• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL KONTRIBUSI SUPERVISI DAN FASILITAS TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL KONTRIBUSI SUPERVISI DAN FASILITAS TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Oleh"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

KONTRIBUSI SUPERVISI DAN FASILITAS TERHADAP KINERJA

GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

DI KOTA BANDUNG

Oleh

Dr. H. Yudha M. Saputra, M.Ed

Drs. Aming Supriatna, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

(2)

2007

ABSTRAK

KONTRIBUSI SUPERVISI DAN FASILITAS TERHADAP KINERJA GURU PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

DI KOTA BANDUNG Oleh

Dr.H. Yudha M. Saputra, M.Ed. dkk

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan belum optimalnya pelaksanaan supervisi dan penyediaan fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani SD saat ini. Kinerja guru itu sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor seperti pelaksanaan supervisi dan tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai. Dengan dukungan inilah, kinerja guru pendidikan jasmani di tingkat sekolah dasar secara perlahan tapi pasti dapat meningkat. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar yang kemudian dijadikan variabel dalam kajian ini. Secara teoritis, untuk meningkatkan kinerja para guru pendidikan jasmani perlu dilakukan berbagai upaya, baik dari dalam maupun dari luar diri individu guru. Variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kinerja guru diantaranya adalah layanan supervisi dan tersedianya fasilitas pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif. Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, interview, angket, observasi atau dengan tes. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 45 guru pendidikan jasmani. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pembinaan melalui layanan supervisi memberikan kontribusi sebesar 7,29% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD. (2) Ketersediaan fasilitas pembelajaran memberikan kontribusi sebesar 33,60% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD. (3) Gabungan keduanya yaitu supervisi dan ketersediaan fasilitas memberikan kontribusi sebesar 23,04% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD.

(3)

A. Pendahuluan

Layanan supervisi merupakan bentuk pembinaan dari kepala sekolah kepada para gurunya. Menurut Soetjipto dan Kosasi (1999:28) menjelaskan bahwa, “Layanan supervisi merupakan sebuah upaya pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan kinerjanya.” Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada melatih kepekaan guru terhadap latar belakang peserta didik yang semakin beragam, terutama pada pendidikan dasar, sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Oleh karena itu, peranan kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru pendidikan jasmani sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan kinerjanya.

Pembinaan guru yang dilakukan kepala sekolah harus fokus pada apa yang menjadi tanggung jawab sebagai guru pendidikan jasmani di SD. Guru harus dianggap sebagai mitra yang dapat diajak bertukar pikiran dalam memikirkan berbagai persoalan pendidikan di sekolah. Pola pembinaan semacam ini dapat mengangkat harkat dan martabat guru karena memiliki kedudukan yang sama dalam mengelola pendidikan.

Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru pendidikan jasmani diharapkan mampu mendorong para guru untuk lebih termotivasi akan pentingnya kinerjanya dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian akan melahirkan generasi bangsa yang lebih berkualitas dan mandiri dalam menghadapi persoalan hidup ke depan.

Pengawasan menurut Soetjipto dan Kosasi (1999:34) adalah, “Satu upaya yang dilakukan institusi pendidikan untuk membina para guru agar lebih bermutu dan berkinerja baik dalam profesinya.” Pengawasan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembinaan guru pendidikan jasmani di SD. Pengawasan mutlak diberikan oleh pengawas dan kepala sekolah kepada guru pendidikan jasmani secara periodik dan terstruktur, sehingga sasaran yang ingin dicapai dari pengawasan itu lebih jelas dan berdampak terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD.

Pengawasan yang hanya bersifat administratif cenderung tidak efektif, karena tidak menyentuh pada aktivitas subtantif yang selalu memerlukan upaya perbaikan dari para pengawas akan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengawasan yang efektif harus menyentuh semua unsur, yakni: administratif, materi pembelajaran, dan performa di lapangan.

(4)

Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan secara sinergis antara pengawas, kepala sekolah, dan guru, sehingga tujuan yang dirumuskannyapun sebagai hasil bersama. Dengan demikian antara pengawas dan guru tidak akan ada yang merasa saling menekan tapi sebaliknya akan lahir sikap terbuka satu sama lain demi kemaslahatan bersama.

Fasilitas menurut Rink (1996) adalah, “Sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah guna mendukung proses pendidikan yang lebih bermutu dan meraih sasaran pendidikan secara optimal.” Fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak SD tersebut berupa tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memerlukan sarana media pembelajaran, alat dan perlengkapannya. Alat dan media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak SD akan mengembangkan potensi serta keterampilannya secara optimal. Karena itu, dalam memilih alat dan media yang harus dipakai dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak SD perlu yang mudah digunakan dan menarik perhatian untuk selalu ingin mencoba alat tersebut.

Fasilitas ini memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembelajaran. Dengan alat dan media yang tepat, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan partisipasi anak dalam PBM akan terwujud. Mempersiapkan pendidikan untuk anak SD perlu sesuatu usaha bersama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Teridentifikasi dan terpenuhinya alat dan media yang dibutuhkan akan menentukan keberhasilan PBM. Hal ini dapat mempersiapkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas belajarnya yang pada gilirannya dapat menciptakan generasi yang sukses dalam tugasnya.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang menjadi rumusan pokok dalam penelitian ini bertolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Oleh karena itu, secara umum masalah yang muncul dalam penelitian ini dirumuskan dengan pertanyaan penelitian, “Bagaimana kontribusi variabel supervisi (X1), dan fasilitas pembelajaran (X2), terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD di Kota Bandung (Y), baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama.” Untuk menggambarkan pengaruh dari variabel-variabel tersebut, penulis konstruksikan kedalam bentuk Gambar 1 berikut ini.

(5)

Gambar 1 Konstruksi Penelitian

Berdasarkan pernyataan masalah di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar hubungan dan kontribusi supervisi dengan kinerja guru pendidikan jasmani?

2. Seberapa besar hubungan dan kontribusi ketersediaan fasilitas pembelajaran dengan kinerja guru pendidikan jasmani?

3. Seberapa besar kontribusi secara bersama-sama variabel supervisi dan fasilitas pembelajaran dengan kinerja guru pendidikan jasmani?

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh temuan baru mengenai kontribusi supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas dan fasilitas dalam mata pelajaran pendidikan jasmani di SD terhadap kinerja. Temuan tersebut dapat dijadikan landasan dalam upaya mengembangkan mutu SDM guru agar pembelajaran pendidikan jasmani lebih efektif dan efisien. Hasil seperti ini sangat diperlukan oleh para guru dalam membantu memberikan kejelasan mengenai efektivitas dalam mengajarkan pendidikan jasmani di SD. Pemberdayaan pendidikan jasmani secara optimal diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan manfaat untuk memperoleh informasi berkenaan dengan kontribusi supervise dan fasilitas pembelajaran terhadap

Supervisi

Fasilitas Pembelajar

KINERJA: Guru Penjas

(6)

kinerja guru mata pelajaran pendidikan jasmani di SD. Oleh karena itu, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan pelaksanaan supervisi dan penggunaan fasilitas di SD.

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar diperlukan untuk pegangan dan titik tolak dari proses penelitian yang dikerjakan, Surakhmad (1982:102) menjelaskan pengertian mengenai anggapan dasar sebagai berikut: : Anggapan dasar atau postulat adalah sebagai titik tolak penelitian yang sebenarnya diterima penyidik tersebut, hal ini berarti setiap penyidik dapat merumuskan sesuatu anggapan dasar yang oleh orang lain diterima sebagai suatu kebenaran.” Dari sifat kebenaran itu selanjutnya diartikan pula sesuai dengan penyidik. Anggapan dasar dalam konteks penelitian menjadi landasan atau titik tolak pemikiran yang akan memberikan batasan dalam keseluruhan proses penelitian ini. Anggapan dasar dapat membantu peneliti dalam memberi arah terhadap pelaksanaan penelitian. Dalam hal ini, penulis mengamati mengenai perlunya peningkatan pembelajaran pendidikan jasmani di SD. Beberapa anggapan dasar yang mendasari perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Lingkungan sekolah turut menentukan terhadap peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani. Layanan supervisi dapat menentukan terhadap kinerja guru. (2) Fasilitas pembelajaran yang diperlukan untuk pembelajaran pendidikan jasmani sangat menentukan terhadap peningkatan kinerja guru pendidikan jasmani. (3) Informasi yang berkesinambungan mengenai pembelajaran turut menentukan terhadap kinerja guru dalam mengajarnya. Hipotesis utama di atas dapat diturunkan menjadi dua hipotesis kerja sebagai berikut: (1) Terdapat hubungan dan kontribusi layanan supervisi dengan kinerja Guru pendidikan jasmani SD di Kota Bandung, (2) Terdapat hubungan dan kontribusi antara ketersediaan fasilitas pembelajaran dengan kinerja Guru pendidikan jasmani SD di Kota Bandung. (3) Terdapat hubungan dan kontribusi secara bersama-sama antara layanan supervisi dan fasilitas dengan kinerja guru pendidikan jasmani di Kota Bandung.

D. Kajian Pustaka

Proses belajar mengajar (PBM) merupakan interaksi berkelanjutan antara perilaku guru dan perilaku peserta didik (Mosston dan Asworth, 1994). Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama

(7)

lain, yaitu; tujuan, materi, metoda, dan evaluasi. Di antara beberapa faktor penting untuk mencapai pengajaran pendidikan jasmani yang berhasil adalah perumusan tujuan. Pentingnya kedudukan tujuan untuk menentukan materi yang akan dilakukan oleh para peserta didik. Salah satu prinsip penting dalam pendidikan jasmani adalah partisipasi peserta didik secara penuh dan merata. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani harus memperhatikan kepentingan setiap peserta didik.

Dalam PBM akan terjadi suatu transfer dari guru kepada peserta didik atau sebaliknya. Ada tiga aspek yang terkait dengan transfer belajar, yaitu: (1) Peranan transfer dalam kondisi belajar skill seperti mempertimbangkan drill dalam sepak bola atau memperhatikan hasil latihan melakukan tembakan bebas dalam permainan bola basket dengan melakukan tembakan bebas pada saat bertanding.. (2) Bagaimana transfer itu diukur? Transfer ini dapat diestimasi peningkatan atau penurunan keterampilan sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dan transfer ini pula dapat bersifat positif atau negatif tergantung pada tugasnya.. (3) Transfer sebagai sebuah kriteria untuk belajar seperti tes retensi. Dalam hal ini ada dua kriteria transfer yaitu: (1) near transfer artinya tujuan belajar yang relatif sama dengan tugas latihan dan (2) far transfer artinya tujuan belajar berbeda dengan kondisi latihan yang sesungguhnya. Di kalangan ahli psikologi terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefinisikan tentang belajar (learning). Walaupun demikian, secara eksplisit maupun implisit pada akhirnya terdapat kesamaan maknanya, yakni bahwa belajar itu selalu menunjukkan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu.

1. Supervisi

Seiring dengan pekembangan masyarakat yang sedemikian kompleks, unsure supervisi menjadi hal yang sangat subtansial. Sehingga dalam pemberian makna supervisipun sudah mulai bergeser dari hanya sekedar memeriksa sudah menjadi memperbaiki. Dengan pengertian sebagai suatu kegiatan untuk mencari persoalan-persoalan yang dihadapi obyek pengawasan serta mencari solusinya untuk kemajuan di masa mendatang. Menurut Soetjipto dan Kosasi (1999:233) bahwa, “Supervisi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengertian bantuan dan perbaikan.” Segala bantuan dari pengawas yang tertuju pada perkembangan kepemimpinan individu dalam mengacapai tujuan. Sedangkan Sergiovanni dan Strratt (1993) berpendapat bahwa tugas utama supervisi adalah perbaikan situasi.

(8)

Dari uraian di atas, nampak ada kesepakatan umum bahwa kegiatan supervisi ditujukan untuk perbaikan. Perbaikan itu dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesional individu yang diawasinya. Jadi, secara sederhana supervisi dimaknai sebagai usaha yang dilakukan oleh pengawas untuk memberikan bantuan kepada individu dalam memperbaiki kinerjanya, kalau dalam konteks pembelajaran individu tersebut adalah guru. Guru yang menjadi subyek perbaikan dibina dan diarahkan untuk menjadi pekerja pendidikan yang bermutu dan profesional.

Supervisi dalam pendidikan bukan hanya sekadar control untuk melihat apakah segala kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Tetapi lebih dari itu, supervisi dalam pendidikan mengandung pengertian yang lebih luas. Kegiatan supervisi dapat meliputi penentuan syarat-syarat personal dan usaha untuk memenuhi syarat-syarat tersebut. Dalam kerangka keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, supervisi mempunyai kawasan tugas sebagai bagian dari kegiatan sekolah yang langsung berhubungan dengan pengajaran tetapi tidak langsung berhubungan dengan siswa. Gambar berikut ini memperlihatkan hubungan antara supervisi dengan kegiatan pendidikan.

Supervisi pembelajaran berbeda dengan administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan adalah proses dan bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih banyak lagi untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan supervisi pembelajaran mengkonsentrasikan kawasannya pada berbagai usaha untuk membantu guru dalam proses perbaikan pembelajarannya. Dengan demikian, maka supervisi dapat disimpulkan sebagai bagian dari kegiatan administrasi pendidikan.

2. Fasilitas Pembelajaran

Fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak SD berupa tersedianya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mencapai tujuan dari proses belajar mengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani memerlukan sarana media pembelajaran, alat dan perlengkapannya. Alat dan media yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak SD akan mengembangkan potensi serta keterampilannya secara optimal. Karena itu, dalam memilih alat dan media yang harus dipakai dalam pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak SD diperlukan pertimbangan yang mendalam.

Fasilitas ini memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembelajaran. Dengan alat dan media yang tepat, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan partisipasi anak dalam PBM akan terwujud. Mempersiapkan pendidikan untuk anak

(9)

SD perlu sesuatu usaha bersama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Teridentifikasi dan terpenuhinya alat dan media yang dibutuhkan, maka menjadikan PBM dalam tingkat keberhasilannya. Hal ini dapat mempersiapkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Pada gilirannya dapat menciptakan generasi yang sukses dalam tugasnya.

Jadi peran dan fungsi alat dan media pembelajaran pendidikan jasmani SD adalah: (1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu bersaing dan kerjasama di era globalisasi. (2) Meningkatkan keterampilan dan kualitas fisik untuk mendukung aktivitas sehari-hari. (3) Meningkatkan kemandirian dalam mengikuti intra kurikuler maupun ekstrakurikuler dan belajar di rumah.

Pembelajaran pendidikan jasmani di SD hendaknya menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang berbagai program aktivitas yang akan diajarkan guru. Bucher dan Krotee (2002:309) menjelaskan bahwa, “The activities program in elementary school suggests what facilities should be available.” Dengan tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai akan dapat mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Apalagi pembelajaran pendidikan jasmani sangat membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai guna menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu fasilitas pembelajaran harus dirancang untuk keseluruhan aktivitas yang mendukung potensi anak yang didasarkan pada tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Rink (1993:17) memaparkan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar pendidikan jasmani, yaitu: (1) motivasi belajar siswa, (2) kemampuan siswa, (3) kemampuan guru, dan (4) fasilitas pembelajaran. Keempat faktor ini sangat dominan dalam menentukan keberhasilan dalam proses maupun upaya mencapai tujuan pembelajaran di sekolah.

Fasilitas ialah segala sesuatu yang dapat mempermudah atau memperlancar tugas, dan memiliki sifat yang relatif permanen. Salah satu sifat yang relatif permanen tersebut, adalah susah untuk dipindah-pindahkan. Contoh : Halaman sekolah, lapangan sepakbola, lapangan bola basket, lapangan bola voli, gedung serba guna (hall), bak lompat jauh, dan sejenisnya. Untuk kepentingan pembelajaran pendidikan jasmani, prasarana lain yang dpat dimanfaatkan misalnya: ruang kelas yang kosong, parit, selokan, tangga, taman dengan kelengkapannya dll.

(10)

3. Kontribusi Layanan Supervisi dan Fasilitas terhadap Kinerja Guru

Layanan supervisi merupakan bentuk pembinaan dari kepala sekolah kepada para gurunya. Menurut Soetjipto dan Kosasi (1999:28) menjelaskan bahwa, “Layanan supervisi merupakan sebuah upaya pembimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru untuk meningkatkan kinerjanya.” Pembinaan mutu guru perlu secara sungguh-sungguh memberikan perhatian kepada melatih kepekaan guru terhadap latar belakang peserta didik yang semakin beragam, terutama pada pendidikan dasar, sebagai konsekuensi dari semakin terbukanya akses peserta didik terhadap sekolah. Oleh karena itu, peranan kepala sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru pendidikan jasmani sangat diperlukan, terutama untuk meningkatkan kinerjanya.

Pembinaan guru yang dilakukan kepala sekolah harus fokus pada apa yang menjadi tanggung jawab sebagai guru pendidikan jasmani di SD. Guru harus dianggap sebagai mitra yang dapat diajak bertukar pikiran dalam memikirkan berbagai persoalan pendidikan di sekolah. Pola pembinaan semacam ini dapat mengangkat harkat dan martabat guru karena memiliki kedudukan yang sama dalam mengelola pendidikan.

Pembinaan yang dilakukan kepala sekolah kepada guru pendidikan jasmani diharapkan mampu mendorong para guru untuk lebih termotivasi akan pentingnya kinerjanya dalam proses pembelajaran di sekolah. Dengan demikian akan melahirkan generasi bangsa yang lebih berkualitas dan mandiri dalam menghadapi persoalan hidup ke depan.

Pengawasan menurut Soetjipto dan Kosasi (1999:34) adalah, “Satu upaya yang dilakukan institusi pendidikan untuk membina para guru agar lebih bermutu dan berkinerja baik dalam profesinya.” Pengawasan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembinaan guru pendidikan jasmani di SD. Pengawasan mutlak diberikan oleh pengawas dan kepala sekolah kepada guru pendidikan jasmani secara periodik dan terstruktur, sehingga sasaran yang ingin dicapai dari pengawasan itu lebih jelas dan berdampak terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD.

E. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian dekriptif. Pemilihan metode ini sesuai dengan studi penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu mengungkap bagaimana kontribusi supervisi dan fasilitas pembelajaran terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD. Pengertian dari metode deskriptif adalah suatu cara penelitian

(11)

yang mengarah pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Mengenai metode deskriptif, Arikunto (1995:309) mengemukakan bahwa "Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk megumpulkan informasi mengenai status gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan". Sesuai dengan maksud yang terkandung dalam pelaksanaan penelitian, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis deskriptif.

Metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup teknik deskriptif. Di antaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik survey, interview, angket, observasi atau dengan tes. Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk penyelidikan deskriptif ini ialah menuturkan dan menafsirkan dari yang ada, misalnya situasi yang dialami, satu hubungan, kegiatan, pandangan, sikap yang nampak atau proses yang sedang berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, kelalaian yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan yang meruncing, dan sebagainya.

Populasi merupakan suatu hal yang sangat penting keberadaannya sebagai obyek atau sumber data. Populasi merupakan keseluruhan dari sekumpulan obyek yang memiliki ciri-ciri tersendiri yang ingin dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah para guru pendidikan jasmani se Kota Bandung yang tercatat sebagai PNS di Kantor Dinas Pendidikan Nasional Sumedang. Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah sebanyak 412 orang. Adapun karekteristik populasinya sebagai berikut:

a. Berstatus PNS yang sudah mengajar pendidikan jasmani di SD paling sedikit 5 tahun. b. Memiliki kondisi kesehatan yang baik.

c. Guru pendidikan jasmani tersebut harus yang memiliki latar belakang pendidikan program studi pendidikan jasmani dan olahraga, baik melalui pendidikan Diploma dan S1 atau yang pernah diikutkan dalam berbagai jenis pendidikan dan latihan dalam bidang pendidikan jasmani.

Setelah menetapkan populasi, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan sampel penelitian. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil untuk dapat mewakili dari keseluruhan populasi. Sampel yang diambil menggunakan teknik sample bertujuan atau purposive sampling .Akhirnya ditetapkan jumlah sampel sebanyak 45 guru pendidikan jasmani laki-laki dan perempuan atau 15% dari jumlah populasi. Tidak dipisahkannya jenis kelamin karena pada hekekatnya para guru tersebut berkemampuan sama dalam hal melakukan kegiatan PBM pendidikan jasmani di tingkat SD. Dalam

(12)

penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sebagaimana yang Thomas dan Nelson (1985:87) jelaskan bahwa, “Penentuan sample dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya sampel acak (random

sampling)”

Instrumen yang digunakan adalah angket dengan Skala Likert yang mencakup tiga hal, yaitu: (1) Layanan Supervisi; (2) Fasilitas Pembelajaran; dan (3) Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD. Pada skala tipe Likert perangsangnya adalah pernyataan. Respons yang diharapkan diberikan oleh subyek adalah taraf kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam variasi: sangat setuju (SS), setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

Tabel 1

Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban

ALTERNATIF JAWABAN BOBOT NILAI POSITIF NEGATIF Sangat Setuju (SS) Setuju (S) Ragu - ragu (R) Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5 4 3 2 1 1 2 3 4 5

Menurut isinya pernyataan itu ada yang searah (mendukung) teori yang mendasari program yang dipersoalkan dan ada pula yang tidak searah (tidak mendukung) teori yang mendasari hal yang dipersoalkan. Jadi dalam membuat angket dapat digunakan dua pernyataan, yaitu: positif (mendukung) dan negatif (tidak mendukung). Menurut Sumadi Suryabrata (2000:186), “Pernyataan yang mendukung disebut favorable statement dan yang tidak mendukung disebut unfavorable statement.” Dalam satu perangkat alat ukur jumlah pernyataan mendukung dan pernyataan tidak mendukung itu harus seimbang, kalau mungkin dibuat sama. Hasil uji coba sebelumnya instrumen ini telah memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang memadai. Namun untuk lebih meyakinkan penulis lakukan uji coba lagi pada populasi penelitian. Oleh karena itu, untuk memperoleh instrumen yang dapat mengukur apa yang hendak diukur dengan tingkat konsistensi yang memadai, dan instruyen penelitian sudah diperoleh hasil validitas dan reliabilitas instrumen.

Untuk menjadikan data yang diperoleh mengandung arti dan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, maka salah satu usahanya adalah mengolah dan menganalisa

(13)

data tersebut. Setelah data dari angket terkumpul, maka ditentukanlah rancangan analisis berdasarkan perbedaan rata-rata yang diperoleh dari skor sampel. Skor yang diperoleh ditentukan dengan cara menghitung korelasi antara data angket dengan data kinerja dari masing-masing subyek. Seberapa nyata makna hubungan perolehan dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus statistik. Adapun langkah-langkahnya, yaitu:

a. Menghitung Korelasi

b. Persamaan Kontribusi (C)

F. Hasil Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data ini dihitung secara manual dengan menggunakan komputer program “SPSS.” Berdasarkan hasil penghitungan tersebut peneliti menuangkannya dalam bentuk tabel-tabel agar mudah dibaca dan dipahami. Selain itu juga untuk menegaskan angka-angka yang tertuang dalam tabel, penulis analisis sesuai dengan permasalahan dan hipotesis yang diajukan.

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel Layanan Supervisi, Fasilitas Pembelajaran, dan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD

Se Kota Bandung

No Data χ2

hitung χ2

tabel (95%) Hasil Uji 1 2 3 Layanan supervisi (X1) Fasilitas Pembelajaran (X2) Kinerja Guru Penjas (Y) 11,476 11,825 7,934 12,60 12,60 12,60 Normal Normal Normal

C = r² x 100%

( )( )

( )

(

2 2

)

(

2

( )

2

)

xy

Y

Y

N

X

X

N

Y

X

XY

N

r

=

(14)

Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 2 ternyata keseluruhan variabel didapat chi-kuadrat hitung lebih kecil daripada chi-chi-kuadrat tabel (χ2 hitung < χ2

tabel) pada taraf nyata 0,05 dengan jumlah sampel yang sesuai dengan kelompoknya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa distribusi data variabel layanan supervisi (X1), fasilitas pembelajaran (X2), dan kinerja guru pendidikan jasmani SD (Y) se Kota Bandung tersebut secara keseluruhan berdistribusi normal. Artinya distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini secara umum penyebaran adalah normal. Kondisi ini dapat mengurangi bias yang dimungkinkan muncul dalam penelitian ini.

Untuk menentukan hasil penelitian terkait dengan tiga pokok permasalahan, yaitu:

1. Uji Kontribusi Supervisi dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD

H1: Terdapat hubungan yang signifikan supervisi dengan kinerja guru pendidikan jasmani Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel supervisi (X1) hubungannya dengan kinerja guru pendidikan jasmani SD di Kota BandungSumedang (Y), adalah seperti dalam tabel berikut:

Tabel 3

Hasil Perhitungan Uji Korelasi Variabel Supervisi (X1) atas Variabel Kinerja Guru (Y) Pendidikan Jasmani SD di Kota Bandung

Variabel Rata-rata SD r r² x 100%

Kontribusi

Supervisi (X1) 65,76 4,70

0,27 7,29%

Kinerja (Y) 76,89 5,58

Pembuktian hipotesis yang diajukan menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima sedangkan hipotesis statistik ditolak artinya supervisi tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani. Bahkan dilihat dari kontribusinya membuktikan bahwa supervisi memberik sumbangan sebesar 7,29% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD, sisanya sebesar 92,71% adalah variabel lain.

(15)

2. Uji Kontribusi Fasilitas dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD

H2: Terdapat hubungan yang signifikan fasilitas dengan kinerja guru pendidikan jasmani Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel ketersediaan fasilitas (X2) hubungannya dengan kinerja guru pendidikan jasmani SD di Kota BandungSumedang (Y), adalah seperti dalam tabel berikut:

Tabel 4

Hasil Perhitungan Uji Korelasi Variabel Fasilitas (X2) atas Variabel Kinerja Guru (Y) Pendidikan Jasmani SD di Kota Bandung

Variabel Rata-rata SD r r² x 100%

Kontribusi

Supervisi (X1) 82,67 5,13

0,58 33,60%

Kinerja (Y) 76,89 5,58

Pembuktian hipotesis yang diajukan menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak sedangkan hipotesis statistik diterima artinya ketersediaan fasilitas pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani. Bahkan dilihat dari kontribusinya membuktikan bahwa ketersediaan fasilitas pembelajaran memberik sumbangan sebesar 33,60% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD, sisanya sebesar 66,40% adalah variabel lain.

3. Uji Kontribusi Supervisi dan Fasilitas dengan Kinerja Guru Pendidikan Jasmani SD

H3: Terdapat hubungan yang signifikan supervisi dan fasilitas dengan kinerja guru pendidikan jasmani

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 ≠ µ2

(16)

Berdasarkan hasil uji korelasi variabel supervisi (X1) dan ketersediaan fasilitas (X2) hubungannya dengan kinerja guru pendidikan jasmani SD di Kota BandungSumedang (Y), adalah seperti dalam tabel berikut:

Tabel 5

Hasil Perhitungan Uji Korelasi Variabel Supervisi (X1) dan Fasilitas (X2) atas Variabel Kinerja Guru (Y) Pendidikan Jasmani SD di Kota Bandung

Variabel Rata-rata SD r r² x 100% Kontribusi Supervisi (X1) dan Fasilitas (X2) 148,42 8,79 0,48 23,04% Kinerja (Y) 76,89 5,58

Pembuktian hipotesis yang diajukan menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak sedangkan hipotesis statistik diterima artinya supervisi dan ketersediaan fasilitas pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja guru pendidikan jasmani. Bahkan dilihat dari kontribusinya membuktikan bahwa ketersediaan fasilitas pembelajaran memberik sumbangan sebesar 23,04% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani di SD, sisanya sebesar 76,96% adalah variabel lain.

G. Pembahasan

Hasil ini menunjukkan adanya kemajuan yang diperlihatkan oleh guru sebagai dampak dari pembinaan supervisi dan tersedianya fasilitas pembelajaran yang baik terhadap kinerja guru pendidikan jasmani selama PBM pendidikan jasmani di sekolah masing-masing. Dalam hal ini Engkoswara (2001:3) menyimpulkan bahwa, “Kriteria keberhasilan dalam pendidikan adalah kinerja pendidikan.” Sedangkan untuk melahirkan kinerja bermutu pada guru diperlukan beberapa dukungan, yaitu: (1) pembinaan, (2) kepemimpinan kepala sekolah, (3) fasilitas pembelajaran, (4) kompetensi, dan (5) motivasi berprestasi. Pembinaan guru oleh kepala sekolah sangat penting terutama membekali mereka saat berada di lapangan. Fakry Gaffar (1987: 158-159) memaparkan, “Pembinaan guru merupakan suatu keharusan untuk mengatasi permasalahan tugas di lapangan.” Oleh karena itu, untuk memberdayakan guru secara optimal diperlukan pembinaan yang tepat dari kepala sekolah baik dalam aspek karir, mental, maupun fisik. Kesemuanya ini menjadi kunci dalam melakukan pembinaan oleh kepala sekolah terutama dalam bentuk

(17)

supervisi. Sergiovanni dan Starratt (1993:268) menegaskan, “Supervision is a process designed to help teachers and supervision learn more about their practice, to be better able to use their knowledge and skills to better serve parents and schools, and to make the school a more effective learning community.” Dengan demikian guru akan memiliki kinerja yang lebih baik dalam menjalankan karirnya sebagai pendidik. Pembelajaran pendidikan jasmani di SD hendaknya menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang berbagai program aktivitas yang akan diajarkan guru. Bucher dan Krotee (2002:309) menjelaskan bahwa, “The activities program in elementary school suggests what facilities should be available.” Dengan tersedianya fasilitas pembelajaran yang memadai akan dapat mengoptimalkan kemampuan guru dalam menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Apalagi pembelajaran pendidikan jasmani sangat membutuhkan dukungan fasilitas yang memadai guna menghasilkan proses pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu fasilitas pembelajaran harus dirancang untuk keseluruhan aktivitas yang mendukung potensi anak yang didasarkan pada tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tersedianya fasilitas pembelajaran yang arepresentatif akan melahirkan ide-ide cemerlang dari guru. Dengan demikian kinerja guru pendidikan jasmani akan semakin meningkat. Jadi dukungan fasilitas ini mutlak disiapkan oleh sekolah agar kinerja guru pendidikan jasmani dalam proses belajar mengajarnya lebih kreatif.

H. Kesimpulan

Penelitian ini memaparkan variabel supervise dan ketersediaan fasilitas pembelajaran memberi kontribusi terhadap kinerja guru.. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang telah menjawab pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian.

Pada akhirnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan hasil penelitian ini sebagai berikut:

1. Pembinaan melalui layanan supervisi memberikan kontribusi sebesar 7,29% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD.

2. Ketersediaan fasilitas pembelajaran memberikan kontribusi sebesar 33,60% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD.

(18)

3. Gabungan keduanya yaitu supervisi dan ketersediaan fasilitas memberikan kontribusi sebesar 23,04% terhadap kinerja guru pendidikan jasmani SD.

Berdasarkan kesimpulan temuan hasil penelitian tersebut mengilhami berbagai cara tentang perlunya upaya supervisi dan fasilitas pembelajaran di SD. Atas dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut:

1. Pelaksanaan supervisi terhadap guru harus terus ditingkatkan agar kinerja guru lebih meningkat lagi dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di tingkat SD.

2. Fasilitas pembelajaran yang menjadi variabel penelitian ini juga perlu memperoleh perhatian, karena tanpa fasilitas pembelajaran yang memadai sangat kecil kemungkinan kualitas pembelajaran dapat dicapai. Oleh karena itu, sekolah sangat perlu memperhatikan fasilitas pembelajaran ini paling sedikit penuhi dulu tersedianya fasilitas pembelajaran minimal yang diperlukan dalam pelaksanaan PBM pendidikan jasmani di SD.

3. Penelitian selanjutnya diperlukan dalam lingkup yang lebih luas baik dalam hal sampel maupun variabel penelitiannya. Karena diketahui masih banyak variabel selain supervisi dan fasilitas pembelajaran yang memberikan dukungan cukup besar terhadap meningkatnya kinerja guru pendidikan jasmani di tingkat SD ini.

4. Rekomendasi ini mungkin penting untuk membandingkan variabel-variabel bebas lainnya yang tidak teridentifikasi dalam penelitian ini untuk diungkap lebih mendalam.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin M., (1996), Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan: Pedoman dan Intisari Perkuliahan, Bandung: PPS-UPI

Asim, (2000), Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani, Jurnal ISDEK Olahraga Volume 2 No. 2 Mei 2002, hal. 124-128.

Bondi Yosep dan Wiles John, (1988), Supervision: A Guide to Practice, Colombus: Charles E Merril Publishing, Co.

Corbin, et.al. (1979). Concepts in Physical Education: With Laboratories and Experiments. Edisi Ke-3.Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Depdiknas, (2004). Kurikulum tahun 2004: Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdiknas

Djam’an Satori, 1997, Studi Evaluatif Efektivitas Pengelolaan Gugus SD, Laporan Penelitian, Bandung: FIP IKIP Bandung.

Enco Mulyasa, (2003), Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: SD. Remaja Rosdakarya.

Engkoswara, (1987), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta, Depdikbud, Ditjen Dikti, P2LPTK.

………, (2001), Paradigma Manajemen Pendidikan: Menyongsong Otonomi Daerah, Edisi ke-2, Bandung, Yayasan Amal Keluarga.

Fakry Gaffar, (1987), Perencanaan Pendidikan, Jakarta: Depdikbud.

Hamijaya, ES., dan Rusyan, (1992), Profesionalisme Tenaga Kependidikan, Jakarta: Nine Karya.

Husdarta, JS. (2005). Hubungan Kepemimpinan dan motivasi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru Penjas. Penelitian Dana Rutin UPI. Lemlit UPI. Bandung

Hyllegard, R., Mood, D.P., & Morrow, J. R. (1996). Interpreting Research in Sport and Exercise Science. St. Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc. Jarvis Peter, (1983), Profesional Education, Croon Helm, Londen Camberra.

Mosston, M., & Ashworth, S. (1994). Teaching Physical Education, Edisi ke-4. USA: Macmillan College Publishing Company, Inc.

Natawidjaya, R. (1985). Beberapa Konsep Statistika untuk Penelitian dan Penilaian. PPS-IKIP Bandung.

Oemar Hamalik, (2002), Pendidikan Guru: Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: SD. Bumi Aksara

Pangrazi, P.R., & Dauer, P.V. (1992). Dynamic Physical Education for Elementary School Children. Edisi ke-7, New York: Allyn dan Bacon.

Rusli Lutan, & Cholik, T. (1997). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, BP2MG Penjaskes Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.

Satori, Djam’an. (1999). Pengawas Sekolah dan Pengelolaan Sekolah. Makalah. Bandung: dalam acara Diklat Calon Pengawas Sekolah.

Sergiovanni, T.J dan Starratt, R.J. (1993). Supervision: A Redefinition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Soetjipto dan Kosasi Raflis. (1999). Profesi Keguruan. Jakarta:PT. Rineka Cipta Sudjana. (1992). Metode Statistik. Edisi ke-5. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (1997). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit, CV. Alfabeta.

Thomas, R.J., & Nelson, K.J. (1985). Introduction to Research In Health, Physical Education, Recreation, and Dance. Champaign Illinois: Human Kinetics Publishers, Inc.

(20)

Gambar

Gambar 1  Konstruksi Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

5 PT TERASIS EROJAYA 6 PT CINIPTA TRIUTAMA JAYA 7 KOMLA CONSULTING ENGINEERS 8 PT PROSPERA CONSULTING ENGINEERS 9 PT INTIMULYA MULTIKENCANA 10 PT RASICIPTA CONSULTAMA 11 PT KANTA

Maka dari itu, Tugas Akhir berikut bertujuan untuk membuat kampanye sosial yang menargetkan orangtua dengan anak berusia 3 s/d 6 tahun dalam rangka menyadarkan

Indonesia telah mempunyai bebe- rapa standar nasional yang berkaitan dengan keamanan pangan asal ternak yang diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan asal

(3) Jika permintaan berkaitan dengan buronan yang merupakan tersangka, sebagai tambahan dari informasi yang diperlukan dalam ayat (2) dari Pasal ini, permintaan

Algoritma Vigenere cipher digunakan untuk mengenkripsi pesan, kemudian hasilnya dienkripsi menggunakan algoritma Myszkowski transposition untuk menutupi kelemahan dari algoritma

Berdasarkan hasil tes awal tersebut menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelas VII-9 masih tergolong rendah, saat pembelajaran berlangsung hanya

Bila dua jenis protein yang memiliki jenis asam amino esensial pembatas yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam amino dari satu protein

siswa tersebut yang kurang perhatian pada pendidikan anaknya di sekolah.. Hal ini dibuktikan disaat waktu pengambilan raport banyak orangtua