• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 092012011 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 092012011 BAB III"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB. 3

Kinerja Sektor I ndustri Pengolahan Perikanan (SI PP) di Kota Bitung

Pendahuluan

Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah, perananan entrepreneur sangat penting. M elalui aktivitas entrepreneurshipnya, mereka memanfaatkan sistem dengan mengkoordinasikan dan menghimpun sumberdaya dalam jejaring bisnis yang mereka miliki, serta melakukan aktivitas inovasi. Inovasi yang dihasilkan dalam bentuk barang dan jasa dengan nilai tambah dan daya saing yang lebih tinggi. Terutama dengan hal tersebut, para entrepreneur mengembangkan usahanya dan memperluas produk yang dihasilkan dari pasar lokal atau regional menuju pasar nasional atau internasional. Baik dengan peningkatan daya saing produk ataupun penciptaan kesempatan kerja, penerimaan pajak, iklim daya saing daerah, dll, para entrepreneur memberi kontribusi kepada pertumbuhahan ekonomi dan daya saing ekonomi daerah di mana mereka beroperasi (Kritikos, 2014).

(2)

Efektivitas dari peranan entrepreneurship dalam konteks pembangunan daerah sangat ditentukan oleh dukungan pemerintah (Ebner, 2005). M elalui kebijakan dan peranan pemerintah, apakah itu bersifat mendorong, menghambat, atau bahkan menghancurkan entrepreneurship, pengaruhnya akan terlihat pada impak aktivitas para entrepreneur (M initi, 2008; M ishra, 2013). Dalam perpektif sistem, kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, keamanan, imigrasi, perpajakan, kesejahteraan, dan makroekonomi, dapat memberikan pengaruh positif dan atau negatif terhadap entrepreneur dan aktivitas entrepreneurshipnya. Kesadaran pemerintah akan pentingnya peranan entrepreneurship dalam meningkatkan pertumbuhan dan pem-bangunan ekonomi, menjadi dasar bagi pemerintah dalam memainkan peranannya terhadap entrepreneurship melalui kebijakan yang mempengaruhi aktivitas para entrepreneur.

Bitung merupakan salah satu daerah di Sulawesi Utara yang memiliki potensi sumber daya alam laut sebagai penghasil dan pengekspor ikan. Letak daerah Bitung secara geografis, mulai dari bagian timur pesisir pantai Aertembaga hingga ke Tanjung M erah, bagian barat, merupakan lokasi strategis untuk dikembangkan menjadi wilayah perkotaan, industri perdagangan dan jasa serta permukiman. Oleh karena itu,1Bitung sudah ditetapkan sebagai pusat Kawasan

Industri Sulawesi Utara, dimana hal ini termasuk dalam membentuk dan mengembangkan entrepreneurship di kota Bitung (Bitung dalam Angka 2012).

M elihat potensi perikanan laut yang besar, produksi perikanan laut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Seiring dengan itu pula, nilai produksinya perikanan laut mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 39,23% dari 1.214,96 milyar rupiah pada tahun 2010 menjadi 1.691,58 milyar rupiah tahun 2011. Peningkatan juga terjadi pada nilai ekspor dan impor.Pada tahun 2011 terjadi peningkatan nilai ekspor dan impor yang signifikan. Secara umum terjadi kenaikan volume kumulatif lintas barang ekspor dan impor dari 391.108 ton pada tahun 2010 menjadi 756.834,22 ton pada tahun 2011.

(3)

Dari sisi nilai investasi sektor industri di Kota Bitung pada tahun 2011 berjumlah 13.884,4 milyar rupiah meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan nilai investasi tersebut memberi efek pada peningkatan nilai produksi sektor ini pada tahun 2010 dari 1.211,66 milyar rupiah pada tahun 2011 menjadi 39.839,5 milyar rupiah (Bitung Dalam Angka 2012).

PDRB sektoral merupakan cerminan struktur perekonomian daerah tersebut. M elalui struktur perekonomian daerah tersebut, akan terlihat kontribusi dan peranan masing-masing sektor dalam pembentukan total PDRB daerah. Semakin besar peranan suatu sektor terhadap total PDRB, semakin besar pula pengaruh sektor tersebut dalam perkembangan perekonomian daerah itu. Data PDRB Bitung tahun 2010 menunjukkan bahwa Sektor Industri Bitung memberikan sumbangan terhadap total PDRB kota Bitung, yakni sebesar 21,71%. Di samping itu, keberadaan industri perikanan yang cukup berkembang menyumbang perekonomian yang sangat signifikan bagi Kota Bitung.Dari tahun 2000-2010 Kota Bitung memiliki empat sektor kontributor utama perekonomian yakni, Sektor Pertanian (termasuk perikanan), Sektor Angkutan dan Komunikasi, Industri, dan Kontruksi. Perubahan dari keempat sektor ini akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota Bitung secara keseluruhan karena konstribusinya terhadap PDRB kota Bitung sebesar 77,07% (pada tahun 2009).

(4)

Perananan entrepreneurship dalam pembangunan daerah tidak terlepas dari kebijakan dan peran pemerintah yang mendorong pengembangan entrepreneurship di daerah.Salah satu bagian pemerintah yang sangat berkaitan erat dengan peranan entrepreneurship melalui aktivitas entrepreneurialnya yaitu dalam meningkatkan produksi sektoral khususnya Sektor Industri Pengolahan.Sektor Industri Pengolahan yang memiliki potensi unggulan yang perlu dikembangkan di Kota Bitung adalah Industri pengolahan ikan.Sebagai suatu kesatuan, kebijakan pemerintah dalam mengembangkan entrepreneurship sehingga peranannya memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pembangunan daerah, dapat tercermin melalui sebuah Kinerja Sektor Industri pengolahan ikan.

M etode

Dalam topik ini diperlukan data performansi ekonomi per sektoral, laju pertumbuhan SIP, dampak kinerja SIP, dan manfaat kinerja SIP. Data ini melalui data sekunder di KAPET M anado-Bitung, Disperindag Provinsi dan Dinas Koperasi dan UKM Kota Bitung.

(5)

H asil

Kinerja sektor industri pengolahan perikanan di Kota Bitung dapat diukur dari beberapa indikator di bawah ini yakni, PDRB dan Laju Pertumbuhan, Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan, Tingkat Pengangguran, Penyerapan Tenaga Kerja oleh UM KM dan Industri Besar dan Pendapatan per kapita.

Economic Performance setiap sektor dilihat dari PDRB dan Laju Pertumbuhan

Tabel 3.1. PDRB Sektoral Atas Harga Konstan Berdasarkan Lapangan Usaha Kota Bitung(Juta Rupiah)

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 392,079.09 398,880.26 430,507.32 457,075.33 486,071.72 2. Pertambangan

& Penggalian 12,245.23 13,173.98 14,173.18 15,320.68 15,973.00 3. Industri

Pengolahan 419,060.61 441,645.97 478,809.22 517,983.55 555,998.35 4. Listrik, Gas &

Air Bersih 36,417.10 37,051.75 38,291.95 40,590.41 44,175.58 5. Konstruksi 283,061.48 299,225.79 313,720.88 335,213.99 362,398.39 6. Perdag., Hotel

& Restoran 139,871.38 159,916.99 172,604.25 190,693.72 208,142.57 7. Pengangkutan

& Komunikasi 440,833.18 478,140.93 508,382.46 551,999.45 599,535.57 8. Keu. Real Estat,

& Jasa Perusahaan 98,358.92 103,006.21 108,782.27 116,342.91 129,467.84 9. Jasa-Jasa 121,271.79 131,313.67 138,970.48 150,140.55 163,241.04 Pdrb 1,943,198.79 2,062,355.55 2,204,242.01 2,375,360.59 2,565,004.06 Pdrb Tanpa Migas 1,943,198.79 2,062,355.55 2,204,242.01 2,375,360.59 2,565,004.06

Sumber: Kapet Manado Bitung 2014

(6)

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Total PDRB atas harga konstan tahun 2008 sebesar Rp 1.943.198.790,- kemudian mengalami peningkatan menjadi Rp 2.062.355.550,- pada tahun 2009. Setelah mengalami peningkatan pada tahun 2009, PDRB pada tahun 2010 juga meningkat menjadi Rp 2.204.242.010,-. Tahun 2011 total PDRB meningkat menjadi Rp 2.375.360.590,- dari tahun sebelumnya. Selanjutnya, hingga tahun 2012, total PDRB mencapai Rp 2.565.004.060,-.

Dari 9 sektor lapangan usaha tersebut, yang paling besar kontribusi terhadap PDRB hingga tahun 2012 adalah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yakni Rp 599.535.570,- kemudian disusul oleh Sektor Industri Pengolahan dengan total PDRB sebesar Rp 555.998.350,-. Berkaitan dengan penelitian ini, kedua sektor ini memang memiliki share terhadap PDRB yang relatif besar karena dalam aktivitas sektoral, kedua sektor ini memiliki aktivitas yang saling terkait dan mendukung satu dengan yang lain.

Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Sektoral Kota Bitung (Persentase)

Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012

1. Pertanian 1.73 7.93 6.17 6.34

2. Pertambangan & Penggalian 7.58 7.58 8.10 4.26 3. Industri Pengolahan 5.39 8.41 8.18 7.34 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1.74 3.35 6.00 8.83

5. Konstruksi 5.71 4.84 6.85 8.11

6. Perdag., Hotel & Restoran 14.33 7.93 9.15 7. Pengangkutan & Komunikasi 8.46 6.32 8.58 8.61 8. Keu. Real Estat, & Jasa Perusahaan 4.72 5.61 6.95 11.28

9. Jasa-Jasa 8.28 5.83 8.04 8.73

Laju Pertumbuhan 6.13 6.88 7.76 7.98 Sumber: Kapet Manado Bitung 2014

(7)

Bitung 6,13% dan tahun 2010 meningkat menjadi 6,88%. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 7,76% dari tahun sebelumnya, hingga tahun 2012 laju pertumbuhan ekonomi Kota Bitung mencapai 7,98%. Pertumbuhan ini relatif lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara sebesar 7,86%2.

Laju Pertumbuhan Sektor industri Pengolahan

Grafik 3.1. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kota Bitung

Sumber: Kapet M anado Bitung, 2014

Grafik 3.1.menjelaskan tentang perkembangan atas pertumbuhan Industri Pengolahan Kota Bitung yang mengalami pertumbuhan tinggi pada tahun 2010 dan kemudian pertumbuhannya cenderung menurun pada tahun 2011 dan 2012 dimana pertumbuhan ekonomi Kota Bitung lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Industri Pengolahan. Hal ini kemungkinan disebabkan dengan pengaruh ekonomi dunia yang mengalami penurunan sehingga berpengaruh terhadap kinerja produk industri yang sebagian besar diekspor ke luar Indonesia.

2 Mengacu pada Profil Pembangunan SULUT 2013

(http://simreg.bappenas.go.id/document/Profil/Profil%20Pembangunan%20Provinsi% 207100SulUt%202013.pdf)

5.39

8.41 8.18

7.34 6.13

6.88

7.76 7.98

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2009 2010 2011 2012

L

a

ju

P

e

rt

u

m

b

u

h

a

n

Tahun

(8)

Dampak Kinerja SI P

Dampak Kinerja SIP digambarkan melalui Pendapatan Asli Daerah, Tingkat pengangguran dan Penyerapan Tenaga Kerja.

Diagram 3.1. Rencana dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung 2006-2011

Sumber: Kapet Manado Bitung, 2014

Rencana dan realisasi pendapatan asli daerah kota Bitung 2006-2011 ditunjukkan pada Diagram 3.1. Pada umumnya, rencana penerimaan akan lebih besar daripada realisasi. Pada tahun 2006 dan 2007, rencana penerimaan lebih besar daripada realisasinya.Sebaliknya, pada tahun 2008, realisasinya lebih besar daripada rencana pendapatannya. Rencana pendapatannya mencapai 12,79 milyar rupiah dan realisasinya mencapai 16,34 milyar rupiah. Hingga pada tahun 2009-2011 rencana pendapatannya kembali menjadi lebih besar daripada realisasinya. Pada tahun 2011, rencana pendapatan PAD yaitu 23,23 milyar rupiah, namun realisasi PAD 13,10 milyar. Hal ini dikarenakan beberapa sumber penerima pendapatan lainnya belum diakumulasikan dalam jumlah keseluruhan pendapatan daerah.

10.37 11.78

12.79

17.46

19.90

23.23

10.24 10.18

16.34 16.82 18.76

13.10

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011

P

A

D

(

M

il

y

a

r

R

u

p

ia

h

)

Tahun

(9)

Salah satu dampak dari kinerja sektor industri pengolahan dapat digambarkan melalui Pendapatan Asli Daerah. Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung, paling besar bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis pajak yang harus dibayar industri dan masuk dalam PAD Kota Bitung adalah Pajak Air Tanah dan Pajak Reklame, sedangkan untuk Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak M inyak/Fluel, dan Pajak lainnya, masuk ke pusat. Semakin banyak jumlah industri di Kota Bitung, semakin banyak jumlah pajak yang dibayarkan dan masuk ke PAD Kota Bitung. Sehingga, secara tidak langsung PAD Kota Bitung meningkat dari hasil pembayaran Pajak Air Tanah dan Pajak Reklame yang dibayarkan oleh sejumlah industri, terutama industri pengolahan di Kota Bitung.

Grafik 3.2. Tingkat Pengangguran Kota Bitung tahun 2007-2012

Sumber: Kapet Manado Bitung, 2014

Tingkat pengangguran Kota Bitung dari tahun 2007-2012 ditunjukkan pada Grafik 3.2.Data tersebut menjelaskan bahwa dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Sekitar 13.85% pada tahun 2007 menurun menjadi 12, 91% pada tahun 2008 dan turun lagi menjadi 11,86% pada tahun 2009. Namun pada tahun 2010 mengalami sedikit peningkatan menjadi 12,23% dan penurunan kembali sebanyak 0,93% menjadi 11,3% pada tahun 2011. Munculnya perusahaan

13.85

12.91

11.86 12.23 11.3

7.72

0 2 4 6 8 10 12 14 16

2007 2008 2009 2010 2011 2012

T

in

g

k

a

t

P

e

n

g

a

n

g

g

u

ra

n

(10)

industri pengolahan dalam 1-2 tahun terakhir (2011-2013) mampu menyerap banyak tenaga kerja, sehingga hal ini secara langsung mengurangi jumlah pengangguran di Kota Bitung dan meningkatkan jumlah angkatan kerja.Seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.2.dimana tahun 2011 ke tahun 2012, tingkat penganggurannya menurun sebanyak 3,58% menjadi 7,72%.

Dampak dari kinerja SIP di Kota Bitung selain terlihat dari PAD Kota Bitung, juga dapat digambarkan oleh Penurunan Tingkat Pengangguran dan Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja yang besar dari Usaha Industri Skala M enengah ke Atas.

Tabel 3.3. Penyerapan tenaga kerja berdasarkan skala usaha di Kota Bitung, 2013

No Skala Usaha Jlh. Usaha Jlh. Tenaga Kerja

1 Mikro 1628 2386

2 Kecil 431 1607

3 Menengah dan Besar 74 11856

Total 2133 15849

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Bitung, 2013

(11)

demikian, penggunaan teknologi tersebut masih memerlukan tenaga manusia sehingga menyerap banyak tenaga kerja.

M anfaat Kinerja SI P

Diagram 3.2. Pendapatan Perkapita Kota Bitung, 2007-2012

Sumber: Kapet M anado Bitung 2014

M anfaat dari SIP dapat dilihat salah satunya dapat dilihat dari pendapatan perkapita Kota Bitung.Dari tahun 2007 hingga tahun 2012, pendapatan perkapita mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2007, pendapatan perkapita mencapai Rp 62.360.000,- per tahun hingga pada tahun 2008 pendapatan perkapitanya Rp 62.847.000,- per tahun. Pada tahun 2009 pendapatan terus meningkat menjadi Rp 63.204.000,- per tahun. Tahun 2010, peningkatan pendapatan sebesar Rp 2.850.00,- sehingga total pendapatan mencapai Rp 63.489.000,- per tahun. Pendapatan pada tahun 2011 mencapai Rp 63.965.000,- per tahun setelah mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hingga pada tahun 2012, pendapatan terus meningkat menjadi Rp 64.334.000,- per tahun.

610 615 620 625 630 635 640 645

2007 2008 2009 2010 2011 2012

623.6

628.47

632.04

634.89

639.65

643.34

Ju

m

la

h

P

e

n

d

a

p

a

ta

n

(

R

p

.0

0

0

,-)

(12)

M eningkatnya pendapatan perkapita Kota Bitung karena kehadiran industri pengolahan di Kota Bitung yang menyerap banyak tenaga kerja, terutama pada 1-2 tahun terakhir.Secara langsung hal tersebut mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan jumlah angkatan kerja, karena sudah memiliki penghasilan atas upah dari perusahaan. Sehingga, semakin banyak tenaga kerja yang diserap akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Semakin banyak penghasilan yang dihasilkan oleh angkatan kerja di Kota Bitung dibagi jumlah penduduk di Kota Bitung,akan menghasilkan pendapatan perkapita yang besar juga. Namun jika angkatan kerja kecil dan penganggurantinggi, maka pendapatan daerahnya kecil sehingga jika dibagikan dengan jumlah penduduknya maka hasil pendapatan perkapitanya kecil.Jadi, dengan demikian, pengaruh hadirnya perusahaan di sektor industri pengolahan cukup signifikan dalam meningkatkan pendapatan perkapita di Kota Bitung.

Output Kinerja SI P

Grafik 3.3. Nilai Ekspor Ke Luar Negeri Kota Bitung, 2007-2012

Sumber: Bitung Dalam Angka 2013

Salah satu output kinerja SIP dapat digambarkan melalui produksi ekspor di Kota Bitung.Grafik 3.3.menunjukan penurunan dan

398,950.97 676,760.82

464,190.52435,121.84 737,906.38

921,849.36

0.00 200,000.00 400,000.00 600,000.00 800,000.00 1,000,000.00

2007 2008 2009 2010 2011 2012

N

il

a

i

E

k

sp

o

r

(0

0

0

.0

0

0

U

S

$

)

Tahun

(13)

peningkatan nilai produksi ekspor 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2007-2012. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya kemudian mengalami penurunan pada tahun 2009 dan 2010.Hal ini dipengaruhi oleh melemahnya kurs rupiah akibat dampak krisis global yang terjadi pada saat itu (Ismawati & Hermawan, 2013).Selanjutnya, pada tahun 2010 sampai 2012 nilai ekspor meningkat setiap tahunnya. Nilai produksi yang diekspor tersebut, tidak terlepas dari kontribusi sektor industri pengolahan terutama dari berbahan baku hasil perikanan, dimana sektor industri pengolahan merupakan salah satu kontribusi terbesar untuk PDRB Kota Bitung dan sub sektor perikanan merupakan sub sektor paling besar yang menyumbang pada sektor pertanian dibandingkan sub sektor lainnya dalam sektor pertanian. Sehingga, dengan demikian dapat dikatakan bahwa sektor industri pengolahan terutama perikanan memiliki kontribusi yang besar dalam aktivitas dan nilai ekspor di Kota Bitung.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, kinerja sektor industri pengolahan terutama di bidang perikanan merupakan sebuah cerminan dari implementasi kebijakan dan peran pemerintah yang mendukung perkembangan entrepreneurship dalam peranannya di sektor industri pengolahan perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai kinerja sektor industri pengolahan perikanan di Kota Bitung yang dilihat dari PDRB Sektoral, Laju Pertumbuhan Sektoral, Pendapatan Daerah, Tingkat Pengangguran, Penyerapan Tenaga Kerja, Pendapatan Perkapita, dan Nilai Ekspor.

(14)

maupun rencana strategik sektoral yang berusaha melakukan peningkatan produksi.

Namun, seiring laju pertumbuhan Kota Bitung setiap tahunnya mengalami peningkatan, secara spesifik laju pertumbuhan sektor industri pengolahan menunjukkan hasil yang cenderung menurun mulai tahun 2010 ke tahun 2011 hingga tahun 2012 walaupun dari PDRBnya mengalami peningkatan. Relatif melambatnya laju pertumbuhan di sektor industri pengolahan ini kemungkinan besar disebabkan karena ketersediaan sumber daya alam sebagai bahan bakunya cenderung menurun, karena laju pertumbuhan dari sektor pertanian juga mengalami penurunan, keterbatasan modal, menurunnya nilai ekspor dan pengaruh dari ketidakoptimalan peranan pemerintah dalam meningkatkan produktivitas.

Adapun temuan selanjutnya yang dapat menggambarkan kinerja sektor industri pengolahan perikanan dilihat dari dampak kinerjanya yaitu baik dari sisi pendapatan dan sisi penyerapan tenaga kerja. Dari sisi pendapatan daerah, dimana PAD daerah Kota Bitung yang berasal dari Pajak Air Tanah dan Pajak Reklame mengalami peningkatan. Hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan usaha-usaha baru sejak 5 tahun terakhir.Hadirnya usaha-usaha baru tersebut merupakan implikasi dari kinerja pemerintah terutama BPPT-PM Kota Bitung.Dari sisi angkatan kerja, setiap tahunnya Kota Bitung mengalami penurunan angka pengangguran.Hal ini terjadi karena banyak usaha industri yang menyerap tenaga kerja, terutama usaha industri pengolahan perikanan.Dari data yang sudah dianalisis, hadirnya usaha-usaha di bidang pengolahan perikanan di Kota Bitung mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga kerja, sehingga hal tersebut secara langsung menekan angka pengangguran dan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Hal tersebut berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan perkapita.

(15)

oleh kontribusi dari sektor lain. Dari outputnya, ditemukan adanya peningkatan nilai ekspor sejak tahun 2011 hingga 2012, dimana pada tahun-tahun sebelumnya cenderung menurun.Kenaikan nilai ekspor ini juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang mulai stabil, dimana sebelumnya penurunan terjadi karena ekonomi global mengalami krisis sehingga berdampak pada turunnya nilai tukar rupiah (Ismawati & Hermawan, 2013).

Daftar Pustaka

Aidis, R. 2003. Entrepreneurship and Economic Transition.Tinbergen Institute Discussion Paper. (http://www.tinbergen.nl)

Dokumen Bitung Dalam Angka Tahun 2012. BPS dan Bappeda Kota Bitung.

Ebner, A. 2005. Entrepreneurship and Economic Development: From classical political economy to economy sociology. Journal of Economic Studies 32(3):256-274. (http://www.emeraldinsight.com)

Ismawati L, & Hermawan, B. 2013.Pengaruh Kurs M ata Uang Rupiah Atas Dollar As, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 7 No. 2, Oktober 2013. ISSN: 1907 - 0640, hal.1- 13

Kemp, R.G.M ., Folkeringa, M ., de Joung, J.P.J., W obben, E.F.M., Zoetermeer. 2003. Innovation & Firm Performance. Research Report.Netherlands M inistry of Economic Affairs. ISBN: 90-371-0875-X. http://www.ondernemerschap.nl/pdf-ez/H200207.pdf

Kritikos, A. 2014.Entrepreneurs and their impact on jobs and economic growth.IZA W orld of Labor. Germany.

M inniti, M. 2008. The Role Of Government on Entrepreneurial Activity: Productive, Unproductive, or Destructive?. “Entrepreneurship Theory and Practice”, 32(5):79-90.

M ishra, A. 2013.Role of Government in developing Entrepreneurs.AISECT University Journal.Vol.II.hal 1-4. ISSN: 2278-4187

M orris, R. 2011. 2011 High Impact Entrepreneurship Global report.Center for high impact entrepreneurship at endeavor.

Gambar

Tabel 3.1. PDRB Sektoral Atas Harga Konstan Berdasarkan Lapangan
Tabel 3.2. Laju Pertumbuhan Sektoral  Kota Bitung (Persentase)
Grafik 3.1. Laju Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Kota Bitung
Grafik 3.2. Tingkat Pengangguran Kota Bitung tahun 2007-2012
+3

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

PP 74/2001 (pasal 1 angka 1) : ‘ bahan berbahaya dan beracun yang selanjutnya disingkat dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik

Raden Saleh Raya 18D-G, Cikini Jakarta 10330 Phone: 62-21-3929 888 Fax: 62-21-3900 187 Raden_Saleh@KursusKomputerKu.com www.KursusKomputerKu.com WORKFLOW ANIMASI 3 DIMENSI

Hubungan kerja antara pemerintah desa atau kelurahan, BPD, Camat, pemerintah kabupaten dengan masing-masing lembaga kemasyarakatan desa atau kelurahan sebagimana

Dari hasil kuisioner yang telah didapatkan, sebanyak 10 responden mengatakan bahwa multi point video conference adalah solusi untuk kendala dalam suatu rapat dan

Judul penelitian ini adalah “Leksikon Tuturan Palang Pintu Betawi di Kampung Setu Babakan, DKI Jakarta (Kajian Antropolinguistik)” definisi operasional penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoritis berupa penyusunan peta jalan dengan metode kompetensi inti, rantai nilai dan kerangka VRISA untuk

Menurut comsky terdapat 4 penggolongan dalam aturan produksi, yang termasuk pada kategori Context sensitive: Panjang string ruas kiri harus lebih kecil atau sama dengan ruas

Dari hasil pengujian dapat disimpulkan rangkaian pembagi frekuensi yang diimplementasikan pada FPGA berfungsi dengan baik dengan rerata kesalahan 1,88%.. Sesuai dengan