• Tidak ada hasil yang ditemukan

CARA SHALAT MENURUT HPT (5)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CARA SHALAT MENURUT HPT (5)"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

CARA SHALAT MENURUT HPT (5) Oleh: Drs Agung Danarta, M.Ag

RUKU’

13. Kemudian angkatlah kedua belah tanganmu seperti dalam takbir permulaan 14. lalu ruku’lah

15. dengan bertakbir

16. seraya melempangkan (meratakan) punggungmu dengan lehermu, memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu

17. sementara itu berdoa: “Subha-naka humma rabbana- wa bihamdika Alla-hummaghfirli-“

18. atau berdoalah dengan salah satu doa dari Nabi saw DALIL-DALIL

13. Hadis riwayat Ibn Umar:

“bahwa Nabi saw. mengangkat kedua tangannya selurus bahunya bila ia memulai shalat, bila takbir hendak ruku’ dan bila mengangkat kepalanya dari ruku’ ia mengangkat kedua tangannya juga dengan mengucapkan: “Sami’alla-hu liman hamidah rabbana- wa lakalhamd”, dan tidak menjalankan demikian itu dalam sujud”. Hadis ini diriwayatkan oleh Jamaah ahli hadis dan berkualitas sahih. Pembahasan lebih lanjut lihat bahasan hadis no. 3.a. di atas.

14.a. Karena firman Allah dalam surat Hajj 77:

“Hai orang-orang mukmin, hendaklah kamu ruku’, sujud dan sembahlah Tuhanmu serta berbuatlah kebaikan, agar kamu berbahagia”.

14.b. Hadis Nabi Muhamad saw dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

َاذذإإ

ت

ذ ممقق

َىلذإإ

ةإلذص

ص لَا

رمببكذفذ

م

ص ثق

أمرذقمَا

َامذ

رذس

ص يذتذ

ن

م مإ

ن

إ ْآرمققلمَا

م

ص ثق

عمكذرمَا

َىتصحذ

ن

ص ئإمذط

م تذ

َاععكإَارذ

م

ص ثق

عمفذرمَا

َىتصحذ

ل

ذ دإتذعمتذ

َامعئإَاقذ

م

ص ثق

دمجقس

م َا

َىتصحذ

ن

ص ئإمذط

م تذ

َادعجإَاس

ذ

م

ص ثق

عمفذرمَا

َىتصحذ

ن

ص ئإمذط

م تذ

َاس

ع لإَاجذ

م

ص ثق

دمجقس

م َا

َىتصحذ

ن

ص ئإمذط

م تذ

َادعجإَاس

ذ

م

ص ثق

ل

م عذفمَا

ك

ذ لإذذ

ِيفإ

ك

ذ تإلذص

ذ

َاهذلبكق

“Apabila kamu menjalankan shalat bertakbirlah, lalu membaca sekedar dari Qur’an, lalu ruku’lah sehingga tenang (tuma’ninah), terus berdiri sampai lurus, kemudian sujud sehingga tenang, kemudian duduklah sampai tenang, kemudian sujud lagi sehingga tenang pula; kemudian lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”. Sumber dan kualitas hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh jama’ah ahli hadis, diantaranya adalah Bukhari (Shahih, al-Adzan: 715, 751; al-Isti’dzan: 5786; al-Aiman wa al-Nudzur: 6174), Muslim (Shahih, al-Shalat: 602), Tirmidzi (Sunan, al-Shalat: 279), Nasaiy (Sunan, al-Iftitah:

(2)

873), Abu Dawud (Sunan, al-Shalat: 730), Ibn Majah (Sunan, al-Iqamat al-Shalat: 1050), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad: 9260).

Di banding matan hadis dalam sumber primer, dalam HPT kurang lafal “ma’aka”

dalam kalimat “summaqra’ ma- tayassara ma’aka minal qur’an”. Semua lafal matan dalam kitab-kitab sebagaimana tersebut di atas memakai lafal “ma’aka”.

Hadis ini berkualitas shahih dan dapat dipergunakan sebagai hujjah.

15. Hadis Rasulullah saw dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

“Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw kalau shalat ia bertakbir ketika berdiri, lalu bertakbir ketika ruku’, lalu membaca “sami’alla-hu liman hamidah”

ketika mengangkat punggungnya (bangun dari ruku’), lalu membaca selagi beliau berdiri “Rabbana- walakal hamd”, lalu takbir tatkala hendak sujud, lalu bertakbir tatkala hendak mengangkat kepala (duduk antara dua sujud), lalu bertakbir tatkal hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari raka’at yang kedua sesudah duduk”.

Sumber hadis dan nilai kesahihannya:

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari di dua tempat (Shahih, al-Adzan: 747 dan 761), dan diriwayatkan oleh Muslim (Shahih, al-Shalat: 591) serta Ahmad ibn Hanbal (Musnad, 9474).

Hadis ini berkualitas sahih dan dapat dipergunakan sebagai hujjah.

16. Hadis Nabi Muhammad saw dari Abu Humaid Sa’idiy yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab sahihnya:

ل

ذ َاقذَ

ذ

ُوبقأذ

دديممذحق

ي

ي دإعإَاس

ص لَا

َانذأذ

ت

ق نمك

ق

م

م ك

ق ظ

ذ فذحمأذ

ةإلذص

ذ لإ

ل

إ ُوس

ق رذ

هإلصلَا

َىلصص

ذ

هقلصلَا

هإيملذعذ

م

ذ لصس

ذ وذ

هقتقيمأذرذ

َاذذإإ

رذبصكذ

ل

ذ عذجذ

هإيمدذيذ

وذذح

هإيمبذك

إ نممذ

َاذذإإوذ

عذكذرذ

ن

ذ ك

ذ ممأذ

هإيمدذيذ

ن

م مإ

هإيمتذبذكمرق

م

ص ثق

رذص

ذ هذ

هقرذهمظ

ذ

َاذذإإفذ

عذفذرذ

هقس

ذ أ

م رذ

َىُوذتذس

م َا

َىتصحذ

دذُوعقيذ

ل

ي ك

ق

ردَاقذفذ

هقنذَاك

ذ مذ

َاذذإإفذ

دذجذس

ذ

عذض

ذ وذ

هإيمدذيذ

رذيمغذ

ش

د

رإتذفممق

لذوذ

َامذهإض

إ بإَاقذ

ل

ذ بذقمتذس

م َاوذ

ف

إ َارذط

م أذبإ

عإبإَاص

ذ أ

ذ

هإيملذجمرإ

ةذلذبمقإلمَا

َاذذإإفذ

س

ذ

لذجذ

ِيفإ

ن

إ يمتذعذك

م رصلَا

س

ذ

لذجذ

َىلذع

ذ

هإلإجمرإ

َىرذس

م يقلمَا

ب

ذ ص

ذ نذوذ

َىنذمميقلمَا

َاذذإإوذ

س

ذ

لذجذ

ِيفإ

ةإعذكمرصلَا

ةإرذخإلمَا

مذدصقذ

هقلذجمرإ

َىرذس

م يقلمَا

ب

ذ ص

ذ نذوذ

َىرذخملم

ق َا

دذعذقذوذ

َىلذع

ذ

هإتإدذعذقممذ

“Abu Humaid Sa’idi ra berkata, “Saya lebih cermat (hafal) daripadamu tentang shalat Rasulullah saw. Kulihat apabila beliau bertakbri, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku’ meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apabila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak sehingga haruslah tiap tulang-tulang punggungnya seperti semula; lalu apabila sujud, ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung-ujung jari kakinya dihadapkan ke arah qiblat. Kemudian apabila duduk pada raka’at kedua ia duduk di atas kaki kirinya dan menumpukkan kaki yang kanan. Kemudian apabila duduk pada rakaat yang terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukkan kaki kanannya serta bertumpu pada pantatnya”.

Sumber hadis dan nilai kualitasnya:

(3)

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Shahihnya, bab al-Adzan hadis no. 785.

Para periwayat yang meriwayatkan hadis ini adalah:

Periwayat I: Abdurrahman ibn Sa’ad Abu Humaid al-Sa’idiy. Periwayat II:

Muhammad ibn ‘Amr ibn ‘Atha’. Periwayat III: Muhammad ibn ‘Amr ibn Halhalah. Periwayat IV: Sa’id ibn Abu Hilal, Yazid ibn Abi Habib dan Yazid ibn Muhammad. Periwayat V: Lais ibn Sa’ad ibn Abdurrahman. Periwayat VI: Yahya ibn Bukair. Mereka semua adalah para rawi yang siqqah. Di antara ulama hadis tidak ada yang mencela (men-jarh) mereka. Hal ini mengantarkan hadis ini menjadi berkualitas shahih lidzatihi (disamping juga karena ketersambungan sanadnya). Hadis ini bisa dipakai sebagai hujjah.

17. Hadis nabi Muhammad saw dari ‘Aisyah yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

ن

م ع

ذ

ةذش

ذ ئإَاع

ذ

ِي

ذ ض

إ رذ

هقلصلَا

َاهذنمعذ

ت

م لذَاقذ

ن

ذ َاك

ذ

ِي

ي بإنصلَا

َىلصص

ذ

هقلصلَا

هإيييملذعذ

م

ذ لصييس

ذ وذ

ل

ق ُوققيذ

ِيفإ

هإعإُوكقرق

هإدإُوجقس

ق وذ

ك

ذ نذَاحذبمس

ق

م

ص هقلصلَا

َانذبصرذ

ك

ذ دإممحذبإوذ

م

ص هقلصلَا

رمييفإغمَا

ِيلإ

“’Aisyah ra menceritakan bahwa Rasulullah saw dalam ruku’ dan sujudnya beliau mengucapkan “Subha-nakalla-humma rabbana- wa bihamdikallahu-mmagh firli-“. Sumber Hadis dan nilai kualitasnya:

Hadis dengan bacaan ruku’ dan sujud seperti ini diriwayatkan oleh Bukhari di empat tempat (Shahih, al-Adzan: 752, 775; al-Maghazi: 3955; Tafsir al-Qur’an: 4585). Selain Bukhari, yang meriwayatkan hadis ini adalah Muslim (Shahih, al-Shalat: 746), Nasai (Sunan, al-Tathbiq: 1110, 1111), Abu Dawud (Sunan, al-Shalat: 743), dan Ahmad ibn Hanbal (Musnad: 23034). Hadis ini berkualitas sahih dan dapat dipakai sebagai hujjah.

18.a. Hadis Nabi Muhammad saw dari Hudzaifah diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad:

ن

م ع

ذ

ةذفذيمذذحق

ل

ذ َاقذ

ت

ق يملصص

ذ

عذمذ

ل

إ ُوس

ق رذ

هإلصلَا

َىلصص

ذ

هقلصلَا

هإيملذعذ

م

ذ لصييس

ذ وذ

عذييكذرذفذ

ل

ذ َاقذفذ

ِيفإ

هإعإُوكقرق

ن

ذ َاح

ذ بمس

ق

ِي

ذ ببرذ

م

إ يظ

إ عذلمَا

ِييفإوذ

هإدإُوجقيس

ق

ن

ذ َاح

ذ بميس

ق

ِي

ذ يببرذ

َىلذع

م لم

ذ َا

“Hudzaifah berkata, “Aku bershalat bersama Nabi saw, maka dalam ruku’nya beliau membaca: “Subha-naka rabbiyal ‘adzim”, dan dalam sujudnya beliau membaca: “Subha-na Rabbiyal a’la-“.

Hadis ini diriwayatkan oleh Nasai (Sunan, Tathbiq: 1036), Tirmidzi (Sunan, Shalat: 243), Abu Dawud (Sunan, Shalat: 737), Ibn Majah (Sunan, Iqamat al-Shalat: 878) dalam hadis Ibn Majah ini ada tambahan bahwa bacaan tersebut masing-masing dibaca sebanyak tiga kali, Ahmad ibn Hanbal (Musnad, 22175), dan Darimiy (Sunan: al-Shalat, 1273).

Dalam sanad Nasaiy, para rawi yang meriwayatkan hadis ini adalah orang-orang yang siqah, dan sanadnya bersambung, sehingga hadisnya berkualitas sahih. Sedangkan sanad Tirmidzi, menurut Tirmidzi berkualitas hasan shahih. Hadis ini bisa dipakai sebagai hujjah.

(4)

18.b. Hadis nabi Muhammad dari ‘Aisyah yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai:

ن

م ع

ذ

ةذش

ذ ئإَاع

ذ

ن

ص أذ

ل

ذ ُوس

ق رذ

هإلصلَا

َىلصص

ذ

هقلصلَا

هإيملذعذ

م

ذ لصس

ذ وذ

ن

ذ َاك

ذ

ل

ق ُوققيذ

ِيفإ

هإعإُوكقرق

هإدإُوجقس

ق وذ

ح

ح ُوبيس

ق

س

ح

وديقق

ب

ي رذ

ةإك

ذ ئإلذمذلمَا

حإوريلَاوذ

“Dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah saw dalam ruku’ dan sujudnya membaca “ Subbu-hun quddu-sun rabbul Mala-ikati war ru-h”.

Sumber hadis dan kualitas kesahihan:

Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim pada kitab Shahihnya (al-Shalat: 752), Nasai pada kitab Sunannya Tathbiq: 1122), Abu Dawud juga dalam kitab Sunannya (al-Shalat: 738), dan Ahmad ibn Hanbal dalam kitab Musnadnya (22934, 23489, 23699, 23991, 24009, 24428, 25090). Hadis ini sahih dan bisa dipakai sebagai hujjah.

Sumber:

Suara Muhammadiyah Edisi 17-02

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan itu, berdasarkan pengamatan penulis bahwa pemanfaatan media pembelajaran khususnya media visual untuk pembelajaran matakuliah ekonomi makro belum

dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan sebagai bahan diskusi kelompok kemudian,

hutang terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di. Bursa Efek Indonesia, tidak dapat

Telah dilakukan analisa kadar protein dan lemak dalam pakan ternak unggas di balai pengujian dan identifikasi barang (BPIB) tipe b medan, dimana penentuan kadar protein

Hal ini dikarenakan karena metode RSA menggunakan 2 kunci untuk melakukan proses persandian data yang dimana kunci pertama (public key) yang digunakan untuk

Nomor 19, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 9), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (tembaran Negara Republik indonesii

dan mempertahankan daya retensi siswa. 100) belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Seorang siswa dapat belajar sedikit dengan

Oleh sebab itu peta-peta bidang tanah pada masa itu banyak ditemui hanya memiliki koordinat lokal atau bahkan melayang (tidak terikat oleh satupun titik ikat