• Tidak ada hasil yang ditemukan

S PEM 1006202 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S PEM 1006202 Chapter1"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan politik di Indonesia yang begitu pesat mengakibatkan

tingkat persaingan di antara kandidat maupun partai politik semakin ketat

dalam menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu). Para kandidat ataupun partai

politik berlomba-lomba untuk meraih dukungan dari masyarakat dengan

cara memperkenalkan diri melalui kampanye, iklan atau kegiatan lainnya

sehingga akhirnya dapat menarik simpati dan meyakinkan masyarakat untuk

memilih mereka.

Pemilihan Umum Legislatif di Indonesia telah dilaksanakan sebanyak

sebelas kali. Jumlah partai politik yang menjadi peserta pada setiap Pemilu

yang telah dilaksanakan selalu berbeda-beda seperti terlihat pada tabel 1.1.

Kecuali pada era Orde Baru tahun 1977-1997 hanya ada 3 partai politik

yang menjadi peserta Pemilu yaitu Partai Golkar, PDI dan PPP. Hal tersebut

merupakan akibat dari dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1975 tentang Partai Politik dan Golkar, diadakanlah fusi (penggabungan)

partai-partai politik, menjadi hanya dua partai politik (yaitu Partai Persatuan

Pembangunan dan Partai Demokrasi Indonesia) dan satu Golongan Karya.

(2)

Tabel 1.1

Jumlah Partai Politik Peserta Pemilu Legislatif di Setiap Periode

Tahun Jumlah

Reformasi menjadi titik awal perkembangan demokrasi di Indonesia.

Berubahnya sistem politik yang sebelumnya tri partai menjadi multi partai

merupakan alasan utama berdirinya berbagai partai politik sebagai sarana

untuk menyampaikan aspirasi dengan bebas karena pada masa Orde Baru

hal tersebut sangat dibatasi oleh pemerintah. Akan tetapi setelah berjalannya

waktu tidak sedikit partai politik yang tidak mampu bertahan dan akhirnya

membubarkan diri karena kalah bersaing dengan partai politik lainnya.

Selain itu, berkurangnya partai politik yang ikut serta dalam Pemilu juga

dikarenakan semakin ketatnya peraturan yang diterapkan dalam seleksi

partai politik untuk menjadi peserta pemilu. Partai-partai yang tidak

memenuhi syarat yang telah ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU)

(3)

wordpress.com/2014/04/08/sejarah-pemilihan-umum-di-indonesia-hingga-pemilu-2014-indonesia-election-2014/)

Tabel 1.2 Partai Politik Pemenang Pemilu Legislatif

Tahun

Pemenang Tempat kedua Tempat ketiga

Partai

yang memperoleh suara terbanyak dalam setiap Pemilu Legislatif. Partai

Golkar merupakan partai yang paling sering menjadi pemenang dalam

Pemilu Legislatif yaitu sebanyak 7 kali. Partai Golkar menjadi partai yang

mendominasi pada era Orde Baru ketika Soeharto menjabat sebagai

Presiden Indonesia dan merupakan figur utama di partai Golkar. Akan tetapi

setelah berakhirnya era Orde Baru pada tahun 1998 yang disebabkan oleh

adanya gerakan reformasi yang memaksa Soeharto mengundurkan diri,

(4)

http://news.detik.com/berita/2448933/elektabilitas-golkar-akan-turun-karena-kasus-atut-tapi-tak-seperti-pd)

Pada tanggal 9 Mei 2014 telah dilaksanakan Pemilu Legislatif untuk

memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.

Berdasarkan data dari KPU, total ada 6607 kandidat yang menjadi peserta

dalam pemilihan anggota DPR yang berasal dari 12 partai politik berbasis

nasional untuk memperebutkan 560 kursi DPR pada 77 daerah pemilihan

(dapil). Itu artinya, jumlah kursi DPR yang akan diisi hanya 11,8% dari

jumlah kandidat. Kesempatan menang tiap kandidat hanya sebesar 8,47%,

artinya persaingan untuk memperebutkan kursi DPR sangat ketat dan

menuntut setiap kandidat untuk melakukan kampanye yang baik sehingga

dapat dikenal dan meyakinkan masyarakat untuk memilihnya.

Persaingan dalam Pemilu Legislatif ini bukan hanya menjadi milik

kandidat saja, akan tetapi milik partai politik juga karena sebagaimana

dalam pasal 208 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 menetapkan bahwa

ambang batas perolehan suara partai politik sekurang-kurang sebanyak 3,5%

dari jumlah suara sah secara nasional yang akan dipergunakan sebagai dasar

untuk disertakan dalam penentuan perolehan kursi Anggota DPR. Artinya

partai politik yang yang perolehan suaranya kurang dari 3,5% tidak dapat

ikut serta dalam parlemen. Hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat krusial

bagi partai politik karena jika mereka tidak masuk ke dalam parlemen maka

(5)

pada pemerintahan mendatang dan tidak dapat meningkatkan kredibilitasnya

melalui kader-kadernya yang ada di parlemen. (Sumber: www.jurnas.com)

Hasil dari Pemilu legislatif tahun 2014 dimenangkan oleh PDIP dan

diikuti oleh partai Golkar di tempat kedua dan Gerindra di tempat ketiga

perolehan suara terbanyak secara nasional.

Tabel 1.3 Perolehan Suara Partai Politik dalam Pemilu Legislatif 2014

Peringkat Partai Politik Perolehan Suara Sah

Total Jumlah Suara Sah 124.972.491 100 %

Sumber: SK KPU NOMOR 411/Kpts/KPU/TAHUN 2014

Pada tabel 1.3 kita dapat melihat hasil Pemilu Legislatif 2014 dengan

PDIP keluar sebagai pemenang karena memperoleh suara terbanyak yaitu

sebanyak 23.681.471 atau 18,95% dari total suara sah nasional. PDIP

memperoleh kursi terbanyak di parlemen sedangkan PBB dan PKPI tidak

dapat memenuhi ambang batas perolehan suara karena mereka hanya

memperoleh 1,46% dan 0,91% suara nasional sehingga tidak dapat

(6)

Tabel 1.4 Tabel Perbandingan Hasil Pemilu 2009 dan 2014

Hasil Pemilu 2009 Hasil Pemilu 2014 Keterangan

DEMOKRAT 20,85 % DEMOKRAT 10,19 % Turun

Tabel 1.4 menunjukan perbandingan perolehan suara setiap partai

politik pada Pemilu Legislatif 2014 dengan Pemilu Legislatif 2009. Partai

Gerindra, PKB dan PDIP merupakan partai yang mengalami kenaikan

perolehan suara yang signifikan, sama halnya dengan partai Nasdem yang

merupakan partai baru namun dapat meraih suara sebesar 6,72% dan

mampu mengungguli partai lain yang telah lama berdiri seperti PPP, PBB,

Hanura dan PKPI. Sedangkan partai Demokrat mengalami penurunan

jumlah perolehan suara yang sangat besar hingga mencapai 10,66% suara.

(Sumber: www.romelteamedia.com)

Menurunnya perolehan suara partai Demokrat merupakan akibat dari

menurunnya image atau citra partai tersebut yang disebabkan oleh banyaknya kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa kader dari partai

Demokrat yang ada di pemerintahan. Hal ini diakui sendiri oleh Susilo

Bambang Yudhoyono yang mengatakan, “Kita harus mengakui secara jujur

(7)

adalah awal dari keberhasilan, memang benar posisi partai kita sedang

menurun”. Beliau juga menambahkan, “Saya mencoba untuk mengetahui,

saya mempelajari hasil survei dari lembaga survei yang layak dipercaya,

saya juga bertemu para kader yang datang dari seluruh tanah air, saya juga

sudah bertukar pikiran dengan orang partai di luar Demokrat.

Kesimpulannya adalah karena isu atau terjadinya kasus korupsi yang

melibatkan sebagian kecil dari kader Demokrat”. Menurunnya citra partai

Demokrat merupakan peluang bagi partai-partai lain untuk mendapatkan

dukungan masyarakat. Gerindra, PDIP, PKB, dan Nasdem merupakan partai

yang mampu memanfaatkan peluang tersebut. Partai Golkar yang pada

Pemilu Legislatif 2009 menempati peringkat kedua tidak mampu

memanfaatkan peluang tersebut sehingga perolehan suaranya tidak

mengalami peningkatan dan tetap berada di peringkat kedua. (Sumber:

news.detik.com)

Dalam survei yang dilakukan oleh Poltracking pada Maret 2014

mengenai perilaku pemilih, faktor citra partai dan kinerja partai merupakan

(8)

Gambar 1.1 Faktor Kesuksesan Partai Politik dalam Pemilu

Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014

Hasil survei yang dilakukan Poltracking pada gambar 1.1 menunjukan

bahwa faktor citra partai dan kinerja partai merupakan faktor kesuksesan

partai politik dalam pemilu. Hal ini juga terbukti dengan menurunnya

perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu Legislatif 2014 yang

diakibatkan oleh menurunnya citra Partai Demokrat dengan banyaknya

kasus korupsi yang dilakukan anggota-anggota Partai Demokrat di

pemerintahan.

Dalam Pemilu Legislatif tahun 2014, Partai Golkar tidak dapat

meningkatkan perolehan suaranya dan kalah bersaing dengan PDIP. Hal ini

dianggap oleh beberapa anggota Partai Golkar seperti Agung Laksono dan

Priyo Budi Santoso disebabkan oleh gagalnya Aburizal Bakrie dalam

(9)

Golkar di masyarakat sehingga tidak mampu menang dalam Pemilu

Legislatif 2014.

Selain itu, konflik internal yang terjadi di Partai Golkar semakin

memperburuk citra Partai Golkar di masyarakat. Juru bicara poros muda

Golkar, Andi Sinulingga menungkapkan, “Citra Golkar juga akan semakin

merosot, publik akan bilang mengurus internal sendiri saja enggak beres,

bagaimana Golkar mau mengurus bangsa dan negara. Karenanya, maka

Partai Golkar di pemilu 2019 pasti akan merosot menjadi partai papan

tengah saja”. (Sumber: http://www.tribunnews.com/nasional/2015/01/06/

poros-muda-golkar-citra-golkar-akan-merosot-jika-terus-berkonflik)

Pengamat Survei Lintas Nusantara, Emrus Sihombing,

mengkhawatirkan sebuah partai baru akan muncul sebagai akibat dari

terbelahnya kepengurusan Partai Golkar. Dan jika hal itu terjadi, maka

Partai Golkar akan dirugikan karena suaranya dalam Pemilu 2019 akan

semakin tergerus. (Sumber:

http://citraindonesia.com/konflik-golkar-diprediksi-munculkan-partai-baru/)

Hasil survei lainnya yang dilakukan oleh Poltracking pada bulan

Maret 2014 mengenai faktor yang menjadi alasan masyarakat dalam

memilih suatu partai politik adalah visi, misi, dan program yang baik dari

(10)

Gambar 1.2 Faktor yang mempengaruhi pilihan terhadap Partai Politik

Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014

Dari gambar 1.2, faktor visi, misi dan program kerja partai dan adanya

tokoh yang diidolakan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pilihan

masyarakat. Partai Golkar menjanjikan adanya peningkatan taraf hidup

masyarakat, meningkatkan kesejahteraan rakyat serta mendorong

pengelolaan sumber daya alam. Partai Golkar dalam kampanyenya

mensosialisasikan blueprint pembangunan nasional visi Indonesia 2045

yang meniru sistem pembangunan pada masa Orde Baru dan selalu

membanggakan era Orde Baru ketika Partai Golkar berjaya. Sedangkan

tokoh yang diandalkan oleh Partai Golkar yaitu Aburizal Bakrie yang

(11)

Gambar 1.3 Partai Politik Paling Ideologis dan Memiliki Programnya Jelas

Sumber: Laporan Survei Nasional Poltracking Maret 2014

Hasil survei yang dilakukan Poltracking pada gambar 1.3

menunjukkan bahwa masyarakat menilai PDIP lebih baik daripada Partai

Golkar dalam hal ideologi maupun program kerja. Ideologi dari PDIP

adalah marhaenisme atau kerakyatan. Inti dari ideologi PDIP adalah

memperjuangkan cita-cita kemerdekaan yang dikenal dengan Trisakti Bung

Karno. Yakni berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan

berkepribadian dalam berkebudayaan. Sedangkan ideologi Partai Golkar

adalah pancasila yang mengutamakan pembangunan dan mensejahterakan

rakyat. Namun pada kampanye yang dilakukan keduanya memiliki

(12)

pemasaran politik adalah menentukan segmen pemilih yang menjadi

sasaran.

Partai Golkar merupakan peninggalan Orde Baru dan identik dengan

sebutan partai orangtua. Hal ini dikarenakan pemilih Partai Golkar

mayoritas merupakan orang-orang yang sudah tua ataupun orang-orang

yang pernah merasakan era Orde Baru. Partai Golkar sendiri memang

menjadikan segmen pemilih tua sebagai segmen yang dituju untuk

memperoleh suara. Partai Golkar kurang memperhatikan segmen pemilih

muda yang selalu meningkat jumlahnya setiap tahun. Seperti yang

diungkapkan oleh Ketua DPP Partai Golkar Priyo Budi Santoso bahwa

sudah saatnya partai golkar menyasar segmen pemilih muda untuk pemilu

2019 nanti. Konsentrasi sebaiknya tak diarahkan ke pemilih tua, namun

diarahkan ke pemilih muda. Beliau juga mengatakan bahwa Partai Golkar

sampai saat ini memang berfokus pada segmen pemilih yang ditinggalkan

Orde Baru, seperti tentara, kalangan Birokrat, masyarakat simpatisan

Golkar. (Sumber:

http://www.beritasatu.com/nasional/208130-priyo-golkar-harus-makin-intensif-gapai-pemilih-muda.html)

Partai Golkar kurang memperhatikan segmen pemuda yang mayoritas

merupakan pemilih pemula dan juga pemilih muda yang baru pertama kali

akan mengikuti Pemilu ataupun pernah sekali atau dua kali mengikuti

Pemilu. Segmen pemuda ini merupakan pemilih yang masih duduk di

bangku SMU, mahasiswa dan pekerja muda yang berusia 30 tahun ke

(13)

bertambah setiap tahunnya dan belum memiliki pengetahuan yang cukup

tentang partai politik sehingga masih dalam proses penilaian terhadap partai

politik.

Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan, jumlah pemilih

pemula Pemilu 2014 yang berusia 17 sampai 20 tahun sekitar 14 juta orang.

Sedangkan yang berusia 20 sampai 30 tahun sekitar 45,6 juta jiwa. Ini

berarti jumlah pemilih dalam segmen pemuda mencapai 59,6 juta orang.

Segmen pemuda ini kurang lebih 33% dari total pemilih sebanyak

185.822.507 orang dalam Pemilu 2014, ini merupakan peluang yang sangat

bagus bagi partai politik untuk meningkatkan perolehan suara apabila partai

politik jeli melihat peluang tersebut dan dapat memanfaatkannya. (Sumber:

www.antara.net.id)

Tabel 1.5 Perbandingan Perolehan Suara Partai Golkar dan PDIP

Berdasarkan Segmen Usia dari Hasil Quick Count LSI

Segmen Pemilih Berdasarkan Usia

Dari Tabel 1.5 kita dapat melihat bahwa PDIP hampir unggul di setiap

(14)

era Orde Baru sehingga mereka memilih partai Golkar dengan harapan

Indonesia dapat kembali ke masa jaya di era Orde Baru.

Kurangnya perhatian partai Golkar terhadap segmen pemilih muda

merupakan suatu kesalahan dalam Pemilu Legislatif 2014 ini. Survei yang

dilakukan oleh Transparency International Indonesia mengenai persepsi

pemilih pemula pada pemerintah, korupsi dan pemilu 2014 menunjukan

bahwa elektabilitas partai Golkar masih rendah di kalangan pemilih pemula.

Gambar 1.4 Partai yang disukai pemilih pemula

Sumber: Transparency International Indonesia Februari 2014

Hasil lain dari survei yang dilakukan oleh Transparency International

Indonesia yaitu berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu,

partai politik atau tokoh politik paling banyak dipilih sebagai faktor yang

dapat mempengaruhi keputusan memilih. Faktor lain seperti saran dari

orangtua, perbincangan di media sosial, dan pilihan teman secara

berturut-turut mempengaruhi keputusan memilih di kalangan pemilih pemula.

Mahasiswa merupakan bagian dari pemilih pemula yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi sehingga umumnya mahasiswa berpikir kritis

dalam menanggapi suatu hal. Untuk dapat menarik simpati dari kalangan

(15)

yang tepat sehingga dapat disukai oleh kalangan pemilih pemula dan

membuat citra partai politik tersebut baik di kalangan mahasiswa. Survei

yang dilakukan oleh Transparency International Indonesia menemukan

bahwa berita positif atau negatif yang berkaitan dengan pemilu, partai

politik atau tokoh politik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

keputusan memilih.

Gambar 1.5 Pengaruh Faktor Pemberitaan Di Media Massa

Sumber: Transparency International Indonesia Februari 2014

Untuk menarik dukungan dari pemilih pemula, maka partai politik

harus mampu membangun image atau citra partai yang positif sehingga dapat meyakinkan pemilih pemula untuk memilih partai politik tersebut

dalam pemilu. Penelitian yang dilakukan Tengku Fardhian, Zulkarnain, dan

(16)

Pawito (2009:263) mengatakan bahwa citra positif diyakini sebagai

bagian terpenting dari tumbuhnya preferensi-preferensi calon pemilih

terhadap partai atau kandidat. Misalnya kalau seseorang memiliki citra yang

lebih positif terhadap seorang kandidat tertentu (dibandingkan dengan

kandidat-kandidat lainnya yang berkompetisi), maka orang bersangkutan

akan memberikan suara terhadap kandidat tersebut.

Sedangkan Firmanzah (2012:231) mengatakan image atau citra politik

yang bagus dari suatu partai politik akan memberikan efek yang positif

terhadap pemilih guna memberikan suaranya dalam pemilu.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penelitian ini diberi judul

“Pengaruh Citra Partai Terhadap Keputusan Memilih Partai Golkar

dalam Pemilu Legislatif (Survei Pada Pemilih Pemula Mahasiswa

UPI)”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Partai Golkar merupakan partai yang telah lama berdiri dan

merupakan salah satu partai besar di Indonesia. Namun, dalam dua

periode Pemilu terakhir partai Golkar tidak mampu memenangi Pemilu.

Partai Golkar hanya mampu berada di posisi kedua, bahkan perolehan

suaranya tidak mengalami peningkatan. Tidak seperti partai partai

lainnya yang mampu meningkatkan perolehan suaranya dari hasil Pemilu

(17)

Untuk memenangkan pemilu di periode yang akan datang, partai

Golkar harus dapat memperbaiki citra partai sehingga dapat menarik

simpati masyarakat dan juga merubah segmen pemilih yang dituju ke

segmen yang lebih potensial seperti segmen pemilih muda.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan

masalah penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana gambaran Citra Partai Golkar menurut Mahasiswa UPI?

2. Bagaimana gambaran Keputusan Memilih Partai Golkar di kalangan

Mahasiswa UPI?

3. Sejauhmana pengaruh Citra Partai terhadap Keputusan Memilih pada

Mahasiswa UPI?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran Citra Partai Golkar menurut Mahasiswa UPI.

2. Mengetahui gambaran Keputusan Memilih Partai Golkar di kalangan

Mahasiswa UPI.

3. Mengetahui sejauh mana Citra Partai mempengaruhi Keputusan

(18)

1.4 Kegunaan Hasil Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Untuk menambah kontribusi dalam penerapan ilmu manajemen,

khususnya manajemen pemasaran yang berkaitan dengan pemasaran

politik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademisi

lainnya yang ingin meneliti tentang pemasaran politik.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Untuk dijadikan referensi atau masukan bagi Partai Golkar dalam

memecahkan masalah yang berkaitan dengan kegiatan kampanyenya

dalam mengahadapi Pemilu dan dapat memperbaiki strategi

pemasaran politiknya di masa mendatang.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi akademisi lainnya yang

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2  Partai Politik Pemenang Pemilu Legislatif
Tabel 1.3  Perolehan Suara Partai Politik dalam Pemilu Legislatif 2014
Tabel 1.4  Tabel Perbandingan Hasil Pemilu 2009 dan 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Effect of Irrigation Water Quality Under supplementary irrigation on soil chemical and physical properties in the ‘’southern humid pampas’’ of Argentina. Salts effects on

MATA KULIAH SKS KELAS HARI WAKTU RUANG NAMA DOSEN KET..

Alat berikut yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi gerak yaitu.. Aliran kawat yang bersifat elastis

[r]

[r]

Edi Wahyudin, M.Pd Jaya Romdoni, S.Pd Maskuri, S.Ag,

Pada hari ini, Rabu tanggal Lima bulan September tahun Dua Ribu Dua Belas (05-09-2012), Pokja Pengadaan Buku-buku Perpustakaan STABN Sriwijaya Tangerang Banten,

[r]