• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Terung Belanda (Solanum Bataceum) Terhadap Morfologi Dan Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus) Galur Ddy | - | EJIP BIOL 2686 8085 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Terung Belanda (Solanum Bataceum) Terhadap Morfologi Dan Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus) Galur Ddy | - | EJIP BIOL 2686 8085 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Terung Belanda (Solanum Bataceum) Terhadap

Morfologi Dan Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus) Galur Ddy

The Influence of the Extract of Netherlands Eggplant Fruit (Solanum Bataceum) Towards Morphology and Motility of Spermatozoa of Mice (Mus Musculus)

Rafiqa1, A. Ramadhan2, Dewi Tureni2

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Tadulako

²Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan P.MIPA, FKIP Universitas Tadulako e-mail:e-mailfikabiocute@yahoo.com Jln. Delima Kota Palu, Sulawesi Tengah

Abstract

The Influence of the extract of Netherlands Eggplant fruit (Solanum bataceum) towards morphology and motility of spermatozoa of mice (Mus musculus), DDY strain. The method used is an experimental method using experimental design Completely Randomized Design (CRD) patern 3 times repetition. The treatment uses the extract of Netherlands Eggplant fruit (Solanum bataceum) in mice, fed with 5 different concentrations and control. This research was conducted in the Laboratory of Biology of the Departement Of MIPA, Faculty of Mathematics and Science Education Department of Teacher Training and Education Tadulako University Palu. Analysis technique uses ANAVA in a form Of A Software Of A Predictive Analysis Software program (PASW) Statistics 27. BNT is applied to know the differences of each subsequent. In a study of mice sperm morphology shows the test further results indicates that BNT eggplant fruit extract at a concentration of 1 % , 2 % and 4 % were not significantly different when compared with controls, but at the concentrations of 8 % and 16 % have a highly significant control. The results showed that the extract with high dose effect on the morphology of spermatozoa of mice (Mus musculus) . While the mice for sperm motility studies of BNT that further testing showed that Dutch eggplant fruit extract at a concentration of 1 %, 2 %, 4 %, 8 % and 16 % significantly different between the control and the concentration of 1 % , 2 % , 4 % , 8 % , and 16 % showed a very noticeable difference. The results showed that high doses given then decreased sperm motility. This suggests that the Dutch eggplant fruit extracts affect the morphology and motility of spermatozoa (Mus musculus) strain DDY strain.

Keywords : Netherland eggplant, sperm morphology , sperm motility Abstrak

(2)

menunjukkan pemberian ekstrak dengan dosis yang tinggi memberikan pengaruh pada morfologi spermatozoa mencit (Mus musculus).Sementara itu hasil penelitian motilitas spermatozoa mencitdiperoleh nilai F.hit lebih besar dari F.tab (F.hit > F.tab)maka dilakukan uji lanjut BNT yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah terung belanda pada konsentrasi 1%, 2%, 4%, 8% dan 16% berbeda sangat nyata dengan kontrol dan juga antara perlakuan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi dosis yang diberikan maka motilitas spermatozoa semakin mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak buah terung belanda berpengaruh terhadap morfologi dan motilitas spermatozoa (Mus musculus) Galur DDY.

Kata Kunci : terung belanda, morfologi spermatozoa, motilitas spermatozoa

PENDAHULUAN

Metode kontrasepsi pria akan efektif dan dapat diterima jika secara berencana dapat dibuat periode infertil, tanpa mengurangi prilaku seksual dan tanpa mengganggu fisiologi tubuh secara keseluruhan sedangkan pada periode tertentu atau yang dikehendaki terjamin kepulihan fertilitas setelah pemakaian metode dihentikan. Metode kontrasepsi pria yang tersedia untuk memenuhi persyaratan itu adalah medikamentosa. Medikamentosa merupakan metode kontrasepsi yang menggunakan obat atau bahan kimia yang sifatnya secara temporer menghambat atau membuat spermatogenesis menjadi abnormal, sehingga spermatozoa yang dihasilkan testis menjadi sedikit (oligozoospermia), berbentuk abnormal (teratozoospermia) atau imotil sehingga obyek menjadi infertil. Banyak bahan mendikamentosa mempunyai reversibilitas yang rendah sehingga setelah penggunaan dihentikan fertilitas sukar pulih kembali dan biasanya dapat merusak sel benih induk (stem cells) sehingga terjadi steril permanen (Yatim, 1988).

Di alam banyak tersedia senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan terutama dari tumbuh-tumbuhan. Diketahui saat ini ditemukan sebanyak 52 jenis tanaman yang terdapat di Indonesia bersifat antifertilitas. Selanjutnya dari suatu analisis terhadap sejumlah 1.600 ekstrak tanaman menunjukkan bahwa 30 ekstrak tanaman mempunyai efek spermisida

pada tikus dan dapat menyebabkan imotilitas spermatozoa manusia (Purwaningsih, 1993).

Terung belanda adalah tanaman semak atau pohon, tinggi batang 2-3 m dengan diameter batang 4 cm, bentuk batang bulat, daun alternate dengan bentuk daun kordatus, vena menonjol, panjang petiolus 7-10. Bunga kecil, mempunyai tandan, warnanya merah jambu dan buahnya berbentuk oval. Kandungan kimia buah terung belanda yang paling tinggi adalah senyawa terpen/steroid dan senyawa saponin, diikuti senyawa flavonoid/tanin. Flavonoid, tanin merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh berbagai tanaman. Flavonoid dapat berfungsi sebagai antioksidan. Manfaat yang lain yaitu untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, anti inflamasi dan juga sebagai antibiotik (Tanjung, 2009).

Senyawa bioaktif yang bersifat antifertil berasal dari golongan steroid, yang dapat menghambat sekresi FSH dan LH melalui umpan balik negatif terhadap poros Hipotalamus Hipofisis Testis. Penurunan LH menyebabkan penurunan produksi testosteron pada sel Leydig dan penurunan FSH akan menghambat sel Sertoli mensintesis ABP. Oleh karenanya spermatogenesis juga akan terhambat dan kualitas sperma yang dihasilkan menurun (Feti, 2011).

(3)

0,66 0,94 mg; karoten 0,371 0,653 mg; vitamin A 540 I.U. dan vitamin C 23,3 44,9 mg. Jika buah ini dimasak maka sebagian besar vitamin C hilang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tentang pengaruh pemberian ekstrak buah terung belanda (Solanum bataceum) terhadap morfologi dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus) galur DDY merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 pengulangan. Bahan yang digunakan adalah kontrol (tanpa perlakuan) dan mencit yang diberi ekstrak buah terung belanda (Solanum bataceum) yang diberikan kepada mencit (Mus musculus) galur DDY dengan 5 konsentrasi yang berbeda yaitu 1%, 2%, 4%, 8% dan 16%. Adapun pengamatan morfologi dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus) sebagai berikut.

Pengamatan Morfologi Spematozoa

Dalam penelitian ini, prosedur kerja untuk pengamatan morfologi spermatozoa mencit dilakukan dengan cara sebagai berikut: suspensi spermatozoa diteteskan di atas kaca obyek sebanyak 2 tetes kemudian diratakan dengan kaca obyek yang lain di seluruh permukaan kaca obyek. Selanjutnya dikeringkan dengan cara menganginkannya beberapa menit dan direndam dalam metanol selama 5 menit. Setelah itu kaca obyek dikeringkan. Kemudian dimasukkan ke dalam

larutan safranin selama 5 menit dan dibilas kelebihan warnanya dengan buffer water setelah itu dikeringkan dengan cara menganginkannya kembali. Selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan kristal violet selama 5 menit dan dibilas kembali kelebihan warnanya dengan menggunakan aquades dan dibiarkan sampai kering. Setelah itu diamati morofologi spermatozoa.

Pemeriksaan Motilitas Spematozoa

Dalam penelitian ini, prosedur kerja untuk pengamatan motilitas spermatozoa mencit dilakukan dengan cara sebagai berikut: suspensi spermatozoa diteteskan di atas kamar Neubauer sebanyak 1 tetes kemudian ditutup dengan menggunakan kaca penutup. Setelah itu dilakukan pengamatan pergerakan (motilitas) spermatozoa.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengujian pengaruh ekstrak buah terung belanda (Solanum bataceum) terhadap morfologi dan jumlah motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus) dengan menggunakan ANAVA diperoleh sebagai berikut.

Morfologi Spermatozoa

Pengamatan morfologi spermatozoa dari masing-masing perlakuan menggunakan statistik dengan model rancangan acak lengkap (RAL), pengaruh ekstrak buah terung belanda terhadap morfologi spermatozoa mencit, disajikan pada Gambar 1.

(4)

Gambar 1. menunjukkan bahwa terjadi kerusakan morfologi spermatozoa namun tidak sejalan dengan peningkatan konsentrasi ekstrak buah terung belanda yang diberikan pada mencit, pengaruh pemberian ekstrak

terung belanda terlihat jelas pada konsentrasi 16%. Untuk menguji hipotesis (H1) maka data diolah menggunakan ANAVA dengan statistik 27.

Motilitas Spermatozoa

Gambar 2.Hasil Pengamatan Motilitas Spermatozoa Gambar 2. menunjukkan bahwa

ekstrak buah terung belanda memberi pengaruh yang berbeda dari tiap konsentrasi. Pengaruh pemberian ekstrak terung belanda terlihat jelas pada konsentrasi 16%. Pada gambar 1 menunjukkan adanya penurunan motilitas yang sejalan dengan peningkatan konsentrasi ekstrak buah terung belanda yang diberikan pada mencit.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak buah terung belanda (Solanum bataceum) terhadap morfologi dan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus) diperoleh nilai F hitung lebih besar dari F tabel 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dan kedua diterima jadi ekstrak buah terung belanda berpengaruh terhadap morfologi dan motilitas spermatozoa.

Morfologi Spermatozoa

Berdasarkan hasil analisis varians mengenai pengaruh ekstrak terung belanda terhadap morfologi spermatozoa mencit yang diberikan selama 30 hari, menunujukkan

bahwa antara dosis perlakuan terjadi kerusakan morfologi spermatozoa yang nyata.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ramadhan (2001) mengenai pengaruh pemberian mangostin tehadap gambaran histologi tubulus seminiferus testis serta spermiogram mencit menunjukkan bahwa terjadi akibat efek mangostin (Senyawa ∝ bioaktif) dapat menurunkan konsentrasi testosteron. Kandungan senyawa alkaloid steroid Solasodin yang terdapat pada ekstrak buah terung belanda di duga memiliki efek yang sama dengan mangostin yaitu dapat merusak morfologi spermatozoa seperti kepala besar, kepala kembar, ekor patah, ekor melilit, ekor kembar dan sitoplasma duplet.

Pemberian ekstrak buah terung belanda mengandung Alkoloid yang ikut masuk dalam jalur biosintesa steroid sehingga akan dihasilkan bahan yang strukturnya mirip dengan hormon yang bekerja pada jalur biosintesis tersebut. Selanjutnya bahan ini disekresikan bersama hormon tersebut ke sel target sehingga kerja dari hormon tersebut akan terganggu. Menurut Turner dan Bagnara

0

1

2

4

8

16

(Jm

l/m

l)

(5)

(1976) dikatakan bahwa bahan tersebut bekerja secara kompetitif pada lokasi reseptor jaringan sasaran.

Pada hasil pengamatan mikroskopis juga ditemukan kelainan pada morfologi spermatozoa mencit yaitu pada konsentrasi 1%, 2%, 4%, 8% dan 16% ditemukan spermatozoa abnormal seperti kepala besar, kepala kembar, ekor patah, ekor melilit, ekor kembar, sitoplasma duplet dan spermatozoa

abnormal yang dominan ditemukan yaitu ekor patah.

Morfologi abnormal spermatozoa mencit terlihat jelas pada konsentrasi 16%, sedangkan pada kontrol sebagian juga ditemukan spermatozoa yang abnormal seperti ekor patah, ekor melilit, kepala besar dan sitoplasma duplet namun dalam jumlah yang sangat sedikit, dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

Gambar 3. Spermatozoa abnormal (Ekor patah)

Gambar 4. Spermatozoa abnormal (Kepala kembar) Menurut Kartini (2010), bahwa

Abnormalitas pada spermatozoa dibagi menjadi abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan pada saat spermatogenesis, meliputi kepala yang terlampau besar, kepala yang terlampau kecil, kepala pendek, kepala pipih memanjang, kepala rangkap dan ekor ganda. Abnormalitas sekunder yaitu spermatozoa yang mengalami kelainan setelah meninggalkan tubulus seminiferus, ditandai dengan ekor putus, kepala pecah dan kepala tanpa ekor.

Menurut Ermayanti (2010) menurunnya spermatozoa normal kemungkinan disebabkan oleh abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder yang disebabkan setelah perlakuan dengan infus kayu amargo, yang mirip dengan kandungan senyawa alkaloid steroid Solasodin yang menyebabkan kerusakan morfologi spermatozoa seperti abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder.

Motilitas Spermatozoa

(6)

menunjukkan bahwa pada dosis perlakuan terdapat perbedaan motilitas spermatozoa yang nyata. Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Asdriyanto (2011) pemberian ekstrak etanol terung belanda dapat menurunkan motilitas spermatozoa mencit.

Hasil tersebut sama dengan hasil uji BNT yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan maka hasil penurunan motilitas pada spermatozoa mencit akan mengalami penurunan. Kecenderungan penurunan motilitas spermatozoa dapat disebabkan karena efek steroid dan flavonoid yang terkandung pada buah terung belanda.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Feti, 2011) yang menyatakan bahwa senyawa bioaktif yang bersifat antifertil berasal dari golongan steroid, dapat menghambat sekresi FSH dan LH melalui umpan balik negatif terhadap poros HipotalamusvvvvHipofisis Testis. Penurunan LH menyebabkan penurunan produksi testosteron pada sel Leydig dan penurunan FSH akan menghambat sel Sertoli mensintesis ABP. Oleh karenanya spermatogenesis juga akan terhambat dan kualitas sperma yang dihasilkan menurun.

Penurunan motilitas spermatozoa yang disebabkan ekstrak terung belanda sejalan dengan peningkatan abnormalitas spermatozoa mencit perlakuan. Abnormalitas spermatozoa dapat mempengaruhi motilitas spermatozoa. Spermatozoa dengan morfologi abnormal akan menghambat pergerakan spermatozoa. Morfologi spermatozoa yang abnormal menyebabkan kelemahan pergerakan (motilitas) spermatozoa dan merupakan salah satu faktor infertilitas.

Menurut Ramadhan (2001) mengenai mekanisme penurunan motilitas spermatozoa akibat pemberian mangostin terjadi melalui sifat bahan aktif yang dapat mengganggu kerja epididimis, yang sama dengan kandungan alkoloid steroid solasodin yang terdapat pada ekstrak buah terung belanda yang menyebabkan terjadi penurunan motilitas spermatozoa.

Pada hasil pengamatan mikroskopis juga ditemukan adanya penurunan motilitas spermatozoa mencit yaitu pada konsentrasi 1%,

2%, 4%, 8% dan 16% ditemukan spermatozoa yang mati, bergerak di tempat dan juga terdapat spermatozoa yang bergerak maju namun dalam jumlah yang sedikit. Untuk mencit yang tidak diberikan perlakuan (Kontrol) juga ditemukan spermatozoa yang mati dan bergerak di tempat tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan bergerak maju.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian ekstrak buah terung belanda (Solanum bataceum) menyebabkan kerusakan morfologi dan menurunkan motilitas spermatozoa mencit (Mus musculus).

2. Dosis pemberian ekstrak terung belanda berpengaruh terhadap morfologi spermatozoa pada konsentrasi 2%, sedangkan pada motilitas pemberian dosis ekstrak terung belanda berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa pada konsentrasi 16 %.

Saran

Berdasarkan hasil penelititan yang telah dilakukan, diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji kualitas sel spermatozoa dan uji histologi organ testis terhadap pemberian ektrak terung belanda (Solanum bataceum).

DAFTAR PUSTAKA

Asdriyanto. (2011). Pengaruh Pemberian Ekstrak

Etanol Buah Terong Belanda (cyphomandn betacea (Cav.) Sendtn) Terhadap Motilitas, Viabilitas, dan Jumlah Spermatozoa Mencit. Universitas Andalas. Padang.

Ermayanti. (2010). Kualitas Spermatozoa Mencit

(7)

Feti. (2011). Pengaruh Ekstra Buah Terung terhadap Spermatozoa.[Online]. Tersedia https://www.google.com. [16 Juli 2013].

Kartini. (2010). The Effect of Cigarettes Smoke

Exposured Causes Fertility of Male Mice (Mus musculus). Darussalam. Banda Aceh.

Purwaningsih, E., Soeradi, O. (1993). Pemberian

Infusa Buah Manggis Muda (Garcinia Mangostana L.) Pada Semen Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Motilitas dan Integritas Membran Spermatozoa In Vitro. J. Kedok. Yarsi. 1(2) : 28-40.

Ramadhan, Achmad. (2001). Pengaruh Pemberian

Mangostin terhadap Gambaran Histologi Tubulus Seminiferus Testis serta Spermiogram Mencit (Mus musculus) Galur Ddy. Thesis. UNPAD. Bandung.

Supriharti. (2007). Identifikasi Karyotipe Terung

Belanda (Solanum betaceum cav.) Kultivar Berastagi Sumatera Utara.

[Online]. Tersedia http;//repository.

usu.ac.id/bitstream/b123456789/17548/1/. [17Juli 2013].

Tanjung. (2009). Pengaruh Buah Terong Belanda

(Solanum betaceum cav.) terhadap Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Mencit Jantan (Mus musculus l.) Anemia Strain ddw melalui Induksi Natrium Nitrit (nano2). [Online]. Tersedia Jurnal.usu. ac.id/index.php/sbiologi/article/downloa/ 1304/688. [17 Juli 2013].

Turner, C.D. dan J.T. Bagnara. (1976). Endokrinologi Umum. Airlangga University Press, Surabaya.

Yatim, W. (1988). Efek Anti-fertilitas Gosipol dan

Gambar

Gambar 1. Hasil Pengamatan Morfologi Spermatozoa
Gambar 2. Hasil Pengamatan Motilitas Spermatozoa
Gambar 4. Spermatozoa abnormal (Kepala kembar)

Referensi

Dokumen terkait

Secara kuantitas desa desa dikabupaten bondowoso hampir sebagain besar sudah memiliki dokumen perencanaan pembangunan (RPJMDesa dan RKPDesa) namun secara kualitas

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang didapatkan dari website BPS mengenai Indeks Pembangunan Manusia beserta faktor-faktor

mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari,. tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis

Uno (2010: 23) bahwa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil. 2) adanya

Maka dapat diartikan bahwa rasio early warning system yang terdiri dari rasio perubahan surplus, rasio beban klaim, rasio biaya manajemen, rasio likuiditas dan

Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian untuk mengembangkan instrumen tes keterampilan berpikir kritis siswa yang didukung oleh computer dalam konten fisika

[r]

Phytoremediation may be used for remediation of soil and groundwater contaminated with toxic heavy metals, radio nuclides, and organic contaminants such as chlorinated solvents,