• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru

Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara dengan

ketinggian 30m dpl mulai bulan Mei 2016 sampai Desember 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai adalah lahan sawah yang telah dipilih yaitu lahan

sawah dengan padi jenis Ciherang yang berumur 30 hari. Desa yang

menggunakan burung hantu yaitu Desa Sidodadi Ramunia dan Desa tanpa burung

hantu yaitu Desa Baru. Masing-masing 5 petakan lahan, jarak kedua Desa sekitar

22 Km, kertas kuisioner yang telah diisi beberapa pertanyaan dan pernyataan

sebagai sumber data sekunder yang akan dibagikan kepada anggota kelompok tani

maupun petani yang merupakan responden.

Alat yang dipakai antara lain pacak untuk memberi label petakan lahan,

meteran sebagai alat ukur, timbangan untuk mengukur hasil produksi, kamera

untuk dokumentasi.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei. Metode penentuan daerah

penelitian ditetapkan dengan purposive sampling (sampling dengan maksud dan

tujuan tertentu). Luas persawahan yang diamati masing-masing adalah5000 m2.

Total luas lahan keseluruhan 10.000 m2. Pengambilan sampel untuk

masing-masing desa dilakukan diagonal sampling sehingga terdapat 5 petakan lahan pada

satu areal persawahan. Total petak lahan yaitu 10 petakan. Luas 1 petakan

(2)

Pelaksanaan Penelitian Survei

Survei terhadap serangan tikus sawah dilakukan di lahan sawah rakyat di

Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin dan Desa Baru Kecamatan Batang

Kuis Kabupaten Deli Serdang. Disamping itu juga dilakukan pengisian kuisioner

oleh petani (responden) mengenai persepsi petani terhadap pengendalian tikus

sawah. Pengamatan pengendalian tikus sawah diperoleh dengan cara melihat

langsung areal di lapangan dan melakukan wawancara terhadap petani.

Analisis data

Untuk menganalisis data yang di peroleh, digunakan metode dengan

analisis kuantitatif korelasi.Penelitian ini mencari sebab dan akibat dalam suatu

gejala dan mencari hubungan diantara berbagai faktor.

Variabel yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu dari variabel yang

lain disebut variabel bebas (X). Variabel yang diduga sebagai akibat atau yang

dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya disebut variabel tidak bebas (Y).

Pemeriksaan korelasi antara variabel dan variabel digunakan koefisien korelasi

Rank Spearman`s dan dilakukan uji validitas dan reabilitas angket menggunakan

analisis korelasi pearson dengan menggunakan program SPSS 22.0

Parameter pengamatan

Jumlah sarang tikus aktif (lubang)

Jumlah sarang tikus aktif dihitung dengan mengamati setiap sarang tikus

di pematang sawah, dan menghitung sarang tikus yang aktif. Dilakukan 10 hari

(3)

Persentase serangan (dalam % rumpun / jumlah tanaman )(%)

Persentase serangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Tanaman terserang (rumpun ) T. terserang + T. tidak terserang

Jarak tanam padi 25cm x 25cm, jumlah rumpun padi keseluruhan 3200

rumpun/petak lahan. Dilakukan 2 kali seminggu, interval 3 hari sampai panen.

Produksi panen (Kw/Ha)

Produksi panen diperoleh dari responden setelah panen.

Persepsi Petani terhadap Pengendalian Tikus Sawah Dengan Memanfaatkan Burung Hantu

Diambil dari hasil angket yang diberikan kepada responden yang telah

ditentukan dari masing-masing desa.

Responden untuk angket ini diambil dari petani Dusun Banjarnegoro Desa

Sidodadi Ramunia dan Dusun IV Desa Baru. Untuk Dusun Banjarnegoro terdapat

28 petani padi dan untuk Dusun IV terdapat 32 petani padi.

Sampel responden diambil secara refresentatif dengan Rumus Slovin

(Sugiyono,2007) yaitu sebagai berikut :

n =

Dengan

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = tingkat kesalahan

Berdasarkan rumus tersebut ,dan menggunakan tingkat presesi 90 %

(tingkat kesalahan 10%) maka diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : 1 + Ne2

N

(4)

n =

n = 38

Sehingga terdapat 19 responden untuk masing-masing desa .

Korelasi Antara Jumlah Sarang Tikus Aktif dengan Persentase Serangan

Tikus Sawah

Untuk menganalisis korelasi antara sarang aktif dengan persentase

serangan tikus sawah ditentukan 2 variabel yaitu jumlah sarang aktif sebagai

variabel bebas (x) dan persentase serangan tikus sebagai variabel tidak bebas (y).

Korelasi persepsi petani terhadap produksi panen

Korelasi antara persepsi petani dalam pengendalian tikus sawah dengan

menggunakan burung hantu terhadap produksi panen ditentukan oleh 2 variabel

yaitu persepsi petani dalam pengendalian tikus sawah x dan produksi panen

sebagai variabel tidak bebas y.

Data persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah dengan

menggunakan burung hantu di peroleh dari kuesioner di buat secara kuantitatif .

dengan bobot nilai 1-3 dengan 3 alternatif jawaban, dimana keseluruhan jawaban

terhadap kuisioner diklasifikasikan dalam 3 kategori sebagai berikut:

Keterangan Bobot Nilai

(a) Jawaban A berarti tinggi 3

(b) Jawaban B berarti sedang 2

(c) Jawaban C berarti rendah 1

(Samosir, 2013) 28 + 32

(5)

Koefisien korelasi sederhana dilambangkan (r) adalah suatu ukuran arah

dan kekuatan hubungan linier antara dua variabel bebas (X) dan variabel terikat

(Y), dengan ketentuan nilai r berkisar dari harga (-1≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif sempurna (menyatakan arah hubungan antara X dan Y

adalah negatif dan sangat kuat), r = 0 artinya tidak ada korelasi, r = 1 berarti

korelasinya sangat kuat dengan arah yang positif. Sedangkan arti harga r akan

dikonsultasikan dengan Tabel 1.

Tabel 1.Pedoman tabel interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah 0,20 - 0,399 Rendah 0,40 - 0,599 Sedang 0,60 - 0,799 Kuat 0,80 - 1,000 Sangat kuat (Sumber: Sugiyono, 2007)

(6)

DESKRIPSI WILAYAH Desa Sidodadi Ramunia

Letak geografis dan luas wilayah Desa Sidodadi Ramunia

Desa Sidodadi Ramunia adalah sebuah desa di Kecamatan Beringin

Kabupaten Deli Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 1 km. Jarak ke ibukota

kabupaten/kota ± 5 km. Desa Sidodadi Ramunia merupakan desa yang sebagian

besar lahannya digunakan untuk lahan usahatani, terutama usaha tani padi. Desa

Sidodadi Ramunia mempunyai total luas wilayah sebesar 779 Ha/m². Dengan

rincian sebagai berikut :

Tabel 2. Pembagian Luas Wilayah Desa Sidodadi Ramunia tahun 2015

No Keterangan Luas wilayah

1 Luas Pemukiman 267

2 LuasPersawahan 477

3 Luas Kuburan 3

4 Luas Pekarangan 60

5 Luas Prasaran umum lainnya 22

Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016

Batas-batas desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat padaTabel berikut :

Tabel 3.Batas-Batas Desa Sidodadi Ramunia tahun 2015

No Keterangan Berbatasan

1 Sebelah Utara Desa Karang Anyar

2 sebelah Selatan Desa Kwala namu

3 Sebelah Timur Sungai Ular

4 Sebelah barat Desa Pasar V Kebun Kelapa

(7)

Keadaan Potensi Areal Pertanian

Tabel 4. Keadaan Potensi Areal Pertanian Desa Sidodadi Ramunia Tahun 2015

No Keterangan Luas lahan

1 Sawah Irigasi Teknis 427

2 Tegal/ladang 24,38

3 Pemukiman 265,62

4 Lahan Kering/ Pekarangan 62

Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Keadaan Penduduk

Jumlah Penduduk tahun 2010 di WKPP Sidodadi Ramunia berjumlah

11.521 orang. Mata pencaharian sebagai petani 1.435 orang, dan buruh tani

sebanyak 634 orang, dengan petani pemilik sebanyak 5 orang.

Masyarakat desa Sidodadi Ramunia mayoritasnya adalah sebagai petani

dengan rincian yang dapat dilihat pada Tabel 5berikut :

Tabel 5.Rincian Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2015

No Mata Pencaharian Jumlah (orang)

1 Petani 1.835 2 Buruh Tani 1.405 3 Buruh Migran 53 4 PNS 115 5 Pedagang 100 6 Peternak 32 7 Montir 100 8 Bidan/Perawat 32

9 Asisten Rumah Tangga 190

10 TNI/POLRI 38

11 Pengusaha 144

12 Jasa Pengobatan Alternatif 31

13 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 74

14 Karyawan 263

(8)

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia dapat dilihat

pada tabel 6 :

Tabel 6.Sarana dan Prasarana Pertanian di Desa Sidodadi Ramunia

NO Sarana Jumlah

1 Kios Saprodi Pertanian 3

2 Kilang Padi 3

3 Gapoktan 1

Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016

Tabel 6 menunjukkan bahwa ketersediaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan oleh petani di desa Sidodadi Ramunia cukup memadai dibidang

pertaniannya. Petani di Desa Sidodadi sudah menerapkan pola tanam

Pangan-Pangan-Palawija sejak tahun 2012.

Pengadaan Burung Hantu

Pemanfaatan dan pengembangan tyto alba dalam pengendalian hama tikus

pada areal persawahan dimulai ketika adanya kegiatan pengembangan musuh

alami tikus di areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Deli Serdang oleh

BBP2TP Sumut pada tahun 2012. Lokasi kegiatan tersebut berada di Desa

Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Desa Perkebunan Ramunia, Kecamatan

Pantai Labu, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli

Serdang. Hasil kegiatan ini diantaranya ditemukan sarang alami burung hantu

yaitu di atap gedung Sekolah Dasar di Kecamatan Percut Sei Tuan dan atap

gedung bangunan yang sudah tidak dipakai di Sidodadi Ramunia. Burung hantu

yang ditemukan sedang bertelur ,bahkan ada yang sudah menetas.

Pada tahun 2012 juga ditemukan rubuha yang sudah ditempati di 2 lokasi

(9)

yang dihuni burung hantu berada di atas pohon besar bertempat di belakang

rumah Pak Sutiman dan berjarak sekitar 200m dari areal persawahan sehingga

dilakukan kerja sama dengan BPTPH Sumut, untuk mengembangkan burung

hantu dalam mengendaikan tikus di areal persawahan. Dilakukan penambahan

rubuha, dan pada tahun 2013 rubuha yang ditempati ada 2 buah. Pengembangan

burung hantu di Desa Sidodadi Ramunia dilakukan dengan pemindahan anakan

yang berumur 3-4 bulan agar burung hantu cepat menempati rubuha.

Tahun 2014 dilakukan lagi penambahan rubuhan sebanyak 6 buah. Dan

pada tahun 2015 rubuha yang sudah dihuni ada 5 rubuha. Rubuha ditambahi

sebanyak 3 buah yang dibuat pada tiang rubuha (tidak diatas pohon) dan

dilakukan pembuatan tiang hinggap di tengah sawah yang berguna untuk tempat

hinggap burung hantu saat keluar dari sarang dan mengintai mangsa. Dan pada

tahun 2016 rubuha yang sudah ditempati burung hantu ada 7 rubuha yang

masing-masing dihuni sepasang burung hantu yang telah aktif memangsa.

Desa Baru

Letak geografis dan luas wilayah Desa Baru

Desa Baru adalah sebuah desa di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli

Serdang. Jarak ke ibukota kecamatan ± 3 km. Jarak ke ibukota kabupaten/kota ± 5

km. Luas wilayah Desa Baru 4,32 Km2. Desa Baru merupakan desa yang 40%

lahannya digunakan untuk lahan usaha tani, terutama usaha tani padi.

Desa Baru memiliki suhu rata berkisar 30ºC dengan curah hujan

rata-rata berkisar 200 mm/tahun.Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial dengan

(10)

Desa Baru berada di Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Desa ini terletak 13 km dari Ibukota Kecamatan batang Kuis, 8 km dari Ibukota

Kabupaten Deli Serdang dan sekitar 42 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Secara administratif Desa Baru mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

Tabel 7. Batas-Batas Desa Baru tahun 2015

No. Keterangan Berbatasan

1 Sebelah Utara Desa Paya Gambar

2 Sebelah Selatan Desa Tumpatan Nibung

3 Sebelah Timur Desa Beringin

4 Sebelah Barat Desa Tanjung Sari

Sumber : Kantor kepala Desa tahun 2016 Keadaan Penduduk

Desa Baru memiliki penduduk sejumlah 8.931 jiwa dan 1.408 rumah

tangga, dan untuk Dusun IV terdapat 425 jiwa dengan 114 rumah tangga.

Tata Guna Lahan

Desa Baru mempunyai luas lahan 4,32 Km2. Sebagian besar lahan

digunakan sebagai lahan persawahan. Penggunaan lahan yang paling luas

digunakan adalah untuk pertanian sawah, dan yang selebihnya digunakan untuk

pertanian bukan sawah non pertanian dan pemukiman. Pola tanam yang dilakukan

petani di desa ini adalah menanam padi sepanjang tahun.

Sarana dan Prasarana

Desa Baru juga memiliki beberapa sarana dan prasarana. Untuk lebih

(11)

Tabel 8. Sarana Dan Prasarana Desa Baru 2015

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Kios pupuk dan pestisida 1

2 Kilang padi 1 3 Koperasi 1 4 SD/ Sederajat 2 5 SMP/sederajat 2 6 TK 2 7 Puskesmas Pembantu 1 8 Posyandu 5 9 BKIA 1 10 BPU 1 11 Prasarana Irigasi 2 12 Balai Desa 1

(12)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sarang Tikus Aktif (lubang)

Penggunaan burung hantu dalam mengendalikan tikus sawah

menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan tanpa penggunaan burung hantu.

Tabel 9 menunjukkan jumlah sarang tikus aktif di Desa Sidodadi Ramunia dan

Desa Baru Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 9. Jumlah sarang tikus aktif (lubang)

Waktu Pengamatan

Desa Baru (Tanpa burung hantu)

Sidodadi Ramunia ( Dengan burung hantu)

I II III IV V Total Rataan I II III IV V Total Rataan 20 hst 2 4 3 3 4 16 3,2 0 0 0 0 0 0 0 30 hst 10 12 16 16 18 72 14,4 0 0 0 0 0 0 0 40 hst 12 16 14 18 16 76 15,2 0 0 0 0 0 0 0 50 hst 16 16 12 14 12 70 14 0 0 0 0 0 0 0 60 hst 12 12 13 10 12 59 11,8 0 0 0 0 0 0 0 70 hst 10 10 12 12 10 54 10,8 0 0 0 0 0 0 0 80 hst 8 7 6 8 8 37 7,4 0 0 0 0 0 0 0 90 hst 6 4 4 8 6 28 5,6 0 0 0 0 0 0 0 100 hst 6 4 4 4 3 21 4,2 0 0 0 0 0 0 0

Hasil pengamatan menunjukkan jumlah sarang tikus aktif tertinggi

terdapat di Desa yang tidak menggunakan burung hantu yaitu pada lahan IV (40

hst) dan V (30hst) dengan jumlah sarang tikus aktif 18 lubang (Tabel 9). Data ini

menunjukkan keberhasilan pengendalian tikus sawah menggunakan burung hantu

di Desa Sidodadi Ramunia. Teknik pengendalian menggunakan perangkap yang

dilakukan petani di Desa Baru dinilai sudah tidak efektif dalam mengendalikan

tikus sawah. Menurut literatur Anggara et al, (2008) indera perasa tikus sawah

sangat peka. Ini menyebabkan tikus dapat menilai makanan yang aman dan

(13)

dengan menyentuhkan sensor peraba pada permukaan benda sehingga tikus dapat

menentukan arah dan mengetahui ada tidaknya rintangan.

Jumlah sarang tikus aktif tertinggi di Desa Baru didapati pada saat

tanaman berumur 40hst yakni sebanyak 76hst dan berkurang 6 lubang pada 50hst.

Perubahan jumlah sarang tikus aktif ini menunjukkan bahwa umur tanaman padi

berpengaruh terhadap serangan tikus sawah. Berdasarkan penelitian Sudarmaji

(2007) dinyatakan bahwa tingkat hunian tikus bervariasi tergantung kondisi

lingkungan dan tidak semua sarang dihuni (aktif). Pada periode kekurangan

pakan, sarang tikus akan ditinggalkan. Pada kondisi ketersediaan pakan padi yang

melimpah, populasi tikus sawah akan meningkat. Hal ini disebabkan kecepatan

kelahiran yang meningkat dengan ketersediaan pakan padi.

Jumlah sarang tikus aktif terendah terdapat di Desa Sidodadi Ramunia

yaitu 0 lubang. Data tersebut menunjukkan bahwa teknik pengendalian tikus

sawah di Desa ini telah berhasil menekan populasi tikus yang ditandai dengan

tidak ditemukannya sarang tikus aktif di lahan pengamatan. Pengendalian dengan

manipulasi habitat yaitu membentuk pematang sawah dengan ukuran tinggi 15cm

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 Jum la h s a ra n g t ikus a kt if (l ub a n g) Lahan Pengamatan Desa Baru Sidodadi Ramunia

(14)

dan lebar 20cm ternyata menyebabkan pematang sawah tersebut kurang disenangi

tikus sawah untuk membangun sarang. Lam pada tahun 1983 menyebutkan

bahwa tikus sawah pada umumnya menyukai habitat pematang sawah yang tinggi

dan lebar. Pematang sawah yang dianjurkan dibuat rendah kira-kira tinggi kurang

dari 30 cm, agar pematang tersebut tidak digunakan tikus bersarang dan

berkembangbiak. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sudarmaji, 2007) yang

menjelaskan bahwa sanitasi dan manipulasi habitat akan menyebabkan tikus

kehilangan tempat persembunyian sehingga secara tidak langsung menurunkan

populasi tikus di daerah tersebut

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Jum la h s a ra n g t ikus a kt if (l ub a n g) Waktu pengamatan (hst) 1 2 3 4 5

(15)

Persentase serangan (% )

Persentase serangan tikus sawah di lahan penelitian dilihat dari jumlah

rumpun padi yang terserang tikus sawah. Persentase serangan tikus sawah di

Desa Baru lebih tinggi dibandingkan di Desa Sidodadi Ramunia (tabel 10).

Tabel 10. Persentase serangan tikus sawah di Deli Serdang (%)

Waktu Pengamatan

Desa Baru (Tanpa burung hantu)

Desa Sidoadi Ramunia ( Dengan burung hantu)

I II III IV V Total

Rata-

rata I II III IV V Total Rata Rata 20 hst 0,69 1,50 0,97 1,31 1,19 5,66 1,13 0 0 0 0 0 0 0 30 hst 3,78 4,44 4,50 6,81 7,16 26,69 5,34 0 0 0 0 0 0 0 40 hst 3,81 5,81 5,38 8,00 6,81 29,81 5,9 0 0 0 0 0 0 0 50 hst 3,56 3,78 3,50 4,50 5,53 20,88 4,18 0 0 0 0 0 0 0 60 hst 2,84 2,75 2,44 3,06 3,19 14,28 2,86 0 0 0 0 0 0 0 70 hst 1,72 1,44 1,31 1,91 2,25 8,63 1,73 0 0 0 0 0 0 0 80 hst 0,44 0,44 0,38 0,25 0,88 2,59 0,52 0 0 0 0 0 0 0 90 hst 0,31 0,13 0,13 0,06 0,25 0,88 0,18 0 0 0 0 0 0 0 100 hst 0,19 0,13 0,13 0,19 0,25 0,88 0,18 0 0 0 0 0 0 0 Total 17,3 20,4 18,7 27,5 26,3 0 0 0 0 0

Persentase serangan tikus sawah di Desa Baru bearada dalam kategori

ringan sampai sedang. Serangan sedang terjadi di Lahan 4 dan 5 yaitu 27,5 %,

dan 26,3% kemudian lahan 1, 2, 3, berada dalam kategori ringan yakni < 25%.

Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam Pertemuan

Koordinasi Percepatan Data UPSUS Tanaman Pangan Tahun 2015, menyatakan

kriteria serangan hama yaitu serangan ringan jika ≤ 25%, serangan s edang jika >25 - ≤ 50% dan serangan berat >50% - ≤ 85% dan puso jika > 85%.

Persentase serangan tikus di Desa Baru (tabel 4) tertinggi terjadi pada saat

padi berumur 40 hst (fase bunting-matang susu) dengan persentase serangan

29,81% dan terendah pada saat berumur 90-100 hari yaitu 0,18%. Data ini

(16)

Rochman & Toto (1976) menyebutkan bahwa ternyata tikus sawah lebih suka

menyerang tanaman padi yang sedang bunting, sehingga pada umumnya padi

stadium bunting akan mengalami kerusakan yang paling tinggi. Solikhin dan

Purnomo (2008) pada saat primordial kemungkinan tanaman padi mengeluarkan

senyawa-senyawa tertentu, misalnya senyawa yang mudah menguap atau berupa

gas (volatil) yang disukai tikus sawah.

Persentase serangan tikus sawah terendah terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 0%. Data tersebut menunjukkan keberhasi;an teknik pengendalian tikus sawah yang dilakukan oleh petani di Desa Sidodadi Ramunia diantaranya pemanfaatan burung hantu dan manipulasi habittat. Pemanfaatan burung hantu yang dilaksanakan di areal perkebunan kelapa sawit mampu menekan serangan tikus dari 20 – 30% menjadi 5% (Erik,2008) dan menjadi alternatif yang berkesinambungan yang mampu

mengendalikan tikus sawah hingga di batas ambang ekonomi (kerusakan buah

digigit <5%) (Rajagukguk, 2014) 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 1 2 3 4 5 Pe rse n ta se se ra n ga n t ikus ( % ) Lahan pengamatan Desa Baru Sidodadi Ramunia

(17)

Produksi Panen (Kw/Ha)

Produksi panen responden dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Produksi Panen Resonden

Responden

Produksi Panen

Total Rata-rata Sidodadi Desa Baru

1 56.16 36.12 92.28 46.14 2 56.28 35.25 91.53 45.765 3 47.13 38.21 85.34 42.67 4 54.22 31.18 85.4 42.7 5 53.11 31.77 84.88 42.44 6 57.14 38.06 95.2 47.6 7 51.15 33.29 84.44 42.22 8 50.07 39.22 89.29 44.645 9 52.08 37.3 89.38 44.69 10 51.87 37.41 89.28 44.64 11 53.44 41.01 94.45 47.225 12 53.25 38.23 91.48 45.74 13 56.92 38.03 94.95 47.475 14 53.22 37.52 90.74 45.37 15 53.46 36.04 89.5 44.75 16 54 33.81 87.81 43.905 17 49.07 35.15 84.22 42.11 18 48.86 35.07 83.93 41.965 19 50.21 36.11 86.32 43.16 Total 1001.64 688.78 1690.42 845.21 Rataan 52.71789 36.25 88.96 44.48 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Pe rse nt ase se ra n ga n (%) Waktu Pengamatan (hst) 1 2 3 4 5

(18)

Hasil pengamatan produksi padi di Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Baru

dapat dilihat pada tabel. Produksi tertinggi terdapat di Desa Sidodadi Ramunia

yaitu 57,14Kw/Ha dan produksi terendah terdapat di Desa Baru yaitu

31,18Kw/Ha. Hal ini dikarenakan adanya tingkat serangan tikus sawah yang

berbeda pada masing-masing Desa dan perbedaan teknik pengendalian yang

dilakukan petani. Serangan tikus sawah dapat menurunkan produksi padi. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Kementerian Pertanian (2013) yang menyatakan bahwa

Indonesia kehilangan hasil produksi padi akibat serangan tikus sawah

diperkirakan dapat mencapai 200.000 – 300.000 ton per tahun. Usaha

pengendalian yang intensif sering terlambat, karena baru dilaksanakan setelah

terjadi kerusakan yang luas dan berat. Oleh karena itu, usaha pengendalian tikus

sawah perlu memperhatikan perilaku dan habitatnya, sehingga dapat mencapai

sasaran. Tinggi rendahnya tingkat kerusakan tergantung pada stadium tanaman

dan tinggi rendahnya populasi tikus sawah yang ada.

0 10 20 30 40 50 60 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 P r o du k si pan e n ( K w/ H a) Responden Sidodadi Desa Baru

(19)

Persepsi Petani terhadap Pengendalian Tikus Sawah Dengan Memanfaatkan Burung Hantu

Survei menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia 100% responden

telah mengetahui pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu

sedangkan di Desa Baru hanya 31% responden yang mengetahui pengendalian

tikus sawah dengan menggunakan burung hantu 31% kurang mengetahui dan 38%

tidak mengetahui (Lampiran 1).

Survei menunjukkan bahwa di Desa Sidodadi Ramunia 63% responden

mengetahui pengendalian tikus sawah dengan menggunakan burung hantu dari

pelatihan yang pernah dilakukan di Desa tersebut oleh (BPTPH) Medan dan

BBP2TP Medan, 25 % mengetahui dari PPL setempat dan 12% mengetahui dari

tetangga maupun kerabat sedangkan di Desa Baru 10 % responden yang

mengetahui dan kurang mengetahui mendapat informasi dari pelatihan, 20 % dari

PPL dan 60 % dari tetangga maupun kerabat (Lampiran 1 ).

Survei menunjukkan bahwa peran penyuluh maupun lembaga pendukung

di bidang pertanian seperti GAPOKTAN sangat penting untuk petani, hal ini

disebabkan masih rendahnya tingkat pendidikan petani, hampir 66 % responden di

Desa Baru hanya tamat SMP /SLTA Sederajat sehingga penyuluh pertanian

maupun GAPOKTAN merupakan sumber informasi yang paling dikenal petani.

Sismanto (1994) memaparkan bahwa kelompok tani merupakan kelompok belajar

yang bertujuan untuk saling bertukar informasi serta berbagi pengalaman tentang

berbagai kemajuan di bidang pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi

dialog dan diskusi antar anggota kelompok menyangkut hal-hal yang berkaitan

(20)

Korelasi Jumlah Sarang Aktif dengan Persentase Serangan Tikus Sawah

Korelasi jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah

didasarkan pada hipotesis operasional sebagai berikut

Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sarang tikus aktif dengan

persentase serangan tikus sawah

Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah sarang tikus aktif

dengan persentase serangan tikus sawah

Untuk mengetahui korelasi antara julah sarang tikus aktif dengan

persentase serangan tikus sawah dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 12. Analisis korelasi jumlah sarang tikus aktif dengan persentase serangan tikus sawah

Hubungan antar variabel Korelasi Nilai

Jumlah sarang tikus aktif (x) dengan persentase serangan (y) Rxy 0,917**

Korelasi signifikan pada taraf 0,01

Jumlah sarang tikus aktif (x) bersifat signifikan terhadap persentase

serangan tikus sawah (y) dengan koefisien korelasi adalah 0, 917 (Ha diterima dan

Ho ditolak) dengan tingkat korelasi sangat kuat. Pada pengamatan dapat diketahui

bahwa tinggi rendahnya jumlah sarang tikus aktif diikuti dengan tinggi rendahnya

tingkat persentase serangan tikus sawah. Hal ini disebabkan oleh sifat alami tikus

yang memilih habitat yang memberikan perlindungan dan aman dari gangguan

predator serta dekat dengan sumber pakan dan air . Soedarmaji (2007) yang

mengatakan bahwa sarang tikus berfungsi sebagai tempat berlindung, memelihara

anak dan menimbun pakan. Pada stadium fase vegetatif ,konstruksi sarang masih

dangkal , pendek dan belum banyak cabang. Setelah pertumbuhan tanaman padi

(21)

Korelasi Persepsi Petani Terhadap Produksi Panen

Untuk mengetahui hubungan persepsi petani dalam pengendalian tikus

sawah terhadap produksi panen dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Analisis korelasi persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah dengan produksi panen

Hubungan antar variabel Korelasi Nilai

Jumlah persepsi petani (x) dengan produksi panen (y) Rxy 0,810**

Korelasi signifikan pada taraf 0,01 %

Persepsi petani dalam mengendalikan tikus sawah (x) bersifat signifikan

terhadap produksi panen (y) dengan koefisien korelasi adalah 0,810 (korelasi kuat)

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (Tabel 13). Pada pengamatan dapat

diketahui bahwa pemahaman pengendalian tikus sawah diikuti dengan tinggi

rendahnya produksi.

Persepsi petani terhadap pengendalian organisme pengganggu tanaman

(termasuk tikus sawah) mempengaruhi produktivitas lahan petani. Dengan tingkat

kesadaran ramah lingkungan yang petani terapkan , misalnya pengguanaan musuh

alami dan penekanan pemakaian pestisida, meningkatkan produksi lahan karena

mengurangi residu pestisida lahan, sedangkan persepsi penaganan OPT dengan

penggunaan pestisida akan mengakibatkan penurunan produktivitas lahan petani

akibat residu yang ditimbulkan.

Dari pengamatan di Desa Sidodadi Ramunia tingkat keberhasilan

penggunaan burung hantu dianggap efektif karena berhasil menekan populasi

tikus sawah. Hal ini dilihat dari data sekunder pengamat di Desa Sidodadi

Ramunia pada tahun 2010 dari 328 Ha areal persawahan yang ditanami padi

(22)

ringan sampai dengan sedang, sedangkan pada tahun 2011 jumlah lahan yang

terserang hama tikus naik menjadi 9,6 Ha dengan intensitas ringan sampai dengan

berat. Pada tahun 2012, tanaman padi yang terserang hama tikus mencapai 11,2

Ha pada intensitas ringan sampai dengan sedang. Tingginya serangan hama yang

mengakibatkan kerugian besar bagi petani tersebut mendorong penyuluh dari

BPTPH SUMUT untuk melakukan pengenalan program pengendalian tikus

menggunakan musuh alami burung hantu Menurut Widodo (2000), hasil

penelitian menunjukkan bahwa kotoran burung hantu Tyto alba 99% adalah jenis

tikus, sedangkan yang 1% adalah serangga.

Keberhasilan pemanfaatan burung hantu ini didukung oleh persepsi dan

perilaku petani dalam mengendalikan tikus sawah, yang pada umumnya

merupakan anggota dari kelompok tani. Sehingga penyuluh di Desa ini

memanfaatkan Kelompok tani tersebut sebagai sarana dalam pengenalan dan

pengembangan burung hantu. Seperti yang dinyatakan oleh Sismanto (1994),

kelompok tani merupakan kelompok belajar yang bertujuan untuk saling bertukar

informasi serta berbagi pengalaman tentang berbagai kemajuan di bidang

pertanian. Dalam kelompok tersebut biasanya terjadi dialog dan diskusi antar

anggota kelompok menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan yang

mendukung usaha pertanian. Peran kelompok sendiri dibagi menjadi unit belajar,

unit kerjasama, unit produksi, dan unit bisnis. Dengan melihat peranan kelompok

tani, maka prospek, perkembangan, dan keberhasilan program pengendalian

hama tikus menggunakan burung hantu sebagai musuh alami akan sangat

(23)

Peranan kelompok tani yang merupakan wadah bagi petani untuk saling

berbagi pengalaman, bertukar informasi, teknologi serta inovasi di bidang

pertanian akan mepengaruhi keberhasilan kegiatan-kegiatan yang diprogramkan.

Dalam pengembangan program pengendalian hama tikus menggunakan burung

hantu di Desa Sidodadi Ramunia, sudah mulai muncul kesadaran masyarakat

petani akan keunggulan burung hantu dalam mengatasi hama tikus. Hal ini

terlihat dari ketua kelompok tani maupun perangkat desa yang mulai mencari

informasi dan mengajukan proposal-proposal untuk memperoleh bantuan

karantina, rubuha, maupun burung hantu kepada Dinas Pertanian. Semangat

yang dimiliki pemerintah desa maupun pengurus kelompok tani menjadikan

anggota kelompok tani terlibat dan berpartisipasi secara aktif dalam pelaksanaan

kegiatan, hal ini terlihat dari kerjasama, koordinasi, serta peranan kelompok tani

(24)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sarang tikus aktif terbanyak terdapat di Desa Baru dengan jumlah 18

sarang aktif dan terendah di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 0 sarang aktif.

2. Persentase serangan tikus tertinggi terjadi di Desa Baru pada berumur

40hst dengan persentase serangan 29,81%

3. Produksi tertinggi terdapat di Desa Sidodadi Ramunia yaitu 57,14 Kw/Ha

dan produksi terendah terdapat di Desa Baru yaitu 31,18 Kw/Ha..

4. Di Desa Sidodadi Ramunia pengendalian tikus sawah dengan

menggunakan burung hantu telah diketahui oleh seluruh responden

sedangkan di Desa Baru hanya 31% yang mengetahui , 31% kurang

mengetahui dan 38% tidak mengetahui

5. Jumlah sarang tikus aktif memiliki korelasi searah yang kuat dengan

intensitas serangan tikus sawah dengan nilai 0, 917

6. Persepsi petani terhadap pengendalian tikus sawah memiliki korelasi

searah yang kuat dengan produksi panen dengan nilai 0,810

Saran

Sebaiknya dilakukan pengamatan serangan tikus sawah di lahan yang

masih kurang dari 1 tahun menggunakan burung hantu dalam mengendalikan

Gambar

Gambar 5. Histogram jumlah sarang tikus  aktif di Deli serdang
Gambar 6. Histogram jumlah sarang tikus  aktif di Desa Baru
Gambar 7. Histogram persentase serangan tikus sawah (%)
Gambar 8. Histogram  intensitas serangan tikus sawah (%) di Desa  Baru
+3

Referensi

Dokumen terkait

“kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang ”. 11

Konseptual Materi Teorema Phytagoras Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa. di Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Kota Blitar Tahun

Rafiloza menambahkan Galuik Balam dalam konteks pertunjukan ini adalah estetika yang melekat dalam realitas, dendang Balam-balam, ritual anak balam menjadi materi dalam

Pemahaman merupakan proses pengetahuan yang dimiliki atau pada.. diri

1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pertanggungjawaban pidana anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi. Untuk mengetahui upaya anggota militer yang

Strategi pemberdayaan masyarakat untuk kesejahteraan keluarga melalui program PKK di Kampung Demangan RW 05 meliputi sosialisasi yang dilakukan dengan tujuan untuk

Prioritas strategi yang dihasilkan dari matriks QSPM dengan nilai STAS tertinggi yaitu meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia dan kualitas manajerial dalam

Dinas Daerah Tipe A can Tlpe B ditentukan berdasarkan perhitungan nilai variabei beban kerja yang terdiri dari variabel faktor umum dan variabel faktor teknis pada