• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelaksanaan Pengembangan Diri Siswa Sekolah Dasar di Wilayah Dabin I Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang T2 942009046 BAB II"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Pengembangan Diri

Penggunaan istilah Pengembangan Diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Jika menelaah literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya bidang psikologi pendidikan, istilah Pengembangan Diri tampaknya dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian (personal development), sudah lazim digunakan dan banyak dikenal meskipun istilah diri (self) tidak sepenuhnya identik dengan kepribadian (personality). Personal

development atau pengembangan pribadi merupakan

kegiatan meningkatkan kesadaran dan identitas, mengembangkan bakat dan potensi, membangun modal manusia dan memfasilitasi kerja, meningkatkan kualitas hidup serta berkontribusi pada realisasi mimpi dan aspirasi (Aubrey, 2010). Konsep ini lebih luas daripada Pengembangan Diri (self-help) karena dalam pengembangan pribadi juga mencakup mengembangkan orang lain. Misalnya seorang guru, disamping mengembangkan kompetensi pribadi dalam kemampuan menejerial tertentu untuk mengajar, guru juga memberikan layanan profesional (seperti memberikan pelatihan, penilaian ataupun pembinaan).

(2)

10 metode, program, alat, teknik, dan sistem penilaian yang mendukung pengembangan manusia pada tingkat individu dalam organisasi. Pada tingkat individu, pengembangan pribadi meliputi kegiatan meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan pengetahuan diri, membangun atau memperbaharui identitas, mengembangkan bakat, meningkatkan kekayaan, pengembangan rohani, mengidentifikasi dan meningkatkan potensi, membangun modal kerja manusia, meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan kesehatan, memenuhi aspirasi, memulai sebuah perusahaan hidup atau otonomi pribadi, mendefinisikan dan melaksanakan rencana pengembangan pribadi, dan meningkatkan kemampuan sosial.

(3)

11 batin seseorang dengan hal-hal yang terdapat dalam dunia luar.

Setiap orang memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita akan dirinya, ada yang realistis atau justru tidak realistis. Sejauh mana individu dapat memiliki kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-citanya akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadiannya, terutama kesehatan mentalnya. Kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita seseorang akan dirinya secara tepat dan realistis memungkinkan untuk memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya jika tidak tepat dan tidak realistis akan menimbulkan pribadi yang bermasalah.

Kepercayaan akan dirinya yang berlebihan (over confidence) menyebabkan seseorang dapat bertindak kurang memperhatikan lingkungannya dan cenderung bertabrakan dengan norma dan etika standar yang berlaku, serta memandang sepele orang lain. Selain itu, orang yang memiliki over confidence sering memiliki sikap dan pemikiran yang

over estimate terhadap sesuatu. Sebaliknya

(4)

12 Begitu pula, setiap orang memiliki sikap dan perasaan tertentu terhadap dirinya. Sikap akan diwujudkan dalam bentuk penerimaan atau penolakan akan dirinya, sedangkan perasaan dinyatakan dalam bentuk rasa senang atau tidak senang akan keadaan dirinya. Sikap terhadap dirinya berkaitan erat dengan pembentukan harga diri (penilaian diri), yang menurut Maslow merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang amat penting. Sikap dan mencintai diri yang berlebihan merupakan gejala ketidaksehatan mental, biasa disebut narcisisme. Sebaliknya, orang yang membenci dirinya secara berlebihan dapat menimbulkan masochisme. Di samping itu, setiap orang pun memiliki cita-cita akan dirinya. Cita-cita yang tidak realistis dan berlebihan, serta sangat sulit untuk dicapai mungkin hanya akan berakhir dengan kegagalan yang pada akhirnya dapat menimbulkan frustrasi. Frustasi dapat berupa perilaku salah-suai (maladjusted). Sebaliknya, orang yang kurang memiliki cita-cita tidak akan mendorong ke arah kemajuan.

(5)

13 sehat, sementara jika terjadi perbedaan-perbedaan yang signifikan diantara ketiga “aku” tersebut merupakan gambaran dari ketidakutuhan dan ketidaksehatan kepribadian.

Dengan memperhatikan dasar teoritik tersebut di atas, kita bisa melihat arah dan hasil yang diharapkan dari kegiatan Pengembangan Diri di sekolah yaitu terbentuknya keyakinan, sikap, perasaan dan cita-cita para peserta didik yang realistis, sehingga peserta didik dapat memiliki kepribadian yang sehat dan utuh.

B. Pengertian Pengembangan Diri

Terdapat perbedaan mendasar antara ideologi humanis dan behavioris dalam hal tingkat pilihan tentang perubahan yang terjadi pada manusia selama hidupnya. Hal ini menyangkut „freewill’ atau kehendak bebas manusia dalam pengambilan keputusan. Menurut ideologi humanis, individu bebas mengaktualisasi diri dalam perkembangan hidupnya menuju beberapa tujuan akhir, sedangkan teori behavioris berusaha mengurangi pentingnya kehendak bebas dalam pengambilan keputusan yang mengatur tindakan individu.

(6)

14 organisme hidup. Hal ini mengingatkan pernyataan Piaget tentang bagaimana anak berkembang untuk memahami dunia. Untuk mengembangkan suatu pengertian, anak menggunakan proses yang didefinisikan sebagai asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses masuknya informasi baru disesuaikan dengan pemahaman yang sudah ada dan akomodasi berkaitan dengan memodifikasi ide-ide lama untuk menghasilkan pengetahuan yang baru.

Penerapan pendekatan humanis untuk Pengembangan Diri juga terlihat dalam karya Steven Covey dalam bukunya The Seven Habit of Effektive People. Menurut Covey (1993), Pengembangan Diri merupakan proses pembaruan. Covey menyebutnya sebagai konsep asah gergaji. Proses tersebut meliputi empat bentuk perkembangan yaitu fisik, spiritual, mental dan sosio-emosional.

(7)

15 secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain, serta mempengaruhi cara anak melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Terdapat perbedaan dalam pertambahan tinggi dan berat, namun umumnya mengikuti hukum arah perkembangan. Pada peserta didik di kelas V dan VI, terjadi perubahan fisik yang sangat pesat disebabkan oleh kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan seksual. Perubahan ini mengakibatkan anak mengalami ketidakseimbangan, menarik diri, bersikap negatif, kurang percaya diri, perubahan minat dan aktivitas. Di sini pendidik harus lebih cermat dan memberikan perhatian lebih, artinya pendidik harus lebih banyak melakukan pendekatan supaya anak didik terarah dan dapat memperoleh apa yang anak didik cita -citakan.

(8)

16 diatas 6 tahun tentunya telah berada pada taraf ini. Untuk itu perlu diberikan kegiatan yang dapat mengembangkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada peserta didik usia SD/MI keterampilan motorik meliputi keterampilan tangan dan kaki. Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock (1997) mengemukakan ada empat keterampilan dasar yang perlu dikuasai anak SD/MI pada masa anak akhir yaitu keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan menolong orang lain (sosial), keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah (skolastik). Menurut Covey (1993), pembaruan fisik ini dapat dilakukan dengan olah raga, asupan nutrisi dan pengelolaan stres.

Selanjutnya tentang pembaruan spiritual, Covey (1993) menyebutkan bahwa pembaruan spiritual dapat diraih melalui penjelasan tentang nilai dan komitmen, melakukan studi atau kajian dan berkontemplasi. Dimensi mental dapat diperbarui melalui kegiatan membaca, melakukan visualisasi, membuat perencanaan dan menulis. Adapun dimensi sosio-emosional diasah melalui pemberian pelayanan, bersikap empati, melakukan sinergi dan menumbuhkan rasa aman dalam diri.

(9)

17 mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di lain pihak karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri (Erikson dalam Sukmadinata, 2005). Oleh karena itu di sekolah-sekolah perlu diadakan layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan yang dapat mengembangkan aspek-aspek mental, spiritual, dan sosio-emosional anak, misalnya kegiatan Pengembangan Diri.

Dalam proses Pengembangan Diri diperlukan keseimbangan dan sinergi untuk mencapai hasil optimal sebagaimana yang diharapkan. Pengembangan Diri tidak muncul begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola spiral ke atas. Pola ini melatih untuk bergerak ke atas sepanjang spiral secara terus-menerus. Pola spiral ini memaksa untuk melalui tiga tahap kegiatan yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri manusia menjadi semakin tinggi (Covey, 1993).

Pengertian Pengembangan Diri dalam struktur kurikulum, mengacu pada landasan adanya program Pengembangan Diri, yaitu:

(10)

18 mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, Pasal 3 bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 Ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat Pengembangan Diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan.

(11)

19 Dalam Permendiknas nomor 22 tahun 2006 disebutkan bahwa muatan kurikulum mencakup tiga hal yaitu mata pelajaran, muatan lokal dan Pengembangan Diri. Pengembangan Diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan Diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan Pengembangan Diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan Pengembangan Diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik.

(12)

20 kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler.

(13)

21 Menurut Sudrajat (2008), bahwa kegiatan Pengembangan Diri seyogyanya lebih banyak dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan Pengembangan Diri. Di bawah bimbingan guru maupun orang lain yang memiliki kompetensi di bidangnya, kegiatan Pengembangan Diri dapat pula dilakukan melalui kegiatan-kegiatan di luar jam efektif yang bersifat temporer, seperti mengadakan diskusi kelompok, permainan kelompok, bimbingan kelompok, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Selain dilakukan melalui kegiatan yang bersifat kelompok, kegiatan Pengembangan Diri dapat dilakukan pula melalui kegiatan mandiri, misalnya seorang siswa diberi tugas untuk mengkaji buku, mengunjungi narasumber atau mengunjungi suatu tempat tertentu untuk kepentingan pembelajaran dan Pengembangan Diri siswa itu sendiri.

(14)

22 bimbingan dan konseling seyogyanya dapat menyediakan data yang memadai tentang kebutuhan, bakat, minat serta karakteristik peserta didik lainnya. Data tersebut menjadi bahan dasar untuk penyelenggaraan Pengembangan Diri di sekolah, baik melalui kegiatan yang bersifat temporer, kegiatan ekstra kurikuler, maupun melalui layanan bimbingan dan konseling itu sendiri (Sudrajat, 2008).

Menurut Sudrajat (2008) pula, yang harus diperhatikan bahwa kegiatan Pengembangan Diri tidak identik dengan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling tetap harus ditempatkan sebagai bagian integral sistem pendidikan di sekolah dengan keunikan karakteristik pelayanannya.

(15)

23 Jadi yang dimaksud Pengembangan Diri dalam penelitian ini adalah proses perubahan yang meliputi aspek fisik, spiritual, mental dan sosio- emosional pada siswa di sekolah dasar dengan melalui kegiatan-kegiatan di luar mata pelajaran yang dapat mengembangkan potensi, bakat, dan minat siswa secara optimal.

C. Keberhasilan dalam Hidup

Umumnya, keberhasilan hidup selama ini hanya dilihat dari seberapa besar penghasilan yang didapatkan. Seseorang disebut sukses hidupnya manakala berhasil menjadi kaya, rumahnya besar, tabungan banyak dan memiliki investasi dimana-mana. Akan tetapi, ukuran keberhasilan hidup sebenarnya adalah seberapa jauh seseorang memberi manfaat bagi orang lain.

(16)

becakap-24 cakap, dorongan dan bakat itu telah ada, di meniru suara-suara dari ibunya dan orang di sekelilingnya. Ia meniru dan mendengarkan dari kata-kata yang diucapkan kepadanya, bakat dan dorongan itu tidak akan berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang merangsangnya. Dengan demikian jika tidak ada bantuan suara-suara dari luar atau kata-kata yang di dengarnya tidak mungkin anak tesebut bisa bercakap-cakap.

(17)

25 Pembawaan atau potensi setiap orang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari perilaku manusia sebagai hasil belajarnya. Gagne dan Briggs (1974) mengemukakan lima kategori yaitu intelectual skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude. Bloom (1975) mengemukakan tiga kategori sesuai domain-domain perilaku individu yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan perkembangan kecakapan dan keterampilan intelektual meliputi pengetahuan

(knowledge), pemahaman (comprehension),

penerapan (application), penguraian (analysis), memadukan (synthesis) dan penilaian (evaluation). Afektif berkenaan dengan perubahan minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri. Domain psikomotor berkenaan dengan keterampilan-keterampilan gerak. Masing-masing domain tersebut memiliki tingkat kesukaran berbeda-beda pula.

(18)

sekolah-26 sekolah hingga sekarang masih mementingkan aspek kognitif daripada aspek lainnya.

Menurut Suyanto dan Djihad (Rahman, 2004), proses pendidikan kita saat ini terlalu mementingkan perkembangan aspek kognitif pada tataran pengetahuan dengan mengabaikan persoalan kreativitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran di sekolah-sekolah lebih menekankan pada perkembangan dua jenis kecerdasan, yakni kecerdasan linguistik dan kecerdasan matematis-logis. Praktik nyata ini bertentangan dengan teori unsur kecerdasan yang ada dalam diri setiap individu. Gardner (Uno, 2009) menyatakan bahwa setiap individu memiliki setidaknya delapan unsur kecerdasan yang berbeda-beda yaitu kecerdasan logis matematis, kecerdasan linguistik verbal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan ruang visual, kecerdasan kinestetik, kecerdasan musik, kecerdasan hubungan sosial, dan kecerdasan naturalis

(19)

27 D. Pelaksanaan Pengembangan Diri di Sekolah Dasar Menurut buku model dan Contoh Pelaksanaan Pengembangan Diri Sekolah Dasar (Puskur, 2007) Pengembangan Diri dapat dilakukan melalui dua hal yaitu kegiatan Pengembangan Diri terprogram berupa layanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler serta kegiatan Pengembangan Diri tidak terprogram, biasa disebut kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan ini dapat dilaksanakan secara spontan, rutin dan keteladanan. Yang termasuk kegiatan spontan adalah perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, budaya antri, dan lain-lain. Termasuk kegiatan rutin adalah upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. Sementara untuk keteladanan adalah berbagai bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan teladan, seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, datang tepat waktu, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, dan lain-lain.

(20)

28 kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik (Puskur, 2007).

1. Layanan Konseling

Kegiatan layanan konseling merupakan pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Layanan ini juga membantu mengatasi kelemahan, hambatan serta masalah yang dihadapai peserta didik dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan peserta didik SD/MI.

(21)

29 dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku, membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan, belajar memahami diri sendiri dan orang lain sesuai jenis kelamin dan menjalankan peran tanpa membedakan jenis kelamin, serta mengembangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air dan bangsa, serta mengembangkan pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan.

(22)

30 kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Konseling

Perorangan, yaitu layanan yang membantu

peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Konseling Kelompok, yaitu layanan yang

membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

(23)

31 yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya. Tampilan

Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan

berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan dan Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

(24)

32 digunakan, pelaksanaan kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat serta waktu dan tempat pelaksanaan. Satu kali kegiatan layanan dan kegiatan pendukung konseling berbobot ekuivalen 2 (dua) jam pelajaran. Volume keseluruhan kegiatan pelayanan konseling yang dilakukan oleh konselor per minggu minimal ekuivalen dengan beban tugas guru kelas mengajar di sekolah/madrasah, sedangkan untuk guru kelas yang diberi tugas menjadi konselor (guru pembimbing), beban tugas wajib mengajar mata pelajaran dijumlahkan dengan tugas melaksanakan pelayanan konseling sesuai jumlah peserta didik yang menjadi asuhannya.

(25)

33 satu semester) setelah satu atau beberapa layanan dan kegiatan pendukung konseling diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan dan atau kegiatan pendukung konseling terhadap peserta didik. Hasil kegiatan pelayanan konseling secara keseluruhan dalam satu semester untuk setiap peserta didik dilaporkan secara kualitatif dan deskriptif pada kolom Pengembangan Diri di laporan hasil belajar. Hasil penilaian yang dituliskan adalah proses kegiatan pelayanan yang diberikan dan ketercapaian tugas perkembangan.

(26)

34 2. Ekstrakurikuler

Kegiatan Pengembangan Diri sekolah dasar selain layanan konseling adalah ekstrakurikuler. Ada berbagai jenis kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di lingkungan sekolah dasar yang meliputi bidang seni budaya, olahraga, kepramukaan, dan lain-lain. Di dalam buku pedoman disebutkan bahwa jenis-jenis kegiatan ekstrakurikuler sekolah/madrasah berupa Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA). Karya Ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnaistik, teater, keagamaan. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni budaya.

(27)

35 dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka. Selain itu, ekstrakurikuler juga dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik, mengembangkan suasana rileks dan menyenangkan serta mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Sebelum pelaksanaan, perlu disusun rencana kegiatan ekstrakurikuler yang memuat unsur-unsur sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan dan pihak-pihak yang terkait serta pengorganisasiannya, waktu dan tempat, serta sarana yang diperlukan. Di sekolah dasar, pelaksana kegiatan ekstrakurikuler adalah pendidik atau tenaga kependidikan yang mampu dan mempunyai kewenangan pada substansi kegiatan ekstrakurikuler yang dimaksud.

Pada setiap akhir semester, untuk setiap peserta didik diberikan nilai yang dilaporkan secara kualitatif maupun deskriptif pada kolom Pengembangan Diri di laporan hasil belajar. Di samping itu, hasil penilaian pada kegiatan ekstrakurikuler juga dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung jawab kegiatan.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

pembelian konsumen dalam menggunakan situs jual beli online. Bagi

KEGIATAN : PENYUSUNAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATETGIS (KLHS) RTRW KABUPATEN DONGGALA. LOKASI : KABUPATEN DONGGALA TAHUN ANGGAR:

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta..

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta..

Dalam rangka pelaksanaan Kegiatan Koordinasi Penyusunan Master Plan Pengendalian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pekerjaan Penyusunan Kajian Lingkungan

Terkait media komunikasi antara asisten dan instruktur, Ulum menjelaskan bahwa selama ini asisten telah dilibatkan dalam proses revisi modul yang disusun oleh instruktur. “yang

Ekstrim yang pertama (1) berdasarkan teori kontinjensi maka pengendalian manajemen akan bersifat situation specific model atau sebuah model pengendalian yang tepat akan sangat

• Siswa bersama guru menarik kesimpulan dari materi jenis-jenis sumber daya alam yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi serta persebarannya yang telah didiskusikan. •