• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI MIKROBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI MIKROBA"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN

TAKSONOMI MIKROBA

(2)
(3)

Medium dan Biakan

•Medium: Nutrien yang digunakan organisme

untuk tumbuh di luar habitat alaminya

•Biakan: Perbanyakan mikroorganisme

menggunakan berbagai media

(4)
(5)

Komponen Media

Makronutrien (C, N, P, K)

Mikronutrien (Fe, Mg, Ca, Na)

(6)

Macam Media Mikrobiologis

Media Kimia Tertentu (defined)

Komposisi kimia penyusun media

diketahui dengan pasti

Media Kompleks (undefined)

Komposisi kimia penyusun media

tidak diketahui dengan pasti

Sering tersusun dari ekstrak tanaman

atau hewan seperti ekstrak kedelai,

ekstrak kecambah, protein susu, dll.

(7)

Macam Media Mikrobiologis

Media Padat

Media yang tersusun dari bahan padat

Media Cair

Media yang bahan-bahan penyusunnya

dilarutkan dalam air

Media Semipadat

Media yang telah diberi bahan pembuat gel

 Agar (paling sering digunakan)  Gelatin

 Silika gel (digunakan bila membutuhkan pembuat gel

(8)

Tujuan Penggunaan Media

Umum

Nutrien Broth/Agar, Luria Bertani

Selektif & Pembeda

Medium bebas N

Pengayaan

Medium plus senyawa tertentu

Pengujian

(9)

Media Seletif & Pembeda

Media Selektif

 Mengandung bahan yang menghambat pertumbuhan mikroba tertentu tetapi tidak yang lain

 Seringkali digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme tertentu dari populasi mikroorganisme lainnya

Media Pembeda

 Mengandung indikator yang menghasilkan reaksi

berbeda antar mikroorganisme (contoh, warna koloni berbeda)

(10)

 Dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan mikrobia

yang dikehendaki dan menghambat mikrobia yang tidak dikehendaki

 Dichloran Rose Bengal Chloramphenicol (DRBC): antibiotik yang menghambat pertumbuhan bakteri. Cocok untuk isolasi Fungi

 Brilliant Green Agar: Senyawa kimia cat Green

menghambat bakteri Gram (+). Cocok untuk isolasi bakteri Gram (-)

 Bismut Sulfite Agar: Cocok untuk isolasi Salmonella typhi, menghambat bakteri lain

(11)

Coliform pada media Lauryl Tryptone Broth

pada suhu 30

o

C mampu menghasilkan gas,

sedangkan non-Coliform tidak tumbuh atau

tumbuh tapi tidak menghasilkan gas

Baird Parker Agar: untuk membedakan

Staphylococcus aureus

Egg Yolk: S. aureus mampu memecah egg yolk

dan menberikan zona bening sekitar koloni

(12)
(13)

Memungkinkan pertumbuhan mikroba yang

diinginkan

Contoh: Di dalam tanah hanya terdapat sejumlah

kecil mikroba pendegradasi fenol di antara berjuta-juta mikroba lainnya

Medium yang mengandung fenol diinokulasi tanah tersebut

dan diinkubasi

Biakan yang mulai tumbuh dipindahkan/reinokulasi ke

medium baru (diulang beberapa kali)

Hanya mikroba yang mampu memetabolisme fenol yang

tumbuh dalam medium tersebut

(14)
(15)

Inokulasi media mengandung agar

untuk memperoleh koloni tunggal

(16)

Biakan campuran

(17)

Goresan di permukaan media yang

mengandung agar

(18)

IDENTIFIKASI MIKROBA

YANG TELAH DIISOLASI

(19)

Taksonomi Konvensional vs.

Molekular

Karakter Fenotipik

Termasuk di dalamnya karakter fisik dan

biokimia

Dua mikroba yang tak berhubungan bisa

memiliki fenotipe yang sama

Filogeni

70% DNA terhibridisasi?

97% kesamaan pada 16S rRNA?

Mikroba dengan fenotipe berbeda dapat

(20)

Karakter Fenotipik yang Digunakan

dalam Taksonomi Konventional

Morfologi, reaksi pengecatan Gram, dinding sel, lipida,

organela inklusi dan penyimpan produk, pigment,

penggunaan sumber karbon, penggunaan sumber

nitrogen, penggunaan sumber sulfur, produk

fermentasi, kebutuhan gas, kisaran suhu, kisaran pH,

patogenisitas, hubungan simbiotik, habitat.

(21)
(22)
(23)

Prosentasi G+C

“Komposisi basa DNA merupakan salah satu

karakter yang perlu diketahui untuk melakukan

deskripsi

minimal

dari suatu genera dan spesies”

(Lévy-Frébault & Portaels, 1992; Goodfellow&

O’Donnell,1993).

Seringkali,

nisbah GC

juga digunakan.

Jika dua mikroba yang diduga berkerabat dekat

berdasarkan kriteria fenotipiknya tidak memiliki kemiripan nilai GC, maka pada kenyataannya mereka tidaklah berkerabat dekat.

(24)
(25)

Kandungan GC

Struktur duplek DNA : G-C dan A-T

Kandungan G+C (mol% GC) beragam dalam mikroorganisme

Titik denaturasi oleh panas meningkat  OD260 meningkat.

Kesimpulan:

1. Beda kandungan G+C<5%  dalam spesies yang sama 2. Perbedaan %GC  hubungan kekerabatan jauh

3. Komposisi basa DNA  bermanfaat untuk melihat/mengukur keberagaman genetik

(26)

Peranan 16S rRNA

70S ribosom 50S subunit 30S subunit 16S rRNA 34 protein 21 protein 23S rRNA 5S rRNA

(27)

Operon Ribosomal RNA (rRNA)

16S rDNA 23S rDNA 5S

1500 bp 3000 bp 120 bp

ITS

16S rRNA 23S rRNA 5S rRNA Pemrosesan

Inti

Sitoplasma

16S-23S 23S-5S

(28)

Filogenetik dalam Mikrobiologi

1.

Memahami hubungan evolusioner

(=

filogenik

)

antar organisme

Cukup berbeda daripada yang semula

dipahami

2.

Ekologi Mikroba

Kemampuan untuk membuktikan

struktur

(29)
(30)

Skema Penentuan Urutan Basa (sequencing)

Gen 16S rRNA

Cloning or single-strand prep DNA 16S rRNA gene PCR Vector + 16S rRNA Sequencing Database search Phylogenetic tree DNA extraction

(31)

Amplifikasi Gen 16S rRNA

menggunakan PCR

DNA Genom atau lisat sel

95 C, 1 min 60 C, 1 min 72 C, 2 mins 35 daur Primer PCR dNTP

Taq DNA polymerase

Primer 9F

(5’-GAGTTTGATCCTGGCTCAG-3’)

Primer 1542R

(5’-AGAAAGGAGGTGATCCAGCC-3’)

16S rRNA gene

Gambar hasil elektroforesis pada gel agarosa dari gen 16S

rRNA yang diamplifikasi menggunakan PCR

1636 bp

(32)

Urutan basa (sequence) gen 16S rRNA dari

galur Chj707

T

1 gtttgatcct ggctcaggat gaacgctagc ggnaggccta acacatgcaa gccgagcggt 61 atggatagct tgctatccag agagcggcgt acgggtgcgt aacacgtgtg caacctgcct 121 ttatctgggg gatagccttt cgaaaggaag attaataccc cataatatgg tgtccggcat 181 cggtcgcatt gaaagcctcg gcggatagag atgggcacgc gcaagattag atagttggcg 241 gggtaacggc ccaccaagtc gatgatcttt aggggtcctg agagggagat cccccacact 301 ggtactgaga cacggaccag actcctacgg gaggcagcag tgaggaatat tggacaatgg 361 gtggaagcct gatccagcca tcccgcgtga aggatgacgg tcctatggat tgtaaacttc 421 ttttgtacag ggataaacct gccctcgtga gggcagctga aggtactgta cgaataagca 481 ccggctaact ccgtgccagc agccgcggta atacggaggg tgcgagcgtt atccggattt 541 attgggttta aagggtccgt aggcgggcct gtaagtcagt ggtgaaatct catagcttaa 601 ctatgaaact gccattgata ctgcaggcct tgagtaaatt tgaagtggct ggaataagta 661 gtgtagcggt gaaatgcata gatattactt agaacaccga ttgcgaaggc aggtcactaa 721 gatttaactg acgctgatgg acgaaagcgt ggggagcgaa caggattaga taccctggta 781 gtccacgccg taaacgatgc taactcgttt ttggacttcg ggttcagaga ccaagcgaaa 841 gtgataagtt agccacctgg ggagtacgtc cgcaaggatg aaactcaaag gaattgacgg 901 gggcccgcac aagcggtgga ttatgtggtt taattcgatg atacgcgagg aaccttacca 961 agacttaaat gggaattgac agatttagaa atagatcctc cttcgggcaa ttttcaaggt 1021 gctgcatggt tgtcgtcagc tcgtgccgtg aggtgttagg ttaagtcctg caacgagcgc 1081 aacccctgcc aacagttgcc atcattcagt tggggactct gttgggactg cctacgcaag 1141 tagagaggaa ggtggggatg acgtcaaatc atcacggccc ttacgtcttg ggccacacac 1201 gtaatacaat ggccggtaca gagggcagct acctggtgac aggatgcgaa tctcgaaagc 1261 cggtctcagt tcggattgga gtctgcaact cgactctatg aagctggaat cgctagtaat 1321 cgcgcatcag ccatggcgcg gtgaatacgt tcccgggcct tgtacacacc gcccgtcaag 1381 ccatggaagt ctggggtacc tgaagtcggt gaccgtaata ggagctgcct agggtaaaac 1441 aggtaactag ggctaagtcg taacaagggg gg

Panjang Total: 1472bp

(33)

Hasil Pembandingan terhadap Database

NCBI menggunakan program BLAST

(34)

Hasil Pembandingan terhadap Database

NCBI menggunakan program BLAST

(35)

Chryseobacterium gleum ATCC35910T (M58772)

Chryseobacterium indologenes ATCC29897T (M58773)

Chryseobacterium joostei LMG18212 (AJ271010) Chryseobacterium proteolyticum 9670 (AB039830) Chryseobacterium defluvii B2T (AJ309324)

Chryseobacterium indoltheticum ATCC27950T (M58774)

Chryseobacterium balustinum ATCC33487T (M58771)

Chryseobacterium scophthalmum LMG13028T (AJ271009)

Chj707T

Ko2 Ko10

Bergeyella zoohelcum ATCC43767T (M93153)

Riemerella anatipestifer ATCC11845T (U10877)

Riemerella columbina LMG11607T (AF181448)

Chryseobacterium meningosepticum ATCC13253T (M58776)

Empedobacter brevis ATCC14234T (M59052)

Weeksella virosa ATCC43766T (M93152)

Ornithobacterium rhinotracheal LMG9086T (U87101)

Coenonia anatina LMG14382T (Y17612)

Cellulophaga lytica ATCC23178T (M62796)

Flavobacterium aquatile ATCC11947T (M62797)

82 100 100 59 100 95 98 100 98 62 75 98 89 75 46 27 59 0.02 Pohon filogenetik (cabang Chryseobacterium- Bergeyella-Riemerella)

(36)

Resolusi Taksonomik (yang saat ini digunakan)

(37)

PEMONITORAN

DAN

(38)

Plate Counts: Dengan membuat pengenceran

berseri dari cuplikan

Pengukuran Pertumbuhan Mikroba

menggunakan Pembiakan

(39)

Media agar dalam

cawan Petri

diinokulasi

(dicampurkan dengan

agar pada pour plate

atau diratakan di

permukaan agar pada

plate count) dengan

pengenceran berseri

(40)

Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang

muncul di media agar dihitung. Hanya berlaku

untuk agar yang memiliki 30-300 koloni (CFUs)

(41)

Menggunakan

banyak tabung

Yang dihitung

adalah tabung

yang

menunjukkan

positif dan

dibandingkan

dengan tabel

statistik MPN

(42)

Pengukuran Pertumbuhan Mikroba

Senyawa

Organik (CH

2

O)

+ O

2

CO

2

+ H

2

O +

senyawa

antara

metabolisme +

materi sel +

energi (ATP)

(43)

Pengukuran Pertumbuhan Mikroba

dengan Pembiakan

CO

2

+ 2 NaOH

Na

2

CO

3

+ H

2

O

ATP + D-lusiferin + O

2

oksilusiferin + AMP + pirofosfat + CO

2

+ sinar

(562 nm)

lusiferase

Pengukuran Pertumbuhan Mikroba

tanpa Pembiakan

(44)

DETEKSI MIKROBA

TANPA PEMBIAKAN

(45)

Metoda Molekular untuk

Mendeteksi Mikroba

Komponen dinding sel, Protein,

Lipopolisakarida

RNA

Asam Nukleat

DNA

LMW RNA Teknik menggunakan PCR

(46)

LMW (Low Molecular Weight) RNA

Molekul RNA yang berberat molekul rendah, memiliki nilai yang tinggi untuk mempelajari keragaman dalam populasi karena karakter khususnya.

Karakter LMW RNA

Stabil selama masa pertumbuhan sel, dan tidak tergantung

komposisi media pertumbuhan.

Dimiliki oleh semua jenis sel hidup: prokaryot maupun eukaryot.

Memiliki fungsi yang sama di semua sel hidup: Untuk sintesis protein.

(47)

LMW RNA

Molekul yang mana saja?

 5S rRNA

 5.8S rRNA

 tRNA class 1

 tRNA class 2

LMW RNA PROFILING:

(48)

PROFIL LMW RNA

Kenapa bisa disebut

sidik jari molekular

mikroba?

 Spesies prokaryot dari genus yang

sama menunjukkan 5S rRNA yang identik.

 Spesies eukaryot dari genus yang

sama menunjukkan kombinasi zona 5S-5.8S rRNA yang identik.

 Galur-galur dari spesies prokaryot

maupun eukaryot yang sama menunjukkan profil tRNA yang identik

(49)

METODA ANALISIS DNA

Ukuran dan struktur suatu molekul DNA

Derajat kekerabatan antar molekul menggunakan prosedur hibridisasi DNA Plasmid DNA Kromosom Kelemahan:

i. Kurang stabil di beberapa galur

ii. Beberapa galur tak memiliki plasmid

iii. Dapat terjadi transfer plasmid antar galur

Teknik terkait PCR

 Penentuan urutan basa DNA

(sequencing) suatu gen

 Profiling dari produk PCR yang

(50)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

PROFILING DNA PLASMID

Plasmid adalah molekul asam nukleat yang paling mudah diuji.

Molekul-molekul tersebut berperan penting karena membedakan kemampuan galur mikroba.

Kemampuan galur mikroba untuk menjadi simbion atau patogen ditentukan oleh plasmid yang dimilikinya.

DNA plasmid mudah diekstrak dan dielektroforesis menggunakan gel agarosa sederhana.

(51)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

(52)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE) Thermal Gradient Gel Electrophoresis (TGGE)

Prinsip:

Berdasarkan amplifikasi zona GC berkeragaman tinggi (hyper-variable) dari 16S rDNA, dan pemisahan fragmen DNA yang dihasilkannya menggunakan elektroforesis gel poliakrilamida dengan keberadaan senyawa denaturan atau suhu bergradien linier

(53)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Denaturing Gradient Gel Electrophoresis (DGGE) Thermal Gradient Gel Electrophoresis (TGGE)

Keunggulan: dapat dipercaya, reproducible,

cepat dan relatif murah

Pembatas: Baru dimanfaatkan untuk prokaryot.

Sidik jari tidak terkait langsung dengan

informasi taksonomi

Analisis perbandingan urutan DNA dengan

database 16S rDNA

Analisis pola hibridisasi dengan probe

oligonukleotida spesifik taxon terhadap

16SrRNA

(54)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP)

Prinsip:

Berdasarkan pembentukan struktur melipat dari benang DNA untai tunggal yang tergantung urutan DNA

penyusunnya. Biasanya terdapat di daerah berkeragaman tinggi dari gen 16S rRNA.

(55)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Single Strand Conformation Polymorphism (SSCP)

Keunggulan: Cepat dan

dapat membedakan di

tingkat spesies

Pembatas: Sidik jari tidak

dapat digunakan

untuk analisis

filogenetik

(56)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip:

Berdasarkan pola

pemotongan menggunakan enzim endonuklease restriksi terhadap produk PCR.

Produk PCR dihasilkan menggunakan

oligonukleotida primer yang didesain untuk menempel di urutan basa DNA konsensus di berbagai gen (yang paling sering digunakan adalah gen 16S rRNA)

(57)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR

Keunggulan: Telah digunakan

baik pada prokaryot

maupun eukaryot.

Pembatas

:

Kadang-kadang

tidak diperoleh

pembedaan pada

tingkatan taksonomik,

tergantung pada zona

diterapkannnya enzim

endonuklease restriksi.

(58)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip:

Berdasarkan keragaman alami dari panjang gen 16SrRNA (atau gen lain).

Oligonukleotida berfluoresen

digunakan sebagai primer forward, bersama primer reverse yang tidak berlabel, untuk mengamplifikasi daerah berkeragaman tinggi dari gen 16 rRNA. Fragmen yang

dihasilkan dideteksi berdasarkan fluoresensi yang diinduksi laser dengan deteksi menggunakan sequencer otomatis.

Length heterogeneity-PCR (LH-PCR)

Pembatas: Tingkat

pembedaan lebih rendah daripada teknik T-RFLP, karena kelompok

taksonomi yang berbeda dapat menghasilkan

produk dengan panjang yang sama

(59)

Operon Ribosomal RNA (rRNA)

16S rDNA 23S rDNA 5S

1500 bp 3000 bp 120 bp

ITS

16S rRNA 23S rRNA 5S rRNA Pemrosesan

Inti

Sitoplasma

16S-23S 23S-5S

(60)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip:

Berdasarkan kespesifikan DNA

ribosom pada spesies bakteri. Fragmen yang teramplifikasi pada PCR

kemudian dielektroforesis. Pola yang diperoleh dianalisis secara matematis.

Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA)

Tingkat pembedaan pada aras

spesies berguna untuk dimanfaatkan pada studi filogenetik dan ekologis

(61)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip:

Berdasarkan perbedaan panjang daerah antara (spacer) gen 16S dan 23S rRNA yang teramplifikasi. Spacer ini sangat beragam dalam ukuran dan urutan basanya.

rDNA Internal Spacer Analysis (RISA)

Keunggulan: Teknik yang sangat baik untuk

mempelajari keragaman populasi, dan dapat

membedakan hingga aras spesies. Dapat digunakan untuk karakterisasi galur

karena ada perbedaan sangat besar antar galur

(62)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip:

Berdasarkan pola yang terbentuk dari elektroforesis langsung hasil PCR menggunakan satu primer pendek dan suhu annealing rendah, yang menghasilkan

amplifikasi acak.

(63)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR

Prinsip:

Berdasarkan hasil amplifikasi 16S

rDNA menggunakan dua primer

universal pada konsentrasi tinggi (10 kali) dengan suhu annealing 50-55ºC

Two-primers RAPD (TP-RAPD)

Teknik ini sangat bermanfaat untuk

mempelajari taksonomi dan keragaman

dengan pembedaan hingga aras spesies pada bakteri dan jamur

(64)

Sidik Jari DNA dari Populasi Mikroba

Metoda terkait PCR Prinsip: Berdasarkan pola elektroforesisi langsung hasil PCR menggunakan primer untuk

mengamplifikasi urutan DNA pendek berulang (short

repetitive sequence) yang

banyak ditemukan di jasad prokaryot.

Repetitive element sequence-based PCR (rep-PCR)

Keunggulan: These techniques show intraspecific variations among microorganisms, and have resolution at species level, so their

(65)

DNA Fingerprinting of Microorganism Populations

PCR-based methods Principle:

Depending on the number of primers used, there are different techniques based on repetitive sequences:

Repetitive element sequence-based PCR

1 primer:

BOX-PCR

2 primers:

Gambar

Gambar hasil elektroforesis  pada gel agarosa dari gen 16S

Referensi

Dokumen terkait

Primer BF02 dapat mengamplifikasi dengan baik untuk sampel burung bondol kalimantan (Lonchura fuscans), sedangkan Primer BF03 harus dilakukan optimasi PCR dengan BSA 0,5 µl..

PCR digunakan untuk mengamplifikasi ranati pendek pada bagian tertentu dari rantai DNA. Metode PCR tertentu dapat meng-copy hingga 40 kb,yang mana masih sangat kurang

Hasil analisis PCR memperlihatkan bahwa dari tiga primer oligonukleotida acak yang digunakan, yaitu primer A01, A04, dan B01 dapat mengamplifikasi DNA dari 97 plasma nutfah ubi jalar

Untuk mendapatkan data tentang suatu atribut mikroba, misalnya kepadatan populasi bakteri Gram negatif pada tanah lapisan atas atau laju respirasi tanah yang dipupuk dengan

Primer BF02 dapat mengamplifikasi dengan baik untuk sampel burung bondol kalimantan (Lonchura fuscans), sedangkan Primer BF03 harus dilakukan optimasi PCR dengan BSA 0,5 µl..

fibuligera ITB.R.cc.64 diawali oleh Hadi (2001) dengan mengamplifikasi fragmen DNA yang.. mengandung gen glukoamilase dari mikroba tersebut melalui PCR dengan ukuran 1784 pb.

Pada proses PCR dilengkapi dengan komponen – komponen penyusun yaitu, templat DNA, primer yang mempunyai urutan nukleotida yang komplementer dengan urutan nukleotida DNA templat

Struktur kimia artemisinin hasil isolasi tanaman Artemisia annua Metodologi Preparasi sumber mikroba Mikroba yang digunakan adalah mikroba yang diisolasi dari tanaman Artemisia