• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PD 1404529 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PD 1404529 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Edya Kresna Annizar, 2016

DESAIN DIDAKTIS PADA KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada Bab V ini akan dikemukakan simpulan, implikasi dan rekomendasi

berdasarkan temuan dan pembahasan.

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

diperoleh simpulan sebagai berikut ini:

1. Desain didaktis hipotetik dalam penelitian ini didasarkan pada hambatan

belajar pada konsep luas daerah trapesium. Dari hasil studi awal, hambatan

yang ditemukan menunjukkan adanya hambatan ontogeni (ontogenical

obstacles), hambatan didaktis (didactical obstacles), dan hambatan

epistemologis (epistemological obstacles). Hambatan ontogeni dan hambatan

didaktis dideteksi dari hasil analisis terhadap perangkat pembelajaran yang

biasa digunakan guru, buku paket pelajaran matematika, dan wawancara

terhadap guru kelas. Hasilnya menunjukkan bahwa Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) tentang trapesium yang biasa digunakan tidak terperinci,

dan tidak mengantisipasi prediksi respon peserta didik. LKS tidak sesuai

dengan kebutuhan peserta didik dan buku paket tidak dianalisis terlebih

dahulu. Adapun hambatan epistemologis diperoleh dari hasil jawaban siswa

pada soal studi awal. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa kesulitan

mengidentifikasi bentuk-bentuk trapesium yang posisinya tidak biasa, terutama

unsur kesejajaran dan tingginya.

2. Implementasi dilaksanakan setelah desain didaktis hipotetik disusun. Respon

siswa yang diprediksi sebelum pembelajaran ternyata muncul secara beragam,

ada yang sesuai prediksi ada pula yang muncul di luar prediksi. Kesenjangan

tersebut dibandingkan dengan hasil analisis metapedadidaktik sehingga proses

pembelajaran berlangsung dinamis yang ditandai dengan terintegrasinya antara

hubungan guru dengan siswa dan materi ajar kemudian hasilnya dijadikan

rekomendasi dalam desain didaktis empirik. Situasi belajar yang tercipta

(2)

90

Edya Kresna Annizar, 2016

DESAIN DIDAKTIS PADA KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar konstruktivisme, teori belajar Van Hiele, teori situasi didaktis, dan teori

abstraksi.

3. Desain didaktis empirik yang tercipta merupakan hasil modifikasi dari desain

didaktis hipotetik. Hasilnya terdapat beberapa perubahan pada lesson design

kesatu, yaitu: sebelum belajar trapesium siswa harus betul-betul bisa

membedakan antara konsep bangun ruang dengan bangun datar dan menguasai

cara menghitung luas persegi panjang serta segitiga, situasi belajar harus dapat

membedakan trapesium dengan bangun datar lainnya atau menghubungkannya

(level abstraksi Van Hiele). Pada lesson design kedua, semua situasi belajar

dipertahankan karena sudah sesuai dengan prediksi awal. Pada lesson design

ketiga, situasi belajar ditambah satu dan prediksi respon ditambah satu.

Pemberian instruksi harus jelas pada setiap langkah kegiatan, dan siswa harus

sudah menguasai teknik berhitung sebelum mencari luas trapesium.

Berdasarkan analisis retrosfektif, desain didaktis ini tidak tertutup

kemungkinan masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, berikut ini penulis

mengajukan beberapa implikasi terkait dengan pengembangan desain didaktis luas

daerah trapesium. Adapun implikasi dari temuan ini mencakup dua hal, yakni

implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berhubungan dengan

kontribusinya bagi perkembangan teori. Sedangkan implikasi praktis berkaitan

dengan kontribusinya terhadap penguatan pelaksanaan di lapangan.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan model desain

didaktis berdasarkan implementasi dan keterkaitan antar beberapa teori

pendukung yaitu: teori konstruktivis, teori situasi, teori abstraksi, dan teori Van

Hiele. Selain itu desain didaktis ini menambah khazanah penelitian pendidikan

di Indonesia sehingga ke depannya bisa lebih berkembang lagi.

2. Implikasi Praktis

Implikasi praktis desain didaktis pada konsep luas daerah trapesium ini berlaku

bagi pelaksana pendidikan dan peneliti selanjutnya. Pertama, dapat dijadikan

(3)

91

Edya Kresna Annizar, 2016

DESAIN DIDAKTIS PADA KONSEP LUAS DAERAH TRAPESIUM UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

luas daerah trapesium. Kedua, desain didaktis ini dapat dijadikan acuan dalam

penyusunan penelitian yang relevan dan dapat dikembangkan lebih lanjut oleh

peneliti berikutnya, bahkan pada konsep atau mata pelajaran lainnya. Untuk itu

perlu adanya upaya yang harus dilakukan oleh instansi terkait di antaranya

dengan memfasilitasi guru dalam melaksanakan penelitian desain didaktis.

C. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan dan implikasi, dapat direkomendasikan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Rekomendasi untuk penerapan dan pengembangan model desain didaktis pada

luas trapesium.

Pertama, desain didaktis yang disusun hendaknya mempertimbangkan lintasan

belajar siswa (learning trajectory) dan guru harus mampu menciptakan

suasana belajar yang kondusif sehingga kesulitan belajar siswa menjadi

teratasi. Kedua, Pengembangan desain didaktis pembelajaran harus

memperhatikan karakteristik dan kemampuan siswa sekolah dasar agar materi

ajar dapat tersampaikan dengan optimal. Siswa harus menguasai konsep

prasyarat dan betul-betul bisa membedakan antara konsep bangun ruang

dengan bangun datar serta menguasai cara menghitung luas persegi panjang

serta segitiga, situasi belajar harus dapat membedakan trapesium dengan

bangun datar lainnya atau menghubungkannya.

2. Rekomendasi bagi penelitian lanjutan

Penelitian ini tentu masih banyak keterbatasannya, banyak hal yang belum

dieksplor lebih mendalam seperti repersonalisasi terhadap trapesium dan

sebagainya sehingga hasilnya belum optimal. Dengan demikian tidak tertutup

kemungkinan untuk dikembangkan lebih lanjut agar dihasilkan desain didaktis

yang lebih komprehensif. Desain didaktis empirik yang sudah tersusun

sebaiknya diterapkan dan dikembangkan pada sekolah yang berbeda agar

hasilnya lebih baik dan lebih teruji.

3. Rekomendasi bagi pemangku kebijakan

Bagi Dinas Pendidikan atau Instansi terkait dapat menjadikan penelitian desain

Referensi

Dokumen terkait

posisi fitur pada wajah seperti mata, hidung, dan mulut sehingga peran dari blok pre- processing cukup vital dalam sistem pengenalan wajah yang telah dibuat,

Hasil uji statistik 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan signifikan antara pretest tingkat kelelahan mata sebelum dilakukan senam mata dan post test 4 tingkat kelelahan

Keputusan hakim yang menyatakan seseorang bersalah atas perbuatan pidana yang dimaksud dalam pasal 13, menentukan pula perintah terhadap yang bersalah untuk

Berdasarkan Tabel 3, dike- tahui bahwa rata-rata persentase pencapaian indikator kemampuan awal komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi

Berdasarkan Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : 06/ PRC.GD/ POKJA-PA.NTN/ I / 2015 tanggal 10 Januari 2015, Paket Pekerjaan Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor Tahap I dengan

Pembelajaran mikro ( micro teaching ) adalah salah satu pendekatan atau cara untuk melatih penampilan mengajar yang dilakukan secara “ micro ” atau disederhanakan. Penyederhanaan

Selanjutnya pada Independent Sample Test menunjukkan bahwa H0 ditolak, yaitu terdapat perbedaan akurasi antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan

Tubektomi (Metode Operasi Wanita/ MOW) adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba