• Tidak ada hasil yang ditemukan

BSunda KIKD SMP MTs 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BSunda KIKD SMP MTs 2017"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KURIKULUM TINGKAT DAERAH

MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERBASIS KURIKULUM 2013

REVISI 2017

(3)
(4)

KURIKULUM TINGKAT DAERAH

MUATAN LOKAL

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERBASIS KURIKULUM 2013

REVISI 2017

JENJANG SMP/MTS

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PENDIDIKAN

(5)

SUSUNAN TIM PENGEMBANG

KURIKULUM TINGKAT DAERAH MUATAN LOKAL MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA

BERDASARKAN KURIKULUM 2013 REVISI 2017

Penanggung Jawab

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dr. Ir. Ahmad Hadadi, M.Si.

Pengarah

Kepala Balai Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.

Tenaga Ahli

Prof. Dr. H. Yayat Sudaryat, M.Hum. (UPI) Dr. H. Dingding Haerudin, M.Pd. (UPI)

Dr. H. Usep Kuswari, M.Pd. (UPI) Dr. Dedi Koswara, M.Hum. (UPI)

Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat

Tim Pengembang Kurikulum SD/MI

Ida Widaningsih, S.Pd., M.M. Nita Rosyana, S.Pd., M.M.Pd.

Sri Asdianwati, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMP/MTs

Susi Budiwati, S.Pd., M.Pd. Elah, S.Pd., M.Pd. Uus Rustandi, S.Pd., M.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMA/MA

Darpan, S.Pd., M.Pd. Dra. Hermin Ruliati Ivan Adzam Wahyudin, S.Pd.

Tim Pengembang Kurikulum SMK/MAK

Drs. Moch. Ridwan Iskandar, M.Pd. Rani Rabiussani, S.Pd.

Ilah Nurlelah, S.Pd.

Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor : 819/8653-Setdisdik

(6)

S

AMBUTAN

KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Sejak tahun 2001 rencana perubahan kurikulum sudah sampai ke sekolah. Kurikulum 1994 diganti dengan kurikulum baru yang berorientasi kepada kompetensi. Sementara itu, dalam rangka pemantapannya, beberapa mata pelajaran yang termasuk muatan nasional sudah diujicobakan, sehingga masa transisi pembelajaran antara kurikulum lama dengan yang baru makin terasa.

Balai Pengembangan Bahasa Daerah Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat sejak tahun 2003 sudah mengadakan pemantauan terhadap kenyataan ini, khususnya yang berkaitan dengan (1) kurikulum, (2) bahan ajar, (3) sarana dan sumber belajar, dan (4) pelaksanaan pengajaran. Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat iga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada seiap jenjang sekolah.

Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa Sunda. Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda ini dikeluarkan sebagai arahan atau pedoman bagi guru dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Isinya memuat kompetensi ini (KI) dan kompetensi dasar (KD), yang harus disusun dan dikembangkan lagi oleh guru dan sekolah menjadi kurikulum yang berisi KI, KD, indikator, pengalaman belajar, lingkup materi, dan jenis evaluasi. Penyusunan kurikulum tersebut dapat disesuaikan dengan keadaan dan kondisi setempat.

(7)

Sunda atau bahasa daerah lain seperi Melayu-Betawi di daerah Depok dan Bekasi serta Bahasa Cirebon di wilayah Cirebon dan Indramayu. Bahasa-bahasa tersebut termasuk bahasa daerah yang hidup di Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Peraturan Daerah Jawa Barat No. 5/2003 tentang Pelestarian Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah yang kemudian diubah menjadi Perda No. 14/2014.

Sebagai Kurikukulum Tingkat Daerah Muatan Lokal yang bengacu pada Kurikulum Nasional, KIKD Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda berbasis Kurikulum 2013 dilakukan revisi pada tahun 2017. Revisi tersebut berkaitan dengan perumusan KD dan pemetaan materi ajar bahasa daerah memperimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Revisi Kurikulum ini dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, yang untuk kepeningan regional Jawa Barat disusun berdasarkan Pergub Jabar Nomor 69 Tahun 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah pada Jenjang Pendidikan Dasar dan menengah di Jawa Barat, dan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Nomor 819/8653-Setdisdik tanggal 20 Pebruari 2017 tentang Tim Pengembang Kurikulum Mulok Bahasa dan Sastra Sunda

Terima kasih kepada Tim Ahli dan Tim Pengembang Kurikulum (TPK) Jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, yang telah berkenan melakukan revisi Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa Sunda berbasis Kurikulum 2013. Semoga semua ini dapat dirasakan manfaatnya oleh dunia pendidikan kita.

Bandung, Maret 2017

Kepala Dinas Pendidikan

Provinsi Jawa Barat,

Dr. Ir. H. Ahmad Hadadi, M.Si.

Pembina Utama Madya

(8)

K

ATA PENGANTAR

KEPALA BALAI

PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah di sekolah-sekolah yang awalnya menggunakan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum KTSP, mulai menggunakan Kurikulum Mulok yang baru, terutama di sekolah-sekolah yang menjadi percontohan. Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang mengacu pada Kurikulum 2013 ini terdiri dari Struktur Kompetensi Ini dan Kompetensi Dasar (KIKD) serta Silabusnya. Sebagai penunjang pembelajaran, BPBKD juga mengupayakan penyusunan buku ajar sesuai rambu-rambu yang ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

(9)

Kendala lain yang juga sering disuarakan oleh masyarakat dan para guru adalah idak meratanya kurikulum diberlakukan di seiap satuan pendidikan karena berbagai hal, kendai Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah telah ditetapkan penggunaannya melalui Pergub. Kriik juga muncul dari masyarakat berkaitan dengan kekeliruan bahan ajar dan karakter Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang cenderung terlalu meniru struktur kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia.

Berkaitan dengan masalah-masalah tersebut di atas, perlu adanya upaya untuk merevisi dan mengembangkan kembali Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Namun sebelum revisi dilakukan, diperlukan landasan konseptual yang jelas menyangkut apa saja yang harus menjadi perimbangan im review. Diperlukan poko-pokok pikiran yang jelas untuk nani digunakan oleh im pengembang Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah sebagai landasan bekerja.

Buku ini merupakan dokumen kurikulum ingkat daerah Provinsi Jawa Barat yaitu Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda Berbasis Kurikulum 2013 yang telah direvisi. Dokumen kurikulum diharapkan dapat dijadikan pedoman pembelajaran muatan lokal bahasa dan sastra Sunda pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Jawa Barat, terhitung mulai tahun pelajaran 2017/2018.

Semoga buku ini ada kemanfaatan di dalamnya dan pada akhirnya akan membawa pada perbaikan dalam pembinaan, pengembangan dan pelestarian bahasa dan sastra daerah melalui jalur pendidikan di Jawa Barat.

Bandung, Maret 2017

Kepala Balai

Pengembangan Bahasa dan Kesenian Daerah,

Drs. H. Husen R. Hasan, M.Pd.

Pembina Tk. I

(10)

D

AFTAR ISI

SAMBUTAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN

PROVINSI JAWA BARAT ... v

KATA PENGANTAR KEPALA BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAN KESENIAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT ... vii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I: STRUKTUR KURIKULUM TINGKAT DAERAH ... 1

A. Rasional ... 2

B. Struktur Kurikulum Muatan Lokal ... 6

C. Perbaikan Kurikulum Tingkat Daerah Berbasis Kurikulum 2013 .... 10

D. Kekhasan Kurikulum Tingkat Daerah ... 13

E. Keragaman Lokalitas dan Bahasa Pengantar Pembelajaran ... 14

F. Pemanfaatan Media dan Sumber Belajar ... 16

BAB II: KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR (KIKD) MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA ... 19

A. Rasional ... 20

B. Pengertian ... 21

C. Fungsi ... 21

D. Tujuan... 21

E. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Dan Sastra Sunda Jenjang SMP/MTs ... 22

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 29

Lampiran 1: SILABUS MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTS ... 30

A. Pengertian SIlabus ... 30

B. Komponen Silabus ... 30

(11)

Lampiran 2: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTS) MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA ... 59

A. Batasan ... 59

B. Komponen RPP ... 59

C. Prinsip Penyusunan RPP ... 60

(12)

B A B I

(13)

A. RASIONAL

Sejalan dengan keluarnya Kurikulum 2013 terdapat tiga jenis kurikulum, yakni Kurikulum Tingkat Nasional, Kurikulum Tingkat Daerah, dan Kurikulum Tingkat Sekolah. Kurikulum Tingkat Nasional disusun dan diberlakukan secara nasional. Kurikulum Tingkat Daerah disusun dan diberlakukan di daerah berdasarkan Kurikulum Tingkat Nasional sesuai dengan kebijakan daerah masing-masing. Sementara, Kurikulum Tingkat Sekolah disusun dan diberlakukan pada setiap jenjang sekolah.

Kurikulum Tingkat Nasional yang disebut Kurikulum 2013 telah mengalami revisi sehingga disebut Kurikulum 2013 edisi revisi. Kurikulum Tingkat Daerah pun turut mengalami perbaikan sehingga disebut Kurikulum Tingkat Daerah Muatan Lokal berbasis Kurikulum 2013 revisi 2017. Revisi ini dilakukan berdasarkan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 20, 21, 22, dan 23 Tahun 2016.

Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi

Lulus-an Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama

pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasa-rana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah memuat tentang Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Ruang lingkup

materi yang spesiik untuk setiap mata pelajaran dirumuskan berdasarkan

Tingkat Kompetensi dan Kompetensi Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan

(14)

mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian

Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Dalam rangka memenuhi Kurikulum Tingkat Daerah, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menyusun Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KIKD) Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah. Selain disesuaikan dan didasarkan pada struktur Kurikulum Tingkat Nasional 2013, KIKD Mata Pelajaran Bahasa Sunda didasarkan pada Surat Edaran Kepala Dinas Provinsi Jawa Barat Nomor 423/2372/Set-Disdik tertanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA.

(15)

Hal di atas sejalan pula dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, di antaranya menyatakan bahwa: Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut. Hal ini diperkuat dengan Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal.

Bahasa Sunda, Bahasa Cirebon, dan Bahasa Melayu Betawi berkedudukan sebagai bahasa daerah, yang juga merupakan bahasa ibu bagi masyarakat Jawa Barat di wilayah tertentu. Bahasa daerah juga menjadi bahasa pengantar pembelajaran di kelas-kelas awal SD/MI. Melalui pembelajaran bahasa daerah diperkenalkan kearifan lokal sebagai landasan etnopedagogis.

Berdasarkan kenyataan tersebut, bahasa daerah sebagai salah satu khasanah dalam kebhineka-tunggal-ikaan bahasa dan budaya Nusantara akan menjadi landasan bagi pendidikan karakter dan moral bangsa. Oleh karena itu, bahasa daerah harus diperkenalkan di Taman Kanak-kanak (TK)/ Raudhatul Athfal (RA) dan diajarkan di sekolah-sekolah mulai Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), sampai Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliah (MA). Untuk kepentingan itu, telah disusun dan direvisi Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar sesuai dengan satuan pendidikan tersebut.

(16)

Kompetensi inti mata pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah yang memiliki kesamaan dengan kompetensi inti mata pelajaran lainnya merupakan

kualiikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra daerah. Kompetensi Inti ini menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, dan nasional. Secara substansial terdapat empat Kompetensi Inti yang sejalan dengan pembentukan kualitas insan yang unggul, yakni (1) sikap keagamaan (beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa) untuk menghasilkan manusia yang pengkuh agamana (spiritual quotient), (2) sikap

kemasyarakatan (berakhlak mulia) untuk menghasilkan manusia yang jembar

budayana (emotionalquotient), (3) menguasai pengetahuan, teknologi, dan

seni (berilmu dan cakap) untuk menghasilkan manusia yang luhung élmuna

(intellectualquotient), dan (4) memiliki keterampilan (kreatif dan mandiri) untuk menghasilkan manusia yang rancagé gawéna (actional quotient).

Keempat Kompetensi Inti tersebut merupakan pengejawantahan dari tujuan pendidikan nasional (Undang-undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3), yakni “untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah ini, selaras dengan alasan pengembangan kurikulum 2013, diharapkan peserta didik memiliki:

1. Kemampuan berkomunikasi;

2. Kemampuan berpikir jernih dan kritis;

3. Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan; 4. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggung jawab;

5. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda;

6. Kemampuan hidup dalam maysrakat yang mengglobal; 7. Minat yang luas dalam kehidupan;

8. Kesiapan untuk bekerja;

(17)

B. STRUKTUR KURIKULUM MUATAN LOKAL

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 67, 68, 69, dan 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA dinyatakan bahwa Bahasa Daerah sebagai muatan lokal dapat diajarkan secara terintegrasi dengan matapelajaran Seni Budaya dan Prakarya atau diajarkan secara terpisah apabila daerah merasa perlu untuk memisahkannya. Satuan pendidikan dapat menambah jam pelajaran per minggu sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tersebut.

Dasar pendidikan muatan lokal adalah Permendikbud Nomor 79 tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013. Dalam peraturan itu yang dimaksud dengan muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya. Muatan lokal dikembangkan atas prinsip: (1) kesesuaian dengan perkembangan peserta

didik; (2) keutuhan kompetensi; (3) leksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan

waktu penyelenggaraan; dan (4) kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan global.

Pendidikan Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Daerah merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan melalui pemerintah daerah, dalam hal ini Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

Kewenangan pemerintah daerah untuk mengembangkan bahasa daerah diperkuat oleh UU nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. Pasal 42 Ayat (1) dan Ayat (2) berbunyi sebagai berikut.

(18)

(2) Pengembangan, pembinaan, dan pelindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan oleh pemerintah daerah di bawah koordinasi lembaga kebahasaan.

Mengingat kewenangan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan membina bahasa daerah, adanya kebijakan kurikulum tingkat daerah, dan keberagaman pemerintah daerah dalam menetapkan konten muatan lokal maka untuk Kurikulum 2013 ditetapkan pendidikan bahasa daerah tetap menjadi wewenang pemerintah daerah. Kurikulum 2013 menyediakan muatan lokal untuk pendidikan bahasa daerah dan pendidikan seni budaya.

Berkaitan dengan bunyi undang-undang tersebut, maka Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda termasuk mata pelajaran muatan lokal di wilayah Provinsi Jawa Barat. Kedudukannya dalam proses pendidikan sama dengan kelompok mata pelajaran inti dan pengembangan diri. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Sunda juga diujikan dan nilainya wajib dicantumkan dalam buku rapor.

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat mengeluarkan Surat Keputusan No. 423/2372/Set-disdik tanggal 26 Maret 2013 tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah pada Jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/ MA). Kedudukan Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Daerah dalam Struktur Kurikulum Nasional adalah sebagai berikut.

Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI

No. Komponen

Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

I II III IV V VI Kelompok A

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 4 4 4 4 4 4 2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 6 6 6 4 4 4

3. Bahasa Indonesia 8 8 10 7 7 7

4. Matemaika 5 6 6 6 6 6

5. Ilmu Pengetahuan Alam - - - 3 3 3

6. Ilmu Pengetahuan Sosial - - - 3 3 3 Kelompok B

(19)

Tabel 2: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SMP/MTs.

No. Komponen Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

VI VIII IX

Kelompok A

1. Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila &

Kewarganegaraan 3 3 3

3. Bahasa Indonesia 6 6 6

4. Matemaika 5 5 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 5 5 5

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

7. Bahasa Inggris 4 4 4

Kelompok B

8. Seni Budaya 3 3 3

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya 2 2 2

11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2

Jumlah Alokasi Waktu Per Minggu 40 40 40

Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata

Pelajaran Wajib

No. Komponen Jumlah Jam Pelajaran Tiap Kelas

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila &

Kewarganegaraan 2 2 E

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matemaika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga,

dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

11. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2

(20)

Kelompok C (Peminataan)

Mata pelajaran peminatan Akademik (untuk

SMA/MA) 18 20 20

Jumlah Jampel yang harus ditempuh per

minggu 44 46 46

Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA

MATA PELAJARAN

KELAS

X XI XII

Kelompok A dan B (Wajib) 26 26 26

C. Kelompok Peminatan

I Peminatan Matemaika dan Ilmu-ilmu Alam

1. Matemaika 3 4 4

2. Biologi 3 4 4

3. Fisika 3 4 4

4. Kimia 3 4 4

II. Peminatan Ilmu-ilmu Sosial

1. Geograi 3 4 4

2. Sejarah 3 4 4

3. Sosiologi dan Antropologi 3 4 4

4. Ekonomi 3 4 4

III Peminatan Ilmu-ilmu Bahasa dan Budaya

1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2. Bahasa dan Sastra Daerah 3 4 4

3. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4 4. Bahasa dan Sastra Asing

Lainnya 3 4 4

5. Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4

Jumlah Pelajaran yang tersedia per minggu 71 82 82

(21)

Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK

MATA PELAJARAN

ALOKASI WAKTU PER MINGGU

X XI XII

Kelompok A (Wajib)

1. Pendidikan Agama dan Budi Pekeri 3 3 3

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Matemaika 4 4 4

5. Sejarah Indonesia 2 2 2

6. Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (Wajib)

7. Seni Budaya 2 2 2

8. Bahasa dan Sastra Daerah 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3 3

10. Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B per minggu 26 26 26 Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/

MAK) 24 24 24

JUMLAH ALOKASI WAKTU PER MINGGU 50 50 50

C. PERBAIKAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH

BERBASIS KURIKULUM 2013

Dengan adanya revisi Kurikulum 2013 pada tingkat nasional, Kurikulum Tingkat Daerah Kurikulum Muatan Lokal pun mengalami perubahan. Nama kurikulum tidak berubah menjadi kurikulum nasional, tapi tetap Kurikulum 2013 Edisi Revisi yang berlaku secara Nasional.Perubahan tersebut didasarkan pada tiga Permendikbud, yakni Permendikbud No. 20 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, dan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian.

(22)

(KD). Jika diintisarikan, terdapat lima poin penting revisi Kurikulum 2013.

1. Peningkatan hubungan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Inti 1 (Aspek Keagamaan) dan Kompetensi Inti 2 (Aspek Sosial) tidak lagi dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Kompetensi Dasar hanya dijabarkan dari Kompetensi Inti 2 (Pengetahuan) dan Kompetensi Inti 4 (Keterampilan).

a. Penomoran KI dan KD tidak lagi ditandai dengan jenjang pendidikan (kelas), tetapi sesuai dengan nomor urutan KI. Nomor KI sebanyak satu digit angka (KI 3), sedangkan nomor KD sebanyak dua digit angka (KD 3.1).

b. Dalam rumusan KD lama yang awalnya hanya menggambarkan materi kesastraan saja, pada rumusan KD baru ditambahkan unsur-unsur kebahasaan. Hal ini menunjukkan bahwa belajar bahasa daerah dilaksanakan melalui sastra daerah.

c. Permusan KD yang awalnya terlalu spesiik dan operasioal, kemudian

pada edisi revisi diubah menjadi rumusan yang lebih umum agar tidak menyulitkan pendidik dalam menyusun indikator.

d. Rumusan KD pada jenjang SD/MI disesuaikan dengan materi pokok dan tema nasional. Untuk beberapa tema KD disesuaikan dengan tema kedaerahan.

e. Gradasi untuk dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan antar jenjang pendidikan memperhatikan (1) perkembangan psikologis anak; (2) lingkup dan kedalaman; (3) kesinambungan; (4) fungsi satuan pendidikan; dan (5) lingkungan. Dipertimbangkan pula penguasaan pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan bersastra secara gradual daerah sesuai dengan jenjang pendidikan.

f. Pemetaan materi ajar bahasa daerah mempertimbangkan keragaman lokalitas dan mewadahi fenomena kebahasaan dan pola komunikasi yang berkembang di lingkungan masyarakat.

2. Proses berpikir siswa tidak lagi dibatasi. Pada kurikulum yang lama, berlaku sistem pembatasan, yaitu anak SD sampai memahami, SMP menganalisis, dan SMA mencipta. Pada kurikulum hasil revisi ini, anak SD boleh berpikir sampai tahap penciptaan. Tentunya dengan kadar penciptaan yang sesuai dengan usianya.

(23)

belajar-mengajar. Adanya penerapan Pendekatan 5M (Mengingat, Memahami,

Menerapkan, Menganalisis, dan Mencipta). Pendekatan Saintiik 5M

bukanlah satu-satunya yang dapat diacu menjadi metode saat mengajar. Apabila digunakan, maka susunan 5Mitu tidak harus berurutan.Pemilihan

pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintiik dan/atau

inkuiri (inquiry) dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan.

4. Penyederhanaan aspek penilaian siswa oleh guru. Pada Kurikulum 2013 versi lawas, seluruh guru wajib menilai aspek sosial dan spiritual (keagamaan) siswa. Sistem ini yang lantas dikeluhkan banyak guru. Dalam skema yang baru, penilaian sosial dan keagamaan siswa cukup dilakukan oleh guru PPKn dan guru Pendidikan Agama-Budi Pekerti.

Sementara guru isika dan mata pelajaran lainnya hanya menilai aspek

akademik sesuai bidang yang diajarkan saja.Guru mata pelajaran lain boleh menilai aspek sosial sewajarnya. seperti terkait kenakalan atau misalnya saat siswa ketahuan mencontek.

a. Penilaian sikap KI-1 dan KI-2 sudah ditiadakan di setiap mata pelajaran hanya Matapelajaran Agama dan PPKn, namun KI tetap dicantumkankan dalam penulisan RPP.

b. Jika ada 2 nilai praktik dalam satu KD, maka yang diambil adalah nilai yang tertinggi. Penghitungan nilai keterampilan dalam satu KD ditotal (praktek, produk, portofolio) dan diambil nilai rata-rata untuk pengetahuan, bobot penilaian harian, dan penilaian akhir semester itu sama.

c. Perubahan terminologi ulangan harian menjadi penilaian harian, UAS menjadi Penilaian Akhir Semester untuk Semester 1 dan Penilaian Akhir Tahun untuk Semester 2. Oleh karena itu, sudah tidak ada lagi UTS, langsung ke Penilaian Akhir Semester.

d. Skala penilaian menjadi 1-100. Sementara itu, penilaian sikap diberikan dalam bentuk Predikat dan Deskripsi.

(24)

f. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran.

5. Perencanaan pembelajaran mencakup silabus dan Recana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

a. Silabus Kurikulum 2013 edisi revisi lebih ramping, hanya tiga kolom, yakni KD, Materi Pembelajaran, dan Kegiatan Pembilajaran.

b. Di dalam RPP tidak perlu disebutkan nama metode pembelajaran yang digunakan dan materi dibuat dalam bentuk lampiran berikut dengan rubrik penilaian (jika ada).

D. KEKHASAN KURIKULUM TINGKAT DAERAH

Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda di dalamnya memuat materi yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik. Pembelajarannya diatur secara mandiri serta menopang peningkatan kemampuan penguasaan kurikulum nasional.

Program pembelajaran bahasa dan sastra Sunda yang

dikembangkanmemperhatikan rambu-rambu pengembangan muatan lokal yang tertuang dalam lampiran Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013, Pasal 9 dan Pasal 10, bahwa Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengembangkan muatan lokal. Permendikbud ini merupakan revisi dari Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013 tentang Implementasi Kurikulum, di antaranya kedekatan secara isik dan secara psikis.Dekat secara isik berarti bahwa terdapat dalam lingkungan

tempat tinggal dan sekolah peserta didik, sedangkan dekat secara psikis berarti bahwa bahan kajian tersebut mudah dipahami oleh kemampuan berpikir dan mencerna informasi sesuai dengan usia peserta didik.

(25)

memungkinkan seseorang hidup secara beradab dan toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.

Mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda dikemas sedemikian rupa agar menarik bagi perserta didik. Kemasan yang menarik dan perencanaan yang tepat akan mampu mengembangkan beragam kompetensi peserta didik baik secara konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur etika, estetika, logika, dan kinestetika.

E. KERAGAMAN LOKALITAS DAN BAHASA

PENGANTAR PEMBELAJARAN

Untuk mewadahi keragaman lokalitas perlu dipertimbangkan bahasa dan budaya yang berkembang di lingkungan belajar peserta didik. Kenyataan menunjukkan bahwa selain bahasa Sunda, di Jawa Barat terdapat pula bahasa-bahasa daerah lain yang wilayah pemakaiannya tidak berdasarkan daerah administrasi pemerintah. Misalnya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah bahwa yang dimaksud dengan bahasa daerah di Jawa Barat adalah bahasa Sunda, bahasa Cirebon, dan bahasa Melayu-Betawi. Dalam hubungan itu, bagi daerah-daerah yang peserta didiknya berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, kompetensi dasar itu perlu disesuaikan dengan keadaan kebahasaan dan budaya daerah setempat. Pembelajaran tidak berlangsung untuk semua kompetensi dasar, tetapi dipilih mana yang mungkin bisa dilaksanakan.

Berkaitan dengan kategorisasi lokal, di Jawa Barat ada masyarakat yang berbahasa ibu bahasa Sunda lulugu ada pula yang menggunakan bahasa Sunda wewengkon. Bahkan di pesisir utara dan sebagian besar wilayah Cirebon mempunyai bahasa ibu yang bukan bahasa Sunda. Masyarakat penuturnya menyebutnya sebagai bahasa Cirebon, yang awalnya merupakan perpaduan antara bahasa Sunda dan bahasa Jawa.

(26)

Guru (PKG). Lebih jauh lagi, penentuan yang lebih spesiik lagi diserahkan

kepada guru di sekolah yang bersangkutan.

Kategorisasi lokal dalam penentuan bahan pembelajaran dapat dibedakan atas tiga kategori A, B, dan C. Ketiga kategori lokal tersebut masing-masing memiliki ciri tersendiri.

1. Kategori A berlaku ditempat-tempat yang masyarakatnya menggunaan

bahasa Sunda lulugu, yakni bahasa yang kini dianggap baku dan resmi

menurut ukuran umum di Jawa Barat. Sebagi contoh yang termasuk kategori ini adalah daerah Bandung dan sekitarnya dengan mengabaikan beberapa kosakata wewengkon yang memang hanya sedikit.

2. Kategori B berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya menggunakan

bahasa Sunda wewengkon, yakni bahasa yang sampai saat ini dianggap

sebagai ragam bahasa yang mempunyai perbedaan dengan bahasa

lulugu, akan tetapi tetap dianggap sebagai bahasa Sunda. Perbedaan tersebut berada pada tataran fonetik dan semantik, di samping perbedaan onomasiologis (konsep yang sama dalam kosakata yang berbeda) dan perbedaan semasiologis (konsep yang berbeda dengan kosakata yang sama). Sebagai conto yang termasuk kategori B adalah bahasa Sunda di Kuningan dan Karawang.

3. Kategori C berlaku di tempat-tempat yang masyarakatnya kental

menggunakan bahasa wewengkon atau bahasa daerah khusus

seperti bahasa Cirebon (bahasa Sunda Dialek Cirebon atau bahasa Jawa Dialek Cirebon) dan bahasa Melayu Dialek Betawi. Misalnya, di sebagian wilayah Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon, selain diajarkan bahasa Sunda sebagai muatan lokal wajib, juga diperkenankan untuk mengajarkan bahasa Cirebon sebagai muatan lokal pilihan. Khusus di daerah ini, untuk Kelas I-III SD, alokasi waktu untuk pelajaran bahasa Sunda dapat digunakan untuk pelajaran bahasa daerah setempat. Keadaan yang sama dapat pula berlaku bagi sebagian Kota dan Kabupaten Bekasi serta Kota Depok yang masyarakatnya menggunakan Bahasa Melayu Dialek Betawi, meskipun sampai saat ini belum dapat diajarkan di sekolah-sekolah.

Kategorisasi lokal tersebut dapat mengikuti perimbangan komponen

kompetensi bahasa (pemahaman dan penggunaan), ragam bahasa (lulugu

(27)

(a) Di wilayah kategori A, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa Sunda baku, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.

(b) Di wilayah kategori B, diutamakan pemahaman dan penggunaan bahasa, materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon seimbang, dan menggunakan pengantar bahasa Sunda baku.

(c) Di wilayah kategori C, diutamakan pemahaman bahasa, materi bahasa Sunda baku dan bahasa Sunda wewengkon atau bahasa setempat seimbang, dan dapat menggunakan bahasa pengantar bahasa Sunda wewengkon (bahasa setempat) atau menggunakan bahasa Indonesia.

Di sekolah yang mempunyai kondisi khusus, seperti di sekolah-sekolah yang peserta didiknya banyak yang berbahasa ibu bukan bahasa Sunda, walaupun sebenarnya termasuk kategori A atau kategori B, dapat ditentukan kebijakan lain.

Pada prinsipnya bahasa pengantar yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Sunda adalah bahasa Sunda. Di sekolah-sekolah atau daerah yang mengalami kesulitan dengan pengantar bahasa Sunda dapat digunakan bahasa Indonesia atau bahasa setempat, baik sebagian maupun sepenuhnya, atau menggunakan dwibahasa Sunda-Indonesia. Akan tetapi, selalu disertai usaha untuk secara berangsur-angsur bisa memahami petunjuk dalam bahasa Sunda. Di daerah-daerah yang memiliki basa Sunda wewengkon, kata-kata dialek dapat difungsikan untuk mempercepat atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. PEMANFAATAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR

1. Pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi

(28)

2. Pemanfaatan Lingkungan Alam, Sosial, dan Budaya

Sumber pembelajaran bahasa dan sastra Sunda dapat pula berupa lingkungan alam, masyarakat, dan budaya Sunda. Peserta didik diupayakan agar berhubungan langsung dengan masyarakat untuk mengetahui kehidupan bahasa dan budaya Sunda saat ini, yang selanjutnya dijadikan informasi dalam pembelajaran bahasa Sunda. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, peserta didik diupayakan untuk mengetahui kehidupan sastra secara eksplisit maupun implisit dengan mengapresiasi dan mengekspresikan isinya.

3. Bacaan Wajib

Pembelajaran bahasa dan Sastra Sunda harus didukung oleh adanya buku babon, buku pendukung pembelajaran, atau buku-buku bacaan kanonik untuk mendorong siswa gemar membaca dan membangkitkan minat dan kesenangannya mempelajari bahasa dan sastra Sunda.

Buku yang akan digunakan dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah buku-buku yang sebelumnya telah dinyatakan lolos seleksi penilaian oleh lembaga berwenang serta dan proses seleksinya harus memperhatikan kejujuran dan kualitas buku.

(29)
(30)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

(KIKD)

MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA

(31)

A. RASIONAL

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda adalah mata pelajaran Muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pasal 1 s.d 4. Atas dasar itulah, maka materi pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda mengutamakan keunggulan dan kearifan daerah.

(32)

B. PENGERTIAN

Dalam Permendikbud Nomor 24 Tahun 2014 tentang KIKD Pelajaran pada Kurikulum 2013 disebutkan bahwa kompetensi inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas, sedangkan kompetensi dasar merupakan merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada kompetensi inti.

Kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Sunda adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berba-hasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Sunda.

C. FUNGSI

Standar kompetensi dan kompetensi dasar berfungsi sebagai acuan bagi guru-guru di sekolah dalam menyusun kurikulum mata pelajaran Bahasa dan Sastra Sunda sehingga segi-segi pengembangan pengetahuan, keterampilan, serta sikap berbahasa dan bersastra Sunda dapat terprogram secara terpadu.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar ini disusun dengan mempertimbangkan kedudukan bahasa Sunda sebagai bahasa daerah dan sastra Sunda sebagai sastra Nusantara. Pertimbangan itu berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran Bahasa Sunda sebagai (1) sarana pembinaan sosial budaya regional Jawa Barat; (2) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya; (3) sarana peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) sarana pembakuan dan penyebarluasan pemakaian bahasa Sunda untuk berbagai keperluan; (5) sarana pengembangan penalaran; dan (6) sarana pemahaman aneka ragam budaya daerah (Sunda).

D. TUJUAN

(33)

1. Peserta didik menyenangi pengalamannya berbahasa Sunda baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

2. Peserta didik memahami dan mampu menggunakan bahasa Sunda dalam berbagai konteks komunikasi untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosi, dan kematangan sosial.

3. Peserta didik menghargai bahasa Sunda sebagai bagian dari warisan kebudayaan masyarakat Sunda dan bagian dari kekayaan kebudayaan nasional.

4. Peserta didik mampu menghargai, membanggakan, menikmati, dan memanfaatkan karya sastra Sunda untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan, dan memahami budaya serta intelektualitas manusia Sunda.

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR

MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA

SUNDA JENJANG SMP/MTS

KELAS VII

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

(34)

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan

(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata

4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodiikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahami dan

mengideniikasi kaidah, bentuk, struktur teks, dan unsur kebahasaan dalam paguneman tentang

menyapa, memperkenalkan diri, berpamitan, meminta izin, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf, serta menanggapinya, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.1 Menyusun dan mendemontrasikan teks paguneman tentang menyapa, memperkenalkan diri, berpamitan, meminta izin mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf serta menanggapinya dengan

memperhaikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

3.2 Mengideniikasi jenis, ragam (varian), isilah, prosedur kaulinan barudak sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

(35)

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 3.3 Mengideniikasi ragam/

jenis informasi, bentuk dan struktur teks iklan layanan masyarakat tentang berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.3 Menyusun dan mengomunikasikan iklan layanan masyarakat tentang berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.4 Mengidenii kasi bentuk, stuktur, dan isi teks narasi tentang pengalaman pribadi sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.4 Menyusun dan mengomunikasikan teks narasi tentang pengalaman pribadi sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.5 Mengideniikasi nilai-nilai dongeng sasakala sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.5.1 Menyusun peta ikiran/konsep dongeng sasakala yang telah disimaknya sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.5.2 Mengomunikasikan dongeng sasakala dengan bahasa sendiri sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.6 Mengideniikasi unsur-unsur bahasa, isi dan amanat sajak, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.6 Mendeklamasikan sajak dengan

penghayatan dan ekspresi yang tepat, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.7 Mengideniikasi bentuk, struktur dan isi teks pupujian sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

4.7 Melantunkan pupujian sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.8 Mengideniikasi isi teks narasi pengalaman

perjalanan pribadi, dengan memperhaikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

4.8 Menyajikan isi teks narasi pengalaman perjalanan pribadi, dengan

(36)

KELAS VIII

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

(37)

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR 3.1 Mengideniikasi fungsi sosial,

struktur teks, dan unsur kebahasaan dari rumpaka kawih.

4.1 Mengomunikasikan rumpaka kawih atau melantunkannya dengan memperhaikan ekspresi dan teknik vokal.

3.2 Mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari teks warta.

4.2 Mengekspresikan teks warta dengan memperhaikan irama/tempo, arikulasi, dan lentong kalimat.

3.3 Mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari guguritan pupuh Durma dan Mijil.

4.3 Mengekspresikan guguritan dalam bentuk pupuh Durma dan Mijil dengan memperhaikan ekspresi dan teknik vokal.

3.4 Memahami dan

mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari sisindiran.

4.4 Mengekspresikan sisindiran dalam bentuk tulisan dan lisan (misalnya melalui poster, meme, atau tempas sindir) dengan memperhaikan struktur, ekspresi, dan lentong kalimat.

3.5 Memahami dan

mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari teks memandu acara formal dan non formal.

4.5 Menyajikan teks memandu acara formal dan nonformal dengan memperhaikan fungsi sosial, ekspresi, dan lagu kalimat (lentong).

3.6 Memahami dan

mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari arikel seni budaya Sunda.

4.6 Menyajikan dan menanggapi arikel bertema seni budaya Sunda dengan memperhaikan fungsi sosial, serta struktur dan unsur kebahasaan.

3.7 Memahami dan

mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari laporan lalampahan.

4.7 Menanggapi bahasa dan isi laporan lalampahan dengan memperhaikan kerunutan kalimat dan kesantunan berbahasa

3.8 Memahami dan

mengideniikasi fungsi sosial, struktur dan unsur kebahasaan dari carita pondok.

4.8 Menanggapi nilai-nilai carita pondok

(38)

KELAS IX

Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler.

Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu “Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai berikut ini.

KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN)

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

(39)

KOMPETENSI DASAR

KOMPETENSI DASAR

3.1 Memahamidan

m

engideniikasi teks biantara

dengan memperhaikan fungsi

sosial, struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

4.1 Menyajikan teks biantara

d

engan memperhaikan fungsi

sosial, struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar sesuai

konteks.

3.2 Me

ngideniikasiisi

teks

deskripsi tentang kampong

adat Sunda, dengan

memperhaikan fungsi sosial,

struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

4.2 Menemukan makna yang terkait

dengan fungsi sosial, struktur

teks dan unsur kebahasaan teks

deskripsi tentang kampung adat

Sunda.

3.3 Mengideniikasi kekayaan

bahasa Sunda (kosa kata,

idiom, dan bahasa media

sosial) melalui beragam media,

dengan memperhaikan fungsi

sosial, struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

4.3 Menafsirkan kekayaan bahasa

Sunda (kosa kata, idiom, dan

bahasa media sosial) yang

berkaitan dengan fungsi

sosial, struktur teks dan unsur

kebahasaan melalui beragam

media.

3.4 Mengideniikasi unsur

intrinsik dalam ringkasan

novel remaja dengan

memperhaikan fungsisosial,

struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

4.4 Mendreskripsikan isi ringkasan

novel remaja, dengan

memperhaikan fungsi sosial,

struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

3.5 Mengideniikasi

unsur-unsur teks drama, dengan

memperhaikan

fungsi sosial,

struktur teks, dan unsur

kebahasaan yang benar dan

sesuai konteks.

(40)
(41)

Lampiran 1

SILABUS MATA PELAJARAN

BAHASA DAN SASTRA SUNDA SMP/MTs

A. PENGERTIAN SILABUS

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) termasuk ke dalam desain pembelajaran perencanaan pembelajaran yang mengacu kepada standar isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan

Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran.

B. KOMPONEN SILABUS

Di dalam lampiran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses disebutkan bahwa silabus paling sedikit memuat beberapa komponen, yakni:

1. Identitas mata pelajaran (misalnya: Bahasa dan Sastra Sunda);

(42)

3. Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;

4. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesiik yang mencakup

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;

5. Tema (khusus SD/MI),

6. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;

7. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;

8. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik;

9. Alokasi waktu, sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan

10. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

Komponen silabus tersebut termasuk komponen yang lengkap. Dalam perkembangan selanjutnya dan perbaikan Kurikulum 2013, komponen silabus hanya terdiri atas tiga komponen, yakni (1) kompetensi dasar, (2) materi pembelajaran, dan (3) kegiatan pembelajaran.

C. PENGEMBANGAN SILABUS

Pengembangan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam rangka mewujudkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

(43)

Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia, misi dan orientasi Kurikulum 2013 diterjemahkan dalam praktik pendidikan dengan tujuan khusus agar peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di masa kini dan di masa mendatang, seperti tampak pada gambar 1.

Gambar 1

Kompetensi yang dimaksud yaitu: (1) menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (2) menguasai pengetahuan; (3) memiliki keterampilan atau kemampuan menerapkan pengetahuan dalam rangka melakukan penyelidikan ilmiah, pemecahan masalah, dan pembuatan karya kreatif yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

(44)

Silabus mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda SD/MI, SMP/MTs, SMA/ MA/MAK disusun dengan format dan penyajian/penulisan yang sederhana sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh guru. Penyederhanaan

format dimaksudkan agar penyajiannya lebih eisien, tidak terlalu banyak

halaman namun lingkup dan substansinya tidak berkurang, serta tetap

mempertimbangkan tata urutan (sequence) materi dan kompetensinya.

Penyusunan silabus ini dilakukan dengan prinsip keselarasan antara ide, desain, dan pelaksanaan kurikulum; mudah diajarkan oleh guru (teachable); mudah dipelajari oleh peserta didik (learnable); terukur pencapainnya (measurable); dan bermakna untuk dipelajari (worth to learn) sebagai bekal untuk kehidupan dan kelanjutan pendidikan peserta didik.

Silabus ini bersifat leksibel, kontekstual, dan memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran, serta mengakomodasi keungulan-keunggulan lokal. Atas dasar prinsip tersebut, komponen silabus mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan yang dirancang berbasis aktivitas. Pembelajaran tersebut merupakan alternatif dan inspiratif sehingga guru dapat mengembangkan berbagai model yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran. Dalam melaksanakan silabus ini guru diharapkan kreatif dalam pengembangan materi, pengelolaan proses pembelajaran, penggunaan metode dan model pembelajaran, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta tingkat perkembangan kemampuan peserta didik.

KOMPETENSI DASAR, MATERI PEMBELAJARAN, DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kelas VII

Alokasi waktu : 2 jam pelajaran/minggu

(45)

3

Penumbuhan dan pengembangan Kompetensi Sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Pembelajaran untuk kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

3.1 Memahami dan

mengideniikasi

kaidah , bentuk, struktur teks, dan unsure kebahasaan terima kasih, dan meminta maaf, serta menanggapinya, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

Fungsi sosial Menjaga hubungan interpersonal dengan guru dan teman

• Struktur teks

- Pembuka paguneman - isi paguneman - Penutup

• Unsur kebahasaan

- Undak usuk basa - Kalimah

- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca

• Topik

Kegiatan sehari-hari yang terkait dengan menyapa, memperkenalkan diri, berpamitan, meminta ijin, mengucapkan terima kasih, dan meminta maaf

- Menyimak teks paguneman - Membaca contoh teks paguneman - Menganalisis struktur teks paguneman - Menulis teks paguneman

- Memeragakan beberapa contoh percakapan, dengan ucapan dan tekanan kata yang benar

- Mengideniikasi undak-usuk basa

- Mengideniikasi ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda

baca.

- Menanyakan hal-hal yang idak diketahui atau yang berbeda. - Melakukan releksi tentang proses dan hasil belajar tentang teks

(46)

3

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.1 Menyusun dan meminta maaf serta menanggapinya dengan

memperhaikan

fungsisosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

3.2 Mengideniikasi jenis, ragam (varian), isilah,

prosedur kaulinan barudak sesuaidengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Fungsi sosial

- Mengomentari jenis,

ragam, isilah dan

prosedur kaulinan barudak.

- Menanamkan sikap yang menjungjung

inggi moral dan jiwa

sosial

- Menonton tayangan melaui media audio visual tentang kaulinan barudak

- Menyimpulkan ciri-ciri kaulinan barudak yang telah ditontonnya. - Bertanya jawab tentang tayangan kaulinan barudak yang terkait

dengan ciri-cirinya

(47)

3

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.2 Mendemonstrasikan jenis, ragam (varian), dan prosedur kaulinan barudak melalui pengamatan langsung dari berbagai media sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Struktur teks kaulinan barudak

- Pembuka - Isi - Penutup

• Unsur Kebahasaan

- Kalimat deklaraif - Ungkapan persetujuan - Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca

• Topik

Kaulinan barudak

- Memeragakan jenis kaulinan barudak dengan memperhaikan

prosedur (langkah-langkah) yang tepat.

- Bertanya jawab tentang prosedur (langkah-langkah) dalam memeragakan kaulinan barudak.

- Melakukan releksi tentang proses dan hasil belajarnya.

3.3 Mengideniikasi

ragam/jenis informasi, bentuk dan struktur teks iklanlayanan masyarakat tentang berbagai kegiatan sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsure kebahasaan.

• Fungsi sosial

Menerapkan kosakata dan bahasa dalam teks iklan layanan masyarakat, dengan bahasa yang

menarik dan komunikaif. • Struktur Teks

- Pengantar iklan - Isi iklan

- Penutup iklan

- Membaca dan mengideniikasi berbagai informasi yang tertera

dalam iklan layanan masyarakat.

- Menemukan ciri khas bahasa yag digunakan dalam iklan layanan masyarakat

- Membedakan beragam informasi dari beberapa iklan layanan masyarakat yang dibacanya/dilihatnya.

- Menyusun kosa kata dalam satu kalimat untuk menyampaikan informasi melalui bentuk iklan layanan masyarakat

(48)

3

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.3 Menyusun dan teks dan unsur kebahasaan.

• Unsur Kebahasaan

- Isilah khusus terkait dengan jenis informasi yang digunakan dalam teks iklan layanan masyarakat

- Kalimat informaif dan

deklaraif

- Tata bahasa: penulisan kosa kata dengan tepat

• Topik

Jenis informasi dan struktur dalam iklan layanan masyarakat.

3.4 Mengideniikasi

bentuk, stuktur, dan isi teks narasi tentang pengalaman pribadi sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Fungsi sosial

Mendapatkan umpan balik yang mengandung

nilai-nilai posiif dari teks

narasipengalaman pribadi setelah dibandingkan dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

• Struktur Teks

- Paragraf awalyang berisi pendahuluan. - Paragraf isi.

- Membaca teks narasi tentang pengalaman pribadi yang disediakan.

- Menyimpulkan ciri-ciri teks narasi tentang pengalaman pribadi yang telah dipelajari.

- Menyimpulkan isi teks narasi tentang pengalaman pribadi yang telah dipelajarinya.

- Menulis teks narasi tentang pengalaman pribadi yang sesuai dengan struktur teks yang telah ditentukan.

- Membacakan teks narasi tentang pengalaman pribadi yang telah

(49)

3

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.4 Menyusun dan mengomunikasikan teks narasi tentang pengalaman pribadi sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Unsur Kebahasaan

- Kosa katakhusus terkait dengan kegiatan yang berisi pengalaman pribadi. - Frasa nominal untuk

menyebut benda - Ucapan, tekanan kata,

intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan

• Topik

Teks narasi tentang pengalaman pribadi peserta didik yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI.

3.5 Mengideniikasi

nilai-nilai dongeng sasakala sesuai dengan

fungsisosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Fungsi sosial

Menemukan nilai-nilai

posiif dari lingkungan

keluarganya.

• Struktur teks

- Bagian awal - Bagian isi - Bagian panutup

- Membaca teks narasi dongeng sasakala dengan memperhaikan

struktur teks dan ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca.

- Menemukan ciri-ciri teks narasi dongeng sasakala dengan

memperhaikan ciri khas yang nampak kasat mata.

(50)

3

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.5.1 Menyusun peta

ikiran/konsep teks dan unsur kebahasaan.

• Unsur kebahasaan

- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan

• Topik

Teks narasi yang berisi nilai-nilai dongeng sasakala yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI

- Membuat peta pikiran/konsep dari cerita dongeng sasakala sehingga mengubah bentuks teks menjadi bagan yang menarik - Menggunakan peta konsep/pikiran yang telah dibuat sebagai

pijakan dalam menyampaikan dongeng sasakala.

- Menceritakan kembali dongeng sasakala dengan bahasa sendiri dengan menggunakan peta pikiran sebagai pijakan dalam menyampaikan tuturan cerita

- Menempelkan karyanya di dinding kelas atau majalah dinding - Melakukan releksi tentang proses dan hasil belajarnya.

4.5.2 Mengomunikasikan dongeng sasakala dengan bahasa sendiri sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

3.6 Mengideniikasi

unsur-unsur bahasa, isi dan amanat sajak, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Fungsi sosial

Mendeskripsikan,

- Membaca contoh teks sajak.

- Menyimak pembacaan sajak melalui media audiovisual. - Bertanya jawab tentang kosa kata yang ada dalam teks sajak. - Mendiskusikan unsur bahasa, isi, dan amanat sajak.

- Berlaih mendeklamasikan sajak di dalam kelompok - Mendeklamasikan sajak di depan kelas.

(51)

4

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.6 Mendeklamasikan sajak dengan penghayatan dan ekspresi yang tepat, sesuai dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan.

• Unsur kebahasaan - Denotaif, konotaif,

- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan ekspresi

• Topik

Sajak yang bertema kasih sayang yang dapat menumbuhkanperilaku yang termuat di KI.

3.7 Mengideniikasi

bentuk, struktur dan isi teks pupujian sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsure kebahasaan.

• Fungsisosial

Menadomkan pupujian

untuk menasihai dan

pencerahan pengajaran agama Islam

• Struktur teks

- Tema - Kalimat wawaran - Kalimat ajakan

- Ucapan, tekanan kata,

- Menyimak guru sebagai model cara menadomkan pupujian. - Menyimak pembacaan pupujian melalui media audio visual. - Mendiskusikan struktur teks pupujian.

- Berkelompok berlaih menadomkan pupujian. - Tanya jawab tentang kosa kata yang belum dipahami - Tanya jawab tentang kesulitan menadomkan pupujian. - Praktek menadomkan pupujian di depan kelas.

(52)

4

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.7 Melantunkan pupujian sesuai dengan cirri khas daerah masing-masing sesuai dengan fungsisosial, struktur teks dan unsure kebahasaan.

• Topik

Pupujian yang berisi: memuji Allah, solawat kepada Rasulullah dan pengajaran agama Islam dan dapat menumbuhkanperilaku yang termuat di KI

3.8 Mengideniikasi isi teks

narasi pengalaman perjalanan

pribadi, dengan

memperhaikan

fungsisosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

• Fungsisosial

Menceritakan isi pengalaman

perjalanan pribadi yang mengesankan, dengan mengembangkan nilai-nilai kehidupan dan

karakter yang posiif • Struktur teks

- Paragraf pembuka - Paragraf isi - Paragraf penutup

- Membacacontoh teks narasi pengalaman perjalanan pribadi. - Mencermai struktur teks narasi pengalaman perjalanan pribadi. - Bertanya jawab tentang isi teks narasi pengalaman perjalanan

pribadi

- Presentasi pengalaman perjalanan pribadi masing-masing di depan kelas.

(53)

4

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

4.8 Menyajikanisi teks narasi pengalaman perjalanan

pribadi, dengan

memperhaikan

fungsisosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.

• Unsur kebahasaan

- Kalimat deklaraif dan

interogaif

- Kata sambung

- Ucapan, tekanan kata, intonasi, ejaan, tanda baca, dan tulisan tangan

• Topik

Pengalaman perjalanan pribadi di lingkungan sekitar siswa yang dapat menumbuhkan perilaku yang termuat di KI.

KELAS VIII

Alokasi Waktu: 2 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karaktersitik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.

Gambar

Tabel 1: Struktur Kurikulum Tingkat Daerah Jenjang SD/MI
Tabel 3: Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib
Tabel 4: Struktur Kurikulum SMA/MA
Tabel 5: Struktur Kurikulum SMK/MAK
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melihat peranan perkebunan kelapa dalam terhadap pembangunan ekonomi wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dilihat dari besaran efek pengganda (multiplier) pendapatan

16 Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa aspek sikap kepercayaan diri, kemampuan berkomunikasi dengan teman sejawat, pengetahuan kemampuan akademik atau ilmu yang

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini perlu membatasi permasalahannya yakni pengaruh pemanfaatan akses internet meliputi kerelevansian internet,

Sebagai salah satu kegiatan implementasi rencana kota, maka perancangan Sebagai salah satu kegiatan implementasi rencana kota, maka perancangan kota dapat

(2) Dalam menyelenggarakan dokumentasi yang baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola, memelihara, dan secara

kemudahan yang diberikan-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Persepsi tentang Pendidikan, Lingkungan Teman Sebaya, Jenis Sekolah, dan Status Sekolah Terhadap Minat Melanjutkan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan metode UX Curve pada aplikasi BRI Mobile Banking, maka kesimpulan dan saran yang didapatkan adalah Hasil

Tandan kosong kelapa sawit bisa diolah dengan teknik tekstil, karena dari hasil penelitian laboratorium tekstil, tandan kosong kelapa sawit ini dapat diolah