• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SLEMAN."

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN COOPERATIVE INTEGRATED

READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 2 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

PATRIDINA YUNITASARI

11416244006

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

iv

NIM : 11416244006

Jurusan : Pendidikan IPS Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : Perbedaan Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division dengan Cooperative Integrated Reading and Composition

dalam Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya

peneliti sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti, tidak berisi materi yang ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di Perguruan Tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu

yang digunakan sebagai acuan atau kutipan dengan mengacu pada tata penulisan karya yang benar.

Yogakarta, 29 Oktober 2015

Yang Menyatakan,

Patridina Yunitasari

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Patridina Yunitasari NIM : 11416244006

Jurusan : Pendidikan IPS Fakultas : Ilmu Sosial

Judul : Perbedaan Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division dengan Cooperative Integrated Reading and Composition

dalam Meningkatkan Kerja Sama dan Hasil Belajar IPS Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman

Dengan ini peneliti menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya

peneliti sendiri. Sepanjang pengetahuan peneliti, tidak berisi materi yang ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di Perguruan Tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu

yang digunakan sebagai acuan atau kutipan dengan mengacu pada tata penulisan karya yang benar.

Yogakarta, 29 Oktober 2015

Yang Menyatakan,

Patridina Yunitasari

(6)

vi

rahmat, hidayah serta karunia-Nya yang tidak terhingga. Sholawat serta salam

senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini dipersembahkan untuk :

Orang tuaku tercinta Bapak Sunyata dan Ibu Sutiyatun, sujud dan

sembah bakti untuk kalian, terima kasih atas segala do’a, kasih sayang,

motivasi dan membangkitkan semangat dalam penulisan skripsi ini.

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division dengan Cooperative Integrated Reading And Composition dalam Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman” untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana.

Peneliti menyadari bahwa keberhasilan menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari arahan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Drs. Sugiharyanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Dr. Taat Wulandari, M.Pd., dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta saran sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Saliman, M.Pd., narasumber yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama perkuliahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Mas Dwi Suluh Pribadi, staff administrasi Jurusan Pendidikan IPS yang telah memberi pelayanan serta bantuan dalam mengurus perizinan dan kelengkapan administrasi skripsi ini.

(8)

viii

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendukung dalam melaksanakan penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 18 Oktober 2015

Peneliti,

(9)

ix

PERBEDAAN PENGGUNAAN METODE STUDENT

TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA

KELAS VIII SMP NEGERI 2 SLEMAN

Oleh

Patridina Yunitasari NIM. 11416244006

ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini karena masih belum optimalnya pengembangan kemampuan kerja sama dan rendahnya hasil belajar IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode STAD dan metode CIRC dalam meningkatkan kemampuan kerja sama dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimental) dengan desain pretest-posttest, randomized group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 2 Sleman sebanyak 192 siswa. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik purposive sampling yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VIII F sebagai kelas eksperimen 2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan tes. Validitas instrumen diuji dengan menggunakan validitas isi dan validitas konstruk. Reliabilitas diuji dengan metode Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisi dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan homogenitas. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji-t (independent sample t-test)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara metode STAD dan metode CIRC dalam meningkatkan kemampuan kerja sama dan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman. Perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan kerja sama antara metode STAD dan metode CIRC dalam pembelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel (5,293 > 2,000) dan nilai signifikansi

< 0,05 yaitu sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar yang signifikan antara metode STAD dan metode CIRC dalam hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman yang dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel (2,571 > 2,000) dan nilai

signifikansi < 0,05 yaitu sig. (2-tailed) 0,013 < 0,05.

(10)

xiv

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir . ... 41

Gambar 2. Diagram Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 66

Gambar 3. Diagram Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 1 ... 67

Gambar 4. Diagram Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 2 ... 69

Gambar 5. Diagram Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS Kelas Eksperimen 2 ... 70

Gambar 6. Diagram Angket Awal Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 (STAD)…... 72

Gambar 7. Diagram Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 (STAD)…... 74

Gambar 8. Diagram Angket Awal Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC)…... . 75

Gambar 9. Diagram Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC)…... . 76

Gambar 10. Diagram Perbandingan Kemampuan Kerja Sama Berdasarkan Hasil Angket…... ... 77

Gambar 11. Diagram Pretest Eksperimen 1 (STAD)... 79

Gambar 12. Diagram Posttest Eksperimen 1 (STAD)... 80

Gambar 13. Diagram Pretest Eksperimen 2 (CIRC)... 82

Gambar 14. Diagram Posttest Eksperimen 2 (CIRC)... 83

Gambar 15. Diagram Perbandingan Rata-rata Pretest dan Posttest... 83

(11)

xv

Kelas Eksperimen 2 (CIRC)... 206

Gambar 18. Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 (STAD)... 206

Gambar 19. Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC)... 206

Gambar 20. Presentasi Kelompok Kelas Eksperimen 1 (STAD)... 207

Gambar 21. Presentasi Kelompok Kelas Eksperimen 2 (CIRC)... 207

Gambar 22. Siswa Mengerjakan Angket Akhir dan Posttest Kelas Kelas Eksperimen 1 (STAD)... 207

(12)

x

1. Penggunaan Metode Student Teams-Achievements Division (STAD) ... 10

a. Pengertian Student Teams Achievement-Division (STAD) ... 10

b. Langkah-langkah Metode STAD ... 12

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Teams-Achievements Division (STAD) ... 17

d. Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division ... 18

2.Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ... 19

a. Pengertian Cooperative Integrated Reading and Composition 19 b. Langkah-langkah Metode CIRC ... 22

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ... 26

d. Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ... 27

3. Kemampuan Kerja Sama ... 27

a. Pengertian Kemampuan Kerja Sama ... 27

b. Manfaat Kerja Sama ... 29

c. Karakteristik Kerja Sama ... ... 30

d. Langkah-langkah Dalam Kemampuan Kerja Sama ... ... 32

4. Hasil Belajar ... ... 33

5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP ... . 36

(13)

xi

C.Kerangka Pikir ... 40

D.Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 42

A.Desain Penelitian ... 42

B.Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

C.Definisi Operasional Variabel ... 44

D.Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 50

G.Uji Validitas ... 53

H.Uji Reliabilitas ... 55

I. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 A.Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

2. Pelaksanaan Penelitian ... 61

3. Deskriptif Data Penelitian ... 63

B.Pengujian Hipotesis ... 84

1. Uji Prasyarat Analisis ... 84

a. Uji Homogenitas ... 84

2. Uji Hipotesis ... 85

C.Pembahasan ... 88

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 98 A.Simpulan ... 98

B.Implikasi a ... 99

C.Keterbatasan Penelitian ... 99

D.Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA 101

(14)

xii

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Bersama Mata Pelajaran IPS

Siswa Kelas VIII SMP N 2 Sleman ... 6

Tabel 2. Pedoman Perhitungan Skor Kemajuan Siswa Metode STAD ... 14

Tabel 3. Kriteria Penghargaan TIM Metode STAD... 14

Tabel 4.Desain Penelitian ... 42

Tabel 5. Populasi Siswa Kelas VIII ... 49

Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerja Sama Siswa pada Pembelajaran IPS... 51

Tabel 7. Kisi-kisi Angket Kerja Sama Siswa ... 52

Tabel 8. Kisi-kisi Instrumen Tes ... 53

Tabel 9. Koefisien Reliabilitas ... 55

Tabel 10. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 63

Tabel 11. Data Observasi Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS.. 64

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1... 65

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 1... 67

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2... 68

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama pada Pembelajaran IPS kelas Eksperimen 2... 69

Tabel 16. Data Hasil Angket Kemampuan Kerja Sama... ... 70

(15)

xiii

Tabel 18.Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa

Kelas Eksperimen 1 (STAD)... 73

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Angket Awal Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC)... 74

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (STAD)... 75

Tabel 21. Data Hasil Belajar IPS... 77

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Pretest Eksperimen 1 (STAD)... 78

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Posttest Eksperimen 1 (STAD)... 80

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Pretest Eksperimen 2 (CIRC)... 81

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Posttest Eksperimen 2 (CIRC)... 82

Tabel 26. Hasil Uji Homogenitas... 84

Tabel 27. Hasil Uji-t Angket Awal dan Pretest... 86

(16)

xvi

Lampiran 1. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 1 (STAD) ... 106

Lampiran 2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Eksperimen 2 (CIRC) .... 117

Lampiran 3. Daftar Hadir Siswa Eksperimen 1 (STAD) ... 131

Lampiran 4. Daftar Hadir Siswa Eksperimen 2 (CIRC) ... 132

Lampiran 5. Instrumen Lembar Observasi Kerja Sama Siswa ... 133

Lampiran 6. Hasil Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 136

Lampiran 7. Hasil Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 ... 137

Lampiran 8. Hasil Observasi 1 Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 138

Lampiran 9. Hasil Observasi 2 Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 ... 139

Lampiran 10. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 1 (STAD) ... 140

Lampiran 11. Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen 2 (CIRC) ... 141

Lampiran 12. Angket Uji Coba Kemampuan Kerja Sama ... 142

Lampiran 13. Uji Coba Soal Pretest dan Posttest ... 143

Lampiran 14. Lembar Validasi Angket Kerja Sama Siswa ... 148

Lampiran 15. Lembar Validasi Butir Soal Pretest dan Posttest ... 154

Lampiran 16. Hasil Uji Coba Angket Kemampuan Keja Sama ... 168

Lampiran 17. Hasil Uji Coba Pretest ... 169

Lampiran 18. Hasil Uji Coba Posttest... 170

Lampiran 19. Uji Validitas Angket ... 171

Lampiran 20. Uji Reliabilitas Angket ... 173

Lampiran 21. Uji Validitas Pretest ... 174

Lampiran 22. Uji Reliabilitas Pretest... 178

Lampiran 23. Uji Validitas Posttest ... 179

(17)

xvii

Lampiran 25. Angket Kemampuan Kerja Sama ... 184

Lampiran 26. Soal Pretest dan Posttest ... 185

Lampiran 27. Hasil Angket Awal Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 (STAD) ... 190

Lampiran 28. Hasil Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 1 (STAD) ... 191

Lampiran 29. Hasil Angket Awal Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC) ... 192

Lampiran 30. Hasil Angket Akhir Kemampuan Kerja Sama Siswa Kelas Eksperimen 2 (CIRC) ... 193

Lampiran 31. Hasil Pretest Kelas Ekperimen 1 (STAD) ... 194

Lampiran 32. Hasil Pretest Kelas Ekperimen 2 (CIRC) ... 195

Lampiran 33. Hasil Posttest Kelas Ekperimen 1 (STAD) ... 196

Lampiran 34. Hasil Posttest Kelas Ekperimen 2 (CIRC) ... 197

Lampiran 35. Rangkuman Data Penelitian ... 198

Lampiran 36. Rangkuman Data Penelitian Pretest dan Posttest ... 199

Lampiran 37. Data Hasil Uji Deskriptif ... 200

Lampiran 38. Uji Homogenitas ... 201

Lampiran 39. Uji t ... 202

(18)

1

Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai

makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Setiap manusia memiliki hubungan satu sama lain dengan sesamanya sehingga perlu menjalin hubungan kerja sama guna memenuhi kebutuhan

hidupnya. Oleh karena itu, kerja sama sangat berperan penting dalam kualitas hidup yang dijalani.

Kemampuan kerja sama menjadi salah satu keterampilan sosial yang penting. Setiap orang dituntut untuk lebih mampu memberdayakan diri dan

kooperatif dalam menjalani kehidupan. Kerja sama tidak hanya diperlukan pada manusia sebagai makhluk sosial, tetapi pada siswa dalam memecahkan masalah pada pembelajaran. Kerja sama siswa merupakan hal penting dalam

proses pembelajaran, karena kerja sama dapat meningkatkan hubungan siswa untuk saling tanggung jawab, menghargai, dan peduli dengan sesama. Siswa

yang memiliki kemampuan terbatas dalam memahami materi akan lebih mudah memahami dengan bantuan siswa lain, siswa secara leluasa dapat memberikan masukan, bertanya pada siswa lain sehingga tercipta keadaan

sinergis antar siswa dalam membangun pengetahuan.

Berdasarkan berita yang ditulis Satriyo Wicaksono yang dimuat dalam

(19)

2

pembelajaran yang inovatif sampai saat ini belum tercapai yang berakibat kreatifitas dan kerja sama siswa belum optimal. Pasalnya, sebagian besar guru

Indonesia masih terpaku kepada buku ajar. Penting bagi guru dalam menggunakan metode pembelajaran PAKEM sehingga bisa memancing siswa

untuk mengeluarkan ide dan gagasannya secara individual maupun secara kelompok (www.suaramerdeka.com diakses pada tanggal 7 Desember 2015).

Kerja sama dalam pembelajaran mengakibatkan siswa mampu

mengeluarkan ide di dalam kelompok sehingga menghasilkan siswa pintar, namun juga memiliki karakter yang kuat yang diperlukan untuk membangun

bangsa. Kerja sama dapat meningkatkan hubungan sosial bagi siswa sehingga kelak dapat diimplementasikan ketika telah hidup di masyarakat. Sebagai

fasilitator dalam pembelajaran, guru hendaknya turut membantu dan membangkitkan semangat siswa dalam hal kerja sama. Kerja sama antar siswa dalam proses pembelajaran sudai mulai tidak optimal dan jarang

digunakan dikarenakan siswa lebih senang belajar sendiri dan tidak

memperdulikan temannya yang membutuhkan bantuan dalam belajar.

Proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik apabila proses pembelajaran turut memadukan pengembangan keterampilan sosial antar siswa seperti kemampuan kerja sama yang diarahkan dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat membantu untuk mengembangkan kerja sama siswa adalah model pembelajaran kooperatif

(20)

pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dan prestasi akademik. Hal ini sejalan dengan konteks pembelajaran IPS yang

mengkaji dinamika manusia sebagai makhluk sosial. Pengembangan kemampuan kerja sama melalui pembelajaran IPS penting untuk

direalisasikan sebagai wujud pembekalan bagi siswa guna menjadi warga negara yang baik dan mampu berkontribusi bagi masyarakat sebagaimana tujuan pokok IPS.

Berdasarkan berita yang ditulis Kesra yang dimuat dalam Koran Kedaulatan Rakyat (November 2015), Presiden Joko Widodo saat memberi

Sambutan dalam Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 2015, di Jakarta mengatakan guru harus terus mengembangkan metode pembelajaran yang

kreatif, inovatif yang mampu memancing anak berpikir kritis karena guru adalah agen karakter bangsa. Peran itu juga yang kemudian menuntut guru untuk terus menumbuhkan nilai-nilai seperti kerja keras, berintegritas, jujur,

optimis, disiplin, dan kerja sama. Guru akan menjadi praktik nyata pembelajaran di kelas, yang akan diteladani (Koran Kedaulatan Rakyat, 29

November 2015)

Selain kemampuan kerja sama yang belum optimal, hasil belajar di Indonesia juga belum sepenuhnya dikatakan maksimal, hal itu diperkuat

dengan berita yang ditulis oleh Danar Widiyanto yang dimuat Kedaulatan Rakyat (30 Januari 2015), Sulistiyo, Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan

(21)

4

yang tercermin dari rendahnya prestasi dan hasil belajar siswa. Menurutnya hal itu disebabkan Perencanaan proses pembelajaran yang baik tercermin antara lain dari “faktor guru” atau sumber daya manusia yang mengelola

proses pembelajaran. Namun hingga sebagian besar guru belum memiliki

kelayakan mengajar baik dilihat dari tingkat pendidikan, mutu profesi guru, guru mengajar tidak sesuai latar belakang pendidikan dan sebagainya. Sehingga bagaimanapun baiknya kurikulum atau perencanaan proses

pembelajaran yang dibuat, jika guru tidak memiliki komitmen, tidak memiliki kreativitas dan tidak inovatif maka semua proses pembelajaran tidak akan

bermutu dan tidak menghasilkan mutu lulusan yang baik (Koran Kedaulatan Rakyat, 30 Januari 2015)

Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran hendaknya mampu menerapkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kerja sama dan hasil belajar siswa. Sebagai bagian dari model pembelajaran kooperatif,

metode pembelajaran tipe Student Teams-Achievement Division dan

Cooperative Integrated Reading and Composition merupakan pilihan strategis dalam membantu mengembangkan kemampuan kerja sama dan meningkatkan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran tersebut menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam hal kerja sama dalam kelompok selama

proses pembelajaran berlangsung.

Kemampuan kerja sama dan hasil belajar yang belum optimal juga

(22)

Sleman yaitu siswa saat melakukan diskusi kelompok serta pengelolaan pembelajaran IPS belum maksimal karena metode pembelajaran yang

digunakan guru belum bervariasi, selain itu kerja kelompok seperti diskusi dan presentasi yang seharusnya dijadikan sebagai sarana pengembangan

kemampuan kerja sama anatar siswa masih didominasi oleh siswa tertentu saja. Beberapa siswa malas untuk bekerja sama dengan siswa lain saat kegaiatan kelompok berlangsung. Siswa belum mampu mendorong siswa lain

berpendapat dalam diskusi kelompok serta siswa belum memiliki kemauan mengemukakan pendapat dan mengajukan pertanyaan.

Permasalahan lain yang muncul menurut guru IPS SMP N 2 Sleman, Ibu Dyah Respati yaitu keberadaan siswa yang berbicara sendiri dengan

teman sebangku mereka dan ada juga yang menggambar atau menulis bukan materi pembelajaran IPS. Meskipun guru telah menggunakan LCD proyektor sebagai media bantu, sebagian siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

Kondisi yang demikian tentu saja menghambat jalannya proses pembelajaran dan mengakibatkan hasil belajar siswa tidak optimal sehingga siswa sebagian

besar belum mencapai kkm yang telah ditetapkan yaitu 75. Hal ini didukung dengan hasil ulangan harian mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman belum menunjukkan tercapainya KKM. Berikut ini merupakan nilai

(23)

6

Tabel 1. Nilai Rata-rata ulangan Harian Bersama Mata Pelajaran IPS Siswa kelas VIII SMP N 2 Sleman

No Kelas Nilai Rata-rata Mata Pelajaran IPS KKM

1 Kelas VIII A 81,01 75

2 Kelas VIII B 70,68 75

3 Kelas VIII C 72,55 75

4 Kelas VIII D 62,48 75

5 Kelas VIII E 75,22 75

6 Kelas VIII F 58,90 75

Rata-rata 70,14 75

Sumber: Dokumen Nilai Ulangan Harian Bersama Mata Pelajaran IPS Kelas VIII SMP N 2 Sleman

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen di sekolah tersebut. Penelitian ini berjudul “Perbedaan

Penggunaan Metode Student Teams-Achievements Division dengan

Cooperative Integrated Reading and Composition Dalam Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru belum bervariasi. 2. Belum optimalnya pengembangan kemampuan kerja sama siswa SMP.

3. Kerja kelompok maupun diskusi hanya didominasi oleh siswa tertentu saja.

(24)

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini hanya dibatasi pada:

1. Belum optimalnya kemampuan kerja sama siswa.

2. Belum optimalnya hasil belajar siswa. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas

penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 2 Sleman, maka rumusan masalah sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode Student Teams-Achievement Division (STAD) dengan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan kemampuan kerja sama siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dalam pembelajaran IPS?

2. Adakah perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode Student Teams-Achievement Division (STAD) dengan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

(25)

8

kemampuan kerja sama siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dalam pembelajaran IPS.

2. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

Student Teams-Achievement Division (STAD) dengan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang bertujuan untuk membantu meningkatkan kualitas pendidikan, antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kejelasan

teoritis dan pemahaman mengenai ilmu pengetahuan khususnya terhadap kemampuan kerja sama antar siswa dalam mata pelajaran IPS kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman melalui metode STAD dan CIRC serta dapat

dijadikan literatur untuk penelitian yang relevan selanjutnya. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak dalam menambah pengalaman, pengetahuan dan wawancara bagi peneliti

dalam hal penerapan metode STAD dan CIRC dalam pembelajaran IPS di kelas guna meningkatkan kemampuan kerja sama antara

(26)

b. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan gambaran guru dalam merancang

pembelajaran dengan menggunakan metode Student Teams-Achievement Division (STAD) dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) sebagai metode pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan serta mengembangkan kemampuan kerja sama dan hasil belajar.

c. Bagi Siswa

1) Penelitian diharapkan dapat mendorong siswa untuk dapat

termotivasi dengan menggunakan metode STAD dan CIRC dalam pembelajaran IPS.

2) Diharapkan siswa dapat meningkatkan kerja sama dengan menggunakan metode STAD dan CIRC serta dapat meningkatkan hasil belajar IPS.

d. Bagi Jurusan IPS FIS UNY

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

(27)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division (STAD) Metode pembelajaran Student Teams-Achievement Division

(STAD) akan digunakan sebagai salah satu variabel dalam penelitian ini

yang merupakan salah satu dari beberapa metode kooperatif. Oleh karena itu, metode STAD akan dibahas lebih lanjut melalui uraian di bawah ini.

a. Pengertian Metode Student Teams-Achievement Division (STAD) Metode STAD dikembangkan oleh Slavin dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Slavin (2009: 143) mengemukakan, STAD merupakan

salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sederhana dan untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif.

Student Teams-Achievement Division (STAD) merupakan suatu model pembelajaran kooperatif dengan ciri-ciri: pengarahan, kelompok heterogen (4-5 orang), diskusi bahan LKS secara kolaboratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas,

kuis individual dan skor perkembangan tiap siswa (Ngalimun, 2014: 168). Gagasan utama STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya

(28)

menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran yang ada, mulai dari mata

matematika, bahasa, seni, sampai dengan ilmu sosial dan ilmu pengetahuan ilmiah lain dan telah digunakan mulai dari siswa kelas

dua sampai perguruan tinggi.

Ide dasar dalam metode STAD adalah kerja sama tim. Setiap anggota harus berusaha mendapatkan nilai maksimal dalam kuis

individual jika kelompok mereka ingin mendapatkan skor yang tinggi (Miftahul Huda, 2013: 116). Dalam metode ini setiap siswa akan

merasa terdorong untuk memberikan kontribusi nilai bagi tim secara optimal dengan cara bekerja sama dengan siswa lain selama proses

pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat memahami materi yang diberikan guru dengan baik. Gul Nazir Khan merumuskan:

STAD (Students Team Achievement Division) is one of the many strategies in cooperative learning, which helps promote collaboration and self-regulating learning skills. The reason for the selection of STAD is good interaction among students, improve positive attitude towards subject, better self-esteem,

increased interpersonal skills”.

Uraian diatas mengandung arti bahwa STAD merupakan salah

satu dari banyak strategi dalam pembelajaran kooperatif, yang membantu meningkatkan kerjasama dan keterampilan belajar mengatur diri sendiri. Alasan pemilihan STAD yaitu interaksi yang

(29)

12

Penelitian ini mengacu pada pendapat yang dirumuskan oleh Ngalimun (2014: 168) yaitu metode STAD adalah suatu model

pembelajaran kooperatif dengan sintaks pengarahan dari guru, kelompok yang heterogen, diskusi dengan bahan LKS secara

kolaboratif, presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, individual dan skor perkembangan tiap siswa. Metode STAD dirasa cocok untuk menumbuhkan tanggung jawab individual, mempererat

interaksi dan kerja sama antar siswanya.

b. Langkah-Langkah Metode Student Teams-Achievement Division (STAD)

Metode STAD memerlukan beberapa langkah-langkah atau

tahapan tertentu dalam praktik pelaksanaannya. Slavin (2009: 149) mengemukakan, terdapat beberapa tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan metode STAD, yaitu:

1) Membagi siswa ke dalam tim

Dalam tahap ini, siswa dibagi menjadi beberapa tim yang

dilakukan secara heterogen oleh guru dengan mempertimbangkan berbagai perbedaan seperti prestasi belajar, gender dan jenis kelamin. Jangan biarkan siswa memilih sendiri anggota

kelompoknya, karena mereka cenderung akan memilih siswa lain yang setara dengan mereka.

(30)

Pada tahap ini skor awal pertama adalah rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Apabila guru memulai STAD setelah

memberikan tiga kali atau lebih kuis, guru menggunakan rata-rata skor kuis siswa sebagai skor awal. Atau jika tidak, gunakan hasil

nilai terakhir siswa dari tahun lalu. 3) Pengajaran

Tahap pengajaran adalah tahap di mana guru melakukan

presentasi materi yang akan menjadi bahan utama dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya seperti diskusi dan kuis individual.

Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari

keseluruhan pelajaran dari materi yang akan dipelajari saat itu. 4) Belajar tim

Dengan bantuan belajar tim, siswa akan terdorong untuk

bekerja sama dengan siswa lainnya. Lembar kegiatan dari guru membuat para anggota tim berusaha menguasai materi yang

disampaikan di dalam kelas dan membantu rekan timnya untuk menguasai materi tersebut. Setiap tim haruslah bertanggung jawab agar semua anggotanya dapat memahami materi yang

dipelajari dengan baik. 5) Tes (kuis individual)

(31)

14

mengerjakan kuis tersebut. Biarkan siswa saling bertukar kertas dengan anggota tim lain ataupun mengumpulkan kuisnya untuk

dinilai setelah kelas selesai. 6) Rekognisi tim

Sesegera mungkin setelah melakukan tiap kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berikanlah sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor

tertinggi. Jika memungkinkan, guru membacakan hasil dari skor tim pada periode pertama setelah mengerjakan kuis.

Slavin (2009: 159) merumuskan untuk menghitung poin kemajuan dan penghargaan tim, dipakailah kriteria sebagaimana

yang disajikan dalam Tabel 3 dan 4 berikut ini.

Tabel 2. Pedoman Perhitungan Skor Kemajuan Siswa Metode STAD

Skor Tes Poin Kemajuan

a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 e. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari

skor awal)

30

Tabel 3. Kriteria Penghargaan Tim Metode STAD

Skor Rata-rata Tim Pengahargaan

15

(32)

1) Guru memberikan pretest kepada siswa. Pretest ini bisa berbentuk pretest atau ujian aktual tentang unit-unit sebelumnya.

2) Me-ranking siswa dari yang paling atas hingga yang paling bawah.

3) Guru membagi siswa sehingga setiap kelompok yang terdiri dari empat orang memiliki siswa-siswa yang berkemampuan

tinggi, sedang, dan rendah dan kelompok-kelompok tersebut juga beragam dalam hal gender dan etnisitas.

4) Menyajikan materi sebagaimana yang biasa guru lakukan. 5) Membagikan lembar kerja yang telah dipersiapkan yang

fokus pada konten yang akan dipelajari.

6) Guru memeriksa kelompok-kelompok untuk kemajuan pembelajaran

7) Mengelola kuis-kuis individual untuk setiap siswa.

8) Guru memberikan skor kelompok berdasarkan pada skor-skor

yang diperoleh secara perorangan.

Langkah-langkah metode STAD memerlukan beberapa tahap, Isjoni (2009: 74-76) merumuskan langkah-langkah metode

STAD meliputi:

1) Tahap penyajian materi; dalam tahap ini guru memulainya

(33)

16

Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari,

sehingga siswa dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang dimilikinya.

2) Tahap kerja kelompok; pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari.

3) Tahap tes individu; tahap ini untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan tercapai dengan mengadakan tes secara individu mengenai materi yang telah dibahas.

4) Tahap perhitungan skor perkembangan individu; dihitung berdasarkan skor awal, bisa juga didasarkan pada nilai

evaluasi hasil belajar semester I.

5) Tahap pemberian penghargaan terhadap kelompok; pada tahap ini dapat dilakukan dengan memberi penghargaan

khusus terhadap kelompok yang memenuhi ktiteria penilaian. Peneliti sependapat dengan Jacobsen (2009: 235) untuk

digunakan dalam penelitian ini, menurut Jacobsen metode pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang menekankan

para siswa kepada interaksi dan kerja sama antar siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

(34)

Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam metode STAD menurut Jacobsen dalam penelitian ini meliputi: pertama, guru memberikan pretest kepada siswa terkait materi IPS yang akan dipelajari; kedua, guru meranking siswa berdasarkan pretest; ketiga, guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen berdasarkan hasil pretest; ketiga, guru menyampaikan materi IPS yang akan dipelajari; keempat, guru membagikan lembar kerja IPS yang akan dipelajari oleh setiap kelompok untuk bahan diskusi terkait materi IPS yang dipelajari; kelima, guru bersama siswa membahas hasil diskusi siswa; keenam, guru mengadakan kuis individual berdasarkan materi IPS yang

diajarkan; dan yang terakhir, guru memberikan skor tim berdasarkan nilai kemajuan individual yang dicapai siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta

memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Student Teams-Achievement Division (STAD)

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada interaksi dan aktivitas diantara siswa untuk saling

membantu dalam hal menguasai materi pelajaran guna mencapai hasil belajar maksimal. Slavin ( 2009: 142) merumuskan kelebihan dan

(35)

18

a) Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.

b) Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjujung tinggi norma-norma kelompok.

c) Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

d) Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan

mereka dalam berpendapat. 2) Kekurangan metode STAD:

a. Metode STAD membutuhkan waktu yang relatif lama karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat

menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan.

b. Memerlukan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian melaksanakan pembelajaran kooperatif.

c. Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik-konflik yang timbul dalam kelompk selama bekerja sama,

maka kerja kelompok akan kurang efektif.

d. Penggunaan Metode Student Teams-Achievement Division (STAD) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia penggunaan diartikan

sebagai proses, cara perbuatan memakai sesuatu, pemakaian (KBBI, 2002: 852). Penggunaan sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh

(36)

tertentu. Tindakan tersebut sudah terencana dan berdasarkan ketentuan yang ada.

Penggunaan metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar agar hasil belajar

lebih optimal. Penggunaan metode pembelajaran dapat dikatakan dengan baik apabila seorang guru dapat menjalankan langkah-langkah metode pembelajaran tersebut sesuai dengan langkah-langkah tang

telah ditetapkan.

Penggunaan metode Student Teams-Achievement Division

(STAD) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja sama, meningkatkatkan pemahaman materi pembelajaran dan dapat

meningkatkan hasil belajar. Dalam penerapan metode tersebut guru harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan yaitu langkah-langkah metode STAD.

2. Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan salah satu metode pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif yang akan digunakan sebagai salah satu

variabel dalam penelitian ini. Karena itu, metode CIRC akan dibahas lebih lanjut melalui uraian di bawah ini.

(37)

20

Seperti halnya metode STAD, metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin, Madden, dan Stevens. Slavin (2009: 200) merumuskan metode CIRC merupakan metode

pembelajaran yang bersifat kooperatif sebagai sarana dalam pengajaran praktis dalam hal penekanan membaca, menulis dan seni berbahasa.

Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tidak lanjut menjadi lebih

efektif, para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini yang dikoordinasikan dengan pengajaran

kelompok membaca, supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan, serta ejaan (Slavin, 2009: 201). Para siswa

termotivasi untuk saling bekerja satu sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan pada pembelajaran

anggota tim.

Metode CIRC terdiri dari tiga unsur utama, yaitu: aktivitas dasar, pengajaran langsung dalam pemahaman membaca dan seni

berbahasa/ menulis integral, dalam semua aktivitas ini, siswa bekerja dalam kelompok heterogen (Shlomo Sharan, 2014: 31). Karena itu,

(38)

pemahaman bacaan yang diberikan oleh guru. Miftahul Huda (2013: 221) merumuskan dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa

bertanggung jawab terhadap tugas kelompok, setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep

dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang lama dalam kelompok membaca.

Shlomo Sharan (2014: 33) mengatakan tujuan utama CIRC

adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan dan berita sesuai dengan

pembelajaran yang berlangsung yang dapat diaplikasikan secara luas. Dalam metode CIRC, para siswa membaca berita atau kasus terkini

yang diberikan oleh guru untuk didiskusikan dalam kelompok serta bekerja sama dalam menyelesaikan LKS. CIRC sendiri memiliki tiga unsur penting yaitu, kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran

langsung, pelajaran memahami bacaan dan berita, dan seni berbahasa dan menulis. Madhu Gupta & Jyoti Ahuja merumuskan CIRC sebagai

berikut:

“CIRC is a comprehensive approach to instruction in reading,

composition, and spelling for upper grades of elementary level. In CIRC Reading, students are taught in reading groups and then return to mixed ability teams to work on a series of cooperative activities, including partner reading, making predictions, identification of characters, settings, problems and problem solutions, summarization, vocabulary, spelling and reading comprehension exercises. CIRC provides a structure to help teachers and students succeed in helping all students become effective reader. CIRC requires that students work together to achieve goals which they could not achieve

(39)

22

Uraian di atas mengandung arti bahwa CIRC merupakan pendekatan komprehensif untuk instruksi dalam membaca, komposisi,

dan ejaan untuk tingkat dasar keatas. Dalam CIRC, siswa diajarkan dalam kelompok membaca untuk bekerja sama pada serangkaian

kegiatan membuat prediksi, identifikasi, setting, masalah dan solusi masalah serta pemahaman soal yang diberikan oleh guru. CIRC menyediakan struktur untuk membantu guru dan siswa berhasil dalam

membantu semua siswa menjadi pembaca dan menyelesaikan masalah yang efektif. CIRC mengharuskan siswa bekerja sama untuk mencapai

tujuan yang mereka tidak bisa mencapai individual.

Pendapat yang dikemukakan Miftahul Huda digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode pembelajaran CIRC adalah pembelajaran yang membantu siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas kelompok karena setiap anggota kelompok saling mengeluarkan

ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengalaman belajar yang sama dalam

kelompok membaca.

b. Langkah-langkah Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Metode CIRC memiliki beberapa tahapan dalam praktik pelaksanaannya di dalam kelas. Ada beberapa pendapat mengenai

(40)

205-209) merumuskan, terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan metode CIRC, yaitu:

a) Membagi siswa ke dalam tim kelompok membaca

Dalam tahap ini, guru membagi siswa secara heterogen ke dalam

kelompok membaca, para siswa dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.

b) Pengajaran

Guru menyampaikan materi kepada siswa terkait pembelajaran yang akan dipelajari dan memberikan informasi kepada siswa

mengenai kelompok dalam metode CIRC. c) Kegiatan memahami bacaan atau wacana

Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembicaraan dan siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberikan tanggapan terhadap

wacana atau kliping dan ditulis dilembar kertas yang sudah disediakan oleh guru. Siswa juga harus menemukan poin-poin

utama dalam wacana tersebut. d) Mempresentasikan hasil tim

Dalam tahap ini, kelompok tim secara bergantian membacakan

hasil diskusi di depan kelas. Guru juga memeriksa hasil kerja tim membaca setelah mempresentasikan di depan kelas.

(41)

24

Guru memberikan tes pemahaman tentang wacana/ kliping yang diberikan. Pada tes ini siswa tidak diperbolehkan saling

membantu. Hasil tes dan evaluasi adalah unsur utama dari skor tim mingguan siswa.

Langkah-langkah dalam metode CIRC terdapat kelompok membaca yang menuntut siswa agar saling membantu menguasai materi melalui bacaan. Sharan (2014: 33) merumuskan

langkah-langkah metode CIRC meliputi:

a. Guru memberikan Pretest kepada siswa. Pretest ini berbentuk ujian aktual tentang unit-unit sebelumnya.

b. Membagi kelas menjadi kelompok heterogen agar seimbang

dan dimasukkan menjadi kelompok membaca.

c. Di dalam kelompok membaca, siswa ditempatkan berpasangan atau bertiga di dalam kelompok membaca

mereka agar memudahkan dalam memahami bacaan yang diberikan oleh guru. Pasangan yang lain siap membantu

dalam memahami bacaan tersebut.

d. Selanjutnya adalah aktivitas menceritakan kembali atau presentasi. Kelompok membaca secara bergantian

(42)

e. Ujian akan diberikan saat akhir periode kelas, siswa akan diberikan bacaan atau wacana mengenai isu terkait IPS untuk

menjawab soal soal yang diberikan.

Penelitian ini menggunakan pendapat Sharan untuk

digunakan dalam penelitian ini, karena menurutnya metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) merupakan metode pembelajaran yang bersifat kooperatif

yang menekankan para siswa untuk saling bekerja sama dan interaksi dalam kelompok guna mengembangkan kemampuan

membaca suatu masalah terkini di dalam pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan dalam metode

pembelajaran CIRC dalam penelitian ini meliputi: pertama, guru memberikan pretest kepada siswa terkait materi IPS yang akan dipelajari; kedua, guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok yang heterogen yang akan disebut sebagai kelompok-kelompok membaca, di dalam kelompok membaca siswa dipasangkan

kembali untuk lebih memahami wacana atau berita yang diberikan oleh guru; ketiga, guru memberikan materi pembelajaran kepada siswa terkait pembelajaran IPS; keempat,

siswa diberikan waktu untuk memahami bacaan atau wacana yang diberikan oleh guru serta menjawab soal yang telah diberikan

(43)

26

keenam; guru memberikan test ujian pada akhir pembelajaran guna mengetahui seberapa jelas dan paham siswa dalam

memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Metode CIRC merupakan metode untuk mengajarkan siswa dalam hal membaca dan menulis dengan menekankan kerja sama dan

tanggung jawab kelompok. Sharan (2014: 37) merumuskan kelebihan dan kekurangan metode CIRC meliputi:

1) Kelebihan metode CIRC:

a) Penggunaan metode CIRC tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan

masalah.

b) Siswa termotivasi pada hasil secara teliti, karena bekerja

dalam kelompok.

c) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang berbentuk pemecahan masalah.

d) Pembelajaran dengan membaca wacana atau berita yang diberikan guru membangkitkan motivasi belajar dan

(44)

e) Membantu siswa yang lemah dalam memahami materi melalui kerja sama siswa.

2) Kekurangan metode CIRC:

a) Penggunaan metode CIRC sulit dipakai untuk mata pelajaran

matematika atau yang menggunakan prinsip menghitung. b) Membutuhkan waktu yang relatif lama.

c) Pada saat persentasi hanya siswa yang aktif tampil.

d) Tidak semua siswa dapat memahami wacana atau berita yang diberikan oleh guru.

d. Penerapan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Penggunaan merupakan proses, cara perbuatan memakai sesuatu, pemakaian yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Penggunaan Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kerja sama, meningkatkan pemahaman materi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Dalam penggunaan metode tersebut guru harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan yaitu

langkah-langkah metode CIRC.

3. Kemampuan Kerja Sama

(45)

28

Kemampuan kerja sama dalam pembelajaran IPS merupakan keaktifan siswa dan kemampuan siswa dalam menjalin suatu proses

interaksi dengan siswa lainnya serta siswa kepada guru dalam rangka mencapai tujuan di dalam pembelajaran IPS. Siswa saling berinteraksi

dengan siswa lain, berusaha untuk saling memahami materi melalui pembelajaran yang diajarkan oleh guru. Kerja sama merupakan hal penting yang diperlukan setiap makhluk hidup khususnya manusia

dalam kelangsungan hidupnya. Kerja sama pada hakikatnya mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi atau

menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis untuk mencapai suatu tujuan bersama (S. Pamudji, 1985: 12). Oleh karena itu, kerja

sama dipandang sebagai sebuah proses sosial yang paling mendasar dalam kehidupan manusia.

Kerja sama itu sendiri tersusun atas berbagai proses sosial.

Dalam era global semestinya pembelajaran tidak hanya sekedar mempelajari materi atau pelajaran saja akan tetapi siswa perlu

dikembangkan untuk memiliki keterampilan kerja sama agar dapat menjalani hidup dengan baik. Isjoni (2009: 8) mengatakan kerja sama merupakan sesuatu yang dikerjakan secara bersama-sama dengan

saling membantu satu sama lainnya sebagai suatu tim. Johnson, dkk (2004: 5) mendefinisikan kerja sama sebagai:

(46)

small groups so that student work together to maximize their

own and each other’s learning

Uraian di atas mengandung arti bahwa kerja sama

(cooperative) adalah bekerja bersama dalam menyelesaikan tujuan bersama. Dalam keadaan kerja sama, individu akan mengambil manfaat bagi mereka sendiri dan seluruh anggota kelompok lainnya.

Belajar kerja sama adalah pelajaran menggunakan kelompok kecil jadi siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan

belajar anggota lainnya.

Peneliti mengacu pada pendapat S. Pamudji (1985: 12) untuk digunakan dalam penelitian ini yaitu kerja sama merupakan hal yang

penting untuk setiap mahluk hidup khususnya manusia dalam kelangsungan hidupnya karena kerja sama pada hakikatnya

mengindikasikan adanya dua pihak atau lebih yang berinteraksi atau sedang menjalin hubungan-hubungan yang bersifat dinamis dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Dalam penelitian ini peningkatan kemampuan kerja sama siswa diukur melalui observasi siswa dan angket kerja sama siswa di

dalam kelompok. Untuk mengetahui hasil peningkatan kemampuan kerja sama siswa dilakukan dengan cara siswa mengisi angket kemampuan kerja sama sebelum dan setelah diberikan metode

pembelajaran.

(47)

30

Kerja sama bermanfaat dalam melancarkan hubungan kerja dan tugas. Kerja sama senantiasa menempatkan pihak-pihak yang

ber-interaksi itu pada posisi yang seimbang, serasi, dan selaras (S. Pamudji, 1985: 12). Kerja sama dalam kelompok memicu berbagai

upaya individu agar dapat bekerja secara efektif, produktif serta efisien waktu. Kerja sama menekankan peran sebagai anggota kelompok, bukan sebagai pemimpin yaitu sekelompok individu yang

menyelesaikan suatu tugas atau proses. Nasution (2000: 149) menyatakan bahwa kerja sama dapat bermanfaat untuk:

1) Kerja sama mempertinggi hasil belajar baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

2) Kerja sama membangun motivasi siswa lebih besar karena adanya rasa tanggung jawab bersama.

3) Keputusan kelompok lebih mudah diterima oleh setiap anggota

kelompok apabila mereka turut memikirkan dan memutuskan bersama-sama.

4) Membangun persetujuan bersama.

5) Kerja sama menyebabkan anggota kelompok kecil dapat mengatasi rintangan.

6) Belajar menghargai orang lain dan bertindak mandiri.

c. Karakteristik Kerja sama

(48)

dengan anggota kelompok lainnya, mencapai keputusan-keputusan kelompok untuk setiap masalah, meyakinkan untuk setiap orang

memahami solusi yang ada sebelum melangkah lebih jauh, mendengarkan orang lain dengan seksama dan mencoba

memanfaatkan ide-ide mereka, berbagi kepemimpinan dalam kelompok, memastikan setiap orang ikut berpartisipasi dan tidak boleh ada salah seorang yang terlalu dominan, bergiliran mencatat

hasil yang telah dicapai kelompok.

Johnson, dkk (2004: 6) mengemukakan bahwa terdapat

karakteristik kerja sama meliputi: 1) Tujuan

Anggota kelas ditugaskan untuk membentuk kelompok-kelompok kecil (biasanya heterogen), diperintahkan untuk mempelajari materi yang ditugaskan dan memastikan semua anggota untuk

melakukan tugasnya. 2) Tingkatan dari kerja sama

Kerja sama memungkinkan diperluas dalam kelas (memastikan semua orang di kelas mempelajari materi yang ditugaskan) dan tingkatan sekolah (memastikan semua siswa sekolah memiliki

kemajuan akademik). 3) Pola interaksi

(49)

32

tugas, mendengarkan pendapat orang lain, mendorong orang lain untuk bekerja keras, dan memberikan bantuan akademis. Pola

interaksi ada ketika kelompok dalam keadaan baik. 4) Penilaian dari hasil

Suatu referensi kriteria tugas dan sistem penilaian yang digunakan. Terpusat pada kebiasaan pembelajaran dan kemajuan akademik dari siswa secara individu tetapi kemungkinan juga

termasuk kelompok sebagai keseluruhan, kelas, dan sekolah.

d. Langkah-langkah dalam Kemampuan Kerja Sama

Aspek kemampuan kerja sama merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, pembuatan atau proses yang menunjukkan

ketercapaian suatu kompetensi dasar. Isjoni (2009: 16) merumuskan dalam kerja sama terdapat langkah-langkah di dalam kelompok antara lain:

1. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

2. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

3. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

(50)

5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani.

Anita Lie (2007: 31) mengemukakan agar kerja sama

mencapai hasil yang maksimal antara lain siswa saling ketergantungan yang positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi

antar anggota serta evaluasi proses kelompok. Pendapat serupa dikemukakan oleh Nasution (2000: 151) menjelaskan dalam kerja

sama terdapat langkah-langkah sebagai berikut :

1. Setiap anggota kelompok memberikan pendapat masing-masing saat melakukan kerja sama.

2. Setiap anggota kelompok menghargai kontribusi anggota. 3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab kepada kelompok.

4. Setiap anggota kelompok turut berpartisipasi dan bekerja sama dengan individu lain secara efektif.

5. Setiap anggota kelompok mendorong partisipasi anggota

kelompok lain.

6. Setiap anggota kelompok menggunakan dan terlibat prosedur

(51)

34

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan siswa setelah melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Hasil belajar tidak hanya terkait dengan pencapaian nilai kuantitatif-kognitif siswa, namun juga meliputi sikap,

kemampuan siswa, dan perubahan tingkah laku siswa ke arah yang positif. Agus Suprijono (2009: 5) merumuskan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

dan keterampilan yang diperoleh dengan kegiatan belajar mengajar. Oemar Hamalik (2011: 31) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Oleh karena itu, hasil belajar

memerlukan pengukuran berupa evaluasi dalam membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar mengajar.

Di Indonesia sistem pendidikan mengacu pada klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana

(2006: 22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yang terdiri dari:

1) Ranah Kognitif, merupakan hasil belajar intelektual yang meliputi

(52)

2) Ranah Afektif, merupakan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi.

3) Ranah Psikomotoris, merupakan hasil belajar yang terdiri dari

keterampilan dan kemampuan bertindak. Terdapat enam aspek dalam ranah psikomotoris, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, serta gerakan ekspresif dan

interpretatif.

Asep Jihad dan Abdul Haris (2009: 15) mengatakan untuk

mengetahui hasil belajar dapat dilakukan evaluasi atau penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat penguasaan

siswa. Tes diangap sebagai salah satu bentuk evaluasi pembelajaran yang dapat digunakan sebagai acuan untuk membandingkan kemampuan awal siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran

dan kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

Pendapat yang dikemukakan Agus Suprijono (2009: 5)

digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar IPS adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan yang diperoleh dengan kegiatan belajar mengajar.

(53)

36

yang dapat dikuasai oleh siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil dari

pre-test sebelum perlakuan dan post-test setelah diberikan perlakuan inilah yang nantinya akan menjadi perbandingan dan indikator untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS pada materi yang diajarkan

dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini hasil belajar diukur pada ranah kognitif. Hasil belajar pada ranah kognitif dilakukan dengan cara penilaian

yang berupa tes pilihan ganda. Untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa dilakukan pretest dan posttest.

5. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP

Pada dasarnya, IPS merupakan ilmu pengetahuan sosial yang bersumber pada pusat kegiatan hidup manusia seperti manusia dengan alam lingkungannya, manusia dengan kelompoknya, manusia dengan

manusia lainnya. IPS juga merupakan mata pelajaran wajib di tingkat pendidikan dasar dan menengah yang memuat berbagai displin ilmu

sosial yang saling terintegrasi. Adanya mata pelajaran IPS disekolah diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang ilmu sosial serta memiliki kepekaan terhadap masalah sosial di sekitarnya.

Konteks IPS tidak jauh berbeda dengan ilmu sosial karena konsep-konsep IPS adalah hasil perpaduan berbagai konsep-konsep ilmu

(54)

manusia dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, ilmu sosial mempelajari bagaimana hubungan manusia dengan lingkungannya.

Waney Hellly Max (1989: 62) merumuskan, IPS merupakan bidang studi terapan, dan ada yang secara eksplisit menyatakan bahwa

studi sosial berwujud integrasi pengalaman dan pengetahuan. Mata pelajaran IPS dengan sendirinya mengarah kepada terbentuknya sikap hidup berdasarkan Pancasila, di antaranya terbinanya moral Pancasila.

Moral Pancasila dapat dibentuk saat guru melaksanakan pembelajaran IPS dengan memberikan contoh sikap moral pancasila yaitu menghargai

teman atau guru sedang berbicara/berpendapat dan menolong sesama teman tanpa saling memilih. Dengan demikian IPS dapat membantu

siswa dalam menumbuhkan moral Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan bagian dari disiplin ilmu

sosial maka objek kajian IPS pun akan selalu bersinggungan dengan manusia dan hubungannya dengan lingkungan, baik lingkungan alam

maupun lingkungan sosial. Daldjoeni (1985: 11) merumuskan IPS bersumber pada pusat kegiatan hidup manusia seperti manusia dengan alam lingkungannya, manusia dengan kelompoknya, manusia dengan

manusia lainnya dalam usaha mencari nafkah, usaha mengadakan kegiatan agama dan seterusnya. IPS mempelajari norma dan tingkah laku

(55)

38

bagian dari masyarakat dan dihadapkan pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya.

Sapriya (2009: 20) merumuskan pengertian IPS di tingkat sekolah mempunyai arti atau perbedaan makna, disesuaikan dengan karakteristik

dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di sekolah pada

umumnya merupakan mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (integrated) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada yang berarti program pengajaran. Perbedaaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada

masing-masing jenjang persekolahan tersebut.

Pendidikan IPS pada tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan para siswa dalam mengembangkan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan nilai (Sapriya, 2011: 12). Pembelajaran IPS khusunya di SMP lebih menekankan pada keterampilan siswa dalam

memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah komplek. Siswa diharapkan berpikir kritis terhadap suatu permasalahan agar dapat menentukan sikap yang sesuai dalam memecahkan suatu

masalah.

Peneliti menggunakan pendapat Daldjoeni untuk digunakan dalam

(56)

manusia lainnya dalam usaha mencari nafkah, usaha mencari kegiatan agama dan usaha dalam hal lainnya.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan diantaranya:

1. Yusuf Beni Prastawa (2014) dengan judul Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Division dan Numbered Heads Together dalam Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Yogyakarta, vol III, edisi 10

tahun 2014.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Beni Prastawa

yaitu menggunakan metode penelitian eksperimen semu, metode pembelajaran yang digunakan yaitu Student Teams-Achievement Division, variabel yang diteliti yaitu kerja sama dan hasil belajar. Perbedaan dalam

penelitian ini terletak pada metode pembelajaran pembanding dan lokasi penelitian.

Hasil penelitian yang dilakukan Yusuf Beni Prastawa menunjukkan bahwa rerata persentase kemampuan kerja sama kelas eksperimen 1 lebih besar dari rerata persentase kelas eksperimen 2 (75,13%>71,95%),

sementara pada hasil belajar tidak terdapat pebedaan yang signifikan terhadap kedua metode tersebut. Kemampuan kerja sama terdapat

peningkatan yang signifikan, dibuktikan dengan nilai thitung > ttabel

(57)

40

dalam hal belajar, dibuktikan dengan nilai probabilitas (sig)>0,05 (0,692>0,05). Dapat dikatakan terdapat yang signifikan kemampuan

kerja sama IPS siswa dengan menggunakan metode Student Teams-Achievement Division dan metode Numbered Heads Together. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa metode Student Teams-Achievement Division lebih meningkatkan kemampuan kerja sama dibandingkan metode Numbered Heads Together. Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf Beni Prastawa diaktakan relevan karena kesimpulan dari penelitian tersebut adalah metode Student Teams-Achievement Division meningkatkan kemampuan kerja sama.

2. Ida Puspitasari (2013) dengan judul Peningkatan Hasil belajar PKN

Metode CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) siswa kelas V SD Negeri Ngargosari Loano Purworejo, vol II, edisi 11 tahun 2013.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ida Puspitasari yaitu menggunakan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dan variabel yang diteliti adalah hasil belajar. Perbedaan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian, lokasi penelitian, dan dalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode

Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan hasil belajar. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya peningkatan

(58)

meningkat menjadi 69,65 dan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 9,57 dar siklus I 69,65 meningkat menjadi 79,22. Selain itu, dari

hasil observasi keaktifan siswa juga memiliki peningkatan yaitu pada siklus I sebesar 51,56% meningkat pada siklus II sebesar 84,38%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut penelitian Ida Puspitasari dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan karena kesimpulan dari penelitian tersebut adalah metode Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan hasil belajar.

C. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang tidak hanya menuntut siswanya mampu memiliki kemampuan kognitif saja akan tetapi

IPS itu sendiri mendorong siswanya memiliki kemampuan atau keterampilan sosial, salah satunya adalah kerja sama antar siswa. Akan tetapi, ranah kognitif masih menjadi tujuan utama siswa, yang berakibat nilai menjadi

sasaran utama siswa dalam pembelajaran individual sangat menonjol.

Pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Sleman mengalami beberapa

kendala yang juga menghambat upaya dalam optimalisasi kerja sama siswa dan hasil belajar siswa. Siswa masing sering terlihat gaduh dan kurang memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung. Kerja sama antar

siswapun terlihat belum maksimal karena sebagian siswa terkesan pilih-pilih dalam menentukan kelompok dan terdapat kecenderungan siswa yang lebih

(59)

42

bervariasi, sehingga siswa belum optimal dalam kemampuan kerja sama saat pembelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar IPS belum mencapai

KKM. Oleh karena itu, diperlukan adanya variasi metode dalam pembelajaran yang dapat mengembangkan aspek kemampuan kerja sama dan juga

meningkatkan hasil belajar IPS siswa.

Adapun skema kerangka pikir peneliti dijabarkan dalam bagan berikut ini:

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang telah peneliti

uraikan, adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode

STAD dan CIRC dalam meningkatkan kemampuan kerja sama siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Sleman dalam pembelajaran IPS.

Kerja sama dan hasil belajar belum optimal

X1

X2

Y1

Gambar

Tabel 2.  Pedoman Perhitungan Skor Kemajuan Siswa Metode STAD
Tabel 4. Desain Penelitian
Tabel 5. Populasi siswa kelas VIII Kelas  Jumlah Siswa
Tabel 6. Kisi-kisi Lembar Observasi Kemampuan Kerja Sama Siswa pada Pembelajaran IPS No Aspek kerja sama No
+7

Referensi

Dokumen terkait

Benturan Kepentingan adalah situasi atau kondisi dimana penyelenggara negara yang karena jabatannya memiliki kewenangan yang berpotensi dapat disalahgunakan baik

Evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang

Meskipun pembelajaran dengan bantuan video mendorong keaktifan siswa dalam belajar yang nantinya berimplikasi terhadap hasil belajar siswa, diperlukan juga teknik

Pada hari ini Senin-Kamis tanggal Dua Puluh Lima – Dua Puluh Delapan bulan Mei tahun Dua Ribu Lima Belas (25/28-05-2015), kami Kelompok Kerja III ULP Koordinator Wilayah

memberikan manfaat yang baik bagi pemuda ASEAN terutama yang berkuliah di Korea Selatan dimana lewat kegiatan ini, rasa “ke-kita-an” atau “we feeling ” terhadap ASEAN bisa

Skripsi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.Universitas Sumatera Utara. Sriatun,O

Studi Komparasi Pertunjukan Sisingaan Lingkungan Seni Tresna Wangi dan Lingkungan Seni Pusaka Wangi di Kabupaten Subang.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bertolak dari berbagai permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran dari pemerintah daerah Kabupaten