• Tidak ada hasil yang ditemukan

01 AKUNTABILITAS BOS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "01 AKUNTABILITAS BOS"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

M

emperkuat

A

kuntabilitas

D

lm

P

elaksanaan

P

rogram

BOS

PMK Nomor : 168/PMK.05/2015

tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran

Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga

BERDASAR

Hasil Rapat Koordinasi Nasional BOS

Hotel Santika Premiere Bintaro padda 04

April 2016

(2)

Drs. H. Pardi, M.PdI

Kasi Kesiswaan Bidang Pendma

Kanwil Kementerian Agama

Provinsi Jawa Timur

NIP : 19690728 200003 1 002

Alamat kantor : Jl. Juanda Sidoarjo

Alamat rumah : Jl. Abd Rachman

119c Pabean Sedati Sidoarjo

(031-8682239)

Alamat Email :

hbahrisupardi@gmail.com

No.HP :

(3)

Faktor Yang Mempengaruhi

Akuntabilitas

Perencanaan yang berkualitas meliputi ketepatan out put,

ketepatan jumlah penerima, ketepatan jumlah anggaran,

ketepatan akun belanja, ketepatan penanggungjawab

operasional , ketepatan time schedule ;

Pelaksanaan yang berkualitas meliputi Kelengkapan

dokumen dasar pelaksanaan (Pedum, Juknis, Perjanjian

Kerjasama (PKS) , Surat Keputusan Pelaksanaan, SPTJM, SK

Pelaksana Program dll), Ketepatan sasaran, ketepatan waktu

dan jumlah pelaksanaan anggaran, ketepatan waktu

pencairan;

Pelaporan yang berkualitas meliputi ketepatan waktu

pelaporan, ketepatan bentuk dan jumlah anggaran yang

(4)

Langkah-Langkah Memperkuat

Akuntabilitas Pelaksanaan BOS

Penyamaan persepsi

atas Landasan Peraturan antara

Pengampu Kebijakan, Penanggungjawab Operasisonal,

pelaksana program dan Penerima Bantuan (BOS)

Kelengkapan seluruh Landasan Operasiona

l Pelaksanaan

Program Bantuan (BOS)

Pemahaman Pelaksanaan Operasional (Kompetensi

Operasional)

Implementasi BOS dari Penanggungjawab

Program, Lembaga Penerima Dana BOS dan pelaksana program

Peningkatan Kesadaran atas Tanggungjawab

(5)

1.Laporan Hasil Pemeriksaan BPK

, pengelolaan Belanja Bantuan Sosial selalu

menjadi temuan yang berulang.

a. Temuan BPK yang berulang dengan nilai yang signifikan berpotensi akan

berdampak pada opini atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.

b. Temuan BPK terhadap Belanja Bantuan Sosial dari Tahun Anggaran 2006 s.d.

2014, meliputi:

1) Penganggaran yang tidak tepat

2) Dana Bantuan Sosial mengendap di rekening pihak ketiga (bank

penyalur/koperasi/ lembaga)

3) Dana Bantuan Sosial mengendap di rekening penampungan Kementerian

Negara/ Lembaga

4) Penyaluran Bantuan Sosial yang tidak efektif

5) Dana Bantuan Sosial tidak sesuai dengan peruntukannya

6) Seleksi dan penyaluran dana Bansos tidak memadai

7) Realisasi Bantuan Sosial tidak didukung dengan bukti

pertanggungjawaban.

8) Belanja Bansos untuk pekerjaan fisik belum diserahterimakan

(6)

2. Surat Ketua KPK kepada Presiden RI nomor B-748/01-10/03/2014 tanggal 20 Maret 2014 yang menyampaikan hasil kajian KPK terhadap Belanja Bantuan Sosial, bahwa:

a. Aspek Regulasi

Terjadi perluasan ruang lingkup definisi Bansos yang mencakup rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial dan penanggulangan kemiskinan dalam Bultek 10 Tahun 2010 yang berbeda dengan definisi bansos dalam pasal 14 UU Nomor 11 Tahun 2009 yang menggolongkan bansos sebagai bagian dari perlindungan sosial

b. Aspek Kelembagaan

Penyelenggaraan Bantuan Sosial/Kesejahteraan Sosial pada Kementerian Teknis, tidak sesuai dengan aturan mengenai penyelenggaraan kesejahteraan sosial/ bantuan sosial sebagaimana diatur dalam pasal 1 angka 15 dan pasal 24 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. c. Masalah pada kedua aspek tersebut berpotensi penyalahgunaan wewenang oleh

penyelenggara negara

Review

1. Perlu dilakukan perbaikan peraturan terkait pengelolaan Belanja Bantuan Sosial;

2. Perlu dibuat grand design penyelenggaraan Belanja Bantuan Sosial untuk jangka panjang;

3. Perlu dibentuk basis data untuk pengelolaan Bantuan Sosial untuk menghindari tumpang tindih dalam pemberian Bantuan Sosial

REKOMENDASI KPK

(7)

3. Hasil reviu BPKP

pada 11 (sebelas) K/L yang pada TA 2014 mendapat

alokasi dana Bansos.

Hasil reviu yang dilaksanakan ditemukan, pengelolaan Bansos yang:

a.Tidak Tepat Sasaran

Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan yang penerimanya

tidak memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam PMK 81/PMK.05/2012

tentang Belanja Bantuan Sosial

b.Tumpang Tindih

Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan yang memiliki

kesamaan baik substansi maupun penerimanya diantara Eselon I pada K/L

(dalam satu K/L) yang bersangkutan atau diantara K/L yang direviu (antar

K/L)

c.Tidak Transparan Dan Akuntabel.

Anggaran yang direncanakan untuk membiayai kegiatan :

1.Rencana pelaksanaannya tidak didukung dengan Pedoman Penyaluran

yang jelas;

2.Program, Kegiatan dan Pedoman-nya tidak dipublikasikan secara luas;

3.Daftar penerima dan jumlahnya tidak ditetapkan secara jelas dan

diumumkan secara terbuka

(8)

4 Hasil Kajian Tim Kerja Bansos Kementerian Keuangan

Kementerian/Lembaga dalam mengalokasikan kegiatan dalam jenis belanja Bantuan Sosial belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria Belanja Bantuan Sosial yang diatur dalam ketentuan tentang Belanja Bantuan Sosial.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena :

a. Belum memahami ketentuan yang mengatur mengenai Belanja Bantuan Sosial sehingga kurang tepat dalam menentukan jenis belanja;

b. Lebih mengedepankan kemudahan dan pertanggungjawabannya hanya bukti transfer dana sehingga memilih mengalokasikan dalam jenis belanja Bantuan Sosial mengingat Belanja Bantuan Sosial memungkinkan kegiatan yang dilaksanakan berupa transfer uang;

c. Kegiatan yang dilaksanakan sifat/bentuk kegiatannya tidak memungkinkan untuk dialokasikan dalam Belanja Barang maupun Belanja Modal sehingga Kementerian/Lembaga mengalokasikan dalam Belanja Bantuan Sosial

PERLU DILAKUKAN PENYEMPURNAAN TERHADAP TATA KELOLA BANTUAN SOSIAL YANG DIATUR DALAM PMK NOMOR 81/PMK.05/2012

Review

REKOMENDASI BPKP

(9)

LHP BPK LHP BPK

SURAT KPK SURAT KPK

KAJIAN BPKP KAJIAN

BPKP

KAJIAN TIM KERJA BANSOS KEMENKEU KAJIAN TIM

KERJA BANSOS KEMENKEU

BANSOS

PMK No.81/PMK.05/2012

PMK NO.168/PMK.05/2015 3 September 2015

(10)

PMK N

O.168

/PMK

.05/20

15

3 Septe

mber 2

015

BANTUAN

(11)

Belanja Tidak Bersifat Lumpsum

Pemisahan

Kewenangan Yang Jelas K/L dan BUN

PRINSIP PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH

Belanja Berdasarkan Prestasi Kerja

Bantuan Pemerintah yang diberikan dalam bentuk uang, dalam hal

terdapat sisa dana hasil pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

Perjanjian Kerja sama/kontrak, maka sisa dana dimaksud disetor ke

Kas Negara

Bantuan Pemerintah bukan merupakan bantuan yang bersifat grant,

pemberian berdasarkan prestasi kerja misalkan penghargaan,

beasiswa atau TPG dan Tunjangan Lainnya. Untuk Bantuan Pemerintah

selain itu, pencairan dilakukan per tahap dimana Tahap II dan

selanjutnya berdasarkan progres kemajuan pekerjaan.

Dalam rangka pelaksanaan pemberian Bantuan Pemerintah, K/L

menyusun Pedoman Umum dan Pedoman Teknis yang merupakan

(12)

Akuntabilitas dan Transparansi Pelaksanaan

Pengalihan Tanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan

Penyusunan PMK Yang Paripurna

Penerima Bantuan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan, penggunaan dana, serah terima pekerjaan yang ditandatangani 2 (dua) saksi, foto dokumentasi. Pertanggungjawaban yang tidak selesai akan muncul di Neraca sebagai Persediaan.

Penerima bantuan bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana berdasarkan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang mengikat 2 (dua) belah pihak.

Khusus untuk Bantuan Pemerintah untuk Rehab/Pembangunan Gedung/Bangunan dibentuk semacam lembaga trust fund.

Kerangka pengaturan dalam RPMK mengatur mengenai pengalokasian, jenis bantuan, penetapan penerima bantuan, pelaksanaan penyaluran, pelaporan dan pertanggunggjawaban sampai dengan monitoring dan evaluasi

8

(13)

Bantuan Pemerintah :

Bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah /non pemerintah .

Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini mengatur mengenai pengalokasian, pencairan, penyaluran dan pertanggungjawaban Anggaran Bantuan Pemerintah yang tidak termasuk dalam kriteria Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/ Lembaga yang bersumber dari APBN .

Jenis Bantuan Pemerintah: a. Pemberian penghargaan; b. Beasiswa;

c. Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya;

d. Bantuan operasional;

e. Bantuan sarana/ prasarana;

f. Bantuan rehabilitasi/ pembangunan gedung/ bangunan; dan

g. Bantuan lainnya yang memiliki karakteristik Bantuan Pemerintah yang ditetapkan oleh PA.

(14)

LANGKAH YANG HARUS

DILAKUKAN OLEH K/L

Membuat kluster atas seluruh pencapaian

kinerja yang akan diimplementasikan dalam

(15)

1. Bantuan Pemerintah berupa pemberian penghargaan, beasiswa dan bantuan operasional

dialokasikan pada kelompok akun

Belanja Barang Non Operasional

.

2. Bantuan Pemerintah dalam bentuk Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Lainnya dialokasikan

pada kelompok akun

Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai Non PNS

.

3. Bantuan

Pemerintah

dalam

bentuk

bantuan

sarana/prasarana

dan

bantuan

rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan dialokasikan pada kelompok akun

Belanja

Barang

Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda.

4. Bantuan Pemerintah dalam bentuk bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan

pemerintah yang ditetapkan oleh PA dialokasikan pada kelompok akun

Belanja Barang Lainnya

Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat/Pemda.

1. Tata cara pengalokasian anggaran Bantuan Pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan

dalam PMK mengenai penyusunan dan penelaahan RKA K/L.

2. Anggaran Bantuan Pemerintah dituangkan dalam DIPA Kementerian Negara/ Lembaga.

(16)

PENGALOKASIAN ANGGARAN

1. Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan

1. Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan

1. Bantuan lainnya yg memiliki karakteristik

Bantuan Pemerintah yg ditetapkan oleh PA

1. Bantuan lainnya yg memiliki karakteristik

Bantuan Pemerintah yg ditetapkan oleh PA

1. Bantuan Sarana/Prasarana

2. Bantuan Rehabilitasi/Pembangunan

Gedung/Bangunan

1. Bantuan Sarana/Prasarana

2. Bantuan Rehabilitasi/Pembangunan

Gedung/Bangunan

Kelompok Akun Belanja Barang Non Operasional

Kelompok Akun Belanja Pegawai Non PNS

Kelompok Akun Belanja

Barang Untuk Diserahkan Kpd Masyarakat/Pemda

Kelompok Akun Belanja Barang Lainnya Untuk Diserahkan Kpd

(17)

17c

RKP

RENSTRA/RENJA K/L

RKA-KL

1. Pemberian Bantuan Pemerintah merupakan bagian dari tusi satker/K/L;

1. Pemberian Bantuan Pemerintah merupakan bagian dari tusi satker/K/L;

(18)

Pedum, Juknis dan Penetapan Penerima Bantuan

Petunjuk Teknis paling sedikit memuat:

a. Dasar hukum pemberian Bantuan Pemerintah; b. Tujuan penggunaan Bantuan Pemerintah;

c. Pemberi Bantuan Pemerintah;

d. Persyaratan penerima Bantuan Pemerintah; e. Bentuk Bantuan Pemerintah;

f. Alokasi anggaran dan rincian jumlah Bantuan Pemerintah;

g. Tata kelola pencairan dana Bantuan Pemerintah; h. Penyaluran dana Bantuan Pemerintah;

i. Pertanggungj awaban Bantuan Pemerintah; j. Ketentuan perpajakan; dan

k. Sanksi .

Surat Keputusan paling sedikit memuat : 1. Identitas penerima bantuan;

2. Jumlah barang dan/ atau nilai uang;

3. Nomor rekening penerima bantuan untuk Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang.

(19)

Jenis Bantuan Dasar Bentuk Bantuan Penerima Bantuan Mekanisme Pencairan Tahapan PERSAYARATAN LAINNYA KETERANGAN LAIN

1. Pemberian Penghargaan SK UANG, BARANG, JASA PENGHARGAANPENERIMA - LS KE PENERIMA- LS KE BENDAHARA

- BISA UP SEKALIGUS

Sesuai Juknis , SK Penetapan

2. Beasiswa SK UANG PENERIMA BEA SISWA NON PNS

o LS ke Penyelegg.

o LS ke rek penerima

o UP apabila tdk bisa

LS SEKALIGUS

Sesuai Juknis , SK Penetapan

3. Tunjangan Profesi Guru dan Tunjangan Lainnya

(TPG-TL) SK UANG

PENERIMA TPG-TL

NON PNS - LS KE PENERIMA PERIODIK Sesuai Juknis , SK Penetapan

4. Bantuan Operasional PKS SK UANG

1. Kel. Masy 2. LSM

3. L. Penddkn 4. L. Keagamaan 5. L Kesh.

- LS ke penerima

- UP SEKALIGUSBERTAHAP Sesuai Juknis , SK Penetapan 3,4,5 bisa lemb pemerintah maupun non pemerintah

5. Bantuan Sarana/ prasarana

6. Bantuan rehabilitasi dan/atau pembangunan 2. LS Kepenyedia (BRG)

tahap I=70% setelah PKS di ttd.,

tahap II=30% jika

7. Bantuan Lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh PA

Penet

LS ke penerima bant

LS ke penyedia -- LangsungBertahap

PA menetapkan jenis bantuan pemerintah yang tdk termasuk 6 jenis bantuan

(20)

20

BANTUAN OPERASIONAL

Bantuan operasional diberikan kepada Kelompok Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Pendidikan, Lembaga Keagamaan, dan Lembaga Kesehatan. Lembaga Pemerintah maupun Non Pemerintah berdasarkan Surat Keputusan yang ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA

Pencairan bantuan operasional dilaksanakan berdasarkan perjanjian kerja sama (PKS)

antara PPK dengan penerima bantuan operasional yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan, perjanjian kerjasama minimal memuat :

1. hak dan kewajiban kedua belah pihak;

2. jumlah bantuan operasional yang diberikan; 3. tata cara dan syarat penyaluran;

4. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan Pemerintah untuk menggunakan bantuan operasional sesuai rencana yang telah disepakati;

5. pernyataan kesanggupan penerima Bantuan Pemerintah untuk menyetorkan sisa dana yang tidak digunakan ke Kas Negara;

6. sanksi;

7. penyampaian laporan penggunaan dana secara berkala kepada PPK; dan

(21)

21

BANTUAN OPERASIONAL

Pencairan dana bantuan operasional dilakukan melalui mekanisme : 1. Pembayaran Langsung (LS); atau

2. Mekanisme Uang Persediaan.

1. Pencairan dana bantuan operasional dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap;

2. Penentuan pencairan dana bantuan operasional secara sekaligus atau bertahap ditetapkan oleh KPA dengan mempertimbangkan jumlah dana dan waktu pelaksanaan kegiatan;

3. Ketentuan bertahap :

a. Tahap I sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana setelah perjanjian kerja sama ditandatangani oleh penerima bantuan dan PPK;

b. Tahap II sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana, apabila dana pada Tahap I telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%;

c. Tahap III sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan, apabila jumlah dana pada Tahap I dan Tahap II telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%;

d. Tahap IV sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana, apabila jumlah dana pada Tahap I sampai dengan Tahap III telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%

1. Pencairan dana bantuan operasional dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap;

2. Penentuan pencairan dana bantuan operasional secara sekaligus atau bertahap ditetapkan oleh KPA dengan mempertimbangkan jumlah dana dan waktu pelaksanaan kegiatan;

3. Ketentuan bertahap :

a. Tahap I sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana setelah perjanjian kerja sama ditandatangani oleh penerima bantuan dan PPK;

b. Tahap II sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana, apabila dana pada Tahap I telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%;

c. Tahap III sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan, apabila jumlah dana pada Tahap I dan Tahap II telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%;

d. Tahap IV sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana, apabila jumlah dana pada Tahap I sampai dengan Tahap III telah dipergunakan sekurang-kurangnya sebesar 80%

(22)

22

BANTUAN OPERASIONAL

MEKANISME PENCAIRAN PEMBAYARAN LANGSUNG

Penerima Bantuan Penerima

Bantuan PPKPPK PP-SPMPP-SPM

1.Pembayaran sekaligus atau Tahap I dilampiri:

a. Rencana pengeluaran dana bantuan operasional yang akan dicairkan secara sekaligus atau bertahap;

b. Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

c. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan; d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(SPTJM)

2.Pembayaran Tahap II sampai dengan Tahap IV dilampiri:

a.Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

b.Laporan pertanggungjawaban

penggunaan dana tahap sebelumnya;

c.Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) atas kebenaran belanja yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

1.Pembayaran sekaligus atau Tahap I dilampiri:

a. Rencana pengeluaran dana bantuan operasional yang akan dicairkan secara sekaligus atau bertahap;

b. Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

c. Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan; d. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak

(SPTJM)

2.Pembayaran Tahap II sampai dengan Tahap IV dilampiri:

a.Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan;

b.Laporan pertanggungjawaban

penggunaan dana tahap sebelumnya;

c.Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) atas kebenaran belanja yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

1. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana yang diajukan penerima bantuan operasional sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

2. PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta menerbitkan SPP untuk pencairan secara sekaligus atau untuk pencairan Tahap I setelah pengujian telah sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

3. PPK mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta menerbitkan SPP untuk pencairan Tahap II sampai dengan Tahap IV setelah pengujian telah sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

4. Dalam hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK menyampaikan informasi kepada penerima bantuan untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan

5. SPP disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme sebagai berikut: a. Pembayaran secara sekaligus atau Tahap I dilampiri:

1)Rencana Pengeluaran dana bantuan operasional yang akan ditarik sekaligus atau bertahap;

2)Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan PPK;

3)Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK;

4)Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM). b. Pembayaran Tahap II sampai dengan Tahap IV dilampiri:

1)Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK;

2)Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap sebelumnya; 3)Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) atas kebenaran

belanja yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.

1. PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana yang diajukan penerima bantuan operasional sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

2. PPK menandatangani perjanjian kerja sama dan mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta menerbitkan SPP untuk pencairan secara sekaligus atau untuk pencairan Tahap I setelah pengujian telah sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

3. PPK mengesahkan kuitansi bukti penerimaan uang serta menerbitkan SPP untuk pencairan Tahap II sampai dengan Tahap IV setelah pengujian telah sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah;

4. Dalam hal pengujian tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis penyaluran Bantuan Pemerintah, PPK menyampaikan informasi kepada penerima bantuan untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan

5. SPP disampaikan kepada PP-SPM dengan mekanisme sebagai berikut: a. Pembayaran secara sekaligus atau Tahap I dilampiri:

1)Rencana Pengeluaran dana bantuan operasional yang akan ditarik sekaligus atau bertahap;

2)Perjanjian kerja sama yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan PPK;

3)Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK;

4)Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM). b. Pembayaran Tahap II sampai dengan Tahap IV dilampiri:

1)Kuitansi bukti penerimaan uang yang telah ditandatangani oleh penerima bantuan dan disahkan oleh PPK;

2)Laporan pertanggungjawaban penggunaan dana tahap sebelumnya; 3)Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) atas kebenaran

(23)

BANTUAN OPERASIONAL

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENERIMA BANTUAN KEPADA PPK

Penerima Bantuan Pemerintah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

kepada PPK sesuai dengan perjanjian kerja sama setelah pekerjaan selesai atau pada

akhir Tahun Anggaran, dengan dilampiri:

1. Daftar perhitungan dana awal, penggunaan dan sisa dana;

2. Surat Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan;

3. Surat Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan;

4. Bukti surat setoran sisa dana ke rekening Kas Negara dalam hal terdapat sisa dana

Penerima Bantuan Pemerintah harus menyampaikan laporan pertanggungjawaban

kepada PPK sesuai dengan perjanjian kerja sama setelah pekerjaan selesai atau pada

akhir Tahun Anggaran, dengan dilampiri:

1. Daftar perhitungan dana awal, penggunaan dan sisa dana;

2. Surat Pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan;

3. Surat Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan;

(24)

KPA bertanggung jawab atas:

a. Pencapaian target kinerja pelaksanaan dan penyaluran Bantuan Pemerintah;

b. Transparansi pelaksanaan dan penyaluran Bantuan Pemerintah; dan

c. Akuntabilitas pelaksanaan dan penyaluran Bantuan Pemerintah.

Dalam rangka pencapaian target kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pelaksanaan dan penyaluran

Bantuan Pemerintah, KPA melaksanakan monitoring dan evaluasi.

Monitoring dan evaluasi antara lain melakukan pengawasan terhadap:

a. kesesuaian antara pelaksanaan penyaluran Bantuan Pemerintah dengan pedoman umum dan

petunjuk teknis yang telah ditetapkan serta ketentuan peraturan terkait lainnya;

b. kesesuaian antara target capaian dengan realisasi.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi KPA mengambil langkah-langkah tindak lanjut untuk

perbaikan penyaluran Bantuan Pemerintah.

(25)

25

BANK POS PENYALUR

• Dalam rangka efisiensi dan efektifitas penyaluran Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang yang dilakukan dengan mekanisme LS, pencairannya dapat dilakukan melalui Bank/Pos Penyalur dalam hal jumlah penerima Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang pada satu DIPA lebih dari 100 (seratus) penerima bantuan.

• Penunjukan Ban/Pos Penyalur mengikuti prosedur pengadaan barang/jasa Pemerintah.

• Bank/Pos Penyalur harus yang mempunyai perjanjian kerjasama pengelolaan rekening K/L dengan Ditjen Perbendaharaan.

• Kontrak/perjanjian kerjasama PPK dengan Bank/Pos penyalur paling sedikit memuat : 1. hak dan kewajiban kedua belah pihak;

2. tata cara dan syarat penyaluran dana Bantuan Pemerintah dalam bentuk uang kepada penenma Bantuan Pemerintah;

3. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyalurkan dana Bantuan Pemerintah melalui rekening penerima Bantuan Pemerintah paling lama 15 (lima belas) hari kalender sejak dana Bantuan Pemerintah ditransfer dari Kas Negara;

4. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyampaikan laporan kepada PPK apabila dana Bantuan Pemerintah yang disalurkan melalui rekening penerima Bantuan Pemerintah tidak terdapat transaksi/tidak dipergunakan oleh penerima Bantuan Pemerintah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sejak dana Bantuan Pemerintah ditransfer dari Rekening Bank/ Pos Penyalur;

5. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyetorkan ke Kas Negara paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sejak diterimanya surat perintah penyetoran dari PPK;

6. pernyataan kewajiban Bank/ Pos Penyalur untuk menyampaikan laporan penyaluran dana Bantuan Pemerintah secara berkala kepada PPK;

7. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyetorkan bunga dan jasa giro yang timbul ke kas negara;

8. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyetorkan sisa dana Bantuan Pemerintah yang tidak tersalurkan sampai dengan akhir tahun anggaran ke Kas Negara;

9. pernyataan kesanggupan Bank/ Pos Penyalur untuk menyediakan sistem informasi penyaluran Bantuan Pemerintah kepada KPA/ PPK;

(26)

26

Bank melaporkan jika rekening penerima tidak terdapat transaksi dalam

jangka waktu 30 hari sejak disalurkan

1. Perintah pembekuan sementara rekening

2. PPK melakukan penelitian 3. Perintah setor ke kas negara pengembalian belanja yang memulihkan pagu DIPA Satker;

3. Bank/Pos Penyalur melaporkan ke PPK atas penyetoran dana tsb.

2 2 3

1 4

(27)

BOS merupakan program pemerintah yang pada dasarnya adalah

untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi

satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Menurut PP No. 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan,

biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air,

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang

lembur, transportasi, konsumsi, pajak, dll.

Secara umum tujuan program BOS adalah

meringankan beban masyarakat terhadap

pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9

tahun dan Pendidikan Menengah Universal (PMU)

yang bermutu, serta berperan dalam mempercepat

(28)

Secara khusus tujuan program BOS :

1. Membebaskan biaya operasional madrasah bagi seluruh

peserta didik di Madrasah Negeri.

2. Meringankan beban biaya operasional madrasah bagi peserta

didik di madrasah swasta/pps.

3. Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh

siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dan menengah, baik di

madrasah negeri maupun madrasah swasta

Merupakan Program Direktif Dari Presiden.

Merupakan Program Mandatory Nasional.

(29)

Program Pemerintah melalui Kementerian

Agama berupa pemberian dana langsung ke

Madrasah/PPS yang besarnya dihitung

berdasarkan jumlah peserta didik

Madrasah/PPS dengan penggunaan dana untuk

memenuhi biaya operasional sekolah

MI

: Rp.

800.000,-/siswa/tahun

MTs

: Rp.

1.000.000,-/siswa/tahun

MA

: Rp.

(30)
(31)

SYARAT PENYALURAN DANA BOS

PADA MADRASAH SWASTA

Madrasah swasta menyampaikan Rencana Kegiatan Anggaran Madrasah (RKAM);jangan lupa setiap Madrasah menetapkan/membuat SK pengelola BOS Madrasah yg terdiri dari Penanggung jawab(Kamad) dan anggota(Bendahara pengeluaran khusus Mad. Negeri, Pendidik/tendik, satu orang komite dan satu orang unsur orang tua siswa)

Diterbitkannya Surat Keputusan PPK tentang Penetapan Madrasah Swasta Penerima Bantuan Operasional Sekolah yang di sahkan oleh Kuasa Pengguna Anggaran;

Atas nama KPA, PPK membuat Surat Perjanjian Kerjasama dengan Kepala Madrasah Swasta sebagai penerima dana BOS pada tahap I dan tahap III, yang memuat hak dan kewajiban antara kedua belah pihak;

PPK mengesahkan/menyetujui pengiriman dana BOS kepada Madrasah yang dituangkan dalam bentuk kuitansi/bukti penerimaan pada tiap tahap pencairan;

(32)

1.

Untuk tahap satu kepala madrasah menyerahkan Surat Pernyataan Tanggung

Jawab Mutlak (SPTJM) kepada PPK;

2.

Untuk tahap dua sampai dengan tahap empat, kepala madrasah

menyerahkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTB) dan laporan

pertanggungjawaban penggunaan dana tahap sebelumnya kepada PPK.

3.

PPK melakukan pengujian dokumen permohonan pencairan dana BOS yang

diajukan madrasah sesuai dengan Petunjuk Teknis. Dalam hal pengujian tidak

sesuai dengan Petunjuk Teknis BOS, PPK menyampaikan informasi kepada

madrasah untuk melengkapi dan memperbaiki dokumen permohonan.

Mekanisme pencairan dana BOS untuk madrasah swata menggunakan

mekanisme pembayaran langsung (LS) dalam bentuk uang kepada madrasah

melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Pencairan dana

BOS dengan mekanisme pembayaran langsung dilakukan melalui empat

tahap;

Tahap I sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana setelah

syarat penyaluran telah selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat minggu

ke-satu bulan Maret;

(33)

Tahap III sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana,

apabila dana pada tahap I dan tahap II telah dipergunakan

sekurang-kurangnya sebesar 80% dan setelah syarat penyaluran telah

selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat minggu ke-empat bulan

Agustus;

Tahap IV sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari keseluruhan dana,

apabila dana pada tahap I sampai dengan tahap III telah dipergunakan

sekurang-kurangnya sebesar 80% dan setelah syarat penyaluran telah

selesai/lengkap. Dibayarkan paling lambat minggu ke-satu bulan

November.

PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) setelah semua

syarat penyaluran dana BOS sudah lengkap dan selesai dilaksanakan.

Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan kepada KPPN berdasarkan pengajuan SPP dari PPK

Dalam hal penyampaian laporan pertanggungjawaban dana BOS dari madrasah harus dilampiri

a.Daftar perhitungan dana awal, penggunaan dan sisa dana. b.Surat pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai dilaksanakan. c. Surat pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan.

(34)

Pencairan dana BOS pada madrasah negeri dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan tentang Bagan Akun Standar; Pencairan dana BOS mengacu pada jadwal rencana pengajuan pencairan dana BOS selama 1 (satu) tahun anggaran atau rencana penggunaan dana BOS yang terintegrasi sehingga tertuang dalam DIPA satker madrasah negeri;

Jika jumlah dana BOS yang dialokasikan pada DIPA madrasah negeri lebih besar dari jumlah yang seharusnya termasuk data siswa pasca PPDB, maka kelebihan dana tersebut tidak dicairkan. Tetapi jika sudah terlanjur dicairkan, maka kelebihan dana tersebut harus dikembalikan ke Kas Negara sebelum akhir tahun anggaran;

Jika sampai akhir tahun anggaran dana BOS masih tersisa di rekening madrasah (tidak terpakai), maka sisa dana tersebut harus disetor ke Kas Negara sebelum akhir tahun anggaran.

1.

Pengembangan perpustakaan

2.

Kegiatan dalam rangka Penerimaan Peserta Didik Baru

3.

Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler siswa

4.

Kegiatan ulangan dan ujian

5.

Pembelian bahan-bahan habis pakai

6.

Langganan daya dan jasa

7.

Perawatan madrasah

8.

Pembayaran honorarium bulanan Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil (GBPNS) dan Tenaga Kependidikan bukan PNS

9.

Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan

10.

Membantu siswa miskin

11.

Pembiayaan pengelolaan BOS

12.

Pembelian perangkat komputer

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)

PENERIMA PENGHASILAN YANG

DIPOTONG PPh PASAL 21/26

P

PEGAWAI TIDAK TETAP/TENAGA KERJA LEPAS

BUKAN PEGAWAI : TENAGA AHLI, PEMUSIK, OLAHRAGAWAN, PENGAJAR, PENGARANG, AGEN IKLAN, PENGAWAS PROYEK,

PENJAJA BARANG DAGANGAN, PETUGAS DINAS LUAR ASURANSI. MLM

PESERTA KEGIATAN : PESERTA LOMBA, RAPAT, KEPANITIAAN, DIKLAT DLL

PESERTA KEGIATAN : PESERTA LOMBA, RAPAT, KEPANITIAAN, DIKLAT DLL

PENERIMA PENSIUN : UANG PESANGON,

TUNJANGAN HARI TUA , Termasuk AHLI WARISNYA

PENERIMA PENSIUN : UANG PESANGON,

(41)

Penghasilan Pegawai Tetap

Adalah Penghasilan bagi

pegawai tetap berupa

gaji/upah, segala

macam tunjangan, dan

imbalan dengan nama

apapun yang diberikan

secara periodik

berdasarkan ketentuan

yang ditetapkan oleh

pemberi kerja termasuk

uang lembur

Penghasilan bagi

pegawai tidak tetap

selain yang bersifat

teratur, yang diterima

sekali dalam satu tahun

atau periode lainnya,

anara lain berupa bonus,

THR, jasa produksi,

tantiem, gratifikasi, atau

imbalan lainnya dengan

nama apapun

(42)

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULANAN

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 BULANAN

PEGAWAI TETAP

DIKURANGI - BIAYA JABATAN

- IURAN YG TERIKAT DGN PENGH.

PENGHASILAN NETO

PENGHASILAN KENA PAJAK

PTKP

TARIF PS.17 UU PPh

DIKURANGI

GAJI, TUNJANGAN TERKAIT DGN GAJI

PPh Pasal 21 Terutang SETAHUN

PEGAWAI TIDAK TETAP, PEMAGANG, CAPEG

PPh Pasal 21 Terutang SEBULAN

: 12

(43)

BIAYA JABATAN & BIAYA PENSIUN

Mulai 1 Januari 2009

(44)

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TAHUN

2015 PMK-122/PMK010/2015

1. Rp. 36.000.000,- (Wajib Pajak OP)

2. Rp. 3.000.000 (Tambahan WP Kawin)

3. Rp. 36.000.000 (Tambahan Istri Penghasilan

digabung)

4. Rp. 3.000.000 (Tambahan keluarga sedarah

dan keluarga semenda dalam garis keturunan

lurus serta anak angkat, yang menjadi

(45)

TARIF PASAL 17 UU PPh

TARIF PASAL 17 UU PPh

SAMPAI DENGAN

Rp 50 JUTA

DI ATAS Rp 250 JUTA s.d

Rp. 500 juta

5%

15%

25%

TARIF

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK

DI ATAS Rp 50 JUTA s.d

Rp 250 JUTA

(46)

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

BUKAN PEGAWAI TETAP

BUKAN PEGAWAI TETAP

UPAH HARIAN/

bila>Rp.3 jt dlm 1 bl: 5 % X (bruto-PTKP harian sebenarnya)

(-) pot sebelumnya

Bila dibayar bulanan: (bruto-ptkp)disetahunkan

X tarif ps.17, Dibagi 12

HONOR, U.SAKU

(47)

Apabila Penerima Penghasilan

PPh Pasal 21

tidak mempunyai

NPWP

, maka tarif dikenakan

20% lebih tinggi dari tarif

Normal (Pasal 21 UU PPh)

(48)

TIDAK TERMASUK PENGHASILAN

YANG DIPOTONG PPh PASAL 21

PENGHASILAN

PEMBAYARAN MANFAAT ATAU SANTUNAN ASURANSI DARI PERUSAHAAN SEHUBUNGAN DGN ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA

PENERIMAN DLM BENTUK NATURA DAN/ATAU /KENIKMATAN DLM BENTUK APAPUN YG DIBERIKAN OLEH WAJIB PAJAK ATAU PEMERINTAH

(Contoh PPh 21 yg ditanggung Pemberi Kerja atau yg ditanggung Pemerintah)

IURAN PENSIUN YANG DIBAYARKAN KEPADA DANA PENSIUN YG

PENDIRIANNYA TLH DISAHKAN MENKEU,IURAN TUNJANGAN HARI TUA ATAU IURAN JAMINAN HARI TUA KEPADA BADAN PENYELENGGARA

TUNJANGAN HARI TUA/JAMSOSTEK YANG DIBAYAR OLEH PEMBERI KERJA ZAKAT YG DITERIMA OLEH ORANG PRIBADI YG BERHAK DARI BADAN/

LEMBAGA AMIL ZAKAT YG DIBENTUK ATAU DISAHKAN PEMERINTAH, ATAU SUMBANGAN KEAGAMAAN YG SIFATNYA WAJIB BAGI PEMELUK AGAMA YG DIAKUI DI INDONESIA YG DITERIMA OLEH ORANG PRIBADI YG BERHAK DARI LEMBAGA KEAGAMAAN YG DIBENTUK ATAU DISAHKAN PEMERINTAH

(49)

TATA CARA PENYETORAN PPh PASAL 21

JUMLAHKAN PPh PSL 21 DALAM BUKTI PEMOTONGAN SELAMA SATU BULAN

SETORKAN KE BANK PERSEPSI ATAU

KANTOR POS DAN GIRO DENGAN MENGGUNAKAN

SSP PALING LAMBAT TGL 10 BULAN BERIKUTNYA

SETELAH MASA PAJAK BERAKHIR

APABILA TGL 10 JATUH PD HARI LIBUR, MAKA PENYETORAN DILAKUKAN PADA HARI KERJA BERIKUTNYA

(50)

Tata Cara Pengisian SSP

Nama, NPWP & Identitas Bendahara

Kode Akun Pajak 411121

Kode Jenis Setoran 100

SSP Lb 1

(Arsip Bendahara)

SSP Lb 3

(lampiran SPT Masa Bendahara)

SSP Lb 2 dan 4

(51)

SPT MASA PPH PASAL 21

WAJIB DISAMPAIKAN

WALAUPUN TIDAK ADA

MEMOTONG PPH PASAL 21

PADA BULAN TSB…….SPT

NIHIL WAJIB DI LAPORKAN

(52)

PELAPORAN

Madrasah :

a.

Buku Kas Umum

b.

Buku Pembantu Kas

c.

Buku Pembantu Bank

d.

Buku Pembantu Pajak

e.

Kuitansi/Bukti Pengeluaran

f.

Realisasi Penggunaan Dana BOS

Pejabat Pembuat Komitmen :

a. Surat Perjanjian Kerjasama.

b. Surat Keputusan Penetapan Penerima Dana BOS.

(53)

MONITORING DAN EVALUASI

Dilakukan oleh Kemenag Pusat, Kanwil Kemenag Provinsi dan Kantor Kemenag Kabupaten/Kota;

Menyiapkan instrumen Monev yang memuat alokasi dana BOS, penyaluran dan penggunaan dana BOS, administrasi keuangan, pelaporan penggunaan dana BOS kepada masyarakat;

Menyiapkan perangkat pengaduan masyarakat terhadap terjadinya penyelewengan dana BOS;

Melakukan evaluasi terhadap kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan program BOS;

Jika memungkinkan monitoring dilaksanakan pada saat persiapan, pelaksanaan dan pasca penyaluran dana BOS;

Merencanakan dan membuat jadual monitoring dengan mempertimbangkan monitoring yang telah dilaksanakan oleh Kemenag Pusat dan Kanwil Kementerian Agama Provinsi;

(54)

PENGAWASAN DAN SANKSI

Pengawasan :

a. Pengawasan melekat.

b. Pengawasan fungsional internal.

c. Pengawasan eksternal

d. Pemeriksaan

e. Pengawasan masyarakat

Penerapan Sanksi :

a. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang

berlaku.

b. Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi.

c. Proses hukum (penyelidikan, penyidikan dan peradilan)

d. Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang

(55)

Kendala yang dihadapi

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Kurangnya tenaga teknis pada Kanwil Kemenag provinsi maupun

Kantor Kemenag Kab./Kota dengan beban kerja yang begitu banyak

(Bantuan Siswa Miskin, Tunjangan Profesi Guru, Pembangunan RKB,

Rehabilitasi Ruang Kelas, Pembinaan Madrasah, dll).

(56)

TERIMA

KASIH

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

The purpose of this study was to find out about vocational students’ perceptions towards oral English speaking skill lesson in SMK Negeri 2 Salatiga.. The participants were

[r]

In addition, the supervisory in term of a cooperative institution such as the annual meeting for members (In Indonesian it is called Rapat Anggota Tahunan/ RAT), and the

Penelitian ini, diharapkan karyawan memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan aturan – aturan yang sudah diterbitkan Sehingga gaya

5 Ketika mengerjakan tugas yang berkaitan dengan uang maka saya akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikannya 6 Saya bertindak ekonomis dalam semua aspk keuangan

Pihak lain yang bukan direktur utama/pimpinan perusahan/pengurus koperasi yang namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dasar, sepanjang pihak lain

Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) akan melaksanakan Pelelangan Sederhana/Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi

d. Mengkoordinasikan dengan unit-unit kerja terkait dan atau instansi lain sesuai dengan petunjuk pengelolaan data kepegawaian agar dapat terlaksana secara terpadu untuk mencapai