PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO
SKRIPSI Oleh:
SELVI APRIANTI NIM.D77212091
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Selvi Aprianti. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO. Skripsi. Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Juni 2016.
Kata kunci: TAI, pemahaman, pecahan.
Pembelajaran Matematika materi pecahan di kelas V sudah disampaikan dengan baik oleh guru mata pelajaran dan beberapa kali contoh serta latihan namun ada beberapa hal yang membuat siswa-siswi belum menguasai materi pecahan dan belum mencapai kriteria ketuntasan pemahaman, diantaranya adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik berbeda. Dibuktikan dari 36 jumlah siswa kelas V, jika dipersentasekan ada 58,33% yang dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman dan sisanya yakni 41,67% yang dinyatakan sudah memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman.
Rumusan masalah dari penelitian adalah: bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dan bagaimana peningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Adapun tujuan penelitian diantaranya: penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dan peningkatan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari empat langkah dalam satu siklus yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dilakukan sebanyak dua siklus yaitu pada tanggal 11 januari 2016 dan 18 januari 2016. Peneliti dan guru secara kolaboratif mendiagnosis masalah, menentukan alternatif pemecahan, melakukan tindakan, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan membuat kesimpul. TAI merupakan gabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Dimana siswa dibagi kedalam kelompok yang memiliki kemampuan berbeda, kelompok yang unggul mendapat penghargaan (reward).
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN MOTTO ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
C. Tindakan yang Dipilih ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Pembelajaran Matematika ... 9
1. Pengertian Matematika ... 9
2. Langkah Pembelajaran Matematika di MI ... 10
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di MI ... 11
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di MI ... 12
5. Materi Pecahan ... 13
B. Peningkatan Pemahaman Materi Pecahan ... 15
1. Pengertian Peningkatan Pemahaman ... 15
2. Indikator Pemahaman ... 16
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 17
4. Evaluasi Pemahaman ... 21
C. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Tim Assisted Individualization) ... 26
1. Pengertian Pembelajaran TAI (Tim Assisted Individualization) ... 26
2. Sintak TAI (Tim Assisted Individualization) ... 32
3. Manfaat Pembelajaran TAI (Tim Assisted Individualization) ... 33
4. Kelebihan dan Kekurangan TAI (Tim Assisted Individualization) .. 34
BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN ... 35
B. Setting dan Subjek Penelitian ... 36
C.Variabel yang Diteliti ... 38
D.Rencana Tindakan ... 38
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Indikator Kinerja ... 49
G.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A.Hasil Penelitian ... 52
B. Pembahasan ... 78
BAB V PENUTUP ... 85
A.Simpulan ... 85
B. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai jenjang
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sederajat hingga perguruan tinggi. Matematika
juga merupakan dasar dari beberapa ilmu, seperti statistika, akuntansi, fisika,
kimia, dan lain-lain. Mata pelajaran yang satu ini bukan hanya penting tapi
mempunyai nilai guna dalam kehidupan sehari-hari juga begitu banyak,
contohnya dalam bidang ekonomi untuk mengkalkulasi belanja rumah tangga
dengan hitungan, dalam bidang pendidikan untuk menilai hasil karya atau
kemampuan anak didik juga menggunakan hitungan dan angka, dan masih banyak
contoh yang lain yang membuktikan bahwasannya matematika begitu berperan
dalam kehidupan sehari-hari.
Tuntutan globalisasi di zaman sekarang pun menuntut para generasi
penerus untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tak terkecuali
matematika. Berdasarkan penjelasan mengenai pentingnya matematika tersebut,
setiap siswa-siswi diharapkan mampu untuk memahami dan menguasai mata
pelajaran ini melalui pembelajaran yang mereka peroleh di setiap jenjang
pendidikan khususnya dijenjang MI karena disinilah pemahaman awal terbentuk,
untuk itu peran seorang guru MI sangat dibutuhkan. Peran yang dimaksud disini
adalah pemahaman yang memadai dan bagaimana matematika yang memiliki
2
Tiga aspek yang dipelajari di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah
Bilangan, Geometri dan pengukuran, dan juga Pengolahan data. Pecahan adalah
salah satu konsep yang terdapat pada aspek Bilangan. Pecahan adalah setiap
bilangan yang ditulis dalam bentuk pembagian. Dalam kehidupan sehari-hari
seringkali menerapkan konsep pecahan. Sebagai contoh sederhana sebuah
semangka dipotong menjadi dua bagian yang sama besar sehingga tiap-tiap bagian
adalah setengah. Penjelasan dalam Surat An-Nisaa’ ayat 11-12 juga merupakan
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal ...
[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).
[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.
Konsep pecahan ditingkat MI sudah mulai dikenalkan di kelas IV, namun
masih lingkup pengertian, urutan dan operasi pecahan (penjumlahan dan
3
pecahan (perkalian dan pembagian), untuk itu dibutuhkan pemahaman yang cukup
untuk konsep pecahan.
Proses membantu siswa-siswi dalam membangun konsep atau prinsip
dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu sehingga konsep
atau prinsip tersebut terbentuk adalah pengertian dari pembelajaran. Begitu pula
untuk pengertian pembelajaran Matematika, bagaimana siswa-siswi akan lebih
mudah menerima konsep atau prinsip yang telah diketahui dengan mencari
hubungan antar konsep-konsep yang diterima. Pentingnya diterapkan
pembelajaran yang menarik, dan dapat membuat siswa-siswi menjadi lebih aktif
dalam proses pembelajaran. Selain itu diharapkan pula agar siswa-siswi mampu
mengembangkan kreativitas yang dimiliki masing-masing individu, serta dapat
lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Pembelajaran matematika yang ideal seperti diparagraf sebelumnya belum
penulis temukan di pembelajaran matematika materi pecahan kelas V MI Miftahul
Huda Sidoarjo. Fakta ini penulis temukan setelah berkunjung langsung ke MI
Miftahul Huda dan melakukan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran
matematika kelas V. Dibuktikan dari 36 jumlah siswa-siswi kelas V yang sudah
memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman ada 15 siswa-siswi dan 21 siswa-siswi
sisanya masih belum memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman.
Hasil ini didapat setelah dilakukannya tes untuk materi pecahan. Jika
dipersentasekan ada 58,33% yang dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan
4
ketuntasan pemahaman.1 Kriteria untuk ketuntasan pemahaman dalam kelas
adalah 80% jadi belum dikatakan tuntas jika hasil persentase menunjukkan nilai
dibawah 80%.
Pembelajaran Matematika materi pecahan di kelas V sudah disampaikan
dengan baik oleh guru mata pelajaran dan beberapa kali contoh serta latihan
namun ada beberapa hal yang membuat siswa-siswi belum menguasai materi
pecahan dan mencapai kriteria ketuntasan pemahaman yang ditentukan,
diantaranya penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi dan
kemampuan yang dimiliki masing-masing individu berbeda.
Alternatif yang dapat ditawarkan dari paparan tersebut adalah strategi
pembelajaran kooperatif tipe TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION).
Kooperatif ada berbagai macam, diantaranya adalah TAI yang diperkenalkan oleh
Robert E. Slavin.
TAI adalah pembelajaran dimana pada saat proses pembelajaran siswa
dibagi dalam kelompok – kelompok yang memiliki kemampuan berbeda – beda
(heterogen). Setiap kelompok terdiri dari empat anggota, kelompok yang unggul
akan diberikan penghargaan (reward). TAI merupakan gabungan dari
pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.
Pada pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa-siswi saling membantu dan
saling memiliki ketergantungan secara positif, yang akhirnya membentuk sikap
gotong-royong dalam mencapai tujuan pembelajaran serta kemandirian belajar.
Setelah peneliti dan guru mata pelajaran sepakat, alternatif yang diterapkan ini
1
5
diharapkan pilihan yang paling banyak memberikan keuntungan baik untuk guru
pengampu mata pelajaran matamatika dan siswa-siswi khususnya kelas V MI
Miftahul Huda.
Keuntungan yang dapat diperoleh diantaranya: Meminimalisasi keterlibatan
guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin, Melibatkan guru untuk mengajar
kelompok-kelompok kecil yang heterogen, Memudahkan siswa untuk
melaksanakannya karena teknik operasionalnya cukup sederhana, Memotivasi
siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat,
Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswi lain yang berbeda
sehingga tercipta sikap positif diantara mereka.
Maka penulis ingin menyampaikan penelitian ini dengan menggunakan
judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Tim Assisted
Individualization) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pecahan Pada Siswa
Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo”.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang sudah dipaparkan, peneliti dapat meanrik rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI (Tim
Assisted Individualization) pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda
6
2. Bagaimana peningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di
MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Tim Assisted Individualization)?
C. Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang
dipilih oleh peneliti adalah diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe
TAI pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo.
Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI tersebut
siswa diharapkan dapat memahami pecahan secara tertulis. Penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe TAI ini tepat sekali digunakan dalam pembelajaran
Matematika, khususnya dalam meningkatkan pemahaman siswa. Karena dengan
menggunakan tipe TAI, siswa akan lebih mudah memahami pecahan.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan
Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).
D. Tujuan Penelitian
Bedasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, dapat diambil tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Tim Assisted
7
2. Meningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI
Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI
(Tim Assisted Individualization).
E. Lingkup Penelitian
1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas V MI Miftahul Huda
Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2015-2016.
2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Matematika kelas V semester
genap materi pecahan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
3. Standar Kompetensi: Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam
pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar: Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk
penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran.
Indikator : 1. Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dan sebaliknya,
2. Mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan sebaliknya.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penerapan strategi
8
serta penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan
memberikan kontribusi untuk lembaga atau institusi yang terkait.
2. Bagi Guru
Menambah pengalaman guru agar lebih mudah dalam menyampaikan
materi secara efisien dengan strategi pembelajaran yang bervariatif dan
menciptakan suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3. Bagi Siswa
Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan
guru, merasa senang dan dapat aktif dalam proses pembelajaran mata
pelajaran Matematika.
4. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti dalam penerapan Strategi
Pembelajaran Kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran Matematika
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Matematika di MI/SD 1. Pengertian Matematika
Matematika? Apa sebenarnya pengertian matematika itu?, yang terlintas
dalam pikiran jika menyebutkan kata matematika adalah angka, bilangan,
simbol-simbol, atau perhitungan. Kata matematika berasal dari bahasa latin,
manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,”
sedang dalam bahasa belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti,
yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.2
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada bidang
teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan
matematika pada bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan
matematika diskrit. Untuk menguasahi dan mencipta teknologi masa depan
diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Tidak ada dafinisi secara diskripsi formal untuk matematika, untuk
mempermudahnya dapat diketahui dengan memperhatikan karakteristik yang
dipuyai oleh matematika diantaranya: memiliki objek kajian yang abstrak,
bertumpu pada kesempatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang
2
10
kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam
sistemnya.
2. Langkah Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah
Merujuk dari beberapa pendapat dari para ahli matematika MI/SD
dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi siswa, maka guru
hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien, sesuai
dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Mengajarkan matematika guru harus
memahami bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan berbeda-beda serta
tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.
Ada 3 kelompok besar yang merupakan konsep pada kurikulum di MI
atau sederajat yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep),
pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk sampai pada
keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah yang benar yang sesuai
dengan kemampuan dan lingkungan siswa. langkah-langkahnya diantaranya:
1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu, pembelajaran suatu
konsep baru matematika, dimana ketika siswa belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Dalam kurikulum menggunakan kata “mengenal”. Dalam
kegiatan konsep dasar ini, media dan alat peraga diharapkan dapat membantu
kemampuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dengan tujuan siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Ada dua
11
kelanjutan dari penanaman konsep dan yang kedua, pemahaman konsep
dilakukan pertemuan berbeda namun dengan lanjutan penanaman konsep.
3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dan pemahaman konsep. Dengan tujuan agar siswa lebih terampil dalam
menggunakan berbagai konsep matematika.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah
Standar Isi Kurikulum 2006 menjelaskan pada tingkat MI/SD mata
pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik
memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi
untuk bertahan hidup dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan
kompetitif. Dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan
menggunakan matematika dalam pemecahan dan mengkomunikasikan ide
atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain.
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di MI adalah agar
siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan
pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam
penerapan matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,
sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas Nomor 22 tahun 2006, sebagai
12
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritme.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masasah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.3
4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah
Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan MI/SD meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
1. Bilangan
Pada aspek bilangan yang dibahas adalah: sistem bilangan, bilangan
bulat dan operasinya serta sifat-sifat operasi hitung bilangan, bilangan
rasional, bilangan real, bilangan prima, bilangan romawi, pecahan,
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), Faktor Persekutuan Terbesar
(FPB), pola bilangan, barisan dan deret (Aritmatika dan Geometri).
3
13
2. Geometri dan pengukuran
Pada aspek ini yang dibahas adalah: segiempat, segitiga, dalil
pytagoras, kesejajaran dan kesebangunan, keliling dan luas lingkaran,
sudut pusat, sudut keliling, garis singgung lingkaran, segitiga pada
lingkaran,sistem koordinat, bangun ruang (kubus, balok, prisma, limas,
tabung, kerucut, bola), alat pengukuran waktu, panjang, dan berat, waktu,
jarak, dan kecepatan.
3. Pengolahan data4
Pada aspek ini ada dua kompetensi yang perlu dicapai yakni: 1.
Mengumpulkan dan mengolah data untuk indikatornya sendiri terdiri dari;
mengumpulkan dan membaca data, mengolah dan menyajikan data dalam
bentuk tabel, dan menafsirkan sajian data dan 2. Menyelesaikan masalah
yang berkaitan dengan data untuk indikator kompetensi ini terdiri dari;
menyajikan data kebentuk tabel dan diagram gambar, batang dan
lingkaran; menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data;
mengurutkan data termasuk menentukan nilai tertinggi dan terendah; dan
menafsirkan hasil pengolahan data.
5. Materi Pecahan
Menjadikan pecahan biasa ke bentuk persen
Untuk mengubah pecahan ke bentuk persen dengan mengubah penyebutnya.
Penyebutnya diubah menjadi perseratus. Persen adalah bilangan pecahan
yang penyebutnya 100. Pada gambar di bawah terdapat 100 persegi.
14
Bagian yang diarsir 75 bagian dari 100 bagian. Sebagai pecahan dibaca 75
perseratus atau 75 persen yang ditulis 75%.
100
Perhatikan contoh berikut:
Cara 1 Cara 2
Menjadikan pecahan biasa ke bentuk desimal
Dengan mengganti penyebutnya menjadi 10, 100, 1000, 10000. Atau
dalam bentuk 1 , 1 , 1 .
100 1000 10000 3 = 3 x 25 = 75 = 75%
4 4 25 100
3 x 100% = 75%
15
Perhatikan contoh berikut.5
B. Peningkatan Pemahaman Materi Pecahan 1. Pengertian Pemahaman
Beberapa pengertian tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para
ahli, menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya
peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa
yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah
dicontohkan oleh guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus
lain.6
Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan
seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang
diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi
memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka
operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan,
5
Lusia Tri Astuti, Matematika untuk Sekolah Dasar kelas V, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.), hlm. 97-99
6
16
mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi
contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.7
Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan
kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat
dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar
pengetahuan. Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah
"kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah
sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah
mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan dan hafalan.8
2. Indikator Pemahaman Konsep
Killpatrick dan Findell dalam Dasari dalam PROSIDING Seminar
Nasional Pendidikan, menyatakan tujuh indikator pemahaman konsep yaitu;
1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.
2. Kemampuan mengklasifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau
tidaknya pesyaratan yang membentuk konsep tersebut.
3. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.
4. Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang telah dipelajari.
5. Kemampuan menyajikan konsep dari berbagai macam bentuk
representasi matematika.
7
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cet. ke-17, hlm. 44
8
17
6. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep.
7. Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu
konsep.9
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Pencapaian terhadap tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan
tolak ukur awal dari keberhasilan suatu pembelajaran. Secara prosedural,
siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan
guru secara langsung dengan tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes
formatif yang diadakan oleh lembaga pendidikan dengan baik. Kategori baik
ini dilihat dengan tingkat ketercapaian kriteria ketuntasan pemahaman. Untuk
itu pasti terdapat hal-hal yang melatarbelakangi keberhasilan belajar siswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus
keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah
sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi
kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi
kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah
pembuatan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) oleh guru yang berpedoman
pada Tujuan Instruksional Umum (TIU). Penulisan Tujuan Instruksional
9
18
Khusus (TIK) ini dinilai sangat penting dalam proses belajar mengajar,
dengan alasan:10
1) Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan di
dalam pembelajaran.
2) Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat
dalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa.
3) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk
keberhasilan belajar.
4) Berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sekaligus
pedoman awal dalam belajar.
b. Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan pada peserta didik di sekolah. Guru adalah orang yang
berpengalaman dalam bidang profesinya. Di dalam satu kelas peserta didik
satu berbeda dengan lainnya, untuk itu setiap individu berbeda pula
keberhasilan belajarnya.
Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru dituntut untuk
memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai dengan keadaan
peserta didik, sehingga semua peserta didik akan mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.11
10
Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: CV Rajawali Pers, 1991) hlm. 96 11
19
c. Peserta didik
Peserta didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah untuk
belajar bersama guru dan teman sebayanya. Mereka memiliki latar belakang
yang berbeda, bakat, minat, dan potensi yang berbeda pula. Sehingga dalam
satu kelas pasti terdiri dari peserta didik yang bervariasi karakteristik dan
kepribadiannya.
Hal ini berakibat pada berbeda pula cara penyerapan materi atau tingkat
pemahaman setiap peserta didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
peserta didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar
mengajar skaligus hasil belajar atau pemahaman peserta didik.12
d. Kegiatan pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini
merujuk pada proses pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat
dipengaruhi oleh bagaimana keterampilan guru dalam mengolah kelas.
Komponen-komponen tersebut meliputi; pemilihan strategi pembelajaran,
penggunaan media dan sumber belajar, pembawaan guru, dan sarana
prasarana pendukung. Kesemuanya itu akan sangat menentukan kualitas
belajar siswa. Di mana hal-hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara
tepat, maka akan menciptakan suasana belajar yang PAKEMI (Pembelajaran
Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dan Inovatif).
12
20
e. Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman, dan disiplin juga berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman peserta didik pada materi (soal) ujian yang sedang
mereka kerjakan. Hal itu berkaitan dengan konsentrasi dan kenyamanan
siswa. Mempengaruhi bagaimana siswa memahami soal berarti pula
mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika hasil belajar siswa tinggi,
maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi pula.
f. Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapat dalam
kurikulum yang diguanakan untuk mengukur pemahaman siswa. Alat
evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi, misalnya
dengan memberikan butir soal bentuk benar-salah (true-false), pilihan ganda
(multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completation), dan
essay. Dalam penggunaannya, guru tidak harus memilih hanya satu alat
evaluasi tetapi bisa menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi.
Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan
evaluasi atau soal yang diberikan guru kepada siswa. Jika siswa telah mampu
mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat
dikatakan paham terhadap materi yang telah diberikan.
Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar
21
a. Faktor internal (dari diri sendiri)
1) Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indra yang sehat
tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang
tidak sempurna.
2) Faktor psikologi, meliputi: keintelektualan (kecerdasan), minat, bakat, dan
potensi prestasi yang dimiliki.
3) Faktor pematangan fisik atau psikis.
b. Faktor eksternal (dari luar diri)
1) Faktor sosial meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan kelompok, dan lingkungan masyarakat.
2) Faktor budaya meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan sekolah.
4) Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).
4. Evaluasi Pemahaman
Mehrens & Lehmann dalam Ngalim Purwanto mengartikan evaluasi
adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi
yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.13 Dari
pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi merupakan suatu proses yang
sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data
tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.
Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam evaluasi, yaitu:
13
22
1) Evaluasi adalah kegiatan yang sistematis, ini berarti bahwa evaluasi adalah
kegiatan yang terencana dan dilakukan berkesinambungan.
2) Evaluasi memerlukan data yang menyangkut objek yang sedang
dievaluasi.
3) Setiap kegiatan evaluasi tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan
pengajaran yang hendak dicapai.
Agar penilaian tidak hanya orientasikan pada hasil, maka evaluasi hasil
belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang
diklarifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:14
a. Ranah Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
b. Ranah Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan
dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c. Ranah Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.
a. Ranah Kognitif
Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut
aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu
terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai
jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain:
14
23
1) Pengetahuan (knowledge)
Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan
mengingat kembali materi yang telah dipelajari.
2) Pemahaman (Comprehension)
Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai
kemampuan memahami materi tertentu.
3) Penerapan (Aplication)
Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai
kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan
menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.
4) Analisa (Analysis)
Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom
tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan
suatu materi menjadi bagian-bagiannya.
5) Sintesis (Synthesis)
Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk
memproduksi.
6) Evaluasi (Evaluation)
Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi.
Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai
24
b. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,
misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap.
Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang
paling kompleks:
1) Penerimaan (Receiving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon
terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar
terendah dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi
dan penghargaan terhadap orang lain.
2) Responsive (Responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat
secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan
mengambil tindakan atas suatu kejadian.
3) Nilai yang dianut (Value)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek
atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau
tidak menghiraukan.
4) Organisasi (Organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat
25
suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu
filsafat hidup.
5) Karakterisasi (characterization)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat
berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan
lebih mudah diperkirakan.
c. Ranah Psikomotorik
Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,
keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika
sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan,
ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah
psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.
1) Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi
respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol
otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak
sempurna.
2) Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,
penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan
melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut
petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
26
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi
dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan
dibatasi sampai pada tingkat minimum.
4) Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat
urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal
diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
5) Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit
mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.
Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain
psikomotorik.
C. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Tim Assisted Individualization)
1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Strategi mempunyai arti suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika
dihubungkan dengan strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai
pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.
27
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.15
Jamal Ma’mur Asmani berpendapat dalam bukunya bahwasannya ada
empat strategi dasar dalam proses belajar mengajar.
1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku serta kepribadian peserta didik seperti yang diharapkan
2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan, atau kriteria
serta standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pedoman guru dalam
melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya
dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan tindakan
strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual
yang efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi
pembelajaran berhubungan langsung dengan cara-cara yang dipilih oleh guru
15
28
untuk menyampaikan materi pembelajaran oleh karena itu strategi
pembelajaran adalah keseluruhan bagian dari pembelajaran.16
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
untuk membantu peserta didik dalam menuntaskan tujuan pembelajaran
tertentu. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian pada akhir tugas. 17
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis,
pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja secara kelompok untuk saling
membantu memecahkan permasalahan yang kompleks. Jadi hakikat sosial
dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif.18
Penerapan pembelajaran kooperatif, setiap murid didorong untuk
mengembangkan kemampuan interpersonalnya melalui tugas-tugas yang
disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Selanjutnya, murid
akan merasa terbantu dengan adanya kelompok yang bersatu padu yang
berguna untuk membantu guru meningkatkan pemahaman pada peserta didik
yang malu bertanya. Sebab, dengan sosok yang menjelaskan adalah teman
16Jamal Ma’mur Asmani
, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: DIVA Press, 2014), hlm.26-27 17
Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM , (Celeban Timur: PUSTAKA PELAJAR, 2009), hlm.54-55
18
29
sebayanya dan temannya sendiri, hal itu tentu lebih menyenangkan serta
dapat menekan rasa sungkan. Adapun untuk siswa yang memiliki
kemampuan yang lebih, model kelompok akan menguntungkan dalam hal
memotivasi penyusunan tugas akan lebih baik dari temannya.
Tidak hanya dari sisi peserta didik saja yang diuntungkan melainkan
guru juga sangat diuntungkan. Dengan kooperatif memudahkan guru untuk
penyampaian materi pelajaran tanpa harus mengeluarkan banyak energi.
Penerapan kooperatif akan mendapatkan mendatangkan keuntungan apa
bila interaksi antar murid berlangsung dengan intensif. Sebaliknya kualitas
kelompok rendah jika para anggota kelompok jarang berinteraksi.
Pembentukan kelompok menuntut kejelian guru, seorang guru harus
menetapkan peraturan kelompok, baik berhubungan dengan sikap kerja,
pengaturan tugas dan peran dalam kelompok, serta mengawasi perkembangan
setiap murid.19
Ada lima unsur penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson &
Sutton dalam Trianto.
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.
2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif
akan meningkatkan interaksi antara siswa.
3) Ketiga, tanggung jawab individual.
19
30
4) Keempat, keterampilan interpesonal dan kelompok kecil.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok.20
Tabel 2.1
Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok
yang lain hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogeny.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.
Keterampilan sosial yang diperluakan dalam bekerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, memercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
20
31
Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).
Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif, ada enam langkah dalam pembelajara
kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada. 21
Tabel 2.2
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1 :
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2:
Menyajikan Informasi.
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demosntrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa kedalam siswa kedalam kelompok keooperatif.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 :
Membimbing kelopmpok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5 :
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.
Fase 6 :
Memberikan penghargaan.
Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Menurut Robert Slavin dalam model-model pengajaran dan pembelajaran
oleh Miftahul Huda, TAI merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha
mengadaptasikan pembelajaran dengan pembelajaran individu siswa secara
akademik. Pengembangan TAI dapat mendukung praktik-praktik ruang kelas,
21
32
seperti pengelompokan siswa, pengelompokan di dalam kelas, pengajaran
terprogram, dan pengajaran berbasis komputer.
Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang
terbukti kurang efektif, selain untuk menunjukkan peningkatan pengetahuan,
kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.22
Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes
penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka
sendiri. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing
menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan
berbagai masalah. Tes terakhir yang dilakukan akan tanpa bantuan dari teman satu
tim.23
2. Sintak Pembelajaran TAI
Sintak pembelajaran TAI mencakup tahapan-tahapan konkret dalam
melaksanakan program tersebut.
1) TIM – dalam TAI, siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5
orang.
2) TES PENEMPATAN – siswa diberikan pre-test. Mereka ditempatkan
pada tingkatan yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja
mereka pada tes ini. Pre-test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran
dimulai, dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami
atau menguasai terhadap suatu materi.
3) MATERI – siswa mempelajari materi pelajaran yang akan didiskusikan.
22
Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta :PUSTAKA PELAJAR, 2013), hlm. 200
23
33
4) BELAJAR KELOMPOK – siswa melakukan belajar kelompok bersama
rekan-rekannya dalam satu tim.
5) SKOR dan REKOGNISI – hasil kerja siswa diberi score diakhir
pengajaran, dan setiap tim yang memenuhi kriteria sebagai “tim super”
harus memperoleh penghargaan (recognisi) dari guru.
6) KELOMPOK PENGAJARAN – guru memberikan pengajaran kepada
setiap kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan.
7) TES FAKTA – guru meminta siswa untuk mengerjakan tes-tes untuk
membuktikan kemampuan mereka yang sebenarnya. Post-test tujuannya
ialah untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa pada pengajaran
yang sudah disampaikan dan guru dapat mengetahui pengajaran itu
berhasil atau tidak dari hasil ini.24
3. Manfaat TAI (Tim Assisted Individualization)
Manfaat TAI termasuk kriteria pembelajaran efektif, diantaranya adalah
1) Meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan
rutin.
2) Melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang
heterogen.
3) Memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasionalnya
cukup sederhana.
4) Memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan
cepat dan akurat.
24
34
5) Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswi lain yang berbeda
sehingga tercipta sikap positif diantara mereka.
4. Kelebihan dan Kekurangan TAI (Tim Assisted Individualization) Kelebihan TAI
1) Mengurangi beban guru dalam mengoreksi tugas-tugas siswa dan dalam
menangani siswa yang lambat.
2) Guru masih punya waktu untuk mensdistribusikan waktunya pada
setiap kelas dengan berkurangnya waktu untuk “corrective instruction”
mengoreksi tugas-tugas siswa.
Sistem pemberian rewards pada tim akan memotivasi kerjasama siswa
dalam kelompok untuk bekerja secara cepat dan tepat.25
3) Melatih peserta didik untuk berkerja secara kelompok, malatih
keharmonisan dalam hidup bersama.
Kekurangan TAI
1. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TAI.
2. Apabila strategi pembelajaran tipe TAI ini baru diketahui, kemungkinan
peserta didik merasa bingung dan juga sebagian peserta didik bisa saja
mengganggu peserta didik yang lainnya.
35
BAB III
METODE DAN RENCANA PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian yang berjudul: “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif
Tipe TAI (Tim Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Pemahaman
Materi Pecahan Pada Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo” Tujuan utama
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman pada materi pecahan.
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang bermakna penelitian yang digunakan untuk meneliti sebuah
peristiwa tertentu untuk menemukan sebuah tindakan perbaikan atau perubahan
kearah yang lebih baik atau berkualitas.26
Di dalam dunia pendidikan penelitian tindakan dikembangkan untuk
melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu
pembelajaran. Dalam hal ini untuk membantu guru mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi di dalam kelasnya. Informasi ini bermanfaat untuk mengambil
keputusan yang bijak tentang metode atau media yang tepat untuk digunakan
dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi
siswa, kelas, sekolah secara keseluruhan.
Berdasarkan teknik analisis data pada penelitian ini, dapat dikategorikan
sebagai jenis penelitian kualitatif. Dikatakan demikian karena penelitian ini
berkonteks alamiah, dimana datanya berupa fenomena-fenomena yang terjadi
26
36
secara alami yang harus diperlakukan secara menyeluruh dan saling terkait satu
sama lain. Namun peneliti juga menggunakan angka sebagai ungkapan dari
pemahaman yang dikelola dan dianalisis secara kualitatif.
Dalam pelaksanaannya PTK ini menggunakan model Kurt Lewin, yang
terdiri dari empat langkah dalam satu siklus yaitu : perencanaan (planning), aksi
atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).
Gambar 3.1 Prosedur PTK Kurt Lewin
Dalam mengatasi suatu masalah mungkin diperlukan beberapa siklus, jika
masih ada hal-hal yang kurang berhasil. Untuk itu siklus kedua, ketiga dan
selanjutnya adalah perbaikan dari siklus yang sudah dilaksanakan. 27
B. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan
subjek penelitian.
27
37
a. Tempat penelitian
Tempat penelitian atau lokasi penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu: siklus 1 pada 11
januari 2016 dan siklus 2 pada 18 januari 2016, Penentuan waktu
penelitian mengacu pada kalender akademik Madrasah, karena Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan
proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
c. Siklus PTK
Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus, setiap siklus
dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan
(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui
kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan pemahaman pecahan
Matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe
TAI.
2. Subjek penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Miftahul
Huda Sidoarjo semester II tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa
sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswi
38
C. Variable yang Diteliti
Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab
pemasalahan yang dihadapi yaitu:
1. Variabel Input: Siswa kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo tahun ajaran
2015-2016.
2. Variabel Proses: Penerapan Stategi kooperatif tipe TAI (Tim Assisted
Individualization).
3. Variabel Output: Peningkatan pemahaman mata pelajaran Matematika materi
Pecahan.
D. Rencana Tindakan
Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
adalah modal Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas
empat langkah pokok yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Action),
(3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa:
1. Rencana tindakan
Dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan perencanaan
antara lain sebagai berikut:
a. Persiapan pelaksanaan PTK
Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi untuk
melaksanakan penelitian tindakan.
39
Memberikan simulasi kepada guru tentang penyelenggaraan dan
melakukan konsolidasi dengan guru tentang cara melakukan penelitian
dan job description. Persiapannya meliputi:
1) Menyusun instrumen dan sekenario penelitian.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan lembar observasi dan berbagai instrumen pengumpulan
data yang akan digunakan dalam penelitian.
4) Menyiapkan sumber belajar yang digunakan dalam penelitian.
5) Menyiapkan alat evaluasi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari sekenario yang telah
direncanakan, artinya tindakan yang dilakukan mengacu dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.
Pada masing-masing siklus terdiri dari rangkaian kegiatan
pembelajaran, Pada siklus I penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe
TAI diimplementasikan pada kagiatan ini. Diantara susunan pembelajarannya
adalah sebagai berikut:
Kegiatan awal
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Perwakilan dari salah satu siswa memimpin do’a bersama.
3. Guru menayakan kabar siswa.
4. Guru mengecek kehadiran siswa-siswi.
40
6. Guru mempersilahkan siswa untuk menyiapkan ATM (Alat Tulis Menulis),
buku paket, serta buku tulis Matematika.
7. Guru menyampaikan bahwasannya hari ini kita belajar “Mengubah pecahan
ke bentuk persen dan desimal”.
8. Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat siswa dalam
melakukan proses pembelajaran. Dengan memberikan contoh kegunaan
pelajaran pada hari ini.
9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
10. Guru memberikan pre-test kepada siswa.
Kegiatan Inti
1. Siswa mendengarkan sedikit penjelasan dari guru mengenai merubah pecahan
ke bentuk persen dan desimal.
2. Siswa membentuk kelompok kecil (terbagi menjadi 9 kelompok setiap
kelompok beranggota 4 orang).
3. Guru memberikan petunjuk menyelesaikan tugas kelompok.
4. Siswa bersama kelompoknya masing-masing menyelesaikan tugas kelompok
dengan berdiskusi.
5. Guru mengamati dan mendatangi kelompok-kelompok yang telah terbagi.
6. Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
7. Siswa memberikan penjelasan mengenai informasi yang mereka pahami.
8. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mempunyai skor palin
41
9. Guru memberikan kesimpulan dengan memberikan tanya jawab kepada siswa
tentang kegitan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan.
10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami mengenai pembelajaran.
Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan evaluasi pada siswa dengan memberikan post-test.
2. Guru melakukan umpan balik atas materi mengubah pecahan ke bentuk persen
dan desimal.
3. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan atas materi yang dipelajari hari
ini.
4. Guru merefleksi pembelajaran hari ini.
Kegiatan Tindak Lanjut
5. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mendorong peserta didik
mempelajari lagi materi pecahan selanjutnya.
6. Guru menyampaikan bahwasannya materi selanjutnya adalah “Mengoprasikan
penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan”.
7. Guru mengakhir materi pada hari ini dengan membaca Hamdalah.
8. Guru menutup dengan salam, “Wassalamualaikum Wr.Wb”.
Pada siklus II penerapan strategi pembelajaran kooperative tipe TAI
tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hanya terdapat
42
3. Pengamatan
Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada kegiatan
pembelajaran yang telah berlangsung. Adapun hal-hal yang diamati adalah
proses pembelajaran dan pengaruh penggunaan strategi pembelajaran
kooperative tipe TAI untuk peningkatan pemahaman materi pecahan pada
mata pelajaran matematika.
Dalam proses observasi yang menjadi fokus pengamatan adalah:
1) Keseluruhan aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan lembar instrumen observasi guru dan lembar
instrumen observasi siswa. (Terlampir).
2) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP.
4. Refleksi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah: 1. Mencatat hasil observasi, 2.
Mengevaluasi hasil observasi, 3. Menganalisis hasil pembelajaran, dan 4.
Mencatat kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan hasil penelitian
untuk dijadikan bahan penyusunan siklus berikutnya sampai pada tujuan
penelitian tercapai.28
Berikut hal-hal yang dilakukan ketika melaksanakan refleksi:
1) Implementasi Tindakan
a) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam pembelajaran
dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperative tipe TAI pada
peningkatan pemahaman materi pecahan mata pelajaran matematika.
43
2) Observasi
a) Menganalisis temuan saat melakukan observasi.
b) Melakukan refleksi terhadap penggunaan strategi pembelajaran
kooperative tipe TAI pada peningkatan pemahaman materi pecahan
mata pelajaran matematika.
b) Melakukan refleksi terhadap proses belajar siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
3) Tes Unjuk Kerja
Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.
4) Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada
siklus berikutnya.
Dalam tahap refleksi ini, jika hasil refleksi dari proses kegiatan
pembelajaran yang dilihat dari RPP, lembar observasi guru, lembar observasi
siswa sudah baik dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai
target yang direncanakan yakni sekurang-kurangnya 80%, maka siklus terhenti.
Jadi siklus akan berhenti ketika tidak ada yang harus diperbaiki.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Sumber data dalam PTK adalah sebagai berikut:
a. Siswa
Untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa pada materi
44
b. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi Strategi Pembelajaran
Kooperatif tipe TAI dan peningkatan pemahaman siswa pada materi
pecahan selama proses pembelajaran.
2. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti
observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk
memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini.
a. Observasi
Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, seberapa
proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan.
Dengan observasi, diharapkan gejala kekeliruan dalam rencana tindakan
dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana
tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.
Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TAI (instrumen lembar observasi aktivitas
guru terlampir). Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas guru
digunakan rumus :
...
...
Rumus 3.1Keterangan:
Ng = Nilai aktivitas guru
45
120 = Skor maksimal
2) Aktivitas siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran kooperatif tipe TAI (instrumen lembar observasi kegiatan
siswa terlampir). Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas siswa
digunakan rumus :
...
Rumus 3.2Keterangan:
Ns = Nilai aktivitas siswa
f = Jumlah skor yang diperoleh
88 = Skor maksimal
Kriteria penilaian aspek yang diamati adalah, mendapat nilai 1 jika
tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu; mendapat
nilai 2 jika dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu;
mendapat nilai 3 jika dilakukan, kurang efektif, sesuai aspek, tidak tepat
waktu; mendapat nilai 4 jika dilakukan, sesuai aspek , efektif, tepat waktu.
b. Wawancara
Adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data bagaimana pendapat siswa
maupun guru mengenai proses pembelajaran matematika materi pecahan