• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2004

TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dal am rangka pel aksanaan l ebih l anj ut ket ent uan Pasal 46 sampai dengan Pasal 51, Pasal 77 dan Pasal 80 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan, maka perl u menet apkan Perat uran Pemerint ah t ent ang Per l i ndungan Hut an.

Mengi ngat : 1. Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana t el ah diubah dengan Perubahan Keempat Undang- Undang Dasar 1945;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Per at ur an Dasar Pokok-pokok Agar ia (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 2034);

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konser vasi Sumber Daya Al am Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 3419);

4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembar an Negara Nomor 3501);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengel ol aan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 3699);

6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 3888) sebagai mana t el ah di ubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2004 t ent ang Penet apan Per at ur an Pemer i nt ah Penggant i Undang Nomor 1 Tahun 2004 t ent ang Perubahan at as Undang-Undang Nom or 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan menj adi Undang-Undang- Undang-Undang (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412);

7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Pr ovinsi Daer ah Ist imewa Aceh sebagai Pr ov i nsi Nanggr oe Aceh Dar ussal am (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

8. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus Bagi Pr ovi nsi Papua (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 4151);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437).

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Kesat u Penger t i an

Pasal 1

Dal am Perat uran Pemerint ah ini, yang dimaksud dengan :

(2)

2. Pol isi Kehut anan adal ah pej abat t ert ent u dal am l ingkungan inst ansi kehut anan pusat dan daer ah yang sesuai dengan si f at peker j aannya, menyel enggar akan dan at au mel aksanakan usaha perl indungan hut an yang ol eh kuasa undang-undang diberikan wewenang kepol isian khusus di bi dang kehut anan dan konser vasi sumber daya al am hayat i dan ekosist emnya. 3. Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l Kehut anan adal ah pej abat pegawai neger i si pi l

t ert ent u dal am l ingkup inst ansi kehut anan pusat dan daerah yang ol eh undang-undang diber i wewenang khusus penyidikan di bidang kehut anan dan konser vasi sumber daya al am hayat i dan ekosist emnya.

4. Sat uan Pengamanan Hut an adal ah pegawai or ganik yang diangkat ol eh pimpinan perusahaan pemegang izin usaha pemanf aat an hut an at au pet ugas yang dibent uk ol eh masyarakat hukum adat unt uk mel aksanakan t ugas pengamanan di ar eal hut an yang menj adi t anggung j awabnya.

5. Masyar akat adal ah or ang seor ang, kel ompok or ang, t er masuk masyar akat hukum adat at au Badan Hukum.

6. Pemer i nt ah adal ah Pemer i nt ah Pusat .

7. Pemerint ah Daerah adal ah Kepal a Daerah besert a perangkat Daerah Ot onom yang l ain sebagai Badan Eksekut i f Daer ah.

8. Ment er i adal ah Ment er i yang di ser ahi t ugas dan ber t anggung j awab di bi dang kehut anan.

Bagian Kedua Umum

Pasal 2

(1) Perl indungan hut an merupakan bagian dari kegiat an pengel ol aan hut an.

(2) Kegiat an perl indungan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil aksanakan pada wi l ayah hut an dal am bent uk Uni t at au Kesat uan Pengel ol aan Hut an Konser vasi (KPHK), Uni t at au Kesat uan Pengel ol aan Hut an Li ndung (KPHL), dan Uni t at au Kesat uan Pengel ol aan Hut an Produksi (KPHP).

Pasal 3

(1) Perli ndungan hut an sebagai mana di maksud pada Pasal 2 menj adi kewenangan Pemer i nt ah dan at au Pemerint ah Daerah.

(2) Kegiat an perl indungan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), di wil ayah dan unt uk kegiat an t ert ent u, dapat dil impahkan ol eh Pemerint ah kepada Badan Usaha Mi l i k Negar a (BUMN) yang bergerak di bidang kehut anan.

Pasal 4

(1) Dal am r angka kepent i ngan penel i t i an, pengembangan, pendi di kan dan pel at i han kehut anan, rel igi dan budaya, Ment eri menet apkan perl indungan hut an dengan t uj uan khusus.

(2) Perl indungan hut an pada kawasan hut an dengan t uj uan khusus sebagai mana di maksud pada ayat (1) unt uk kegiat an :

a. penel it ian dan pengembangan dapat diberikan kepada l embaga yang mel aksanakan kegiat an penel it ian dan pengembangan;

b. pendi di kan dan pel at i han dapat di ber i kan kepada l embaga yang mel aksanakan kegi at an pendidikan dan pel at ihan;

c. rel igi dan budaya dapat diberikan kepada l embaga yang mel aksanakan kegiat an keagamaan dan kebudayaan.

(3) Per l i ndungan hut an dengan t uj uan khusus sebagai mana di maksud pada ayat (2) di t et apkan ol eh Ment eri.

(4) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang per l indungan hut an dengan t uj uan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diat ur ol eh Ment er i.

Bagi an Ket i ga

Tuj uan dan Prinsip-prinsip Perl indungan Hut an

Pasal 5

(3)

Pasal 6

Pr i nsi p-pr i nsi p per l i ndungan hut an mel i put i :

a. mencegah dan membat asi kerusakan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an, yang disebabkan ol eh per buat an manusia, t er nak, kebakar an, daya -daya al am, hama, ser t a penyakit .

b. Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negar a, masyar akat , dan per or angan at as hut an, kawasan hut an, hasil hut an, i nvest asi ser t a per angkat yang ber hubungan dengan pengel ol aan hut an.

BAB II

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUTAN

Bagian Kesat u

Mencegah dan Membat asi Ker usakan Hut an, Kawasan Hut an dan Hasi l Hut an yang Di sebabkan ol eh Per buat an Manusi a

Paragraf 1 Umum

Pasal 7

Unt uk mencegah, membat asi dan mempert ahankan sert a menj aga sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a dan huruf b yang disebabkan ol eh perbuat an manusia, maka Pemerint ah, Pemer i nt ah Daer ah dan masyar akat :

a. mel akukan sosi al i sasi dan penyul uhan per at ur an perundang-undangan di bidang kehut anan; b. mel akukan invent arisasi permasal ahan;

c. mendor ong peni ngkat an pr odukt i vi t as masyar akat ; d. memf asi l i t asi t er bent uknya kel embagaan masyar akat ;

e. meningkat kan per an ser t a masyar akat dal am kegiat an pengel ol aan hut an; f . mel akukan ker j asama dengan pemegang hak at au i zi n;

g. meningkat kan ef ekt if it as koordinasi kegiat an perl indungan hut an; h. mendor ong t er ci pt anya al t er nat i f mat a pencahar i an masyar akat ;

i . meni ngkat kan ef ekt i f i t as pel apor an t er j adi nya gangguan keamanan hut an;

j . mengambil t indakan per t ama yang di per l ukan t er hadap gangguan keamanan hut an; at au k. mengenakan sanksi t erhadap pel anggaran hukum.

Pasal 8

(1) Perl indungan hut an at as kawasan hut an yang pengel ol aannya diserahkan kepada BUMN di bidang kehut anan, dil aksanakan dan menj adi t anggung j awab pengel ol anya.

(2) Per l i ndungan hut an at as kawasan hut an yang t el ah menj adi ar eal ker j a pemegang i zi n pemanf aat an kawasan, i zi n usaha pemanf aat an j asa l i ngkungan, i zi n usaha pemanf aat an hasil hut an, izi n pemungut an hasi l hut an, dan pemegang i zi n pi nj am pakai kawasan hut an di l aksanakan dan menj adi t anggung j awab pemegang i zi n yang ber sangkut an.

(3) Kegi at an per l i ndungan hut an pada kawasan hut an dengan t uj uan khusus di l aksanakan dan menj adi t anggung j awab pengel ol anya.

(4) Per l indungan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) mel i put i : a. mengamankan ar eal ker j anya yang menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasi l hut an

t ermasuk t umbuhan dan sat wa;

b. mencegah ker usakan hut an dar i per buat an manusi a dan t er nak, kebakar an hut an, hama dan penyakit sert a daya- daya al am;

c. mengambi l t i ndakan per t ama yang di per l ukan t er hadap adanya gangguan keamanan hut an di areal kerj anya;

d. mel aporkan set iap adanya kej adian pel anggaran hukum di areal kerj anya kepada inst ansi kehut anan yang t er dekat ;

e. menyediakan sarana dan prasarana, sert a t enaga pengamanan hut an yang sesuai dengan kebut uhan.

(5) Ket ent uan l ebih l anj ut t ent ang pel aksanaan perl indungan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diat ur ol eh Ment er i.

Pasal 9

(1) Perl indungan hut an at as kawasan hut an yang pengel ol aannya diserahkan kepada masyar akat hukum adat , di l aksanakan dan menj adi t anggung j awab masyar akat hukum adat .

(4)

masyar akat hukum adat yang ber sangkut an dengan pendampi ngan dar i Pemer i nt ah, pemer i nt ah pr ovi nsi dan at au pemer i nt ah kabupat en/ kot a.

Pasal 10

(1) Per l i ndungan hut an pada hut an hak, di l aksanakan dan menj adi t anggung j awab pemegang hak.

(2) Perlind ungan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mel iput i kegiat an ant ara l ain : a. pencegahan gangguan dari pihak l ain yang t idak berhak;

b. pencegahan, pemadaman dan penanganan dampak kebakaran; c. penyediaan personil dan sarana prasarana perl indungan hut an; d. memper t ahankan dan memel ihar a sumber air ;

e. mel akukan ker j asama dengan sesama pemi l i k hut an hak, pengel ol a kawasan hut an, pemegang i zi n pemanf aat an hut an, pemegang i zi n pemungut an, dan masyar akat .

Pasal 11

Pemer i nt ah, pemer i nt ah pr ovi nsi dan at au pemer i nt ah kabu pat en/ kot a mel akukan f asi l i t asi , bi mbi ngan, pembi naan, pengawasan dal am kegi at an per l i ndungan hut an sebagai mana di maksud pada Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 10.

Paragraf 2

Per l i ndungan Hut an at as Hasi l Hut an

Pasal 12

(1) Set iap orang yang mengangkut , menguasai at au memil iki hasil hut an waj ib dil engkapi bersama-sama dengan sur at ket er angan sahnya hasi l hut an.

(2) Ter masuk dal am penger t i an hasi l hut an yang t i dak di l engkapi ber sama-sama dengan sur at ket er angan sahnya hasil hut an adal ah :

a. asal usul hasil hut an dan t empat t uj uan pengangkut an t i dak sesuai dengan yang t ercant um dal am surat ket erangan sahnya hasil hut an;

b. apabi l a keadaan f i si k, bai k j eni s, j uml ah maupun vol ume hasi l hut an yang di angkut , di kuasai at au di mi l i ki sebagi an at au sel ur uhnya t i dak sama dengan i si yang t er cant um dal am surat ket erangan sahnya hasil hut an;

c. pada wakt u dan t empat yang sama t idak disert ai dan dil engkapi surat -surat yang sah sebagai bukt i ;

d. Sur at Ket er angan Sahnya Hasi l Hut an masa ber l akunya t el ah habi s; e. hasil hut an t idak mempunyai t anda sahnya hasil hut an.

(3) Ket ent uan l ebih l anj ut mengenai surat ket erangan sahnya hasil hut an diat ur sesuai perat uran perundang-undangan yang ber l aku.

Pasal 13

(1) Perl indungan hasil hut an dil aksanakan unt uk menghindari pemanf aat an hut an secara berl ebihan dan at au t i dak sah.

(2) Perl indungan hasil hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil aksanakan mel al ui kegi at an pembi naan, pengawasan dan pener t i ban.

Pasal 14

(1) Pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an hanya dapat dil akukan apabil a t el ah memil iki izin dari pej abat yang ber wenang.

(2) Termasuk dal am kegiat an pemanf aat an hut an t anpa izin ial a h :

a. pemegang izin mel akukan pemanf aat an hut an di l uar areal yang diberikan izin; b. pemegang izin mel akukan pemanf aat an hut an mel ebihi t arget vol ume yang diizinkan; c. pemegang i zi n mel akukan penangkapan/ pengumpul an f l or a f auna mel ebi hi t ar get /

quot a yang t el ah dit et apkan;

d. pemegang i zi n mel akukan pemanf aat an hut an dal am r adi us dar i l okasi t er t ent u yang dil arang undang-undang.

(5)

Bagian Kedua

Per l i ndungan Hut an dar i Gangguan Ter nak

Pasal 15

(1) Unt uk mencegah dan membat asi ker usakan sebagai mana di maksud pada Pasal 6 hur uf a dar i gangguan t ernak, dal am kawasan hut an produksi dapat dit et apkan l okasi penggembal aan t ernak.

(2) Penet apan l okasi penggembal aan t ernak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil akukan ol eh Kepal a Unit Pengel ol aan Hut an.

(3) Unt uk kepent i ngan konser vasi dan r ehabi l i t asi hut an, t anah dan ai r , Kepal a Uni t Pengel ol aan Hut an dapat menut up l okasi penggembal aan t er nak sebagai mana di maksud pada ayat (2).

(4) Ket ent uan lebih l anj ut t ent ang penet apan l okasi penggembal aan t ernak dal am kawasan hut an pr oduksi sebagai mana di maksud pada ayat (1), diat ur dengan Keput usan Ment eri.

Bagi an Ket i ga

Pel indungan Hut an dari Daya-Daya Al am

Pasal 16

(1) Unt uk mencegah dan membat asi ker usakan sebagai mana di maksud pada Pasal 6 hur uf a yang disebabkan oleh daya-daya al am yang berupa :

a. Let usan gunung berapi dengan :

1. mengadakan kerj asama dengan inst ansi yang t erkait dal am rangka pemant auan gunung ber api , per amal an per usakan yang mungkin t erj adi dan usaha-usaha unt uk menguranginya;

2. mel indungi dan memant au pr oses-proses al ami yang menunj ang rehabil it asi hut an yang rusak ol eh l et usan gunung berapi;

3. normal isasi sal uran/ al iran l ahar dingin. b. Tanah l ongsor dengan :

1. membuat t eras permanen at au semi permanen pada l ahan- l ahan yang mi r i ng at au curam;

2. menanam j eni s-j enis pohon yang mempunyai daya t ranspirasi yang t inggi dan mempunyai perakaran yang dal am dan mel ebar pada l ahan- l ahan yang miring at au curam.

c. Banj ir dengan :

1. mengadakan ker j asama ant ar i nst ansi yang ber wenang dal am penanganan masal ah sumber daya ai r t er ut ama dal am hal pemant auan per i l aku ai r sungai , per amal an banj i r dan ker usakan yang di aki bat kannya ser t a nor mal i sasi al i r an sungai ;

2. mel aksanakan penghi j auan dan r eboi sasi t anah-t anah yang hidroo l ogi s kr i t i s dengan j eni s-j eni s t anaman at au pohon yang cepat t umbuh dengan memper hat i kan kesesuaian ant ara j enis dengan t empat t umbuh.

d. Badai, dengan :

1. mel indungi t egakan hut an t erut ama t egakan hut an muda, yang bernil ai ekonomis t i nggi dar i ancaman badai dengan car a membagi t egakan dal am bl ok-bl ok yang sat u sama l ai n di pi sahkan ol eh j al ur penahan angi n,

2. menanam pohon sebagai j al ur penahan angin yang l ebih rapat yang bert aj uk berl apis-l apis di bagian t epi hut an yang berbat asan dengan l ahan t erbuka.

e. Kekeringan, dengan :

1. mel i ndungi sumber-sumber air dan daerah t angkapan air; 2. membuat cek dam, embung air, waduk;

3. membuat il aran api pada hut an yang r awan kebakar an. f . Gempa, dengan :

1. i dent i f i kasi l okasi rawan gempa dan resiko dampak;

2. penyedi aan pet a r awan gem pa pada kawasan hut an t er masuk kawasan suaka al am dan kawasan pel est arian al am;

3. menghi ndar i pembangunan sar ana dan pr asar ana per manen di daer ah r awan gempa.

(2) Usaha-usaha unt uk mencegah dan membat asi ker usakan hut an yang di sebabkan ol eh daya al am yang berupa gunung mel et us, t anah l ongsor, gempa, badai, banj ir dan kekeringan dil aksanakan kegiat an :

a. memant au bio-f i si k l i ngkungan yang ber pot ensi meni mbul kan bencana al am; b. membuat pet a l okasi kerawanan bencana;

c. membangun bangunan civil t eknis;

(6)

f . menj aga mut u, ni l ai dan kegunaan hasi l hut an.

(3) Ket ent uan l ebih l anj ut t ent ang perl indungan hut an dari daya- daya al am sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur ol eh Ment er i.

Bagian Keempat

Per l i ndungan Hut an dar i Hama dan Penyaki t

Pasal 17

(1) Unt uk mencegah dan membat asi kerusakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a, yang disebabkan ol eh hama dan penyakit , Pemerit ah dan at au Pemerint ah Daerah :

a. menyel enggarakan penel it ian hama dan penyakit t umbuhan dan sat wa; b. menyel enggarakan karant ina t umbuhan dan sat wa;

c. mengendali kan popul asi t umbuhan dan sat wa beser t a habi t at nya; dan at au

d. mengendal ikan hama dan penyakit dengan met ode biol ogis, mekanis, kimiawi dan at au t erpadu.

(2) Ket ent uan l ebih l anj ut t ent ang perl indungan hut an dari hama dan penyakit ol eh Pemer i nt ah dan/ at au Pemerint ah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diat ur ol eh Ment eri.

BAB III

PERLINDUNGAN HUTAN DARI KEBAKARAN

Bagian Kesat u Umum

Pasal 18

(1) Perl indungan hut an dari kebakaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 huruf a, adal ah unt uk menghi ndar i ker usakan hut an yang disebabkan ol eh :

a. per buat an manusi a; b. daya-daya al am.

(2) Per buat an manusi a sebagai mana di maksud pada ayat (1) hur uf a, ant ar a l ai n : a. mel akukan pembakar an hut an t anpa i zi n; at au

b. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakar an.

(3) Daya-daya al am sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, ant ara l ain akibat -aki bat pet i r , gunung ber api , r eaksi sumber daya al am dan at au gempa.

Pasal 19

(1) Set i ap or ang di l ar ang membakar hut an.

(2) Pengecual ian dari l arangan membakar hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di per bol ehkan di l akukan secar a t er bat as unt uk t uj uan khusus at au kondi si yang t i dak dapat diel akkan, mel iput i :

a. pengendal ian kebakaran hut an; b. pembasmian hama dan penyakit ;

c. pembi naan habi t at t umbuhan dan sat wa.

(3) Pel aksanaan pembakaran hut an unt uk t uj uan khusus at au kondi si yang t i dak dapat diel akkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapat izin dari pej abat yang ber wenang.

(4) Pembakar an hut an unt uk t uj uan khusus at au kondi si yang t i dak dapat di el akkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diat ur l ebh lanj ut ol eh Ment er i .

Bagian Kedua Pengendal ian Kebakaran

Paragraf 1 Umum

Pasal 20

(1) Unt uk mencegah dan membat asi ker usakan hut an yang di sebabkan ol eh kebakar an sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 hur uf a, dil akukan kegiat an pengendal ian, yang mel iput i :

(7)

c. penanganan pasca kebakar an.

(2) Kegiat an pengendal ian kebakar an hut an dil akukan pada t ingkat : a. nasional;

b. pr ovi nsi ;

c. kabupat en/ kot a;

d. unit at au kesat uan pengel ol aan hut an.

(3) Pengendal i an kebakar an hut an t i ngkat nasi onal di l akukan ol eh dan menj adi t anggung j aw ab Ment eri.

(4) Pengendal i an kebakar an hut an t i ngkat pr ovi nsi di l akukan ol eh dan menj adi t anggung j aw ab Gubernur.

(5) Pengendal ian kebakaran hut an t ingkat kabupat en/ kot a dil akukan ol eh dan menj adi t anggung j awab Bupat i/ Wal ikot a.

(6) Pengendal ian kebakar an hut an t i ngkat kesat uan pengel ol aan hut an di l akukan ol eh dan menj adi t anggung j awab Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an.

Pasal 21

(1) Pada t i ngkat nasi onal Ment er i menet apkan pr ogr am pengendal i an kebakar an hut an t i ngkat nasi onal.

(2) Pada t ingkat provinsi Guber nur menet apkan pr ogr am pengendal i an kebakar an hut an t i ngkat pr ovi nsi .

(3) Pada t ingkat kebupat en/ kot a, Bupat i / Wal i kot a menet apkan r encana pengendal i an kebakaran hut an.

(4) Pada t i ngkat kesat uan pengel ol aan hut an, Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an menet apk an rencana kegiat an pengendal ian kebakaran hut an.

Pasal 22

(1) Dal am pel aksanaan pengendal i an kebakar an hut an, Pemer i nt ah membent uk l embaga pengendal i an kebakar an hut an pada t i ngkat pusat , pr ovi nsi , kabupat en dan uni t pengel ol aan hut an.

(2) Lembaga pengendal ian kebakar an hut an sebagai mana di maksud pada ayat (1), di sebut brigade pengendal ian kebakaran hut an.

(3) Br i gade pengendal i an kebakar an hut an sebagai mana di maksud pada ayat (2), ber t ugas menyusun dan mel aksanakan pr ogr am pengendal ian kebakar an hut an.

(4) Koordinasi dan t at a hubungan kerj a brigade pengendal ian kebakaran hut an diat ur dengan Keput usan Ment er i .

Paragraf 2 Pencegahan

Pasal 23

(1) Dal am r angka pencegahan kebakar an hut an sebagai mana di maksud pada Pasal 20 ayat (1) huruf a, dil akukan kegiat an :

a. Pada t ingkat nasional , ant ara l ain :

1. membuat pet a kerawanan kebakaran hut an nasional ; 2. mengembangkan si st em i nf or masi kebakar an hut an; 3. menet apkan pol a kemi t r aan dengan masyar akat ;

4. menet apkan st andar peral at an pengendal ian kebakaran hut an;

5. membuat program penyul uhan dan kampanye pengendal ian kebakaran; 6. menet apkan pol a pel at ihan pencegahan kebakaran; dan

7. mel aksanakan pembinaan dan pengawasan. b. Pada t ingkat provinsi, ant ara l ain :

1. membuat pet a ker awanan kebakar an hut an pr ovinsi; 2. membuat model-model penyul uhan;

3. mel aksanakan pel at ihan pencegahan kebakar an hut an;

(8)

c. Pada t ingkat kabupat en/ kot a, ant ara l ain :

1. mel akukan eval uasi l okasi rawan kebakar an hut an; 2. mel aksanakan penyul uhan;

3. membuat pet unj uk t eknis pel aksanaan pemadaman kebakaran hut an; 4. mengadakan per al at an kebakar an hut an; dan

5. mel aksanakan pembinaan dan pengawasan.

d. 1. Pada t ingkat kesat uan pengel ol aan hut an pr oduksi, kesat uan pengel ol aan hut an l indung, izin pemanf aat an hut an, izin penggunaan kawasan hut an dan hut an hak, ant ara lain :

a) mel akukan i nvent ar i sasi l okasi r awan kebakar an hut an; b) mengi nvent ar i sasi f akt or penyebab kebakaran;

c) menyi apkan r egu-regu pemadam kebakaran;

d) membuat prosedur t et ap pemadaman kebakaran hut an; e) mengadakan sar ana pemadaman kebakar an hut an; dan f ) membuat sekat bakar.

2. Pada t ingkat kesat uan pengel ol aan hut an konservasi, ant ara l ain : a) mel akukan i nvent ar i sasi l okasi r awan kebakar an hut an; b) menginvent ar isasi f akt or penyebab kebakar an;

c) menyi apkan r egu-regu pemadam kebakaran;

d) membuat prosedur t et ap pemadaman kebakaran hut an; e) mengadakan sar ana pemadaman kebakar an hut an; dan f ) membuat sekat bakar.

(2) Ket ent uan l ebih l anj ut t ent ang kegi at an pencegahan kebakar an hut an sebagai mana dimaksud pada ayat (1) di at ur ol eh Ment er i .

Paragraf 3 Pemadaman

Pasal 24

(1) Dal am r angka pemadaman kebakar an sebagai mana di maksud pada Pasal 20 ayat (1) hur uf b, maka set iap Pemegang Izin Pemanf aat an Hut an, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hut an, Pemi l i k Hut an Hak dan at au Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an, ber kewaj i ban mel akukan rangkaian t indakan pemadaman dengan cara :

a. mel akukan det eksi t erj adinya kebakaran hut an; b. mendayagunakan sel uruh sumber daya yang ada; c. membuat sekat bakar dal am r angka mel okal isir api; d. memobi l i sasi masyar akat unt uk memper cepat pemadaman.

(2) Pemegang Izi n Pemanf aat an Hut an, Pemegang i zi n Penggunaan Kawasan Hut an, Pemi l i k Hut an Hak dan at au Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an mel akukan :

a. koordinasi dengan i nst ansi t er kai t dan t okoh masyar akat dal am r angka memper cepat pemadaman, evakuasi , l i t i gasi dan mencegah bencana;

b. pel apor an kepada Bupat i/ Wal ikot a t ent ang kebakar an hut an yang t er j adi dan t indakan pemadaman yang dil akukan.

(3) Berdasarkan l aporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, Bupat i/ Wal ikot a mel akukan :

a. det eksi t er j adinya kebakar an hut an;

b. mobi l i sasi br i gade pemadam kebakar an dan koor di nasi i nst ansi t er kai t dan t okoh masyar akat ;

c. penyampaian l aporan kepada Gubernur dan Ment eri t ent ang kebakar an hut an yang t erj adi , t i ndakan yang sudah dan akan di l akukan.

(4) Ber dasar kan i nf or masi dan at au l apor an sebagai mana di maksud pada ayat (3), Guber nur mel akukan :

a. det eksi t er j adinya kebakar an hut an;

b. mobi l i sasi br i gade pemadam kebakar an dan koor di nasi i nstansi t er kait dan t okoh masyar akat ;

c. penyampai an l apor an kepada Ment er i t ent ang kebakar an hut an yang t er j adi , t i ndakan yang sudah dan akan dil akukan.

(5) Berdasarkan inf ormasi dan at au l aporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Ment eri mel akukan :

a. det eksi t erj adi nya kebakar an hut an;

b. koor di nasi dan mobi l i sasi t enaga, sar ana dan pr asar ana kebakar an hut an.

(9)

Pasal 25

Koor di nasi dan t at a hubungan ker j a pemadaman kebakar an sebagai mana di maksud pada Pasal 24 diat ur dengan Keput usan Ment eri.

Pasal 26

Unt uk membat asi mel uasnya kebakar an hut an dan memper cepat pemadaman kebakar an set iap orang yang berada di dal am dan di sekit ar hut an waj ib :

a. mel apor kan kej adi an kebakar an hut an kepada Kepal a Desa set empat , pet ugas kehut anan, Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an, Pemegang Izin Pemanf aat an Hut an, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hut an at au Pemi l i k Hut an Hak;

b. membant u memadamkan kebakar an hut an.

Paragraf 4

Penanganan Pasca Kebakar an

Pasal 27

Dal am r angka penanganan pasca kebakar an hut an sebagai mana di maksud pada Pasal 20 ayat (1) huruf c, dil akukan upaya kegiat an yang mel iput i :

a. ident if ikasi dan eval uasi; b. rehabil it asi;

c. penegakan hukum.

Pasal 28

(1) Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an, Pemegang Izin Pemanf aat an Hut an, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hut an, at au Pemil ik Hut an Hak mel akukan kegiat an ident if ikasi dan eval uasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 huruf a.

(2) Kegiat an i dent i f i kasi dan eval uasi sebagai mana di maksud pada ayat (1), ber upa : a. pengumpul an dat a dan i nf or masi t er j adi nya kebakar an;

b. pengukuran dan sket sa l okasi kebakaran; c. anal i si s t i ngkat ker usakan dan r ekomendasi .

(3) Ket ent uan lebih lanj ut mengenai i dent i f i kasi dan eval uasi sebagai mana di maksud pada ayat (2) diat ur ol eh Ment eri.

Pasal 29

(1) Berdasarkan hasil kegiat an sebagaimana dimaksud pada Pasal 28 ayat (2), dil akukan kegiat an r ehabil it asi.

(2) Kegiat an rehabil it asi dil akukan ol eh Kepal a Kesat uan Pengel ol aan Hut an, Pemegang Izi n Pemanf aat an Hut an, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hut an, at au Pemil ik Hut an Hak.

(3) Kegiat an rehabil it asi diat ur dal am Perat uran Pemerint ah t ersendiri.

Bagi an ket i ga

Tanggung Jawab Pidana dan Perdat a

Pasal 30

(1) Pemegang Izi n Pemanf aat an Hut an, Pemegang Izin Penggunaan Kawasan Hut an at au Pemil ik Hut an Hak ber t anggung j awab at as t er j adi nya kebakar an hut an di ar eal ker j anya.

(2) Per t anggungj awaban sebagai mana di maksud pada ayat (1) mel i put i : a. t anggung j awab pi dana;

b. t anggung j awab perdat a; c. membayar gant i r ugi ; dan at au d. sanksi admi ni st r asi .

Pasal 31

(10)

BAB IV

POLISI KEHUTANAN, PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEHUTANAN DAN SATUAN PENGAMANAN KEHUTANAN

Bagian Kesat u Pol isi Kehut anan

Pasal 32

(1) Unt uk menj amin t ersel enggaranya perl indungan hut an, maka kepada Pej abat Kehut anan t ert ent u sesuai dengan sif at pekerj aannya diberikan wewenang kepol isian khusus di bidangnya.

(2) Pej abat Kehut anan t er t ent u yang mempunyai wewenang kepol i si an khusus sebagai mana di maksud pada ayat (1) mel i put i :

a. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai pej abat f ungsi onal Pol i si Kehut anan; ; b. Pegawai Perusahaan Umum Kehut anan Indonesia (Perum Perhut ani) yang diangkat

sebagai Pol isi Kehut anan;

c. Pej abat St r ukt ur al Inst ansi Kehut anan Pusat maupun Daer ah yang sesuai dengan t ugas dan f ungsinya mempunyai wewenang dan t anggung j awab di bidang perl indungan hut an.

Pasal 33

(1) Unt uk dapat di angkat menj adi Pol i si Kehut anan seseor ang har us memenuhi per syar at an t ert ent u.

(2) Per syar at an dan t at a car a pengangkat an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

Pasal 34

(1) Unt uk t ersel enggaranya pel aksanaan t ugas Pol isi Kehut anan, dit et apkan st andar susunan organisasi personil dan st andar peral at an Pol isi Kehut anan.

(2) St andar susunan or gani sasi per soni l dan st andar per al at an Pol i si Kehut anan sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

Pasal 35

Dal am r angka mengemban t ugasnya sesuai dengan prinsi p-pi nsi p per l i ndungan hut an sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, Pol isi kehut anan memil iki wewenang mel aksanakan t ugas di wil ayah hukumnya.

Pasal 36

(1) Wewenang Pol i si Kehut anan sebagai mana di maksud pada Pasal 32 mel i put i kegi at an dan t indakan kepo l i si an khusus di bi dang kehut anan yang ber si f at pr event i f , t i ndakan admi ni st r at i f dan oper asi r epr esi f .

(2) Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mel iput i :

a. mengadakan pat r ol i/ per ondaan di dal am kawasan hut an at au wil ayah hukumnya; b. memer i ksa sur at -surat at au dokumen yang berkait an dengan pengangkut an hasil hut an

di dal am kawasan hut an at au wil ayah hukumnya;

c. menerima l aporan t ent ang t el ah t erj adinya t indak pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an;

d. mencar i ket er angan dan bar ang bukt i t erj adi nya t i ndak pi dana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an;

e. dalam hal t ert angkap t angan, waj i b menangkap t er sangka unt uk di ser ahkan kepada yang ber wenang; dan

f . membuat l aporan dan menandat angani l aporan t ent ang t erj adin ya t i ndak pi dana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an.

(3) pol i si Kehut anan at as per i nt ah pi mpi nan ber wenang unt uk mel akukan penyel i di kan, dal am r angka mencar i dan menangkap t er sangka.

Pasal 37

(11)

Bagian Kedua

Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil

Pasal 38

(1) Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehut anan merupakan Pegawai Negeri Sipil di l ingkungan inst ansi kehut anan pusat at au daerah, yang ol eh dan at as kuasa undang-undang memi l i ki wewenang khusus sebagai penyi di k sebagai mana di maksud pada Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumber Daya Al am Hayat i dan Ekosist emnya dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan.

(2) Wi layah hukum at au wil ayah kerj a Pej abat Penyidik Pegawai Neger i Si pi l i nst ansi kehut anan pusat at au daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan wil ayah administ rasi pemerint ahan baik pusat maupun daerah.

(3) Penunj ukan Pegawai Neger i Si pi l Inst ansi Kehut anan unt uk di angkat sebagai Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l di l akukan ol eh Ment er i at au Guber nur at au Bupat i / Wal i kot a sesuai dengan st at us kepegawaiannya.

(4) Berdasarkan penunj ukan, Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusul kan ol eh Ment eri sesuai perat uran perundang-undangan yang berl aku kepada pej abat yang berwenang unt uk diangkat sebagai Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil.

(5) Penempat an Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l yang t el ah di angkat sebagai mana dimaksud pada ayat (4) dit et apkan dengan Keput usan Ment eri at au Gubernur at au Bupat i sesuai dengan st at us kepegawaiannya.

Pasal 39

(1) Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Kehut anan berwenang mel akukan penyidikan t er hadap t indak pidana kej ahat an dan pel anggar an sebagai mana di maksud pada Pasal 78 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan.

(2) Dal am r angka kegi at an admi ni st r asi penyi di kan, Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l dal am hal t ert ent u dapat secara l angsung menyampaikan surat pemberit ahuan kepada i nst ansi t er kai t dan t embusannya kepada Penyi di k Kepol i si an Negar a Republ i k Indonesi a.

(3) Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l Kehut anan dal am mel aksanakan t ugasnya ber ada di bawah koordinasi dan pengawasan Pej abat Penyi di k Kepol i si an Republ i k Indonesi a.

(4) Hasi l penyi di kan ol eh Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l Kehut anan di ser ahkan kepada Penunt ut Umum sesuai Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(5) Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada wakt u mel aksanakan penyidikan at as t indak pidana kehut anan, apabi l a menemukan adanya per buat an yang pat ut di duga mer upakan k ej ahat an at au pel anggaran yang bersif at pidana umum yang t erkait dengan t indak pidana kehut anan, har us seger a menyer ahkan kepada Pej abat Penyi di k Kepol i si an Negar a Republ i k Indonesia.

Pasal 40

(1) Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil dapat mel akukan penahanan dal am koordinasi dan pengawasan Penyi di k Kepol i si an Negar a Republ i k Indonesi a sesuai Ki t ab Undang- Undang Hukum Acar a Pi dana (KUHAP).

(2) Penahanan ol eh Pej abat Penyi di k Pegawai Neger i Si pi l at as t er sangka pel aku kej ahat an di bidang kehut anan, harus dil akukan di rumah t ahanan negara.

Bagi an Ket i ga

Sat uan Pengamanan Kehut anan

Pasal 41

(1) Sat uan Pengamanan Kehut anan di bent uk ol eh pemegang hak pengel ol aan hut an at au pemegang izin.

(2) Anggot a Sat uan Pengamanan Kehut anan diangkat ol eh pengel ol a hut an at au pemegang izin yang j uml ahnya disesuaikan dengan l uas dan int ensit as pengel ol aan at au usaha pemanf aat an hut an at au penggunaan kawasan hut an.

(12)

(4) Sat uan Pengamanan Kehut anan sebagai mana di maksud pada ayat (1) dal am mel aksanakan t ugasnya bert anggung j awab kepada Pimpinan Perusahaan dan dal am koordinasi Inst ansi Kehut anan set empat .

(5) Or gani sasi , j uml ah per soni l , per al at an dan pol a oper asi onal Sat uan Pengamanan Kehut anan diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

BAB V SANKSI PIDANA

Pasal 42

Set i ap or ang yang mel anggar ket ent uan sebagai mana di maksud pada Pasal 12 ayat (2), di ancam dengan pidana pe nj ar a pal i ng l ama 5 (l i ma) t ahun dan denda pal i ng banyak Rp. 10. 000. 000. 000, 00 (sepul uh mi l yar rupiah) sebagai mana di maksud pada Pasal 78 ayat (7) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan.

Pasal 43

Set i ap or ang yang mel anggar ket ent uan sebagai mana di maksud pada Pasal 14 ayat (2), di ancam dengan pidana penj ara pal ing l ama 10 (sepul uh) t ahun dan denda pal ing banyak Rp. 5. 000. 000. 000, 00 (l ima mil yar rupiah) sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (2) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehu t anan.

Pasal 44

(1) Semua hasil hut an yang t idak dil engkapi bersama-sama dengan surat ket erangan sahnya hasi l hut an sebagai mana di maksud pada Pasal 12 ayat (2) di r ampas unt uk Negar a.

(2) Alat -al at t ermasuk al at angkut yang dipergunakan unt uk mel akukan t indak pi dana sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan dirampas unt uk negara.

BAB VI GANTI RUGI

Pasal 45

(1) Set i ap per buat an mel anggar hukum yang diat ur dal am Undang-undang Kehut anan, dengan t i dak mengur angi sanksi pi dana, mewaj ibkan kepada penanggung j awab per buat an unt uk membayar gant i r ugi.

(2) Pembayar an gant i r ugi sebagaimana dimaksud pda ayat (1) diset or ol eh penanggung j awab ke Kas Negara.

(3) Uang gant i rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan unt uk biaya reha bil iasi, pemul i han kondi si hut an at au t i ndakan yang di per l ukan.

(4) Ket ent uan l ebih l anj ut mengenai pengel ol aan dan penggunaan biaya gant i rugi sebagaimana di maksud pada ayat (2) dan ayat (3) di at ur ber sama ant ar a Ment er i dan Ment er i yang bert anggung j awab di bi dang kehut anan.

Pasal 46

(1) Pengenaan pembayar an dan besar nya gant i r ugi ol eh penanggung j awab per buat an sebagai mana di maksud pada Pasal 45 ayat (1) di t et apkan ol eh Ment er i .

(2) Penet apan besar nya gant i r ugi yang har us di bayar ol eh penanggung j awab per buat an sebagai mana di maksud pada ayat (1) di dasar kan pada t i ngkat ker usakan hut an at au aki bat yang dit imbul kan kepada negar a.

(3) Ti ngkat ker usakan hut an at au aki bat yang di t i mbul kan kepada negar a sebagai mana di maksud pada ayat (2), di dasar kan pada per ubahan f i si k, sif at f isik, at au hayat inya.

(13)

BAB VII

PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

Bagian Kesat u Umum

Pasal 47

(1) Unt uk menj ami n t er t i bnya penyel enggar aan per l i ndungan hut an, Ment er i ber wenang mel akukan pembinaan, pengendal ian dan pengawasan t er hadap kebij akan Guber nur .

(2) Gubernur mel akukan pembinaan, pengendal ian dan penga wasan t er hadap Bupat i at au Walikot a at as pel aksanaan per l indungan hut an di daer ahnya.

Bagian Kedua

Pembinaan dan Pengendal ian

Pasal 48

(1) Pembi naan sebagai mana di maksud pada Pasal 47 ayat (1) mel i put i pember i an : a. Pedoman;

b. bimbingan; c. pel at ihan; d. arahan; dan at au e. super vi si .

(2) Pember i an pedoman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dit uj ukan t erhadap penyel enggar aan per l indungan hut an ol eh Pemer int ah Daer ah Pr ovinsi dan at au Kabupat en at au Kot a t er masuk per t anggungj awaban, l apor an dan eval uasi at as akunt abil it as kinerj a Gubernur dan Bupat i at au Wal i kot a.

(3) Pember ian bimbingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hur uf b yang dit uj ukan t erhadap penyusunan prosedur dan t at a kerj a.

(4) Pemberian pel at ihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dit uj ukan t erhadap sumber daya aparat ur.

(5) Pemberian ar ahan sebagai mana di maksud pada ayat (1) hur uf d mencakup kegi at an penyusunan r encana, pr ogr am dan kegiat an-kegiat an yang bersif at nasional .

(6) Super vi si sebagai mana di maksud pada ayat (1) hur uf e di t uj ukan t er hadap pel aksanaan sebagian kegiat an pengurusan hut an yang dil impahkan at au diserahkan kepada Pemerint ah Provinsi, Pemerint ah Kabupat en at au Pemerint ah kot a.

Pasal 49

(1) Pengendal i an sebagai mana di maksud pada Pasal 47 ayat (1) mel i put i kegi at an : a. monit oring;

b. eval uasi ; dan at au c. t indak lanj ut .

(2) Kegiat an moni t or i ng sebagai mana di maksud pada ayat (1) hur uf a adal ah kegi at an unt uk memper ol eh dat a dan i nf or masi , kebi j akan dan pel aksanaan per l i ndungan hut an.

(3) Kegiat an eval uasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adal ah kegiat an unt uk meni l ai keber hasi lan pel aksanaan perl indungan hut an dil akukan secara periodik.

(4) Kegi at an t i ndak l anj ut sebagai mana di maksud pada ayat (1) hur uf c mer upakan t i ndak l anj ut hasil monit oring dan eval uasi guna penyempurnaan kebij akan dan pel aksanaan perl indungan hut an.

(5) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang peni l ai an keber hasi l an pel aksanaan per l i ndungan hut an secar a per i odi k sebagai mana di maksud pada ayat (3) di at ur ol eh Ment er i .

Pasal 50

(1) Hasi l pengendal i an yang di l akukan ol eh Guber nur sebagai mana di maksud pada Pasal 47 ayat (2), dit indakl anj ut i ol eh Bupat i at au Wal ikot a.

(14)

Pasal 51

Pedoman pembi naan dan pengendal i an sebagai mana di maksud pada Pasal 47 sampai dengan Pasal 50 diat ur lebih lanj ut ol eh Ment er i .

Pasal 52

Ket ent uan pengawasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 47 diat ur dal am Perat uran Pemerint ah t ersendiri.

BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN

Bagian Kesat u Pengurusan Barang Bukt i

Pasal 53

(1) Bar ang bukt i dal am per kar a pi dana kehut anan di si mpan at au di kumpul kan di t empat yang t er sedi a pada i nst ansi kehut anan yang ber sangkut an, r umah penyi mpanan benda si t aan negara, at au l embaga konservasi t umbuhan dan sat wa l iar.

(2) Hasil hut an yang cepat rusak dan memerl ukan biaya t inggi unt uk penyimpanan nya diupayakan segera dil el ang.

(3) Barang bukt i berupa t umbuhan dan sat wa yang dil indungi dan at au t ermasuk di dal am daf t ar Appendi x I CITES t i dak dapat di l el ang.

(4) Semua hasil hut an dari hasil kej ahat an dan pel anggaran dan at au al at -al at t er masuk al at angkut nya yang dipergunakan mel akukan kej ahat an dan at au pel anggaran dirampas unt uk negara.

(5) Al at bukt i yang di gunakan unt uk mel akukan t i ndak pi dana di l akukan pel el angan at au di kembal i kan kepada yang ber hak set el ah adanya keput usan pengadi l an yang t el ah mempunyai kekuat an hukum t et ap.

(6) Pel aksanaan pengur usan bar ang bukt i sebagai mana di maksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri.

Bagian Kedua

Barang Lainnya Yang Dapat Dil el ang

Pasal 54

(1) Hasi l r ampasan yang t el ah mempunyai kekuat an hukum t et ap sebagai mana di maksud pada Pasal 78 ayat (15) dan Pasal 79 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan merupakan kekayaan negara yang dapat dil el ang.

(2) Hasil r ampasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ber upa :

a. Barang at au pera l at an yang digunakan unt uk mengambil hasil hut an dan dit emukan di dal am kawasan;

b. Barang at au al at yang dipergunakan mengangkut hasil hut an, yang dit emukan di sat u t empat dan t idak ada yang mengaku sebagai pemil iknya;

c. Barang at au al at yang digunakan t ersangka unt uk mengangkut hasil hut an yang t idak memi l i ki dokumen yang sah;

d. Bar ang at au al at yang di gunakan t er sangka unt uk mengambi l dan at au mengumpul kan hasil hut an.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 55

(15)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 56

Pada saat berl akunya Pe r at ur an Pemer i nt ah i ni , maka Per at ur an Pemer i nt ah Nomor 28 Tahun 1985 t ent ang Perl indungan Hut an (Lembaran Negar a Republ i k Indonesi a Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembar an Negar a Nomor 32), di nyat akan t i dak ber l aku l agi .

Pasal 57

Perat uran Pemerint ah ini mul ai ber l aku pada t anggal di undangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dal am Lembar an Negar a Republ i k Indonesi a.

Dit et apkan di Jakart a pada t anggal 18 Okt ober 2004

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, t t d.

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI Diundangkan di Jakart a

pada t anggal 18 Okt ober 2004

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, t t d.

BAMBANG KESOWO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 147

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Penetapan Pemenang Pekerjaan Kajian Pola Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Bidang Sarana Dan Prasarana Perdesaan Daerah Tertinggal (DAK SPDT), Nomor :

[r]

Similarly, a thesis written in Arabic should have its abstract in Bahasa Melayu (without title), followed by abstract in Arabic (without title) and the other in English

2015 I nt ernat ional Conference on Space Science and Com m unicat ion ( I conSpace) , Langkawi,

Exper im ent al Works on Short Range Com m unicat ion Syst em s Using Phot ovolt aic Based Receiver Journal of Engineering and Applied

Kepada para peserta yang merasa keberatan atas penetapan tersebut diatas, diberikan hak untuk menyampaikan sanggahan baik secara sendiri maupun bersama-sama,

BORANG PENYERAHAN TESIS / DISERTASI UNTUK PEMERIKSAAN Jawatankuasa Pengurusan Siswazah Institut Perubahan Iklim.. PENYERAHAN TESIS/DISERTASI UNTUK PEMERIKSAAN

[r]