ABSES BARTOLINI DAN PENANGANANNYA
I. Definisi
Kista dan abses kelenjar bartolini merupakan permasalahan yang sering pada wanita selama masa reproduksi mereka. Abses terbentuk karena cairan infeksi yang menumpuk di dalam saluran tersumbat. Cairan bisa menumpuk selama bertahun-tahun sebelum membentuk abses. Sebagian besar penyebab abses kelenjar bartolini telah ditemukan yang diketahui disebabkan oleh mikroorganisme yang mengkolonisasi daerah perineum.(1)
II. Epidemiologi
Beberapa studi telah melaporkan bahwa kista dan abses kelenjar bartolini mencapai sebanyak 2% dari semua kunjungan ginekologi per tahun. Namun, perkiraan ini didasarkan pada data yang tidak lengkap dan asalnya sulit untuk ditentukan. Relatif sangat sedikit yang diketahui tentang angka kejadian dan faktor risiko kista dan abses kelenjar bartolini. Dengan Insidensi yang meningkat seiring dengan usia sampai menopause, dan setelah itu menurun.(2)
Berdasarkan suatu penelitian di Korea, angka kejadian ada 587 kista kelenjar bartolini dan 757 abses kelenjar bartolini selama tahun 2009. Dengan total insidensi masing-masing adalah 0,55 per 1.000 orang-tahun dan 0,95 per 1000 orang-tahun. Pada wanita yang berusia 35-50 tahun, insidensinya masing-masing 1,21 per 1.000 orang-tahun dan 1,87 per 1000 orang-tahun. Dalam analisis regresi logistik multivarian, insidensi kista dan abses kelenjar bartolini dikaitkan dengan usia (P<0,01), tetapi tidak dengan musim atau status sosial ekonomi, di antara wanita berusia 15-50 tahun. Operasi utama yang dilakukan adalah marsupialization (45,2%) untuk kista dan insisi (71,5%) untuk abses kelenjar bartolini.(2)
Abses kelenjar bartolini merupakan kondisi yang sering terjadi pada sekitar 2% wanita. Dengan puncak serangan antara usia 20 dan 29 tahun, dan gejala atau lesi yang timbul memberikan keadaan yang
III. Anatomi
Kelenjar bartolini (kelenjar vestibular yang lebih besar) pada wanita homolog dengan kelenjar Cowper pada laki-laki. Pada masa pubertas, mulai berfungsi untuk memberikan kelembaban terhadap vulva dan vestibuler serta berfungsi sebagai pelumas selama melakukan hubungan seksual. Kelenjar ini berkembang dari ujung dalam epitel daerah posterior dari vestibuler dan terletak bilateral di dasar labia minor, mengalir melalui saluran kosong dan sempit ke vestibuler yang panjangnya 2-2,5 cm dengan posisi sekitar pukul 4 dan pada pukul 8. Ukurannya biasa seperti ukuran kacang polong dan jarang melebihi 1 cm. Mereka tidak teraba kecuali terdapat penyakit atau infeksi. (4),(5)
Gambar 1. Anatomi kelenjar bartolini. (dikutip dari kepustakaan 3) IV. Etiologi
Mikroorganisme umum yang menyebabkan abses kelenjar bartolini (AKB) adalah organisme aerobik dan anaerobik yang terdiri dari flora vagina dan serviks yang normal.(2)Infeksi ini biasanya polimikrobial,
dengan organisme penyebab yang paling sering adalah Bacteroides
spp. dan Escherichia coli.(6)
Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urealyticum ditemukan di
vagina dan jarang menyebabkan suatu penyakit. Ada laporan yang jarang mengenai M. hominis yang diisolasi dari kasus AKB. AKB dapat pula disebabkan oleh organisme pyococcal, gonokokal dan
Meskipun Neisseria gonorrhoeae merupakan isolat aerobik yang dominan, tetapi isolat anaerob menjadi patogen yang paling sering menjadi penyebabnya. Chlamydia trachomatis juga dapat menjadi organisme penyebab. Namun, kista dan abses kelenjar bartolini tidak lagi dianggap sebagai suatu yang berarti dari penyakit infeksi menular seksual. Operasi vulvovaginal dapat pula menjadi penyebab dari kista dan abses kelenjar bartolini. Dalam sebuah penelitian, hanya 21 dari 109 kasus disebabkan oleh stafilokokus, sedangkan 50 disebabkan oleh
Escherichia coli dan 46 oleh Streptococcus faecalis.(2)
V. Patofisiologi
Adanya peradangan pada kelenjar bartolini disebabkan oleh bakteri
Gonococcus atau bakteri lainnya yang menyebabkan terjadinya infeksi.
Ada kalanya bartolinitis menjadi abses karena duktus kelenjar tertutup dan terjadi proses penahanan di dalam kelenjar tersebut. Kista bartolini terjadi karena adanya sumbatan pada salah satu duktus sehingga mukus yang di hasilkan tidak dapat di sekresi. Sumbatan dapat disebabkan oleh mukus yang mengental, infeksi, inflamasi kronik, trauma, atau gangguan kongenital. Jika terjadi infeksi pada kista bartolini maka kista ini dapat berubah menjadi abses, yang ukurannya dapat meningkat setiap hari dan sangat nyeri. Namun kista tidak harus selalu ada mendahului terbentuknya abses.(4)
VI. Gejala Klinis
Jika kista kelenjar bartolini tetap mengecil dan tidak terjadi peradangan, gejala bisa saja tidak timbul. Namun, kista biasanya muncul sebagai massa kecil yang menonjol dalam introitus posterior di daerah di mana saluran terbuka ke vestibuler. Jika kista mengalami infeksi, maka abses dapat terbentuk di kelenjar. Pembesaran biasanya terlihat disekitar kelenjar, saat berjalan, duduk, atau hubungan seksual dapat menyebabkan nyeri pada vulva. Kista dan abses kelenjar bartolini harus dibedakan dengan massa vulva lainnya. Karena kelenjar bartolini biasanya mengecil selama menopause, pertumbuhan vulva
pada wanita postmenopause harus dievaluasi untuk menilai adanya keganasan, terutama jika massa tidak teratur, nodular, dan terus-menerus membesar.(2)Pasien datang dengan demam, malaise dan
pembengkakan yang lunak timbul pada posterior labium manus.(6)
Abses terjadi pada penyakit Crohn dan gonore, di mana kelenjar bartolini bengkak, berfluktuasi, dan sangat menyakitkan. Abses tersebut terletak di labium yang agak dekat dengan fourchette posterior. Nyeri dapat terjadi dengan hebat sehingga mengganggu saat berjalan.(7)
Gambar 2. Abses kelenjar bartolini. (dikutip dari kepustakaan 4)
VII.
Diagnosa Banding1.
Kista kelenjar bartoliniSering terjadi di vestibuler, di sebabkan oleh trauma atau tersumbatnya duktus polisebaseus. Dengan karakteristik yang biasanya unilateral, asimptomatik jika tumor kecil, bergerak, tidak lunak.(4)
Gambar 3. Kista kelenjar bartolini. (dikutip dari kepustakaan 8)
2.
LipomaMerupakan yang berasal dari sel-sel mesenkim dan sangat jarang terjadi pada vulva. Meskipun lipoma adalah tumor lemak yang terkenal baik secara klinis maupun patologis, faktor penyebab belum diketahui secara pasti. Namun, salah satu faktor etiologi yang paling sering terlibat adalah trauma.(9) Terjadi didaerah labia
mayor dan klitoris. Karakteristik tumor dengan pertumbuhan yang lambat.(4)
Gambar 3. Massa pada libia mayor sebelah kanan. (dikutip dari kepustakaan 8)
VIII. Penatalaksanaan
Tujuan penanganan dari AKB adalah untuk mempertahankan kelenjar bartolini dan fungsinya jika memungkinkan. Prosedur dasar memasukan kateter Word untuk kista dan abses kelenjar bartolini, dan
marsupilisasi pada kista. Terapi antibiotik spektrum luas hanya diperlukan ketika terjadi selulitis. Biopsi eksisi tersendiri digunakan pada luar garis adenokarsinoma pada wanita menopause atau perimenopause dengan tidak berketentuan, massa noduler kelenjar bartolini.(4)
1. Kateter Word
Sebuah Word kateter umumnya digunakan untuk mengobati kista saluran bartolini dan abses kelenjar. Batang kateter karet ini memiliki panjang 1 inci dan diameter no.10 French Foley kateter. Yang kecil, ujung balon karet dari kateter Word dapat menyimpan sekitar 3 mL saline.(4)
Setelah melakukan persiapan secara steril dan pemberian anestesi lokal, dinding kista atau abses dijepit dengan forsep kecil, dan sebuah pisau no.11 digunakan untuk membuat sayatan (tusukan) 5 mm ke dalam kista atau abses. Hal ini penting untuk memahami dinding kista sebelum melakukan insisi; jika kista dapat pecah, dan sebuah saluran yang salah dapat terbentuk. Sayatan harus dalam introitus eksternal dari lingkaran himen di daerah duktus orifisium. Jika sayatan terlalu besar, kateter Word akan jatuh keluar.(4)
Setelah dibuat sayatan kateter word dimasukkan dan ujung balon dikembungkan 2-3 ml dengan menyuntikan larutan garam melalui pangkal kateter. Balon yang mengembung memungkinkan kateter tetap berada didalam rongga kista atau abses. Ujung kateter yang bebas ditempatkan dalam vagina. Untuk memungkinkan epitelisasi dari saluran yang dibuat ketika operasi, kateter Word dibiarkan pada tempatnya selama empat sampai enam minggu, meskipun epitelisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai empat minggu.(4)
Gambar 4. Kateter Word yang digelembungkan. (dikutip dari kepustakaan 4) Cara pemasangan kateter Word :
Gambar 5. Kista kelenjar bartolini setelah dianastesi dengan injeksi superfisial. Pisau no.11 ditempatkan kelokasi yang ideal kedalam ruangan himen untuk insisi. Namun, kista lebih menonjol dari luar, sehingga insisi akan dibuat di sana. (dikutip dari kepustakaan 8)
2
1
Gambar 6. Menginsisi kista tersebut. Membuat insisi yang cukup besar untuk memasukan kateter Word yang nanti digelembungkan. (dikutip dari kepustakaan 8)
3 4
Gambar 7. Balon yang digelembungkan dalam rongga kista/abses sehingga
Gambar 8. Selipkan bagian yang terbuka dari kateter kedalam vagina. (dikutip
Gambar 9. Tampilan langsung setelah kateter dilepaskan. (dikutip dari kepustakaan 8)
2. Marsupialisasi
Sebuah alternatif selain penempatan kateter Word adalah marsupialisasi dari kista bartolini. Prosedur ini sebaiknya tidak digunakan bila terdapat abses. Marsupialisasi dapat dilakukan di kantor atau, jika kista muncul dalam, dilakukan di kamar bedah rawat jalan.(4)
Gambar 5. Marsupialisasi dari kista kelenjar bartolini. (Kiri) Sebuah insisi vertikal dibuat di atas bagian tengah kista untuk membebaskan kista dari mukosa. (Kanan) Dinding kista yang eversi dan diperkirakan ke tepi mukosa vestibular dengan jahitan terputus. (dikutip dari kepustakaan 4)
3. Eksisi
Eksisi kelenjar bartolini harus dipertimbangkan pada pasien yang tidak merespon terhadap upaya konservatif untuk membuat
saluran drainase, tetapi prosedur eksisi harus dilakukan ketika tidak ada infeksi yang aktif. Jika beberapa upaya telah dilakukan untuk menguras kista atau abses, perlekatan dapat terjadi. Membuat eksisi sangat sulit dan dapat mengakibatkan jaringan parut pasca operasi dan rasa sakit kronis di daerah yang dieksisi.(5)
IX. Prognosis
Kesempatan untuk pulih sepenuhnya sangat baik. Sekitar 10% dari kasus abses rekuren. Merupakan hal penting untuk mengobati pasien yang didiagnosa dengan infeksi vagina sedini mungkin.(3)
Gambar 11. Abses kelenjar bartolini sesaat setelah penanganan. (dikutip dari kepustakaan 3)
Gambar 10. Abses kelenjar bartolini sebelum ditangani. (dikutip dari kepustakaan 3).
DAFTAR PUSTAKA
1. Saeed Nermin Kamal, Al-Jufairi ZA. Bartholin’s Gland Abscesses Caused by Streptococcus pneumoniae in a Primigravida. JLP. 2013;5:130-2. 2. Yuk JS, Kim YJ, Hur JY, Shin JH. Incidence of Bartholin duct cysts and
abscesses in the Republic of Korea. IJGO. 2013;122:62-4.
3. Donato VD, Bellati F, Casorelli A, Giorgini M, Perniola G, Marchetti C, et al. CO2 Laser Treatment for Bartholin Gland Abscess: Ultrasound Evaluation of Risk Recurrence. JMIG. 2012;20:346-52.
4. Omole F, Simon BJ, Hacker Y. Management of Bartholin’s Duct Cyst and Gland Abscess. AFP. 2003;68:135-60.
5. Berger MB, Betschart C, Khandwala N, DeLancey JO, Haefner HK. Incidental Bartholin Gland Cysts Identified on Pelvic Magnetic Resonance Imaging. NIH-PA. 2013;120:1-8.
6. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook’s Textbook of Dermatology. 8, editor. USA: Blackwell Publishing; 2010. 71.68 p.
7. R R, Torgerson, Edwards L. Disease and Disorder of Female Genitalia. In: Wolff K, A.Goldsmith L, I.Katz S, A.Gilhrest B, editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7 ed. London: The MacGraw-Hill; 2008. p.682.
8. Tuggy ML. Bartholin’s Cyst And Abscess: Word Catheter Insertion, Marsupialization. Gynecology And Female Reproductive System Procedures. p. 893-6
9. Lee JH, Chung SM. Large Vulvar Lipoma in an Adolescent: A Case Report. JKMS. 2008;23:744-6.