• Tidak ada hasil yang ditemukan

USULAN PENGURANGAN PRODUK CACAT UNTUK SPRING ADJUSTER HME DENGAN METODE DMAIC DI PT SINAR TERANG LOGAMJAYA. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "USULAN PENGURANGAN PRODUK CACAT UNTUK SPRING ADJUSTER HME DENGAN METODE DMAIC DI PT SINAR TERANG LOGAMJAYA. Abstrak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

USULAN PENGURANGAN PRODUK CACAT UNTUK SPRING ADJUSTER HME DENGAN METODE DMAIC DI PT SINAR TERANG LOGAMJAYA

Steven Brian Cahaya, S.T., Alfian Tan, S.T., M.T.

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

Email: [email protected], [email protected]

Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141

Abstrak

Persaingan bebas membuat persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Untuk dapat bersaing di pasar bebas, perusahaan harus memiliki keunggulan terhadap pesaing. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah keunggulan terhadap aspek kualitas. PT Sinar Terang Logamjaya merupakan perusahaan yang sangat memperhatikan dari aspek kualitas. PT Sinar Terang Logamjaya merupakan perusahaan manufaktur yang membuat part untuk kendaraan bermotor. PT Sinar Terang Logamjaya melayani pemesanan dari PT Showa

Manufacturing. Salah satu produk yang dipesan oleh PT Showa Manufacturing adalah spring adjuster HME. Spring adjuster HME dipilih karena memiliki tingkat kerugian yang paling besar bagi PT Sinar Terang Logamjaya.

Metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pada produk spring adjuster HME adalah DMAIC. Metode DMAIC cocok digunakan pada PT Sinar Terang Logamjaya karena dengan metode DMAIC dapat menyelesaikan permasalahan secara terstruktur dengan tahap-tahap yang jelas. Melalui penerapan metode DMAIC terhadap proses produksi Spring adjuster HME maka didapat peningkatatan kualitas. Peningkatan kualitas berdasarkan perubahan proporsi cacat yang terjadi pada produk spring adjuster HME. Proporsi cacat produk spring adjuster HME berkurang dari 0.7% menjadi 0.19%. Dari hasil tersebut maka dengan menerapkan metode DMAIC mampu meningkatkan kualitas proses produksi dan produk yang dihasilkan.

DMAIC, pengurangan cacat, pengendalian kualitas, quality control, metodologi DMAIC

Latar Belakang

Perkembangan pasar yang semakin bebas di dunia membuat persaingan semakin ketat. MEA sudah terealisasi sejak tahun 2015, sehingga tingkat persaingan industri di kawasan ASEAN akan semakin ketat. Untuk dapat bersaing di pasar bebas, perusahaan harus dapat membuat produk-produk yang dapat juga bersaing. Hal ini menuntut setiap perusahaan

harus terus berkembang untuk dapat

meningkatkan kualitas produk sehingga dapat bersaing dengan perusahaan lain di pasar bebas.

PT Sinar Terang Logamjaya merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang

manufaktur pembuatan komponen kendaraan bermotor. Salah satu perusahaan yang dilayani adalah dari PT Showa Indonesia Manufacturing.

PT Showa Indonesia Manufacturing

memproduksi garpu depan dan peredam kejut untuk kendaraan bermotor roda dua dalam

jumlah yang sangat banyak. PT Showa Indonesia Manufacturing merupakan penyedia garpu depan dan peredam kejut untuk perusahaan honda, suzuki, dan kawasaki. Pada Gambar 1 adalah total kerugian per produk yang dialami PT Sinar Terang Logamjaya selama bulan Januari 2016 hingga Juli 2016.

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa produk yang memiliki kerugian terbesar adalah

Spring Adjuster HME. Produk Spring Adjuster HME. Memiliki kerugian sebesar Rp 6.748.200,00. Biaya ini didapat dari harga produk dikali dengan jumlah cacat dan dikurangi. Biaya yang ditimbulkan cukup besar terutama pada produk Spring Adjuster HME. Hal ini yang melatar belakangi perlunya penelitian lebih banyak untuk mengurangi cacat yang terjadi para proses produksi di PT Sinar Terang Logamjaya.

(2)

Gambar 1. Kerugian yang dialami PT Sinar Terang Logamjaya

2. Metodologi Penelitian Studi Perusahaan

Pengamatan proses produksi dan wawancara kepada pihak PT Sinar Terang Logamjaya

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Pustaka

Memahami masalah pada perusahaan melalui refrensi yang terkait

Penentuan Topik

Define 1. Mengidentifikasi proses produksi Spring Adjuster HME 2. Membuati Flowchart

3. Membuat SIPOC

4. Melakukan Identifikasi Critical to Quality (CTQ) produk Spring Adjuster HME

Measurement 1. Mengumpulkan data di PT Sinar Terang Logamjaya

2. Membuat peta kendali terkait proses produksi PT Sinar Terang Logamjaya 3. Menghitung proporsi produk cacat sebelum perbaikan

Analyze 1. Membuat Diagram Pareto

2. Membuat Fishbone Diagram 3. Membuat FMEA

Improve

1. Melakukan tindakan perbaikan

2. Mengimplemenetasi tindak perbaikan ke PT Sinar Terang Logamjaya

Control

1. Melakukan pengambilan data setelah perbaikan di PT Sinar Terang Logamjaya 2, Membuat peta kendali terkait proses produksi PT Sinar Terang Logamjaya 3. Menghitung prorposi produk cacat setelah perbaikan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 2. Metodologi Penelitian di PT Sinar Terang Logamjaya

Metodologi penelitian dibuat terlebih dahulu untuk membantu peneliti dalam membuat sebuah penelitian. Perancangan dibuat dengan tujuan untuk memudahkan penelitian dan

mengetahui berbagai macam hal yang

diperlukan dalam menghasilkan sebuah laporan penelitian. Metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Tahap Define

Tahap Define merupakan tahap pertama dari metodologi DMAIC. Pada tahap ini akan mengidentifikasi proses produksi produk Spring

Adjuster HME dengan menggunakan flowchart.

Setelah mengetahui seluruh proses produksi

Spring Adjuster HME kemudian akan dibuat

diagram SIPOC (Supplier – Inputs – Process –

Output – Costumer) untuk mengetahui segala

faktor yang berkaitan dan urutan proses produksi Spring Adjuster HME. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi CTQ (Critical to

Quality) dari produk Spring Adjuster HME. Proses Produksi Spring Adjuster HME

Proses produksi dimulai dengan plat beli SPHC yang dipesan berbentuk lembaran dan memiliki spesifikasi dengan panjang 2.438 mm dengan lebar 1.219 mm, dan ketebalan sebesar 3,2 mm. Bahan baku SPHC yang dikirim oleh supplier akan diterima oleh PT Sinar Terang Logamjaya di pabrik kedua. Bahan baku yang baru sampai akan dilakukan pengecekan

kualitas. Pengecekan kualitas dilakukan

dengan mengambil sampel pada bahan baku SPHC tersebut. Jika bahan baku dinyatakan berkualitas baik maka bahan baku SPHC tersebut akan diterima oleh PT Sinar Terang Logamjaya. Plat besi akan dibawa ke stasiun

shearing. Pada stasiun mesin shearing pelat

besi SPHC akan diubah ke bentuk yang lebih kecil. Plat besi SPHC yang berukuran panjang 2.438mm dengan lebar 1.219 mm, dan ketebalan sebesar 3,2 mm akan dipotong menjadi berukuran panjang 1.219 mm dengan 255600 41800 114000 6748200 1550400 68800 13000 39200 261000 45120 96800 11200 11400 46200 2871200 128800 459000 5470080 0 4000000 8000000 Bump Stopper Comp…

BHB L BHB R Spring Adjuster HME Spring Adjuster HHA End Plate HKK Spring Seat HHN Spring Seat HVM Spring Seat HKWCA Rebound Seat K191 Upper Cap Band Front Fork Bolt Damper Cap K191 End Plate K191 Spring Adjuster K191 End Plate CRV 2010 Spring Seat Stopper 3,6 Oil Lock Collar

Total Kerugian per Produk

(3)

lebar 89 mm dan ketebalan 3,2 mm. Plat besi yang telah dipotong menjadi lebih kecil kemudian akan dibawa ke stasiun mesin

blanking. Proses blanking akan memotong plat

besi menjadi lebih kecil. Sedangkan proses

shearing akan membentuk plat besi sesuai

dengan cetakan. Proses pemotongan dan pembentukan plat besi akan dilakukan secara bersamaan dengan menggunakan dies khusus. Plat besi yang telah melalui proses

blanking-drawing akan dibawa ke stasiun pierching untuk

dilakukan proses selanjutnya. Proses pierching akan memotong plat besi sehingga terbentuk lubang pada benda kerja. Proses

expand-restrike dimulai ketika plat besi yang telah

melalui proses pieching dibawa ke stasiun mesin expand-restrike. Proses restrike akan

membuat benda kerja bengkok hingga

membentuk sudut sembilan puluh derajat. Sedangkan proses restrike berfungsi untuk meratakan sisi produk yang belum rata untuk menjadi rata. Setelah melalui proses

expand-restrike plat besi akan dibawa ke stasiun mesin trimming. Proses trimming akan memotong sisi

horisontal samping benda kerja. Hasil proses

trimming adalah terdapat empat potongan pada

sisi horisontal samping. Pada proses notching bahan hasil trimming akan dipotong pada bagian sisi vertikal produk atau dinding produk. Pemotongan dinding tersebut harus sesuai dengan ukuran yang diinginkan konsumen. Hasil potongan pada proses notching akan menghasilkan ujung yang lancip. Ujung yang lancip tersebut perlu di potong pada stasiun

cutting. Proses selanjutnya adalah menghilangkan gram yang menempel pada

produk. proses terakhir adalah surface

treatment. Diagram SIPOC

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan Spring Adjuster HME adalah plat besi SPHC yang didapat dari PT Y. PT Y mengirim bahan baku berupa plat bes SPHC yang berukuran panjang 2438 mm dengan lebar 1219 mm dan ketebalan 3.2 mm. Plat besi SPHC akan melalui sembilan proses untuk dapat menjadi produk Spring Adjuster HME. Setelah Spring Adjuster HME telah terbentuk,

produk tersebut akan dikirim ke PT Show

Manufacturing. Diagram SIPOC keseluruhan

dapat pada Gambar 3.

Supplier Input Processes Output Costumer

Proses Blanking - Drawing Proses Pierching Proses Expand -Restrike Proses Trimming Proses Notching Proses Surface Treatment Proses Cutting Proses Hilangkan Gram Final Inspection Final Inspection Proses Shearing Proses Shearing

Gambar 3. Diagram SIPOC Keseluruhan

Berikut merupakan penjelasan diagram SIPOC keseluruhan untuk membuat produk

Spring Adjuster HME.

1. Supplier

Pelat besi yang digunakan untuk membuat

Spring Adjster HME adalah pelat besi SPHC.

Pelat besi SPHC dipasok oleh PT Y sebagai pemasok utama untuk PT Sinar Terang Logamjaya

2. Input

Plat Besi SPHC yang berukuran 2438 x 1219 x 3.2 mm merupakan input untuk proses pembuatan Spring Adjster HME.

3. Process

Proses pembuatan Spring Adjster HME terdiri dari sepuluh sub proses. Sub proses tersebut adalah Shearing, Blanking -

Drawing, Pierching, Expand - Restrike, Trimming, Notching, Cutting, Menghilangkan

gram, Surface Treatment, Final Inspection 4. Output

Hasil yang didapat setelah proses

permesinan adalah Spring Adjuster HME yang berkualitas baik dan sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh pembeli. 5. Customer

Pembeli produk Spring Adjster HME adalah PT Show Manufacturing.

(4)

Penentuan Critical to Quality

Produk yang berkualitas baik merupakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi konsumen. Voice of Customer

(VOC) merupakan sebuah proses untuk

mencari tahu kebutuhan dan spesifikasi yang diharapkan konsumen mengenai suatu produk. Dengan menerapkan voice of customer perusahaan dapat mengetahui critical to quality (CTQ) diharapkan konsumen. Critical to quality merupakan atribut utama dari kebutuhan dan spesifikasi konsumen. Dengan mengetahui critical to quality perusahaan dapat mengetahui harapan konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Voice of Customer didapat melalui wawancara terhadap pihak internal PT Showa Indonesia Manufacturing. PT Sinar Terang Logamjaya telah melakukan riset terhadap PT Showa Indonesia Manufacturing mengenai spesifikasi yang diharapkan untuk produk Spring Adjuster HME. Critical to quality untuk produk spring adjuster HME dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. CTQ PT Showa Indonesia

Manufacturing

No. Critical to Quality Jenis cacat

1

Kesempuraan bentuk

produk Gompal

2 Keutuhan produk Pecah

3

Kesempuraan

permukaan produk Penyok

4 Kerataan alas produk Miring

5 Dimensi produk

Ukuran tidak standar

Measure

Tujuan dari tahap measure adalah untuk mengetahui performansi dari suatu proses dan melakukan evakuasi terhadap performansi di

sistem sekarang. Ukuran performansi yang digunakan untuk menilai proses adalah proporsi cacat. Berikut merupakan hal yang akan dilakukan pada tahap measure

1. Melakukan pengambilan data terkait produk

cacat dan jumlah cacat pada spring adjuster

HME

2. Membuat peta kendali untuk proses sekarang untuk spring adjuster HME

3. Menghitung proporsi cacat pada proses sekarang.

Pengumpulan Data Awal

Data yang didapat merupakan data jumlah produksi produk spring adjuster HME pada bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016. Data yang didapat merupakan data hasil pengecekan kualitas secara menyeluruh terhadap hasil produksi spring adjuster HME. Penerapan pengecekan kualitas secara menyeluruh yang

diterapkan perusahaan bertujuan agar

konsumen mendapatkan produk yang

berkualitas seperti yang diharapkan konsumen. Data yang diambil merupakan data dalam satuan waktu hari, akan tetapi PT Sinar Terang Logamjaya tidak memproduksi spring adjuster

HME setiap hari. Proses inspeksi terbagi

menjadi dua. Proses inspeksi pertama

merupakan mengecekan terhadap ukuran produk. Proses inspeksi kedua merupakan pengecekan terhadap visual spring adjuster

HME. Jenis cacat yang pertama kali ditemukan

sudah akan dikatergorikan sebagai produk cacat. Jumlah produksi spring adjuster HME juga tergantung pesanan yang diterima dari PT Showa Manufacturing. Volume dan jumlah cacat pada bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016 dapat dilihat pada Tabel.2.

(5)

Tabel 2. Volume dan Jumlah Cacat Bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016

No Produksi Jumlah Jumlah Cacat Ukuran

tidak standar

Gompal Miring Pecah Penyok 1 2280 23 21 0 2 0 0 2 828 5 5 0 0 0 0 3 1691 11 11 0 0 0 0 4 1964 15 14 0 1 0 0 5 1271 6 6 0 0 0 0 6 1908 7 7 0 0 0 0 7 1776 12 4 0 8 0 0 8 2395 19 15 0 2 0 2 9 1506 13 13 0 0 0 0 10 2450 10 9 0 1 0 0 11 1872 9 8 0 1 0 0 12 2263 16 14 0 2 0 0 13 2183 16 16 0 0 0 0 14 1539 9 8 0 1 0 0 15 2330 18 18 0 0 0 0 16 1537 16 15 0 1 0 0 17 534 4 2 1 1 0 0 18 617 5 3 0 2 0 0 19 913 7 7 0 0 0 0 20 445 5 5 0 0 0 0 ∑ 32302 226 201 1 22 0 2

Pembuatan Peta Kendali P

Gambar 4. Peta Kendali P Sebelum Perbaikan Berdasarkan data yang dimiliki merupakan data yang termasuk ke dalam data atribut. Data atribut merupakan data yang tidak dapat diukur hanya dengan dihitung. Peta kendali yang cocok untuk data yang dimiliki, memiliki sampel yang bervariasi dan berhubungan dengan produk cacat adalah peta kendali p. Peta kendali p merupakan salah satu peta kendali atribut yang digunakan untuk mengendalikan

proporsi kesalahan produk cacat dari hasil produksi. Peta kendali p cocok digunakan karena sesuai dengan ukuran performansi yang digunakan yaitu proporsi cacat.

Perhitungan Performansi Sekarang

Setelah mengetahui bahwa proses produksi spring adjuster HME yang berlangsung sekarang sudah terkendali, maka proses

selanjutnya adalah perhitungan ukuran

performansi. Ukuran performansi yang

digunakan pada penetilian ini adalah proporsi cacat. Semakin kecil proporsi cacat yang dimiliki perusahaan maka semakin baik tingkat kualitas yang dimiliki perusahaan. Ukuran perfomansi diperoleh dari pengumpulan data bulan Agustus 2016 sampai Oktober 2016 dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa proporsi cacat ukuran sebelum perbaikan adalah sebesar 0.7%.

Tabel 3. Proporsi Cacat Sebelum Perbaikan

Jumlah Produksi 32302

Jumlah Produk Cacat 226

Proporsi Cacat 0.70%

Analyze

Penentuan Prioritas Masalah

Gambar 5. Prioritas Perbaikan

Dalam menentukan prioritas utama dari beberapa jenis cacat digunakan diagram

pareto. Diagram pareto berguna untuk

(6)

dan memudahkan dalam mengambil keputusan.

Berdasarkan Gambar 5. dapat dilihat bahwa jenis cacat ukuran tidak standar memiliki frekuensi kejadian terbesar pada produk spring

adjuster HME. Jenis cacat ukuran tidak standar

memiliki perbedaan yang signifikan terhadap jenis cacat yang lain. Berdasarkan prinsip 80/20 maka jenis cacat ukuran tidak standar sudah lebih dari cukup karena memiliki presentase sebesar 88,9% untuk produk spring adjuster

HME.

Fishbone Diagram

Diagram tulang ikan akan mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada setiap proses, sehingga akan terdapat dua buah diagram

tulang ikan untuk mengidentifikasi

permasalahan pada proses cutting dan

notching.

Fishbone Diagram Cacat Ukuran Tidak Standar untuk Proses Notching

Cacat Ukuran Tidak Standar Material Operator tidak memenuhi aturan penggunaan mode otomatis Material input proses sudah cacat

masuk ke proses Posisi cetakan dan mata pahat miring Mata pahat aus

Gambar 6. Fishbone Diagram Proses Notching

Fishbone Diagram Cacat Ukuran Tidak Standar untuk Proses Cutting

Cacat Ukuran Tidak Standar Operator tidak memastikan benda kerja dalam posisi benar Posisi cetakan dan mata pahat miring Mata pahat aus

Gambar 7. Fishbone Diagram Proses Cutting

Tahap Improve

Berdasarkan Tabel 4. juga dapat dilihat nilai RPN yang telah diurutkan berdasarkan nilai terbesar sampai terkecil. Nilai RPN tersebut mengindikasikan untuk prioritas perbaikan. semakin tinggi nilai RPN maka tindakan perbaikan harus sesegera mungkin dilakukan tindak perbaikan. Hal ini didasari dari tingkat keparahan yang tinggi atau tingkat kemunculan penyebab potensial atau tingkat deteksi yang dilakukan perusahaan masih kurang.

Tabel 4. FMEA N o Mode Kegagalan Efek Kega galan Penyebab R P N Tindakan Perbaikan 1 Material input proses sudah cacat Cacat ukura n tidak stand ar Tidak adanya pengecek an material input 1 8 0

Pengadaan proses inspeksi menggunakan metode single sampling plan dengan bantuan alat bantu, memisahkan produk cacat dengan produk yang bagus

2 Posisi cetakan dan mata pahat miring Cacat ukura n tidak stand ar Tidak dilakukan pengenca ngan secara berkala 1 6 8

Lembar kendali pengencangan baut pada cetakan di mesin notching, pengadaan instruksi kerja untuk proses notching

3 Operator tidak memposisika n benda kerja dengan benar Cacat ukura n tidak stand ar Operator tidak teliti dalam bekerja 1 5 0

Pembuatan visual display

mengenai memposisikan benda kerja dengan baik dan benar Operator tidak memastikan benda kerja dalam posisi benar 4 Operator tidak memposisika n benda kerja dengan benar Cacat ukura n tidak stand ar Kurang pencahay aan 1 0 8

Memberikan pencahayaan lokal Operator tidak memastikan benda kerja dalam posisi benar

5 Mata aus pahat Cacat ukura n tidak stand ar Tidak ada pengontro lan mata pahat 4 0

Lembar kendali perhitungan masa pakai mata pahat

6 Operator tidak memenuhi aturan penggunaan mesin otomatis Cacat ukura n tidak stand ar Operator kurang peduli terhadap kualitas 3 5

Pembuatan visual display

mengenai larangan penggunaan mode otomatis pada mesin notching

Control

Pengumpulan data setelah tindak perbaikan dilakukan pada tanggal 5 Desember 2016 sampai dengan 28 Desember 2016. Data diambil setelah 18 hari.

(7)

N o Jumlah Produksi Jumlah Cacat Ukuran tidak standar Gomp al Miri ng Pec ah Penyo k 1 500 0 0 0 0 0 0 2 500 0 0 0 0 0 0 3 500 1 1 0 0 0 0 4 500 0 0 0 0 0 0 5 500 0 0 0 0 0 0 6 500 0 0 0 0 0 0 7 500 0 0 0 0 0 0 8 500 1 1 0 0 0 0 9 500 3 3 0 0 0 0 1 0 500 1 1 0 0 0 0 1 1 500 1 2 0 0 0 0 1 2 500 2 1 0 0 0 0 1 3 500 2 2 0 0 0 0 1 4 500 1 1 0 0 0 0 1 5 500 1 1 0 0 0 0 1 6 500 1 1 0 0 0 0 1 7 500 2 2 0 0 0 0 ∑ 8500 16 16 0 0 0 0

Pembuatan Peta Kendali Setelah Perbaikan

Peta kendali bertujuan untuk mengetahui

apakah proses produksi yang sedang

berlangsung sudah dalam kondisi terkendali atau tidak

Gambar 6. Peta Kendali P Hasil Perbaikan

Perhitungan Performansi Setelah Tindak Perbaikan

Ukuran performansi yang digunakan pada

penetilian ini adalah proporsi cacat.

Berdasarkan perhitungan didapat proporsi cacat proses produksi setelah tindak perbaikan adalah sebesar 0.0019 atau 0.19%. nilai tersebut dapat dilihat paa Tabel 6.

Tabel 6. Proporsi Sesudah Perbaikan Jumlah Produksi 8500 Jumlah Produk Cacat 16 Proporsi Cacat 0,19%

Perbandingan Tingkat Kualitas Sebelum dan Setelah Tindak Perbaikan

Perbandingan tingkat kualitas sebelum dan setelah tindak perbaikan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penurunan jumlah cacat yang terjadi pada proses produksi spring

adjuster HME. Berdasarkan data yang telah

didapat dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perbaikan Ukuran Performansi Sebelum Tindak Perbaikan Setelah Tindak Perbaikan Rata-rata proporsi cacat 0,70% 0,19%

Gambar

Gambar 2. Metodologi Penelitian di PT Sinar  Terang Logamjaya
Diagram SIPOC
Tabel  1.  CTQ  PT  Showa  Indonesia  Manufacturing
Tabel  2.  Volume  dan  Jumlah  Cacat  Bulan  Agustus 2016 sampai Oktober 2016
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja memiliki pemahaman sangat baik sebesar 87,5 persen tentang peranan orang tua menurut Ulangan 6:6-8 dan orang tua memiliki

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian RCT yang dilakukan oleh Sinha di India yang menemukan bahwa secara umum rate kegagalan terapi ARV dua kali lebih cepat

Pemasaran adalah kegiatan perusahaan yang terdiri dari mengidentifikasi kebutuhan konsumen, menentukan produk yang akan dijual, menentukan harga produk yang sesuai,

M emang benar suntikan langsung pada penis dengan menggunakan bahan yang mengaktifkan pembuluh darah merupakan salah satu cara untuk menimbulkan ereksi pada pria yang

Guna memperoleh optimalisasi pencapaian hasil, pada pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto, baik dalam

Sentral Distributor Kimia Laundry Siap Jual juga Bahan Setengah Jadi seperti Contohnya: Bibit Parfum Laundry Parfum Laundry Alkohol/Metanol maupun Yang Dicampur Air ﴾Water

Peningkatan viscositas sirup glukosa terjadi dengan bertambahnya enzim dan waktu sakarifikasi , karena dengan penambahan enzim glukoamilase, dekstrin hasil hidrolisa

Pada presentasi hasil, jika penguji anda merupakan dosen yang sama pada saat proposal maka tidak akan banyak dibahas terkait Bab 1–3.. Namun, jika bukan maka