• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIFASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN STIE “ADHI UNGGUL BIRAWA” SURAKARTA. ipi55075

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIFASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN STIE “ADHI UNGGUL BIRAWA” SURAKARTA. ipi55075"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH M OTIFASI, LINGKUNGAN KERJA, DAN KEPEM IM PINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAW AN STIE “ADHI UNGGUL BIRAW A” SURAKARTA.

Hariyanta Budi Utama STIE “AUB” Surakarta

Abstraksi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan STIE “AUB” Surakarta. Data dalam penelitian adalah data primer yang dikumpulkan dengan questioner kepada responden secara acak. Untuk menguji besarnya pengaruh digunakan alat analisa regresi log linier berganda dengan menggunakan uji t dan uji f.

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan (Y) sedangkan variable bebas (Independen) adalah motivasi (X1), lingkungan kerja (X2), dan kepemimpinan (X3).

Dari hasil persamaan regresi log linier berganda menunjukkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan 5% terhadap kepuasan kerja, lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikan 10% terhadap kepuasan kerja dan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 5% terhadap kepuasan kerja.

Hasil uji F (Uji secara serentak) menunjukkan bahwa motivasi. lingkungan kerja, dan kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan dengan taraf signifikan 5% terhadap kepuasan kerja. Dan hasil pengujian Ajusted R2 sebesar 41,4 menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada kepuasan kerja 41,4% benar dipengaruhi oleh motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan, sedangkan sisanya 58,6% adalah perubahan yang disebabkan variable yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

Kata kunci : Pengaruh Motifasi, Lingkungan Kerja, Dan Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja

PENDAHULUAN

A. Lat ar Belakang

alam upaya meningkatkan kestabilan suatu Lembaga baik lembaga yang berorentasi profit maupun sosial, ditentukan oleh apa yang dirasakan orang-orang yang berada didalam organisasi ter-sebut yaitu apakah mereka merasa puas atau tidak dalam menjalani pekerjaan, kalau kepuasan yang dirasakan maka situasi kondusif akan terbentuk, iklim sejuk akan dirasakan organisasi tersebut, tetapi bila yang dirasakan adalah ketidak puasan niscaya akan muncul masalah-masalah di organisasi tersebut.

Orang atau sumber daya manusia merupakan sumber daya yang paling penting

dalam organisasi dibanding dengan sumber daya lainnya oleh karena itu perlu diper-hatikan, pada dasarnya orang bekerja karena adanya motivasi dalam dirinya, motivasi tersebut timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang bekerja.

Tentang kepuasan kerja, apakah kepuasan kerja mengarah ke pelaksanaan kerja lebih baik, atau sebaliknya prestasi menimbulkan kepuasan, dalam kenyataan banyak pendapat mengemukakan bahwa kepuasan kerja yang lebih tinggi terutama dihasilkan oleh prestasi kerja, prestasi kerja yang lebih baik mengakibatkan penghargaan yang lebih tinggi, bila penghargaan tersebut dipandang adil dan memadai maka kepuasan kerja karyawan akan meningkat. Kondisi

(2)

kepuasan atau ketidak puasan tersebut men-jadi umpan balik yang akan mempengaruhi prestasi kerja waktu yang akan datang (Handoko, 1999)

Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului oleh penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya, meskipun demikian tetap relevan untuk mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Karena tidak seder-hana, banyak variabel yang perlu mendapat perhatian dalam menganalisis kepuasan kerja seseorang.

Berbagai variabel berhubungan dengan kepuasan kerja yang perlu dianalisa dian-taranya motivasi, kepemimpinan, dan ling-kungan kerja oleh karenanya maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengambil judul “Pengaruh motivasi, lingku-ngan kerja, dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Ska”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah

sebagaimana telah diuraikan diatas maka

permasalahan dalam penelitian ini dapat

diidentifikasikan sebagai berikut, kepuasan

kerja karyawan merupakan suatu kondisi

yang dikehendaki untuk tujuan ini haruslah

diketahui faktor-faktor penyebabnya yang

merupakan variabel, kemudian cara

mening-katkan kepuasan kerja karyawan tergantung

pada faktor-faktor penyebabnya karena

kepuasan kerja merupakan fungsi dari

bebe-rapa variabel atau faktor, bertitik tolak dari

pentingnya mengetahui tingkat kepuasan

kerja karyawan dan faktor penyebabnya maka

yang akan diteliti di lembaga STIE”AUB”

adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Ska.

Peneliti berusaha menganalisa dengan

menggunakan tiga variabel independen

ter-hadap variabel dependennya yaitu variabel

motivasi, variabel lingkungan kerja dan

variabel kepemimpinan, namun apakah

semua variabel yang telah diidentifikasikan

tersebut berpengaruh terhadap kepuasan

kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta, hal ini

akan kita ketahui setelah penelitian ini

dila-kukan dengan berbagai analisanya, untuk itu

diperlukan perumusan masalah sebagai

berikut:

Secara bersama-sama apakah motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan mem punyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta;

Variabel apa yang paling dominan mem-pengaruhi kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta.

Tujuan Penelit ian

Tujuan yang hendak dicapai dalam

(3)

pengaruh motivasi, lingkungan kerja, dan

kepemimpinan terhadap kepuasan kerja

karyawan STIE”AUB” Surakarta.

M anfaat Penelit ian

Hasil penelitian ini menjadi informasi untuk menentukan langkah atau program di STIE”AUB” Surakarta, khususnya tentang bagaimana mening-katkan kepuasan kerja para karyawan di Instansi tersebut;

Dengan melakukan penelitian akan mendapat gambaran yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah faktor-foktor apa yang mempe-ngaruhi kepuasan kerja para karyawan di STIE”AUB” Surakarta;

Memberi saran sebagai masukan terhadap upaya pembinaan pegawai yang mengarah pada peningkatan kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta.

E. Hipotesis

1. Motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan STIE “AUB” Surakarta;

2. Lingkungan kerja mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karya-wan STIE “AUB” Surakarta;

3. Kepemimpinan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karya-wan STIE “AUB” Surakarta;

4. Secara bersama-sama motivasi, kepe-mimpinan, dan lingkungan kerja mem-punyai pengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan STIE “AUB” Surakarta.

A. Motivasi

1.Teori Maslow

Menurut Maslow, dalam Gito sudarmo dan Sudito (1997) dikemu-kakan bahwa manusia ditempat kerjanya dimoti-vasi oleh suatu keinginan untuk

me-muaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam diri seseorang. Teori ini didasarkan pada tiga asumsi dasar sebagai berikut: 1) Kebutuhan manusia tersusun dalam

suatu hirarkhi, mulai dari hirarkhi tuhan yang paling dasar sampai kebu-tuhan yang komplek atau paling tinggi tingkatannya;

2) Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dapat mempengaruhi perilaku sese-orang dimana hanya kebutuhan yang belum terpuaskan yang dapat meng-gerakkan perilaku, kebutuhan yang telah terpuaskan tidak dapat berfungsi sebagai motivator;

3) Kebutuhan yang lebih tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan yang hirarkhinya lebih rendah paling tidak telah terpuaskan secara minimal. Atas dasar asumsi di atas, hirarkhi

kebutuhan manusia menurut Maslow

dalam Gitosudarmo dan Sudito (1997)

adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs)

b. Kebutuhan keselamatan dan keamanan (Safet y and Scurit y Needs)

c. Kebutuhan sosial (Social Needs) d. Kebutuhan penghargaan (Est eem

Needs)

e. Kebutuhan aktualisasidiri (Selfct ualizat ion Needs)

2. Teori ERG

(4)

di-atasnya muncul. Kalau teori Hirarkhi Kebutuhan dari Maslow menganggap bahwa kebutuhan manusia tersusun dalam lima hirarkhi maka teori ERG menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki tiga hirarkhi kebutuhan. Ketiga kebutuhan ter-sebut meliputi kebutuhan akan eksistensi (exist ence needs)(E), kebutuhan akan keterkaitan (relat ednes needs)(R), dan kebutuhan akan pertumbuhan (grow t h needs)(G).

a. Kebutuhan eksistensi b. Kebutuhan akan keterikatan c. Kebutuhan pertumbuhan

Kebutuhan akan pertumbuhan meliputi semua kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan potensi sese-orang termasuk kebutuhan aktualisasi diri dan penghargaan dari Maslow. Kepuasan atas kebutuhan partum-buhan oleh orang-orang yang terlibat dalam suatu tugas tidak saja ingin menggunakan dan menunjukkan kemampuannya secara maksimal tetai juga dapat mengembangkan kemam puan-kemampuan baru.

3. Teori dua faktor dari Hersberg

Menurut Herzberg, dalam Gitosudarmo dan Sudito (1977) pembagian kebutuhan hirarkhi Maslow menjadi kebutuhan atas dan bawah, hanya kondisi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan atas yaitu penghar-gaan dan aktualisasi diri akan mening-katkan motivasi kerja. Sebuah organisasi harus memungkinkan karyawan memenuhi kebu-tuhan tingkat bawah melalui kerja, tetapi ini adalah cara utama untuk mempertahankan karyawan tersebut di organisasi tersebut, bukan untuk mempengaruhi motivasi kerjanya.

Dalam teori dua faktor tersebut, kondisi kerja yang memungkinkan orang memenuhi kebutuhan tingkat atas dinamakan faktor motivator dan yang penting untuk memenuhi kebutuhan tingkat bawah dina-makan faktor hygiene. Faktor motivator yang diidentifikasikan oleh Herzberg antara lain

prestasi, pengakuan, kerja yang menarik, tanggung jawab, dan kesempatan maju. Herzberg yakin semua faktor tadi mempe-ngaruhi kepuasan kerja dan membimbing motivasi kerja lebih tinggi. Faktor hygiene menurut Herzberg hanya mempengaruhi rasa tidak puas terhadap pekerjaan. Faktor-faktor ini antara lain kondisi kerja, jenis supervisi, hubungan dengan rekan sekerja, gaji, dan kebijaksanaan perusahaan.

Menurut Herzberg, pentingnya faktor kesehatan (hygiene fact ors) dirasakan hanya ketika faktor itu tidak ada. Para karyawan menerima kondisi kerja dengan begitu saja tetapi mereka tidak mendapatkan kepuasan kerja, kondisi kerja yang buruk biasanya merupakan sumber ketidak puasan (Moon, 1994).

A.Lingkungan Kerja 1. Suhu di tempat kerja 2. Penerangan di tempat kerja 3. Kebisingan di tempat kerja 4. Pengaturan kantor 5. Warna dinding

B. Kepemimpinan

Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan tingkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin juga memainkan peranan strategis dalam membantu kelompok, organisasi atau masyarakat untuk mencapai tujuan mereka. Hampir semua pemimpin yang efektif mem-punyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan, seperti karisma, berpandangan luas, intensitas, dan keyakinan diri.

(5)

Dan bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif, organisasi barangkali akan dapat mempelajari berbagai perilaku dan teknik tersebut oleh karena itu akan dicapai pengembangan efektifitas organisasi.

1. Pengertian Kepemimpinan

Menurut Stoner, dalam Handoko (1999) kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pem-berian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut: pert ama, kepemimpinan menyangkut bawahan,kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pemimpin dan anggota kelompok, dan ket iga, pemimpin dapat memberikan pengarahan kepada bawahan dan mempergunakan pengaruh. Pert ama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok mem-bantu menentukan status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemim-pinan dapat berjalan. Tanpa bawahan, semua kualitas kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak relevan.

Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara para pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara secara tidak langsung.

Ket iga, selain dapat memberikan penga-rahan kepada para bawahan atau pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain, para pemimpin tidak hanya dapa memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mem-pengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sebagai contoh, seorang manajer dapat mengarahkan seorang bawahan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu, tetapi dia dapat juga mempengaruhi

bawahan dalam menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.

Menurut Stoner (1992) Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorgani-sasian, dan pengawasan.

2. Pendekatan-pendekatan studi kepemim-pinan

Menurut Handoko (1999) teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional dalam studi tentang kepe-mimpinan. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (t rait s) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhu-bungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana dia berada. Pendekatan ketiga, yaitu pandangan sit uasional tentang kepemim-pinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepe-mimpinan bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang dilakukan, ketrampilan, pengha-rapan bawahan, lingkungan organisasi, penga-laman masa lalu pemimpin, dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pende-katan situasional pada kepemimpinan, yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.

(6)

pengikutnya. Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang, tetapi cenderung mencakup energi, pandangan, penge-tahuan, kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian, keseimbangan emosional, pergaulan sosial, dorongan, dan antu-siasme.

Usaha sistematik pertama yang dila-kukan untuk memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin. Berbagai studi tentang kepe-mimpinan bermaksud untuk 1). Mem-bandingkan sifat-sifat orang yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut, dan 2). mengidentifikasikan sifat-sifat yang dimiliki oleh para pemimpin efektif. Berbagai studi pembandingan sifat-sifat pemimpin dan bukan pemimpin sering menemukan bahwa pemimpin cenderung lebih tinggi, mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih ramah, dan lebih percaya diri daripada yang lain. Kombinasi sifat-sifat tertentu yang akan membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengi-kut, belum pernah ditemukan. Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat-sifat kepemimpinan bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan bagi seorang pemimpin. Menurut Handoko (1999) untuk mem-bandingkan sifat-sifat pemimpin yang efektif dan tidak efektif, berbagai sifat dipelajari untuk menentukan apakah hal-hal tersebut berhubungan dengan kepemim-pinan efektif. Pertanyaan utama adalah: “Dapatkah sifat-sifat tertentu membedakan pemimpin efektif dari yang tidak efektif?”. Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan belum pernah dapat menunjukkan bahwa sifat-sifat tertentu dapat membedakannya. Menurut Ghiselli, dalam Handoko (1999) dikemukakan bahwa sifat-sifat ter-tentu yang penting untuk kepemimpinan efektif adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory abilit y) pelaksanaan fungsi-fungsi dasar

mana-jemen, terutama pengarahan dan penga-wasan pekerjaan orang lain;

2. Kebutuhan akan prestasi dalam peker-jaan, mencakup pencarian tanggung jawab dan keinginan sukses;

3. Kecerdasan, mencakup kebijakan, pemi-kiran kreatif, dan daya piker;

4. Ketegasan atau kemampuan untuk mem-buat keputusan-keputusan, dan meme-cahkan masalah-masalah dengan tepat;. 5. Kepercayaan diri, atau pandangan

ter-hadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah;

6. Inisiatif, atau kemampuan untuk ber-tindak tidak tergantung, mengem-bangkan serangkaian kegiatan, dan mene mukan cara-cara baru atau inovasi. Sedangkan Davis, dalam Handoko (1999) mengikhtisarkan 4 (empat) ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh ter-hadap kesuksesan kepemimpinan orga-nisasi: (1) kecerdasan, (2) kedewasaan dan keluasan hubungan sosial, (3) motivasi diri dan dorongan berprestasi, dan (4) sikap-sikap hubungan manusiawi. b. Pendekatan perilaku kepemimpinan

(7)

dengan persaingan yang ketat dibutuhkan ketrampilan untuk memotivasi individu-individu secara kreatif, yang mungkin tidak diperlukan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat spesialisasi tinggi.

c. Fungsi-fungsi kepemimpinan

Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek pertama pendekatan perilaku kepemim-pinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif seseorang harus melaksanakan dua fungsi umum: (1) fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (“ t ask-relat ed”) atau peme-cahan masalah, dan (2) fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok ( group-maint enance”) atau sosial. Fungsi pertama menyangkut pemberian saran penyele-saian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua mencakup segala sesutau yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya.

d. Gaya-gaya kepemimpinan

Menurut Martoyo (2000) terdapat 6 tipe gaya kepemimpinan yaitu:

1. Tipe pribadi. Tipe kepemimpinan ini didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya;

2. Tipe non pribadi. Pimpinan dengan tipe ini memberikan cermin kurang adanya pribadi pemimpin yang bersangkutan dengan bawahannya. Ini berarti bahwa hubungan pemimpin dengan bawahan-bawahannya hanya melalui sarana atau media tertentu seperti: rencana-rencana atau instruksi-instruksi;

3. Tipe otoriter. Pemimpin otoriter me-nganggap kepemimpinannya meru-pakan hak pribadinya dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasi, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahanya yang melaksanakan;

4. Tipe Demokratis. Pemimpin tipe ini menitikberatkan pada partisipasi kelom-pok dengan memanfaatkan

pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok;

5. Tipe partenalistis. Tipe ini cenderung ke “bapak”an, sehingga sangat memikirkan keinginan dan kesejahteraan anak buah, terlalu melindugi dan membimbing; 6. Tipe indigenous. Pemimpin tipe ini

timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat informal seperti perkumpulan sepakbola, sekolah dan sebagainya.

Menurut Handoko (1999) perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam hubungannya dengan bawahan, terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu gaya dengan orientasi tugas (t ask-orient ed) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee-orient ed). Manajer berorietasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya, manajer dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka, mereka men-dorong para anggota kelompok untuk melak-sanakan tugas-tugas dengan memberikan kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan saling mempercayai dan meng-hormati.

e. Teori X dan Teori Y dari M cGregor

Konsep Teori X dan Teori Y dari McGregor, dalam Supardi (2002) dike-mukakan bahwa strategi kepemimpinan dipe-ngaruhi anggapan-anggapan seorang pemim-pin tentang sifat dasar manusia. Sebagai hasil pengalamannya menjadi konsultan McGregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan yang saling berlawanan yang dibuat oleh para manajer yang dikenal dengan teori X dan teori Y.

Anggapan-anggapan teori X:

(8)

2) Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk men-capai tujuan-tujuan organisasi;

3) Rata-rata manusia lebih menyukai diarah-kan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan me-nginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.

Anggapan-anggapan teori Y:

1) Penggunaan usaha phisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat;

2) Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang disetujuinya; 3) Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi

dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka;

4) Rata-rata manusia, dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab;

5) Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreatifitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan;

6) Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern. Seorang pemimpin yang menganut anggapan-anggapan teori X akan cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter. Sebaliknya, pemimpin yang mengikuti teori Y akan lebih menyukai gaya kepemimpinan partisipasif atau demokratis.

D.Kepuasan Kerja

1. Definisi Kepuasan Kerja

Menurut Sondang P Siagian (1992) kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang baik yang bersifat positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaan, pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu

didahului oleh penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang sederhana baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti analisisnya, karena kepuasan mempunyai konotasi yang beraneka ragam.

Menurut Handoko (1999) kepuasan keja adalah keadaan emosional yang menye-nangkan atau tidak menyemenye-nangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka.

Menurut Martoyo (2000) kepuasan kerja merupakan keadaan emosional karya-wan dimana terjadi ataupun tidak tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa karyawan dari perusahaan/organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.

Menurut Irianto (2001) Kebutuhan-kebutuhan individu yang membutuhkan pemuasan adalah kebutuhan ekonomi untuk memenuhi keperluan hidup secara mendasar, kebutuhan keamanan, kebutuhan interaksi, kebutuhan status, kebutuhan prestasi, penga-kuan, pertumbuhan, dan pengembangan.

2. M engukur kepuasan kerja

Kepuasan kerja adalah sikap dan karenanya merupakan konstruksi hipotesis sesuatu yang tidak dapat dilihat, tetapi ada atau tidak adanya diyakini berkaitan dengan pola perilaku tertentu. Seperti halnya dengan semua konstruksi hipotesis, terdapat berbagai macam pandangan mengenai bagaimana kepuasan kerja didefinisikan dan diukur, serta sebagian besar alat ukur cocok dengan salah satu dari beberapa pendekatan dasar

tersebut. Dalam semua kasus, kepuasan kerja diukur dengan kuesioner laporan diri yang diisi oleh karyawan. Anda harus ingat, bahwa para ahli psikologi sebenarnya mengukur kepuasan kerja yang dilaporkan atau dinya-takan, dan hal ini merupakan perasaan responden sebenarnya.

(9)

kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi pekerjaan yang berbeda dapat bervariasi secara bebas dan harus diukur secara terpisah. Di antara konsep yang harus diperhatikan adalah beban kerja, keamanan kerja, kompensasi, kondisi kerja, status, dan prestise kerja. Kecocokan rekan kerja, kebijaksanaan penilaian perusahaan, praktek manajemen umum, hubungan atasan-bawahan, otonomi dan tanggung jawab jabatan, kesempatan untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan, dan kesem-patan untuk pengembangan. Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, kecintaan dan kedisi-plinan karyawan meningkat.

M ETODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian 1. Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan STIE”AUB” Surakarta, sedangkan penelitian ini menggunakan tehnik sampling dalam pengambilan sampel dengan random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa mem-perhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 70 sampel, cara pengambilannya dengan random sampling.

2. Variabel penelitian a. Variabel tergantung:

Kepuasan kerja (Y), adalah merupakan suatu gambaran mengenai tingkat kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta.

b. Variabel bebas:

1) Motivasi (X1), adalah dorongan yang timbul untuk melakukan pekerjaan di STIE”AUB” Surakarta;

2) Lingkungan kerja (X2), adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja di lingkungan STIE”AUB” Surakarta;

3) Kepemimpinan (X3), adalah kemam-puan pimpinan dalam mengelola organisasi dalam hal pendelegasian wewenang, tanggung jawab dan

kebijakan dalam pengambilan keputusan.

C. M odel Penelitian

Penelitian dilakukan dengan analisis regresi ganda log linier dengan tiga variabel independen terhadap variabel dependen.

Kepuasan kerja yang merupakan variabel dependen dipengaruhi oleh beberapa variabel independen yaitu Motivasi, Lingkungan kerja, dan Kepemimpinan, namun hal ini masih merupakan hipotesa, dalam kenyataan perlu dibuktikan apakah hipotesa ini dapat diterima untuk perlakuan karyawan STIE”AUB”

Surakarta, hal ini akan kita ketahui setelah penelitian ini dilakukan dengan berbagai analisa dan kesimpulan secara kwantitatif. C. Metode Pengumpulan Data

(10)

D. Instrumen Penelitian

Alat ukur dalam penelitian dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen pene-litian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini dise-but variabel penelitian.

Instrumen yang dipakai sudah teruji vali-ditas dan reliabilitasnya. Dalam penelitian ini dipergunakan instrument untuk mengu-kur 2 variabel yaitu variabel bebas (Inde-penden) dan variabel terikat (De(Inde-penden) untuk menentukan skor dalam penelitian ini menggunakan skala likert yaitu dengan memberikan penilaian atas jawaban responden dengan klasifikasi sebagai berikut:

Sangat setuju (SS) diberi bobot = 5 Setuju (S) diberi bobot = 4 Netral (N) diberi bobot = 3 Tidak setuju (TS) diberi bobot = 2 Sangat tidak setuju (STS) diberi bobot= 1 Setiap jawaban diberi skor untuk menentukan jawaban derajat. Untuk setiap jawaban diberi angka skor 5 s/d 1. E. Metode Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden dan terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Jadi langkah analisis data adalah sebagai berikut: a. Editing

Proses tersebut merupakan langkah

meneliti kelengkapan dan kebenaran

jawaban yang diperoleh dari

respon-den.

b. Tabulating

Merupakan langkah pengelompokan

data sejenis dalam tabel frekuensi

untuk mempermudah dalam

menga-nalisis.

c. Scoring

Pemberian nilai atau bobot berupa

angka atas semua jawaban responden

guna memperoleh data kuantitatif yang

diperlukan dalam pengujian hipotesis.

Analisis kualitatif

Penelitian akan lebih banyak menjadi instrumen karena peneliti bekerja di STIE”AUB” Surakarta.

Analisa kuantitatif

Untuk membantu mempercepat analisis kwantitatif dipergunakan Program pengolah data komputer SPSS 10. Untuk menguji apakah pertanyaan yang diberika valid dan reliabel, dipergunakan analisis validitas dan reliabilitas

a. Uji validitas

Uji validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dinyatakan secara empiris oleh koefisien validitas yang disebut corrected item-total correlation (r). Koefisien validitas menyatakan korelasi antara butir-butir skor instrumen pengukur yang bersangkutan dengan total skor.

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) dengan melihat tingkat signifikansinya, bila nilai signifikannya < 0,05 dengan ∂ =5% (berbintang dua) atau < 0,01 dengan ∂ =1% (berbintang tiga) maka dikatakan valid (Santoso, 2000).

b. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat

(11)

dipercaya. Teknik yang digunakan peneliti

dalam uji reliabilitas penelitian ini adalah

Cronbach’s Alpha dengan bantuan

program komputer SPSS 10 for Windows.

Bila r hasil > r tabel maka menunjukkan

bahwa kuesioner ini reliabel dan bila r hasil

< r tabel maka kuesioner ini tidak reliabel,

disini r hasil adalah angka alpha (Santoso,

2000).

c. Analisis regresi

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel

terikat (dependen) dengan program SPSS 10. untuk memperoleh hasil persamaan regresi berganda dengan persamaan:

logY = β0 + β1 logX1 + β2 logX2 + β3 logX3 + e

Untuk mencari hubungan linier antara variabel bebas dari variabel terikat melalui perhitungan koefisien korelasi dengan formulasi. prosentase perubahan variabel secara bersama-sama variabel independen.

Menentukan nilai t tabel dengan tingkat

(12)

Keterangan:

I = koefisien regresi

Se = standar error tingkat signifikan

 = tingkat penyimpangan signi-fikan

df = degree of freedom k = jumlah parameter n = jumlah sampel

Ho: I = 0 (variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap dependen)

Ha: I  0 (variabel independen secara individu berpengaruh terhadap dependen)

Hoakan diterima (Ha ditolak)

3). Uji statistik

Uji F statistik ini sejalan dengan analisa of variance (ANOVA). Uji F statistik

membandingkan variasi independen terhadap residual (e). Formula uji F

R2 = koefisien determinasi k = jumlah variabel bebas yang

digunakan n = jumlah sampel

Dimana koefisien determinasi R2, k adalah parameter (termasuk int ercept) dan n adalah besarnya sampel. Uji F adalah uji estimasi sta-tistik secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel depen-dennya.

4). Uji asumsi klasik

Untuk mengetahui parameter dalam model yang digunakan adalah sahih maka penelitian harus diuji mengenai asumsi klasik dari regresi model sehingga tidak terjadi penyimpangan terhadap asumsi normalitas, heteros-kedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Untuk menguji adanya penyimpangan asumsi klasik menggu-nakan alat bantu komputer program SPSS.10.

a. Uji Normalitas dengan metode grafik

Persyaratan Normalitas

Jika residual berasal dari distribusi

normal, maka nilai-nilai sebaran

data akan terletak disekitar garis

lurus. Bila terlihat bahwa sebaran

data terletak disekitar garis lurus,

tidak terpencar jauh dari garis

tersebut maka dapat dikatakan

persyaratan normalitas terpenuhi

(Santoso, 2000).

b. Uji Multikolinieritas

Suatu model dikatakan bebas

adanya multikolinieritas jika antar

variabel x (independen) tidak

boleh saling berkorelasi kuat. Hal

ini dapat dilihat dari nilai VIF

(Varian Iinflation Factor) disekitar

angka 1 mempunyai nilai tolerance

mendekati 1 dan korelasi antar

variabel independent di bawah 0,5

(Santoso, 2000).

(13)

Deteksi dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik

dimana sumbu X adalah Y yang

telah diprediksi dan sumbu X

adalah residual.

Jika ada pola tertentu,

seperti titik titik yang ada

mem-bentuk suatu pola tertentu yang

teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit) maka telah

terjadi heterokedastisitas, jika

tidak ada pola yang jelas serta titik

menyebar diatas angka 0 pada

sumbu y maka tidak terjadi

hetero-kedastisitas (Santoso, 2000).

d. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada atau tidak autokorelasi dapat dilihat dari angka D-W (Durbin Watson). Dengan ketentuan:

Jika Ho adalah tidak ada autoko-relasi positif, maka jika

d<dL : menolak Ho d>dU : tidak menolak Ho dL < d < dU : pengujian tidak meyakinkan (ragu-ragu)

Menerima Ho artinya tidak ada autokorelasi positif

Jika Ho* adalah tidak ada autoko-relasi negatif, maka jika

d>4-dL : menolak Ho* d<4-dU : tidak menolak Ho* 4-du < d < 4- dL : pengujian tidak meyakinkan (ragu-ragu)

Menerima Ho* artinya tidak ada aotokorelasi negatif

Ho atau Ho* adalah ujung-ujung tidak ada autokorelasi positif atau negatif

d<dL : menolak Ho d>4 – dL : menolak Ho* du < d < 4 – du : tidak menolak Ho atau Ho*

dL≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ 4 – dL :

ragu-ragu.

Menerima Ho atau Ho* artinya tidak ada autokorelasi positif maupun negatif (Gujarati 20000).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Prospek STIE “AUB” Surakarta

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Adi Unggul Bhirowo (STIE”AUB”) merupakan perubahan dari nama Akademi Keuangan dan Perbankan (AUB) Pancasila Surakarta yang didirikan pada tangggal 17 Pebruari 1969 oleh Yayasan Dharma Pancasila (YDP) Surakarta.

Sejak tahun 1985 Yayasan Dharma Pancasila (YDP) mendelegasikan wewenang pengelolaannya kepada Yayasan Karya Dharma Pancasila (YKDP) Surakarta. Akademi Keuangan dan Perbankan Sura-karta pada saat didirikan tahun 1969 dengan nama Akademi Uang dan Bank (AUB) Pancasila. Dalam rangka kesera-gaman istilah di seluruh Indonesia oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dirubah menjadi Akademi Keuangan dan Perbankan (AUB) Surakarta.

Dalam rangka pengembangan organisasi dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maka pada tahun 2000 Akademi Keuangan dan Perbankan (AUB) Surakarta mengalami perubahan menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi “Adi Unggul Bhiowo“ disingkat STIE”AUB” Surakarta, yang menge-lola program pendidikan Diploma III dan Sarjana S1.

(14)

berasal dari Akademi Uang dan Bank (AUB), atau Akademi Keuangan dan Perbankan (AUB) ataupun setelah menjadi Sekolah Tingggi Ilmu Ekonomi dengan nama Adi Unggul Bhiwowo (AUB). Hal ini disebabkan karena untuk mempertahankan Brand Emage masyarakat tentang AUB yang telah dikenal sejak 1969 sampai sekarang.

Visi dan Misi (STIE–AUB) Surakarta Visi STIE” AUB” adalah: Pada t ahun 2010, menjadikan STIE” AUB” Surakart a sebagai salah sat u Perguruan Tinggi Ilmu Ekonomi t erdepan dalam menghasilkan lulusan berkw alifikasi akademis dan professional dibidangnya, yang mempunyai keunggulan kw alit as berkelanjut an sert a mampu bersaing di nasional, regional maupun global.

Berdasarkan Visi STIE” AUB” Surakart a t ersebut diat as ada dua komponen besar. Komponen Pert ama adalah Core Idiologi yang t erdiri dari Nilai int i dan Tujuan int i ada beberapa yait u: (1) M enghasilkan lulusan berkemampuan akademis dan pro-fessionnal dibidang manajemen, akunt ansi dan konput er, yang beriman dan bert akw a kepada t uhan yang maha esa, dan bermoral Pancasila. (2) M enghasilkan lulusan yang berkw alit as dibidang manajemen, akunt ansi dan komput er mampu bersaing baik di t ingkat nasional, regionalm maupun global. (3) M enghasilkan lulusan yang berke-mampuan unt uk mengembangkan ilmu penget ahuan, t ehnologi dan seni, khu-susnya dibidang manajemen, akunt ansi, dan komput er sesuai dengan kebut uhan dan perkembangan masyarakat . (4)

M engha-silkan lulusan yang berkemampuan mene-rapkan dan menyebarluaskan ilmu penge-t ahuan, t ehnologi dan seni,

khususnya dibidang manajemen, akunt ansi, dan komput er unt uk kepent ingan

masyarakat luas.

Komponen kedua adalah Envisioned Futureyait u masa depan yang bisa diba-yangkan dari sekarang bagaimana kondisi STIE “ AUB” Surakart a. Sasaran yang ingin dicapai adalah besar, hebat , dan

menant ang nanum mempunyai diskripsi

yang jelas yait u: (1) Pada t ahun 2010 menjadikan STIE” AUB” Surakart a sebagai salah sat u perguruan t inggi t erdepan mampu bersaing di t ingkat nasional, regional maupun global. (2) M enghasilkan lulusan yang memiliki keahlian akademik dan kompet ensi keahlian professional di bidang manajemen, akun-t ansi dan

komput er berkw alit as, dan mampu bersaing di t ingkat nasional, regional, maupun global.

Aspek peningkat an Relevansi (Aspek pengembangan Jurusan) yait u peningkat an relevansi lembaga dan profil lulusan t er-hadap kebut uhan masyarakat yang selalu berkembang. Dengan jalan mengem-bangkan kurikulum yang bert ujuan unt uk mensinkronkan dengan perkembangan manajemen dan kebut uhan dunia bisnis global dengan menghadirkan t enaga ahli, prakt isi dan para alumni yang t elah berhasil.

Aspek peningkat an Efisiensi dan produkt ifit as yait u berusaha t erus menerus meningkat kan efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki yang disert ai dengan peningkat an produkt ifit as, khu-susnya sumber daya manusia karena manusia berbeda dengan fokt or produksi lainnya manusia adalah sumber pengem-bangan, pembangunan at au sebagai mot or pembangunan dalam suat u organisasi.

Aspek peningkat an suasana akade-mik yait u mencipt akan bagaimana suasana organisasi sebagai lembaga ilmiah, ber-orent asi pada pengembangan ilmu yang relevan khususnya di bidang ekonomi, disamping membent uk suasana keber-samaan diant ara civit as akademika unt uk selalu mempert ahankan kw alit as lembaga secara menyeluruh.

Aspek peningkat an lainnya yait u mengadakan evaluasi int ernal set iap t ahun anggaran evaluasi ini berhubungan

(15)

B. Deskripsi Data

Data yang disebarkan kepada respon-den dalam penelitian ini, yang telah menja-wab dan mengembalikan kuesioner/ angket sejumlah 70 responden. Responden ter-sebut terdiri dari Karyawan STIE”AUB” Surakarta yang diambuil secara ramdom

yang memiliki variabel motivasi, lingkungan kerja, kepemimpinan, dan kepuasan kerja. Dalam deskripsi ini data dari jawaban kuesioner/angket berupa data primer. Kemudian data tersebut disusun atau disa-jikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: 1. Berdasarkan identitas responden

Umur Responden

Sumber: Data primer diola

Dari data yang didapatkan dari jawaban kuesioner sebanyak 70 responden dalam penelitian ini, responden yang berumur di bawah 20 tahun tidak ada (0%), kelompok umur

antara 20-29 tahun sebanyak 10 (14%), kelompok umur antara 30-39 tahun sebanyak 34 (49%), kelompok umur antara 40-49 tahun 19 (27%), dan kelompok umur di atas 50 tahun 7 (10%).

Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Banyaknya

Karyawan (%)

1. Laki-laki 39 55,71%

2. Perempuan 31 44,29%

Jumlah 70 100 %

Sumber: Data primer diolah

Dari data tersebut menunjukkan bahwa karyawan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari perempuan yaitu sebanyak 39 (55,71%), sedangkan karyawan perempuan sebanyak 31 (44,29%).

Pendidikan Responden No. Tingkat Pendidikan Banyaknya

Karyawan (%)

1. SD 0 0

2. SLTP 1 1,4%

3. SLTA 8 11,4%

4. Sarjana Muda 17 24,3%

5. Sarjana S1 41 58,5%

6 Saryana S2 3 4,9%

Jumlah 70 100%

Sumber: Data primer diolah

Dari data tersebut menun-jukkan bahwa karyawan yang berpen-didikan sarjana posisinya paling banyak yaitu mencapai 58,5% dan karyawan yang berpendidikan SLTP

paling sedikit yaitu 1,4%, sedangkan yang hanya lulus SD tidak ada atau 0%.

2. Berdasarkan variabel penelitian

NO Umur responden Banyaknya

Karyawan (%) 1. Dibawah 20 Th 0 0 % 2. Antara 20-29 th 10 14 % 3. Antara 30-39 th 34 49 % 4. Antara 40-49 th 19 27 %

5. Di atas 50 th 7 10 %

(16)

a. Pendapat Responden terhadap Pertanyaan Motivasi diukur melalui 14 butir pertanyaan, masing masing butir

nilainya 1 Sd 5 maka hasilnya sebagai tabel berikut:

Pendapat Responden tentang Variabel Motivasi Kerja (X1)

NO. Jumlah jawaban Skor nilai Jumlah %

1. Bermotivasi sangat tinggi 59– 70 1 1,4%

2. Bermotivasi tinggi 47 – 58 34 48,6%

3. Bermotivasi sedang 35 – 46 32 45,7%

4. Bermotivasi rendah 23– 34 3 4,3%

5. Bermotivasi sangat rendah < 23 0 0%

Total 70 100%

Sumber: Data primer diolah

Dari data tersebut karya-wan yang bermotifasi sangat tinggi sebanyak 1 karyawan atau 1,4%, bermotifasi tinggi 34 karya-wan atau 48,6%, bermotifasi sedang sebanyak 32 karyawan atau 45,7%, yang bermotifasi rendah 3 karyawan atau 4,3%, sedangkan yang bermotifasi sangat rendah tidak ada atau 0%. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa karyawan STIE”AUB” sebagian besar bermotivasi tinggi sedangkan yang bermotifasi sangat randah tidak ada.

Kondisi ini diharapkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi karyawan maka akan semakin tinggi pula kepuasan kerja yang dirasakan oleh karya-wan tersebut, sebaliknya semakin rendah tingkat motivasi karyawan maka kepuasan kerja yang dira-sakan akan semakin menurun. b. Pendapat Responden terhadap

Pertanyaan Lingkungan kerja diukur melalui 14 butir perta-nyaan, masing-masing butir nilainya 1 sd 5 maka hasil persepsi lingkungan kerja oleh karyawan sebagai berikut:

Pendapat Responden tentang Variabel Lingkungan kerja (X2)

NO. Jumlah jawaban Skor nilai Jumlah %

1. Lingkungan kerja sangat baik 59 – 70 0 0%

2. Lingkungan kerja baik 47 – 58 40 57%

3. Lingkungan kerja cukup 35 – 46 30 43% 4. Lingkungan kerja kurang baik 23 – 34 0 0% 5. Lingkungan kerja tidak baik <23 0 0%

Total 70 100%

Sumber: Data primer diolah

Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa karyawan memberikan penilaian terhadap lingkungan STIE”AUB” sangat baik tidak ada, yang menilai lingku-ngan baik sebanyak 40 karyawan atau 57%, lingkungan kerja cukup baik sebanyak 30 Orang atau 43%,

sedangkan yang menilai kurang baik, dan tidak baik tidak ada. c. Pendapat Responden terhadap

(17)

Pendapat Responden tentang Variabel Kepemimpinan(X3)

NO. Kriteria Skor nilai Jumlah %

1. Kepemimpinan sangat baik 63– 75 1 1,4%

2. Kepemimpinan baik 50 – 62 31 44,3%

3. Kepemimpinan cukup 37 – 49 38 54,3%

4. Kepemimpinan kurang baik 24 – 36 0 0% 5. Kepemimpinan tidak baik < 24 0 0%

Total 70 100%

Sumber: Data primer dioah

Dari tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa yang mem-berikan penilaian kepemimpinan sangat baik sebanyak 1 karyawan (1,4%), yang menilai kepemim-pinan baik sebanyak 31 karyawan (44,3%), yang memberikan peni-laian cukup sebanyak 38 karya-wan (54,3%). Sedangkan yang memberikan penilaian kurang baik, dan tidak baik tidak ada (0%). Hal ini diharapkan bahwa

semakin baik mereka meninilai kepemimpinan semakin puas mereka rasakan bekerja di STIE”AUB” Surakarta

d. Pendapat Responden terhadap Pertanyaan Kepuasan kerja diukur melalui 15 butir pertanyaan, masing-masing butir nilainya 1 sd 5 maka hasil persepsi karyawan mengenai kepuasan kerja di STIE”AUB” Surakarta sebagai berikut:

Pendapat Responden tentang Variabel Kepuasan Kerja (Y)

NO. Kriteria Skor nilai Jumlah %

1. Karyawan sangat puas 63– 75 0 0%

2. Karyawan puas 50 – 62 25 35,7%

3. Karyawan cukup puas 37 – 49 42 60 % 4. Karyawan tidak puas 24 – 36 3 4,3% 5. Karyawan sangat tidak puas < 24 0 0%

Total 70 100%

Sumber: Data primer diolah

Dari tersebut diatas menunjukkan bahwa Karyawan yang merasa sangat puas tidak ada (0%) , Karyawan yang merasa puas sebanyak 25 orang (35.7%), Karyawan yang merasa cukup puas 42 orang (60%), karyawan yang merasa tidak puas 3 orang (4,3%), sedangkan karyawan yang merasa sangat tidak puas tidak ada (0%). Dengan demikian dapat diindikasikan bahwa sebagian besar karyawan di STIE”AUB” cukup puas dan puas, sedangkan yang tidak puas relatif sedikit yaitu 4,3%.

C. Pengujian Inst rumen 1.Uji validitas instrumen

Uji validitas merupakan suatu pengujian terhadap ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Validitas dinyatakan secara empiris oleh koefisien validitas yang disebut corrected item-total correlation (r). Koefisien validitas

menyatakan korelasi antara butir-butir skor instrumen pengukur yang bersang-kutan dengan total skor.

Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) dengan melihat tingkat signifikansinya, bila nilai signi-fikannya < 0,05 dengan ∂ =5% (ber-bintang dua) atau < 0,01 dengan ∂ =1% (berbintang tiga) maka dikatakan valid (Santoso, 200).

(18)

Faktor motivasi pada penelitian diukur dengan menggunakan 16 butir pertanyaan. Hasi uji validitas

memberikan hasil yang diringkas pada tabel 4.8

Uji Validitas Faktor Motivasi (X1)

Butir Pertanyaan R Sig.(2-tailed) Sratus

1. 0,668 *** 0,000 Valid

2. 0,325 *** 0,006 Valid

3. 0,519 *** 0,000 Valid

4. 0,303 ** 0.011 Valid

5. 0,387 *** 0,001 Valid

6. 0,383 *** 0,001 Valid

7. 0,175 0,147 Tidak Valid

8. 0,188 0,118 Tidak Valid

9. 0,442*** 0,000 Valid

10. 0,298** 0,012 Valid

11. 0,349*** 0,003 Valid

12. 0,666*** 0,000 Valid

13. 0,628*** 0,000 Valid

14. 0,555*** 0,000 Valid

15. 0,604*** 0,000 Valid

16. 0,336*** 0,005 Valid

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan data tabel 4.8 terlihat bahwa butir pertanyaan yang valid sebanyak 14 butir dan yang tidak valid 2 butir, dikatakan valid bila mempunyai nilai Sig < 0,05 (Berbitang dua) dengan ∂ =5% atau mempunyai nilai Sig < 0,01 (berbintang tiga) dengan ∂ = 1%.

Pada uji validitas untuk

kuesioner Motivasi terdapat 2 buah

pertanyaan yang tidak valid, yaitu

pertanyaan nomor 7 (Karyawan diberi

kesempatan untuk melakukan inovasi

dan kreatifitas) dan pertanyaan

nomor 8 (Karyawan diberi Ijin belajar

melanjutkan pendidikan formalnya

yang lebih tinggi).

Dari hasil uji validitas ini juga dapat dilihat bahwa butir pertanyaan

(19)

kebutuhan nomer dua setelah aktualisasi diri. Pengujian validitas lingkungan kerja (X2)

Uji validitas untuk Lingkungan Kerja(X2)

Butir Pertanyaan r Sig.(2-tailed) Status

1. 0.260** 0.030 Valid

2. 0.230 0.055 Tidak Valid

3. 0.371*** 0.002 Valid

4. 0.313*** 0.008 Valid

5. 0.344*** 0.004 Valid

6. 0.290** 0.015 Valid

7. 0.222 0.065 Tidak Valid

8. 0.298** 0.012 Valid

9. 0.390*** 0.001 Valid

10. 0.378*** 0.001 Valid

11. 0.514*** 0.000 Valid

12. 0.434*** 0.000 Valid

13. 0.331*** 0.005 Valid

14. 0.249** 0.038 Valid

15. 0.237** 0.049 Valid

16. 0.436*** 0.000 Valid

Sumber: Data Primer diolah

Pada uji validitas untuk kuesioner

lingkungan kerja karyawan STIE “AUB”

terdapat 2 buah pertanyaan yang

tidak valid, yaitu pertanyaaan nomor

2 (Ada kerja sama dalam menjaga

kesehatan dan kebersihan kantor)

pertanyaan ini tidak valid karena tidak

menyatakan kondisi lingkungan bersih

atau tidak nyaman atau tidak, jadi

tidak valid kita gunakan untuk

ling-kungan dan pertanyaan nomor 7 juga

tidak valid (Semua karyawan terlibat

dalam menjaga kebersihan kantor)

pertanyaan ini bias karena di

STIE”AUB” Sudah ada klining servis

yang pekerjaannya khusus dibedakan

dengan karyawan yang lainnya.

(20)

perta-nyaan lingkungan kerja. Dalam Kenya-taannya, bahwa kebutuhan perleng-kapan untuk menyelesaikan tugas

masing-masing karyawan selalu dalam penyesuaian terus menerus.

e. Pengujian validitas kepemimpinan (X3)

Uji validitas untuk Kepemimpinan(X3)

Butir Pertanyaan r Sig.(2-tailed) Status

1. 0.134 0.268 Tidak Valid

2. 0.445*** 0.000 Valid

3. 0.446*** 0.000 Valid

4. 0.444*** 0.000 Valid

5. 0.495*** 0.000 Valid

6. 0.331*** 0.005 Valid

7. 0.425*** 0.000 Valid

8. 0.336*** 0.004 Valid

9. 0.241** 0.044 Valid

10. 0.302** 0.011 Valid

11. 0.439*** 0.000 Valid

12. 0.291** 0.014 Valid

13. 0.325*** 0.006 Valid

14. 0.379*** 0.001 Valid

15. 0.441*** 0.000 Valid

16. 0.239** 0.047 Valid

Sumber: Data primer diolah

Pada uji validitas untuk

kuesi-oner kepemimpinan STIE_AUB

ter-dapat 1 pertanyaan yang tidak valid,

yaitu pertanyaaan nomor 1 (Tanggung

jawab yang diberikan dalam

menye-lesaikan pekerjaan sesuai dengan

kemampuan saudara). Pertanyaan ini

tidak valid karena di STIE”AUB”

selalu diadakan perputaran pekerjaan

jadi beban pekerjaan pada

hake-katnya adalah sama sehingga butir ini

tidak signifikan butir pertanyaan yang

ternyata setelah diuji tidak valid tidak

dipakai sebagai instrument penelitian.

(21)

pimpinan dan senat akademi atau pejabat sruktural, fungsi karyawam pada umumnya hanya memberi saran

yang akan dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan.

d. Pengujuan validitas kepuasan kerja

Uji validitas untuk Kepuasan kerja (Y)

Butir Pertanyaan r Sig.(2-tailed) Status

1. 0.265** 0.026 Valid

2. 0.384*** 0.001 Valid

3. 0.511*** 0.000 Valid

4. 0.315*** 0.008 Valid

5. 0.432*** 0.000 Valid

6. 0.529*** 0.000 Valid

7. 0.272** 0.023 Valid

8. 0.509*** 0.000 Valid

9. 0.332*** 0.005 Valid

10. 0.318*** 0.007 Valid

11. 0.331*** 0.005 Valid

12. 0.133 0.271 Tidak Valid

13. 0.384*** 0.001 Valid

14. 0.295** 0.013 Valid

15. 0.557*** 0.000 Valid

16. 0.492*** 0.000 Valid

Sumber: Data Primer diolah

Pada uji validitas untuk

kuesioner kepuasan kerja karyawan

STIE”AUB” terdapat 1 pertanyaan

yang tidak valid, yaitu pertanyaaan

nomor 12 (Hubungan kerja atau

koordinasi/kerja sama antar karyawan

cukup baik) Pertanyaan ini tidak valid

karena tidak dapat dipakai sebagai

indikator kepuasan karyawan.

Dari hasil uji validitas ini juga dapat dilihat bahwa butir pertanyaan yang validitasnya tertinggi adalah butir pertanyaan nomor 15 (Struktur organisasi menggambarkan status yang jelas) dimana koefisien korelasi sebesar 0,557. Hal ini karena pada hakekatnya karyawan adalah adalah pelaksana terhadap ketetapan orga-nisasi Jadi kalau strukturnya jelas

otomatis pelaksanaanya juga enak dan memberikan kepuasan, sehingga merupakan pertanyaaan yang paling valid diantara pertanyaan pertanyaan yang lain, sedangkan yang memiliki validitas terendah adalah butir perta-nyaan nomor 1 (Saudara merasa bangga bila dapat menyelesaikan pekerjaan yang bagi saudara sukup sulit) dimana koefisien korelasi sebesar 0,265. Hal ini menunjukkan bahwa item pertanyaan ini adalah pertanyaan yang kecil kontribusinya terhadap kepuasan kerja.

6. Uji reliabilitas insntrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk

melihat apakah hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya. Teknik yang digunakan

peneliti dalam uji reliabilitas penelitian

ini adalah Cronbach’s Alpha dengan

bantuan program komputer SPSS 10 for

(22)

menunjukkan bahwa kuesioner ini

reliabel dan bila r hasil < r tabel maka

kuesioner ini tidak reliabel, disini r hasil

adalah angka alpha (Santoso, 2000).

Uji Reliabilitas Metode Alpha Variabel Koefisien alpha (r

hasil)

r tabel Probabilitas Status

Log Motivasi 0.7348 0.2306 0.0325 Reliabel

Log Lingkungan kerja 0.8403 0.2306 0.000 Reliabel

Log Kepemimpinan 0.8255 0.2306 0.0005 Reliabel

Log Kepuasan 0.6258 0.2306 0.0002 Reliabel

Sumber: Data primer diolah

D. Pengujian hipotesa penelitian 1. Uji korelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara motivasi, lingkungan

kerja, dan kepemimpinan dengan

kepuasani kerja karyawan maka perlu

dilakukan uji korelasi.

Hubungan-hubungan korelasi hanya menyatakan

bahwa variabel-variabelnya terjadi

bersamaan dalam suatu cara tertentu,

tanpa menyatakan bahwa variabel

yang satu menyebabkan terjadinya

variabel lain jadi merupakan

hubu-ngan asosiasi bukan merupakan

hubungan kaosalitet

Hasil Uji Korelasi Indifidual Motivasi, lingkungan, dan kepemimpinan terhadap Kepuasan kerja Kerja Karyawan

No. Variabel Koef Korelasi Sig

1. Log Motivasi 0.562*** 0,000

2. Log Lingkungan 0.326*** 0.006

3. Log Kepemimpinan 0.461*** 0,000

Sumber: data primer diolah

Dengan jumlah responden sebanyak 70 orang dan taraf ∂ = 5% maka Variabel dikatakan ada hubu-ngan bila besarnya signifikan dibawah 0.05 (bintang dua), bila dengan taraf ∂ =1% maka dikatakan ada hubungan sifnifikan bila nilai sifnifikan dibawah 0.01 (bintang tiga).

Dari tabel 4.13 dapat dilihat

bahwa terdapat hubungan (korelasi)

positif antara motivasi dan kepuasan

kerja dengan koefisien korelasi 0.562,

lingkungan kerja dan kepuasan kerja

dangan koefisien korelasi 0.326,

kepemimpinandengan kepuasan kerja

(23)

korelasi 0.461,dengan traraf sifnifikan

∂ =1%, sehingga kekuatan hubungan

dengan kepuasan kerja berturut-turut

Motivasi, kepemimpinan lalu

lingku-ngan kerja.

2. Uji Regresi

a. Uji signifikan simultan (uji statistik F)

Hasil uji signifikan simultan (uji statistik F) ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 0.124 3 0.04133 17.253 .000

Residual 0.158 66 0.002395

Total 0.282 69

a. Predictors: (Constant),

Kepemimpinan, Lingkungan , Motivasi b Dependent Variable: Kepuasan kerja

Berdasarkan Analisa Varien (ANOVA) atau pengujian ketetapan model dengan menggunakan uji F pada ketiga variabel yaitu motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan mempunyai pengaruh nyata dan signifikan terhadap variabel kepuasan kerja karyawan. Hal ini terlihat dari hasil uji F hitung adalah sebesar

17.253 pada = 0,05, n = 70 dan F tabel = 1,53. Karena F hitung > F tabel, dengan tingkat signifikan 0,000 < 0.05, maka kita menerima hipotesis alternatif (Ha), sehingga secara signifikan semua variabel independen dan bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

b. Uji signifikan individual (uji statistik t)

Hasil uji signifikan individual (uji statistik t) Coefficients Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

Model B Std.

Error

Beta

1 (Constant) 0.049 0.254 0.193 0.848

Log Motivasi 0.438 .098 0.438 4.486 .000

Log Lingkungan 0.222 0.124 0.171 1.788 0.078

Log Kepemimpinan 0.307 0.100 0.298 3.053 0.003

a. Dependent Variable: Kepuasan kerja b. Independen Variabel: Motivasi,

Lingkungan kerja dan Kepemimpinan Uji statistik dimaksudkan untuk menge-tahui pengaruh suatu variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan menganggap variabel lainnya adalah konstan. Pengujian variabel motivasi, lingkungan kerja dan kepemimpinana seperti terlihat pada tabel 4.15 bahwa variabel motivasi mempunyai nilai t hitung 4,486 dengan

(24)

penga-ruh yang nyata dan signifikan dari variabel independen (motivasi, dan kepemimpinana) secara individu ter-hadap variabel dependen (kepuasan kerja) pada taraf signifikan 5%. Dan hipotesis menunjukkan pengaruh yang nyata dan signifikan antara variabel independen (lingkungan kerja) secara indifidual terhadap variabel dependen

(kepuasan kerja) pada taraf signifikan 10%. Hanya besaran konstannya yang tidak signifikan baik menggunakan

=5% ataupun =10% karena mem-punyai signifikan 0,848 ini berarti besaran konstan tersebut tidak signi-fikan terhadap kepuasan keraja.

c. Koefisien determinasi (R2)

Analisa koefisien determinan(R2) Model Summary Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .663 .440 .414 0,04894 2.188

a Predictors: (Constant), Kepemim pinan, Lingkungan , Motivasi b Dependent Variabel: Kepuasan

kerja

Dalam penelitian ini nilai R sebesar 0,663 ini penunjukkan angka korelasi antara kepuasan kerja dengan motivasi, lingkungan kerja dan kepenmimpinan,.hal ini menunjukkan adanya hubungan antara variabel

dependen dengan ketiga variabel independennya. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,414 yang berarti kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh variabel independen (motivasi, lingkungan, dan kepemimpinan) sebesar 41,4% sedangkan sisanya sebesar 58,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. d. Ringkasan hasil uji regresi

Ringkasan hasil Uji Regresi

Variabel Koefisien regresi Nilai sig

Konstan 0,848

Hasil dari pengujian regresi log linier berganda yang digu-nakan untuk mengetahui estimasi besarnya pengaruh seluruh variabel independen dengan variabel dependen yaitu antara variabel motivasi (X1), Lingkungan kerja (X2), kepemimpinan (X3) terhadap variabel kepuasan (Y) dapat dilihat pada tabel 4.15.

Hasil pengolahan data dengan program SPSS. 10 diper-oleh hasil istimasi sebagai berikut: logY = 0,438 logX1+ 0,171 logX2+ 0,298 logX3+ e

Persamaan regresi diatas menunjukkan adanya pengaruh dan signifikan diantara variabel motivasi, lingkungan kerja, kepe mimpinan terhadap kepuasan kerja. Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan:

1. Y akan naik sebesar 43,8 persen setiap kenaikan satu satuan motivasi kerja (X1) apabila variabel lingkungan (X2) dan kepemimpinan (X3) dianggap konstan.

(25)

apabila variabel motivasi (X1) dan kepemimpinan (X3) dianggap konstan.

3. Y akan naik sebesar 29,8 persen setiap kenaikan satu satuan kepemimpinan (X3), apabila variabel motivasi kerja (X1) dan lingkungan kerja (X2) dianggap konstan.

4. Dari ke tiga variabel inde-penden tersebut yang paling domonan adalah variabel motivasi dengan koefisien (0,438) lalu variabel kepe-mimpinan dengan koefisien (0,298) kemudian variabel lingkungan dengan koefisien (0,171).

5. Besaran konstan tidak signi-fikan baik menggunakan taraf signifikan =5% maupun menggunakan taraf signifikan

=10% karena nilai signify-kannya sebesar 0,848.

6. Nilai Adjusted R2 sebesar 0,414 yang berarti kepuasan kerja dapat dijelaskan oleh variabel independen (moti-vasi, lingkungan, dan kepe-mimpinan) sebesar 41,4% sedangkan sisanya sebesar 58,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model.

E. Persyarat an Kelayakan M odel Regresi 1. Persyaratan normalitas

Jika residual berasal dari distribusi normal, maka nilai-nilai sebaran data akan terletak disekitar garis lurus. Terlihat diatas bahwa sebaran data terletak disekitar garis lurus, tidak ter-pencar jauh dari garis tersebut. Maka dapat dikatakan persyaratan normalitas terpenuhi (Santoso, 2000).

2. Persyaratan heterokedastisitas

Jika model regresi layak dipakai untuk prediksi apabila titik-titik tidak ada pola yang jelas serta menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak terjadi Heterokedastisitas. Pada gambar dibawah ini terlihat titik menyebar secara acak, tidak mem-bentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berati tidak terjadi Heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk mem-prediksi kepuasan kerja berdasar masukan variabel motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan (Santoso, 2000).

3. Persyaratan multikolineritas

Suatu model dikatakan bebas adanya multikolinieritas jika antar variabel x (independen) tidak boleh saling berkorelasi kuat. Hal ini dapat dilihat dari nilai VIF (Varian Iinflation Factor) disekitar angka 1 mempunyai nilai tolerance mendekati 1 dan korelasi antar variabel independent di bawah 0,5 (Santoso, 2000).

4. Persyaratan autokorelasi

(26)

Persyaratan autokorelasi Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .663 .440 .414 .04894 2.188

a Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Lingkungan , Motivasi b Dependent Variable: Kepuasan kerja

F. Pembahasan Hasil Penelit ian

Dari uji korelasi yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan (korelasi) positif antara motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja di STIE”AUB” Ska. Hasil uji koefisien determinatif (R2) berdasarkan adjusted R2 menunjukkan bahwa motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan mempengaruhi kepuasan kerja 41,4% sedangkan sisanya sebesar 58,6% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Pada uji F yang dilakukan, hasil yang didapat adalah adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja dengan tingkat signifikan 0,000. Hasil uji t dapat dilihat bahwa motivasi paling berpengaruh terhadap kepuasan kerja dengan koefisien 0,438 tingkat signifikan 0,000 dengan =5% kemu-dian kepemimpinan dengan koefisien 0,298 tingkat signifikan 0,003 dengan =5% yang terakhir adalah lingkungan kerja dengan koefisien 0,171 tingkat signifikan 0,078 dengan =10% sedangkan besaran konstannya tidak signifikan dengan nilai signifikan 0,848 baik menggunakan =5% ataupun menggunakan =10%.

KESIM PULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa data, maka terbukti bahwa ketiga variabel bebas (Motivasi, Lingkungan kerja dan Kepemimpinan) berpengaruh signi-fikan, terhadap variabel tak bebas (Kepuasan kerja). Hasil pengolahan data dengan program SPSS. 10 diper-oleh hasil istimasi sebagai berikut:

LogY = 0,438 logX1 + 0,171 logX2 + 0,298 logX3 + e

a) Apabila variabel bebas lain dianggap konstan, maka koefisien regresi untuk motivasi kerla (X1) sebesar 0,438 artinya setiap terjadi peningkatan motivasi sebesar satu satuan akan meningkatkan kepuasan kerja (Y) sebesar 43,8 persen. b) Apabila variabel bebas lain dianggap konstan, maka koefisien regresi untuk

lingkungan kerja (X2) sebesar 0,171 artinya setiap terjadi peningkatan lingkungan kerja sebesar satu satuan akan meningkatkan kepuasan kerja (Y) sebesar 17,1 persen.

c) Apabila variabel bebas lain dianggap konstan, maka koefisien regresi untuk kepemimpinan (X3) sebesar 0,298 artinya setiap terjadi peningkatan kepemim-pinan sebesar satu satuan akan meningkatkan kepuasan kerja (Y) sebesar 29,6 persen.

2. Dari pengujian Adjusted R2 (koefisien determinasi) diperoleh Adjusted R2 sebesar 0,414 berarti perubahan yang terjadi pada variabel kepuasan kerja adalah 41,4% benar dipengaruhi oleh variabel bebas (motivasi, lingkungan kerja dan kepemimpinan) sedangkan sisanya 58,6% adalah perubahan yang disebabkan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian.

(27)

dengan variabel dependen (kepuasan kerja) dengan nilai koefisien masing-masing motivasi (0,438); Lingkungan (0,171) dan kepemimpinan (0,298).

4. Dari uji F (uji secara serentak) yang dilakukan terlihat bahwa ada hubu-ngan yang signifikan antara variabel independen dengan variabel depen-den dengan nilai F hitung (17,253) > Ftabel (1,53) atau tingkat signifikan (0,000) < (0,05).

5. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat masalah uji normalitas, tidak terjadi heteros- kedaktisitas, autokorelasi, dan multi-kolinieritas sehingga nilai parameter model prediksi yang diperoleh melalui metode regresi log linier berganda dapat digunakan sebagai model prediksi.

Keterbatasan

Apabila hasil penelitian ini akan dijadikan sebagai masukan, maka perlu dipertim-bangkan adanya beberapa keterbatasan. Hal ini perlu diperhatikan dengan maksud agar hasil penelitian ini bisa bermanfaat secara optimal.

1. Kepuasan kerja tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan tetapi masih banyak faktor lain yang mempengaruhi dan perlu diteliti lagi; 2. Penelitian ini dilakukan di STIE”AUB” Surakarta jadi merupakan studi kasusus.

Saran-saran

1. Dari hasil penelitian ternyata ketiga variabel independen yaitu motivasi, ling-kungan kerja, dan kepemimpinan semua berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja karyawan STIE”AUB” Surakarta sehingga untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan masing-masing faktor ini perlu ditingkatkan;

2. Diantara variabel yang mempengaruhi yang mempunyai kontribusi peningkatan kepuasan kerja berturut-turut dari yang paling besar adalah motivasi, kepe-mimpinan, lalu lingkungan kerja sehingga perlu ditingkatkan prioritas sesuai dengan kontribusinya terhadap kepuasan kerja.

Rekomendasi

1. Dengan adanya kepuasan dalam bekerja akan mempengaruhi kese-tabilan dan ketentraman sehingga secara otomatis juga menstabilkan lembaga atau memjadikan iklim yang kondusif bagi lembaga khususnya di STIE”AUB” Surakarta oleh karena itu maka masalah kepuasan kerja perlu diperhatikan;

2. Kepuasan kerja optimal baru dapat dirasakan apabila faktor yang mem-pengaruhi mendapatkan perhatian yang baik. Faktor-faktor tersebut antara lain motivasi, lingkungan kerja, dan kepemimpinan. Meskipun masih ada faktor lain yang dapat mem-pengaruhi kepuasan kerja namun ketiga faktor ini berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja maka perlu diperhatikan.

Daftar Pustaka

Gujarati, 1978, Ekonomet rika Dasar, penerbit Erlangga

Gitosudarmo, Sudito, 1997, Perilaku Organisasi, BPFE, Yogjakarta

Handoko, T. Hani, 1999, M anajemen Personalia dan Sumber Daya M anusia, BPFE, Yogjakarta Handoko, T. Hani, 1999, M anajemen, BPFE, Yogjakarta

Irianto, 2001, M anajemen Personalia dan Sumber Daya M anusia, Insan Cendekia, Surabaya Moon, 1993, Appraising Your St aff, diterjemahkan oleh Wahyudi, Pustaka Binaan Pressindo

Jakarta

Martoyo, S, 2000, M anajemen Sumber Daya M anusia, BPFE, Yogjakarta Santoso, 2001,M engolah Dat a St at ist ik Secara Professional, Gramedia, Jakarta

Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, elek Media Komputindo, Jakarta Supardi, Anwar, 2002, Dasar-dasar Perilaku Organisasi, UII Press, Yogjakarta

(28)

Stoner, 1992, M anajemen, Erlangga, Jakarta

Gambar

tabel berikut:
tabel = 1,53. Karena F hitung > F tabel,

Referensi

Dokumen terkait

Nama Alat Spesifikasi Satuan Jumlah Pemilik.. Palu General Buah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Minat belajar, Kompetensi Guru, Intensitas Penggunaan

Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan dan penerapan teori-teori tentang penelitian

Variabel bebas yang paling dominan adalah modal kerja dapat dijelaskan sebagai berikut: umur yang semakin tua produktifitasnya semakin menurun sehingga

Ketika melakukan pengumpulan data dari berbagai sumber, peneliti menggunakan berbagai macam teknik seperti wawancara, observassi dan dokumentasi (triangulasi

Hasil analisis data diperoleh antara lain yaitu, ada korelasi yang signifikan antara power otot tungkai dan panjang tungkai dengan kecepatan lari dalam lari cepat 60 meter pada

Pesanan yang telah selesai dimasukkan ke gudang dan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan saat atau tanggal pesanan harus diserahkan. Metode harga