• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAD Millenium Development Goals (MDGs) 2011-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RAD Millenium Development Goals (MDGs) 2011-2015"

Copied!
176
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Hal

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel dan Gambar ... xii

Daftar Singkatan ... xvi

Bab I Pendahuluan ... 1

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ... 3

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 3

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 5

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 9

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 13

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 15

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 15

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 20

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 22

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 27

(2)

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 34 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 35 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 38

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 39 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015…… 41 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 42 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 42

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 45 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 48 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 50 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 51 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam

(3)

1.2. Permasalahan dan Tantangan Dalam Pencapaian Tujuan

Pembangunan Milenium di Jawa Tengah ... 53 1.2.1 Permasalahan ... 53

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 53 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 53 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 54 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 54

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 55 Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 55

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 56 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 56

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 57 Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 57

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 60 Target 5A: Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 60 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 62

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 63 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

(4)

Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 64 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 65

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 67 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 67 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 69 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 69 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 70 1.2.2 Tantangan ... 71

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 71 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 71 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 72 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 72

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 73 Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

(5)

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 74 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 74

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 75 Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 75

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 76 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 76 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 79

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 80 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 80 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 81 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 81

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 84 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 84 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 86 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

(6)

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 87

Bab II Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pencapaian Target

MDGs ... 88 2.1. Arah Kebijakan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Milenium (MDG’s) ... 88

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 88 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 88 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda ... 93 Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk

yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 94

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 96 Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 96

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 97 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 97

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 98 Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 98

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 99 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

(7)

Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 ... 100

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 100 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 100 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun

2010 ………. .. 100 100 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 ... 100

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 102 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 102 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 103 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 103 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 104 2.2. Strategi Pecepatan Pencapaian Target Tujuan Pembangunan

Milenium (MDGs) ... 105

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 105 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 105 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

(8)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 106

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 107 Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 107

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 108 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 108

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 110 Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 110

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 111 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 111 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 114

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 114 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015….. 114 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ……… ... 114 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

(9)

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 116 Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 116 Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati

dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 117 Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah

tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 118 Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam

kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 119 2.3. Target Kinerja Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium

(MDGs) Jawa Tengah ... 119

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 119

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 120

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 121

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 122

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 122

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 123

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 125 2.4. Program dan Kegiatan Pecepatan Pencapaian Target Tujuan

Pembangunan Milenium (MDGs) ... 127

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 127 Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk

dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015 ... 127 Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif

(10)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015 ... 130

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 132 Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki

maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar ... 132

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 134 Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat

pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 ... 134

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 135 Target 4A: Menurunkan angka kematian balita (AKBA) hingga dua

per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 135

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 138 Target 5A : Menurunkan angka kematian ibu hingga tiga per

empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 ... 138 Target 5B: Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua

pada tahun 2015 ... 142

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 144 Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 ... 144 Target 6B: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS

bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2010 ... 145 Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan

(11)

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 148

Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dalam kebijakan dan program nasional serta mengurangi kerusakan pada sumber daya lingkungan ... 148

Target 7B: Menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang signifikan pada tahun 2010 . ... 149

Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015 ... 150

Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifi kan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020 ... 150

BAB III Pemantauan dan Evaluasi ... 152

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan ... 156

Tujuan 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua... 157

Tujuan 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan ... 157

Tujuan 4. Menurunkan Angka Kematian Anak ... 158

Tujuan 5. Meningkatkan Kesehatan Ibu ... 158

Tujuan 6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya ... 159

Tujuan 7. Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup ... 160

BAB IV Penutup ... 163

Lampiran

I. Pagu Indikatif Kebutuhan Anggaran Untuk Mendukung Percepatan Pencapaian MDGs Jateng Tahun 2011-2015

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Pertemuan World Summits pada bulan September tahun 2000 telah menghasilkan deklarasi yang disebut Millennium Declaration. Deklarasi tersebut ditandatangani oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Millennium Declaration tersebut kemudian disahkan oleh Majelis Umum PBB ke dalam Resolusi Nomor 55/2 tanggal 18 September 2000 tentang Deklarasi

Millenium PBB atau lebih dikenal dengan nama Tujuan Pembangunan

Millenium (Millenium Development Goals/MDGs). Deklarasi tersebut mencanangkan komitmen global untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam satu paket kebijakan pembangunan guna mempercepat pencapaian pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan di seluruh dunia pada tahun 2015.

Millenium Development Goals (MDGs) terdiri dari delapan tujuan utama dengan indikator terukur secara kuantitatif serta waktu pencapaiannya. Delapan tujuan utama tersebut adalah :

(1) memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrem; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua;

(3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan angka kematian anak;

(5) meningkatkan kesehatan ibu hamil;

(6) memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7) memastikan kelestarian lingkungan; dan

(8) mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Waktu pencapaian kedelapan tujuan tersebut adalah 25 tahun dengan tahun dasar 1990. Kedelapan tujuan tersebut diharapkan pada tahun 2015 dapat dicapai sesuai target yang ditetapkan, bahkan dapat dicapai lebih cepat.

(13)

kualitas hidup yang lebih baik. Secara nasional komitmen tersebut dituangkan dalam berbagai dokumen perencanaan nasional, antara lain dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009, kemudian dipertegas pada RPJMN 2010 – 2014 dan Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Meskipun hambatan dan tantangan pencapaian tujuan tersebut cukup banyak, namun berbagai prestasi pembangunan diketahui telah melampaui target MDGs, seperti penanggulangan kemiskinan dan kelaparan berat, dan pendidikan untuk semua (education for all).

Walaupun beberapa indikator menunjukkan arah ketercapaian target MDGs (tahun 2015), namun tidak dapat dipungkiri terdapat beberapa capaian yang masih memprihatinkan, antara lain peningkatan pelayanan air bersih, kesehatan lingkungan dan pemukiman kumuh yang diperkirakan baru dapat dicapai pada tahun 2020. Selain itu beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, antara lain terkait dengan upaya sinergitas program dan penganggaran pembangunan, kesenjangan antar daerah terhadap rata-rata capaian nasional dan provinsi serta keterbatasan sumber daya.

Percepatan pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) merupakan amanah dari Inpres Nomor 1 tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2010 dan Inpres Nomor 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan Berkeadilan. Pemerintah memandang bahwa pencapaian tujuan MDGs sampai dengan tahun 2010 belum optimal. Beberapa capaian target MDGs stagnan, bahkan menunjukkan kinerja menurun. Percepatan pencapaian MDGs di tingkat nasional tertuang dalam Peta Jalan Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Indonesia. Sementara itu di tingkat daerah (provinsi dan kabupaten/kota) perlu dituangkan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium.

(14)

Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, mendeskripsikan tentang arah kebijakan dan strategi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium masing-masing tujuan di Jawa Tengah; Bab III Monitoring dan Evaluasi, menggambarkan tentang mekanisme monitoring dan evaluasi percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah; dan Bab IV Penutup.

Dalam penyusunan RAD Percepatan Pencapaian Pembangunan Millenium Provinsi Jawa Tengah ini tidak seluruh tujuan (8 tujuan) MDGs dibahas, namun hanya 7 tujuan, mengingat tujuan ke-8 yaitu Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan, kurang relevan untuk dibahas di tingkat daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dan menjadi kompetensi Pemerintah Pusat.

Pada bab ini akan digambarkan kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium di Provinsi Jawa Tengah dan permasalahan serta tantangan yang dihadapi dalam percepatan pencapaian tujuan pembangunan millenium.

Gambaran kondisi pencapaian tujuan pembangunan millenium serta permasalahan dan tantangan di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium di Jawa Tengah

Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals (MDGs) diawali dengan mendeskripsikan kondisi capaian masing-masing indikator tujuan. Deskripsi pencapaian tujuan MDGs Provinsi Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tujuan 1.

Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

(15)

Tabel 1.1

Status Capaian Tujuan ke-1 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Tujuan 1. Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD 1 (PPP) per hari dalam kurun waktu 1990-2015

1.1

1.2 Indeks Kedalaman Kemiskinan Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1.4 Laju PDRB per tenaga

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1.8

Prevalensi balita dengan berat badan rendah / kekurangan gizi

1.8a Prevalensi balita gizi buruk 1.8b Prevalensi balita gizi

kurang dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi

minimum:

BPS, Susenas

< 1.400 Kkal/kapita/

hari -

15,22%

(2009) 8,50%

< 2.000 Kkal/kapita/

hari -

66,89%

(2009) 35,32%

(16)

Target 1A: Menurunkan hingga setengahnya Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP) per kapita per hari dalam kurun waktu 1990-2015.

1. Proporsi Penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 (PPP)

per kapita per hari.

Dalam pengukuran tingkat kemiskinan BPS Provinsi Jawa Tengah tidak melakukan pendataan dengan tolok ukur proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari US$ 1,00 per kapita per hari, karena data ini tidak tersedia (n.a.=not available). Tolok ukur kemiskinan dengan menggunakan garis kemiskinan (poverty line) yang berlaku untuk Indonesia.

2. Persentase Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan

nasional.

Pengukuran kemiskinan yang dilakukan BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), yaitu kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Garis kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar Rp 192.435,- per kapita/bulan, dengan demikian penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita/ bulan di bawah nilai tersebut.

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1990 sebanyak 4,16 juta jiwa (17,49%). Pada tahun 1999 terjadi peningkatan yang signifikan jumlah penduduk miskin sebanyak 8,76 juta jiwa atau 28,46%. Meningkatnya angka kemiskinan tersebut karena pada tahun 1997/1998 negara kita mengalami krisis ekonomi dan politik yang berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah penganggur. Maka sejak tahun 1999 telah dilakukan berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu, sehingga angka kemiskinan cenderung semakin menurun dari tahun ke tahun.

(17)

terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak yang menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi sebanyak 5.369.200 orang (16,56%). Namun demikian persentase penduduk miskin di Provinsi Jawa Tengah masih lebih tinggi dari rata-rata nasional, yaitu sebesar 13,33%. Kondisi tersebut menempatkan Jawa Tengah pada peringkat ke-17 dari 33 provinsi di Indonesia. Namun demikian perlu diwaspadai kemungkinan munculnya penduduk miskin baru akibat kejadian bencana alam, antara lain bencana erupsi dan banjir lahar dingin pasca erupsi Gunung Merapi, yang telah menyebabkan kerusakan dan kerugian di 3 (tiga) kabupaten yaitu : Kab.Magelang, Kab.Klaten dan Kab.Boyolali.

Kecenderungan proporsi penduduk miskin di Jawa Tengah dari tahun 1990–2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 – 2010

Tahun Garis

Jawa Tengah Nasional

1990 15.457 4.915,4 17,49 15,10

Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2010

(18)

Gambaran distribusi penduduk miskin di 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada grafik sebagai berikut :

Gambar 1.1

Grafik Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Sumber : diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2009.

Berdasarkan data kemiskinan tahun 2009 (bulan Juli 2009), tingkat kemiskinan di kabupaten/kota dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, sebagai berikut :

1. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di atas angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%).

Terdapat sebanyak 16 kabupaten, yaitu: Kab. Blora, Pekalongan, Grobogan, Wonogiri, Klaten, Sragen, Demak, Cilacap, Banjarnegara, Banyumas, Pemalang, Brebes, Purbalingga, Kebumen, Rembang dan Wonosobo.

2. Kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya di bawah angka Provinsi Jawa Tengah (17,48%).

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi

(19)

Terdapat sebanyak 19 kabupaten/kota yaitu : Kab. Purworejo, Batang, Kendal, Boyolali, Pati, Magelang, Temanggung, Kota Surakarta, Kab. Karanganyar, Tegal, Sukoharjo, Kudus, Semarang, Kota Magelang, Kota Tegal, Kab. Jepara, Kota Pekalongan, Kota Salatiga dan Kota Semarang.

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (IKK) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Data Indeks Kedalaman Kemiskinan pada tahun 2009 sebesar 2,96 kemudian pada tahun 2010 menurun menjadi 2,49 atau terjadi penurunan sebesar 0,47. Kondisi ini sesuai dengan yang ditargetkan dalam MDG’s yakni harus terjadi penurunan Indeks Kedalaman Kemiskinan sampai dengan tahun 2015.

(20)

Tabel 1.3

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) di Provinsi Jawa Tengah Bulan Maret 2005-2010

No Tahun Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kota Desa Kota+Desa

1 2005 3,05 3,84 3,51

2 2006 2,75 4,37 3,69

3 2007 3,33 4,32 3,84

4 2008 2,97 3,78 3,39

5 2009 2,56 3,34 2,96

6 2010 2,09 2,86 2,49

Sumber : Kemiskinan Makro Susenas, BPS

Target 1B: Mewujudkan kesempatan kerja penuh dan produktif dan pekerjaan yang layak untuk semua, termasuk perempuan dan kaum muda

1. Laju PDRB per Tenaga Kerja

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja diperoleh dari total PDRB dibagi jumlah seluruh tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per tenaga kerja dapat menunjukkan produktivitas tenaga kerja, sehingga laju PDRB per tenaga

kerja memberikan gambaran mengenai kecepatan pertumbuhan

produktivitas tenaga kerja di Jawa Tengah.

Pada tahun 1990 laju PDRB Jawa Tengah sebesar 3,92%. Kemudian pada tahun 2006 laju PDRB per tenaga kerja tercatat cukup tinggi yaitu mencapai 8,41%, namun demikian pada tahun 2007 laju PDRB per tenaga kerja tersebut mengalami penurunan hingga -1,49%. Kemudian pada tahun 2008 tumbuh positif sebesar 11,19% dan pada tahun 2009 laju PDRB per tenaga kerja kembali menurun menjadi sebesar 2,25%. Pertumbuhan laju PDRB per tenaga kerja yang tidak konsisten ini, perlu mendapatkan perhatian khusus, agar dapat diupayakan pertumbuhan yang positif dan berkelanjutan.

(21)

Tabel 1.4

Perkembangan Laju PDRB per Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2009

No. Tahun 2 2006 150.682.654,74 15.210.931 9.906.208,55 8,41 3 2007 159.110.253,77 16.304.058 9.758.935,71 -1,49 4 2008 167.790.369,85 15.463.658 10.850.626,02 11,19 5 2009 175.685.267,57 15.835.382 11.094.476,13 2,25% Sumber: Data BPS yang telah diolah

2. Rasio kesempatan kerja terhadap penduduk usia 15 tahun ke atas

Rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas menggambarkan perkembangan tenaga kerja yang memasuki lapangan kerja. Besarnya kesempatan kerja bagi penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 1990 sebesar 70,07%. Sementara itu rasio kesempatan kerja penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 62,96%. Upaya untuk meningkatkan kesempatan kerja di Jawa Tengah antara lain tergantung pada besarnya penanaman modal di daerah dalam rangka penyerapan kerja, kebijakan peningkatan kesempatan berusaha, peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dukungan regulasi serta iklim usaha yang kondusif.

Perkembangan rasio kesempatan kerja untuk penduduk kelompok usia 15 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.5

Rasio Kesempatan Kerja Untuk Penduduk Kelompok Usia 15 Tahun Ke Atas Provinsi Jawa Tengah Tahun 1990 - 2009

Tahun 1990 12.978.070 18.522.256 70,07%

(22)

Rasio kesempatan kerja di Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2009, yaitu sebesar 70,07% (1990) menurun menjadi 56,25% (2006), kemudian meningkat menjadi 64,75% (2007) dan menurun kembali menjadi 62,96% (2009). Berdasarkan data tersebut, kondisi kesempatan kerja di kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kabupaten/kota yang berada di atas angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah.

Terdapat 24 kabupaten/kota, yaitu Kota Pekalongan, Kab. Kebumen, Sukoharjo, Klaten, Pati, Batang, Karanganyar, Demak, Purbalingga, Jepara, Kudus, Kendal, Pekalongan, Semarang, Sragen, Banjarnegara, Rembang, Magelang, Wonogiri, Wonosobo, Temanggung, Boyolali, Blora dan Grobogan.

2. Kabupaten/kota yang berada di bawah angka kesempatan kerja Provinsi Jawa Tengah.

Terdapat 11 Kabupaten/kota yaitu: Kab. Purworejo, Brebes, Banyumas, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kab. Cilacap, Pemalang, Tegal, Kota Tegal dan Kota Magelang.

Gambar 1.2

Grafik Rasio Kesempatan Kerja Penduduk Usia 15 Tahun Keatas menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Tingkat kemiskinan di atas angka Provinsi

(23)

3. Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas

keluarga terhadap total kesempatan kerja.

Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja menunjukkan peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja secara mandiri atau berwirausaha. Pada tahun 1990 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 69,77% dari angkatan kerja. Kemudian pada tahun 2005 jumlah tenaga kerja yang bekerja mandiri sebesar 56,71% dan meningkat menjadi 59,03% pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan masih banyak tenaga kerja yang berusaha sendiri dan dibantu tenaga kerja yang perlu mendapatkan perhatian dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan perlindungan tenaga kerja. Tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga baik pada skala usaha mikro, kecil dan kegiatan usaha di sektor informal perlu perhatian untuk mendapatkan fasilitasi keterampilan dan perlindungan tenaga kerja. Besarnya Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.6

Proporsi Tenaga Kerja yang Berusaha Sendiri Dan Pekerja Bebas Keluarga Terhadap Total Kesempatan Kerja

Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009

No Status Pekerjaan Utama Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

1 Berusaha Sendiri (orang) 3.230.500 3.179.633 2.984.783 2.958.783 2.942.281 2 Berusaha Dibantu Buruh

Tidak Tetap (orang)

2.856.165 2.911.064 3.871.357 3.496.142 3.650.147

3 Berusaha dibantu Buruh Tetap (orang)

508.746 481.634 425.021 380.621 405.682 4 Pekerja Bebas di Pertanian

(orang)

1.205.505 1.095.313 1.091.136 1.128.268 1.045.307 5 Pekerja Bebas di Non

Pertanian (orang)

1.077.548 1.161.764 1.185.594 1.304.151 1.304.151 Jumlah Tenaga Kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga (orang)

8.878.464 8.829.408 9.557.891 9.267.965 9.347.568

Jumlah Kesempatan kerja (orang) 15.655.303 15.210.931 16.304.058 15.463.658 15.835.382 Proporsi Tenaga Kerja yang

berusaha sendiri dan pekerja Bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja

56,71% 58,05% 58,62% 59,93% 59,03%

(24)

Target 1C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi penduduk yang menderita kelaparan dalam kurun waktu 1990-2015

1. Prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi

Terdapat hubungan timbal balik antara kekurangan gizi dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok atau akar masalah terjadinya kekurangan gizi selain disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang gizi seimbang bagi sebagian masyarakat terutama di perdesaan dan kelompok rentan. Proporsi Balita yang kekurangan gizi berbanding lurus dengan jumlah penduduk miskin. Semakin kecil pendapatan penduduk maka persentase Balita yang kekurangan gizi semakin meningkat, dan sebaliknya semakin tinggi tingkat pendapatan penduduk, semakin rendah persentase Balita yang kekurangan gizi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 16%, turun menjadi 15,7% pada tahun 2010 sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 14,05%. Diperkirakan target MDGs tersebut akan dapat tercapai di Jawa Tengah.

a. Prevalensi Balita gizi buruk

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara langsung disebabkan oleh tiga hal, yaitu: anak tidak mendapat makanan bergizi seimbang, anak tidak mendapat asupan gizi yang memadai, dan kemungkinan anak menderita penyakit infeksi. Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi Balita gizi buruk di Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 4% dan pada tahun 2010 turun menjadi 3,3%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 2,15%.

b. Prevalensi Balita gizi kurang

(25)

2. Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi

minimum.

Pola konsumsi pangan yang kurang mencukupi kebutuhan energi dan gizi akan mengakibatkan terjangkitnya penyakit serius, bahkan kematian. Asupan makanan yang seimbang sangat penting bagi ketahanan tubuh terhadap penyakit. Penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat minimum sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan status gizi, sebagian besar disandang oleh masyarakat miskin. Kondisi ini menegaskan bahwa upaya peningkatan dan perbaikan konsumsi terutama bagi masyarakat miskin sangat mendesak untuk dilakukan.

a. Kategori < 1.400 Kkal/kapita/hari

Proporsi penduduk di Jawa Tengah dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum atau <1.400 Kkal/kapita/hari pada tahun 2009 sebesar 15,22%, sedangkan target MDGs tahun 2015 sebesar 8,50%. Oleh sebab itu, perlu perhatian khusus agar proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal/kapita/hari tersebut dapat diturunkan sesuai target MDGs.

b.Kategori < 2.000 Kkal/kapita/hari

(26)

Tujuan 2.

Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

Mencapai pendidikan dasar untuk semua adalah upaya yang dilakukan agar penduduk usia sekolah dasar seluruhnya dapat menikmati pendidikan SD/ MI/Paket A pada tahun 2015. Tujuan ke-2 ini memiliki tiga indikator yaitu: Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A; Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan SD/MI/Paket A dan Angka melek huruf penduduk usia 15 – 24 tahun perempuan dan laki-laki. APM SD/MI/Paket A adalah hasil bagi antara jumlah siswa SD/MI/Paket A usia 7 – 12 tahun pada satu wilayah administratif dibagi penduduk usia 7 – 12 tahun. Status pencapaian tujuan ke-2 MDGs di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.7

Status Capaian Tujuan ke-2 MDGs Jawa Tengah

Target 2A: Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Capaian target tujuan kedua MDGs untuk indikator APM SD/MI/Paket A dan angka melek huruf penduduk usia 15 - 24 tahun Provinsi Jawa Tengah sudah menuju pada pencapaian target 2015 (On Track). Pada tahun 2010 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A telah mencapai 108%, Angka Partisipasi

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber

Tujuan 2 : Mencapai Pendidikan Dasar Untuk semua

Target 2 A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

2.1

(27)

Murni (APM) SD/MI/Paket A 97,08% dan APK SMP/MTs/Paket B 99,40%. Pada jenjang Pendidikan Dasar, berdasarkan data indikator pembangunan bidang pendidikan, terdapat peningkatan indikator Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B sejak tahun 2007/2008, yakni APM SD/MI/Paket A pada tahun 2007/2008 sebesar 92,77% meningkat menjadi 97,08% pada tahun 2010. Dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar 95,23%), posisi Jawa Tengah sudah berada di atas rata-rata nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses masyarakat untuk mendapatkan layanan pendidikan pada jenjang Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari tahun 2007/2008 hingga tahun 2010. Apabila trend peningkatan tersebut dapat dipertahankan, maka Jawa Tengah diharapkan dapat mencapai target MDGs pada jenjang SD/MI/Paket A pada tahun 2015.

Perkembangan capaian APK dan APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B dan SMA/SMK/MA/Paket C dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada gambar 1.3 dan 1.4. Grafik tersebut menggambarkan bahwa selama kurun waktu tersebut baik APK maupun APM SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C menunjukkan peningkatan.

Gambar 1.3

Perkembangan APK SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C

Tahun 2008, 2009, 2010

(28)

Gambar 1.4

Perkembangan APM SD/MI/ Paket A, SMP/MTs/ Paket B dan SMA/SMK/MA/ Paket C

Tahun 2008, 2009, 2010

Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Didukung oleh peraturan perundangan dan berbagai kebijakan serta upaya keras dari seluruh stakeholder, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah berhasil mengurangi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan, antar kelompok pendapatan, dan antar daerah terutama pada tingkat sekolah dasar. Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A) telah melampaui angka 100 %. Pada tahun 2009/2010 APK SD/MI/Paket A telah mencapai 108% dan angka partisipasi murni (APM) sekitar 97,08 %. Pada tahun yang sama, APK dan APM jenjang SMP/MTs/Paket B masing-masing mencapai 99,40% dan 76,87% (Gambar 1.3 dan 1.4). Pada tingkat Sekolah Dasar (SD/MI/Paket A), disparitas partisipasi pendidikan antar Kabupaten/ Kota sudah sangat kecil. Data Dinas Pendidikan menunjukan bahwa APM SD/MI/Paket A di semua Kabupaten/ Kota telah mencapai lebih dari 90,0 %, kecuali Kabupaten Kudus dengan APM sebesar 87,60% (Gambar 1.5). Perlu diketahui bahwa capaian APM 100 % pada tingkat sekolah dasar tidak mungkin tercapai karena terdapat kenyataan yang ada saat ini adalah banyak siswa SD kelas satu berusia di bawah usia 7 tahun.

Sebaran APM SD/MI/Paket A pada masing-masing Kabupaten/Kota menunjukkan bahwa masih terdapat 11 Kabupaten/Kota yang capaian APM SD/MI/Paket A masih berada di bawah rata-rata Jawa Tengah. Namun demikian, angkanya sudah berada di atas kisaran 85%. Capaian APM SD/MI/Paket A

(29)

terendah adalah Kabupaten Kudus, dengan APM SD/MI/Paket A sebesar 87,60%. Hal ini disebabkan bahwa kecenderungan bahwa orang tua menyekolahkan anak ke SD/MI di bawah usia 7 tahun. Gambar 1.5 menunjukkan capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2010.

Gambar 1.5

Capaian APM SD/MI/Paket A Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

(30)

Gambar 1.6

Proporsi Murid Kelas 1 yang Berhasil Menamatkan Sekolah Dasar Tahun 2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Angka melek huruf penduduk Provinsi Jawa Tengah berusia 15-24 tahun dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Angka melek huruf telah digunakan sebagai indikator tercapainya Education for All (EFA) dan MDGs serta berperanan penting dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia. Melek huruf merupakan prasyarat utama yang memungkinkan seseorang mengakses informasi dan pengetahuan serta memiliki kemampuan untuk memperoleh pekerjaan demi kehidupan yang lebih baik.

(31)

Gambar 1.7

Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2009/2010

Sumber data : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

Tujuan 3.

Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

(32)

Tabel 1.8

Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Tujuan 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

Target 3 A : Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

3.1

(Pileg 2009) Meningkat

Kesbangpolin mas

(33)

Target 3A: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015

Berbagai kemajuan telah dicapai dalam upaya meningkatkan kesetaraan gender di berbagai bidang. Rasio Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ Paket B, SMA/MA/Paket C, dan Pendidikan Tinggi (PT) berturut-turut sebesar 99,32, 105,66, 98,19, dan 124,88 pada tahun 2009/2010, dan rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun telah mencapai 99,95%. Dengan demikian, Jawa Tengah sudah secara efektif menuju (on-track) pencapaian kesetaraan

gender yang terkait dengan pendidikan pada tahun 2015. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian sebesar 65,51% pada tahun 2009 meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu sebesar 64,16% (sumber: Disnakertransduk, 2009). Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki oleh perempuan di DPRD Provinsi Jawa Tengah pada Pemilu terakhir juga mengalami peningkatan menjadi 14,75%. Berdasarkan Data BPS tahun 2009/2010, APM baik perempuan maupun laki-laki, pada SD/MI/Paket A sudah mencapai lebih dari 90%.

(34)

(Kabupaten Banjarnegara) dan 569,26 (Kabupaten Blora) terlihat pada gambar 1.11. Dari data tersebut terlihat bahwa APM perempuan terhadap laki-laki untuk jenjang SMP/MTs/Paket B dan SMA/MA/Paket C perbedaannya relatif tidak begitu jauh, sedangkan pada jenjang Perguruan Tinggi data antar Kabupaten/Kota sangat luas.

Gambar 1.8

Rasio APM SD/MI/ Paket A Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.9

Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010

(35)

Gambar 1.10

Rasio APM SMA/MA/Paket C Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

Gambar 1.11

Rasio APM Perguruan Tinggi Tahun 2009/2010

Sumber data : BPS tahun 2009

(36)

melek huruf antara perempuan dan laki-laki Provinsi Jawa Tengah kelompok usia 15-24 tahun sudah mencapai 100.

Di bidang ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan lebih rendah dibandingkan dengan TPAK laki-laki. Data BPS tahun 2010 menunjukan bahwa TPAK perempuan tidak menunjukan peningkatan yang signifikan, hanya berkisar sekitar 27,70 %. Angka tersebut jauh lebih rendah jika di bandingkan dengan TPAK laki-laki yang rata-rata 84 % selama periode yang sama.

Persentase perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian memperlihatkan kecenderungan meningkat, yang termasuk pekerja upahan di sektor non-pertanian adalah buruh/karyawan/pegawai dan pekerja bebas yang bekerja di lapangan kerja sektor nonpertanian. Data Disnakertransduk menunjukan bahwa kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non-pertanian mengalami peningkatan, dari sebesar 64,16 % pada tahun 2007 menjadi sebesar 65,51 % pada tahun 2009. Gambar 1.12 menunjukkan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non-pertanian pada Kabupaten/Kota se Jawa Tengah.

Gambar 1.12

Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor non pertanian Kab/Kota Se Jawa Tengah

Tahun 2009

(37)

Kemajuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan juga diukur berdasarkan proporsi perempuan di lembaga-lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), menunjukan adanya peningkatan yang cukup berarti. Hal ini dapat dilihat dari proporsi perempuan yang menduduki kursi di DPRD mengalami peningkatan dari 10,22 % pada tahun 2004 menjadi 14,75 % pada tahun 2009. Di bidang politik, kemajuan yang dicapai antara lain adalah dengan di tetapkannya Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Komisi Pemilihan umum (KPU), Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik, disusul dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Undang-Undang tersebut mengamanatkan dengan jelas 30 % keterwakilan perempuan dalam kepengurusan partai politik di tingkat pusat dan daerah dalam daftar yang diajukan untuk calon anggota legislatif. Gambar 1.13 menunjukkan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPRD.

Gambar 1.13

Proporsi Kursi yang Diduduki Perempuan Di DPRD Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2009

(38)

Tujuan 4.

Menurunkan Angka Kematian Anak

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah: menurunkan Angka Kematian Balita (AKBA) hingga dua per tiga dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator (1) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup; (2) Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup; dan (3) Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak.

Tabel 1.9

Status Capaian Tujuan 4 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber

Target 4 A : Mengurangi 2/3 angka kematian balita dalam kurun waktu 1990 dan 2015

4.1 sebesar 48,8/ 1.000 kelahiran hidup, pada tahun 2010 menurun menjadi 10,62 / 1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan target MDGs tahun 2015 sebesar 23 / 1.000 kelahiran hidup kondisi ini telah mencapai target. Pada Tahun 2015 target capaian AKB Provinsi Jawa Tengah sebesar 8,5/1.000 kelahiran hidup.

(39)

Gambar 1.14

Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2002 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Gambar 1.15

Perbandingan Angka Kematian Bayi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional Tahun 2003 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

(40)

Kabupaten/Kota dengan kasus kematian bayi tertinggi adalah Kabupaten Kebumen (540 kasus), Kota Semarang (337 kasus) dan Kabupaten Brebes (312 kasus). Kabupaten dengan kasus kematian bayi terendah adalah Kota Magelang (13 kasus), Kota Tegal (15 kasus) dan Kota Salatiga (29 kasus).

Gambar 1.16

Jumlah Kematian Bayi di Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Menurunnya AKB di Jawa Tengah disebabkan oleh meningkatnya

(41)

Gambar 1.17

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kab/Kota se-Jateng Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jateng 2010

Cakupan pelayanan kesehatan bayi adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan 1

(42)

Gambar 1.18

Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

(43)

Gambar 1.19

Angka Kematian Balita (AKBA) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 (per 1.000 kelahiran hidup)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah kasus kematian anak balita di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2010 sejumlah 813 kasus yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Kabupaten / Kota dengan kasus kematian anak balita terbanyak adalah Kota Semarang (90 kasus), Kabupaten Cilacap (84 kasus) dan Kabupaten Jepara (59 kasus). Kabupaten / Kota dengan kasus terkecil adalah Kota Salatiga (2 kasus), Kota Magelang, Kota Surakarta dan Kota Tegal dimana masing masing 4 kasus.

Gambar 1.20

Jumlah Kematian AKBA di Kab/kota se - Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)

(44)

Cakupan pelayanan kesehatan anak balita di Jawa Tengah sebesar 76,38 %, dimana Kabupaten / Kota dengan cakupan tertinggi adalah Kabupaten Semarang (99,57 %) dan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kota Salatiga (22,40%). Cakupan pelayanan kesehatan anak balita kabupaten/kota yang masih dibawah capaian Jawa Tengah sebanyak 18 kabupaten/kota meliputi Kota Salatiga, Kabupaten Magelang, Pekalongan, Karanganyar, Batang, Kota Pekalongan, Grobogan, Banjarnegara, Kota Surakarta, Blora, Cilacap, Kota Tegal, Wonosobo, Pemalang, Kota Magelang, Jepara, Sukoharjo, dan Purworejo.

Gambar 1.21

Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita di Kab/Kota Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Proporsi anak - anak berusia 1 tahun di-imunisasi campak di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 94,7 % menurun dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 96,7 %. Target MDGs untuk indikator ini telah tercapai. Namun demikian, masih diperlukan berbagai upaya meningkatkan dan mempertahankan cakupan pelayanan imunisasi campak sehingga target Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 95% dapat tercapai.

(45)

Gambar 1.22

Proporsi Anak-anak Berusia 1 Tahun diimunisasi Campak

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010 (diolah)

Tujuan 5.

Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Target 5a: menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990 – 2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran hidup

b. Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

2. Target 5b: mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015 dengan indikator sebagai berikut:

a. Angka pemakaian kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/ CPR) bagi perempuan menikah usia 15 – 49 tahun saat ini, cara modern.

b. Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15 – 19 tahun) per 1,000 perempuan usia 15-19.

c. Cakupan pelayanan antenatal (K4 atau empat kali kunjungan)

(46)

Status pencapaian tujuan 5 MDGs di Jawa Tengah sebagai berikut: Tabel 1.10

Status Capaian Tujuan 5 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Tujuan 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu

Target 5 A : Menurunkan Angka Kematian Ibu hingga tiga perempat dalam kurun waktu 1990 – 2015 5.1 Target 5B : Mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015

5.3 usia 15-49 tahun (Cara Modern) perempuan usia 15 – 19 tahun)

5.6 Cakupan pelayanan antenatal (K4) berencana / KB yang tidak terpenuhi)

Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2005 (115,57/ 100.000 kelahiran hidup) mengalami penurunan pada tahun 2010 (104,97 / 100.000 kelahiran hidup). Dibandingkan dengan target MDGs (102 per 100.000 kelahiran hidup), target Jawa Tengah tahun 2015 (60 per 100.000 kelahiran hidup) pada kondisi akan tercapai. Upaya yang dilakukan untuk menekan AKI di Jawa Tengah antara lain melalui penerapan program Jampersal sehingga persalinan dilakukan dengan gratis, rencana penerbitan Peraturan Gubernur yang

(47)

mengatur tentang pelayanan persalinan yang harus berada di sarana kesehatan dan dilakukan oleh petugas/tenaga kesehatan, peningkatan kualitas puskesmas melalui pelayanan PONED dan Rumah Sakit melalui pelayanan PONEK dan peningkatan kualitas tenaga kesehatan.

Menurunnya AKI ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal (cakupan kunjungan kehamilan sebanyak empat kali/ K4) dan meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Sampai dengan tahun 2010 cakupan K4 sebesar 92,04% dan kelahiran hidup dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) sebesar 93,93%.

Intervensi kunci yang mempengaruhi AKI mencakup pelayanan antenatal yang baik, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan yang memadai untuk kehamilan resiko tinggi termasuk pencegahan ibu hamil komplikasi, program keluarga berencana untuk menghindari kehamilan dini, mengurangi tingkat aborsi tidak aman dan post abortion care serta program-program perubahan perilaku di kalangan perempuan usia subur.

Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar (PONED) sebesar 30,91 % Puskesmas dan persentase RS Kabupaten / Kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) sebesar 40 %.

Gambar 1.23

Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2010 (Per-100.000 kelahiran hidup)

(48)

Gambar 1.24

Perbandingan Angka Kematian Ibu Provinsi Jawa Tengah dengan Nasional Tahun 2006 – 2010 serta Target 2015

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2010 sebesar 611 kasus, dengan kontribusi terbesar adalah Kabupaten Pemalang sebanyak 48 kasus, diikuti Kabupaten Brebes (36 kasus) sebagaimana pada grafik berikut:

Gambar 1.25

Jumlah Kematian Ibu Melahirkan Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (orang)

(49)

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2010 sebesar 93,93%. Dibandingkan dengan target MDGs kondisi ini sudah tercapai dan pada tahun 2015 akan mencapai target Jawa Tengah (100%). Sampai dengan tahun 2010 cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di kabupaten/kota yang masih dibawah rata-rata Jawa Tengah sebesar 17 Kabupaten/Kota, yaitu Kab. Banyumas, Kota Magelang, Banjarnegara, Brebes, Tegal, Blora, Cilacap, Purbalingga, Pati, Wonosobo, Pemalang, Jepara, Klaten, Kota Semarang, Rembang, Kota Pekalongan dan Kab. Batang.

Gambar 1.26

Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Pada tahun 2010 persentase cakupan peserta KB aktif (CPR) perempuan menikah (15-49 tahun) cara modern sebesar 65,5% mengalami peningkatan apabila dibandingkan tahun 2007 (60%) serta telah mencapai Target MDGs di tahun 2015. Target Jawa Tengah tahun 2015 (70,6%), diharapkan dapat tercapai (on track).

Sampai dengan tahun 2010 jumlah persalinan pada anak remaja (15 – 19 tahun) per 1.000 perempuan sebesar 25,3% dan diharapkan pada tahun 2015 turun menjadi 22,92%.

(50)

Cakupan antenatal care (K4) Jawa Tengah Tahun 2010 (77,28%) mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun 1995 (64,8%), dan diharapkan dapat mencapai target pada tahun 2015 sebesar 95%.

Jumlah pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi (unmetneed) mengalami penurunan, pada tahun 2000 (LUB BKKBN Jateng) sebesar 12,66% turun menjadi 11,59% tahun 2010. Target unmetneed Provinsi

Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 4,1% diharapkan dapat tercapai.

Tujuan 6.

Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target yang akan dicapai pada tujuan ini adalah:

1. Target 6a: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru dengan indikator :

a. Prevalensi HIV dari total populasi.

b. Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi terakhir.

c. Persentase penduduk 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV/AIDS.

2. Target 6b: Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015 dengan indikator proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obat antiretroviral.

3. Target 6c: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015 dengan indikator:

a. Angka kejadian Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

b. Tingkat prevalensi Tuberkulosis per 100.000 penduduk.

c. Proporsi kasus TB yang ditemukan melalui DOTS.

(51)

e. Angka penemuan kasus Malaria per 1.000 penduduk.

f. Angka Kesakitan DBD (per 100.000 penduduk).

g. Kematian DBD.

Status pencapaian tujuan ke-6 di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.11

Status Capaian Tujuan 6 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target

MDGs 2015 Status Sumber

Tujuan 6 : Memerangi HIV dan AIDS, Malaria dan Penyakit Menular Lainnya

Target 6 A : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS pada tahun 2015

6.1 Prevalensi HIV

(1990) : 0,16

Target 6 B : Mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV / AIDS bagi semua yang membutuhkan sampai dengan tahun 2015

6.4

Target 6 C : Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya (Tuberculosis) hingga tahun 2015

(52)

Indikator Acuan 6.11 Angka Kesakitan DBD

(per 100.000 mendapatkan perhatian serius meskipun tidak termasuk dalam salah satu indikator pada tujuan ke-6 Road Map RAD MDG’s 2015.

Target 6 A: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru HIV/AIDS hingga tahun 2015 dan Target 6B: Mewujudkan

akses terhadap pengobatan HIV/AIDS bagi semua yang

membutuhkan sampai dengan tahun 2010

Prevalensi kasus HIV di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 0,25% dari total penduduk. Kondisi ini telah mencapai target apabila dibandingkan dengan target MDGs dan target Jawa Tengah tahun 2015 (< 0,5%). Dalam rangka mengendalikan penyebaran HIV/AIDS perlu upaya penemuan kasus di masyarakat mengingat hal ini seperti “fenomena gunung es”.

(53)

Jumlah penderita HIV dan AIDS Jawa Tengah dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2010 sebesar 3.313 orang, dengan rincian 1.441 kasus AIDS dan 1.872 HIV. Kabupaten/kota yang penderita HIV dan AIDS tertinggi adalah Kota Semarang yaitu mencapai lebih dari 650 kasus.

Gambar 1.27

Jumlah Kasus HIV AIDS Kabupaten/Kota Se Jawa Tengah Tahun 1993 – 2010

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng

Target 6C: Mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru Malaria dan penyakit utama lainnya hingga tahun 2015

Angka Kejadian TB Paru di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 107/100.000 penduduk, dengan tambahan kasus baru sebesar 53,72% dan persentase kasus TB yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Angka kejadian TB Paru pada tahun 2015 akan turun sesuai dengan target Jawa Tengah (88 per 100.000 penduduk)

Case Detection Rate (CDR) TB Paru Kabupaten/Kota yang capaiannya

(54)

Gambar 1.28

Realisasi dan Target Penemuan TB Paru Kab/Kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Pada tahun 2010 angka kematian karena TB Paru sebesar 2,3%, dibawah target Jawa Tengah tahun 2015 yaitu 3%. Kondisi ini dikarenakan kesadaran penderita untuk minum obat secara teratur mengalami peningkatan dilihat dari capaian kesembuhan melalui program DOTS sebesar 90,57%.

(55)

Gambar 1.29

Prevalensi Malaria Se Kab/Kota Se Jawa Tengah Tahun 2010 (API per 1.000 jumlah penduduk)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Angka kesakitan DBD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 60,51 / 100.000 penduduk dan angka kematian DBD sebesar 1 %. Target Jawa Tengah untuk Angka kesakitan DBD adalah 35 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan DBD terbesar adalah Kota Semarang, disusul adalah Kota Magelang, Kab. Jepara, Kab. Kudus, Kota Salatiga, Kota Tegal , Kota Surakarta, Kab. Batang, Kab. Pati dan Kab. Sragen.

Gambar 1.30

Angka Kesakitan DBD kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (per 100.000 penduduk)

(56)

Penyakit DBD bukan penyakit yang menjadi target pencapaian MDGs, namun demikian kasus kesakitan dan kematian penyakit DBD menjadi program prioritas di Provinsi Jawa Tengah sehingga perlu adanya penanganan yang serius dan bukan hanya menjadi tanggung jawab sektor Kesehatan namun memerlukan dukungan lintas sektor.

Gambar 1.31

Angka Kematian DBD Kab/kota Se-Jawa Tengah Tahun 2010 (%)

Sumber : Dinas Kesehatan Prov. Jateng 2010

Tujuan 7.

Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Tujuan 7 MDGs mencakup empat target, yaitu (1) Target 7A: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang; (2) Target 7B: Mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati dan mencapai penurangan yang signifikan pada tahun 2010; (3) Target 7C: Menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga tahun 2015; dan Target 7D: Mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

(57)

pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas daratan; (2) Jumlah emisi karbon dioksida (CO2)e; (3) Jumlah konsumsi bahan perusak ozon (BPO); (4) Proporsi tangkapan ikan yang berada dalam batasan biologis yang aman. (5) Rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan; (6) Rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan territorial; (7) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan perdesaan; (8) Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar, perkotaan dan perdesaan; dan (9) Proporsi rumahtangga kumuh perkotaan. Status pencapaian tujuan 7 MDG’s di Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

Tabel 1.12

Status Capaian Tujuan ke-7 MDGs Jawa Tengah

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015 Status Sumber

Tujuan 7 : Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup

Target 7A: memadukan prinsip-prinsip pembangunan yang berkesinambungan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumberdaya lingkungan yang hilang

7.1

Rasio luas kawasan tertutup pepohonan berdasarkan hasil pemotretan citra satelit dan survei foto udara terhadap luas

(58)

Indikator Acuan

Dasar Saat ini

Target MDGs

2015 Status Sumber

Target 7B : menanggulangi kerusakan keanekaragaman hayati dan mencapai penurunan tingkat kerusakan yang siginfikan pada tahun 2010

7.5

Target 7C : menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi dasar hingga tahun 2015.

7.7 Proporsi rumah tangga dengan akses 7.8 Proporsi rumah

Gambar

Gambar 1.7 Angka Melek Huruf Penduduk Usia 15-24 Menurut Kabupaten/Kota
Tabel 1.8 Status Capaian Tujuan ke-3 MDGs Jawa Tengah
Gambar 1.9   Rasio APM SMP/MTs/Paket B Tahun 2009/2010
Gambar 1.10
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tim Penyusun Laporan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs ) Indonesia Tahun 2007, 2007, Laporan Perkembangan Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007, Jakarta:

Terkait dengan topik kita hari ini, yaitu tentang memerangi gizi buruk dalam rangka mencapai Tujuan Pembangunan Millenium, banyak upaya yang telah dilakukan untuk

Delapan tujuan MDGs yang harus di laksanakan oleh setiap negara yang mendeklarasikannya yaitu; 1) menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, 2) mencapai pendidikan dasar

Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 85 Tahun 20ll tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Millenium Development Goals Provinsi Jawa Timur Tahun

unggul baru, penyediaan dan penggunaan sarana produksi;.. RAD-PG Provinsi Jawa Tengah 2011-2015 3 10) peningkatan Kemampuan dan ketrampilan petani; 11) peningkatan

Hasil st udi ini m enunj uk k an bahw a penggunaan inst rum en EDI , capaian pendidik an di I ndonesia m encapai 0,955, sedangk an penggu naan inst rum en MDGs m encapai 0,9

17 Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 48 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Tujuan Millenium Development Goals (RAD MDGs) Provinsi Sumatera Barat

(2) Bagi Pemerintah Provinsi yang sedang menyusun RPJMD, pencapaian target MDGs tingkat daerah dilakukan dengan menetapkan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan dan program