan biaya penggunaan atau sewa alat berat serta biaya

Pelaksanaan pekerjaan penyediaan tiang pancang spun pile dari proses mengajukan rencana penyediaan termaksuk cara pengangkutan material dan penyimpanan, mengangkat material spun pile