34
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PRODUK BAWANG GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA “USAHA BERSAMA"
DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU
Hasrul
hasrulizil@yahoo.com
(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
The research aimed at finding out the control of the basic commodity product of fried red onion of Palu variety as the main commodity used at the Home Industry “Usaha Bersama” and analyzing the use of basic commodity to make fried onion. The sample, “Usaha Bersama” in Bulupountu Jaya Village as the place of this research, was stated by using purposive sampling technique. This village was one of the centres for development of red onion variety of Palu and had home industry for producting fried onion in Sigi Regency. Data were collected by using survey and direct observation. The data were analyzed by adopting Economic Order Quantity (EOQ) and Linier Trend Line analyses. The result shows that the optimal purchasing of the basic commodity was 2.192 kilograms per order; then, it was obtained the efficiency of supply restraint cost, 75.262,99 rupiahs (20%). Meanwhile, the result of Linier Trend Line analysis shows that prediction of the basic commodity need from January to December 2013 was 1.423 kilograms for each order. It is suggested that procurement of the basic commodity of Palu red onion variety applied at “Usaha Bersama” could be done by purchasing the commodity with 2.192 kilograms per order and with 8 times a year for the order frequency.
Keywords: Supply, red onion variety of Palu, and fried onion.
Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga keberlang-sungan bisnis bawang goreng. Pengendalian persediaan bahan baku akan menentukan apa-kah IRT tersebut mampu beroperasi secara bis-nis, kualitas terjamin dan kontinyuitasnya. De-ngan demikian keberlangsuDe-ngan persediaan bahan baku akan menentukan tingkat keun-tungan IRT. Mengingat konsekwensi logis yang dilematis (kekurangan dan kelebihan) dari persediaan yang sering dialami oleh IRT “Usaha Bersama” dimana ada saat harga bahan baku murah dan pada saat tertentu harga melonjak, bahkan sangat sulit mendapatkan bahan baku, maka perencanaan dan pengen-dalian persediaan bahan baku pada tingkat yang optimal menjadi penting.
Tujuan pengendalian persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu adalah untuk menjaga ketersediaan stok bahan baku, khususnya dalam mengatur persediaan dan mengurangi risiko serta meminimumkan
biaya total persediaan dari IRT “Usaha
Bersama”.
METODE
Economic Order Quantity (EOQ)
Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap (fix cost) dari proses produksi atau pemesanan barang (Baroto, 2002). Model EOQ pertama kali diperkenalkan oleh Ford Harris, dengan rumus :
Q*=
Dimana,
S = biaya pemesanan D = volume pemakaian H = biaya penyimpanan
Model tersebut dapat diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
(1) Permintaan diketahui dengan pasti dan
(2) Semua item yang dipesan diterima seke-tika, tidak bertahap
(3) Jarak waktu sejak pesanan datang (lead time) pasti
(4) Semua biaya diketahui dan bersifat pasti (5) Kekurangan persediaan (stock out) tidak man adalah persediaan tambahan yang diada-kan untuk melindungi atau menjaga kemung-kinan terjadinya kekurangan bahan baku (stock out) sehingga tidak mengganggu proses pro-duksi. Usaha menjaga dan melindungi kemung-kinan terjadinya kekurangan bahan baku, diperlukan persediaan cadangan. Rumus yang digunakan yaitu: SS= k X σt (Ahyari, 1992). jumlah yang tepat. Titik ini menandakan bahwa pemesanan harus dilakukan untuk mengganti
persediaan yang telah habis. ROP
menunu-jukkan suatu tingkat persediaan di mana pada
D = permintaan harian rata-rata
L = lead time (Baroto, 2002).
ROP tersebut diatas belum termasuk
safety stock-nya. Apabila biaya kehabisan ba-han baku dianggap penting, maka kehabisan persediaan tidak boleh terjadi. Akibat permin-taan yang tidak mungkin konstan dalam Kenya-taan, maka kemungkinan kehabisan persediaan ini dapat terjadi. Strategi untuk menghindari kehabisan persediaan ini, model Q memberikan
rekomendasi berupa adanya persediaan dalam jumlah tertentu. Berdasarkan hal ini, maka titik R yang dalam model EOQ adalah sebesar D x L harus ditambah dalam jumlah tertentu seba-gai persediaan pengaman.
Linear Trend Line
Yunarto dan Santika (2005), menyatakan
bahwa linear trend line digunakan untuk
meramalkan demand dengan komponen trend,
apakah itu naik atau turun. Penyusunan pera-malan kebutuhan bahan baku untuk keperluan proses produksi di dalam suatu perusahaan, kadang-kadang manajemen perusahaan yang
bersangkutan mempergunakan pola trend.
Mempergunakan pola ini, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan mempunyai anggapan dasar bahwa pemakaian bahan baku untuk keperluan proses produksi di dalam perusahaan yang bersangkutan dari waktu ke waktu akan mempunyai tingkat perubahan yang tetap. Penambahan atau pengurangan banyak-nya bahan baku untuk proses produksi ini dianggap mempunyai pola yang pasti dan tidak berubah dari suatu periode kepada periode yang lainnya.
Bentuk umum dari trend garis lurus (Ahyari, 1986), yaitu:
Dimana:
Y = peramalan kebutuhan bahan baku
a = konstanta, atau sama dengan peramalan
kebutuhan bahan baku pada waktu X = 0
b = besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X
X = unit waktu.
Penyelesaian persamaan tersebut dapat diselesaikan bilamana diketahui terlebih dahulu nilai a dan b, yaitu:
Y = a + bX
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada IRT “Usaha Bersama”
Pimpinan IRT “Usaha Bersama” menga -takan bahwa pemesanan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dilakukan 2 kali
dalam 1 bulan sehingga diperoleh frekwensi pembelian sebanyak 24 kali pada tahun 2012. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa rata-rata pesanan setiap kali pesan sebesar 711,67 kg dengan biaya total persediaan tahun 2012 sebesar Rp. 385.061,11,-.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Sistem yang digunakan IRT “Usaha Bersama” Tahun
2012.
Variebel Notasi Jumlah
Frekwensi (kali) (a) 24,00
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) (b) 711,67
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan) (c) 13.250,00
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan) (d) 94,23
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) (e)=a X c 318.000,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) (f)=b X d 67.061.11
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) (g)=e + f 385.061,11
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Pengendalian bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dilakukan sendiri oleh pimpinan IRT “Usaha Bersama”. Pengawasan bahan baku berupa pencatatan keluar masuknya bahan baku dilakukan oleh sekretaris. Proses pemesanan juga dilakukan sendiri oleh pimpi-nan, mulai dari penentuan harga, kuantitas dan bahan baku yang akan digunakan. Proses dari berapa bahan baku yang digunakan dan berapa lama bahan baku tersebut disimpan serta berapa yang diproduksi sampai pada harga bahan baku semuanya dilakukan pencatatan sehingga IRT
“Usaha Bersama” pada tahun 2012 mempunyai
data-data akurat.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku berdasarkan Metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Tabel 2 menyajikan hasil perhitungan biaya total persediaan tahun 2012 pada IRT “Usaha Bersama”. Frekwensi pembelian yang optimal pada tahun 2012 adalah sebanyak 8
kali dengan jumlah pemesanan optimal sebesar 2.192 kg. berbeda dengan hasil perhitungan oleh IRT yang terdapat pada Tabel 1, bahwa frekwensi pembelian pada tahun 2012 adalah 24 kali dengan jumlah pesanan sebesar 711,67 kg. Hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian yang tidak terlalu banyak dilakukan. Selisih jumlah pesanan yang dilakukan IRT “Usaha
Bersama” dengan jumlah pesanan optimal
Tabel 2. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah
Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode Economic Order Quantity pada IRT “Usaha
Bersama” Tahun 2012
Variabel Notasi Jumlah
Frekwensi (a) 8,00
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) (b) 2.192,00
Biaya Pemesanan (Rp. per kg per pesanan) (c) 13.250,00
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per pesanan) (d) 94,23
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) (e)=a X c 103.243,61
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) (f)=b X d 206.554,50
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) (g)=e + f 309.798,12
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
(1) Safety Stock
Rata-rata volume pemakaian per hari diperoleh dari hasil bagi antara volume pema-kaian per tahun dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun yakni sebanyak 360 hari yaitu
sebanyak 47,44 kg. Biaya persediaan penga-man diperoleh dari hasil kali antara persediaan
pengaman IRT “Usaha Bersama” dengan biaya
penyimpanan yaitu sebesar Rp. 8.941,48.
Tabel 3. Kuantitas dan Biaya Persediaan Pengaman Berdasarkan Perhitungan IRT “Usaha
Bersama” pada Tahun 2012
Variabel Notasi Jumlah
Volume Pemakaian (kg) (a) 17.080,00
Rata-rata Volume Pemakaian Per Hari (kg) (b)=a/360 47,44
Persediaan Pengaman (kg) (c)=b X 2 94,89
Biaya Penyimpanan (Rp.) (d) 94,23
Biaya Persediaan Pengaman (Rp.) (f)=c X d 8.941,48
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Perhitungan kuantitas dan biaya persedia-an pengampersedia-an dapat juga dilakukpersedia-an dengpersedia-an metode EOQ, dengan mempertimbangkan tingkat pelayanan (level of service) dan stan-dar deviasi waktu pelindung. Dengan metode EOQ diperoleh kuantitas persediaan pengaman sebesar 6.199,54 kg dengan biaya persediaan
pengaman sebesar Rp. 584.189,01,-. Persedia-an pengamPersedia-an diperoleh dari hasil kali Persedia-antara
policy factors (k) dan standar deviasi waktu pelindung. Standar deviasi waktu pelindung (σt) diperoleh dengan mencari rata-rata dan standar deviasi dari pemakaian bahan baku dan waktu tunggu.
Tabel 4. Kuantitas dan Biaya Persediaan
Pengaman IRT “Usaha Bersama”
Berdasarkan Metode Economic
Order Quantity (EOQ) Tahun 2012
Variabel Notasi Jumlah
Policy Factors (k) 3,09 St. Deviasi Waktu
Pelindung
(σt) 2.006,32
Persediaan (S)=k 6.199,54
Pengaman (kg) X (σt)
Biaya
Penyimpanan (Rp. Per kg)
(Z) 94,23
Biaya Persediaan Pengaman (Rp.)
S x Z 584.189,01
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
terjadi penambahan biaya sebesar 6,43% dari biaya yang dikeluarkan. Selisih biaya yang dihasilkan dapat dijelaskan bahwa IRT “Usaha
Bersama” tidak memerlukan adanya persediaan
pengaman untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku . Hal tersebut semakin menguatkan data bahwa Desa Bulupountu Jaya merupakan salah satu sentra produksi bawang merah varietas Lembah Palu dan menguatkan asumsi bahwa bawang merah varietas Lembah Palu untuk konsumsi tidak cocok disimpan dalam
jangka waktu lama karena akan mengurangi kuantitas dan kualitasnya.
Reorder Point
Persediaan maksimum merupakan batas maksimum jumlah persediaan yang diadakan IRT “Usaha Bersama”. Penentuan persediaan maksimum akan mempengaruhi perusahaan dalam menentukan titik pemesanan kembali. Persediaan maksimum diperoleh dari hasil penambahan persediaan pengaman dengan jumlah pesanan yang dilakukan oleh IRT “Usaha Bersama”.
Tabel 5. Persediaan Maksimum IRT “Usaha Bersama” Tahun 2012
Variebel Notasi Jumlah
Persediaan Pengaman (kg) (a) 94,89
Jumlah Pesanan (kg) (b) 711,67
Persediaan Maksimum (kg) (c)=(a)+(b) 806,56
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2012
Persediaan maksimum yang optimal ta-hun 2012 sebesar 806,56 kg, yang menunjuk-kan bahwa persediaan maksimum yang harus diadakan IRT “Usaha Bersama” agar tidak terjadi kelebihan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu dengan pertimbangan
biaya dan kapasitas ruang penyimpanan. Se-mentara metode EOQ menjelaskan bahwa persediaan pengaman tidak diperlukan untuk mengatasi kekurangan bahan baku.
Tabel 6. Perhitungan Titik Pemesanan Kembali IRT “Usaha Bersama” Berdasarkan Metode
Economic Order Quantity (EOQ) Tahun 2012.
Variebel Notasi Jumlah
Waktu Tunggu Rata-rata (hari) L 1,00
Rata-rata Pemakaian (kg per hari) D 47,44
Persediaan Pengaman (kg) S 6.199,54
Titik Pemesanan Kembali (kg) T=D.L 47,44
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Tabel 4 menunjukkan titik pemesanan kembali yang optimal terjadi pada saat per-sediaan bahan baku berkapasitas 47,44 kg pada tahun 2012, sementara waktu tunggu (lead time) yang optimal bagi IRT “Usaha Bersa-ma” adalah 1 hari. Hal ini memperjelas bahwa kapasitas tersebut tidak sesuai dengan data penggunaan bahan baku yang akan habis selama 4 hari, sementara metode EOQ men-jelaskan bahwa frekwensi pemesanan bahan
Linear Trend Line
Analisis linear trend line merupakan salah satu metode dalam peramalan kebutuhan bahan baku yang sangat penting pada IRT “Usaha Bersama” sehingga hubungan antara peramalan dan perencanaan sangat erat, semakin baik peramalan yang ada semakin baik juga perencanaan yang lain, demikian sebalik-nya jika peramalan kurang baik maka perenca-naan yang lain juga kurang baik.
Analisis linear trend line dengan formula: Y = a + bX, diperoleh nilai a = 1.423 dan b = 0,00029, dengan demikian bentuk umum dari persamaan trend tersebut adalah, Y = 1.423 + (0,00029)(X). Hasil pera-malan kebutuhan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu (Y) menjelaskan bahwa nilai a (1.423) merupakan nilai trend pada saat X=0, dan b (0,00029) merupakan besarnya perubahan Y untuk satu perubahan X.
Tabel 7. Nilai X dan Y bulan Januari sampai Desember Tahun 2013
pada IRT “Usaha Bersama”
No. Bulan (2013) X Y = 1.423 + (0,00029) (X)
1. Januari -6 1.423,3316
2. Februari -5 1.423,3319
3. Maret -4 1.423,3322
4. April -3 1.423,3325
5. Mei -2 1.423,3328
6. Juni -1 1.423,3330
7. Juli 1 1.423,3336
8. Agustus 2 1.423,3339
9. September 3 1.423,3342
10. Oktober 4 1.423,3345
11. November 5 1.423,3348
12. Desember 6 1.423,3351
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2012
Koefisien b menunjukkan bahwa kebu-tuhan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu periode Januari sampai Desember 2013 cenderung mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penambahan jumlah bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu yang akan dipesan. Hal ini terjadi bilamana tingkat konsumsi bawang goreng Palu tetap. Olehnya pihak IRT “Usaha Bersama” harus mempertahankan pemasok
bahan baku yang selama ini menjadi mitra untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan pera-malan pada bulan Januari sampai Desember 2013.
Metode EOQ Jika Skala Usaha Diperbesar
Tabel 9. Hasil Perhitungan Biaya Total Pengendalian Persediaan Bahan Baku Bawang Merah Varietas Lembah Palu Berdasarkan Metode EOQ pada IRT “Usaha Bersama” Jika Skala Usaha diperbesar.
Variabel Notasi Jumlah
Frekwensi (kali) (a) 8,00
Jumlah Pemesanan (kg per pesanan) (b) 2.299,50
Biaya Pemesanan (Rp. per pesanan) (c) 13.250
Biaya Penyimpanan (Rp. per kg per tahun) (d) 82,10
Biaya Total Pemesanan (Rp. per tahun) (e)=a X c 106.000,00
Biaya Total Penyimpanan (Rp. per tahun) (f) 125.859,30
Biaya Total Persediaan (Rp. per tahun) (g)=e + f 231.859,30
Sumber: Data Sekunder setelah diolah, 2012
Biaya total pengendalian persediaan ba-han baku terdiri atas perhitungan biaya peme-sanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan biaya total pengendalian persediaan dapat di-lihat pada Tabel 9. Frekwensi pembelian dila-kukan sebanyak 8 kali dengan biaya total
pemesanan bahan baku sebesar Rp.
106.000,00,- biaya total penyimpanan bahan baku sebesar Rp. 125.859,30,- sehingga biaya total persediaan sebesar Rp. 231.859,30,-. Analisis EOQ menjelaskan bahwa IRT “Usaha Bersama” sudah sepantasnya melakukan pe-ngembangan usaha.
Hasil tersebut sejalan dengan pening-katan produktivitas yang direncanakan setelah penerapan IPTEKDA yaitu terjadi peningkatan produksi 75% dari 250 kg per bulan menjadi 437,50 kg dengan asumsi bahwa: bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu mudah didapatkan; pengembangan jejaring pasar para pengrajin bawang goreng Palu khususnya di Kabupaten Sigi dan swalayan/supermarket di Kota Palu; dan tersedianya paket teknologi yang memadai dan sesuai GAP/SOP dalam proses produksi (Kassa, 2013).
SIMPULAN
1. Pembelian bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu untuk produksi bawang goreng Palu yang optimal menurut
Economic Order Quantity selama periode 2012 pada IRT “Usaha Bersama” untuk se -tiap kali pesan lebih besar daripada
kebijakan yang dikeluarkan, hal ini terjadi akibat frekwensi pembelian yang tidak ter-lalu banyak dilakukan. Pembelian bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu untuk proses produksi bawang goreng Palu yang optimal untuk periode 2012 sebesar 2.192 kg per pesanan.
2. Biaya total persediaan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu untuk proses produksi yang dikeluarkan IRT “Usaha
Bersama” pada periode 2012 menurut meto
-de Economic Order Quantity lebih kecil dari kebijakan yang dikeluarkan. Total biaya persediaan bahan baku bawang merah
varietas Lembah Palu menurut Economic
Order Quantity untuk periode 2012 sebesar terjadi karena frekwensi pemesanan seba-nyak 8 kali dan jumlah pesanan bertambah. 4. Biaya operasional atau biaya total
pemesa-nan bahan baku bawang merah varietas Lembah Palu manakala skala usaha pada IRT “Usaha Bersama” diperbesar adalah sebesar Rp. 106.000,- per tahun. Artinya bahwa tidak terjadi penambahan biaya yang besar.
5. Hasil peramalan kebutuhan bahan baku
(Linear Trend Line) mengalami kenaikan
diakibatkan tingkat konsumsi/pembelian
konsumen diprediksikan akan meningkat.
DAFTAR RUJUKAN
Ahyari, A. 1986. Manajemen Produksi
“Pengendalian Produksi. Edisi 4 buku 1. Yogyakarta: BPFE.
. 1992. Efisiensi Persediaan Bahan: Buku Pegangan Untuk Perusahaan-Perusahaan Kecil dan Menengah.
Yogyakarta: BPFE.
Baroto, T. 2002. Perencanaan dan Pengenda-lian Produksi. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Kassa, S. 2013. Peningkatan Daya Saing
Produk Bawang Goreng Melalui Kemitraan dalam rangka Perluasan Jangkauan Pasar dari Kecamatan Biromaru Kabupaten Sigi. Laporan Kegiatan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (IPTEKDA) XV LIPI. Palu: UNTAD.
Render, B. dan J. Haizer. 2001. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi. Terjemahan. Jakarta: PT. Gramedia.