1
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kabupaten Purworejo Tahun 2016 merupakan penjabaran Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten
Purworejo Tahun 2016. Program dan kegiatan yang menjadi prioritas di tahun
2016 diarahkan kepada penyelesaian pencapaian tujuan sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Pelaksanaan pembangunan daerah disusun dalam suatu tahapan
tertentu untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan proses
pembangunan serta keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan daerah.
Dengan mempertimbangkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan
yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan tahun berjalan dengan RKPD, ditetapkan
prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program
dan kegiatan pokok pembangunan untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan.
Prioritas pembangunan tahunan disusun berdasarkan kriteria :
a. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran
pembangunan sesuai tema pembangunan;
b. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga
langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;
c. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan, merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya;
d. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu
tahun.
Sebagai dokumen perencanaan pembangunan RKT merupakan
pedoman bagi penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
di mana kebijakan APBD ditetapkan secara bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Pemerintah Daerah. Dengan cakupan
dan cara penetapan tersebut, RKT mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:
a. Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat
seluruh kebijakan publik;
b. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat sasaran dan
2
c. Menciptakan kepastian kebijakan, karena merupakan komitmen
Pemerintah Daerah
2 Dasar hukum
a. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan danKinerjaInstansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);
b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2006Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4663);
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasiaonal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4664);
d. PeraturanPemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara,Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4689);
e. Instruksi Presiden RepublikIndonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
g. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan ReformasiBirokrasi Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, PelaporanKinerja dan Tata Cara
Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
3. Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah
Evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen pembangunan. Bersama-sama dengan perencanaan menjadi komponen
dalam siklus pelaksanaan pembangunan. Hasil evaluasi adalah merupakan
3
kegagalan atas upaya yang telah dikerjakan. Menjadi sangat esensial
keberadaannya seandainya dapat menjadi titik tolak pelaksanaan
pembangunan periode berikutnya.
Penyelenggaraan pembangunan Kabupaten Purworejo menghasilkan
berbagai pencapaian. Pokok-pokok hasil capaian pelaksanaan
pembangunan Kabupaten Purworejo disajikan dalam 2 kelompok besar
yaitu Kondisi Umum Daerah dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan.
1. Kondisi Umum Daerah
1.1 Aspek Geografi dan Demografi 1. Letak, luas dan batas wilayah
Secara geografis, Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari
Propinsi Jawa Tengah, yang terletak pada posisi antara 1090 47’ 28” -
1100 8’ 20” Bujur Timur dan 7o 32’ – 7o 54” Lintang Selatan. Luas
wilayah Kabupaten Purworejo adalah 1.034,82 km2 yang terdiri dari
+ 2/5 daerah dataran dan 3/5 daerah pegunungan dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah utara : Kabupaten Wonosobo dan Magelang
Sebelah timur : Kabupaten Kulon Progo, Propinsi
DIY Sebelah
selatan
: Samudra Indonesia
Sebelah barat : Kabupaten Kebumen
2. Kondisi Topografi
Kondisi kemiringan lereng atau lereng Kabupaten Purworejo dapat
dibedakan menjadi empat (4) kategori yaitu:
a. Kemiringan 0 – 2% meliputi bagian selatan dan tengah wilayah
Kabupaten Purworejo,
b. Kemiringan 2 – 15% meliputi sebagian Kecamatan Kemiri, Bruno, Bener, Loano, dan Bagelen,
c. Kemiringan 15 – 40% meliputi bagian utara dan timur wilayah
Kabupaten Purworejo,
d. Kemiringan > 40% meliputi sebagian Kecamatan Bagelen,
4
Posisi ketinggian Kabupaten Purworejo berkisar antara 0 meter sampai
dengan 1.064 meter di atas permukaan laut. Kondisi topografi
Kabupaten Purworejo secara umum adalah sebagai berikut :
a. Bagian selatan dan barat merupakan daerah dataran rendah
dengan ketinggian antara 0 – 25 meter di atas permukaan air laut.
b. Bagian utara dan timur merupakan daerah berbukit-bukit dengan
ketinggian antara 25 – 1064 meter di atas permukaan air laut.
3.Kondisi Klimatologis
Kondisi iklim suatu daerah sangat berpengaruh pada potensi daerah bersangkutan, baik dalam potensi sumber daya alam maupun dalam
potensi bencana alam. Kabupaten Purworejo beriklim tropis dengan
dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Rata-rata suhu udara di Purworejo antara 19–28oC dengan
curah hujan rata-rata per tahun berkisar antara 620 mm/tahun
hingga 3.720 mm/tahun.
Berdasarkan perbandingan bulan basah dan bulan kering setiap tahun maka curah hujan di Kabupaten Purworejo termasuk dalam
kategori tinggi. Curah hujan yang tinggi tersebut secara langsung
dapat mengakibatkan penjenuhan pada tanah permukaan sehingga mempengaruhi drainase permukaan tanah. Hujan dengan intensitas
tinggi merupakan salah satu pemicu (trigger factor) terjadinya bencana
yaitu banjir dan longsor lahan di Kabupaten Purworejo.
4.Kondisi Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Purworejo dapat dirinci menjadi
bahasan mengenai lithologi/batuan, stratigrafi dan struktur geologi. Ketiga aspek geologi tersebut penting kaitannya dengan beberapa
fenomena alam khususnya kebencanaan seperti longsor, banjir
maupun kekeringan. Proporsi litologi batuan Kabupaten Purworejo berupa batuan sedimen dan perselingan batuan gunung api sebesar
60,1% terdapat di bagian utara dan timur wilayah Kabupaten
Purworejo pada daerah dengan topografi tinggi dan 39,9% aluvium tersebar pada daerah dengan topografi rendah di bagian selatan dan
barat Kabupaten Purworejo. Susunan batuan/stratigrafi yang
5
pada Pegunungan Serayu Utara yang berada di bagian utara dan
Pegunungan Menoreh yang berada di bagian timur. Kabupaten
Purworejo sendiri memiliki empat bentuk lahan asal proses, meliputi bentuk lahan asal proses struktural, bentuk lahan asal proses fluvial,
bentuk lahan asal proses marin dan bentuk lahan asal proses
denudasional.
5.Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi yang dapat dilihat dari potensi air tanah dan
keberadaan air permukaan satu daerah adalah tidak sama dengan daerah lainnya walaupun keduanya mempunyai curah hujan yang
sama. Hal ini disebabkan kondisi lahan (geologi, geomorfologi, dan
tanah) setiap daerah berbeda. Perbedaan-perbedaan ini akhirnya
membawa keberagaman dalam potensi sumber daya alam dan potensi kebencanaan alam sehingga pengembangan sumber daya alam daerah
harus memperhatikan potensi-potensi alam tersebut. Pengembangan
sumber daya alam harus memperhatikan kesinambungan pemanfaatan dan kelestarian lingkungan. Kekeliruan pengembangan
sumber daya alam selain berdampak pada degradasi sumber daya
alam bersangkutan juga berperan dalam memicu terjadinya bencana alam yang berakibat sangat merugikan.
Kabupaten Purworejo memiliki potensi air yang berasal dari air
permukaan dan air bawah tanah. Di Kabupaten ini terdapat beberapa
sungai yang mengalir di daerah ini dan bermuara di Samudera Indonesia. Sungai-sungai ini termasuk dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Bogowonto, Cokroyasan dan Wawar. Hulu-hulu sungai tersebut
umumnya berada di bagian timur dan utara Kabupaten Purworejo.
6.Kondisi Penggunaan Lahan
Pengunanan lahan Kabupaten Purworejo dibagi menjadi dua kategori yaitu lahan kering seluas 72,854.80 Ha atau 70,40 % dan
tanah sawah seluas 30,626.97 Ha atau 29,60%. Lahan kering terdiri
dari 10,116.50 Ha berupa tanah bangunan dan halaman sekitarnya, 51,598.14 Ha berupa tegal/kebun /ladang/huma, 6,857.88 Ha
6
tanah lainnya. Luas sawah beririgasi adalah 27,677.14 Ha,
sedangkan sawah tadah hujan seluas 2949.83 Ha.
Dinamika penggunaan lahan di Kabupaten Purworejo kurang terkendali. Sebagian besar perubahan yang terjadi berupa alih fungsi
lahan dari pertanian ke non pertanian seperti untuk perumahan dan
permukiman.
7. Potensi Pengembangan Wilayah
Potensi pengembangan wilayah diarahkan pada kawasan
budidaya yang direncanakan sesuai kemampuan lahan guna mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya.Pemanfaatan kawasan
budidayajuga diarahkan dalamrangkamendukung terciptanya
struktur ruang yang mendukung bagi pengembangan berbagai sektor
pembangunan dan integrasiwilayah.Pengembangan kawasan budidaya di KabupatenPurworejo dilakukan secara efektif dan efesien
serta sinergis, agar pemenfaatan ruang dan sumber daya dapat
dilakukan secara optimal. Berkenaan dengan itu, strategi pengembangan kawasan budidaya ditekankan pada upaya-upaya
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya dengan tetap
mempertahankan kelestarian lingkungan guna mewujudkan pembangunan berkelanjutan.
8.Wilayah Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Tujuan perlindungan
kawasan ini adalah untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Di Wilayah Kabupaten Purworejo terdapat 4
(empat) kawasan rawan bencana alam, yaitu kawasan rawan bencana
banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang dan kawasan rawan bencana kekeringan.
9. Demografi
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
7
persebarannya, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kutoarjo memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 11,92 % dan 8,36% dari jumlah penduduk Kabupaten Purworejo. Adapun Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013 sebagaimana tersaji pada gambar berikut.
Gambar 2.1.
Prosentase Persebaran Penduduk Kabupaten Purworejo Tahun 2013
Sumber Data : Purworejo Dalam Angka Tahun 2014
b. Usia
Sebagian besar Penduduk Purworejo berusia antara 15–64 Tahun.
Rasio beban ketergantungan di Purworejo tahun 2013 adalah 54,24. Artinya 100 penduduk usia produktif (15-64) rata-rata
menanggung beban 54,24 penduduk usia tidak produktif (0-14 dan
65 keatas).
Kepadatan penduduk Kabupaten Purworejo rata-rata 684,65 orang/km2. Dari sisi kewilayahan, terdapat tiga kecamatan yang
kepadatan penduduknya di atas 1.000 orang/km2 yaitu Kecamatan
8
sebesar 1.563,56 orang/km2 danKecamatan Bayan dengan
kepadatan penduduk sebesar 1.067,24 orang/km2. Hal ini
disebabkan karena tiga kecamatan tersebut memang merupakan kawasan Aglomerasi yaitu kawasan strategis tumbuh cepat Kota Purworejo-Kota Kutoarjo. Sedangkan wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kaligesing dengan kepadatan penduduk sebesar 393,56 orang/km2 dan Kecamatan
Bruno dengan kepadatan penduduk sebesar 403,27 orang/km2.
Dua kecamatan tersebut memang merupakan daerah dengan kondisi geografis berupa pegunungan yang sebagian wilayahnya memiliki hutan yang cukup luas.
Laju pertumbuhan penduduk Purworejo dari tahun 2010 2013 adalah 1,595%. Rata-rata pertumbuhan penduduk Purworejo pertahun sebesar 0,531%. Pertumbuhan penduduk Kecamatan yang di atas rata-rata Kabupaten Purworejo adalah Kecamatan Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Purworejo, Banyuurip, Bayan, Butuh, dan Bruno.
Salah satu ukuran kualitas yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kualitas pembangunan manusia yang telah berhasil dicapai adalah dengan Human Development Index
(HDI) atau Indek Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang mencerminkan status kemampuan dasar penduduk, yaitu Angka Usia Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup. Sedangkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf merupakan dimensi pokok yang menunjukkan status tingkat pendidikan. Pengeluaran rill per kapita guna mengukur akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.
9
Komponen pembentuk indikator IPM ada 4 yaitu: Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf, Lama Sekolah serta Pengeluaran per Kapita. Angka harapan hidup adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini adalah angka pendekatan yang menunjukan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama. Standar UNDP besarnya adalah 25 < x > 85 (minimal 25 tahun dan maksimal 85 tahun). Pada tahun 2011 angka harapan hidup di Kabupaten Purworejo adalah 70,78 tahun meningkat menjadi 71,04 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 71,44. Kondisi ini masih di bawah Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 71,97 di tahun 2013.
Angka melek huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Standar UNDP minimal 0% dan maksimal 100%. Pada tahun 2011 angka melek huruf di Kabupaten Purworejo mencapai 91,74% meningkat menjadi 92,79% di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 93,53. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 91,71% di tahun 2013.
Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Standar UNDP adalah minimal 0 tahun dan maksimal 15 tahun. Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah di Kabupaten Purworejo adalah 7,75 tahun meningkat menjadi 7,84 tahun di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 7,93 tahun di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi 8,02. Kondisi ini lebih baik dari Provinsi Jawa Tengah yang hanya mencapai 7,43 tahun di tahun 2013.
10
tahun 2010 menjadi Rp. 636.340,- di tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi Rp. 638.510,- di tahun 2012. Pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp. 641.040,-. Namun demikian, pengeluaran per kapita Kabupaten Purworejo masih relatif sedikit lebih rendah dari Provinsi Jawa Tengah yang mencapai Rp. 646.440.
IPM Kabupaten Purworejo meningkat setiap tahunnya dan di atas angka provinsi maupun nasional. Indikator Pembentuk IPM Kabupaten Purworejo yang perlu perhatian adalah Usia Harapan Hidup dan yang perlu kerja keras adalah Pengeluaran per Kapita Disesuaikan.
1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
1. PDRB dan Perkembangannya
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu bagian
dari sistem neraca ekonomi regional yang didalamnya merekam hasil-hasil dari kegiatan ekonomi di suatu wilayah dalam periode
tertentu (satu tahun). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
b. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana dalam periode tahun
sampai dengan tahun 2011 ini menggunakan tahun dasar tahun 2000.
c. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
d.Dalam kurun waktu tahun 2010-2011 PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku adalah 6.466.490,69 juta rupiah
dan meningkat menjadi 7.143.081,12 juta rupiah, atau
meningkat tiap tahun sebesar 10,46%. Sedangkan untuk PDRB
11
atau meningkat 5,02%. Artinya bahwa jika dibandingkan dengan
tahun dasar tahun 2000, maka perkembangan PDRB atas dasar
harga berlaku mencapai 3,78 kali dan untuk harga konstan mencapai 1,67 kali di tahun 2011.
2. Laju Inflasi
a. Kondisi perekonomian daerah tidak bisa lepas dari pengaruh inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tertentu, terutama
pengaruh kebijakan makro oleh pemerintah secara nasional.
Inflasi menunjukan tingkat perkembangan harga serta kestabilan perekonomian di suatu wilayah. Dengan
mencermati tingkat inflasi yang terjadi di suatu wilayah
tertentu dari waktu ke waktu akan diketahui tingkat
perkembangan harga dan kestabilan perekonomian di wilayah tersebut.
b.Dilihat dari persebaran inflasi menurut kelompok barang dan
jasa pada tiga tahun terakhir, maka kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menjadi pemicu inflasi pada
akhir tahun 2012 yang mencapai 8,09%.
Secara regional Jawa Tengah laju inflasi Kabupaten Purworejo relatif cukup baik. Di Provinsi Jawa Tengah terdapat empat
daerah yang dijadikan Kota Survey Biaya Hidup (SBH) yaitu
Kabupaten Banyumas khususnya Purwokerto, Kota Surakarta,
Kota Semarang dan Kota Tegal. Empat daerah ini yang menjadi barometer tingkat perkembangan harga serta kestabilan
perekonomian wilayah regional di Jawa Tengah. Jika
dibandingkan dengan empat kota SBH tersebut, laju inflasi Kabupaten Purworejo masih lebih rendah dari Purwokerto dan
relatif lebih mendekati Tegal. Jika dibandingkan dengan daerah
sekitar, laju inflasi Kabupaten Purworejo tahun 2012 masih sedikit lebih tinggi dari Kabupaten Magelang. Namun demikian
tetap dapat kita simpulkan bahwa Kabupaten Purworejo
memiliki perkembangan harga dan stabilitas perekonomian yang relatif cukup baik.
12 3. PDRB per kapita
PDRB per kapita berbeda dengan pendapatan per kapita. PDRB
per kapita menunjukan kemampuan masyarakat dalam menghasilkan nilai tambah, sedangkan pendapatan perkapita
menunjukan besarnya pendapatan yang diterima masyarakat
atas penggunaan faktor produksi yang dimiliki di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu.
Pada tahun 2010 nilai PDRB per kapita Kabupaten Purworejo
mencapai Rp. 9.299.166,25 dan meningkat menjadi
10.257.226,13 pada tahun 2011. Namun kondisi di tahun 2011 tersebut masih berada di bawah PDRB per kapita Provinsi Jawa
Tengah yang mencapai Rp. 15.376.170,75 maupun skala
nasional yang mencapai Rp. 30.812.926,11.
4. Indikator ketimpangan Regional
Kondisi pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah perlu dilihat
dari sisi pemerataan pembangunan di masing-masing wilayah pendukung. Hal tersebut diperuntukan untuk dapat menekan
timbulnya kesejangan pembangunan kewilayahan khususnya
yang disebut dengan ketimpangan wilayah. Ketimpangan itu sendiri terjadi salah satunya karena akibat dari kegiatan
ekonomi yang belum merata. Ketimpangan pembangunan
tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan indeks
ketimpangan regional yang dinamakan indeks ketimpangan Williamson. Indeks ini dihitung dengan menggunakan
komponen utama yaitu PDRB per Kapita serta jumlah penduduk
masing-masing kecamatan. Angka indeks ketimpangan Williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan
ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin
merata, dan apabila semakin besar atau semakin jauh dari nol menunjukan ketimpangan yang semakin melebar.
Indek ketimpangan Williamson dapat dilihat dari dua
pendekatan, yaitu melalui indek ketimpangan menurut lapangan usaha dan indek ketimpangan menurut kewilayahan atau antar
13
menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi antar sembilan
kelompok lapangan usaha yang ada di seluruh wilayah
kabupaten. Sedangkan indek ketimpangan kewilayahan atau antar kecamatan menunjukan tingkat ketimpangan yang terjadi
antar wilayah kecamatan.
Jika dilihat menurut lapangan usaha, Indeks ketimpangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo dari data
empiris tahun 2010-2011 menunjukan grafik sedikit meningkat
yaitu dari 0,6912 menjadi 0,74613. Artinya bahwa terjadi kesenjangan menurut lapangan usaha di Kabupaten Purworejo
dimana beberapa sektor terjadi penguatan dan menjadi sangat
dominan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi antar
wilayah sektoral kecamatan sementara sektor yang lain berada di bawah rata-rata umum kabupaten. Jika dicermati maka
sektor pertanian, industri, dan perdagangan dan jasa masih
merupakan sektor dominan di Kabupaten Purworejo. Kondisi ini dapat dikatakan masih sejalan dengan visi misi daerah dimana
menkankan pada pembangunan menuju daerah agribisnis.
Jika dilihat menurut kewilayahan, ketimpangan antar
kecamatan di Kabupaten Purworejo secara makro terdapat
kesenjangan kewilayahan khususnya antara beberapa wilayah
kecamatan yang secara geografis berada di dataran tinggi dengan beberapa wilayah kecamatan yang berada di daerah
dataran rendah dan datar yang sebagian diantaranya
merupakan kota pusat pertumbuhan. Indeks ketimpangan wilayah kecamatan Kabupaten Purworejo dari data empiris
tahun 2010-2011 justru menunjukan grafik menurun yaitu
0,3800 menjadi 0,37141 menurut PDRB atas dasar harga berlaku. Kondisi ini menunjukan bahwa pemerataan
pembangunan antar kecamatan yang dihitung berdasar kondisi
empiris di tahun 2011 relatif lebih merata dari tahun sebelumnya. Jika dilihat dari pertumbuhan indek ketimpangan
14
perkembangan kesenjangan antar wilayah di tahun 2010-2011
juga mengalami penurunan yaitu 0,3500 menjadi 0,34209.
Artinya bahwa walaupun beberapa kecamatan relatif berada di bawah kondisi secara umum rata-rata wilayah yang lainnya
namun proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber berupa
akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya
alam yang dimiliki oleh suatu daerah tidak menjadi pemicu kesenjangan dalam laju pertumbuhan ekonomi wilayah yang
bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik
suatu wilayah dapat disimpulkan terjadi proses saling mendukung (backward and forward linkage) antar wilayah
sehingga menyebabkan tidak terjadinya kecenderungan
konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial yang memunculkan
kondisi ketimpangan sektoral antar daerah di Kabupaten Purworejo.
2. Evaluasi Pelaksanaan Program Pembangunan
2.1 Evaluasi pencapaian prioritas pelaksanaan pembangunan sampai
dengan tahun berjalan
Evaluasi pembangunan adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara obyektif atas pencapaian hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan sebelumnya.
Evaluasi pembanguan dilaksanakan secara sistematis dengan
mengumpulkan, menganalisis data informasi untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan, baik pada tahap
perencanaan, pelaksanaan maupun pasca kegiatan.
2.2 Evaluasi Atas Pelaksanaan Pembangunan Dalam Dimensi Kewilayahan.
Perkembangan pembangunan suatu daerah pada dasarnya adalah merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan
wilayah-wilayah yang menjadi cakupannya. Perkembangan
pembangunan Kabupaten Purworejo merupakan akumulasi dari perkembangan pembangunan 16 Kecamatan dan 494 desa yang ada di
Purworejo. Dengan demikian perkembangan pembangunan sebuah
15
perkembangan wilayah-wilayah cakupannya, seberapa besar
kesenjangan antar wilayah yang ada.
Proses akumulasi dan mobilisasi sumber-sumber, berupa
akumulasi modal, ketrampilan tenaga kerja dan sumber daya alam
yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan pemicu dalam laju
pertumbuhan ekonomi wilayah yang bersangkutan. Adanya heterogenitas dan beragam karakteristik suatu wilayah menyebabkan
kecenderungan terjadinya konsentrasi aktivitas ekonomi secara parsial
dan seringkali memunculkan kondisi ketimpangan antar daerah.
2.2.1 Ketimpangan Antar Wilayah
Ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di
Kabupaten Purworejo dapat ditinjau dengan menggunakan indeks ketimpangan regional yang dinamakan indeks
ketimpangan Williamson. Yang dihitung dengan menggunakan
komponen utama yaitu PDRB per kapita serta jumlah penduduk, masing-masing untuk tiap kecamatan. Angka indeks
ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol
menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil atau dengan kata lain semakin merata, dan bila semakin jauh dari nol
menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar.
Indeks Williamson Kabupaten Purworejo meningkat terus sejak tahun 2006 sampai 2011. Fenomena tersebut menunjukkan
adanya peningkatan dalam hal ketimpangan antar wilayah.
Kesenjangan antar wilayah Kecamatan yang tampak dalam Indeks Williamson tersebut mengungkap adanya beberapa
wilayah yang secara relatif berada di bawah kondisi secara
umum rata-rata wilayah yang lainnya. Apabila dipetakan dengan menggunakan tipologi Klasen maka akan tampak tipologi suatu
wilayah apakah berada dibawah atau diatas rata-rata wilayah
lainnya.
Berikut tabel yang menunjukkan pengklasifikasian wilayah
16
Tabel.
Empat Kuadran Tipologi Klasen
Yc ap Tinggi Rendah
R
Tinggi Maju dgn pertumbuhan cepat
Berkembang cepat
Purworejo Bayan Kutoarjo
Banyuurip
Rendah Maju tapi tertekan Kurang berkembang Purwodadi Grabag
Butuh Bagelen Ngombol Kaligesing
Pituruh Kemiri Bruno Gebang
Loano Bener
Sumber: Analisis, 2013
Berdasarkan tipologi klasen tersebut diatas dua wilayah dalam kategori maju dengan pertumbuhan cepat, 3 wilayah dalam
kategori berkembang cepat, 2 wilayah dalam kategori maju tapi
tertekan dan 9 wilayah dalam kategori kurang berkembang.
Perkembangan kondisi masing-masing wilayah selama 3 tahun terakhir menunjukkan bahwa 2 wilayah menunjukkan
perkembangan yang meningkat yaitu Ngombol Banyuurip dan
Butuh, 1 wilayah mengalami penurunan Ngombol, dan 13 wilayah kondisinya tetap (yaitu Purwodadi, Bagelen, Kaligesing,
Purworejo, Bayan, Kutoarjo, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang,
17
Tabel.
Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011
Tabel Perkembangan Wilayah Berdasarkan Tipologi Klasen Tahun 2011
No Kecamatan Tipologi Ket.
2009 2010 2011
1. Grabag Berkembang cepat Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
2. Ngombol Kurang Berkembang
Berkembang cepat Kurang berkembang
Turun
3. Purwodadi Maju Tapi Tertekan
Maju tapi tertekan Maju tapi tertekan Tetap
4. Bagelen Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
5. Kaligesing Berkembang cepat
Berkembang cepat Kurang berkembang
Tetap
6. Purworejo Maju Dgn Pertumbuhan Cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Tetap
7. Banyuurip Maju Dgn Pertumbuhan
Cepat
Maju tapi tertekan Maju dengan pertumbuhan
cepat
Naik
8. Bayan Berkembang cepat
Berkembang cepat Berkembang cepat Tetap
9. Kutoarjo Maju Dgn Pertumbuhan Cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Maju dengan pertumbuhan cepat Tetap
10. Butuh Maju Tapi Tertekan
Kurang berkembang
Maju tapi tertekan Naik
11. Pituruh Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
12. Kemiri Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
13. Bruno Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
14. Gebang Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
15. Loano Kurang Berkembang Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
16. Bener Berkembang cepat Kurang berkembang Kurang berkembang Tetap
Sumber: Analisis, 2013
18
Karakteristik suatu wilayah yang dapat pula menjadi salah satu
penyebab terjadinya kesenjangan yang diantaranya tampak dalam
kekuatan masing-masing sektor produksinya. Demikian juga mengenai aktivitas ekonomi masyarakat Kabupaten Purworejo
yang secara administratif tersebar ke dalam 16 wilayah
Kecamatan. Tampak bahwa sebagian besar wilayah secara
struktural didominasi oleh agrikultural, namun beberapa wilayah sudah mulai bergerak pada sektor manufaktur dan jasa.
Berdasar struktur produksi tiap-tiap wilayah tersebut, maka hampir semua kecamatan telah mengalami pergeseran struktur
ekonomi. Sektor primer (agraris) perlahan bergeser ke sector
sekunder (manufacture) dan sector tersier (jasa). Kondisi pada
tahun 2011, tipe kecamatan, yaitu :
a. Bertipe agraris ada 12 kecamatan yaitu kecamatan Grabag,
Ngombol, Purwodadi, Bagelen, Kaligesing, Butuh, Pituruh, Kemiri, Bruno, Gebang, Loano dan Bener.
b. Bertipe industri ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Banyuurip
dan kecamatan Bayan
c. Bertipe jasa-jasa ada 2 kecamatan yaitu kecamatan Purworejo
dan Kecamatan Kutoarjo.
Meskipun demikian selama periode ini kecamatan yang masih
bertipe agraris secara perlahan-lahan bergeser kearah industri dan jasa-jasa
2.2.3. Upaya Pengembangan Wilayah
Pembangunan wilayah telah dilakukan pemerintah daerah melalui
program kegiatan yang dikelola oleh satuan kerja perangkat daerah
maupun melalui bantuan sosial kemasyarakatan dan hibah dari pemerintah daerah langsung kepada masyarakat.
Secara umum alokasi pada beberapa wilayah tampak relatif lebih
besar dari wilayah lain. Pada beberapa skema bantuan memang tidak dapat didistribusikan merata untuk semua wilayah namun
disesuaikan dengan jumlah kelompok sasaran yang ada di
19
didistribusikan sesuai dengan jumlah desa yang ada dalam suatu
wilayah. Distribusi bantuan kemasyarakatan, hibah serta bantuan
sosial pada tahun 2012 sudah relatif terdistribusi ke 16 wilayah, namun demikian tetap ada wilayah yang alokasinya relatif sangat
kecil dibanding wilayah lainnya. Yang relatif lebih besar pada satu
wilayah perlu untuk dioptimalkan lagi dari sisi pemerataannya
pada periode yang akan datang. Tidak hanya mempertimbangkan proposal yang masuk namun secara proaktif perlu disusun pola
alokasi yang lebih merata ke semua wilayah.
Kinerja pelaksanaan kegiatan di kecamatan selama tahun 2012
secara umum dari sisi kuantitas (% realisasi output) cukup baik,
namun dari sisi kualitas terdapat beberapa kegiatan yang kurang
optimal dalam pelaksanaannya.
Beberapa upaya lain dalam hal peningkatan kapasitas wilayah,
terdapat dalam program dan kegiatan-kegiatan yang dikelola oleh
beberapa satuan kerja perangkat daerah. Meliputi peningkatan sarana prasarana jalan, pendidikan, kesehatan, pertanian,
perikanan dan kelautan maupun perindustrian dan perdagangan.
RENCANA KINERJA TAHUNAN
KABUPATEN
: PURWOREJO
TAHUN ANGGARAN : 2016
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
1. BIDANG
PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN DAN OLAH RAGA
Meningkatnya aksesibilitas pendidikan
Pendidikan anak usia dini, non formal dan informal
20
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
3. Prosentase Angka Buta Huruf (Penurunan)
0.21%
4. Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) berkinerja A dan B
47.06%
5. % Ketersediaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal
100%
6. % Keterlaksanaan kurikulum muatan lokal PAUD, dan Pendidikan Non Formal
100%
1.% ketersediaan sarana
prasarana penunjang pembelajaran PAUDNI
45%
Pendidikan Dasar
1. APK SD/ SDLB/MI/ Paket A 100.0%
2. APM SD/ SDLB/MI/ Paket A 86.27%
3. APK SMP/ SMPLB/ MTs/
Paket B
98.9%
4. APM SMP/ SMPLB/ MTs/
Paket B
81.5%
5. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD dan 6 km untuk SMP dari
kelompok permukiman
permanen di daerah terpencil
100%
6. Di setiap SD dan SMP tersedia satu ruang guru yang
dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf
kependidikan lainnya; dan di setiap SMP tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.
50.3%
7. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
96.00%
21
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;
9. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;
89.00%
10. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus
masingmasing sebanyak 40% dan 20%;
54.00%
11. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris;
41.00%
12. Di setiap Kabupaten/Kota
semua kepala SD
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
65.00%
13. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
86.00%
14. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
100.00%
15. % Ruang kelas SD sesuai standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan
74.9%
16. % Ruang kelas SMP sesuai
standar nasional pendidikan
22
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan
17. % SD yang memiliki
perpustakaan
80.01%
18. % SMP yang memiliki
Laboratorium Penunjang
83.15%
19. % SD yang memiliki sanitasi layak
100.0%
20. % SMP yang memiliki sanitasi layak
100.0%
21. % ketersediaan sarana
prasarana penunjang pembelajaran SD/SMP
76.80%
Pendidikan Menengah
1. APK SMA/SMK/MA/Paket C 85.4%
2. APM SMA/SMK/MA/Paket C 75.7%
3. % Ruang kelas SMA/SMK
sesuai standar nasional pendidikan dan memenuhi Keamanan, Kebersihan, Keindahan
90.0%
4. % SMA/SMK yang memiliki
sanitasi layak
5. % ketersediaan sarana
prasarana penunjang pembelajaran SMA/SMK
1. Pemenuhan Kebutuhan Tenaga
Pendidik PAUDNI 2,650
2. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik PAUDNI
1,250
3. Ketersediaan Tenaga
Kependidikan Non Guru PAUDNI
4. Di setiap SD tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap
satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan;
96.00%
5. Di setiap SMP tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah
23
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran;
6. Di setiap SD tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifi kasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik;
89.00%
7. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus
masingmasing sebanyak 40% dan 20%;
54.00%
8. Di setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris;
41.00%
9. Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
65.00%
10. Kepala SMP berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
86.00%
11. Di setiap kabupaten/kota semua pengawas sekolah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah
memiliki sertifikat pendidik;
100.00%
12. Pemenuhan Kebutuhan
Tenaga Pendidik Pendidikan Menengah
100.00%
13. Ketersediaan Pendidik yang telah berkualifikasi S-1/D-IV dan bersertifikat pendidik pendidikan menengah
14. Ketersediaan Tenaga
24
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
Pendidikan menengah
1. Angka putus sekolah
a. Jenjang SD/SDLB/MI 0.04%
b. Jenjang SMP/SMPLB/MT's 0.07%
c.Jenjang SMA/SMK/MA 0,10%
2. Angka Kelulusan SD/SDLB/MI 100%
3. Angka Kelulusan
SMP/MTs/SMPLB
100%
4. Angka Kelulusan
SMA/SMK/MA
100%
5. Angka lulus pendidikan
kesetaraan paket A
100%
6. Angka lulus pendidikan
kesetaraan paket B
100%
7.% Ketersediaan kurikulum
muatan lokal pendidikan dasar
100%
8. % Keterlaksanaan kurikulum muatan lokal pendidikan dasar
100%
9.Prosentase sekolah yang
menetapkan RAPBS tepat waktu
100%
10. Nilai rata rata Ujian Nasional
a. SD/MI 6.90
b. SMP/MTs 5.50
c. Pendidikan Menengah 6.25
11. % Pengelolaan Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) yang sesuai standar
65.2%
12. Jumlah event kompetisi Bidang Pendidikan
13. Angka melanjutkan jenjang SMP/MTs
100%
14. Angka melanjutkan jenjang SMA/MA/SMK
100%
Meningkatnya
perlindungan dan pemanfaatan asset budaya
1). Cakupan Kajian Seni 50% 60.00%
2). Cakupan Fasilitasi Seni 30% 85.71%
3).Cakupan Gelar Seni 75% 100.00%
4). Misi Kesenian 100% 100.00%
5). Cakupan Sumber Daya
Manusia Kesenian 25%
85.71%
6). Cakupan Tempat 100% 50.00%
25
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
1). Jumlah cagar budaya yang
diregistrasi
279
2). Jumlah cagar budaya yang
direvitalisasi
83
3). Tersedianya museum yang
representative
1
4). Cakupan Pembinaan Nilai
Sejarah, Adat, dan Tradisi
15
Meningkatnya
prestasi pemuda dan olahraga
1. Jumlah pemuda pelopor kabupaten
6
2. Jumlah organisasi
kepemudaan aktif
20
3. Jumlah Kewirausahaan
Pemuda
12
4. Prosentase organisasi
kepramukaan yang aktif
100%
5. Jumlah prestasi olahraga 30
6. Jumlah penyelenggaraan
kejuaraan olahraga tingkat daerah Kabupaten
13
7. Jumlah event olahraga untuk masyarakat
2
8.Prosentase klub / organisasi olahraga yang aktif
87%
2. BIDANG KESEHATAN
Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat
1. Cakupan pelayanan pasien rawat jalan yang tertangani
100%
2. Jumlah Puskesmas dengan
sarpras sesuai standar
2
3. Jumlah Puskesmas dengan
SDM yang sesuai standar
2
4. Cakupan pelayanan pasien
rawat inap yang tertangani
100%
5. Jumlah Puskesmas rawat inap dengan sarpras sesuai standar
1
6. Jumlah Puskesmas rawat inap dengan SDM yang sesuai
standar
26
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
6. Cakupan pelayanan gawat
darurat level I (RS ) di kabupaten
75%
Pelayanan Gawat Darurat (RS)
level I di Kabupaten
6
Pelayanan Gawat Darurat (RS) di Kabupaten
8
7. Cakupan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Fasilitas
Penunjang Pelayanan
Kesehatan&Tenaga Kesehatan yg teregristrasi
100%
1. Cakupan ketersedian obat dan
perbekes sesuai kebutuhan
100%
2. % pengawasan obat dan
makanan
32%
3. % penggunaan obat rasional 95%
4. Cakupan Pelayanan Sertifikasi Produk Pangan
100%
1. Persentase anak mendapat
imunasi dasar lengkap ( >= 85% sasaran)
92.30%
2. Cakupan desa/kelurahan
Universal Child Immunization
(UCI)
100%
3. Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita Penyakit
a. Acude Falcid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk berusia < 15 tahun
100%
b. Pneumonia Balita ditangani 100%
c. Pasien baru TB BTA positif 100%
d. Penderita DBD yang ditangani 100%
e. Penderita diare ditangani 100%
f. Kasus baru HIV/AIDS ditangani 100%
g. Kasus Baru Kusta ditangani 100%
h. Penderita malaria ditangani 100%
i. Angka kesakitan malaria 0,9‰
j. Juml Desa HCI(khusus
malariatinggi)
100%
DESA MCI (Midle Case Incidence)
16
Desa HCI (High Case Incidence)
14
k. Kasus ISPA Balita ditangani 100%
l. Kasus penyakit tidak menular ditangani
27
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
4. Terkendalinya populasi lalat di TPS dan TPA
20%
5. Cakupan rumah sehat 75%
6. Terpantaunya kesehatan
TTU/TPM
100%
7. Jumlah sample air yang
diperiksa
460
8. Cakupan desa/kelurahan
mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi <24 jam
100%
9.Cakupan pelayanan kesehatan
jemaah haji
100%
1. Angka Kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup)
12/1000 KH
2. Angka kematian balita (AKABA) 13,5/1000 KH
3. Angka kematian ibu (AKI) (per 100.000 kelahiran hidup) sesuai MDGs
102/100.0 00 KH
4. Cakupan kunjungan Ibu Hamil
K4
95%
5. Cakupan komplikasi
kebidanan yang ditangani
100%
6. Cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
95%
7. Cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani
80%
8. Cakupan kunjungan bayi 90%
9. Cakupan pelayanan anak
balita
80%
10. Cakupan pelayanan ibu nifas 95%
11. Cakupan puskesmas PKPR
(Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
6
12. Cakupan Pelayanan
Kesehatan LANSIA
60%
13. Prevalensi gizi buruk 0.09%
14. Cakupan Balita Gizi Buruk mendapatkan perawatan
100%
15. Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI usia 6-24 bulan bagi keluarga miskin
100%
16. Jumlah kasus kretin baru 0 kasus
28
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
beryodium masyarakat
18. Cakupan anemia ibu hamil
(target Nasional)
<15 %
19. Cakupan anemia ratri (target Nasional)
<15 %
20. Cakupan ibu hamil KEK <20%
21. Cakupan KEK Ratri <20%
22. Cakupan Balita Usia 0-6 Bulan yang mendapat ASI Eksklusif
86%
23. Cakupan desa siaga aktif mandiri
6.48%
24. Proporsi Posyandu Mandiri 23,72%
25. Prosentase PKD aktif 32%
26. Prosentase upaya promosi
kesehatan
100%
27. Jenis media informasi
kesehatan yang dipergunakan (elektronik, visual)
4 jenis
28. Juml Sasaran (orang) yg mendptkan pelayanan inf. kes yg dilakukan
39,520
29. Jumlah Sistem informasi yang dipergunakan Pelayanan kesehatan
4
30.Cakupan penjaringan
kesehatan siswa SD dan setingkat
39,520
31.Persentase cakupan
pelayanan kesehatan Rumah sakit
39,520
32.Cakupan pelayanan gawat
darurat level 3 yang harus diberikan sarana kesehatan (RS) di kabupaten / kota
4
33.Cakupan rumah tangga sehat
yang melaksanakan PHBS
75%
1. Cakupan Masy. Miskin yg
mendpt Jaminan Kesehatan miskin (JKN Kesehatan)
100%
2. Jumlah Masyarakat Miskin
Yang Mendapat Jaminan Kesehatan (PBI)
258,689
29
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
rujukan pasien masy miskin peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran)
4. Cakupan Kepesertaan JKN 70%
3. BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN SUMBER DAYA AIR
Meningkatnya
cakupan air bersih bagi masyarakat
1. Cakupan akses air bersih 86.52%
2. Persentase cakupan layanan
air minum Perkotaan
83.88%
3. Persentase cakupan layanan
air minum Perdesaan
82.20%
Meningkatnya akses layanan infrastruktur dasar masyarakat
4. Prosentase sampah yang tertangani
42.02%
5. Prosentase TPA yang
memenuhi kriteria dan dioperasikan secara layak
100%
6. Prosentase cakupan layanan
persampahan
100%
7. Tersedianya sistem air limbah
setempat yang memadai
87.35%
8. Cakupan akses sanitasi layak 86.73%
9. Prosentase cakupan layanan
air limbah perkotaan
0.09%
10. Prosentase saluran drainase
dalam kondisi baik
27.83%
11. Prosentase Bangunan gedung
Negara dalam Kondisi baik
85%
12. Prosentase bangunan gedung
yang tertangani kelaikan fungsinya
0%
13. Prosentase penataan
bangunan dan lingkungan di kawasan perkotaaan
30.00%
14. Prosentase kesesuaian
bangunan dengan RTBL
100%
15. Proporsi panjang jaringan
jalan dalam kondisi mantap
74.27%
15. Peningkatan kapasitas jalan
kabupaten
5.00%
16. Prosentase Jembatan dalam
Kondisi Baik
96.77%
17. Peningkatan kapasitas
jembatan
30
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
18. Prosentase permohonan IUJK
yang terlayani sesuai SOP
100%
19. Jenis Data dan Informasi
Jasa Konstruksi
100%
Meningkatnya kualitas penataan ruang
1. Tersedianya informasi rencana tata ruang
4%
2. Terselenggaranya pemanfaatan
ruang kabupaten sesuai rencana
99.9%
3. Terselenggaranya pengendalian
pemanfaatan ruang kabupaten
100%
4. Prosentase luas Ruang
Terbuka Hijau publik di wilayah perkotaan
17.89%
Meningkatnya akses layanan infrastruktur dasar masyarakat
1. Tertanganinya pembangunan infrastruktur di kawasan strategis (Minapolitan, Agropolitan, Perbatasan
(KSCT), Purwokulon, Kutoarjo- Purworejo, Kemiri, Purwodadi, kawasan pariwisata, kawasan industri)
55.6%
2. Prosentase Trotoar dalam
kondisi baik
73.00%
3. Prosentase PJU dalam kondisi
baik
79.19%
Meningkatnya cakupan pelayanan irigasi
1. Cakupan layanan irigasi pada DI kewenangan kabupaten
100.00%
2.Prosentase Saluran irigasi dalam Kondisi Berfungsi
33.45%
3.Prosentase Bendung/Bangunan
Air dalam Kondisi Berfungsi
30.47%
4. Prosentase drainase irigasi dalam kondisi berfungsi
22.39%
5. Prosentase tingkat penanganan kerusakan sungai
20.79%
6. Prosentase tingkat penanganan bangunan pengendali daya rusak air
24.29%
7. Prosentase pelaksanaan
kegiatan pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air
16.28%
8.Prosentase pelaksanaan
kegiatan pemberdayaan
31
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
masyarakat dalam
pengembangan pengelolaan dan konservasi sungai dan sumber daya air
Menurunnya dan berkurangnya kemiskinan dan pengangguran
1). Prosentase Rumah layak Huni 84.03%
2). Prosentase Kebutuhan rumah
(backlog rumah)
60.84%
3). Cakupan lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung dengan PSU
63.77%
4). Prosentase kawasan
permukiman kumuh yang tertangani
40.00%
5).Cakupan perbaikan
perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social
20.00%
6). Prosentase Rumah layak Huni 84.03%
7). Prosentase Kebutuhan rumah
(backlog rumah)
60.84%
8). Cakupan lingkungan yang
sehat dan aman yang didukung dengan PSU
63.77%
9). Prosentase kawasan
permukiman kumuh yang tertangani
40.00%
10.Cakupan perbaikan
perumahan dan lingkungan akibat bencana alam/social
20.00%
4. BIDANG SOSIAL
Menurunnya
prosentase keluarga miskin
1. Prosentase PMKS yang mendapatkan penanganan
46,14%
2. Persentase (%) PMKS yang
menerima program
pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
0,7%
3. rosentase (%) Pembinaan Panti
sosial skala kabupaten
100%
4.Cakupan Wahana
kesejahteraan sosial berbasis masyarakat (WKBSM) yang
32
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan sosial yang dibina
5. Prosentase daerah rawan
bencana yang masyarakatnya disiapsiagakan
300 desa
6. Prosentase (%)keluarga korban
bencana yang menerima bantuan sosial selama masa tanggap darurat
100%
7. Prosentase penanganan
pemulihan trauma bagi korban bencana kabupaten
100%
8. Prosentase penyediaan
kebutuhan dasar bagi korban bencana
100%
9. Penghargaan kepada keluarga
pahlawan perintis dan veteran
3 event
10. Pemeliharaan taman makam
pahlawan
1 lokasi
5. BIDANG TENAGA KERJA
Menurunnya jumlah pengangguran
1. Jumlah pencari kerja terdaftar yang ditempatkan
2350 orang
2. Jumlah masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan Perluasan Kerja
920 orang
3. Besaran tenaga kerja yang
mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi
32
4. Besaran tenaga kerja yang
mendapatkan pelatihan berbasis masyarakat
240
5. Pelatihan berdasarkan unit
kompetensi
10 orang
6. Prosentase Pembinaan
Lembaga Pelatihan Kerja
100%
7. Angka sengketa pengusaha
pekerja per tahun tertangani
100.00%
8. Prosentase Perusahaan yang
sudah memenuhi persyaratan terbentuknya sarana
hubungan industrial
38.26%
9. Prosentase Perusahaan yang
menfasilitasi tenaga kerja mengikuti jamsostek
33
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
10. Prosentase pekerja/buruh
yang menjadi peserta jamsostek
70,48%
11. Rasio rata-rata upah
minimum kabupaten dibanding angka KHL (Kebutuhan Hidup Layak)
100%
12. Prosentase perusahaan yang
sudah menerapkan UMK
33,60%
13. Prosentase penanganan
kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
100%
14. Prosentase penanganan
pekerja anak
100.00%
15. Prosentase perusahaan yang
menerapkan peraturan ketenagakerjaan
37.33%
6. BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
Meningkatnya kesetaraan gender
1. Prosentase Program dan Kegiatan Responsif Gender di SKPD Kabupaten
72%
2. Prosentase Anggaran Responsif
Gender di SKPD Kabupaten
32%
3. Prosentase Desa yang
menerapkan perencanaan dan penganggaran responsif gender
10%
4. Cakupan ketersediaan tenaga
pelayanan pengaduan terlatih yang mampu menindaklanjuti pengaduan
100%
5. Cakupan ketersedian bantuan
hukum untuk mendampingi perempuan dan anak korban dan atau saksi KTP/KTA
100%
6. Cakupan layanan pemulangan
bagi perempuan dan anak korban kekerasan
100%
7. Prosentase Capaian indikator
Kabupaten Purworejo Layak Anak
70%
8. Prosentase pemenuhan
perlindungan anak,
kesejahteraan anak, dan hak-hak anak
75%
34
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
kekerasan pada perempuan dan anak
10. Jumlah kegiatan peningkatan
kualitas hidup perempuan dan anak
5
7. BIDANG KETAHANAN PANGAN Meningkatnya
produktivitas sector pertanian dalam arti luas
1. Ketersediaan bahan pangan dibandingkan kebutuhan pangan penduduk
1:1
2. Prosentase skor pola pangan
harapan
85.70%
8. BIDANG
PERTANAHAN Optimalisasi tata kelola pemerintahan yang baik dan
kondusivitas daerah.
1. Prosentase tanah negara yang teridentifikasi
100%
2. Prosentase tanah yang bersertifikat di Kabupaten Purworejo
100%
3. Tingkat pelayanan pengadaan dan sengketa tanah
100%
9. BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP Meningkatnya kualitas lingkungan hidup
1. Prosentase perusahaan wajib amdal (UKL/UPL/SPPL) yang diawasi
50%
2. Prosentase Tingkat Ketaatan
Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Air
60%
3. Prosentase Informasi Luasan
kerusakan Tanah untuk produksi biomassa
100%
4. Prosentase Tingkat Ketaatan
Penanggungjawab Usaha/ Kegiatan terkait Pengendalian Pencemaran Udara
100%
5. Prosentase Jumlah pengaduan
masyarakat yang tertangani
100%
6. Cakupan pengelolaan keneka
ragaman hayati
20.00%
7. Prosentase Rumah tangga yang
menerapkan 3R
18%
35
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
10. BIDANG ADM KEPENDUDUKAN DAN CAPIL
Meningkatnya kualitas pelayanan public
1. Prosentase kepemilikan Kartu Keluarga
93%
2. Persentase penduduk yang
memiliki akta kelahiran
96.32%
3. Prosentase Penduduk yang
memiliki KTP
90%
4. Tingkat keakuratan pencatatan
peristiwa kependudukan
100%
5. Tingkat updating database
kependudukan
100%
11. BIDANG
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA
1. Prosentase ketersediaan data
profil desa
20%
2. Jumlah PKK aktif di
desa/kelurahan
494
3. Prosentase UP2K (Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga) yang aktif
100%
4. Jumlah Pasar Desa yang aktif 113
5. Jumlah UED-SP LPM (Usaha
Ekonomi Desa Simpan Pinjam Lumbung Pangan Masyarakat) yang aktif
494
6. Jumlah Simpan pinjam
kelompok perempuan yang aktif
2545
7. Jumlah UEP (Usaha Ekonomi
Produktif) yang aktif
121
8. Jumlah BKAD (Badan
Kerjasama Antar Desa)
15
7. Jumlah kegiatan yang
melibatkan partisipasi masyarakat
9 keg
12. BIDANG KELUARGA BERENCANA DAN KESEJAHTERAAN SOAIAL
Menurunnya
prosentase keluarga miskin
1. Prevenlace Rate (CPR)/ Peserta KB Aktif
82.85%
2. DO (drop out) KB (%) 11.75%
36
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
ingin anak tapi tidak ber KB)(%)
4. Prosentase Jumlah peserta KB
Mandiri
41.15%
5. Prosentase remaja mendapat
penyuluhan KRR
3.45%
6. Prosentase perkawinan remaja
perempuan usia kurang dari 20 tahun
18.70%
7. Jumlah UPPKS yang aktif 287
kelompok
8. Persentase anggota UPPKS
(Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang ber KB
68%
9. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Balita (BKB) aktif
544
10. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Remaja (BKR) aktif
254
11. Jumlah Kelompok Bina
Keluarga Lansia (BKL) aktif
478
12. Jumlah IMP (Institusi
Masyarakat
Pedesaan/Perkotaan) yang aktif
494
13. BIDANG
PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI,
INFORMATIKA DAN PARIWISATA
Meningkatnya kualitas pelayanan public
1. Cakupan ketersediaan rambu Jalan
100.00%
2. Cakupan ketersediaan marka
jalan
81.00%
3. Cakupan ketersediaan APILL 100.00% 4. Prosentase titik parkir yang
terlayani
90.00%
5. Prosentase tersedianya
angkutan umum yang
melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan kabupaten
75.00%
6. Prosentase tersedianya halte yang layak fungsi pada setiap prasarana kabupaten yang telah dilayani angkutan umum
62.50%
37
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
8. Prosentase kendaraaan umum
laik jalan
100%
9. Prosentase terpenuhinya standar keselamatan bagi angkutan umum
100%
10. Prosentase tersedianya unit pengujian kendaraan wajib uji yang layak fungsi
100%
11. Prosentase terpenuhinya
standar keselamatan pada perlintasan sebidang
100%
Meningkatnya keterbukaan informasi dan komunikasi public
12. Cakupan pengembangan dan
pemberdayaan Kelompok Informasi
100.00%
13. Prosentase data dan informasi
pemerintahan yang dipublikasikan
68.00%
14. Prosentase SKPD yang
memiliki jaringan berbasis LAN
100.00%
15. Prosentase pendirian tower
telekomunikasi sesuai cellplan
100.00%
16. Cakupan desa yang terlayani
Teknologi Informasi
100.00%
Berkembangnya dan meningkatnya daya jual potensi wisata
17. Peningkatan jumlah pengunjung pariwisata ( orang/tahun )
261,034
14. BIDANG KOPERASI DAN UKM
Meningkatnya peran sektor perdagangan, kualitas koperasi dan UMK
1. Prosentase Jumlah Koperasi aktif.
85%
2. Prosentase Jumlah Koperasi
sehat.
80%
3. Prosentase Peningkatan jumlah
Usaha mikro kecil
20%
4. Prosentase usaha mikro yang berkembanng menjadi usaha kecil.
2%
15. BIDANG PENANAMAN MODAL
38
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
investasi yang dilayani
2. Prosentase peningkatan nilai
investasi.
2.0%
16. BIDANG KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN Meningkatnya
kualitas pelayanan public
1. Prosentase arsip yang dikelola 15%
2.Prosentase pengelolaan arsip
sesuai dengan pedoman kearsipan
45%
3.Prosentase Kunjungan 10%
4. Prosentase jumlah unit yang
dibina
20%
5. Prosentase jumlah koleksi
bahan pustaka
5%
17. BIDANG PERTANIAN Meningkatnya
ketersediaan,
distribusi dan konsumsi serta keamanan pangan
1. Jumlah luasan panen komoditas pertanian(Ha/th) berbasis produk unggulan
70,500
2. Panjang jaringan irigasi perdesaan dalam kondisi baik (m)
291,300
3. Luasan penerapan teknologi
intensifikasi pertanian (Ha)
1090
4. Prosentase penerapan
tehnologi IB
80%
5. Prosentase cakupan pelayanan
penyuluhan (WIBI)
100%
6. Prosentase pengukuhan
kenaikan kelas kelompok
Lanjut 9%
Madya 2%
Utama 3%
7. Cakupan layanan pemotongan
ternak pada RPH
100%
8. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Besar
1%
9. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Kecil
9%
10. Prosentase kenaikan Populasi
Ternak Unggas
5%
Meningkatnya usaha agribisnis dalam
39
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
Kinerja
1 2 3 4
pengelolaan potensi pertanian
12. Jumlah produksi kelapa (ton) setara kopra
24.967,09
13. Jumlah produksi kelapa deres
dalam bentuk gula (ton)
18.655,89
14. Jumlah produksi cengkeh
(ton)
532,03
15. Prosentase Peningkatan
jumlah kelompok tani yang menerapkan Teknologi intensifikasi perkebunan (kelompok)
10%
18. BIDANG OTONOMI DAERAH, PEMERINTAHAN UMUM,
ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN DAN PERSANDIAN
Meningkatnya kapasitas
pengorganisasian pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan dan pengelolaan keuangan dan asset daerah
1. Prosentase peningkatan PAD
terhadap pendapatan daerah 14.30%
2. Tingkat capaian PAD terhadap
target 100%
3. Prosentase pengelolaan aset
yang dikelola dengan baik 100%
4. Prosentase pemantauan
penyusunan APBDes tepat waktu
100%
5.Prosentase ketepatan waktu
dan keakuratan laporan keuangan daerah
100%
6. Tertib pengelolaan keuangan daerah
100%
1. Prosentase ketersediaan
jumlah pegawai sesuai formasi
87%
2. Prosentase pejabat