1
UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku Tahun 2016
DANA HIBAH PARPOL DISELEWENGKAN, SEKRETARIS DPW PAN MALUKU DORONG PROSES HUKUM
www.siwalima.com
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah Maluku, Peter Tatipikalawan mendorong agar
penyelewengan bantuan dana hibah kepada Partai Amanat Nasional (PAN) senilai Rp76 Juta
Rupiah segera diusut oleh kejaksaan ataupun kepolisian. Dana hibah tersebut diberikan
Pemerintah Kabupaten Buru Selatan pada Tahun 2015. Ia mengatakan bahwa, tidak ada kata
toleransi bagi kader yang diduga menyelewengkan dana tersebut, karena itu sudah masuk
dalam kategori korupsi yaitu perbuatan memperkaya diri sendiri.
Peter menjelaskan bahwa berdasarkan hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terdapat dugaan bahwa laporan yang disampaikan itu fiktif. Oleh karena itu, beliau amat
menyesalkan hal ini karena yang melakukan perbuatan ini adalah kader PAN sendiri.
Sebelumnya diberitakan bahwa PAN di Buru Selatan baru memasukan laporan
bantuan dana hibah Tahun 2015 senilai Rp76 Juta pada 26 Juli 2016. Laporan tersebut
disampaikan ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) pada Kabupaten Buru
Selatan. Seharusnya laporan penggunaan dana hibah tersebut disampaikan lebih awal, agar
dapat diteliti dan diperiksa oleh BPK Maluku.
Kepala Bidang Hubungan Lembaga dan Kesbang pada Badan Kesbangpol Kabupaten
Buru Selatan, Koja Hadi Sela, mengatakan bahwa bantuan dana hibah Dewan Perwakilan
Cabang (DPC) PAN Buru Selatan sudah menjadi temuan BPK Perwakilan Maluku, sehingg ia mengusulkan agar DPC PAN menyampaikan laporan tersebut secara langsung ke BPK.
Sumber berita:
Harian Siwalima, Diduga Dana Hibah Parpol Diselewengkan, Sekretaris DPW PAN Maluku
Dorong Proses Hukum, Jumat, 5 Agustus 2016.
Catatan Berita:
1. Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Pertanggungjawaban Penerimaan dan Pengeluaran
Dana Bantuan Keuangan Partai Politik yang Bersumber dari APBD Kabupaten Buru
Selatan Tahun Anggaran 2015 Nomor 12/HP.BPOL/XIX.AMB/06/2016 tanggal
24 Juni 2015 menyatakan:
2
UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku Tahun 2016
b. Bahwa BPK tidak menerima laporan pertanggungjawaban DPD PAN sebagai
penerima bantuan keuangan.
2. Tindak Pidana Korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001, terdapat tujuh jenis Tindak Pidana Korupsi yang diatur dalam undang-undang tersebut, yaitu:
g. Perbuatan korupsi yang berhubungan dengan pengadaan; dan
h. Perbuatan gratifikasi.
3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 mengatur:
a. Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada Badan Pemeriksa
Keuangan secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diaudit paling lambat 1 (satu)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
b. Audit terhadap laporan tersebut dilakukan 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
c. Hasil audit atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan kepada Partai Politik paling lambat
1 (satu) bulan setelah diaudit.
4. Permendagri Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Penghitungan, Penganggaran Dalam APBD, Pengajuan, Penyaluran, dan Laporan Pertanggungjawaban
Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik mengatur:
a. Partai Politik wajib membuat pembukuan dan memelihara bukti penerimaan dan
pengeluaran atas dana bantuan keuangan.
b. Partai Politik wajib membuat laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan APBN/APBD.
c. Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
rekapitulasi Realiasi Penerimaan dan Belanja bantuan keuangan partai politik dan
rincian Realisasi Belanja Dana Bantuan Keuangan Parpol Perkegiatan, dan barang
Inventaris/Modal (Fisik), Barang Persediaan Pakai Habis dan Pengadaan/Penggunaan
3
UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku Tahun 2016
d. Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran keuangan yang bersumber dari dana bantuan APBN/APBD secara
berkala 1 (satu) tahun sekali kepada Pemerintah/pemerintah daerah setelah diperiksa
oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
e. Partai Politik yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Poin d dikenai sanksi administratif berupa penghentian bantuan keuangan dari APBN/APBD dalam
tahun anggaran berkenaan sampai laporan diterima oleh :
1) Pemerintah untuk partai politik tingkat pusat ;
2) Gubernur untuk partai politik tingkat provinsi; dan
3) Bupati/Walikota untuk partai politik tingkat kabupaten/kota.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2015 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai
Politik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2012
mengatur:
a. Partai Politik wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
pengeluaran bantuan keuangan yang bersumber dari dana APBN dan APBD kepada
BPK secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk diperiksa paling lambat 1 (satu) bulan
setelah tahun anggaran berakhir.
b. Pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran sudah
selesai dilakukan oleh BPK paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
c. BPK menyampaikan hasil pemeriksaan atas laporan pertanggungjawaban penerimaan
dan pengeluaran kepada Partai Politik paling lama 1 (satu) bulan setelah pemeriksaan
selesai dilakukan.
5. Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pemeriksaan Laporan Pertanggungjawaban
Bantuan Keuangan Partai Politik mengatur:
a. Setiap Partai Politik yang menerima Bantuan Keuangan wajib menyerahkan Laporan
Pertanggungjawaban kepada BPK.
b. Penyerahan Laporan Pertanggungjawaban dilakukan 1 (satu) tahun sekali paling
lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
c. BPK melakukan Pemeriksaan atas Laporan Pertanggungjawaban untuk
masing-masing parpol yang telah diterima BPK paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
d. Pemeriksaan dilakukan atas dasar dokumen yang diterima BPK dari Parpol dan dalam
hal dokumen belum lengkap, BPK dapat meminta Parpol untuk melengkapi dokumen.
e. Dalam hal diperlukan, BPK dapat melakukan konfirmasi atau prosedur pemeriksaan
lainnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang berlaku dan
pedoman lain yang ditetapkan oleh BPK.
f. Pemeriksaan diselesaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Laporan
4
UJDIH Perwakilan Provinsi Maluku Tahun 2016
g. BPK menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Pertanggungjawaban
Parpol.
h. DPP/DPD/DPC atau sebutan lain wajib menindaklanjuti Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK atas Laporan Pertanggungjawaban sesuai dengan kewenangannya.
i. DPP/DPD/DPC atau sebutan lain wajib memberiksan jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan
Pertanggungjawaban.
j. Jawaban atau penjelasan diserahkan kepada BPK paling lambat 60 hari setelah