• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Kecamatan Tingkir"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

Dalam kajian teori ini diawali dari hakikat Matematika SD mulai dari pengertian, kompetensi dasar pembelajaran Matematika SD, pembelajaran Matematika SD, dan penilaian Matematika SD. Kajian teori yang kedua merupakan pendekatan (PBL) dimulai dari pengertian, karakteristik pendekatan (PBL), langkah-langkah pendekatan (PBL), analisis komponen-kompenen pendekatan (PBL) dan penerapan pendekatan (PBL). Kajian teori yang ketiga merupakan pengertian hasil belajar matematika dan pengukuran hasil belajar matematika, kajian penelitian relevan, kerangka pikir dan hipotesis penelitian.

2.1.1 Hakikat Matematika SD

a. Pengertian

Depdiknas seperti dikutip oleh Susanto (2015:184) matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”, sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Kurikulum 2006 mendefinisikan bahwamatematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Susilo seperti dikutip oleh Ibrahim dan Suparni (2012:12) berpendapat bahwa “matematika dipandang sebagai aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek penyeledikannya memiliki kekhasan yang keseluruhnya merupakan

(2)

bagian dari karya manusia yang bersifat universal. Sehingga matematika merupakan salah satu hasil karya manusia berdasarkan pengalaman baik dari aspek metode, cara penalaran, bahasa dan objek peyelidikan yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ahmad Susanto (2008: 189) berpendapat bahwa “matematika merupakan aktivitas insane (human activities) yang harus dikaitkan dengan realitas”. Sehingga matematika merupakan cara berfikir logis yang yang dipresentasikan dalam bilangan, ruang, dan bentuk dengan aturan-aturan yang tak ada yang tak lepas dengan aktivitas insani tersebut. Maka dari itu, matematika tidak lepas dari kehidupan sehari-hari yang mempunyai kegunaan dalam pemecahan masalah matematika sehari-hari.

Menurut Ahmad Susanto (2012: 185) Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam peyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Wahyudi (2012: 5) Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari struktur abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya.sehingga dapat diartikan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang konsep, struktur konsep dan mencari hubungan yang ada didalamnya.

Dari uraian beberapa pendapat ahli tersebut matematika merupakan ilmu yang yang mengkaji berbagai aspek berupa metode, cara penalaran, bahasa,dan pola struktur dan objek peyelidikan berkaitan dengan penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga mempunyai kegunaan dalam pengembangan pengetahuan dan teknologi.

b. Kompetensi Dasar Matematika SD

(3)

SD dijadikan sebagai landasan untuk mengembangkan kemampuan dalam berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerjasama. Kompetensi tersebut diperluhkan oleh peserta didik dalam mengembangkan kemampuan yang telah dimiliki dalam pengeloalaan dan pemanfaatan informasi yang telah didapatkan.

Berdasarkan uraian tersebut kompetensi dasar merupakan kemampuan minimal yang diharapkan dapat tercapai oleh peserta didik dalam pembelajaran matematika. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan dalam dalam berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan berkerjasama yang didapakan melalui proses pembelajaran. Kompetensi Dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 2.1 Memilih alat ukur sesuai dengan Fungsinya dan 2.2 Menggunakan alat ukur dalam pemecahan masalah.

c. Pembelajaran Matematika di SD

Menurut Ahmad Susanto (2012: 185) Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam peyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat pada semua jenjang pendidikan, salah satunya jenjang pendidikan sekolah dasar (SD). Sehingga belajar matematika mulai dari jenjang sekolah dasar menjadi syarat untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Karena dengan belajar matematika siswa akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Oleh karena itu, pembelajaran matematika di SD guru hendaknya disampaikan dengan baik sehingga siswa dapat memahami pembelajaran serta bermakna bagi kehidupannya.

(4)

meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasa yang baik terhadap materi matematika. Sehingga pembelajaran matematika merupakan suatu proses pembelajaran yang mengupayakan siswa untuk mengkontruksi pengetahuan yang didapatkan memlalui pengembangan kretivitas berfikir siswa dalam pemahamn materi matematika.

Menurut Ibrahim (2012: 35) pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang menekankan pada hafalan sehingga bagi siswa yang ekempuan matematis tingkat tinggi memiliki peluang yang kecil.

Dari pendapat di atas, pembelajaran matematika merupakan pembelajaran agar siswa memiliki pola bepikir kritis, kreatif sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dan mengaitknnya pada kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu pembelajaran matematika diberikan sejak dini agar siswa mampu memahami matematika dari tingkat yang paling dasar ke tingkat yang tinggi.

2.1.2 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

(5)

Menurut Miftahul Huda (2015: 271) Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan pembelajaran yang dapat diperoleh melalui proses pemahaman akan suatu masalah tersebut dipertemuan petama dalam proses pembelajaran. Sehingga pusat pembelajaran adalah siswa bukan pada pengajaran guru. Oleh karena itu pembelajaran Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang memberikan masalah pada awal pembeljaran sehingga siswa cenderung lebih aktif dalam pemecahan masalah yang diberikan.

Menurut Mohammad Jauhar (2011: 86) Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memusatkan pada masalah kehidupnya yang bermakna bagi siswa sehingga guru mempunyai menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan kepada siswa dan memfasilitasi peyelidikan serta dialog. Sehingga pembelajaran masalah dirancang dengan adanya pemberian masalah sehingga membantu siswa lebih aktif, kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah.

Dalam model pembelajaran Problem Based Learning atau Problem Based Instruction merupakan model pembelajaran yang erat kaitannya dengan pendekatan kontekstual dimana siswa diberikan masalah autentik sehingga siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan menyusun pengetahuan sendiri, mengembangkan kemampuan berfikir kritis, kreatif dan kerjasama.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning

Menurut Mohammad Jauhar (2011: 87-88) model pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik sebagai berikut:

(6)

jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan siswa melakukan penyidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperluhkan), membuat inferensi dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyeledikan yang digunakan, bergantung kepada maslah yang sedang dipelajari.

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalh yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa traskrip debat seperti pada pelajaran “Roots and wings”. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya tentang apa yang akan dipelajari dan menyediakan suatu alternative segar terhadap laporan tradisional atau makalah.

(7)

peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan nyata.

Dalam model Problem Based Learning (PBL) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Model pembelajaran berbasisi masalah ini dikembangkan dengan tujuan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis , pemecahan masalah dan keterampilan intelektual belajar sebagai orang dewasa melalui keterlibatan mereka daam pengalaman simulasi sehingga menjadi siswa yang mandiri dan otonom. Hal ini didukung dengan adanya keterkaitan model dengan kehidupan nyata melalui beberap tahapan tertentu. Dengan berkaitan itu juga model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai kelebihan dan kelemahan, yang pertama adalah kelebihan dari pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) menurut Trianto (2014: 68) adalah sebagai berikut :

1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

3. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pelajaran lebih bermakna.

4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari. 5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa.

(8)

Kekurangan Problem Based Learning menurut Mohamad Jauhar (2011: 86), adalah sebagai berikut :

1. Bagi siswa yang pemalas tujuan dari model ini tidak akan tercapai. 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.

3. Tidak semua mata pelajaran sesuaiuntuk diterapkan model ini.

Berdasarkan uraian diatas mengenai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Problem Based Learning juga mempunyai manfaat dimana membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah , dan melatih kemapuan berkerjasama dengan siswa yang lain. Selain itu, memabantu siswa mambangun pengetahuan siswa menjadi lebih bermakna.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Menurut Mohammad Jauhar (2012: 88-89) langkah – langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)sebagai berikut:

1. Langkah 1 : Melakukan orientasi siswa terhadap masalah

Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan kebutuhan logistik (alat dan bahan) yang diperluhkan bagi pemecahan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih siswa dan guru, maupun yang telah dipih sendiri oleh siswa. 2. Langkah 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan agar relevan dengan penyelesaian masalah.

3. Langkah 3 : Mendukung investigasi kelompok maupun individual.

Guru mendorong siswa untuk mencari informasi yang sesuai, melakukan eksperimen dan mencari penjelasan dan pemecahan masalahnya.

(9)

Guru membantu siswa dalam perencanaan dan perwujudan artefak yang sesuai dengan tugas yang diberikan seperti laporan, video, model-model serta membantu mereka saling berbagi satu sam lain terkait hasil karyanya.

5. Langkah 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya serta proses-proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.

d. Analisis Komponen-komponen Model Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 104-106), mengemukakan bahwa setiap model pembelajaran memiliki unsur-unsur berupa 1) Sintaks; 2) Prinsip reaksi; 3) Sistem sosial; 4) Sistem Pendukung 5) Dampak Instruksional dan dampak pengiring. Berikut merupakan uraian komponen-komponen pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berdasarkan teori Bruce Joyce diatas.

1. Sintaks

Sintaks merupakan urutan langkah pengajaran yang merujuk pada fase-fase atau tahap-tahap yang harus dilakukan oleh guru bila menggunakan model pembelajaran tertentu. Mohammad Jauhar (2011: 87-88) sebagai berikut :

1) Melakukan orientasi siswa terhadap masalah Pada tahap ini dapat berupa

a) Menjelaskan tujuan pembelajaran

b) Menjelaskan kebutuhan logistik (alat dan bahan)yang diperluhkan bagi pemecahan masalah

c) Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih siswa dan guru, maupun yang telah dipih sendiri oleh siswa.

(10)

Pada tahap ini guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan agar relevan dengan penyelesaian masalah.

3) Mendukung investigasi kelompok maupun individual Guru mendorong siswa agar:

a) Mencari informasi yang sesuai melakukan eksperimen b) Mencari penjelasan dan pemecahan masalahnya.

4) Mengembangkan dan menyajiakn artefak dan memamerkannya. Guru membantu siswa :

a) Menyusun perencanaan dan perwujudan artefak yang sesuai dengan tugas yang diberikan seperti laporan, video, model-model serta membantu mereka saling berbagi satu sam lain terkait hasil karyanya. 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah.

Guru membantu siswa :

a) Melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya b) Melakukan refleksi terhadap proses-proses pembelajaran. 2. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi merupakan pola kegiatan yang memberikan gambaran bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan siswa, termasuk bagaimana seharusnya guru memberikan respon terhadap siswa.Dalam prinsip ini merupakan petunjuk bagaimana seharusnya guru menggunakan aturan permainan ynag berlaku pada setiap pembelajaran.

(11)

dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial merupakan pola hubungan guru dengan siswa pada saat terjadinya proses pembelajaran (situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam penggunan metode tertentu).

Dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini kegiatan kelas berorientasi pada pemecahan masalah baik secara individu maupun kelompok. Dalam hal ini siswa difasilitatori guru untuk memecahkan sebuah masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam hal ini peran guru dan siswa sederajat hanya berbeda peran.

4. Sistem Pendukung

Sistem Pendukung merupakan segala sarana, bahan, dan alat yang dibutuhkan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning (PBL) ini sistem pendukung yang dibutuhkan dari segi kondisi fisik seperti papan tulis, alat, dan bahan yang diperluhkan untuk pemecahan masalah. Selain itu guru harus mempersiapkan rancangan pembelajaran berupa RPP , lembar kerja siswa berbasis Problem Based Learning (PBL), panduan penilaian dan lembar evaluasi.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pendukung

(12)

sehari-hari, memilih alat ukur sesuai dengan fungsinya dan mempraktikan penggunaan alat ukur dalam pemecahan masalah.

Dampak pengiring adalah hasil belajar sampingan atau iringan yang dicapai sebagai akibat dari penggunaan model pembelajaran tertentu. Secara umum, dampak pengiring akan timbul dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah siswa cenderung kritis, aktif, kratif, teliti, komunikatif dalam penyampaian hasil kerjanya, sikap menghargai dan kerjasama dalam kelompok.

Gambar 2.1

Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran Problem

(13)

Pada gambar 2.1 terlihat bahan penerapan model Problem Based Learning (PBL) menghasilkan dampak berupa dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional merupakan kemampuan yang harus dikuasai saiswa dengan setelah melalui proses pembelajaran. Dampak instruksional dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) berupa kemampuan siswa dalam memilih alat ukur, kemampuan siswa dalam menggelompokkan alat ukur, kemampuan siswa dalam menggunakan alat ukur, dan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menggunakan alat ukur.

Sedangkan dampak pengiring merupakan hasil sampingan atau iringan yang didapatkan dari penerapan model Problem Based Learning (PBL). Sehingga dampak pengiring dari penerapan model Problem Based Learning (PBL) berupa siswa menjadi lebih aktif, kreatif, kritis, teliti, komunikatif, saling menghargai dan kerjasama.

e. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran

Matematika SD

(14)

model Problem Based Learning (PBL) ini siswa juga dapat memecahkan asalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.1

Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan murid

1.Guru menyampaikan tujuan

3.Siswa ikut serta dalam

kegiatan pembelajaran berkaitan penyelesaian masalah

1.Guru membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

1.Guru mendorong siswa untuk

mencari informasi yang sesuai,

1.Guru membantu siswa dalam

perwujudan laporan hasil kerja yang sesuai dengan tugas yang diberikan berupa laporan tentang pengukuran (panjang, berat dan waktu).

2.Guru membantu siswa saling

berbagi satu sama lainnya

2.Siswa berbagi tugas dengan

kelompknya.

3.Siswa mempresentasikan

(15)

Berdasarkan prosedur pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) yang disajikan pada tabel tersebut bahwa rancangan prosedur pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika telah dilaksanakan sesuai dengan sintaks apabila disertai dengan adanya pengamatan adanya pengamatan tentang kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal-hal yang perlu diamati dalam pelaksanaan prosedur pembelajaran model Problem Based Learning (PBL) agar dapat berjalan dengan baik yaitu:

1. Pada langkah pertama yaitu guru melakukan orientasi siswa terhadap masalah berkaitan dengan materi pembelajaran dengan yang akan diajarkan sehingga pada tahap ini siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan materi pemecahan masalah, kemudian guru menjelaskan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, sedangkan siswa memperhatikan penjelasan tentang alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemecahan sehingga siswa dapat mengeahui alat-alat yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Setelah siswa memperhatikan penjelasan guru tentang alat dan bahan yang dibutuhkan, guru memberikan motivasi terhadap siswa agar ikut serta terlibat dalam pemecahan masalah yang diberikan.

3.Guru membimbing siswa

mempresentasikan hasil kerjanya.

1.Guru membimbing siswa untuk

melakukan refleksi terhadap hasil penyelidikannya

2.Guru membimbing siswa untuk

(16)

proses-2. Pada langkah kedua siswa mendefinisikan masalah dan mengorganisasikan tugas-tugas yang diberikan berkaitan dengan pemecahan masalah serta melakukan eksperimen berdasarkan informasi-informasi telah dikumpulkan oleh siswa sedangkan guru membimbing siswa dalam pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa sehingga pada tahap ini siswa menyususn pemecahan masalah yang akan dilakukan.

3. Pada langkah ketiga guru membimbing siswa dalam membentuk kelompok, setelah itu siswa mendiskusikan tentang pemecahan masalah secara berkelompok dengan informasi – informasi yang didapatkan untuk pemecahan masalah yang diberikan berkaitan dengan materi yang diajarkan serta merumuskan pemecahan masalah yang diberikan. Pada tahap ini guru mengamati kegiatan siswa saat melakukan kerja kelompok dalam memecahkan masalah dan membimbing siswa merumuskan penyelesaian masalah yang diberikan.

4. Pada tahap keempat siswa menyusun dan mengembangkan hasil dari kerja kelompok berupa laporan berdasarkan informasi dan eksperime yang dilakukan, guru membimbing siswa dalam penyusunan laporan yang dilakukan berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan oleh siswa. Setelah siswa selesai menyusun dan mengembangkan laporan guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

(17)

2.1.3 Hasil Belajar Matematika SD

Menurut Ahmad Susanto (2012: 4) belajar merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seeorang dengan sengaja untuk memperoleh konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseoang terjadi perubahan tingkah perilaku yang relative baik dalam berpikir, mersa maupun bertindak.

Menurut Sudjana (2008: 28) menyatakan hasil belajar pada dasarnya adalah akibat dari suatu proses belajar. Menurut Nawani (dalam Susanto, 2012: 5) berpendapat bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Sehingga yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan hasil pencapaian kemampuan siswa dalam mempelajari materi pelajaran yang telah disampaikan.

Menurut Ahmad Susanto (2013: 5) berpendapat hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu hasil belajar dapat diartikan bahwa anak mencapai hasil belajar jika anak telah mencapai tujuan pembelajaran sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku siswa.

Berdasarkan beberapa ahli diatas bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa baik kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan psikomotorik. Sehingga hasil belajar siswa bukan hanya dilihat dari pencapaian hasil belajar tetapi dapat dilihat dari perubahan tingkah laku.

Teknik penilaian merupakan cara untuk mengukur melalui tes maupun non tes yang dijelaskan dalam skor pengukuran maupun dalam bentuk angka.

1) Teknik Tes

Teknik tes merupakan suatu alat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang berupa serangkaian pertanyaan atau soal yang dikerjakan untuk mengukur kemampuan individu maupun kelompok.

(18)

Teknik non tes meliputi observasi langsung dan tidak langsung, angket, wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik tes yang berupa soal-soal tes yang diberikan siswa dengan memberikan jawaban tertulis. Tes tertulis yang digunakan adalah pilihan ganda dan lembar kerja siswa secara berkelompok.

Dari uraian tentang pengukuran hasil belajar yang telah diuraikan diatas maka peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengukur hasil belajar siwa pada mata pelajaran matematika berupa pilihan ganda dalam bentuk pretest dilakukan pada awal pembelajaran setiap siklus dan posttest akhir pembelajaran pada setiap siklus.

2.2Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran Matematika merupakan model pembelajaran yang memusatkan siswa pada masalah sehingga akan lebih kritis dalam memecahkan masalah matematika. Dalam penelitian tentang penggunaanmodel pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagi upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika peneliti menggunakan untuk meneliti beberapa peneliti terdahulu yang juga telah melakukan yaitu.

(19)

meningkat pada siklus 1 menjadi 58, 84% dan pada siklus 2 meningkat menjadi 84,61 %.

Penelitian Ahmad Subbanarrijal (2015) dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika, pada siklus 1 mencapai 77,37% siklua 2 mengalami peningkatan menjadi 85,17 dan pada siklus 3 meningkat menjadi 91,10% telah memenuhi target ketuntasan yaitu 85%.

Penelitian oleh Taurinda Mahardiyanti (2014) menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Matematika dari siklus 1 menjadi 56,67%, pada siklus 2 menjadi 70% pada siklus 3 meningkat 90%. Penelitian oleh Gunantara (2014) menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.Penelitian Putu Diantari (2014) menggunakan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan signifikan pada setiap siklus.

Berdasarkan penelitian relevan yang telah dipaparkan, penelitian ini menggunakan model Problem Based Learning (PBL) digunakan sebagai upaya peningkatan hasil belajar Matematika. Meskipun menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang sama dengan penelitian yang sebelumnya telah dipaparkan terdapat materi dan subjek yang berbeda yang digunakan dalam penelitan ini, materi menggunakan pengukuran panjang berat dan waktu dalam pemecahan masalah, subjek penelitian siswa kelas 3 SD Negeri Gendongan 02 Salatiga.

2.3 Kerangka Pikir

(20)

menjadi aktif. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang dan memuaskan karena berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang digunakan sebagai upaya agar siswa mampu memahami pembelajaran matematika lebih baik.Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang pada dasarnya melatih siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya menjadi lebih bermakna.

Dalam kerangka pikiran ditunjukkan jalannya penelitian agar tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan yang ada maka kerangka pikir ditunjukkan dalam sebuah gambar skema dibawah ini agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas dalam penelitian yangakan dilakukan.

(21)

Gambar 2.2.

Kerangka Pikir Model Pembelajaran Problem Based Learning

Berdasarkan gambar 2.2 pembelajaran dengan menggunakan sintaks model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mampu memberikan dampak instruksional yang terlihat pada hasil belajar siswa berupa kemampuan yang telah dikuasainya, kemampuan tersebut berupa kemampuan siswa dalam memilih alat ukur sesuai fungsinya, kemampuan menggelompokkan alat ukur, kemampuan menggunakan alat ukur dan kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan alat ukur.

Dampak pengiring berupa kemampuan yang didapatkan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penerapan Problem Based Learning (PBL) yaitu siswa menjadi aktif karena pembelajaran berpusat pada siswa sedangkan guru hanya sebagai fasilitator, siswa menjadi kreatif belajar mengorientasi masalah dan mengembangkan hasil dari kerja kelompok dalam bentuk laporan., siswa menjadi kriitis dalam mengidentifikasi masalah yang diberikan. Siswa menjadi lebih teliti mengidentifikasi masalah yang yang akan dipecahkan, siswa dengan berkelompok akan melatih siswa untuk saling menghargai satu sama lain dengan kelompoknya serta siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan berkaitan dengan pemecahan masalah.

2.4Hipotesis Penelitian

Gambar

Dampak Pengiring dan Dampak Instruksional Model Pembelajaran Gambar 2.1 Problem
Tabel 2.1  Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

INSTRUMEN PENTAKSIRAN BERASASKAN SEKOLAH MATEMATIK TAHUN 1. NAMA : ……… Tarikh

 Bit ditransmisikan menggunakan beberapa skema enkoding  Pada setiap interval, frekuensi carrier yang baru dipilih.  Spreading code menggunakan daftar frekuensi

Maklumat tentang perkembangan murid yang diperoleh dari semasa ke semasa melalui penilaian berterusan dapat membantu guru mengambil tindakan susulan yang

Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan, pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui

[r]

Terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dan saat ini antara lain akan di jelaskan sebagai berikut, persamaan penelitian Anees Kazmi and

Ekstraksi pelarut adalah proses partisi yang meliputi pemisahan atau distribusi suatu zat terlarut antara dua fase csir yang tidak saling bercampur

Jika banyaknya pohon pada setiap sisi taman adalah sama, tentukan banyaknya pohon pada setiap sisi taman.. Penanggalan bulan Februari 2015 sangat istimewa, karena