• Tidak ada hasil yang ditemukan

sifat magnet 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "sifat magnet 1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Magnet Secara Umum

Magnet atau magnit adalah suatu obyek yang mempunyai suatu medan magnet. Kata

magnet (magnit) berasal dari bahasa Yunani, magnitis lithos yang berarti batu

Magnesian. Batu ini terdiri dari magnetite (Fe3O4) dan dikenal sebagai bijih besi yang

akan termagnetisasi ketika digosok. Magnesia adalah nama sebuah wilayah di Yunani

pada masa lalu yang kini bernama Manisa (sekarang berada di wilayah Turki) di

mana terkandung batu magnet yang ditemukan sejak zaman dulu di wilayah tersebut.

Magnet dapat dibuat dari bahan besi, baja, dan campuran logam serta telah

banyak dimanfaatkan untuk industri otomotif dan lainnya. Sebuah magnet terdiri atas

magnet-magnet kecil yang memiliki arah yang sama (tersusun teratur), magnet-

magnet kecil ini disebut magnet elementer. Pada logam yang bukan magnet, magnet

elementernya mempunyai arah sembarangan (tidak teratur) sehingga efeknya saling

meniadakan, yang mengakibatkan tidak adanya kutub-kutub magnet pada ujung

logam. Setiap magnet memiliki dua kutub, yaitu: utara dan selatan. Kutub magnet

adalah daerah yang berada pada ujung-ujung magnet dengan kekuatan magnet yang

paling besar berada pada kutub-kutubnya.

2.2 Klasifikasi Material Magnet

Berdasarkan sifat medan magnet atomis, bahan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu

diamagnetik, paramagnetik dan feromagnetik. Bahan diamagnetik adalah bahan yang

resultan medan magnet atomis masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit

dan spinnya tidak nol (Halliday and Resnick, 1989). Bahan diamagnetik tidak

mempunyai momen dipole magnet permanen. Jika bahan diamangetik diberi medan

magnet luar, maka elektron-elektron dalam atom akan berubah gerakannya

sedemikian hingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya

berlawanan. Sifat diamagnetik bahan ditimbulkan oleh gerak orbital elektron

(2)

elektron orbital. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan

tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan. Dalam bahan diamagnetik

hampir semua spin elektron berpasangan, akibatnya bahan ini tidak menarik garis

gaya. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah µ < µ0 dan suseptibilitas magnetiknya

χm < 0. Contoh bahan diamagnetik yaitu bismuth, perak, emas, tembaga dan seng. Bahan paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis

masing-masing atom atau molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis total

seluruh atau molekul dalam bahan adalah nol (Halliday and Resnick, 1989). Hal ini

disebabkan karena gerakan atom atau molekul acak, sehingga resultan medan magnet

atomis masing-masing atom saling meniadakan. Bahan ini jika diberi magnet luar,

maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan medan

magnet atomis searah dengan medan magnet luar. Sifat paramagnetik ditimbulkan

oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan magnet luar. Pada

bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet yang melawan medan

magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.

Permeabilitas bahan paramagnetik adalah µ > µ0 dan suseptibilitas magnetiknya χm > 0. Contoh bahan paramagnetik adalah alumunium, magnesium, dan wolfram.

Bahan diamagnetik dan parmagnetik mempunyai sifta kemagnetan yang lemah.

Perubahan medan magnet dengan adanya bahan tersebut tidaklah besar apabila

digunakan sebagai pengisi kumparan toroida.

Bahan feromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan atomis besar

(Halliday and Resnick, 1989). Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik

spin elektron. Pada bahan feromagnetik banyak spin elektron tidak berpasangan,

misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak berpasangan.

Masing-masing spin leektron yang tidak berpasangan ini akan memberikan medan

magnetik, sehingga total medan magnetim yang dihasilkan oleh sutu atom lebih

besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam bahan feromagnetik sangat

kuat, sehingga interaksi antara atom tetangganya menyebabkan sebagian besar atom

(3)

Kelompok atom yang menyejajarkan dirinya dala suatu daerah dinamakan

domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi medan magnet luar mempunyai domain

yang momen magnetiknya kuat, tetapi momen magnetik ini mempunyai arah yang

berbeda-beda dari satu domain ke domain yang lain sehingga medan magnet yang

dihasilkan tiap domain saling meniadakan.

Bahan feromagnetik jika diberi medan magnet dari luar, maka domain-domain ini

akan mensejajarkan diri searah dengan medan magnet luar. Semakin kuat medan

magnetnya semakin banyak domain-domain yang mensejajarkan dirinya. Akibatnya

medan magnet dalam bahan feromagnetik akan kuat semakin kuat. Setelah seluruh

domain terarahkan, penambahan medna magnet luat tidak member pengaruh apa-apa

karena tidak ada lagi domain yang disearahkan. Keadaan ini dinamakan keadaan

jenuh atau saturasi.

Permeabilitas bahan feromagnetik adalah µ >>> µ0 dan suseptibilitas magnetiknya

χm >>> 0. Contoh bahan feromagnetik adalah besi, baja, besi silicon, dan lain-lain. Sifat kemagnetan bahan feromagnetik ini akan hilang pada temperature yang disebut

temperature Curie. Temperatur Curie untuk besi lemah adalah 770°C dan untuk baja

adalah 1043°C (Kraus, 1970).

2.3 Magnet Praseodymium Iron Boron (PrFeB)

Secara umum dikenal sebagai magnet tanah jarang, magnet Praseodymium Iron

Boron (PrFeB) adalah merupakan paduan yang berasal dari grup Lantanida pada

sistem periodik unsur. Magnet Praseodymium Iron Boron (PrFeB) adalah magnet

bumi yang terbuat dari paduan unsur praseodymium, besi dan boron untuk

membentuk struktur kristal tetragonal Pr2Fe14B. Dikembangkan pada tahun 1982 oleh

General Motors dan Sumitomo Special Metals, magnet PrFeB adalah magnet

permanen paling kuat yang dibuat (Fraden,2010). Mereka telah menggantikan jenis

magnet lain dalam banyak aplikasi dalam produk modern yang membutuhkan magnet

permanen yang kuat, seperti motor dalam alat nirkabel, hard disk drive, dan alat

(4)

Struktur kristal tetragonal Pr2Fe14B memiliki anisotropi magnetokristalin uniaksial

yang sangat tinggi. Hal ini memberikan potensi pada senyawa Pr2Fe14B untuk

memiliki koersivitas tinggi (ketahanan untuk didemagnetisasi). Senyawa ini juga

memiliki magnetisasi saturasi tinggi (JS ~ 1,6 T atau 16 kG) dan biasanya 1,3 tesla.

Oleh karena itu, sebagai kepadatan energi maksimum sebanding dengan Js2, fase

magnetik ini memiliki potensi untuk menyimpan sejumlah besar energi magnetik

(BHmax ~ 512 kJ/m3 atau 64 MGOe), jauh lebih besar dari magnet samarium kobalt

(SmCo), yang merupakan jenis pertama dari magnet tanah jarang yang

dikomersialkan. Dalam prakteknya, sifat magnetik dari magnet praseodymium

bergantung pada komposisi paduan, struktur mikro, dan teknik manufaktur yang

digunakan.

Beberapa sifat penting yang digunakan untuk membandingkan magnet permanen

adalah remanensi (Br) yaitu ukuran kekuatan dari medan magnet; koersivitas (Hc)

yaitu ketahanan material terhadap demagnetisasi; energi produk (BHmax) yaitu

kerapatan energi magnet, dan temperatur Curie (Tc) yaitu temperatur saat material

kehilangan sifat magnetnya. Magnet praseodymium memiliki remanensi yang sangat

tinggi, juga memiliki koersivitas dan energi produk yang tinggi pula jika

dibandingkan dengan magnet tipe lain. Namun juga memiliki temperature Curie yang

rendah. Tabel di bawah ini memperlihatkan performansi magnetik magnet

Praseodymium dibandingkan dengan magnet permanen tipe lain.

Tabel 2.1 Perbandingan sifat magnetik beberapa magnet permanen

Magnet Br (T) Hcj (kA/m) BHmax (kJ/m3) TC (°C)

Pr2Fe14B (sintered) 1.0–1.4 750–2000 200–440 310–400 Pr2Fe14B (bonded) 0.6–0.7 600–1200 60–100 310–400 SmCo5(sintered) 0.8–1.1 600–2000 120–200 720 Sm(Co, Fe, Cu, Zr)7

(sintered)

0.9–1.15 450–1300 150–240 800

(5)

Saat ini, antara 45.000 dan 50.000 ton dari magnet praseodymium sintered

diproduksi setiap tahun, terutama di Cina dan Jepang. Pada 2011, Cina memproduksi

lebih dari 95% dari unsur tanah jarang, dan menghasilkan 76% dari total magnet

tanah jarang dunia (Chu, 2011). Ada empat cara pembuatan magnet PrFeB, yaitu:

1. Sintered, serbuk magnet dikompaksi di dalam cetakan kemudian dibakar,

hingga serbuk berubah bentuk menjadi material padat.

2. Compression Bonded, teknik ini digunakan untuk membuat magnet dengan

kebutuhan bentuk yang rumit. Serbuk magnet dicampur dengan material

plastik, kemudian dicetak dan dikeringkan. Meskipun memiliki enenrgi produk

yang lebih kecil dibanding dengan magnet sinter, namun metode ini

menghasilkan magnet yang dapat dibentuk dalam bentuk kompleks.

3. Injection Moulded, serbuk magnet dicampur dengan material plastik kemudian

dicetak dengan cara injeksi. Memiliki energi produk yang lebih kecil dibanding

magnet kompresi namun dapat dibentuk dalam bentuk yang lebih rumit dan

kompleks.

4. Extruded, metode yang tidak terlalu populer saat ini, serbuk magnet dicampur

dengan material plastik sehingga bersifat fleksibel dan dicetak dalam bentuk

lembaran.

2.4 Bonded Magnet Praseodymium Iron Boron (PrFeB)

Magnet permanen yang terbuat dari bahan baku serbuk memiliki sifat mekanik yang

rendah. Tekanan mekanik yang terjadi pada magnet selama proses perakitan dan pada

kerja normal dapat merusak magnet tersebut. Dengan demikian, dibutuhkan

pengembangan magnet dengan sifat-sifat mekanik yang lebih baik. Sifat mekanik

pada magnet ini sangat bergantung pada komposisinya; jumlah serbuk magnet,

jumlah resin, dan juga teknologi pembuatan (Drak, 2007)

Bahan bonded magnet merupakan bahan magnet komposit yang dibuat dari

serbuk magnet yang dicampur dengan bahan pengikat (binder) yang bersifat

nonmagnet. Bahan bonded magnet dapat bersifat kaku (rigid) atau lentur (flexible)

(6)

yang pasarnya berkembang sangat cepat adalah bahan Pr-Fe-B. Bahan Pr-Fe-B

mempunyai sifat kemagnetan yang unggul (BHmax) dan dapat diaplikasikan dalam

bidang industri otomotif, kesehatan dan elektronik (Ihsan, 2005).

Bahan Pr-Fe-B dapat difabrikasi dalam bentuk magnet berperekat polimer dengan

menggunakan polimer rigid (kaku) atau fleksibel sebagai bahan perekatnya. Beberapa

keuntungan digunakannya bahan polimer sebagai penguat pada magnet Pr-Fe-B

adalah harganya yang relatif murah, ketepatan dimensi yang tinggi dan sangat

memungkinkan untuk dibentuk dalam bentuk yang kompleks (Saramolee, 2010).

Bonded magnet adalah salah satu bahan magnetik yang paling penting. Ini

membuka dunia baru bagi berbagai kemungkinan aplikasi. Resin termo-elastomer dan

termo-plastik dapat dicampur bersama-sama dengan berbagai bubuk magnetik untuk

membentuk magnet bentukan injeksi, kompresi atau fleksibel. Magnet injeksi

bentukan dapat dibentuk menjadi bentuk yang kompleks dan dapat

dibentuk-masukkan langsung ke komponen lain untuk memproduksi komponen perakitan.

Bonded magnet kompresi menawarkan keluaran magnetik lebih tinggi dari magnet

injeksi bentukan, tetapi terbatas pada geometri yang lebih sederhana.

Bonded magnet praseodymium dibuat melalui proses kompresi. Proses ini

melibatkan pencampuran bubuk praseodymium dengan polimer sebagai pengikat dan

menekan ke dalam rongga cetakan dengan medan magnet, sehingga membuat

isotropik magnet. Bagian ditekan kemudian ditempatkan ke dalam oven untuk proses

pengeringan. Kompresi bonded magnet praseodymium adalah pilihan yang sangat

baik dibandingkan jenis magnet lain (sintered praseodymium, sintered samarium

kobalt, dan hard ferrites). Di mana magnet tersebut memiliki batas untuk beberapa

bentuk yang tidak dimiliki oleh magnet bonded kompresi. Dengan produk energi

tinggi yang mencapai hingga 12 MGOe itu membuat mereka ideal untuk banyak

aplikasi yang membutuhkan kekuatan magnet yang tinggi dan toleransi ketat.

Menggunakan polimer sebagai bahan pengikat dalam proses pembuatan untuk

magnet bonded kompresi membuat magnet tahan terhadap kebanyakan cairan

otomotif industri. Dengan biaya produktif relatif rendah dan kompresi perputaran

(7)

2.5 Sifat Intrinsik Kemagnetan Fasa Magnetik

Beberapa sifat kemagnetan dasar yang penting dari fasa magnetik dapat disebutkan

antara lain koersivitas intrinsik HCJ, remanen Br, energi produk maksimum (BH)max,

dan temperatur Curie TC. Berikut ini latar belakang teori beberapa sifat kemagnetan

dasar tersebut.

2.5.1 Kurva Histerisis

Remanen dan koersivitas adalah besaran kemagnetan yang dapat didefinisikan dari

suatu kurva histeresis magnet. Pada dasarnya kurva tersebut merepresentasikan suatu

proses magnetisasi dan demagnetisasi oleh suatu medan magnet luar, H. Bila besar

medan magnet luar yang digunakan untuk memagnetisasi ditingkatkan dari nol, maka

magnetisasi M atau polarisasi J dari magnet bertambah besar dan mencapai tingkat

saturasi pada suatu medan magnet luar tertentu. Dengan melakukan sederetan proses

magnetisasi yaitu penurunan medan magnet luar menjadi nol dan meneruskannya

pada arah yang bertentangan, serta meningkatkan besar medan magnet luar pada arah

tersebut dan menurunkannya kembali ke nol kemudian membalikkan arah seperti

semula, maka magnetisasi atau polarisasi dari magnet permanen terlihat membentuk

suatu kurva.

Pada dasarnya ada dua skala berbeda yang digunakan untuk menggambarkan

kurva histeresis. Bila digambarkan antara kerapatan fluks magnet, B dan H, maka

diperoleh kurva histeresis B-H. Bila digambarkan antara polarisasi J dan H, maka

diperoleh kurva histeresis J-H. Esensi dari kedua kurva berbeda skala tersebut adalah

sama karena antara B dan J terdapat hubungan seperti persamaan berikut ini

B = µoH + µoM atau B = µoH + J (1)

Material magnetik diklasifikasikan menjadi dua yaitu material magnetik lemah (soft

magnetic materials) dan material magnetik kuat (hard magnetic materials).

Penggolongan ini berdasarkan kekuatan medan koersifnya, dimana soft magnetic

memiliki medan koersif yang lemah, sedangkan bahan hard magnetic memiliki

medan koersif yang kuat. Hal ini lebih jelas digambarkan dengan kurva histerisis atau

(8)

Gambar 2.1 Kurva Histeris Material Magnet; (a) soft magnetic (b) hard magnetic

(repository.usu.ac.id)

H adalah medan magnetik yang diperlukan untuk menginduksi medan berkekuatan B

dalam material. Setelah medan H ditiadakan, dalam sampel tersisa magnetisme

residual Br, yang disebut residual remanen, dan diperlukan medan magnet Hc yang

disebut gaya koersif, yang harus diterapkan dalam arah berlawanan untuk

meniadakannya.

Bahan magnet lunak (soft magnetic materials) mudah dimagnetisasi serta

mudah pula mengalami demagnetisasi, seperti tampak pada Gambar 2.1 (a) nilai H

yang rendah sudah memadai untuk menginduksi medan B yang kuat dalam logam,

dan diperlukan medan Hc yang kecil untuk menghilangkannya. Soft magnetic

materials dapat mengalami magnetisasi dan tertarik ke magnet lain, namun sifat

magnetiknya hanya akan bertahan apabila magnet berada dalam suatu medan

magnetik. Soft magnetic materials tidak mengalami magnetisasi yang permanen.

Perbedaan antara magnet permanen atau magnet keras, dengan magnet lunak

jelas terlihat pada kurva histeresis seperti pada Gambar 2.1. Magnet keras menarik

material lain yang mengalami magnetisasi menuju dirinya. Magnet jenis ini dapat

mempertahankan kemagnetannya dalam waktu yang sangat lama. Ketika suatu

material magnetik dimasukkan ke dalam suatu medan magnetik, H, garis – garis gaya yang berdekatan dihimpun dalam meterial tersebut sehingga meningkatkan densitas

fluks. Atau dengan istilah yang lebih teknis, terjadi peningkatan induksi magnetik, B.

(9)

material. Namun, peningkatan induksi yang terjadi tidak linear tetapi mengikuti

hubungan B – H yang melonjak ke level yang lebih tinggi, dan kemudian bertahan mendekati konstan di dalam medan magnetik yang tetap lebih kuat.

Kurva histeresis dari suatu magnet permanen memperlihatkan perbedaan yang

sangat mencolok. Ketika medan magnetik dihilangkan, sebagian besar induksi

dipertahankan agar menghasilkan induksi remanen, Br. Medan terbalik, disebut

medan koersif, -Hc, diperlukan sebelum induksi turun menjadi nol. Sama dengan

kurva lengkap dari suatu magnet lunak, kurva lengkap suatu magnet permanen

mempunyai simetri 180o.

Karena hasil – kali antara medan magnetik (A/m) dan induksi (V.s/m2) adalah energi persatuan volume, daerah terintegrasi di dalam kurva histeresis adalah energi

yang diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus magnetisasi dari 0 ke +H ke –H ke 0. Energi yang diperlukan magnet lunak sangat kecil, sedangkan magnet keras

memerlukan energi yang cukup besar dan pada kondisi ruang demagnetisasi tidak

akan terjadi. Magnetisasinya adalah magnetisasi yang permanen. Untuk itu, magnet

keras (hard magnetic) dapat juga disebut sebagai magnet permanen. Beberapa sifat

dari magnet permanen dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Sifat beberapa magnet keras

(10)

Kepermanenan magnet dapat ditandai dari medan koersif, -Hc, yang diperlukan

untuk mengembalikan induksi ke nol. Suatu nilai sebesar –Hc = 1000 A/m sering digunakan untuk memisahkan magnet lunak dan magnet keras (permanen). Hasil – kali energi sesaat maksimum, BHmaks, merupakan satu ukuran yang lebih baik, karena

hasil – kali ini menunjukkan hambatan energi kritis yang harus dilampaui agar demagnetisasi bisa terjadi. Karakteristik magnet permanen yang paling tinggi saat ini

adalah Praseodymium Iron Boron (PrFeB), yang memiliki nilai produk energi

maksimum 450 – 512 kJ/m3 (Vlack, 2004).

2.5.2 Energi Produk Maksimum (BH)max

(BH)max merupakan sifat yang paling utama dari suatu magnet permanen yang

menunjukkan energi persatuan volume magnet yang dipertahankan di dalam magnet.

Besaran ini diturunkan dari kurva kuadran (kurva demagnetisasi) dari kurva histeresis

sehingga diperoleh kurva (BH) yaitu perkalian antara B dan H sebagai fungsi H. Jadi,

kurva (BH) sebagai fungsi H tersebut tidak lain adalah tempat kedudukan titik – titik luasan di bawah kurva demagnetiasi. Secara skematik, penentuan kurva (BH) dari

kurva demagnetisasi ditunjukkan pada gambar 2.2. Kurva (BH) memiliki suatu nilai

tertinggi sebagai fungsi H dan nilai inilah yang dikenal sebagai produk energi

maksimum.

Gambar 2.2 Penentuan nilai (BH)max dari kuadran ke-II kurva histerisis

(11)

Nilai intrisnik dari (BH)max dapat dihitung secara mudah dengan menggunakan

persamaan produk energi (BH) yang dinyatakan seperti persamaan berikut ini.

� = ��2+ �� (2)

Persamaan (6) adalah suatu persmaan kuadrat, sehingga plot antara kurva (BH) dan H

mengambil bentuk parabola seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. Nilai maksimum

dari kurva (BH) tersebut ditentukan oleh syarat �( �)/�� = 0 atau � �

�� =

2��+�= 0. Sehingga diperoleh persamaan

Hc = -Js / 2� (3)

dimana Hc adalah medan magnet demagnetisasi kritis, yaitu nilai H yang memberikan

nilai (BH) mencapai nilai maksimumnya dan nilai J telah digantikan oleh Js dengan

asumsi bahwa kurva histerisis mengambil bentuk ideal. Jadi, dengan

mensubstitusikan H pada persamaan 4 dengan H = Hc dari persamaan (5), maka

diperoleh persaman sebagai berikut.

( �)��� = �� 2

4� (4)

Nilai suatu (BH)max dari suatu magnet permanen dinyatakan dalam satuan J.m-3,

menjadi parameter penting oleh karena nilai tersebut berbanding terbalik dengan

volume magnet. Dengan perkataan lain, makin besar nilai (BH)max makin besar pula

energi yang tersedia.

Sejak ditemukan fasa magnetik Pr2Fe14B pada tahun 1983, telah banyak

penelitian yang dilakukan untuk mencapai nilai (BH)max tertinggi. Untuk fasa

Pr2Fe14B, besarnya nilai (BH)max berdasarkan persamaan (4) adalah 512 kJ.m-3.

Berbagai usaha teknik preparasi telah dikembangkan dan desain mikrostruktur

dioptimalkan. Namun, nilai (BH)max dari magnet permanen Pr-Fe-B tertinggi yang

pernah dicapai pada skala laboraturium baru mencapai ~ 400 kJ.m-3, yaitu kira – kira 78% dari nilai intrinsiknya. Jelaslah, penelitian tentang magnet Pr-Fe-B masih terus

berlanjut meskipun pada saat ini magnet permanen kelas ini telah diproduksi secara

(12)

2.5.3 Temperatur Curie

Temperatur Curie (TC) dapat didefinisikan sebagai temperatur kritis dimana terjadi

perubahan dari keteraturan feromagnetik menjadi paramagnetik. Dengan kata lain, di

atas TC, material memiliki magnetisasi yang terlalu rendah bagi magnet. Dengan

demikian TC juga merepresentasikan kekuatan interaksi pertukaran antar spin – spin elektron atom. Suatu magnet diharpakan memiliki ketahanan yang baik terhadap

temperatur, terutama pada aplikasi – aplikasi dinamik, seperti motor dan generator. Dalam kasus ini perubahan temperatur diharapkan tidak mengurangi sedikitpun

magnetisasi magnet agar unjuk kerja magnet tetap tinggi. Hal ini mungkin dapat

terjadi apabila magnet tersebut memiliki TC yang tinggi (Manaf, 2013).

2.6 Resin Epoksi

Epoksi adalah suatu kopolimer, terbentuk dari dua bahan kimia yang berbeda. Ini

disebut sebagai "resin" dan "pengeras". Resin ini terdiri dari monomer atau polimer

rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoksi resin paling umum

yang dihasilkan dari reaksi antara epiklorohidrin dan bisphenol-A, meskipun yang

terakhir mungkin akan digantikan dengan bahan kimia yang serupa. Pengeras terdiri

dari monomer polyamine, misalnya Triethylenetetramine (Teta). Ketika senyawa ini

dicampur bersama, kelompok amina bereaksi dengan kelompok epoksida untuk

membentuk ikatan kovalen. Setiap kelompok NH dapat bereaksi dengan kelompok

epoksida, sehingga polimer yang dihasilkan sangat silang, dan dengan demikian kaku

dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing", dan dapat dikontrol melalui suhu,

pilihan senyawa resin dan pengeras, dan rasio kata senyawanya; proses dapat

berlangsung beberapa jam. Beberapa formulasi manfaat dari pemanasan selama masa

curing, sedangkan yang lainnya hanya memerlukan waktu, dan suhu ambien.

Dalam bentuk asli epoksi resin keras dan getas. Epoksi resin adalah termasuk

kelompok plastik thermosetting. Yaitu tidak meleleh lagi jika dipanaskan.

Pengerasannya terjadi karena reaksi polimerisasi, bukan pembekuan. Oleh karena itu

(13)

Resin epoksi mampu bereaksi dengan pengeras yang cocok untuk membentuk

matriks silang dengan kekuatan besar dan daya ikat yang sangat baik untuk berbagai

macam subtrat. Hal ini membuat resin epoksi ideal untuk aplikasi perekat yang

membutuhkan kekuatan ikat tinggi. Beberapa karakteristik unik resin epoksi yaitu

hampir tidak mengalami penyusutan selama proses curing, ketahanan kimia yang

baik, kemampuan untuk mengikat subtrat yang tidak berpori dan fleksibilitas yang

besar (Goulding, 2003).

Resin epoksi, secara kimia mempunyai daya tahan. Epoksi ini tahan lama, lemas

dan liat, dapat dibuat lapisan pelindung yang baik. Bahan ini terutama dipakai untuk

cat dasar, pelapis dan pernis, serta sebagai bahan pinggiran kaleng, drum, pipa tangki,

dan mobil-mobil tangki. Sebagai bahan perekat epoksi ini sangat menonjol. Juga

telah semakin meningkat pemakaiannya untuk mencetak, mengecor, dan melaminasi.

Lapisan atau lapisan gabungan, dari produk damar epoksi dan serat kaca telah

digunakan secara meluas dalam aliran listrik, pesawat udara, pipa saluran,

perumahan, tangki dan peralatan atau perkakas.

2.7 Bakelit

Bakelit atau polyoxybenzylmethylenglycolanhydride, adalah plastik awal. Ini adalah

resin formaldehida thermosetting fenol, terbentuk dari reaksi eliminasi fenol dengan

formaldehida. Ini dikembangkan oleh kimiawan kelahiran Belgia Leo Baekeland di

New York pada tahun 1907.

Salah satu plastik pertama yang dibuat dari komponen sintetik, Bakelit digunakan

untuk nonconductivity listrik dan properti tahan panas di isolator listrik, casing radio

dan telepon, dan produk-produk yang beragam seperti dapur, perhiasan, batang pipa,

dan mainan anak-anak. Bakelit ini ditetapkan sebagai National Historic Landmark

Kimia pada tahun 1993 oleh American Chemical Society sebagai pengakuan atas

pentingnya sebagai plastik sintetis pertama di dunia.

Dalam aplikasi industrinya, bakelit adalah sangat cocok untuk industri listrik dan

mobil karena ketahanannya yang luar biasa tinggi - tidak hanya untuk listrik, tetapi

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan sifat magnetik beberapa magnet permanen
Gambar 2.1 Kurva Histeris Material Magnet; (a) soft magnetic (b) hard magnetic
Tabel 2.2 Sifat beberapa magnet keras
Gambar 2.2 Penentuan nilai (BH)max dari kuadran ke-II kurva histerisis

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, variasi komposisi yang digunakan adalah 0%, 1%, 3%, 5% dan 7%wt karena diharapkan magnet yang terbaik dengan keunggulannya yaitu : keras, kuat,

Sedangkan dari jenis energi terbarukan potensi panas bumi besar untuk energi kapasitas besar yang kontinu sedangkan untuk jenis pembangkitan kecil dan sedang

(i) Pada medan listrik yang cukup rendah, energi yang didapatkan dari elektron lebih kecil dibandingkan dengan energi panas elektron dan distribusi energi dari elektron

Pada umumnya pada material yang keras pembebanan fatigue menyebabkan penurunan kekerasan (pelunakan) sedangkan pada material yang lunak terjadi kenaikan kekerasan

Medan anistropi (HA), juga merupakan nilai intrinsik yang sangat penting dari magnet permanen karena nilai ini dapat didefinisikan sebagai koersivitas maksimum yang menunjukkan

Feromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetic χm Positif yang sangat tinggi.Dalam bahan ini se jumlah kecil medan magnetic luar dapat

Pada gambar 7 menunjukkan magnet besar akan didekatkan dengan magnet kecil yang telah disusun melingkar terhadap piringan cakram, pada saat jarak dari magnet

Sumbu kristal yang lain disebut sumbu keras, dimana pemagnetan pada arah ini meningkatkan energi kristal karena diperlukan suatu energi untuk mengubah arah vektor