• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak II. JARINGAN LOKAL AKSES FIBER I. PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak II. JARINGAN LOKAL AKSES FIBER I. PENDAHULUAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Seminar Kerja Praktek

APLIKASI ONU (OPTICAL ACCESS NETWORK) SIEMENS

PADA TEKNOLOGI DLC PT TELKOM KANDATEL BANDUNG

Reza Luthfianto (L2F006076)

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Abstrak

Pada era yang modern saat ini, perkembangan telekomunikasi menjadi sangat pesat. Kebutuhan akan berkomunikasi menjadi sangat penting dan menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan suatu media penyalur komunikasi itu sendiri. Seiring dengan perkembangan teknologi dan meningkatnya kebutuhan untuk berkomunikasi serta mengakses informasi, maka diperlukan suatu sistem komunikasi yang memiliki kapasitas yang mampu untuk menampung semua tuntutan itu. Oleh karena itu, digunakan serat optik sebagai media transmisi dalam sistem komunikasi untuk menggantikan kabel tembaga. Hal ini dikarenakan serat optik memiliki kapasitas yang lebih besar daripada kabel tembaga biasa, sehingga mampu untuk menampung semua kebutuhan komunikasi broadband yang tengah berkembang saat ini. Dalam jarlokaf sendiri banyak hal-hal yang perlu diperhatikan agar diperoleh suatu kualitas jaringan yang baik seperti spesifikasi serat optik yang digunakan, gangguan yang sering terjadi, dan pengelolaan jaringan yang meliputi usaha pemeliharaan (maintenance) dan penanganan gangguan.

Kata kunci: komunikasi, jarlokaf, serat optik

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Seperti kita ketahui bahwa pembangunan suatu bangsa dewasa ini banyak ditentukan oleh kemampuan masyarakat untuk saling tukar-menukar informasi dan pikiran, melaui indera penglihatan dan pendengaran serta melalui kata-kata tertulis dengan menggunakan bahasa atau kode yang dapat dimengerti oleh semua pihak.

Perkembangan sektor telekomunikasi ternyata searah dan paralel dengan perkembangan sektor-sektor pembangunan bidang ekonomi dan sosial budaya bangsa Indonesia.

Salah satu pendukung yang telah turut memperlancar semakin mudahnya para pengguna dalam berkomunikasi adalah perkembangan teknologi jaringan telekomunikasi, sebagai penyaluran utama untuk lalu lintas informasi telekomunikasi itu sendiri. Sejak ditemukannya serat optik, perlahan – lahan teknologi jaringan telekomunikasi fisik yang menggunakan tembaga sebagai media transmisinya mulai ditinggalkan, dengan memperhatikan berbagai kelebihan yang ditawarkan oleh serat optik itu sendiri. Dengan peningkatan kualitas yang ditawarkan oleh media transmisi yang digunakan dalam jaringan telekomunikasi tersebut, diharapkan tingkat keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh para pelanggan atau pengguna telekomunikasi semakin tinggi.

Oleh karena itu diperlukan suatu kualitas yang baik agar tingkat keberhasilan komunikasi yang dilakukan oleh para pelanggan atau pengguna telekomunikasi semakin tinggi.

1.2 Pembatasan Masalah

Dalam laporan kerja praktek ini penulis membatasi pembahasannya hanya pada perangkat ONU SIEMENS pada sistem telekomunikasi jaringan lokal akses fiber (jarlokaf), serta tidak melakukan pembahasan pada sistem signaling V5.1 dan HDSL (High bit-rate Digital Subscriber Line).

II. JARINGAN LOKALAKSESFIBER 2.1 Pengertian Jaringan Akses

Jaringan Akses adalah bagian dari public switched network yang menghubungkan titik akses (dalam hal ini sentral telepon) dengan pelanggan. Lebih sederhana lagi, jaringan akses adalah penghubung akhir dalam suatu jaringan antara customer premise dan titik penghubung pertama ke infrastruktur jaringan, PoP atau CO. Jaringan akses selama ini didominasi oleh kabel tembaga twisted-pair. Namun, seiring ditemukannya kabel serat optik dan meningkatnya kapasitas layanan pada suatu jaringan akses tersebut, perlahan – lahan kabel twisted pair mulai ditinggalkan dan diganti dengan kabel serat optik yang memiliki kapasitas yang besar untuk menampung layanan dalam jumlah yang sangat besar.

Gambar 1. Posisi jaringan akses dalam suatu jaringan telekomunikasi

2.2 Macam – Macam Jaringan Akses

Jaringan akses sering juga disebut sebagai Outside Plan (OSP), beberapa istilah juga sering disebut sebagai Jaringan Lokal Akses. Ada empat jaringan akses yang digunakan dalam telekomunikasi, yakni :

1. Jaringan Lokal Akses Kabel (Jarlokab atau Jarkab), yaitu jaringan yang menggunakan kabel tembaga sebagai media transmisinya. Jaringan kabel adalah jaringan yang paling lama dan paling banyak digunakan. Peningkatan jaringan ini menggunakan teknologi penggandaan seperti Pair Gain dan xDSL.

(2)

2. Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar), yaitu jaringan akses yang menggunakan radio sebagai media aksesnya. Teknologi terdiri dari radio wireless (Wireless Local Loop, WLL), Cordless dan radio Point To Point.

3. Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf), yaitu jaringan akses yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Aplikasinya terdiri dari FTTZ (Fiber To The Zone), FTTC (Fiber To The Curb), FTTB (Fiber To The Building), dan FTTH (Fiber To The Home).

4. Jaringan Akses Hybrid, yaitu jaringan yang menggunakan media transmisi gabungan, aplikasinya antara lain teknologi HFC (Hybrid Fiber Coax), PON (Passive Optical Network), dll.

2.3 Pengertian Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) Sistem jarlokaf setidaknya memiliki 2 buah perangkat elektronik, yaitu satu perangkat elektronik di sisi sentral dan satu perangkat elektronik di sisi pelanggan. Lokasi perangkat opto-elektronik di sisi pelanggan selanjutnya disebut Titik Konversi Optik (TKO). Secara praktis TKO berarti batas terakhir kabel optik ke arah pelanggan yang berfungsi sebagai lokasi konversi sinyal optik ke sinyal elektronik.

Gambar 2. Jaringan optik point-to-point sederhana

Gambar 2 menggambarkan suatu jaringan optik point-to-point sederhana. Di sini, pemancar dan penerima optik dianggap sebagai TKO, dan perangkat yang digunakan adalah ONU (Optical Network Unit) atau OAN (Optical Access Network). Terminal pelanggan biasanya dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga. Daerah di mana para pelanggan terhubung ke suatu TKO disebut Daerah Akses Fiber. Pada jaringan lokal tembaga dikenal tiga buah daerah cakupan yaitu daerah cakupan sentral, daerah cakupan Rumah Kabel (RK) dan daerah cakupan Kotak Pembagi (KP), sedangkan daerah akses fiber sebanding dengan daerah cakupan RK atau daerah cakupan KP pada lokasi yang sudah ada jaringan kabel tembaganya.

2.4 Modus Aplikasi Jaringan Lokal Akses Fiber Berdasarkan lokasi TKO-nya, jarlokaf dapat dibagi menjadi beberapa modus aplikasi sebagai berikut: 1. Fiber To The Building (FTTB)

TKO terletak di dalam gedung dan biasanya terletak pada ruang telekomunikasi basement. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor. FTTB dapat dianalogikan dengan Daerah Catu Langsung (DCL) pada jaringan akses tembaga. Daerah Catu Langsung yang dimaksud adalah dari MDF (Main Distribution Frame)/sentral telepon

menuju DP (Distribution Point). Aplikasinya ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Modus aplikasi FTTB

2. Fiber To The Zone (FTTZ)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat dianalogikan sebagai pengganti RK (Rumah Kabel). Aplikasi dari FTTZ dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Modus aplikasi FTTZ

3. Fiber To The Curb (FTTC)

TKO terletak di suatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun manhole. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meter. FTTC dapat dianalogikan sebagai pengganti KP (Kotak Pembagi). Aplikasi dari FTTC dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Modus aplikasi FTTC

4. Fiber To The Home (FTTH)

TKO terletak di rumah pelanggan. Terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti Kotak Terminal Batas (KTB). Aplikasi FTTH dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Modus aplikasi FTTH

2.5 Standar Satuan E1

Sebelum mengetahui lebih jauh tentang, akan dibahas sedikit tentang sistem persinyalan DS1 (Digital Signal 1). E1 (E-carrier 1) merupakan salah satu jenis dari sistem persinyalan DS1 (Digital Signal 1). Sistem DS1 ini ‘mengawinkan’ teknologi PCM (Pulse Code Modulation) dan multipleks menggunakan sistem TDM (Time Division Multiplexing).Pada sistem ini, transmisi kanal digital dimodulasi dengan PCM 24 menjadi 24 kanal sehingga keseluruhannya memiliki kapasitas sebesar 24 x 64 kbit/detik atau sama dengan 1554 kbit/detik atau 1,554 Mbit/detik. Sistem ini dikenal dengan sebutan T1. T1 ini menjadi standar komunikasi di Amerika Serikat.

Sementara di Eropa dan termasuk Indonesia, terdapat sistem lain yang ekuivalen dengan T1 tersebut,

(3)

yang dikenal dengan E1 (E-Carrier 1). Perbedaan mendasar antara 2 sistem tersebut adalah pada jumlah kanal, yaitu jika pada T1 menggunakan 24 kanal, maka pada E1 menggunakan 32 kanal. Pada sistem ini, transmisi kanal digital dimodulasi dengan PCM 30. Karakteristik dari E1 yaitu terdiri dari 8000 frame yang dtransmisikan tiap detik. Tiap frame mengandung 32 time slot. 30 time slot digunakan untuk pembicaraan, 1 time slot untuk sinkronisasi, dan 1 time slot untuk signaling. Setiap time slot mengandung 8 bit sampel. Kanal voice ini kemudian di-multiplex secara sinkron ke dalam sebuah 2-Mbps data stream, yang biasa disebut E1. Speech code PCM ditransmisikan 8 bit per time slot sebanyak 8000 kali dalam satu detik.sehingga data rate-nya menjadi 64 kbps. Sehingga E1 mempurate-nyai primary rate sebesar 2.048 kbps (2Mbps).

Gambar 7. Struktur E1

Sistem E-carrier secara permanen mengalokasikan kapasitas khusus bagi panggilan suara dalam semua durasinya. Hal ini memastikan kualitas panggilan suara yang tinggi. Meskipun kanal-kanal tersebut juga tidak melulu diisi oleh suara saja, namun juga dapat terisi oleh data. Alokasi ini dimungkinkan karena struktur E1 sendiri yang didesain secara khusus. Terdiri atas 32 kanal, kanal 0 dan 17 digunakan sebagai kanal pensinyalan dan sinkronisasi/transmisi alarm, sedangkan 30 kanal lainnya digunakan sebagai kanal transmisi suara atau data.

Gambar 3.17 menunjukkan struktur dari E1. Dalam struktur tersebut, transmisi data yang dilakukan berbentuk frame. Frame merupakan suatu metode untuk menandai atau sebagai indikasi untuk memulai penghitungan kanal pertama sehingga demultiplexer nantinya mengetahui dimana awal mula penghitungan kanal. Dan dengan demikian transmisi data dapat diketahui "ujung-pangkalnya" oleh perangkat yang menerima kiriman data tersebut. Dalam hal ini suatu pola bit tertentu ditransmisikan dalam tiap frame.

III. APLIKASI ONU (OPTICAL NETWORK UNIT) PADA TEKNOLOGI DLC (PT TELKOM KANDATEL BANDUNG

3.1 Sistem Fast Link

Sistem yang menggunakan ONU (Optical Network Unit) pada sisi pelanggan dikenal dengan istilah fast link. Fast link adalah sistem berbentuk modul untuk pemecahan masalah jaringan dalam area pelayanan yang terdiri atas jasa – jasa interaktif (telepon, ISDN / Integrated Service Digital Network 64 Kbit/s data, dan 2 Mbit/s service) ataupun jasa – jasa Community Antenna Television (CATV). Di sisi pelanggan dapat digunakan komponen sistem yang disebut Optical Network Unit (ONU) atau Network Termination (NT).

Pada sisi sentral dari sistem fast link digunakan Optical Line Termination (OLT) yang menghubungkan sentral lokal dengan sistem fast link. Untuk menghubungkan ONU dengan OLT digunakan kabel fiber optik (2 x 2 Mbit/s; 34 Mbit/s) atau kabel tembaga (2 Mbit/s HDSL (High bit rate Digital Subscriber Line). Bila diperlukan, ONU dan OLT dapat pula dihubungkan dengan Optical Distance Terminal (ODT). ODT berfungsi untuk mengubah sinyal 34 Mbit/s dari OLT menjadi sinyal 2 Mbit/s dan didistribusikan ke masing – masing ONU.

Gambar 8. Arsitektur umum sistem fast link

Adanya ONU memungkinkan fast link untuk diterminasi di sisi pelanggan. Terminal pelanggan dapat dihubungkan dengan ONU melalui interface analog maupun interface digital. Di samping itu, interface 2 Mbit/s dari ONU dapat dihubungkan ke pelanggan melalui serat optik maupun kabel tembaga.

Berikut ini adalah tipe – tipe ONU yang digunakan pada fast link:

1. ONU 30 FTTB / FTTC ( maksimal 30 pelanggan ) 2. ONU 120 FTTB / FTTC ( maksimal 120 pelanggan ) 3. ONU 240 FTTB / FTTC ( maksimal 240 pelanggan

dan 8x2 Mbit/s saluran sewa) 3.2 Sistem Modul

A. Modul AMX (Access Multiplexer)

Sistem modul AMX merupakan bagian dari ONU dan OLT. Tugas utama dari AMX adalah multiplexing, memberikan macam – macam interface subscriber dan kontrol serta signaling menggunakan protokol V5.1 seperti didefinisikan dalam ETS 30324. Multiplexer tersebut merupakan terminal multiplexer dengan kapasitas pengiriman maksimum 30 kanal 64 Kbit/s. Fungsi utama AMX dilakukan oleh Central Unit AMX (CUA).

Untuk pengujian dan pengukuran interface subscriber dan untuk mengimplementasikan fungsi supervise terdapat Measurement and Supervision plug-in Unit (MSU) dalam AMX.

B. Modul HMX (HDSL Terminal Multiplexer ) dan OMX2(Optical Terminal Multiplexer)

Modul sistem HMX digunakan untuk transmisi sinyal 2 Mbit/s pada kabel tembaga (HDSL). HMX terdiri dari Line Termination Copper (LTC) yang dapat

(4)

dikonfigurasi untuk sisi subscriber (LTC/NT) dan sisi sentral (LTC/LT). Interface 2 Mbit/s HMX diimplementasikan sesuai dengan ITU-T G.703. Modul sistem OMX digunakan untuk sistem transmisi sinyal 2 Mbit/s pada serat optik. Dua sinyal 2 Mbit/s di-multiplex menjadi satu sinyal 4 Mbit/s dan kemudian dirubah menjadi sinyal optik.

C. Modul Sistem OMX16 (Optical Terminal Multiplexer)

Modul sistem OMX16 menggabungkan 16 sinyal 2 Mbit/s menjadi sinyal 34 Mbit/s dan dari sinyal ini, dengan menambahkan kanal overhead, dapat membangkitkan sinyal optik dengan kecepatan 36864 Kbit/s.

Bagian dari sistem modul ini berupa unit plug-in, adalah sebagai berikut:

Multiplexer DSMX34 Transceiver OTRU36 • Unit supervisi OTRU

D. Modul Sistem COT (Central Office terminal Multiplexer)

Modul sistem COT digunakan di dalam komponen sistem OLT. Tugas utama dari COT adalah multiplexing, memberikan bermacam – macam interface subscriber dan kontrol dengan signaling menggunakan protokol V5.1 seperti didefinisikan di dalam ETS 300324. Multiplexer tersebut merupakan terminal multiplexer dengan kapasitas pengiriman maksimum 30 kanal 64 Kbit/s. Fungsi utama COT dilakukan oleh unit sentral CUL

3.3 Spesifikasi Perangkat

A. Optical Line Termination (OLT)

Gambar 9. Struktur OLT

Gambar 9 menunjukkan struktur dari OLT pada sisi sentral. OLT terdiri dari beberapa modul, yaitu:

Optical Terminal Multiplexer 16x2 Mbit/s (OMX16)

16x2 Mbit/s multiplexer untuk saluran transmisi optik 36 Mbit/s

Optical Terminal Multiplexer (OMX)

2x2 Mbit/s multiplexer untuk saluran transmisi optik 2x2 Mbit/s

HDSL Terminal Multiplexer (HMX)

Multiplexer untuk transmisi HDSL dengan 1x2 Mbit/s

Access Multiplexer (AMX)

Multiplexer untuk pelanggan dalam area pelayanan OLT yang dapat dihubungkan ke sentral dengan signaling V5.1

Cross Connect Multiplexer (CMX)

Digunakan untuk pencabangan 64 Kbit/s kanal dan pencabangan dari 2 Mbit/s dan leased line n x 64 Kbit/s.

Central Office terminal Multiplexer (COT) Multiplexer untuk menghubungkan pelanggan sebagai sistem pair gain ke sentral dengan interface converter V5.1 / Plain Old Telephone Service (POTS).

B. Optical Network Unit (ONU)

ONU merupakan terminasi pada sisi pelanggan yang terhubung secara langsung ke OLT (Optical Line Terminal). ONU berisi rangkaian sisi pelanggan, peralatan saluran dan catu daya, termasuk baterai untuk cadangan. Beberapa jenis ONU telah disebutkan diatas, namun untuk pembahasan dalam makalah ini hanya akan membahas ONU 240 karena spesifikasi dari ONU SIEMENS yang mampu memuat 240 SST (Satuan Sambungan Telepon).

Pada sisi pelanggan ONU 240 dapat digunakan untuk menghubungkan sampai 240 interface pelanggan dan. Untuk menghubungkan ONU 240 dengan OLT digunakan hubungan transmisi optik dengan kecepatan 36 Mbit/s

Gambar 10. Struktur ONU 240

Gambar 10 menunjukkan struktur dari ONU 240. ONU 240 berisi modul – modul sebagai berikut:

• AMX • OMX16 • OMX2

Sinyal optik/digital dari OLT masuk menuju ONU melalui modul OMX16 yang berisi modul OTRU36 (berfungsi sebagai penerima/receiver). Sinyal

(5)

digital yang masih berupa E1 kemudian masuk menuju modul AMX/CUA pada perangkat ONU SIEMENS untuk dipecah menjadi sinyal analog/nomor pelanggan. Kemudian sinyal analog yang telah berupa nomor telepon pelanggan ini disalurkan menuju rumah – rumah pelanggan dengan menggunakan kabel tembaga.

1 modul OMX16 maksimal mampu memuat 4 modul AMX, dimana 1 modul AMX mempunyai kapasitas 4E1. Dengan kata lain, 1 modul OMX16 mempunyai kapasitas maksimal 16E1/480 SST (1 E1=30 SST).

3.4 Aplikasi ONU SIEMENS

Secara umum, arsitektur jaringan layanan telekomunikasi, baik suara maupun data, yang dikelola oleh PT TELKOM ditunjukkan pada gambar 11.

Gambar 11. Arsitektur umum jaringan telekomunikasi PT TELKOM

ONU yang digunakan oleh PT TELKOM Kandatel Bandung diproduksi oleh beberapa perusahaan penyedia jasa komunikasi dunia, antara lain SIEMENS, HUAWEI, OPNET, serta AT&T. Tentu saja spesifikasi perangkat hasil produksi tiap – tiap perusahaan tersebut berbeda satu sama lain. Sebagai contoh, pada ONU SIEMENS 1 modul SUB yang terhubung ke pelanggan memiliki kapasitas 10 nomor pelanggan, sedangkan pada ONU OPNET 1 modul SUB-nya hanya memiliki kapasitas 6 nomor pelanggan. Pada makalah ini hanya akan membahas ONU produksi SIEMENS.

Secara fisik, ONU produksi SIEMENS memiliki ukuran yang paling besar diantara ONU – ONU produksi perusahaan lain yang digunakan oleh PT TELKOM. Gambar 12 menunjukkan bentuk fisik dari ONU SIEMENS milik STO HEGARMANAH Bandung.

Gambar 12. ONU SIEMENS

Pada ONU buatan SIEMENS, terdapat 3 buah modul utama, yaitu:

1. Modul MSU (Measurement and Supervision Plug-in Unit)

2. Modul CUA (Control Unit Access) 3. Modul SUB (Subscriber)

Fungsi dari modul MSU adalah sebagai database dan manajemen sistem dari perangkat ONU ini. Jika terdapat kerusakan, maka proses instalasi program/software dilakukan dari modul MSU ini. Modul CUA berfungsi sebagai pemecah satuan E1 (2 Mbps) yang ditransmisikan menjadi 30 SST, dengan tiap – tiap sambungan memiliki kapasitas 64 Kbps. Keluaran dari modul CUA ini kemudian diteruskan ke modul SUB. Modul SUB berfungsi sebagai modul pelanggan, dimana keluaran dari modul SUB ini sudah berupa sinyal analog/nomor telepon pelanggan, dan akan diteruskan ke rumah – rumah pelanggan dengan menggunakan kabel tembaga.

Tiap ONU produksi SIEMENS yang digunakan oleh PT. TELKOM ini mampu memuat kapasitas pelanggan hingga 240 SST. Telah disebutkan bahwa fungsi modul CUA adalah untuk memecah sinyal E1 menjadi 30 SST dengan tiap sambungan mempunyai kapasitas 64 Kbps. Tiap modul SUB mempunyai kapasitas untuk menampung 10 SST. Jadi, keluaran modul CUA akan diteruskan ke 3 modul SUB. Dengan kata lain, tiap modul CUA membawahi 3 modul SUB. Jadi dapat diketahui dalam satu perangkat ONU SIEMENS memiliki 8 modul CUA dan 24 modul SUB.

Gambar 13. Rak modul ONU SIEMENS

Gambar 13 menunjukkan rak modul pada ONU SIEMENS. Dalam 1 ONU SIEMENS terdapat 2 rak identik seperti gambar. Gambar 5.4 menunjukkan modul – modul yang terdapat dalam rak. Dapat dilihat modul yang berada di paling kiri merupakan modul MSU. Modul ini bertindak sebagai supervisi. Terdapat pula port D-Sub sebagai interface dengan PC (personal computer) untuk melakukan instalasi software/maintenance modul jika modul mengalami gangguan. Modul MSU ini mengatur 4 modul CUA di sampingnya, dan tiap modul CUA membawahi 3 modul SUB. Terdapat LED pada modul CUA yang berfungsi sebagai indikator jika modul mengalami gangguan. Jika LED menyala merah, maka berarti modul dalam kondisi off/tidak aktif dan alarm

(6)

modul akan aktif. Jika menyala hijau, berarti modul dalam kondisi on/baik.

Gambar 14. Port keluaran modul SUB

Gambar 14 menunujukkan port – port keluaran dari modul SUB. Terdapat 12 baris port, dimana tiap barisnya memuat 10 nomor pelanggan yang direpresentasikan dengan angka 1 sampai 10. Dalam 1 perangkat ONU SIEMENS, terdapat 2 buah kesatuan port yang identik sama dengan gambar. Keluaran dari port ini sudah berupa sinyal analog/nomor telepon yang kemudian akan diteruskan ke rumah – rumah pelanggan.

PT TELKOM juga menyediakan layanan data (internet) yang dapat dinikmati oleh pelanggan. Untuk dapat menyediakan layanan data ini, dibutuhkan tambahan perangkat yang disebut dengan DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer). Dengan adanya DSLAM ini, data internet yang berasal dari metro-ethernet dapat disalurkan kepada pelanggan melalui jalur telepon biasa. Perangkat ini biasanya dibangun berdampingan dengan ONU. DSLAM yang digunakan oleh PT TELKOM adalah DSLAM produksi ZTE. Adapun bentuk fisik dari rak DSLAM ZTE ditunjukkan pada gambar.

Gambar 15. Rak DSLAM ZTE

Inti dari DSLAM ini sendiri berada pada modul ASTEB, yang berfungsi untuk menumpangkan sinyal data ke dalam sinyal telepon. Bentuk fisik dari modul ASTEB ini dapat dilihat pada gambar 16 dan penampang dari depan pada gambar 17.

Gambar 16. Modul ASTEB

Gambar 17. Penampang depan modul ASTEB

Gambar 17 menunjukkan penampang depan dari modul ASTEB pada DSLAM. Modul ASTEB berperan sebagai tempat untuk me-multiplex sinyal ADSL dengan sinyal telepon analog. Di dalam 1 modul ASTEB ini, terdapat 24 port PSTN dan 24 port user. Di sini, sinyal ADSL/ADSL2+ yang memuat data internet ditumpangkan melalui jalur telepon biasa (POTS/Plain Ordinary Telephone Service). Biasanya dalam dalam satu perangkat DSLAM terdapat 4 modul ASTEB.

Misalkan ada pelanggan dengan nomor telepon 022-20011XX ingin menggunakan layanan SPEEDY. Nomor telepon tersebut berlokasi di port 1 pada modul SUB ONU. Keluaran dari ONU (port 1) akan ditarik/di-jumper menuju DSLAM. Keluaran modul SUB yang berupa sinyal analog/nomor telepon pelanggan, akan dilewatkan ke modul LSA. Kemudian sinyal akan menuju DSLAM dan akan melewati modul ASTEB, yang memuat port PSTN dan user. Kemudian sinyal akan kembali masuk ke ONU dan akan diteruskan ke rumah pelanggan. Di rumah pelanggan ini, sinyal akan dipecah kembali menjadi sinyal analog/nomor telepon dan data dengan menggunakan splitter. Nomor telepon akan diteruskan ke pesawat telepon, sedangkan data akan diteruskan ke PC (personal computer) setelah sebelumnya melewati modem ADSL. Secara umum, blok diagram penambahan layanan data dapat dilihat pada gambar 5.18.

(7)

Gambar 18. Blok diagram penambahan layanan data

Pada DSLAM ZTE, terdapat 96 port user dan PSTN untuk tiap modul ASTEB, dengan tiap – tiap port adalah milik 1 pelanggan. Dalam 1 kabin DSLAM ZTE ini sendiri disediakan tambahan ruang untuk ekspansi kapasitas. Jadi, dalam 1 kabin dapat memuat 2 modul ASTEB. Hal ini berarti kapasitas maksimal dari kabin DSLAM ZTE ini adalah 96x2 port, yaitu 192 pelanggan. Jika dalam satu wilayah lebih terdapat lebih dari 192 pelanggan yang ingin menggunakan layanan data ini, maka PT TELKOM harus membangun rak DSLAM baru, karena pada prinsipnya PT TELKOM akan memasang sambungan internet baru jika hanya ada pesanan dari pelanggan, bukan menyediakan sambungan ready yang dapat digunakan kapan saja diperlukan.

IV. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek di divisi ANM PT. TELKOM Kandatel Bandung yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut ini :

1. Hampir semua jaringan akses milik PT. TELKOM Kandatel Bandung telah menggunakan serat optik, sedangkan untuk penggunaan kabel tembaga hanya ada pada jaringan yang telah lama terpasang dan tidak dilakukan pengembangan.

2. ONU merupakan perangkat yang dapat mengubah/mengonversi sinyal analog menjadi sinyal optik/sinyal digital dan sebaliknya. 3. Untuk penggunaan kabel tembaga hanya

dilakukan mulai dari perangkat ONU menuju rumah – rumah pelanggan.

4. Layanan yang diberikan PT. TELKOM saat ini tidak hanya berfokus pada layanan suara (voice) saja, namun juga layananan data dan multimedia. Hal ini berkaitan dengan penggunaan serat optik yang memiliki kapasitas yang sangat besar untuk menunjang layanan broadband.

5. Untuk menunjang layanan data, maka dibutuhkan perangkat DSLAM untuk menumpangkan data ke saluran telepon.

6. Jenis topologi jarlokaf yang ada di lapangan adalah FTTZ (Fiber To The Zone), karena lokasi TKO (Titik Konversi Optik) berada pada wilayah yang mampu mencakup luasan daerah pelanggan yang cukup besar.

4.2 Saran

Dengan mengacu pada kondisi yang ada sekarang ini serta berbagai kendala yang dihadapi oleh PT. TELKOM, maka penulis memberikan beberapa saran guna optimalisasi sistem yang ada serta kemudahan dalam perkembangannya sebagai berikut ini :

1.

Dalam

proses

pengoperasian

jaringan

diperlukan

upaya

pemeliharaan

dan

pengukuran secara periodik dan

terus-menerus, sehingga mutu operasinya lebih

bagus dan dapat dipertahankan.

2. Untuk mengurangi jumlah gangguan disisi

pelanggan ada baiknya para pelanggan

diberikan

semacam

buku

pedoman

perawatan

dan

penanganan

gangguan

jaringan kabel dan pesawat secara dini

(manual book).

DAFTAR PUSTAKA

[1] Kurniawan Usman, Uke. 2008. Pengantar Ilmu Telekomunikasi. Informatika: Bandung. [2] Nurdin, R. Alan. 2005. Laporan Kerja Praktek “DPG

Fast Link Sebagai Teknologi Access Network di PT. TELKOM DIVRE 3”. Bandung.

[3] Sukiswo. 2002. Buku Ajar Jaringan Telekomunikasi. Universitas Diponegoro: Semarang.

[4] ---. ZXDSL 9806H ZTE Broadband Universal Access System User Manual. Shenzen. China.

[5] Tim Penulis. 2004. Dasar Sistem Komunikasi Optik Optical Access Network. TELKOMRisTI: Bandung

[6] Freeman, Roger L. 1998. Telecommunications Transmission Handbook 4th Edition. John Wiley & Sons, Inc: Canada

[7] Santoso, Gatot. Teknik Telekomunikasi.

[8] Tim Fakultas Teknik UNY.2003. Teknik Operasional PCM 30. Depdiknas: Yogyakarta

[9] Fauzi, Rahmad dan Suherman. 2006. Jaringan Telekomunikasi. Universitas Negeri Sumatera Utara: Medan

(8)

Reza Luthfianto (L2F006076) dilahirkan di Bandung, 22 April 1988. Menempuh pendidikan di SDN Mekar Indah 01 Bekasi lulus tahun 2000, kemudian melanjutkan ke SLTPN 9 Bekasi lulus tahun 2003, dilanjutkan lagi di SMAN 2 Bekasi lulus tahun 2006, dan sampai saat ini masih menyelesaikan studi S1 di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Semester VII konsentrasi Elektronika dan Telekomunikasi.

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ajub Ajulian Zahra, ST.MT

Gambar

Gambar 1. Posisi jaringan akses dalam suatu jaringan  telekomunikasi
Gambar 2. Jaringan optik point-to-point sederhana
Gambar 7. Struktur E1
Gambar 9. Struktur OLT
+4

Referensi

Dokumen terkait

Melalui usaha-usaha pre-emtif, preventif, represif maupun rehabilitatif, baik medis maupun sosial.Dalam kajian ini akan membatasi pada intervensi pekerja sosial dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara Internal Locus of Control terhadap Self Management mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa self efficacy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemandirian belajar, hal ini didukung dengan analaisis data dan penelitian

Pupuk organik cair dapat dibuat dari bahan- bahan organik berbentuk cair dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik

Nyeri senggama ini akan bertambah buruk apabila hubungan seks makin jarang dilakukan, yang terpenting adalah melakukan hubungan seks secara teratur agar elastisitas

Nilai korelasi genetik antara sifat tinggi dan diameter cukup bervariasi antar sub galur dan memberikan indikasi bahwa tanaman nyawai memiliki variasi yang besar antar sub

Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Pajak Penghasilan UMKM (studi atas PP No. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: Pada awalnya Indonesia

20 tinggi, daya besar dan bunyi kecil antara dua poros sejajar, pada umumnya roda gigi yang dipakai adalah roda gigi miring. Sedangkan untuk roda gigi kerucut biasanya