MODUL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I
(PSI 201)
MODUL 1
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I
DISUSUN OLEH
ADRIATIK IVANTI, M.PSI, PSI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA
PERTEMUAN 1
CIRI KHAS PSIKOLOGI PERKEMBANGAN I
A. Pengantar Psikologi Perkembangan I
A.1. Definisi
Psikologi Perkembangan merupakan cabang dari ilmu Psikologi yang mempelajari
perubahan tingkah laku dan proses mental individu sepanjang hidupnya dari konsepsi
sampai kematian. Definisi lainnya adalah bagian dari Psikologi yang menyelidiki
pertumbuhan, kematangan, dan proses penuaan manusia serta kepribadiannya, termasuk di
dalamnya perkembangan kognitif, sosial, dan fungsi lainnya sepanjang rentang hidupnya.
Psikologi perkembangan menitikberatkan pada kapan dan bagaimana individu berubah
sepanjang hidupnya. Ilmu tersebut juga mempelajari individu dari segala usia dengan
harapan dapat mengerti kapan dan bagaimana fungsi fisik, mental, dan sosial dapat berubah
dan berinteraksi di sepanjang hidupnya (Santrock, 2011).
A.2. Manfaat Mempelajari Psikologi Perkembangan
1. Memudahkan kita ketika berhubungan/berinteraksi dengan setiap individu di
tahapan-tahapan yang berbeda
2. Sumber informasi menyeluruh mengenai diri sendiri dan diri orang lain. Dengan
mempelajari psikologi perkembangan, individu menjadil lebih mengetahui siapa
dirinya, mengapa dirinya menjadi seperti sekarang, dan seperti apa masa depan
mempengaruhi kehidupan individu saat ini
3. Individu dapat mengetahui tahun-tahun yang mempengaruhi kehidupan saat ini dan
A.3. Ciri Khas Psikologi Perkembangan
Prinsip perkembangan manusia memiliki dua hal, yaitu growth (pertumbuhan) dan
maturity (kematangan). Pertumbuhan adalah peningkatan kuantitatif dalam ukuran/kondisi
biologis secaraara konkrit, sehingga waktu dan tingkatannya tidak fleksibel. Contohnya berat
badan, tinggi badan, dan volume otak. Sedangkan, kematangan adalah perkembangan sel
organ tubuh sampai dapat sepenuhnya digunakan/berfungsi. Hal ini berkaitan erat dengan
kematangan saraf-saraf otak. Contoh yang berkaitan dengan kematangan adalah
keterampilan motorik, kemampuan berbahasa, kemampuan membaca, kemampuan berjalan,
dan lain lain.
Dalam proses perkembangan memang terdapat perbedaan antara konsep learning
(belajar) dan maturation (kematangan). Bila menilik definisi belajar adalah perubahan tingkah
laku yang relatif permanen sebagai hasil dari pengalaman/lingkungan. Proses belajar ini
sangat erat hubungannya dengan kematangan sel-sel. Bila sel belum matang maka proses
belajar belum dapat terjadi.
Dengan demikian kematangan memang membatasi perkembangan. Hal ini terjadi
karena terdapat batasan dalam warisan keturunan, perkembangan seorang anak tidak dapat
mencapai lebih dari titik yang ditentukan, walaupun ditunjang dengan proses belajar.
Berdasarkan uraian di atas untuk menentukan apakah suatu proses merupakan
perkembangan atau bukan, harus melibatkan empat hal sebagai bahan penilaian, yaitu:
1. Apakah proses yang terjadi memiliki tahapan yang pasti
2. Apakah proses tersebut bertahan lama
3. Apakah proses tersebut memproduksi sesuatu yang baru atau relatif baru secaraara
kualitatif
4. Apakah proses tersebut mendapatkan hasil yang lebih superior daripada sebelumnya
Bila jawaban di atas ya maka dapat ditentukan bahwa proses yang terjadi merupakan
A.4. Hal-hal yang berkembang dari kehidupan manusia.
Adapun hal-hal yang berkembang dari manusia adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Fisik, yang termasuk dalam karakteristik fisik adalah tinggi badan, berat
badan, ukuran dan pengorganisasian otak, dan kemampuan motorik.
2. Kapasitas Intelektual, termasuk didalamnya adalah kemampuan memori,
kemampuan bahasa dan komunikasi, kemampuan bernalar, serta bagaimana
pengetahuan diperoleh.
3. Kapasitas Sosial-Emosional, pada bagian ini yang disoroti oleh psikologi
perkembangan adalah perkembangan hubungan dengan orang lain, perkembangan
kepribadian, dan perkembangan emosi serta afeksi.
A.5. Isu-isu dalam Perkembangan
1. Nature vs nurture
Berdasarkan sorotan dari nature diuraikan bahwa perkembangan manusia itu
mengikuti aturan yang sudah ada. Evolusi Genetik memproduksi persamaan dalam
pertumbuhan dan perkembangan sehingga setiap pertumbuhan dan perkembangan yang
terjadi sudah terprogram. Dengan perkataan lain, setiap pertumbuhan dan
perkembangan tersebut merupakan warisan genetik.
Sedangkan sorotan dari nurture diuraikan bahwa perkembangan manusia
dipengaruhi oleh lingkungan biologi individu seperti nutrisi, gizi, dan perawatan
kesehatan sampai dengan linkungan sosial seperti keluarga, teman sebaya, komunitas,
sekolah, media, dan budaya.
2. Stability vs change
Isu ini membicarakan tentang apakah early traits/characteristic sifatnya menetap atau
3. Continuity vs discontinuity
Membahas apakah perkembangan itu merupakan perubahan yang
gradual/cumulative atau melewati tahapan yang terpisah
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui definisi, ciri khas, dan isu-isu yang berkaitan dengan perkembangan
manusia.
C. Hasil Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan ciri khas dari sejarah perkembangan manusia
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi proses, periode, dan isu dalam psikologi
perkembangan.
D. Kegiatan Belajar
1. Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok belajar dan membaca singkat bab 1,
yang dipandu dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Mengapa kalian penting mempelajari psikologi perkembangan? Apa saja manfaat
kalian mempelajari psikologi perkembangan dalam kehidupan sehari-hari?
Jelaskan area-area apa saja yang dipelajari pada psikologi perkembangan
Jelaskan isu-isu apa saja yang dibahas dalam psikologi perkembangan?
Jelaskan penelitian-penelitian yang digunakan dalam psikologi perkembangan
2. Dosen membahas hasil diskusi kelompok mahasiswa
3. Dosen memberikan kuliah khusus yang berkaitan dengan tugas yang sudah dikerjakan.
TUGAS UNTUK PERTEMUAN KE-2
PERTEMUAN 2
1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 3-4 kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendapatkan beberapa topik bacaan yang harus dipresentasikan pada pertemuan ke-2
3. Masing-masing kelompok mahasiswa membuat PPT untuk digunakan presentasi 4. Tugas dikumpulkan di pertemuan ke-2.
5. Topik-topik yang harus dibaca adalah sebagai berikut: Theories Of Development
a. Freud’s psychosexual theory f. Skinner’s operant conditioning
b. Erikson’s psychosocial theory g. Bandura’s social cognitive theory
c. Piaget’s cognitive developmental theory h. Ethological theory
PERTEMUAN 2
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN MANUSIA
A. Teori-teori perkembangan manusia
A.1. Sigmund Freud
Karya Freud dikritik karena kurangnya bukti substansial. Freud menganggap naluri
seksual dasar sebagai kekuatan pendorong di belakang hampir semua perilaku. Freud
menganggap perkembangan kepribadian sebagai keseimbangan antara Id, Ego dan
superego. Id berusaha untuk kepuasan realistis keinginan dasar, superego berusaha untuk
tanggung jawab moral realistis dan hati nurani sementara Ego bertindak untuk berkompromi
dua kekuatan yang bertentangan.
Terdapat banyak aspek yang belum terbukti untuk karya Freud, misalnya Freud
berteori bahwa karakteristik seperti kedermawanan atau posesif berhubungan dengan faktor
kanak-kanak seperti sikap orangtua untuk toilet training. Freud percaya bahwa kepribadian
terbentuk pada beberapa tahun pertama kehidupan seorang anak.
Titik perkembangan bertolak dari deal yang dilakukan oleh anak untuk mengatasi
konflik yang tidak disadari dengan dorongan biologis dan tuntutan dari lingkungan yang ada.
Kondisi ini dikenal sebagai perkembangan psikoseksual. Perkembangan psikoseksual
diuraikan sebagai berpindahnya kenyamanan/kesenangan dari satu anggota tubuh ke
anggota tubuh yang lain.
Adapun Tahap Perkembangan Psikoseksual adalah sebagai berikut:
1. Fase oral (lahir – 1.5 tahun). Pada tahap ini kesenangan bayi terpusat pada mulut 2. Fase Anal (1.5 – 3 tahun). Pada tahap ini kesenangan berfokus pada anus
3. Fase Phalik (3 – 6 tahun). Pada tahap ini kesenangan berfokus pada alat kelamin 4. Fase Laten (6 tahun – pubertas). Pada tahap ini anak membendung ketertarikan
seksual dan mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual
5. Fase Genital (setelah pubertas). Pada tahap ini adalah waktu ketika daya seksual
dan kesenangan seksual muncul kembali
Perkembangan kepribadian juga dipengaruhi tiga komponen :
1. Id yang memiliki arti bahwa dorongan dan motif bawaan serta membutuhkan
pemuasan yang segera.
2. Ego bertugas untuk menampilkan alasan-alasan yang masuk akal. Tentunya hal ini
berkaitan dengan perkembangan berpikir yang dimulai pada usia 1 tahun.
A.2. Erik Erikson
Erikson berfokus pada perkembangan sosial-emosional manusia, yang dikenal dengan teori
psikososial. Erikson mengatakan bahwa perkembangan psikososial akan melewati krisis
atau masalah yang akan menentukan keberhasilan melewati tahapan tersebut dan pindah ke
tahapan berikutnya. Erikson membagi perkembangan psi,kososial menjadi 8 tahap. Adapun
tahapan-tahapan sebagai berikut:
Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan
Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai
usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup.
Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada
ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak.
Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam
dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secaraara emosional, atau
menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh.
Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan
kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak.
Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun
Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal
kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri.
Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang
penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud.
Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan
membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian.
Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas
pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian.
Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara
yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun.
Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia
melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena
menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin
Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan
ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat
muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa
berhasil.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) Terjadi pada usia 6 s/d pubertas.
Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap
keberhasilan dan kemampuan mereka.
Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan
kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman-pengalaman baru.
Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan
energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
Permasalahan yang dapat timbul pada tahun sekolah dasar adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif.
Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun
Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Jika
remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk
diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak
oleh orangtua, jika remaja tidak secaraara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan
masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang
dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain.
Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan
aman.
Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan
kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu
hubungan dan lebih sering terisolasi secaraara emosional, kesendirian dan depresi. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam
interaksi dengan orang.
Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun).
Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir
dan keluarga.
Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi
terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas.
Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di
dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun)
Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan
mengalami banyak penyesalan.
Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa
Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan
dan kegagalan yang pernah dialami.
Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
A.3. Jean Piaget
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog
Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan. Kecerdasan adalah kemampuan untuk secaraara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang
berdasar pada kenyataan. Teori ini memunculkan konsep schemata, yaitu bagaimana
seseorang mempersepsi lingkungannya. Piaget membagi skema melalui empat periode
utama yaitu:
Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun) Periode praoperasional (usia 2–7 tahun) Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan
tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget
berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman
spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan
dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda
(permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreativitas.
Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati
urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang
secaraara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori
Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secaraara mental terhadap objek-objek. Ciri dari
tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secaraara logika tidak memadai. Dalam
tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran
dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari
sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri,
seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan
muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan
logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat
memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain.
Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring
pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak
memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak
hidup pun memiliki perasaan.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun
dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari
benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua
benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan
untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar
tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa
4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak
berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan
tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu
baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti
akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka
itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk
berpikir secaraara abstrak, menalar secaraara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi
yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti
logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun
ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat
pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia
dewasa secaraara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan
perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai
tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan
tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
A.4. Vyangotsky
• Sociocultural Theory
Teori ini mengatakan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh interaksi sosial yang
dibuat anak dengan lingkungannya dan orang dewasa. Anak-anak berkembang karena
belajar dari lingkungan. Aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dengan orang lain (baik
orang dewasa atau anak-anak) akan membantu mereka untuk menginternalisasikan
bagaimana lingkungan sosial tersebut berpikir dan bertingkah laku yang nantinya dapat
dijadian acuan pembentukan tingkah laku mereka sendiri. • Zone of proximal development (ZPADA)
ZPADA adalah jarak antara tahap perkembangan aktual dengan tahap perkembangan
potensial. Tahap perkembangan aktual ditentukan oleh kemampuan menyelesaikan
ditentukan melalui pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih mampu
A.5. B.F.Skinner
Operant Conditioning Theory
Poin utama dari teori ini adalah reinforcement / penguat dan punishment / hukuman
dapat membentuk suatu perilaku. Perilaku anak-anak terbentuk oleh pengalaman yang
mereka miliki. Skinner memperkenalkan konsep-konsep seperti operant conditioning;
positive/negative reinforcement; consequence; reward; punishment; respondents; operants;
social learning theory; behavioural learning theory.
Operant conditioning theory menyatakan bahwa individu belajar dari konsekuensi yang
ia buat ketika ―mengoperasikan‖ dunia sekitar. Menurut Skinner, individu akan cenderung untuk mengulang respon yang diberi penguatan dan perilaku akan turun frekuensinya bila
diberi hukuman. Misal: bayi tidur terlentang, kemudian tersenyum, tiba-tiba ibu langsung
mengajak bermain, begitu juga dengan ayah. Jadi bayi belajar bila ia tersenyum maka ia
akan mendapatkan banyak perhatian dan kasih sayang.
A.6. Alfred Bandura Social CognitiveTheory
Poin utama dari teori ini adalah proses belajar muncul melalui imitasi. Bandura
memperkenalkan konsep-konsep seperti imitation; copying; modelling; role models;
reinforcement; social learning theory; observational theory (social cognitive theory); Bobo doll
experiment.
Sebelumnya teori Bandura dikenal dengan nama "Social Learning Theory" namun
kemudian diganti namanya menjadi "Social Cognitive Theory" untuk mengakomodir
perkembangan teori sebelumnya. Penggantian nama ini juga dikarenakan Bandura
merupakan tokoh dari psikologi kognitif. Pada social cognitive theory, Bandura menjelakskan
bahwa perilaku manusia itu didorong oleh motivasi dan self-regulatory mechanism, bukan
oleh faktor lingkungan. Adanya konsep motivasi dan self-regulatory mechanism yang
membedakan teori Bandura dengan teori Skinner.
A.7. Ethological Theory
Teori ini menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dan
sangat tergantung pada evolusi. Terdapat pula periode sensitif atau kritis pada
masing-masing perkembangan. Pada periode kritis ini bila individu melewatkan pengalaman tertentu
Konrad Lorenz. Berdasarkan pandangan Lorenz, kebutuhan imprinting memiliki waktu-waktu
tertentu yang cukup kritis.
Tokoh lain yang cukup terkenal penganut ethological theory adalah John Bowlby.
John Bowlby menenkankan bahwa attachment pada pengasuh pada tahun pertama
kehidupan memiliki konsekuensi penting di sepanjang kehidupan individu. Menurut
pandangannya, bila terjalin attachment yang aman dan positif maka individu akan
mengembangkan kehidupan kanak-kanak dan dewasanya secaraara positif.
A.8. Bronfenbrenner Ecological Theory
Menurut ecological theory, system lingkungan terdiri menjadi 4, yaitu:
1. Microsystem yaitu lingkungan tempat tinggal individu
2. Mesosystem yaitu hubungan anatara microsystems atau kaitan antara berbagai
macam konteks ( seperti, hubungan lingkungan keluarga dengan pengalaman
sekolah)
3. Exosystem yaitu pengalaman dalam suatu lingkungan dimana individu tidak menjadi
agen yang aktif. Misal: pemerintahan.
4. Macrosystem melibatkan budaya dimana individu tinggal, seperti values, beliefs,
custom.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui pandangan perkembangan manusia dari berbagai ahli.
C. Hasil Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan dari berbagai ahli
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kekhasan teori perkembangan dari masing-masing
ahli.
D. Kegiatan Belajar
1. Dosen memberikan waktu untuk masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
2. Masing-masing kelompok menjelaskan pandangan ahli mengenai perkembangan.
3. Setelah selesai mempresentasikan, diskusi dengan dosen dan teman lainnya.
4. Mengumpulkan PPT dan makalah ke dosen.
TUGAS UNTUK PERTEMUAN KE-3
Pertemuan 3
1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 5 kelompok (home base), sesuai dengan bab yang akan dibaca.
2. Masing-masing kelompok dibagikan fotokopi bab yang harus dibaca
PERTEMUAN 3
Perkembangan Pranatal dan Kelahiran
A. Landasan Teori
Perkembangan Pranatal
Banyak bukti kondisi dalam lingkungan pranatal dapat dan sungguh mempengaruhi
perkembangan pranatal pada masa-masa tersebut. Pada masa ini merupakan periode paling
singkat dari periode perkembangan lainnya karena merupakan periode pembentuk. Periode
ini penting bahkan terpenting dari semua periode.
Ciri-ciri Periode Pranatal adalah :
1. Blueprint dari orang tua diturunkan sekali untuk selamanya
2. Kondisi yang baik selama ibu hamil
3. Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode
pranatal
4. Merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis
Perkembangan pranatal dibagi menjadi 3 periode, yaitu:
1. Germinal (tahap konsepsi sampai 10-14 hari kemudian). Proses yang terjadi adalah
pembentukan , pembelahan sel, dan pelekatan zyangote pada dinding rahim.
2. Embrio (2-4 minggu setelah konsepsi). Proses yang terjadi adalah diferensiasi sel
semakin meningkat, pembentukan sistem suport sel, dan terbentuknya organ-organ
penting.
3. Fetal (2 bulan setelah konsepsi – 9 bulan). Pertumbuhan dan perkembangan berlanjut,
bentuk dan fungsi organ berkembang.
Dalam perkembangan masa prenatal, terdapat beberapa bahaya yang mengancam
perkembangan dan pertumbuhan dari embrio. Bahaya-bahaya ini nantinya akan
menyebabkan kegagalan perkembangan yang akan dibawa sampai kelahiran dan bahkan
dapat menyebabkan keguguran kehamilan. Bahaya ini disebut sebagai teratogen, yang
berasal dari lingkungan maupun diri individu. Contohnya adalah obat-obatan baik yang
diresepkan maupun tidak diresepkan, tipe rhesus orang tua yang tidak sesuai, polusi,
penyakit menular, kekurangan gizi, stress selama kehamilan, dan usia ibu ketika hamil.
Teratogen ini dapat menyebabkan berbagai kelainan kelahiran, seperti
kelainan/abnormalitas dari gen, kelainan kromosom, dan kelainan gen pembawa jenis
Proses kelahiran bayi terbagi menjadi tiga tahapan yaitu: 1) Tahap mulai kontraksi yang
terjadi antara 15-20 menit dan makin lama akan semakin kontraksi. Pada tahap ini dikenal
dengan nama tahapan pembukaan. Konstraksi yang demikian akan menyebabkan rahim
melebar sebagai jalan lahir bayi. 2) Tahap kepala bayi mulai mendekati mulut rahim dan
mulai terlihat kepalanya melalui vagina ibu. 3) Tahap keluarnya plasenta, tali pusat, dan
membran lainnya yang menempel di dinding Rahim dikeluarkan.
Setelah proses kelahiran yang berlangsung selama antara 12-14 jam tersebut, ibu
kemudian mengalami masa yang disebut post partum. Pada periode ini akan terjadi
penyesuaian fisik dan penyesuaian psikologis serta emosional pada ibu.
Penyesuaian-penyesuain ini merupakan tahapan yang cukup melelahkan bagi ibu, terutama yang baru
memiliki anak pertama. Dalam penyesuaian psikologis / emosional dapat terjadi depresi .
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui serangkaian perkembangan prenatal dan proses kelahiran bayi.
C. Hasil Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan prenatal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bahaya pada perkembangan prenatal
3. Mahasiswa mampu menjelaskan proses kelahiran bayi
4. Mahasiswa mampu menjelaskan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan ibu yang
baru melahirkan.
D. Kegiatan Belajar
1. Kelompok home-base menyiapkan bahan-bahan yang sudah dibaca dan siap
dibagikan kepada teman lain
2. Dosen menginstruksikan kelompok home-base untuk berpencar membentuk
PERTEMUAN 4
Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Bayi
A. Landasan Teori
Perkembangan Fisik Masa Bayi
Terdapat dua pola pertumbuhan masa bayi yaitu 1) cephalocaudal pattern yaitu pola
pertumbuhan yang diawali dengan pertumbuhan yang dimulai dari area atas tubuh kemudian
berlanjut ke area bawah tubuh. Tahapan perkembangan fisik bayi selalu terjadi dari area
tubuh bagian atas ke area tubuh bagian bawah, 2) Proximodistal Pattern yaitu tahapan
perkembangan fisik yang mulai dari tengah tubuh dan menyebar ke samping.
Perkembangan Otak
Otak terdiri dari
1. Forebrain: bagian otak yang terletak jauh dari saraf tulang belakang; termasuk cerebral
cortex
2. Cerebral Cortex: bagian otak yang menyelimuti forebrain / lapisan luar otak
Cerebral cortex dibagi menjadi dua hemisfer, yang masing-masing hemisfer terdiri
dari 4 lobes, yaitu
▪ Frontal lobe: gerakan reflex, berpikir, kepribadian, dan niat.
▪ Occipital lobe: fungsi pengeliatan
▪ Temporal lobe: pendengaran, proses bahasa, dan daya ingat
▪ Parietal lobe: keruangan, perhatian, dan control gerakan.
Laterization adalah bagian otak yang memiliki kehebatan atau spesiasilasinya sendiri di
cerebral cortex.
Neuron: sel saraf otak yang bertugas untuk menghantarkan signal listrik dan kimia. Terbagi
menjadi
Axons, bertugas untuk mengangkut signal dari sel tubuh Dendrites, bertugas untuk mengangkut sinyal melalui sel tubuh
Myelin sheath adalah sel lemak otak yang menyekat axons. Sel ini membantu
sinyal listrik bergerak lebih cepat
Terminal buttons melepaskan gelombang kimia (neurotransmitters) melalui
Perkembangan Otak Bayi
Perkembangan Motorik Bayi
Refleks adalah reaksi alamiah terhadap stimulus; biasanya merupakan cara untuk
mempertahankan hidup. Beberapa reflex akan berlangsung sepanjang kehidupan, dan
lainnya akan perlahan hilang. Terdapat beberapa reflex, yaitu:
1. Rooting Reflex: ketika pipi bayi disentuh, maka ia akan secaraara reflex
memiringkan kepalanya ke arah sentuhan.
2. Moro Reflex: bayi secaraara otomatis melengkungkan punggung dan tangan ketika
terkejut
3. Grasping Reflex: bayi langsung menggenggam tanganya ketika tapak tangan
disentuh.
Perkembangan Motorik terbagi menjadi dua, yaitu:
2. Motorik Kasar, ialah keterampilan yang melibatkan otot-otot besar, seperti berjalan,
berlari, dan lain sebagainya.
3. Motorik Halus ialah keterampilan yang melibatkan otot-otot kecil, seperti menulis,
mewarnai, meronce dan lain sebagainya.
Perkembangan Kognitif Masa Bayi
Tahap pertama perkembangan kognitif adalah Sensorimotor. Piaget membagi
perkembangan sensori motor menjadi:
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengetahui serangkaian perkembangan fisik dan kognitif masa bayi.
C. Hasil Akhir yang Diharapkan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tahapan perkembangan fisik bayi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan otak bayi
D. Kegiatan Belajar
1. Menonton film “Babies”
2. Mahasiswa mengidentifikasi dan mencatat perkembangan fisik masa bayi yang
terlihat dari film
3. Mahasiswa mengidentifikasi dan mencatat perkembangan otak masa bayi yang
terlihat dari film
4. mengidentifikasi dan mencatat perkembangan kognitif masa bayi yang terlihat dari
film
Pertemuan 5
Perkembangan Sosial dan Emosional Masa Bayi
A. Landasan Teori
Three central characteristics:
1. Trust: Erikson percaya perkembangan sosial di tahun pertama yaitu rust vs. mistrust. Bila
tidak dipenuhi maka akan mistrust. Dampaknya terhadap perkembangan hubungan
romantic dengan lawan jenis di masa dewasa.
2. Perkembangan sense of self. Biasanya muncul di usia 18 bulan
3. Perkembangan kemandirian melalui separation and individuation
4. Erikson: autonomy vs. shame and doubt
Early Emotions:
1. Primary Emotions ialah emosi-emosi yang muncul di awal kehidupan manusia dan
hewan. Biasanya muncul di 6 bulan awal kehidupan. Misal: rasa takut
2. Self-Conscious Emotions: membutuhkan kesadaran diri yang melibatkan kesadaran
dan perasaan akan dirinya sendiri. Biasanya muncul di Antara usia 6 – 24 bulan. Contoh
Temperamen
Temperament ialah karakteristik dan cara respon individu terhadap perilakunya.
Klasifikasi anak berdasarkan Chess and Thomas’s:
• Anak mudah (40%) • Anak sulit (10%)
• Anak Slow-to-warm-up (15%) • Unclassified (35%)
Attachment
Perkembangan attachment terbagi menjadi empat, yaitu:
1. Tahap 1 (lahir sampai 2 bulan): bayi mengarahkan perhatiannya terhadap figure manusia.
2. Tahap 2 (2-7 bulan): attachment menjadi berfokus pada satu orang saja
3. Tahap 3 (7 - 24 bulan): berkembangnya spesifik attachment
4. Phase 4 (di atas 24 bulan): anak sadar mengenai perasaan orang lain dan mulai
dijadikan landasan ia berperilaku
Klasifikasi Attachment
1. Secaraurely attached: menjelajah lingkungan selagi pengasuh menjadi dasar rasa
aman: akan menunjukkan ketidaknyamanan ringan ketika ditinggal pengasuh.
2. Insecaraure avoidant: menghindari pengasuh; tidak menunjukkan rasa takut ketika
ditinggal pengasuh
3. Insecaraure resistant: tergantung dengan pengasuh dan protes keras bila ditinggal
pergi oleh pengasuh.
4. Insecaraure disorganized: disorientation; rasa takut yang sangat ekstrim walaupun
sudah ada pengasuh.
B. Kompetensi Belajar
Mahasiswa mengetahui perkembangan social dan emosional yang terjadi pada masa
bayi
C. Hasil Akhir yang diharapkan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan emosi-emosi dasar yang muncul ketika masa bayi
2. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan social dari Erikson yang berkaitan
dengan masa bayi
3. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan attachment dan dampaknya pada
D. Kegiatan Belajar
1. Dosen membagi mahasiswa menjadi enam kelompok
2. Dosen membagikan artikel mengenai attachment.
3. Masing-masing kelompok membaca bagian yang diminta dan mencari sumber lain
untuk memperkaya informasi dari artikel
4. Kelompok membuat PPT untuk masing-masing bagian
5. Presentasi hasil bacaan.
Tugas untuk Pertemuan 6
1. Dosen membagi mahasiswa menjadi 6 kelompok observasi perkembangan fisik masa kanak-kanak awal / kunjungan sekolah
2. Masing-masing kelompok dibagi tugas observasi, yaitu observasi kelp usia 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.
3. Masing-masing kelompok membuat lembar observasi
4. Lembar observasi dikonsultasikan kepada dosen pengampu selama persiapan sebelum ke sekolah
Pertemuan 6
Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Kanak-Kanak Awal (Usia 3-6 tahun)
A. Landasan Teori
Perkembangan Motorik
Keterampilan Motorik Kasar
Lari dan lompat sederhana di usia 3 tahun
Anak mulai lebih sering menjelajah lingkungan di usia 4 tahun
Mulai merasa nyaman dengan diri sendiri dan mulai mengambil resiko di usia 5 tahun
Keterampilan Motorik Halus
Dapat mengambil objek kecil pada usia 3 tahun namun masing canggung. Perbaikan keterampilan motoric halus di usia 4 tahun
Memiliki koordinasi mata-tangan lebih baik di usia 5 tahun.
Perkembangan Kognitif
Tahap Pra Operasional dari Piaget (2 - 7 years):
Ciri khas pada tahap ini adalah anak-anak mulai dapat merepresentasikan dunia melalui
kata, gambar, foto, dan lukisan. Mereka mulai dapat membentuk suatu konsep yang stabil
dan mulai bernalar namun masih sangat sederhana. Perkembangan kognitifnya sangat
dipengaruhi oleh konsep egosentris dan kepercayaan magis.
Preoperational: anak-anak belum dapat menampilkan operasi atau kemampuan berpikir
berkebalikan. Dengan perkataan lain, anak-anak dapat mulai berpikir secaraara mental bila
mereka dapat melakukannya secaraara fisik.
Sub stage pada tahap pra operasional: Symbolic Function (2 to 4 years):
Anak-anak mulai dapat membayangkan benda yang tidak terlihat atau tidak ada. Konsep
yang dikenalkan adalah:
1. Egocentrism: ketidakmampuan anak untuk membedakan perspektif dirinya dengan orang
2. Animism: kepercayaan terhadap benda mati yang memiliki perilaku seperti mahkluk
hidup.
Vyangotsky’s Theory:
Teori ini mengatakan bahwa anak-anak belajar atau memahami atau berpikir sesuatu
melalui interaksi sosial. Pikiran mereka dibentuk oleh konteks budaya. Zone of proximal
development (ZPADA) adalah rentang tugas yang bermula dari kegiatan yang sangat sulit
dikerjakan oleh anak namun dapat dipelajari oleh mereka dengan bimbingan orang dewasa.
Scaffolding: mengubah level bimbingan selama proses belajar.
B. Kompetensi Belajar
Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan fisik dan kognitif masa kanak-kanak awal
C. Hasil Akhir yang diharapkan
1. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan fisik masa kanak-kanak awal
2. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan perkembangan fisik anak-anak usia 3, 4,
dan 5-6 tahun.
3. Mahasiswa dapat mengetahui perkembangan kognitif masa kanak-kanak awal
4. Mahasiswa dapat mengetahui perbedaan perkembangan kognitif anak-anak usia 3, 4,
dan 5-6 tahun.
D. Kegiatan Belajar
1. Mahasiswa membuat lembar observasi
2. Perilaku yang diobservasi adalah: motorik kasar (jalan, lari, lompat, keseimbangan,
bergelantungan, naik tangga, merangkak) di masing-masing usia.
3. Perilaku yang diobservasi adalah: motorik halus (meronce, cara pegang
krayon/pensil warna, memakai sepatu) di masing-masing usia.
4. Tinggi dan berat badan anak
5. Mahasiswa membuat laporan hasil observasi berdasarkan uraian berikut
Acuan pembuatan Laporan Hasil Observasi Kunjungan
1. Laporan diketik dengan Times New Roman ukuran 12, spasi 1.5, dengan ukuran
kertas A4
2. Minimal 15 halaman, maksimal 20 halaman.
3. Boleh menggunakan kertas bekas
5. Pada halaman depan, ditulis nama-nama mahasiswa kelompok
Panduan Pembuatan Laporan Observasi Kunjungan
I. BAB I : PENDAHULUAN (10%) Berisi :
A. Latar Belakang Penulisan Laporan (diawali dengan fenomena yang terjadi
pada anak-anak yang diobservasi)
B. Tujuan Penulisan
II. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA (20%) Berisi:
A. Teori Perkembangan Fisik, Kognitif, Sosial Emosional Masa Kanak-Kanak
Awal
B. Teori Lainnya (yang dipikir kelompok perlu ditampilkan dan berkaitan
dengan hasil observasi)
III. BAB III : PEMAPARAN HASIL OBSERVASI (30%) Berisi:
A. Pemaparan hasil observasi berdasarkan poin-poin yang sudah dibuat
sebelumnya. Pemaparan hasil observasi ditutup dengan kesimpulan
mengenai perilaku yang terobservasi.
B. Kesimpulan hasil observasi berdasarkan Perkembangan Fisik,
Perkembangan Kognitif, Perkembangan social, Perkembangan emosional.
C. Lampiran : berisi foto-foto atau lainnya.
IV. BAB IV : ANALISA HASIL OBSERVASI (30%)
Berisi: keterkaitan teori dengan hasil observasi perilaku yang didapat
V. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN (5%) Berisi : Kesimpulan dan Saran
Pertemuan 10-12
Perkembangan Fisik dan Kognitif Masa Akhir Kanak-kanak
A. Landasan Teori
Perubahan dan Pertumbuhan Tubuh
Pertumbuhan tubuh berkisar antara 5 – 7.62 cm per tahun. Kenaikan berat badan sekitar 5–
7 lbs. per tahun. Selain itu massa dan kekuatan otot perlahan meningkat dan lemak menjadi
turun. Anak laki-laki lebih banyak memiliki sel otot dan lebih kuat dibandingkan anak
perempuan.
Perubahan Motorik Kasar
Pada masa kanak-kanak akhir, keterampilan motorik kasar menjadi lebih terampil dan
terkoordinasi. Biasanya anak laki-laki lebih menunjukan performa motorik kasar dengan lebih
baik dibandingkan anak perempuan. Hal ini dikarenakan meningkatnya myelination dari
system saraf pusat. Bila dilihat lebih jauh, anak perempuan ternyata lebih terampil pada
kegiatan yang melibatkan motorik halus.
Kesehatan, Penyakit, dan Gejala Penyakit
Pada masa ini, mereka biasanya memiliki kesehatan yang optimal. Kecelakaan
merupakan penyebab utama dari kematian anak pada masa ini. Biasanya, berupa
kecelakaan motor. Penyebab kedua kematian pada masa ini adalah penyakit kanker yang
terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Kanker yang terjadi biasanya leukemia. Berdasarkan
penelitian di Amerika, ternyata siswa-siswa sekolah dasar beresiko mendapatkan sakit
jantung.
1. Obesitas
Anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan biasanya akan memiliki kelebihan berat
badan ketika mereka dewasa. Dengan demikian, harus diperhatikan kalori yang masuk ke
tubuh dan mulai banyak beraktivitas fisik. Hal ini perlu dipertimbangkan karena kelebihan
berat badan bukan saja memberikan dampak terhadap kesehatan fisik, namun juga
Dampak pada kesehatan fisik adalah masalah paru-paru, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Sedangkan dampak pada kesehatan psikologis adalah rendahnya harga diri, depresi, dan
dikucilkan oleh teman sebaya.
2. Learning Disabilities
The term means a disorder in one or more of the basic psychological process involved in
understanding or using language, spoken or written, that may manifest itself in an imperfect
ability to listen, think, speak, read, write, spell, or to do mathematical calculation, including
conditions such as perceptual disabilities, brain injury, minimal brain dysfunction, dyslexia,
and developmental aphasia
The term does not include learning problems that are primarily the result of visual, hearing, or
motor disabilities, of mental retardation, of emotional disturbance, or of environmental,
cultural, or economic advantage.
Keterampilan yang terganggu adalah keterampilan membaca, menulis, mendengar,
berbicara, bernalar, dan berhitung.
Membaca
Membaca merupakan salah satu permasalahan umum yang ada pada siswa-siswa
kesulitan belajar karena membaca merupakan tugas yang kompleks. Sebanyak 10%-15%
dari populasi sekolah mengalami kesulitan membaca. Pada kenyataannya kesulitan
membaca merupakan suatu gangguan daripada gangguan/kemunduran perkembangan
Lyon (1995) menemukan bahwa siswa menunjukkan kesulitan belajar di kelas 3, 74% akan
berlanjut memiliki kesulitan tersebut sampai kelas 3 SMP.
Proses membaca, terdapat dua tahap (Ehri, 1996):
1. Decoding, ialah strategi untuk mengidentifikasikan kata dengan cara menghubungkan
kata-kata tertulis dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup
pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna.
2. Sight words, ialah kata-kata yang sering digunakan dan sering dikenalkan pada
kehidupan sehari-hari. Hal ini akan membantu kecepatan dalam membaca karena
I. Perkembangan dalam membaca
Terdapat 3 tahapan perkembangan dalam membaca, yaitu (Ehri, 1996):
1. Logographic (membunyikan gambar)
Pada tahap ini, proses membaca masih dibantu dengan bantuan gambar visual.
Kondisi ini disebut sebagai paired-associated learning. Para pembaca membentuk asosiasi
antara kata yang tertulis dengan identitasnya yang sudah tersimpan dalam memory.
2. Alphabetical phase (Word Identification)
Fase ketika pembaca mulai membaca kata dengan cara memproses huruf-suara.
Fase ini disebut dengan phonetic cue reading, yaitu pembaca membentuk rute/akses, mulai
dari sebagian huruf yang dibaca. Word identification dapat dilakukan dengan cara: 1)
mengambil dari memori, 2) membunyikan huruf, 3) mengeja kumpulan huruf, dan 4)
menggunakan situasi untuk membanca
3. Orthographic Process
Ialah kemampuan mengeja symbol tertulis (huruf), membedakan ejaan yang benar
dan salah yang merupakan retrieval dari otak. Adapun proses ortographic adalah stimulus
berupa letter group masuk ke otak, otak secara langsung mengenali huruf atau kelompok
huruf. Kemudian diasosiasikan dengan kata yang sudah biasa, terakhir disuarakan
(membaca terjadi). Pada fase ini, anak sudah dapat mengenali bahwa huruf itu memiliki suku
kata. Proses ini terjadi dalam waktu 300 milisekon. Pada fase ini, ejaan-ejaan pada fase
alphabetical sudah terekam di otak dan hanya tinggal dikeluarkan saja. Pada anak kesubel,
hal ini tidak terjadi karena mereka belum punya useful visual storage dan letter pattern. Hal
ini terjadi karena adanya gangguan persepsi, yaitu fungsi otak mengalami kekacauan.
II. Masalah membaca
Pada bagian ini dijabarkan masalah membaca pada siswa-siswa yang teridentifikasi
kesulitan belajar. Adapun masalah membaca pada siswa kesulitan belajar terletak pada area
(Westwood, 2001):
1. Bahasa dan metalingustik
- Memiliki kosa kata yang sedikit
- Poor syntactical awareness
- Kesulitan rapid-naming
2. Pemrosesan bunyi huruf (phonological process)
- Sulit mengenali bunyi-simbol pada suatu kata sehingga sulit membangun sight words
3. Pengenalan kata (word identification)
- Berkaitan erat dengan speed dan akurasi membaca. Kedua hal ini dapat dicapai bila:
a. Memiliki sight words yang banyak
b. Sudah terampil mempersepsikan rangkaian huruf yang merupakan proses
orthographic.
4. Pemahaman teks.
- Masalah dalam memahami bacaan berkaitan erat dengan belum dicapainya
keterampilan mekanis dalam membaca.
Efficient reading harus melibatkan sight words (persepsi visual) dan orthographic (fungsi
otak). Sedangkan pada anak yang memiliki disleksia maka kemampuan sight words dan
orthographic tergolong kurang. Siswa disleksia biasanya memiliki kesulitan yang persisten
ketika belajar komponen kata dan kalimat. Ada sejarah keterlambatan bicara dan siswa
selalu bermasalah dengan menulis dan mengeja.
Menulis
Pengajaran menulis dapat diberikan bersama-sama dengan pengajaran membaca.
Jika anak sudah menghafal bunyi dari tiap huruf dalam abjad, ia sudah dapat membaca
semua tulisan dalam bahasa Indonesia.Yang penting dalam menulis permulaan adalah
mengeja. Hooper menyatakan bahwa tidak banyak penelitian yang menelaah kemampuan
menulis (Rathvon, 2004). Dengan demikian, sulit untuk mengoperasionalkan kemampuan
menulis dan mengembangkan alat tes yang terstandardisasi (Rathvon, 2004).
Alat tes menulis yang berkembang saat ini melibatkan kemampuan menulis yang
luas, mulai dari kemampuan menulis paling rendah sampai paling tinggi. Kemampuan
menulis tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang diukur adalah menulis huruf tunggal
sampai dengan menulis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Rathvon,
2004). Komponen menulis yang diukur dalam alat tes adalah:
1. Tata bahasa / grammar. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai seperti kemampuan
untuk menggunakan sintaks, kosa kata, dan struktur kalimat yang tepat. Contoh item tes:
mengkombinasikan dua kalimat untuk membentuk satu kalimat yang tepat.
2. Konvensi / convention. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai adalah keterampilan
untuk menggunakan tanda baca, penulisan huruf besar, dan mengeja. Contoh item tes:
3. Isi / content. Pada bagian ini keterampilan yang dinilai adalah kemampuan untuk
mengkomunikasikan isi pikiran melalui tulisan dengan efektif. Contoh item tes: menulis
kalimat menggunakan beberapa set kata yang sudah ditargetkan.
4. Kelancaran menulis / writing fluency. Pada bagian ini yang diukur adalah kelancaran
menulis. Contoh item tes: menulis kata sebanyak mungkin dalam tiga menit, pertama
disediakan dulu kalimat permulaan.
5. Menyalin tulisan / copying. Pada bagian ini yang diukur adalah kemampuan untuk
membentuk huruf, kata, angka, dan kalimat. Contoh item tes: mengevaluasi kemampuan
keterbacaan dari tulisan tangan berdasarkan huruf, kalimat, dan contoh tulisan yang
diminta.
Mengeja
Belajar mengeja berkaitan erat dengan proses belajar membaca. Walaupun mengeja
memerlukan informasi lebih pada memori untuk akurasi hasil daripada membaca, kedua
proses tersebut bergantung pada pengetahuan hubungan suara-simbol dan mengeja kata
(Rathvon, 2004). Dengan demikian, Foorman, Francis, Novy, dan Liberman menyimpulkan
kemampuan mengeja dan membaca sangat berkorelasi dengan kelas satu SD (Rathvon,
2004).
Conwall, Lyons, Moats menyatakan bahwa individu yang memiliki kesulitan membaca
hampir seluruhnya memiliki masalah mengeja walaupun sudah mendapatkan terapi
remedial (Rathvon, 2004).
Tahapan Mengeja
Penelitian yang dilakukan oleh Bear, Ehri, Frith, Henderson, Templeton&Bear,
menemukan bahwa kemampuan mengeja anak akan diikuti dengan perkembangan tahapan
pemahaman struktur kata (Rathvon, 2004). Adapun tahapan perkembangan mengeja adalah
(Rathvon, 2004):
1. Emergent. Pada tahap ini, anak hanya memunculkan coretan, huruf acak, dan belum ada
pemahaman tentang prinsip abjad. Biasanya terjadi pada anak usia pra-sekolah sampai
pertengahan kelas satu SD.
2. Letter name. Pada tahap ini, anak hanya mengetahui representasi parsial dari bunyi
huruf dengan nama huruf, belum memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai
hubungan bunyi-simbol, terutama huruf vokal. Biasanya terjadi pada anak usia TK
3. Within word pattern. Pada tahap ini anak menggunakan huruf vokal pendek dan huruf
vokal panjang pada satu kata. Biasanya terjadi pada anak kelas satu sampai
pertengahan kelas empat SD.
4. Syllables and affixes. Pada tahap ini anak sudah mencapai pemahaman struktur kalimat
yang memiliki beberapa suku kata dan urutan huruf; kesalahan terjadi biasanya berkaitan
dengan penambahan akhiran. Biasanya terjadi pada anak kelas empat SD sampai
pertengahan kelas dua SMP.
5. Derivational relations. Pada tahap ini anak mencapai pemahaman kata yang memiliki arti
berikut turunan katanya dan memiliki bentuk ejaan yang mirip. Biasanya terjadi pada
anak kelas lima SD sampai pertengahan kelas tiga SMA.
Written Expression
Terdapat lima tipe pengukuran mengekspresikan ide melalui tulisan, yaitu:
1. Pengukuran mekanik menulis. Pada pengukuran ini melibatkan mekanik menulis, seperti
mengeja, tanda baca, dan penulisan huruf besar.
2. Pengukuran penulisan. Pada pengukuran ini mensyaratkan anak untuk menjawab
pertanyaan yang bersifat esai.
3. Pengukuran kemampuan berbahasa secara tulisan. Pada pengukuran ini dilihat
kemampuan konvensi menulis yang diperlukan dalam menulis. Pada anak-anak kelas
awal yang diukur adalah kemapuan pembentukan huruf, pemakaian jarak ketika menulis,
meniru kata dan kalimat, memberikan respon kata dan kalimat terhadap pertanyaan
verbal atau gambar.
4. Pengukuran kelancaraan menulis. Pengukuran kelancaran menulis untuk siswa-siswa
kelas awal terbagi menjadi tiga tipe, yaitu 1) pengukuran kelancaran penulisan huruf, 2)
pengukuran kelancaran penulisan kata, 3) penulisan kalimat.
5. Pengukuran tulisan tangan dan menyalin huruf/kata/kalimat.
Berhitung
Tiga proses belajar matematika, melibatkan:
1. Deklaratif knowledge, yaitu kenal angka, paham kosa kata matematika, recognition of
symbol.
2. Automated computasional skill, yaitu belajar +, :, x dan ini yang membutuhkan
memory yang bagus.
3. Cognitive process, yaitu plan of actions yang digunakan untuk bernalar, membuat
hipotesa, memecahkan masalah, dan self-monitoring yang melibatkan high-order
Untuk memahami matematika, maka membutuhkan:
1. Pemahaman Bahasa, baik pemahaman verbal maupun tertulis
2. Level of understanding
a. Intrumental understanding, yaitu pengetahuan kapan dan untuk apa dilakukan
penghitungan, yaitu terjadi ketika proses memecahkan masalah matematika.
Pada level ini anak belum mengetahui secara pasti mengapa prosedur
penyelesaikan matematika seperti itu.
b. Relational understanding, yaitu anak2 sudah mengetahui mengapa suatu proses
berfungsi (seperti rumus, prosedur matematika). Pada akhirnya mereka dapat
menerapkan proses yang sama pada kondisi yang berbeda.
Tahap perkembangan matematika
1. Angka/number sense, nantinya berkembang menjadi number skill. Kompetensi yang
dilihat adalah: Berhitung
Membaca dan menulis angka
Penggunaan system operasi matematika Paham konsep ekuivalen
Paham konsep tempat (puluhan, satuan)
Mampu paham bentuk lain dari angka (decimal, per) Mampu menginterpretasikan tanda matematika
2. Bentuk dan ukuran
3. Pembentukan skema termasuk didalamnya adalah posisi (vertical, horisonal, dll) dan
waktu.
Dalam berhitung membutuhkan:
1. Pemahaman konsep angka. Proses ini membantu proses belajar tambah-tambahan yang
membutuhkan STM yang baik. Pada anak LD, masalah adalah di STM.
2. Operasi matematika yang beragam sehingga akan membentuk keterampilan berhitung
secara otomatis
3. Recall
Area yang menjadi masalah diskalkulia:
1. Short Term Memory dan working memory tergolong rendah. Hal ini akan menyebabkan
siswal lupa hasil perhitungan di luar kepala (mental mtk) dan visual image hasil
perhitungan dan instruksi guru, siswa tidak mengetahui mulai dari masa suatu proses
pengerjaan, siswa sulit menginterpretasikan suatu rangkaian/series, siswa membutuhkan
2. Kesulitan membedakan arah sehingga dampaknya siswa bingung ketika harus
menambahkan dan mengurangkan angka yang bersusun.
3. Adanya kesulitan dalam menyusun/mengingat sekuens atau rangkaian. Dengan
demikian, siswa sulit untuk berhitung maju, berhitung mundur, menyelesaikan tahapan
dalam algoritma, dan menyelesaikan soal yang berkaitan dengan nilai tempat.
4. Adanya kesulitan persepsi visual sehingga siswa menjadi bingung akan tanda/simbol
matematika seperti +, :, x, 2x, X2
5. Kurangn pemahaman mengenai keruangan, dan hal ini berkaitan erat dengan persepsi
visual yang kurang.
6. Kekurangan dalam Long Term Memory. Dengan demikian, hal ini akan menyebabkan
siswa sulit mengakses informasi. Salah satu dampaknya siswa sulit mengingat tabel
perkalian.
7. Kecepatan dalam bekerja
8. Bahasa yang digunakan dalam matematika
Dimensi-dimensi yang diukur dalam asesmen kesulitan berhitung:
1. Berhitung, penambahanan, dan hubungan angka
2. Perkalian
Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar Khusus
Penyesuaian teknik mengajar pada siswa-siswa kesulitan belajar khusus dalam
sekolah umum sudah diatur dalam suatu pasal. Pasal tersebut menyatakan bahwa
siswa-siswa yang teridentifikasi sebagai kesulitan belajar khusus mendapatkan penyesuaian
pengajaran maupun evaluasi hasil belajar. Di Indonesia, sistem pendidikan seperti ini disebut
sebagai pendidikan integratif.
Pendidikan integratif adalah menempatkan siswa berkebutuhan khusus belajar
bersama dengan anak normal lainnya di sekolah umum. Dengan demikian, optimalisasi
perkembangan fungsi kognitif, afektif, fisik, dan intuitif dapat dilakukan secara terintegrasi.
dengan anak normal di SD cukup banyak namun mereka tidak memperoleh pelayanan
pendidikan degan baik.
Pada sekolah integrasi terdapat berbagai pilihan penempatan kelas. Ketika memilih
penempatan, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan. Berbagai faktor tersebut
adalah tingkat kesulitan siswa, keterampilan sosial, dan kemampuan akademik siswa. Pada
proses penempatan tersebut harus ada satu tim khusus yang menganjurkan anak ini
mendapatkan tipe pelayanan yang mana.
Terdapat tiga sistem penempatan di sekolah:
1. Kelas khusus
Sekolah yang menyelenggarakan kelas khusus biasanya menempatkan 10-20 anak
berkesulitan belajar dalam satu kelas. Terdapat dua kelas khusus yang digunakan, yaitu: a)
kelas khusus yang digunakan sepanjang hari, b) kelas khusus untuk bidang studi tertentu.
Pada kelas yang sepanjang hari para siswa diajar oleh guru khusus. Mereka berinteraksi
dengan anak normal saat istirahat saja. Sedangkan pada kelas bidang studi khusus, siswa
diajarakn proses belajar menulis, membaca, dan berhitung.
2. Ruang Sumber
Ruang sumber merupakan ruang khusus yang disediakan oleh sekolah untuk
pelayanan pendidikan khusus. Pada ruangan tersebut terdapat guru remedial dan berbagai
media belajar. Aktivitas di dalam ruangan berkonsentrasi pada upaya memperbaiki
keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Guru remedial dapat menjadi
pengganti guru kelas dan menjadi konsultan guru reguler. Anak belajar sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Kelebihan ruang khusus ini adalah siswa berkebutuhan khusus mendapatkan
bantuan dari guru yang terlatih, siswa-siswa ini tetap berada di dalam kelas reguler sehingga
mereka dapat bergaul dengan anak normal. Sedangkan kekurangan ruangn sumber adalah
jumlah waktu terbuang untuk berpindah-pindah kelas, mengurangi kemampuan guru kelas
untuk menangani anak secara individual, dan meningkatkan kemungkinan adanya
inkonsistensi pendekatan belajar.
3. Kelas Reguler
Jenis pelayanan ini dimaksudkan untuk mengubah citra tentang siswa berkesulitan
belajar dengan siswa tidak berkesulitan belajar. Dalam kelas reguler, diciptakan suasana
belajar yang koperatif dimana siswa normal membantu siswa berkesulitan belajar.
Integrasi bukan saja hanya sekedar menggabungkan siswa berkebutuhan khusus
bersekolah di sekolah normal, tapi hakikat integrasi itu sendiri juga dioptimalkan, yaitu
hanya sekedar bersekolah di sekolah umum namun tetap kurikulum pengajaran disesuaikan
dengan kebutuhan individual melalui PPI. Penerapan PPI ini juga secara individual,
begitupun dengan cara pengajarannya.
3. ADHD
Ialah: gangguan konsentrasi dan dan mempertahankan fokus pada tugas yang
sedang dikerjakan. Mereka cenderung bergerak terus secaraara konstan dan tidak bisa
tenang. Akibatnya : mereka sering kesulitan belajar di sekolah, mendengar dan mengikuti
instruksi orang tua dan guru, dan bersosialisasi dengan teman sebaya.
Penelitian menunjukkan bhw ADHD terdapat pada 3-5% populasi. Biasanya anak
yang mengalami ADHD lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan.
Karakteristik ADHD berdasarkan DSM IV-TR:
1. Kurang perhatian
- Tidak bisa memusatkan perhatian atau banyak membuat kesalahan dalam kegiatan
- Kesulitan mempertahankan perhatian pada tugas atau kegiatan bermain
- Tidak menyelesaikan tugas
- Menghindari tugas-tugas yang menuntut usaha mental
- Sering kehilangan benda2 penting (alat tulis, tugas sekolah, dll)
2. Hiperaktivitas
- Tangan & kaki tidak bisa diam
- Tidak bisa duduk diam dan sering meninggalk kursi
- Berjalan kemana-mana, memanjati segala macam benda secara berlebihan
- Kesulitan bermain dengan tenang
- Penuh energi dan bergerak secara konstan
- Banyak berbicara
3. Impulsivitas
- Menjawab tanpa berpikir sebelum pertanyaan selesai
- Kesulitan menunggu giliran
- Menginterupsi percakapan orang lain
Masalah Lain Siswa dengan ADHD
Masalah yang dihadapi ole mereka adalah kesulitan akademik, masalah dalam
berteman dan menjaga persahabatan, perilaku melawan terhadap orang dewasa. Masalah
akademik berkaitan errata dengan kesulitan belajar membaca, menulis, berhitung. Namun
yang disebutkan di atas. Masalah tersebut meliputi kesulitan berbicara, gangguan motorik,
konsentrasi.
Banyak siswa dengan ADHD mengalami keterlambatan perkembangan bicara, yaitu
kesulitan dengan keterampilan bahasa ekspresif & reseptif. Cara memperbaiki keterampilan
ekspresif adalah memperbaiki artikulasi anak dengan cara atihan oral yang melibatkan lidah,
bibir, dan langit-langit mulut. Misalnya menjilati es krim atau selai dari bibir,
menggerak-gerakkan lidah, permainan meniup & menghisap.
Strategi Membantu Siswa Berkonsentrasi
1. Memberi kerangka waktu yang jelas agar anak mengetahui secara pasti berapa lama ia
harus menyelesaikan tugas
2. Membatasi pilihan untuk mencegah anak cepat berpindah satu tugas ke tugas lain
3. Mengurangi jumlah gangguan di ruangan
4. Memberikan umpan balik secepatnya untuk memotivasi anak
5. Merencanakan tugas yang lebih kecil daripada sesi panjang
Perkembangan Kognitif
Tahap Konkrit Operasional dari Jean Piaget
Tahap perkembangan kognitif ini dimulai dari usia 7 tahun sampai 11 tahun. Anak-anak
sudah mampu menjalankan operasi yang konkrit dan berpikir menggunakan logika.
Kemampuan klasifikasi sesuatu ke dalam bentuk yang berbeda-beda mulai berkembang.
Pada tahapan ini keterampilan seriation mulai berkembang. Seriation adalah ketermpailan
untuk menyusun stimulus dalam dimensi penghitungan kuantitatif. Selain itu transitivity juga
mulai berkembang. Transitivity adalah keterampilan untuk mengkombinasikan beberapa
hubungan untuk mencari suatu kesimpulan.
B. Kompetensi Belajar
Mahasiswa memahami perkembangan fisik dan kognitif masa akhir kanak-kanak
Mahasiswa memahami gangguan-gangguan belajar yang terjadi pada masa akhir
kanak-kanak
C. Hasil Akhir yang diharapkan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan fisik masa akhir kanak-kanak