• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

ADY ERIADY WIBAWA

SKRIPSI

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

ABSTRAK

ADY ERIADY WIBAWA (C 44104039). Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI

Usaha pendederan ikan lele dumbo banyak dipilih oleh pembudidaya di Kecamatan Ciseeng, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan kegiatan pembesaran. Waktu pemeliharaan yang singkat membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi.

Hasil dari analisis fungsi produksi ini ialah perlu dilakukan efisiensi dalam penggunaan input agar output yang dihasilkan optimal. Efisiensi penggunaan input dapat dilakukan karena kondisi usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng ini masih berada pada kondisi Increasing Return to Scale. Pada kondisi optimal, efisiensi penggunaan input dilakukan terhadap benih, kapur, pakan, TK2,

dan TK3. Pada kondisi optimal ini, jumlah benih yang digunakan sebesar 170 ekor per m2 dengan

jumlah output yang dapat dihasilkan sebesar 124 ekor benih per m2. Tambahan modal yang dibutuhkan agar kondisi usaha optimal sebesar Rp22.462,06 per m2. Pada analisis usaha diperoleh keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp70.871,17 per m2. Hasil dari analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan berdasarkan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank)

memberikan manfaat terbesar dengan nilai NPV sebesar Rp1.174.981.305,75, nilai Net B/C sebesar 34,23, dan IRR sebesar 603,00%. Analisis sensitivitas dengan menaikkan harga benih, menunjukkan bahwa pada skenario kedua (lahan sewa dan modal sendiri) dan skenario ketiga (lahan sewa dan pinjaman bank) memiliki sensitivitas yang sama terhadap kenaikkan harga benih sebesar 167,41%. Dari hasil analisis finansial dapat disimpulkan bahwa usaha pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng layak untuk dilaksanakan.

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor

adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan mau pun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.

Bogor, 30 Januari 2008

Ady Eriady Wibawa C 44104039

(4)

© Hak cipta milik Ady Eriady Wibawa, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi,

(5)

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL

PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI

KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

ADY ERIADY WIBAWA C44104039

PROGRAM STUDI

MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

SKRIPSI

Judul Skripsi : Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor.

Nama Mahasiswa : Ady Eriady Wibawa Nomor Pokok : C44104039

Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan – Kelautan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP : 131.578.826

Diketahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP : 131.578.799

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul

“Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor” ini dibuat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga (papa, mama, teh Nia, A Edwin, dan Anna), para responden pembudidaya lele dumbo di Kecamatan Ciseeng, serta rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis baik secara moril mau pun materil, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhir kata, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak yang membutuhkan.

Bogor, 30 Januari 2008 Ady Eriady Wibawa

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ady Eriady Wibawa. Penulis lahir di Bogor pada tanggal 22 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Asep Sutisna, MM dan Ibu Tarmi Imiyati, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dengan kakak yang bernama Garsinia Lestari, SP dan adik yang bernama Anna Reza.

Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMU Negeri 5 Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi HIMASEPA (tahun 2006).

Penulis melakukan penelitian dengan judul ”Efisiensi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor”. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR...ix DAFTAR LAMPIRAN...x I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Perumusan Masalah...3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian...4

1.3.1 Tujuan Penelitian...4

1.3.2 Kegunaan Penelitian...5

II. TINJAUAN PUSTAKA...6

2.1 Deskripsi Ikan Lele Dumbo...6

2.2 Pendederan Ikan Lele Dumbo...7

2.3 Fungsi Produksi...9

2.4 Efisiensi Penggunaan Input...11

2.5 Analisis Finansial...13

2.5.1 Analisis Usaha...13

2.5.2 Analisis Kriteria Investasi...14

2.5.3 Analisis Sensitivitas...14

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI...16

IV. METODOLOGI...19

4.1 Metode Penelitian...19

4.2 Jenis dan Sumber Data...19

4.3 Metode Pengambilan Sampel...20

4.4 Analisis Data...20

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi...21

4.4.2 Analisis Finansial...24

4.4.3 Analisis Sensitivitas...28

4.5 Batasan dan Pengukuran...29

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian...31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………...32

5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian………...…32

5.1.1 Letak dan Kondisi Umum………...32

5.1.2 Kependudukan………33

5.1.3 Sarana dan Prasarana………..35

5.2 Gambaran Umum Pembudidaya...37

5.2.1 Karakteristik Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...…37

(10)

Halaman

5.3 Usaha Pendederan Lele Dumbo………...38

5.3.1 Kegiatan Budidaya………..38

5.3.2 Faktor Produksi Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo………...43

5.4 Analisis Pendugaan Fungsi Produksi………....…...45

5.5 Analisis Efisiensi Penggunaan Input………...51

5.6 Analisis Finansial...53

5.6.1 Analisis Usaha...54

5.6.2 Analisis Kriteria Investasi...57

5.6.3 Analisis Sensitivitas...61

5.7 Implikasi Pengembangan...64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...65

6.1 Kesimpulan...65

6.2 Saran...66

DAFTAR PUSTAKA……….67

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor

Tahun 2005-2006...3 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur,

Tahun 2006...33 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006...34 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Mata Pencaharian,

Tahun 2006...34 5. Prasarana Transportasi di Kecamatan Ciseeng Tahun 2006...35 6. Data Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid di Kecamatan Ciseeng

Tahun 2006...36 7. Rata-rata Input dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pendederan

Lele Dumbo pada Kondisi Aktual di Kecamatan Ciseen Tahun 2007...44 8. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil

pada Usaha Pendederan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...45 9. Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input...48 10. Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM

dan Pxi pada Usaha Pendederan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...52 11. Total Biaya, Total Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pendederan

Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng per m2 pada Kondisi Aktual dan Optimal...53 12. Biaya Usaha dan Penerimaan Usaha Pendederan Lele Dumbo di

Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan 4.426,67m2 Tahun 2007...55 13. Kriteria Investasi pada Skenario 1 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...58 14. Kriteria Investasi pada Skenario 2 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

(12)

Halaman 15. Kriteria Investasi pada Skenario 3 untuk Usaha pendederan Lele Dumbo

di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...60 16. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 1 Setelah Terjadi

Kenaikan Harga Benih Sebesar 157,55%...62 17. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 2 Setelah Terjadi

Kenaikan Harga Benih Sebesar 167,41%...63 18. Perbandingan Nilai Kriteria Investasi pada Skenario 3 Setelah Terjadi

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)………...6

2. Kurva Keseimbangan Produsen...11

3. Skema Kerangka Pendekatan Studi...18

4. Proses Persiapan Kolam……….………...39

5. Kondisi Kolam sebelum Penebaran Benih………..…………..40

6. Kegiatan Pemeliharaan Kolam………..…………41

7. Proses Pemanenan……….………42

8. Kegiatan Penyortiran Benih………..…….42

9. Grafik Normal P-P Plot of Regression…………...……...………..…..47

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Kecamatan Ciseeng………70 2. Karakteristik Responden Pembudidaya……….71 3. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga, dan Nilai Beli Produksi per

Musim Tanam pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan

Ciseeng Tahun 2007………….………..………...72 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil…………...74

5. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Statistical Product and Service

Solutions………75

6. Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal………80 7. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo

dalam Kondisi Aktual di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007……….……..…….82

8. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo

dalam Kondisi Optimal di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007………..………...83

9. Perhitungan Rata-Rata Analisis Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo

per Tahun secara Aktual di Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007...84

10. Perhitungan Rata-Rata Analisis Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo

per Tahun secara Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Luas Lahan

4.426,67m2 Tahun 2007...85

11. Perhitungan Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dan Optimal pada

Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo di Kecamatan Ciseeng dengan Luas Lahan 4.426,67m2 Tahun 2007...86

12. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...87

(15)

Halaman

13. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal dengan Skenario 2 (Lahan Sewa) di Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...88

14. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal dengan Skenario 3 (Lahan Sewa dan Pinjaman Bank) di

Kecamatan Ciseeng Tahun 2007...89

15. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 1 dengan Asumsi Terjadi

Kenaikan Harga Benih 157,55%...90

16. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 2 dengan Asumsi Terjadi

Kenaikan Harga Benih 167,41%...91

17. Cash flow pada Usaha Pendederan Ikan Lele Dumbo pada Kondisi

Optimal di Kecamatan Ciseeng pada Skenario 3 dengan Asumsi Terjadi

(16)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Dengan luas wilayah perairan 5,8 juta km2 dan bentang garis pantai sepanjang 95.181 km, Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia ditaksir mencapai 6,4 juta ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan saat ini sebesar 4,4 juta ton per tahun (70%). Sementara itu, potensi Indonesia di sektor perikanan budidaya sebesar 15,95 juta hektar. Potensi budidaya ini terdiri atas potensi budidaya air tawar sebesar 2,23 juta hektar, budidaya air payau 1,22 juta hektar, dan potensi budidaya laut sebesar 12,44 juta hektar. Pemanfaatan potensi sumberdaya budidaya perikanan saat ini baru sekitar 10,1% untuk budidaya air tawar, 40% untuk budidaya air payau, dan 0,01% untuk budidaya laut. Total produksi perikanan budidaya nasional saat ini baru sekitar 1,6 juta ton per tahun (http://www.tribun-timur.com).

Selama ini kegiatan budidaya lebih banyak dilakukan oleh pembudidaya skala kecil yang belum memiliki akses terhadap manajemen usaha, pasar, dan permodalan. Dalam rangka pemerataan pembangunan, sektor budidaya perikanan dapat dijadikan salah satu sektor penggerak perekonomian. Apabila dibandingkan dengan sektor perikanan tangkap yang penuh dengan ketidakpastian, sektor budidaya tampak lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Dilihat dari penggunaan lahan, modal,

sumberdaya manusia mau pun manajemennya, usaha budidaya memungkinkan masyarakat melakukan usahannya dengan daya dukung yang terbatas.

Saat ini konsumsi ikan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi ikan masyarakat Indonesia yang walau pun masih rendah, tetapi terus mengalami peningkatan. Tingkat konsumsi ikan meningkat dari 21,57 kg per kapita per tahun pada tahun 2000 menjadi 26 kg per kapita per tahun pada tahun 2005. Jumlah konsumsi ikan masyarakat Indonesia ini masih berada di

(17)

bawah standar konsumsi ikan yang dipersyaratkan oleh organisasi pangan dunia (FAO) sebesar 30 kg per kapita per tahun (http://www.tribun-timur.com). Untuk terus meningkatkan tingkat konsumsi ikan masyarakat, pemerintah mencanangkan program Gerakan Makan Ikan (Gemarikan) dan pembentukan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Nasional (Forikan). Peningkatan konsumsi ini diharapkan dapat terus terjadi seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi ikan. Salah satu ikan konsumsi yang memiliki kandungan gizi tinggi ini adalah ikan lele dumbo.

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan. Ikan lele dumbo banyak dipilih sebagai komoditas budidaya, karena memiliki tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah. Selain itu beberapa keunggulan lele dumbo sebagai komoditas budidaya diantaranya ikan ini dapat dipijahkan sepanjang tahun, memiliki fekunditas telur yang tinggi, dapat hidup pada kondisi air yang marjinal, dan memiliki efisiensi pakan yang tinggi.

Budidaya ikan lele dumbo biasa dilakukan di kolam air tenang dan mencakup dua kegiatan, yaitu pendederan dan pembesaran. Pendederan ialah kegiatan untuk memelihara benih ikan dengan ukuran tertentu yang akan digunakan pada kegiatan pembesaran. Dalam kegiatan pendederan, biasanya benih baru dipanen pada ukuran antara 3 cm sampai dengan 12 cm. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan untuk menghasilkan lele ukuran konsumsi, yaitu lele dengan berat sekitar 100gr. Kegiatan pembesaran merupakan kegiatan yang sangat tergantung pada pasokan benih yang dihasilkan pada kegiatan pendederan. Penelitian ini akan dibatasi hanya pada kegiatan pendederan, karena benih merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada

keberhasilan budidaya ikan lele dumbo ini.

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar, dan Kabupaten Bogor merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik untuk pengembangan kegiatan budidaya. Potensi budidaya ini dapat dilihat dari data produksi perikanannya yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan seperti terlihat pada Tabel 1.

(18)

Tabel 1. Perkembangan Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2005 – 2006

No Jenis Usaha 2005 2006

1 Budidaya perikanan air tawar (Ton) 7.593,00 23.020,50

2 Perairan umum (Ton) 187,00 120,50

3 Ikan hias (Ribuan ekor) 72.524,00 75.382,67

4 Pembenihan (Ribuan ekor) 703.098,00 708.594,00

Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor 2006

Kegiatan budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Bogor, salah satunya terdapat di Kecamatan Ciseeng. Di Kecamatan Ciseeng ini terdapat beragam

komoditas ikan yang dibudidayakan, mulai dari budidaya ikan hias hingga jenis ikan konsumsi. Untuk jenis ikan konsumsi, lele dumbo adalah komoditas yang banyak dibudidayakan. Di Kecamatan Ciseeng ini, kegiatan pendederan merupakan kegiatan yang banyak dipilih untuk budidaya komoditas lele dumbo. Kegiatan pendederan menjadi pilihan, karena tingkat kesulitan pemeliharaan yang rendah serta waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan pendederan ini relatif singkat bila dibandingkan dengan kegiatan pembesaran.

Waktu pemeliharaan kegiatan pendederan ikan lele dumbo yang singkat, membuat modal yang dibutuhkan tidak terlalu besar dan perputaran uang juga berlangsung cepat. Di sisi lain, walau pun kegiatan pendederan ikan lele dumbo ini relatif mudah, tetapi tetap melibatkan penggunaan beberapa faktor produksi. Hal inilah yang membuat alokasi penggunaan input secara efisien sangat penting untuk memperoleh hasil yang optimal.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu aspek penting dalam budidaya komoditas perikanan adalah tersedianya input secara kontinu dalam jumlah yang tepat. Prinsip efisiensi dalam penggunaan berbagai input merupakan hal yang amat penting untuk diterapkan, karena menyangkut jumlah output yang akan dihasilkan. Dengan kata lain prinsip efisiensi bagi pembudidaya ialah proses penggunaan input secara tepat dengan tujuan memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal.

(19)

Permasalahan atau kendala yang sering dihadapi pembudidaya, yaitu adanya keterbatasan dalam penggunaan input (faktor produksi) yang disebabkan terbatasnya jumlah modal usaha yang dimiliki, pengelolaan yang masih sederhana, serta

keterampilan yang dimiliki pembudidaya masih rendah. Keterampilan yang masih rendah yang dimiliki pembudidaya, dapat dilihat dari masih minimnya pengetahuan para pembudidaya tentang hubungan antara alokasi input yang digunakan terhadap kuantitas serta kualitas dari output yang dihasilkan. Hal ini kemungkinan dapat membuat proses produksi yang dilakukan menjadi tidak efisien dan pada akhirnya membuat tingkat keuntungan yang diperoleh pembudidaya menjadi tidak maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimana kondisi aktual usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

2) Bagaimana alokasi penggunaan input yang optimal agar tercapai tingkat keuntungan yang maksimal.

3) Bagaimana sesungguhnya kondisi finansial usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

4) Bagaimana prospek pengembangan usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

1) Mengetahui kegiatan usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

2) Mengetahui alokasi input yang optimal dalam usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

3) Mengetahui tingkat keuntungan dan kelayakan usaha dari kegiatan pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

4) Mengetahui peluang pengembangan usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo di Kecamatan Ciseeng.

(20)

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1) Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan - Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

2) Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo.

3) Tulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pembudidaya untuk pengembangan usaha.

4) Sebagai sumber data dan informasi serta bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Lele Dumbo

Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Saanin H (1984) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidea Famili : Clariidae Genus : Clarias

Spesies : Clarias gariepinus

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Ikan lele dumbo atau disebut juga Lele Afrika merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Kenya dan memiliki banyak keunggulan bila dibandingkan dengan jenis lele lokal. Beberapa keunggulan lele dumbo bila dibandingkan dengan lele lokal menurut Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie (2002) diantaranya adalah :

1) Lele dumbo dapat tumbuh lebih cepat , pada umur 24 minggu lele dumbo dapat mencapai berat 180-200 gr, sedangkan lele lokal hanya 40-50 gr.

2) Lele dumbo dapat mencapai ukuran lebih besar, lele lokal biasanya hanya

mencapai berat sekitar 300 gr, sedangkan lele dumbo dapat mencapai berat 2-3 kg 3) Lele dumbo lebih banyak kandungan telur, satu induk betina lele dumbo dapat

(22)

4) Pakan tambahan bermacam-macam, lele dumbo dapat diberi pakan tambahan seperti kotoran ayam dan bangkai, sedangkan lele lokal tidak suka.

Secara fisik lele dumbo tidak jauh berbeda bila dibandingkan dengan lele lokal. Beberapa ciri lele dumbo diantaranya bagian badan bulat tinggi dan memipih ke arah ekornya, tidak bersisik, badannya mengeluarkan lendir, bentuk kepala gepeng dan simetris, memiliki patil yang tidak beracun, mulutnya lebar tidak bergigi serta memiliki sepasang sungut mandibular dan sepasang sungut maksilar. Perbedaan lele dumbo bila dibandingkan dengan lele lokal selain ukuran tubuhnya yang lebih besar ialah warna kulit lele dumbo berwarna keunguan dengan bintik besar yang

menyerupai corak loreng-loreng pada baju tentara. Selain itu gerakan lele dumbo lebih lincah bila dibandingkan dengan lele lokal (Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie 2002)

Menurut Hernowo A dan R Suyanto (2003), salah satu sifat lele dumbo adalah suka meloncat ke darat terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele merupakan hewan yang aktivitas hidupnya dilakukan pada malam hari atau biasa disebut hewan nokturnal. Sifat ini akan lebih tampak pada saat lele dumbo mencari makan, itulah sebabnya lele dumbo akan lebih suka berada di tempat yang gelap dibandingkan dengan berada di tempat yang terang. Sifat lain dari lele dumbo ialah memilki kebiasaan mencari makan di dasar perairan (bottom feeder) yang

menyebabkan air kolam tampak keruh.

Ditinjau dari jenis makanannya, pakan alami lele adalah binatang renik yang hidup di dasar mau pun di dalam air seperti cacing, jentik-jentik nyamuk, larva serangga, anak-anak siput, dan kutu air. Lele juga dapat bersifat kanibal, yaitu memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bila kekurangan pakan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

2.2 Pendederan Ikan Lele Dumbo

Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih hasil penetasan telur lele menjadi benih yang siap ditebar untuk pembesaran. Agar mendapatkan kualitas benih yang baik, maka diperlukan induk dengan kualitas yang baik. Untuk kegiatan

(23)

pendederan ini benih yang digunakan biasanya merupakan benih hasil pemijahan dengan penyuntikan hormon. Hormon yang digunakan untuk pemijahan ini dapat berasal dari kelenjar hipofisa maupun hormon sintetis. Persyaratan agar penyuntikan hormon dapat efektif ialah induk lele harus sudah mengandung telur yang siap untuk dipijahkan (matang telur). Setelah disuntikkan, induk lele siap untuk dipijahkan baik secara alami mau pun melalui pengurutan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

Untuk kegiatan pendederan ini benih yang digunakan sebaiknya memiliki ukuran yang seragam. Keseragaman ukuran ini penting, karena perbedaan ukuran benih yang terlalu besar dapat mengakibatkan timbulnya kanibalisme diantara benih. Sifat kanibalisme ini muncul apabila benih lele kekurangan makanan akibat dari keterlambatan pemberian pakan (Prihartono E; J Rasidik; dan U Arie 2002).

Untuk kolam pedederan, ukuran kolam pendederan dapat diatur sesuai

kebutuhan pembudidaya. Biasanya konstruksi tanggul dasar kolam untuk pendederan ini terbuat dari tanah. Sebelum digunakan untuk kegiatan pendederan, kolam

dikeringkan terlebih dahulu, bocoran-bocoran yang ada ditutup, dan hama yang mungkin ada diberantas. Tanah dasar kolam diberi kapur terlebih dahulu dengan dosis 1 kg per 100m2 untuk membunuh bibit penyakit yang ada dan memperbaiki struktur tanah. Setelah dibiarkan 2-3 hari, tanah dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 50 kg per 100m2. Satu kali pemupukan awal ini cukup untuk pemeliharaan selama satu bulan (Hernowo A dan R Suyanto 2003).

Menurut Hernowo A dan R Suyanto (2003), kegiatan pendederan ikan lele dumbo dapat dibagi kedalam 3 tahap sesuai ukuran benih, yaitu :

1) Pendederan benih tahap I

Pada kegiatan ini, benih yang ditebarkan masih amat kecil, yaitu umur 2 minggu sejak menetas. Kepadatan penebaran dapat mencapai 50 ekor per m2. Lama pendederan umumnya 1 bulan dan akan dihasilkan benih lele ukuran 5-6 cm. 2) Pendederan benih tahap II

Benih yang akan ditebarkan pada kegiatan ini berukuran panjang 5-6 cm dengan kepadatan 20-25 ekor per m2. Setelah dipelihara selama 1 bulan, lele menjadi

(24)

berukuran 5-8 cm dengan berat kira-kira 20 gr per ekor. Benih dengan ukuran ini disebut ”gelondongan sedang”.

3) Pendederan benih tahap III

Benih yang ditebarkan berukuran 5-8 cm dengan waktu pemeliharaan selama 1 bulan. Hasil yang diperoleh pada tahap ini adalah benih dengan berat 40-50 gr per ekor dengan panjang 10-12 cm. Benih yang sudah besar ini disebut ”gelondongan besar”.

2.3 Fungsi Produksi

Fungsi produksi menurut Soekartawi (1994) adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa

input. Secara matematis hubungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Y = f ( X1, X2, X3,..., Xn ) ...(1)

Berdasarkan persamaan (1), maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi tergantung dari peranan X1 sampai dengan Xn. Selain itu dengan persamaan (1), maka hubungan antara Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1....Xn dan X lainnya juga dapat diketahui. Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah fungsi produksi yang paling banyak digunakan.

Menurut Soekartawi (1994) beberapa alasan mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lebih banyak digunakan dalam penelitian, yaitu :

1) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan fungsi produksi yang lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linear.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menentukan besaran elastisitas.

(25)

Secara matematis fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :

Y =aX1b1X2b2X3b3...Xnbneu...(2) dimana :

Y = jumlah output yang dihasilkan / variabel yang dijelaskan

Xi = jumlah input ke i yang digunakan / variabel yang menjelaskan

a = intercept

b = slope

e = 2,7182 (bilangan natural)

u = kesalahan (disturbance term)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan (2), dapat dilakukan dengan merubah persamaan tersebut menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut, sehingga bentuk persamaannya menjadi :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + ……+ bn ln Xn + u ... (3)

Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dan diubah bentuk fungsinya menjadi fungsi linear, karena itulah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi (Soekartawi 1994) yaitu :

1) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinite).

2) Dalam fungsi produksi, perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan (non- neutral difference in the respective technologies). Ini artinya apabila fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu

pengamatan dan bila memerlukan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

3) Tiap variabel X adalah perfect competition.

4) Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan, µ

(26)

2.4 Efisiensi Penggunaan Input

Menurut Soekartawi (1994), efisiensi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Dalam hal ini efisiensi merupakan salah satu syarat terciptanya optimalisasi. Optimalisasi dapat diartikan sebagai tingkat output maksimal yang dapat dihasilkan dengan sejumlah biaya tertentu atau jumlah dana minimal untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

Efisiensi menurut terminologi ekonomi mengandung dua unsur yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Suatu alokasi faktor produksi dikatakan efisien secara teknis jika faktor produksi yang digunakan menghasilkan produksi rata-rata yang maksimum. Efisiensi ekonomis adalah tingkat pemakaian faktor produksi yang menghasilkan keuntungan maksimum (Sugiarto; T Herlambang; Brastoro; R Sudjana; dan S Kelana 2005).

A

Sumber : Sugiarto at al 2005

Gambar 2. Kurva Keseimbangan Produsen

Kondisi produksi yang optimal sebagai dampak dari efisiensi penggunaan input dapat digambarkan melalui kurva keseimbangan produsen. Dalam kurva

keseimbangan produsen ini, efisiensi tercapai pada kombinasi input dimana slope dari X1 X2 isoquant X1 X2 isocost

(27)

isoquant sama dengan slope dari isocost (Titik A, Gambar 2). Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi pemakaian input yang berbeda tetapi dapat

menghasilkan jumlah output yang sama, sedangkan isocost menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk membeli berbagai kombinasi input (Sugiarto; T

Herlambang; Brastoro; R Sudjana; dan S Kelana 2005).

Model pengukuran efisiensi berbeda-beda tergantung dari model yang digunakan. Pada umumnya ada dua model yang biasa digunakan yaitu : 1) Model fungsi produksi

2) Model linear programming

Apabila model fungsi produksi yang dipakai, maka kondisi efisiensi ekonomis yang sering digunakan sebagai patokan. Persamaan fungsi produksi dengan model fungsi produksi Cobb-Douglas, dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 1994):

Y =aX1b1X2b2X3b3...Xnbn...(4)

dengan produk marjinal sebagai berikut :

δY = b ………...…………...…….……….. (5) δX

Berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglas, maka b disebut koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Dengan demikian nilai produk marjinal (NPM ) faktor produksi x, dapat dituliskan sebagai berikut :

NPM = b.Y.Py ………...………...…... (6) X dimana : b = elastisitas produksi Y = produksi Py = harga produksi

X = jumlah faktor produksi x

(28)

Untuk menghitung alokasi penggunaan input pada kondisi yang optimal, efisiensi akan tercapai apabila rasio nilai produk marjinal (NPM) untuk suatu input dan harga input (P) sama dengan satu, atau dapat dituliskan sebagai berikut :

NPMx = 1...(7)

Px

Berdasarkan kenyataan dimana NPMx tidak selalu sama dengan Px, maka dapat diambil kesimpulan :

 NPMx > 1 ; artinya alokasi input yang dilakukan belum efisien, sehingga

Px perlu dilakukan penambahan input

 NPMx < 1 ; artinya alokasi input yang dilakukan tidak efisien, sehingga Px perlu dilakukan pengurangan input yang digunakan.

2.5 Analisis Finansial

Analisis finansial menurut Kadariah; L Karlina; dan C Gray (1976) ialah suatu usaha yang dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan dari suatu proyek melalui pengujian. Analisis finansial pada dasarnya menyangkut perbandingan antara

pengeluaran uang dengan penerimaan dari pada proyek. Pada dasarnya analisis finansial digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dilihat dari sudut pandang badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya atau yang berkepentingan langsung pada suatu kegiatan proyek. Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

2.5.1 Analisis Usaha

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan. Kegiatan usaha dilakukan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki baik sebagian mau pun seluruhnya yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat di masa depan (Gittinger JP 1986).

Ada beberapa bentuk penyajian analisis usaha yang biasa dipakai untuk

(29)

usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period, dan analisis

break event point (Ariyoto K 1995). Analisis keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total yang dinyatakan dalam rupiah, sementara analisis perimbangan dan biaya adalah tingkat perbandingan antara penerimaan total dengan biayanya rata-rata per musim tanam. Payback period adalah lamannya waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi, sementara break event point adalah titik impas dari kegiatan usaha (Ariyoto K 1995).

2.5.2 Analisis Kriteria Investasi

Investasi adalah penggunaan dana (uang) dengan maksud memperoleh penghasilan dengan memperhitungkan faktor risiko (Husnan S 1998). Analisis kriteria investasi dimaksudkan untuk mengevaluasi apakah usaha tersebut layak atau tidak untuk diusahakan. Untuk mengevaluasi kelayakan usaha perlu diketahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Dalam hal ini yang dimaksud dengan hasil (benefit) adalah apa yang diperoleh pengusaha sebagai balas jasa atas modal yang digunakannya.

Menurut Kadariah; L Karlina; dan C Gray (1976), Indikator yang biasa digunakan untuk membandingkan manfaat dan biaya pada usaha adalah Net Present

Value (NPV), Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C ), dan Internal Rate of Return (IRR).

NPV adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada masa

mendatang, merupakan selisih nilai kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya. Net

B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh yang bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol.

2.5.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik untuk menguji secara matematis apa yang akan terjadi pada kapasitas penerimaan suatu proyek apabila terjadi kejadian-kejadian yang berbeda dengan perkiraan yang dibuat dalam perencanaan. Suatu

(30)

analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur tertentu pada hasil analisis (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

Analisis sensitivitas akan menunjukkan apa yang terjadi dengan hasil kegiatan usaha jika terjadi kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan pendapatan. Hal ini penting dilakukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

(31)

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

Usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo merupakan jenis usaha budidaya yang banyak dilakukan di Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Ciseeng merupakan salah satu sentra produksi untuk komoditas ikan lele dumbo. Salah satu prinsip dari usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo ini adalah efisiensi, dan salah satu cara mencapainya dengan melakukan alokasi input secara optimal. Dalam usaha

pendederan ikan lele dumbo ini terdapat dua faktor yang mempengaruhi jalannya usaha yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang dapat dikendalikan yang terdiri atas input tetap dan input variabel. Input tetap diantaranya berupa modal dan keterampilan, sedangkan input variabel diantaranya benih dan pakan. Sementara itu faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar yang tidak dapat dikendalikan. Faktor eksternal yang berpengaruh dalam usaha pendederan ikan lele dumbo ini diantaranya iklim dan suhu.

Dalam penelitian ini faktor yang akan dikaji adalah faktor internal yang tediri atas input tetap dan input variabel. Untuk menghasilkan tingkat produksi yang optimal, diperlukan pemanfaatan input secara optimal melalui alokasi yang tepat. Alokasi penggunaan input secara tepat sangat erat kaitannya dengan prinsip efisiensi. Efisiensi dalam pemakaian input dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input secara optimal untuk menghasilkan output yang akan memberikan keuntungan maksimal. Analisis optimalisasi dan efisiensi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas.

Analisis finansial ialah suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui kondisi usaha dan tingkat kelayakannya ditinjau dari aspek keuangan. Analisis finansial terdiri atas analisis usaha dan analisis kriteria investasi.

Analisis usaha ialah analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo yang dilakukan dapat memberikan keuntungan dalam jangka pendek. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis keuntungan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis payback period (PP), dan analisis break event point (BEP). Jika hasil dari analisis usaha tersebut ternyata

(32)

menguntungkan, maka perlu dilakukan analisis lanjutan, yaitu analisis kriteria investasi. Analisis kriteria investasi yang dilakukan meliputi penghitungan nilai Net

Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return

(IRR). Analisis kriteria investasi perlu dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak. Selain itu perlu juga dilakukan uji sensitivitas untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel input terhadap kondisi usaha. Apabila hasil perhitungan analisis finansial dan uji sensitivitas tidak layak dijalankan, maka harus diadakan evaluasi terhadap kegiatan usaha. Sebaliknya apabila hasil perhitungan analisis finansial dan uji sensitivitas menunjukkan bahwa usaha budidaya pendederan ikan lele dumbo ini masih layak untuk dijalankan, maka pengembangan usaha sangat layak untuk dilakukan. Skema kerangka pendekatan studi untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

(33)

Gambar 3. Skema Kerangka Pendekatan Studi Budidaya ikan lele dumbo

Pendederan

Penggunaan faktor produksi

Efisiensi penggunaan input : -Luas kolam -Padat penebaran -TK -Pakan Evaluasi Analisis usaha : -Keuntungan -R/C -Payback Period - BEP Untung Analisis kriteria investasi : - NPV - Net B/C - IRR Analisis sensitivitas Layak Tidak layak Rugi

Analisis optimalisasi: fungsi produksi

(34)

IV. METODOLOGI

4.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai efisiensi penggunaan input dan analisis finansial usaha pendederan ikan lele dumbo ini adalah studi kasus. Studi kasus ialah penelitian tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari keseluruhan personalitas (Nazir M 2003). Tujuan penelitian dengan studi kasus adalah memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis.

Menurut Soeratno dan L Arsyad (1999), metode penelitian dengan

menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan lele dumbo secara monokultur.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image. Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik, sedangkan data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu (Fauzi A 2001). Berdasarkan uraian di atas, peneliti menggunakan jenis data text faktor produksi yang meliputi biaya produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa gambar dan foto.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di lapangan dari pembudidaya dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pembudidaya, teknis produksi, input dan

(35)

output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan penyusutan.

Data sekunder dalam penelitian ini diperlukan sebagai penunjang data primer yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh melalui informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, Kantor Kecamatan Ciseeng, dan literatur-literatur. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data monografi Kecamatan Ciseeng dan data produksi perikanan Kabupaten Bogor.

4.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai dimanakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dari keseluruhan populasi (Soeratno dan L Arsyad 1999). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari semata-mata dari pertimbangan si peneliti. Sampel yang dipilih merupakan individu yang dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Pembudidaya yang masih aktif melakukan usaha pendederan ikan lele dumbo. 2) Produk yang dihasilkan untuk dijual dan bukan untuk kegiatan pembesaran. 3) Memiliki pengalaman dalam kegiatan pendederan ini minimal satu tahun.

Banyaknya pembudidaya yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 30 orang pembudidaya, hal ini dilakukan untuk mencukupi syarat statistik.

4.4 Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb Douglas dan analisis finansial.

(36)

4.4.1 Analisis Fungsi Produksi

Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pendederan ikan lele dumbo dengan penggunaan faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut :

Y =aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5X6b6X7b7eu...(8)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut sebaiknya diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi :

LnY = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5 + b6 ln X6 + b7 ln X7...(9)

dimana :

Y =produksi ikan lele dumbo (ekor per m2)

X1 = benih ikan lele dumbo (ekor per m2)

X2 = Kapur (kg per m2)

X3= Pupuk (kg per m2)

X4 = Pakan (kg per m2)

X5 = TK1 (jam kerja per m2) X6 = TK2 (jam kerja per m2)

X7 = TK3 (jam kerja per m2)

Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut :

1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)

(37)

thitung= (bi-0)/Sbi

Dimana : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi

- jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

- jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya Xiberpengaruh nyata terhadap Y. 2) Uji statistik F, digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi (Xi) secara

bersama terhadap output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh)

H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh)

Fhitung = (JKR / (k-1)) ………...…….. ..(10)

(JKD / (n-k))

dimana :

JKR = jumlah kuadrat regresi

JKD = jumlah kuadrat residual

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel

- jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.

- jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi.

Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang

digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi.

Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini.

(38)

Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.

Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi di sekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas adalah problem yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas

dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan :

a) Menggunakan weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas).

b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas.

Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000).

Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing,

constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan (8) maka :

1< b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 < 1 ... .(11)

a) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7<1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing

return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambah, maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input.

(39)

b) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7 = 1, maka usaha berada dalam kondisi constant

return to scale dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.

c) Jika b1+b2+b3+b4+b5+b6+b7> 1, maka usaha berada dalam kondisi increasing

return to scale. Artinya proporsi penambahan output akan lebih besar dari proporsi penambahan input.

Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu :

Π = TR –TC atau Π = Py.Y – Pxi.Xi ...(12)

Keuntungan maksimum pada usaha pendederan lele dumbo ini dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu :

Π = Py.Y –Pxi.Xi 0 1 = ∂ ∏ ∂ X Py (dy/dxi) = Pxi Py.PMxi = Pxi NPMxi = Pxi NPMxi = 1 ...(13) Pxi 4.4.2 Analisis Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang-orang yang menanamkan uangnya dalam proyek mau pun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek.

Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan mau pun orang-orang yang terlibat di dalam proyek.

(40)

1) Analisis usaha

Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri atas analisis keuntungan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya ( R/C ), analisis payback period (PP), dan analisis

break event point (BEP).

a) Analisis Keuntungan Usaha

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Π = Y.Py –

= n i 0 Xi .Pxi…...…....(14) dimana :

Π = Keuntungan (Rp per tahun)

Y = Total produksi (ekor per tahun)

Xi= Jumlah input i yang digunakan (unit)

Py = Harga per satuan output (Rp)

Pxi= Harga per satuan input i (Rp)

Py. Y = Penerimaan total (Rp)

Px .

Σ

Xi = Biaya total (Rp)

b) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut

(Soekartawi 1995) : / ...(15) TC TR C R =

(41)

dimana :

TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp)

TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha :

R/C > 1, usaha menguntungkan

R/C = 1, Usaha impas

R/C < 1, Usaha rugi c) Payback Period (PP)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan S 1998). Metode payback period secara matematis dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Payback period = Investasi x 1 tahun ………...……....(16) Net Benefit

d) Analisis Break Event Point (BEP)

Break event point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi break event point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan S 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis berikut :

BEP ( Nilai Produksi ) = Biaya Tetap . 1 – Biaya Variabel / Penerimaan ……....……..(17)

BEP ( Volume Produksi ) = TFC .

Py – AVC …………... ………....(18) dimana :

TFC = biaya tetap total (Rp)

AVC = biaya variabel rata-rata (Rp per kg)

(42)

2) Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah :

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dengan present value pengeluaran (Husnan S 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dengan rumus :

NPV =

= = + − 10 0 (1 ) t t t t t i C B ………...……….. ……...(19)

Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0, usaha tidak layak

- NPV = 0, Usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)

- NPV > 0, Usaha layak untuk dijalankan karena akan menghasilkan keuntungan. dimana :

- Bt : Manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) - Ct : Biaya usaha pada tahun ke t (Rp)

- i : Discount rate (%) - t : Umur proyek (10 tahun) b) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976).

Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus :

……….( Bt - Ct ) > 0 ………. ...(20) ……….( Bt - Ct ) < 0

= = = =

+

+

=

10 0 10 0

)

1

(

)

1

(

/

t t t t t t t t t t

i

B

C

i

C

B

C

B

Net

(43)

Dengan kriteria usaha :

- Net B/C < 1, berarti usaha tersebut sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih

menguntungkan.

- Net B/C > 1, berarti usaha tersebut akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan.

dimana :

- Bt : Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) - Ct: Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) - t : Umur proyek (10 tahun)

- i : Discount rate (%)

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah; L Karlina; dan C Gray 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus :

IRR = i’ + NPV’ ( i’’ – i’ ) ………...…...(21) NPV’ – NPV”

Dengan kriteria usaha :

- IRR ≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan.

- IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan. dimana :

- i’ = discount rate yang menghasilkan NPV+(%) - i” = discount rate yang menghasilkan NPV- (%) -NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’ (Rp)

-NPV” = NPV pada tingkat bunga i” (Rp)

4.4.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha

pendederan ikan lele dumbo, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga benih. Benih merupakan faktor produksi utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan

(44)

salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitif sampai dengan usaha tidak layak untuk dijalankan.

4.5 Batasan dan Pengukuran

a) Usaha pendederan ikan lele dumbo adalah pemeliharaan benih ikan lele dumbo yang hasilnya digunakan sebagai input dalam kegiatan pembesaran.

b) Usaha yang dianalisis adalah usaha pendederan ikan lele dumbo tahap I.

c) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah benih ikan lele dumbo ukuran 3-12 cm dengan satuan ekor per m2. d) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam

penelitian ini terdiri atas jumlah benih, kapur, pupuk, pakan, TK1, TK2, dan TK3.

Variabel input ini dihitung per m2.

e) Benih lele dumbo merupakan benih yang digunakan dalam kegiatan pendederan dalam penelitian ini dengan satuan ekor per m2.

f) Kapur digunakan dalam masa persiapan kolam dengan satuan kilogram per m2. g) Pupuk yang digunakan berupa pupuk kandang yang disebut postal dengan satuan

kilogram per m2.

h) Selain pakan alami digunakan juga pakan tambahan berupa pelet dengan satuan kilogram per m2.

i) Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari tenaga kerja pada saat persiapan(TK1),

tenaga kerja untuk pemeliharaan (TK2), dan tenaga kerja pada saat panen (TK3).

Satuan yang digunakan adalah jam kerja per m2.

j) Efisiensi penggunaan input merupakan solusi layak terbaik yang

memaksimumkan keuntungan dengan mengoptimalkan penggunaan faktor produksi per m2.

k) Analisis finansial adalah pemeriksaan keuangan sampai dimana keberhasilan yang telah dicapai.

l) Analisis usaha adalah proses pemeriksaan keuangan untuk mengetahui manfaat usaha selama setahun.

(45)

m) Analisis kriteria investasi adalah analisis untuk mengetahui manfaat usaha selama umur proyek.

n) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama sepuluh tahun dan merupakan umur teknis terlama dari komponen investasi yang digunakan.

o) Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak tergantung pada jumlah produksi per m2 dan dinyatakan dalam rupiah

p) Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya tergantung jumlah produksi per m2 dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

q) Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menghasilkan produk per m2, termasuk biaya tetap dan biaya variabel.

r) Nilai produksi merupakan perkalian antara produksi total per m2 dengan harga per satuan produk dan dinyatakan dalam rupiah.

s) Nilai penyusutan merupakan proses pembebanan biaya yang disebabkan oleh pemakaian suatu barang yang digunakan berdasarkan pada keuangan dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

t) Keuntungan merupakan selisih penerimaan total per m2 dengan biaya total per m2 dan dinyatakan dalam rupiah.

u) R-C ratio adalah tingkat perbandingan antara penerimaan total per m2 dengan biayanya.

v) Payback period adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi. w) Break event point adalah kondisi dimana usaha mengalami titik impas.

x) Net present value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang didapatkan pada masa mendatang.

y) Net Benefit – Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih yang bernilai negatif.

z) Internal Rate of Return adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol.

aa) Analisis sensitivitas adalah tindakan menganalisis kembali untuk mengetahui sampai sejauh mana dapat diadakan penyesuaian sehubungan dengan adanya

(46)

perubahan harga baik harga input maupun output. Dalam penelitian ini analisis sensitivitas dilakukan dengan menaikkan harga benih.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Oktober sampai dengan November 2007, berlokasi di Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Objek penelitian adalah pembudidaya ikan lele dumbo yang melakukan usaha pendederan secara monokultur.

(47)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Ciseeng merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. Di kecamatan ini salah satu jenis usaha yang banyak dilakukan oleh

masyarakatnya adalah usaha pendederan ikan lele dumbo. Kegiatan usaha ini dilakukan di kolam–kolam yang biasa disebut empang dengan memanfaatkan air yang bersumber dari anak Sungai Cisadane. Selain karena ketersediaan air yang melimpah, usaha pendederan ikan lele dumbo ini banyak dipilih karena dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan usaha di bidang pertanian.

5.1.1 Letak dan Kondisi Umum

Secara orbitrasi Kecamatan Ciseeng berjarak 30 km dari kantor kabupaten, 155 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat, dan 50 km dari Ibukota Negara Republik Indonesia. Kecamatan Ciseeng berada pada ketinggian 100 meter di atas permukaan laut dengan kisaran suhu 270 C – 320 C dan memiliki curah hujan sebesar 24.530 mm per tahun dengan jumlah hari hujan terbanyak selama 130 hari.

Kecamatan Ciseeng memiliki luas wilayah 3.717 hektar yang diantaranya terdiri atas tanah sawah seluas 840 hektar dan tanah basah seluas 359 hektar yang dijadikan kolam untuk usaha budidaya perikanan. Bentuk wilayah Kecamatan Ciseeng, 60% wilayah memiliki bentuk berombak sampai berbukit, 20% datar sampai dengan berombak, dan sisanya berbukit sampai bergunung. Batas wilayah Kecamatan Ciseeng diantaranya dengan Kecamatan Gunung Sindur di Utara, sebelah Selatan dengan Kecamatan Kemang, dengan kecamatan Rumpin di sebelah Barat, dan berbatasan dengan Kecamatan Parung di sebelah Timur.

Kecamatan Ciseeng terdiri atas 10 desa dengan 34 dusun. Kesepuluh desa yang ada di Kecamatan Ciseeng yaitu Desa Babakan, Desa Putat Nutug, Desa Parigi Mekar, Desa Ciseeng, Desa Cihoe, Desa Kuripan, Desa Cibentang, Desa Cibentang Muara, Desa Cibentang Udik, dan Desa Karikil.

(48)

5.1.2 Kependudukan

Jumlah penduduk di Kecamatan Ciseeng berdasarkan data monografi

kecamatan tahun 2006 sebanyak 83.016 orang yang terdiri atas 42.178 orang laki-laki (50,8%) dan 40.838 orang perempuan (49,2%), dengan jumlah kepala keluarga yang ada sebanyak 21.841 KK. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Ciseeng adalah 21,79 jiwa per km2.

Berdasarkan kelompok umurnya, jumlah penduduk terbanyak berada pada kelompok umur 25-55 tahun dengan jumlah 26.488 (31,91%). Jumlah penduduk paling sedikit berada pada kelompok umur > 80 tahun dengan jumlah 3.157 orang (3,8%). Mayoritas penduduk Kecamatan Ciseeng beragama islam yaitu sebanyak 82.802 orang (99,28%). Data lengkap mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2006

No Kelompok Umur (th) Jumlah penduduk Persentase (%)

1 0 – 6 12.116 14,59 2 7 – 12 13.979 16,83 3 12 – 18 11.486 13,83 4 19 – 24 9.109 10,97 5 25 – 55 26.488 31,91 6 56 – 79 6.678 8,04 7 >80 3.157 3,80 Jumlah 83.016 100,00

Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat dihitung besarnya rasio beban tanggungan di Kecamatan Ciseeng yaitu sebesar 1,33 yang artinya bahwa setiap 100 orang

penduduk berusia produktif antara 19 – 55 tahun harus menanggung 133 orang

penduduk yang berada di luar usia produktif. Sex ratio antara laki-laki dan perempuan sebesar 1,03 yang artinya bahwa setiap 100 orang perempuan terdapat 103 orang laki-laki.

Penduduk Kecamatan Ciseeng yang mampu menyelesaikan wajib belajar sembilan tahun berjumlah 10.995 orang atau setara 28,13%. Sementara itu sebanyak

(49)

6.779 orang (17,35%) tidak tamat SD, 13.937 orang (35,66%) tamat SD, dan terdapat 1.396 orang (3,57%) penduduk yang buta huruf. Data lengkap mengenai tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Ciseeng dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2006 Jumlah Penduduk No Tingkat Pendidikan Orang Persentase (%) 1 Belum sekolah 5.973 15,28 2 Tidak tamat SD 6.779 17,35 3 Tamat SD/sederajat 13.937 35,66 4 Tamat SLTP/sederajat 6.618 16,93 5 Tamat SLTA/sederajat 3.725 9,53 6 Tamat akademi/sederajat 497 1,27

7 Tamat perguruan tinggi 155 0,39

8 Buta huruf 1.396 3,57

Jumlah 39.080 100,00

Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006

Kecamatan Ciseeng memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 12.720 orang yang terdiri atas 6.789 angkatan kerja laki-laki (54%) dan 5.940 angkatan kerja perempuan (46%). Data lengkap mengenai mata pencaharian penduduk Kecamatan Ciseeng dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006 Jumlah Penduduk No Mata Pencaharian Orang Persentase (%) 1 Petani 3.730 13,94 2 Buruh tani 3.345 12,49 3 Pengusaha 784 2,93 4 Pertukangan 315 1,18 5 Buruh 870 3,25 6 Pedagang 3.986 14,89 7 Jasa 8.113 30,32

8 Pegawai Negeri Sipil 521 1,95

9 TNI / POLRI 29 0,12

(50)

11 Lain-lain 4.920 18,38

Jumlah 26.761 100,00

Sumber : Data Monografi Kecamatan Ciseeng Tahun 2006

Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Kecamatan Ciseeng bekerja di bidang jasa dan pertanian. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa sebanyak 8.113 orang (30,32%), dan yang bekerja di sektor pertanian baik sebagai petani mau pun buruh tani berjumlah 7.075 orang (26,43%). Jumlah pembudidaya lele dumbo di Kecamatan Ciseeng sebanyak 388 orang, yang terdiri dari 355 orang pembudidaya pendederan dan 33 orang pembudidaya pembesaran. Ada pun penduduk lainnya, ada yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 3.986 orang (14,89%), 784 orang pengusaha (2,93%), 315 orang di bidang pertukangan (1,18%), 870 orang buruh (3,25%), 521 orang PNS (1,95%), TNI /POLRI sebanyak 29 orang (0,12%), 148 orang pensiunan (0,55%), dan sisanya dalam bidang lainnya sebanyak 4.920 orang (18,38%).

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang amat penting terhadap keberhasilan suatu wilayah untuk berkembang. Tanpa adanya sarana dan prasarana pendukung yang memadai, maka perkembangan suatu daerah dapat terhambat. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Ciseeng diantarannya sarana dan prasarana pemerintahan, pendidikan, ekonomi, ibadah, transportasi, komunikasi, kesehatan dan olahraga.

Prasarana pemerintahan di Kecamatan Ciseeng terdiri atas sebuah kantor kecamatan dan 10 buah kantor desa, tiga instansi pemerintah (KUA, Sekolah Tinggi Sandi Negara, dan Balai Rehabilitasi Galih Pakuan), lima UPTD (UPTD Pendidikan, UPTD Puskesmas, UPTD Pengairan, UPTD Penyuluhan Pertanian dan Hutbun, dan UPTD Penyuluhan Peternakan dan Kesehatan Hewan) dan satu instansi BUMN yaitu PT Telkom.

Gambar

Gambar 1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Gambar 2. Kurva Keseimbangan Produsen
Gambar 3. Skema Kerangka Pendekatan Studi Budidaya ikan lele dumbo
Tabel 2. Jumlah Penduduk Kecamatan Ciseeng Berdasarkan Kelompok Umur           Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara parsial pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan dengan terhadap belanja modal sedangkan Pendapatan Asli Daerha (PAD) memiliki pengaruh signifikan

Kita segera memperoleh kesan bahwa paus beserta para uskup pada satu pihak dan kaum awam pada pihak lain merupakan elemen-elemen dari struktur gereja pada waktu itu, yang

POLA TINDAK KRIMINALITAS DENGAN FAKTOR SOSIAL-EKONOMI DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2006-2015” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi

Tapi ya sudah enggak ada waktu lagi untuk melakukan perbaikan ya karena ini kecuali … ya nanti kami berunding dulu apakah akan masih dimungkinkan dilakukan perbaikan

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual, sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Kegiatan

[r]

Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007) dalam budidaya tanaman padi dengan program PTT ini menggunakan paket-paket teknologi secara terintegrasi

Keputusan ini menunjukkan bahawa pencapaian dalam kemahiran membaca bagi sampel kumpulan eksperimen yang diajar menggunakan pendekatan masteri adalah lebih tinggi berbanding