• Tidak ada hasil yang ditemukan

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEIN TRIWULAN III 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CAPAIAN INDIKATOR KINERJA KEIN TRIWULAN III 2019"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Sasaran Program 1 (SS-1)

Terwujudnya 17 Paket Rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Pagu Anggaran : Rp 51.000.000.000,00 Realisasi Anggaran TW III : Rp 42.246.178.928,00 Persentase Realisasi Anggaran TW III : 82,84%

Nilai Kinerja Sasaran (NKS) TW III : 100%

Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden No.8 Tahun 2016 tentang Komite Ekonomi dan Industri Nasional. Sesuai maksud dan tujuan pembentukannya, KEIN berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. KEIN mempunyai tugas untuk melakukan pengkajian terhadap permasalahan ekonomi dan Industri nasional, regional dan global, menyampaikan saran tindak strategis dalam menentukan kebijakan ekonomi dan industri yang diberikan Presiden, dan melaksanakan tugas lain dalam lingkup ekonomi dan industriyang diberikan Presiden.

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan tugas yang diberikan kepada KEIN adalah rekomendasi kebijakan ekonomi dan industri nasional serta tersusunnya Road-Map Kebijakan Perekonomian dan Industri Nasional. Report yang disampaikan kepada Presiden terdiri atas Weekly Report yang berupa Policy Memo dan Policy Brief, Monthly Report, Quarterly Report, dan Annual Report. Keluaran lain yang diharakan adalah tersusunnya Outlook Ekonomi dan Industri serta Investor Update yang dilakukan dengan cara menyebarkan informasi positif tentang perekonomian Indonesia baik melalui website dwilingual atau tulisan dimedia.

Keluaran yang dihasilkan oleh KEIN yang berisi rekomendasi kebijakan dibidang ekonomi dan industri setelah disampaikan dan mendapatkan persetujuan oleh Presiden dapat pula dijadikan bahan masuk bagi Kementrian/Lembaga. Presiden juga menugaskan KEIN untuk membuat kerangka strategis untuk re-industrialisasi Indonesia hingga tahun 2045- bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka.

Dalam melaksanakan tugasnya KEIN akan memperhatikan masukan dari Tim Pengarah, hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya. Selanjutnya, Pasal 5 ayat (2) dijelaskan bahwa Tim pengarah terdiri dari Ketua : Mentri Koordinator Bidang Perekonomian; Anggota : Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Meteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Menteri Sekertaris Negara, Menteri Keuangan dan Sekretaris Kabinet. Tim pengarah bertugas memberikan arahan kepada KEIN dalam rangka rekomendasi kebijakan.

IKU 1 : Jumlah Paket Rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Latar Belakang

(2)

Stabilisasi harga pangan dapat dimonitor melalui koefisien variasi (KV) harga pangan.

Tujuan dibentuknya 17 Policy Memo presiden untuk memberikan perencanaan lebih detil dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia di Triwulan III.

17 (Tujuh Belas Paket Rekomendasi) Paket Rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional tahun 2019 terdiri dari sejumlah bidang, sebagai berikut:

1) Koperasi dan UMKM;

2) Fiskal dan Pengelolaan DashBoard; 3) Pembiayaan,Infrastruktur dan Logistik; 4) Industri Pertanian dan Kehutanan;

5) Industri Logam Dasar dan Kawasan Industri; 6) Industri Pedesaan;

7) Property dan Perumahan;

8) Makroekonomi, Perdagangan dan Investasi; 9) Industri Perikanan, Maritim dan Peternakan; 10) Industri Strategis dan Teknologi Tinggi; 11) Industri Kreatif;

12) Keuangan dan Perbangkan; 13) Industri Aneka dan Elektronika; 14) Energi dan Sumber daya Mineral; 15) Industri Pariwisata;

16) Tenaga Kerja, SDM dan Riset Teknologi; dan 17) Industri Padat Karya.

Pengukuran capaian IKU Komite Ekonomi dan Industri Nasional Triwulan III telah mencapai target yang di tetapkan. Sebanyak 17 (Tujuh Belas) paket rekomendasi Komite Ekonomi dan Industri Nasional, sebagai berikut:

1. Kelompok Kerja Industri Pedesaan

a. Rapat Internal mengenai “Pengembangan Industri Pedesaan berbasis Agrowisata di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat”

b. Kunjungan Kerja ke Jayapura dan PLTU Holtekam Agenda “Audiensi Ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dalam Rangka Penguatan Governance Sektor Ketenagalistrikan dan blue print Pengembangan Industri Ketenaga listrikan”.

c. Rapat Koordinasi dengan Pokja Pariwisata Agenda “Pembahasan Kunker Malang dan Seminar Pariwisata Trenggalek

d. Menghadiri FGD Pokja Pariwisata Agenda “Penulisan Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia”

Target Kinerja

(3)

e. Kunjungan Kerja Ke Kabupaten Konawe “Pengembangan Industri Pedesaan Berbasis Sagu” f. Kunjungan Kerja ke Malang “Meninjau Rencana Pengembangan Industri Pedesaan Berjenis

Usaha Makanan Ringan Berbasis Masyarakat di Kota Malang, Jawa Timur” 2. Kelompok Kerja Energi dan Sumber Daya Mineral

a. Kunjungan kerja ke PLT MG HOLTEKAMP- JAYAPURA Dalam Rangka “Governance Sektor Ketenagalistrikan dan Blue Print Pengembangan Industri Ketenagalistrikan

b. Kunjungan kerja ke St. Regis Hotel, Beijing, Tiongkok Dalam Rangka “ASIA Nuclear Business Platform”

c. Kunjungan kerja ke PLTSa Suwung Bali Dalam Rangka “Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Alternatif Tenaga Sampah & Bio massa”

3. Kelompok Kerja Industri Kreatif

a. Kunjungan Kerja ke Danau Toba, Sumatera Utara Tinjauan “Lapangan Perumusan Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia”

b. Kunjungan Kerja Ke Sumatera Utara Tinjauan Lapangan Perumusan Peta Jalan Pengembangan Kreatif Indonesia

c. Kunjungan Kerja ke Magelang, Tinjauan “Perumusan Peta Jalan Ekonomi Kreatif Indonesia” 4. Kelompok Kerja Industri Logam Dasar dan Kawasan Industri

a. Rapat Internal menyusun policy memo nikel,mengumpulkan surat hasil uji coba slag nikel tidak termasuk B3 dan surat persetujuan industri nikel nasional.

b. Kunjungan WES Jawa Barat Bagian Timur dan Morowali c.

5. Kelompok Kerja Industri Padat Karya

a. Kunjungan Kerja ke Pengrajin Perak Yogyakarta b. Kunjungan Kerja Ke HS Silver Bantul Yogyakarta c. Kunjungan Kerja ke UC Silver Bali

d. Kunjungan Kerja ke Puspa Mega Silver Bali

e. Rapat Internal Pembahasan Draf Policy memo Industri Rotan 6. Kelompok Kerja Industri Strategis dan Teknologi Tinggi

a. Rapat Internal “Pembahasan progres penulisan roadmap Industri Strategis dan Teknologi Tinggi Melalui Pengembangan SDM Pendidikan Tinggi dan review data BUMN

b. Kunjungan kerja ke Prancis Dalam rangka “Potensi Kerja Sama Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertahanan Antara Republik Prancis dan Republik Indonesia” c. FGD Ruang Gajah Mada Lemhannas “Manajemen Industri Strategis Pertahanan yang Efektif

dan Efisien Menuju Daya Saing Alustsista

d. Kunker ke Pontianak Dalam Rangka “International Seminar Knowledge Sharing Pengembangan Energi Nuklir di Indonesia untuk Mendukung Pembangunan Industri yang Berbasis IPTEK di Kalimantan Barat”

7. Kelompok Kerja Keuangan dan perbangkan

a. Kunjungan Kerja ke Denpasar Bali “Identifikasi Pengembangan Model Pembiayaan/Kredit Ultra Mikro dalam Mendukung UMKM”

b. Kunjungan Kerja ke Sumatera Barat “Identifikasi Model Pembiayaan/Kredit Ultra Mikro Dalam Mendukung UMKM Berbasis Pertanian”

c. Kunjungan Kerja ke DI Yogyakarta “Identifikasi Pengembangan Model Pembiayaan/Kredit Ultra Mikro dalam Mendukung UMKM”

(4)

8. Kelompok Kerja Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan

a. Kunjungan Kerja ke Kantor Bupati Kab. Dairi “Rapat Koordinasi Pengembangan Industrialisasi Pertanian dan Kehutanan Berbasis Produk Unggulan Daerah”

b. Kunjungan Kerja Ke Petani Kopi di Kab Dairi “Pengembangan Pertanian dalam rangka Pengembangan Industrialisasi Pertanian dan Kehutanan”

c. Kunjungan Kerja Ke Kantor Bupati Samosir “Pengembangan Industrialisasi Pertanian dan Kehutanan Berbasis Produk Unggulan Daerah”

d. Kunjungan Kerja Ke Lahan Persemaian Tanaman Macademia di Desa Huta Ginjang Kab. Tapanuli Utara “Kunjungan Kerja dalam rangka Pengembangan Industrialisasi Pertanian dan Kehutanan Berbasis Produk Unggulan Daerah di Kab. Tapanuli Utara

e. FGD “Tata Kelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Danau Toba, Khususnya di Kab Samosir”

f. Rapat Eksternal “Pembahasan Roadmap Industrilisasi Pertanian, Khususnya di Sektor Kehutanan”

9. Kelompok Kerja Pembiayaan, Infrastruktur dan Logistik

a. Rapat Internal mengenai isu terkini dan rencana FGD ke depan b. Rapat Internal mengenai “mendorong Perekonomian yang Berkualitas”

c. Rapat Internal mengenai “Sektor Energi Sebagai Infrastruktur Mendasar dalam Pengembangan Ekonomi: Kebutuhan dan Kondisi Sektor Energi”

10. Kelompok Kerja Property dan Perumahan

a. Rapat Internal mengenai “tindak lanjut FGD amandemen Permenaker 35/2016 {Pembiayaan Perumahan-Lanjutan}”

b. Rapat Internal Mengenai “Menteri Ketenagakerjaan No 35 tahun 2016 Tetang 11. Kelompok Kerja Ketenagakerjaan, SDM dan Riset Teknologi

a. Rapat Internal Finalisasi Policy Memo Terkait Strategi Optimalisasi Sistem Informasi Tenaga Kerja di Era Digital

b. FGD Terkait “Ketimpangan Desa-Kota: Membangun SDM Pedesaan yang Berdaya Saing” c. Rapat Internal Pokja terkait “Finalisasi Policy Memo”

d. FGD Terkait “Mencari Policy mix untuk meningkatkan Produktivitas Pekerja” 12. Kelompok Kerja Kesinambungan Fiskal dan Pengeluaan Dashboard Ekonomi dan Industri

a. FGD Agenda “Menguatkan Kembali Sistem Ekonomi Pancasila Untuk Mewujudkan Visi Indonesia 2045 dan Impian Indonesia 2015 - 2085

b. Rapat Internal Agenda : Kajian Upgrade Garis Kemiskinan

c. FGD Agenda “Reformulasi Garis Kemiskinan Untuk meningkatkan taraf hidup Masyarakat Indonesia”

d. Rapat Internal Agenda “Kajian Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2019” e. FGD Agenda “Mewujudkan RUU Koperasi yang Berkeadilan”

13. Kelompok Kerja Industri Aneka dan Elektronika

a. Kunjungan kerja ke kabupaten Dairi Sumatera Utara “Diskusi dengan Pemerintah Kabupaten Dairi Terkait Lampu PJU”

b. Kunjungan Kerja Ke Kecamatan Sidikkalang dan Kecamatan Parbuluan Kabupaten Dairi Sumatera Utara

c. Kunjungan Kerja ke Kabupaten Samosir “Berdiskusi terkait proses pengadaan Lampu PJU” d. Diskusi Pokja Elektronika Denga ALINDO di PT Surya Utama Putra

14. Kelompok Kerja Industri Perikanan, Maritim dan peternakan

(5)

b. Rapat Koordinasi Penguatan Logistik dan Distribusi Produk Perikanan dari Kawasan Timur Indonesia

15. Kelompok Kerja Koperasi dan UMKM

a. Rapat Internal Pokja “Final Draf EJS” di Kantor DAW

b. Diskusi Pokja KUMKM Bersama Lemhanas di Kantor Lemhanas c. Rapat Internal KUMKM di Podomoro Universitas

16. Kelompok Kerja Industri Pariwisata

a. Kunjungan Rapat Internal Pokja Industri Pariwisata “mengumpulkan data terkait kesiapan 7 lokasi destinasi prioritas yang ingin di Endrose”.

b. Kunjungan Kerja ke Danau Toba, Sumatera Utara “Perumusan Peta Jalan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia”

c. Kunjungan Kerja ke Malang, “Literasi Pariwisata dan Strategi Pengembangan Destinasi Wisata Unggulan di Daerah”

17. Kelompok kerja Makroekonomi, Perdagangan dan Investasi

a. FGD Agenda “Kebijakan Pengembangan Enterpreneurship di Indonesia” di Jakarta

b. Rapat Internal “Pembahasan Beberapa draft Policy Memo Pokja Makro” di Jakarta

c. Rapat Internal “Solusi Defisit Neraca Perdagangan dan memo Pengembangan

Enterpreneurship”.

d. Rapat Internal “Pembahasan beberapa draft Policy memo Pakja Makro” di Jakarta

e. Kunker Kalimantan Selatan “untuk menghasilkan kajian terhadap metode/pola bisnis dari

suatu entitas yang diindikasikan menjadi referensi”

Berikut Ini 3 (satu) Policy Memo yang Dihasilkan Komite Ekonomi dan Industri Nasional triwulan III 2019, sebagai berikut :

1. Rekomendasi KEIN tentang Pengelolaan Destinasi Secara Baik dan Terintegrasi Melalui Destination Management Organization Terdapat beribu destinasi wisata di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Keberadaan destinasi-destinasi tersebut secara berangsur-angsur memberikan efek sosial ekonomi kepada Indonesia. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB Nasional mulai menggeliat signifikan sejak beberapa tahun terakhir, pun kontribusinya pada perolehan devisa nasional yang terus mengejar perolehan devisa CPO. Tidak lupa pula, kontribusi penyerapan tenaga kerja sektor pariwisata nasional juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Daya serap tenaga kerja sektor pariwisata membentang di berbagai sektor lain yang ikut menikmati geliat ekonomi kepariwisataan Sektor pariwisata adalah salah satu sektor di mana masa depan ekonomi nasional diletakkan. Namun pemerintah perlu memberikan keberpihakkan lebih kepada sektor ini, baik secara fiskal maupun secara regulasi. Destinasi-destinasi yang ada tidak bisa dibiarkan begitu saja, atau diserahkan begitu saja kepada hukum permintaan dan penawaran, tanpa ada kejelasan soal keberlanjutan sosial ekonomi dan lingkungan, serta soal redistribusi kue ekonomi pariwisata untuk masyarakat banyak. Oleh karena itu, destinasi-destinasi wisata harus dikelola secara profesional dengan "body of organization" yang jelas. Dan pengelola ini, dalam kacamata kepariwisataan disebut dengan istilah DMO atau Destination Management Organization. Pariwisata sebagai industri yang bersifat multidimensi pun lintas sektoral, membutuhkan kerja sama dari semua pihak, mulai dari pemerintah, swasta, masyarakat, akademisi, aktivis (organisasi non-pemerintah), serta media massa untuk terlibat ke dalam sebuah “kapal” dengan keberlanjutan industri sebagai dermaganya. Bagi negara berkembang seperti Indonesia dengan kekayaan alam dan budaya yang begitu besar, konsep pengembangan pariwisata melalui DMO benar-benar diperlukan untuk menjaga keberlangsungan sektor pariwisata bagi semua pihak, baik yang terkait langsung maupun

(6)

yang tidak terkait secara langsung. Singkatnya, DMO memang ditujukan untuk menjawab berbagai tantangan industri pariwisata ke depannya. Namun untuk menjadikan DMO sebagai suatu paradigma dan strategi tentu tidak akan terlepas dari upaya tentang bagaimana seharusnya menjadikan industri pariwisata lebih berkelanjutan (ekonomi, sosialbudaya, dan lingkungan). 2. Rekomendasi Terkait Penyelenggaran dan Sistem Pembayaran Umrah Oleh Perusahaan Berbasis Daring

(Online) Data Badan Pusat Statistik (BPS) terkini menyebut, populasi Muslim Indonesia sekitar 90% dari 263 juta penduduk. Pasar haji dan umrah merupakan captive market potensial karena ikatan spiritual dan emosional umat Muslim. Keberangkatan haji dari Indonesia merupakan yang terbanyak. Kuota haji pada 2019 mencapai 231 ribu jemaah. Menyikapi kebutuhan pasar yang sangat tinggi, baru-baru ini pemerintah melalui Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) menginisiasikan penyelenggaraan dan pembayaran umrah berbasis daring (online). Ini dibuktikan dengan Penandatangan MoU (Memorandum of Understanding) antara Menkominfo Rudiantara, dengan Menteri Komunikasi dan Teknologi Informasi Arab Saudi, Abdullah Alshawa. Pemberitaan MOU mengacu pada kesepakatan Pemerintah Indonesia dan Arab Saudi dalam bidang ekonomi digital yang merupakan kolaborasi untuk memecahkan masalah utama di seluruh rantai usaha umrah. Kolaborasi Indonesia dengan Arab Saudi menyebutkan dua unicorn perwakilan dari Indonesia, yakni Tokopedia dan Traveloka. Pemerintah berharap, inovasi dengan menggandeng perusahaan bebasis teknologi digital bisa menjadi alternatif untuk memacu penyelenggaraan haji/umrah yang lebih baik.

3. Rekomendasi Mengatasi Masalah Pokok Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Danau Toba Sejalan dengan pencanangan Presiden tentang percepatan pengembangan pariwisata terutama di 5 kawasan super prioritas termasuk di Kawasan Danau Toba (KDT), maka pada tanggal 9-12 Juli 2019, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) melalui Kelompok Kerja (Pokja) Pangan, Industri Pertanian dan Kehutanan telah melakukan Kunjungan Kerja dan Focus Group Discussion (FGD) di Kabupaten Samosir dengan tema Tata Kelola Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Kawasan Danau Toba, yang dihadiri stakeholders terkait, antara lain: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, PemKab, Kapolres, Kepala BPN, sejumlah Kepala Desa, perwakilan Tokoh Masyarakat, Akademisi dan Pakar Lingkungan, beberapa kelompok Komunitas, Media, dan LSM. Kajian difokuskan pada isu penurunan kualitas dan debit air Danau Toba, sebagai upaya untuk

kelestarian dan keindahan Danau Toba.

Sesuai dengan Peraturan Presiden No 8 Tahun 2016 tentang Komite Ekonomi dan Industri Nasional

Pasal 4 ayat (2) menyebutkan Keberadaan Komite Ekonomi dan Industri Nasional berakhir bersamaan

dengan berakhirnya periode Kabinet Kerja Tahun 2014-2019.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan menyelenggarakan pembukuannya dalam mata uang Rupiah. Transaksi dalam mata uang asing dicatat dalam nilai Rupiah berdasarkan nilai tukar yang berlaku pada

Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, tetapi lebih reaktif jika dibandingkan dengan alkana karena pada alkena terdapat ikatan rangkap antar karbon-karbon (C=C). Ikatan

sistem ini didukung dengan aplikasi modern. Sosialisasi ini juga harus dilakukan pada setiap tempat, hal ini bertujuan agar masyarakat yang berkepentingan atau tidak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas V SDN Sidorejo Lor 04 tentang gaya gravitasi dan cara mengatasinya dengan pembelajaran remidiasi

Sekolah selain berfungsi sebagai tempat pembelajaran juga dapat menjadi ancaman penularan penyakit bagi anak jika tidak dikelola dengan baik. Umur anak sekolah

Bagan tancap (lift net stationary) tempat penelitian penulis merupakan alat tangkap yang dioperasikan pada malam hari yang terletak di perairan Poncan Gadang Teluk

Pemerintah mengalokasikan anggaran senilai 766 miliar dalam RAPBN 2017 untuk pengembangan infrastruktur di tiga kawasan strategis pariwisata nasional yaitu Danau Toba, Borobudur

bahwa dalam rangka mendukung pencapaian salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014, menyediakan Sumber Daya Manusia di