• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO

SKRIPSI Oleh:

SELVI APRIANTI NIM.D77212091

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Selvi Aprianti. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATERI PECAHAN PADA SISWA KELAS V MI MIFTAHUL HUDA SIDOARJO. Skripsi. Surabaya: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Juni 2016.

Kata kunci: TAI, pemahaman, pecahan.

Pembelajaran Matematika materi pecahan di kelas V sudah disampaikan dengan baik oleh guru mata pelajaran dan beberapa kali contoh serta latihan namun ada beberapa hal yang membuat siswa-siswi belum menguasai materi pecahan dan belum mencapai kriteria ketuntasan pemahaman, diantaranya adalah penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik berbeda. Dibuktikan dari 36 jumlah siswa kelas V, jika dipersentasekan ada 58,33% yang dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman dan sisanya yakni 41,67% yang dinyatakan sudah memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman.

Rumusan masalah dari penelitian adalah: bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dan bagaimana peningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Adapun tujuan penelitian diantaranya: penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dan peningkatan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari empat langkah dalam satu siklus yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dilakukan sebanyak dua siklus yaitu pada tanggal 11 januari 2016 dan 18 januari 2016. Peneliti dan guru secara kolaboratif mendiagnosis masalah, menentukan alternatif pemecahan, melakukan tindakan, mengevaluasi, melakukan refleksi, dan membuat kesimpul. TAI merupakan gabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Dimana siswa dibagi kedalam kelompok yang memiliki kemampuan berbeda, kelompok yang unggul mendapat penghargaan (reward).

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

C. Tindakan yang Dipilih ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Lingkup Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A. Pembelajaran Matematika ... 9

1. Pengertian Matematika ... 9

2. Langkah Pembelajaran Matematika di MI ... 10

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di MI ... 11

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di MI ... 12

5. Materi Pecahan ... 13

B. Peningkatan Pemahaman Materi Pecahan ... 15

1. Pengertian Peningkatan Pemahaman ... 15

2. Indikator Pemahaman ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 17

4. Evaluasi Pemahaman ... 21

C. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Tim Assisted Individualization) ... 26

1. Pengertian Pembelajaran TAI (Tim Assisted Individualization) ... 26

2. Sintak TAI (Tim Assisted Individualization) ... 32

3. Manfaat Pembelajaran TAI (Tim Assisted Individualization) ... 33

4. Kelebihan dan Kekurangan TAI (Tim Assisted Individualization) .. 34

BAB III METODE DAN RENCANA PENELITIAN ... 35

(9)

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 36

C.Variabel yang Diteliti ... 38

D.Rencana Tindakan ... 38

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Indikator Kinerja ... 49

G.Tim Peneliti dan Tugasnya ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A.Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP ... 85

A.Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai jenjang

Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sederajat hingga perguruan tinggi. Matematika

juga merupakan dasar dari beberapa ilmu, seperti statistika, akuntansi, fisika,

kimia, dan lain-lain. Mata pelajaran yang satu ini bukan hanya penting tapi

mempunyai nilai guna dalam kehidupan sehari-hari juga begitu banyak,

contohnya dalam bidang ekonomi untuk mengkalkulasi belanja rumah tangga

dengan hitungan, dalam bidang pendidikan untuk menilai hasil karya atau

kemampuan anak didik juga menggunakan hitungan dan angka, dan masih banyak

contoh yang lain yang membuktikan bahwasannya matematika begitu berperan

dalam kehidupan sehari-hari.

Tuntutan globalisasi di zaman sekarang pun menuntut para generasi

penerus untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tak terkecuali

matematika. Berdasarkan penjelasan mengenai pentingnya matematika tersebut,

setiap siswa-siswi diharapkan mampu untuk memahami dan menguasai mata

pelajaran ini melalui pembelajaran yang mereka peroleh di setiap jenjang

pendidikan khususnya dijenjang MI karena disinilah pemahaman awal terbentuk,

untuk itu peran seorang guru MI sangat dibutuhkan. Peran yang dimaksud disini

adalah pemahaman yang memadai dan bagaimana matematika yang memiliki

(11)

2

Tiga aspek yang dipelajari di tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah

Bilangan, Geometri dan pengukuran, dan juga Pengolahan data. Pecahan adalah

salah satu konsep yang terdapat pada aspek Bilangan. Pecahan adalah setiap

bilangan yang ditulis dalam bentuk pembagian. Dalam kehidupan sehari-hari

seringkali menerapkan konsep pecahan. Sebagai contoh sederhana sebuah

semangka dipotong menjadi dua bagian yang sama besar sehingga tiap-tiap bagian

adalah setengah. Penjelasan dalam Surat An-Nisaa’ ayat 11-12 juga merupakan

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan[272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua[273], Maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, Maka ia memperoleh separo harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal ...

[272] Bagian laki-laki dua kali bagian perempuan adalah karena kewajiban laki-laki lebih berat dari perempuan, seperti kewajiban membayar maskawin dan memberi nafkah. (Lihat surat An Nisaa ayat 34).

[273] Lebih dari dua Maksudnya : dua atau lebih sesuai dengan yang diamalkan Nabi.

Konsep pecahan ditingkat MI sudah mulai dikenalkan di kelas IV, namun

masih lingkup pengertian, urutan dan operasi pecahan (penjumlahan dan

(12)

3

pecahan (perkalian dan pembagian), untuk itu dibutuhkan pemahaman yang cukup

untuk konsep pecahan.

Proses membantu siswa-siswi dalam membangun konsep atau prinsip

dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing individu sehingga konsep

atau prinsip tersebut terbentuk adalah pengertian dari pembelajaran. Begitu pula

untuk pengertian pembelajaran Matematika, bagaimana siswa-siswi akan lebih

mudah menerima konsep atau prinsip yang telah diketahui dengan mencari

hubungan antar konsep-konsep yang diterima. Pentingnya diterapkan

pembelajaran yang menarik, dan dapat membuat siswa-siswi menjadi lebih aktif

dalam proses pembelajaran. Selain itu diharapkan pula agar siswa-siswi mampu

mengembangkan kreativitas yang dimiliki masing-masing individu, serta dapat

lebih mudah dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran matematika yang ideal seperti diparagraf sebelumnya belum

penulis temukan di pembelajaran matematika materi pecahan kelas V MI Miftahul

Huda Sidoarjo. Fakta ini penulis temukan setelah berkunjung langsung ke MI

Miftahul Huda dan melakukan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran

matematika kelas V. Dibuktikan dari 36 jumlah siswa-siswi kelas V yang sudah

memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman ada 15 siswa-siswi dan 21 siswa-siswi

sisanya masih belum memenuhi kriteria ketuntasan pemahaman.

Hasil ini didapat setelah dilakukannya tes untuk materi pecahan. Jika

dipersentasekan ada 58,33% yang dinyatakan belum memenuhi kriteria ketuntasan

(13)

4

ketuntasan pemahaman.1 Kriteria untuk ketuntasan pemahaman dalam kelas

adalah 80% jadi belum dikatakan tuntas jika hasil persentase menunjukkan nilai

dibawah 80%.

Pembelajaran Matematika materi pecahan di kelas V sudah disampaikan

dengan baik oleh guru mata pelajaran dan beberapa kali contoh serta latihan

namun ada beberapa hal yang membuat siswa-siswi belum menguasai materi

pecahan dan mencapai kriteria ketuntasan pemahaman yang ditentukan,

diantaranya penggunaan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi dan

kemampuan yang dimiliki masing-masing individu berbeda.

Alternatif yang dapat ditawarkan dari paparan tersebut adalah strategi

pembelajaran kooperatif tipe TAI (TIM ASSISTED INDIVIDUALIZATION).

Kooperatif ada berbagai macam, diantaranya adalah TAI yang diperkenalkan oleh

Robert E. Slavin.

TAI adalah pembelajaran dimana pada saat proses pembelajaran siswa

dibagi dalam kelompok – kelompok yang memiliki kemampuan berbeda – beda

(heterogen). Setiap kelompok terdiri dari empat anggota, kelompok yang unggul

akan diberikan penghargaan (reward). TAI merupakan gabungan dari

pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa-siswi saling membantu dan

saling memiliki ketergantungan secara positif, yang akhirnya membentuk sikap

gotong-royong dalam mencapai tujuan pembelajaran serta kemandirian belajar.

Setelah peneliti dan guru mata pelajaran sepakat, alternatif yang diterapkan ini

1

(14)

5

diharapkan pilihan yang paling banyak memberikan keuntungan baik untuk guru

pengampu mata pelajaran matamatika dan siswa-siswi khususnya kelas V MI

Miftahul Huda.

Keuntungan yang dapat diperoleh diantaranya: Meminimalisasi keterlibatan

guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin, Melibatkan guru untuk mengajar

kelompok-kelompok kecil yang heterogen, Memudahkan siswa untuk

melaksanakannya karena teknik operasionalnya cukup sederhana, Memotivasi

siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat,

Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswi lain yang berbeda

sehingga tercipta sikap positif diantara mereka.

Maka penulis ingin menyampaikan penelitian ini dengan menggunakan

judul “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Tim Assisted

Individualization) Untuk Meningkatkan Pemahaman Materi Pecahan Pada Siswa

Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo”.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang sudah dipaparkan, peneliti dapat meanrik rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI (Tim

Assisted Individualization) pada siswa kelas V di MI Miftahul Huda

(15)

6

2. Bagaimana peningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di

MI Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Tim Assisted Individualization)?

C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tindakan yang

dipilih oleh peneliti adalah diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe

TAI pada mata pelajaran Matematika siswa kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo.

Dengan diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI tersebut

siswa diharapkan dapat memahami pecahan secara tertulis. Penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe TAI ini tepat sekali digunakan dalam pembelajaran

Matematika, khususnya dalam meningkatkan pemahaman siswa. Karena dengan

menggunakan tipe TAI, siswa akan lebih mudah memahami pecahan.

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan

Setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

D. Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, dapat diambil tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Tim Assisted

(16)

7

2. Meningkatkan kemampuan pemahaman materi pecahan kelas V di MI

Miftahul Huda Sidoarjo dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TAI

(Tim Assisted Individualization).

E. Lingkup Penelitian

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada siswa kelas V MI Miftahul Huda

Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2015-2016.

2. Penelitian difokuskan pada mata pelajaran Matematika kelas V semester

genap materi pecahan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe

TAI.

3. Standar Kompetensi: Melakukan operasi hitung bilangan bulat dalam

pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar: Melakukan operasi hitung bilangan bulat termasuk

penggunaan sifat-sifatnya, pembulatan, dan penaksiran.

Indikator : 1. Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dan sebaliknya,

2. Mengubah pecahan biasa ke bentuk desimal dan sebaliknya.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga

Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penerapan strategi

(17)

8

serta penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan dan

memberikan kontribusi untuk lembaga atau institusi yang terkait.

2. Bagi Guru

Menambah pengalaman guru agar lebih mudah dalam menyampaikan

materi secara efisien dengan strategi pembelajaran yang bervariatif dan

menciptakan suasana menyenangkan dalam proses pembelajaran sehingga

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Bagi Siswa

Siswa agar lebih mudah dalam memahami materi yang disampaikan

guru, merasa senang dan dapat aktif dalam proses pembelajaran mata

pelajaran Matematika.

4. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan peneliti dalam penerapan Strategi

Pembelajaran Kooperatif tipe TAI dalam pembelajaran Matematika

(18)

9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Matematika di MI/SD 1. Pengertian Matematika

Matematika? Apa sebenarnya pengertian matematika itu?, yang terlintas

dalam pikiran jika menyebutkan kata matematika adalah angka, bilangan,

simbol-simbol, atau perhitungan. Kata matematika berasal dari bahasa latin,

manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari,”

sedang dalam bahasa belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti,

yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran.2

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada bidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan

matematika pada bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan

matematika diskrit. Untuk menguasahi dan mencipta teknologi masa depan

diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Tidak ada dafinisi secara diskripsi formal untuk matematika, untuk

mempermudahnya dapat diketahui dengan memperhatikan karakteristik yang

dipuyai oleh matematika diantaranya: memiliki objek kajian yang abstrak,

bertumpu pada kesempatan, berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang

2

(19)

10

kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, dan konsisten dalam

sistemnya.

2. Langkah Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Merujuk dari beberapa pendapat dari para ahli matematika MI/SD

dalam mengembangkan kreatifitas dan kompetensi siswa, maka guru

hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efesien, sesuai

dengan kurikulum dan pola pikir siswa. Mengajarkan matematika guru harus

memahami bahwa setiap siswa mempunyai kemampuan berbeda-beda serta

tidak semua siswa menyenangi mata pelajaran matematika.

Ada 3 kelompok besar yang merupakan konsep pada kurikulum di MI

atau sederajat yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep),

pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Untuk sampai pada

keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah yang benar yang sesuai

dengan kemampuan dan lingkungan siswa. langkah-langkahnya diantaranya:

1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) yaitu, pembelajaran suatu

konsep baru matematika, dimana ketika siswa belum pernah mempelajari

konsep tersebut. Dalam kurikulum menggunakan kata “mengenal”. Dalam

kegiatan konsep dasar ini, media dan alat peraga diharapkan dapat membantu

kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep

dengan tujuan siswa lebih memahami suatu konsep matematika. Ada dua

(20)

11

kelanjutan dari penanaman konsep dan yang kedua, pemahaman konsep

dilakukan pertemuan berbeda namun dengan lanjutan penanaman konsep.

3) Pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep

dan pemahaman konsep. Dengan tujuan agar siswa lebih terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Standar Isi Kurikulum 2006 menjelaskan pada tingkat MI/SD mata

pelajaran matematika diberikan untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi

untuk bertahan hidup dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif. Dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan

menggunakan matematika dalam pemecahan dan mengkomunikasikan ide

atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram dan media lain.

Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di MI adalah agar

siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga, dengan

pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam

penerapan matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,

sebagaimana yang disajikan oleh depdiknas Nomor 22 tahun 2006, sebagai

(21)

12

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritme.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan

dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masasah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk menjelaskan keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari.3

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah

Mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan MI/SD meliputi

aspek-aspek sebagai berikut:

1. Bilangan

Pada aspek bilangan yang dibahas adalah: sistem bilangan, bilangan

bulat dan operasinya serta sifat-sifat operasi hitung bilangan, bilangan

rasional, bilangan real, bilangan prima, bilangan romawi, pecahan,

Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK), Faktor Persekutuan Terbesar

(FPB), pola bilangan, barisan dan deret (Aritmatika dan Geometri).

3

(22)

13

2. Geometri dan pengukuran

Pada aspek ini yang dibahas adalah: segiempat, segitiga, dalil

pytagoras, kesejajaran dan kesebangunan, keliling dan luas lingkaran,

sudut pusat, sudut keliling, garis singgung lingkaran, segitiga pada

lingkaran,sistem koordinat, bangun ruang (kubus, balok, prisma, limas,

tabung, kerucut, bola), alat pengukuran waktu, panjang, dan berat, waktu,

jarak, dan kecepatan.

3. Pengolahan data4

Pada aspek ini ada dua kompetensi yang perlu dicapai yakni: 1.

Mengumpulkan dan mengolah data untuk indikatornya sendiri terdiri dari;

mengumpulkan dan membaca data, mengolah dan menyajikan data dalam

bentuk tabel, dan menafsirkan sajian data dan 2. Menyelesaikan masalah

yang berkaitan dengan data untuk indikator kompetensi ini terdiri dari;

menyajikan data kebentuk tabel dan diagram gambar, batang dan

lingkaran; menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data;

mengurutkan data termasuk menentukan nilai tertinggi dan terendah; dan

menafsirkan hasil pengolahan data.

5. Materi Pecahan

Menjadikan pecahan biasa ke bentuk persen

Untuk mengubah pecahan ke bentuk persen dengan mengubah penyebutnya.

Penyebutnya diubah menjadi perseratus. Persen adalah bilangan pecahan

yang penyebutnya 100. Pada gambar di bawah terdapat 100 persegi.

(23)

14

Bagian yang diarsir 75 bagian dari 100 bagian. Sebagai pecahan dibaca 75

perseratus atau 75 persen yang ditulis 75%.

100

Perhatikan contoh berikut:

Cara 1 Cara 2

Menjadikan pecahan biasa ke bentuk desimal

Dengan mengganti penyebutnya menjadi 10, 100, 1000, 10000. Atau

dalam bentuk 1 , 1 , 1 .

100 1000 10000 3 = 3 x 25 = 75 = 75%

4 4 25 100

3 x 100% = 75%

(24)

15

Perhatikan contoh berikut.5

B. Peningkatan Pemahaman Materi Pecahan 1. Pengertian Pemahaman

Beberapa pengertian tentang pemahaman telah diungkapkan oleh para

ahli, menurut Nana Sudjana, pemahaman adalah hasil belajar, misalnya

peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa

yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah

dicontohkan oleh guru dan menggunakan petunjuk penerapan pada kasus

lain.6

Pemahaman adalah tingkatan kemampuan yang mengharapkan

seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang

diketahuinya. Dalam hal ini ia tidak hanya hafal secara verbalitas, tetapi

memahami konsep dari masalah atau fakta yang ditanyakan, maka

operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menyajikan,

5

Lusia Tri Astuti, Matematika untuk Sekolah Dasar kelas V, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009.), hlm. 97-99

6

(25)

16

mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi

contoh, memperkirakan, menentukan, dan mengambil keputusan.7

Di dalam ranah kognitif menunjukkan tingkatan-tingkatan

kemampuan yang dicapai dari yang terendah sampai yang tertinggi. Dapat

dikatakan bahwa pemahaman tingkatannya lebih tinggi dari sekedar

pengetahuan. Definisi pemahaman menurut Anas Sudijono adalah

"kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah

sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah

mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berpikir yang setingkat lebih

tinggi dari ingatan dan hafalan.8

2. Indikator Pemahaman Konsep

Killpatrick dan Findell dalam Dasari dalam PROSIDING Seminar

Nasional Pendidikan, menyatakan tujuh indikator pemahaman konsep yaitu;

1. Kemampuan menyatakan ulang konsep yang telah dipelajari.

2. Kemampuan mengklasifikasi objek-objek berdasarkan dipenuhi atau

tidaknya pesyaratan yang membentuk konsep tersebut.

3. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma.

4. Kemampuan memberikan contoh dari konsep yang telah dipelajari.

5. Kemampuan menyajikan konsep dari berbagai macam bentuk

representasi matematika.

7

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cet. ke-17, hlm. 44

8

(26)

17

6. Kemampuan mengaitkan berbagai konsep.

7. Kemampuan mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu

konsep.9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemahaman

Pencapaian terhadap tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan

tolak ukur awal dari keberhasilan suatu pembelajaran. Secara prosedural,

siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai

tujuan pembelajaran yang ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan

guru secara langsung dengan tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes

formatif yang diadakan oleh lembaga pendidikan dengan baik. Kategori baik

ini dilihat dengan tingkat ketercapaian kriteria ketuntasan pemahaman. Untuk

itu pasti terdapat hal-hal yang melatarbelakangi keberhasilan belajar siswa.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus

keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah

sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai

dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi

kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi

kegiatan belajar siswa. Dalam hal ini tujuan yang dimaksud adalah

pembuatan Tujuan Intruksional Khusus (TIK) oleh guru yang berpedoman

pada Tujuan Instruksional Umum (TIU). Penulisan Tujuan Instruksional

9

(27)

18

Khusus (TIK) ini dinilai sangat penting dalam proses belajar mengajar,

dengan alasan:10

1) Membatasi tugas dan menghilangkan segala kekaburan dan kesulitan di

dalam pembelajaran.

2) Menjamin dilaksanakannya proses pengukuran dan penilaian yang tepat

dalam menetapkan kualitas dan efektifitas pengalaman belajar siswa.

3) Dapat membantu guru dalam menentukan strategi yang optimal untuk

keberhasilan belajar.

4) Berfungsi sebagai rangkuman pelajaran yang akan diberikan sekaligus

pedoman awal dalam belajar.

b. Guru

Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu

pengetahuan pada peserta didik di sekolah. Guru adalah orang yang

berpengalaman dalam bidang profesinya. Di dalam satu kelas peserta didik

satu berbeda dengan lainnya, untuk itu setiap individu berbeda pula

keberhasilan belajarnya.

Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru dituntut untuk

memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai dengan keadaan

peserta didik, sehingga semua peserta didik akan mencapai tujuan

pembelajaran yang diharapkan.11

10

Ivor K Davies, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: CV Rajawali Pers, 1991) hlm. 96 11

(28)

19

c. Peserta didik

Peserta didik adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah untuk

belajar bersama guru dan teman sebayanya. Mereka memiliki latar belakang

yang berbeda, bakat, minat, dan potensi yang berbeda pula. Sehingga dalam

satu kelas pasti terdiri dari peserta didik yang bervariasi karakteristik dan

kepribadiannya.

Hal ini berakibat pada berbeda pula cara penyerapan materi atau tingkat

pemahaman setiap peserta didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa

peserta didik adalah unsur manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar

mengajar skaligus hasil belajar atau pemahaman peserta didik.12

d. Kegiatan pengajaran

Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara guru dengan

peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini

merujuk pada proses pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat

dipengaruhi oleh bagaimana keterampilan guru dalam mengolah kelas.

Komponen-komponen tersebut meliputi; pemilihan strategi pembelajaran,

penggunaan media dan sumber belajar, pembawaan guru, dan sarana

prasarana pendukung. Kesemuanya itu akan sangat menentukan kualitas

belajar siswa. Di mana hal-hal tersebut jika dipilih dan digunakan secara

tepat, maka akan menciptakan suasana belajar yang PAKEMI (Pembelajaran

Aktif Kreatif Efektif Menyenangkan dan Inovatif).

12

(29)

20

e. Suasana evaluasi

Keadaan kelas yang tenang, aman, dan disiplin juga berpengaruh terhadap

tingkat pemahaman peserta didik pada materi (soal) ujian yang sedang

mereka kerjakan. Hal itu berkaitan dengan konsentrasi dan kenyamanan

siswa. Mempengaruhi bagaimana siswa memahami soal berarti pula

mempengaruhi jawaban yang diberikan siswa. Jika hasil belajar siswa tinggi,

maka tingkat keberhasilan proses belajar mengajar akan tinggi pula.

f. Bahan dan alat evaluasi

Bahan dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapat dalam

kurikulum yang diguanakan untuk mengukur pemahaman siswa. Alat

evaluasi meliputi cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi, misalnya

dengan memberikan butir soal bentuk benar-salah (true-false), pilihan ganda

(multiple-choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completation), dan

essay. Dalam penggunaannya, guru tidak harus memilih hanya satu alat

evaluasi tetapi bisa menggabungkan lebih dari satu alat evaluasi.

Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pula pada bahan

evaluasi atau soal yang diberikan guru kepada siswa. Jika siswa telah mampu

mengerjakan atau menjawab bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat

dikatakan paham terhadap materi yang telah diberikan.

Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman atau keberhasilan belajar

(30)

21

a. Faktor internal (dari diri sendiri)

1) Faktor jasmaniah (fisiologi) meliputi: keadaan panca indra yang sehat

tidak mengalami cacat (gangguan) tubuh, sakit atau perkembangan yang

tidak sempurna.

2) Faktor psikologi, meliputi: keintelektualan (kecerdasan), minat, bakat, dan

potensi prestasi yang dimiliki.

3) Faktor pematangan fisik atau psikis.

b. Faktor eksternal (dari luar diri)

1) Faktor sosial meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,

lingkungan kelompok, dan lingkungan masyarakat.

2) Faktor budaya meliputi: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan

kesenian.

3) Faktor lingkungan fisik meliputi: fasilitas rumah dan sekolah.

4) Faktor lingkungan spiritual (keagamaan).

4. Evaluasi Pemahaman

Mehrens & Lehmann dalam Ngalim Purwanto mengartikan evaluasi

adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi

yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.13 Dari

pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi merupakan suatu proses yang

sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data

tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam evaluasi, yaitu:

13

(31)

22

1) Evaluasi adalah kegiatan yang sistematis, ini berarti bahwa evaluasi adalah

kegiatan yang terencana dan dilakukan berkesinambungan.

2) Evaluasi memerlukan data yang menyangkut objek yang sedang

dievaluasi.

3) Setiap kegiatan evaluasi tidak dapat dilepaskan dari tujuan-tujuan

pengajaran yang hendak dicapai.

Agar penilaian tidak hanya orientasikan pada hasil, maka evaluasi hasil

belajar memiliki sasaran ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang

diklarifikasikan menjadi tiga ranah yaitu:14

a. Ranah Kognitif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.

b. Ranah Afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan

dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.

c. Ranah Psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan

mengoperasikan mesin.

a. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif atau Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup

kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut

aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu

terdapat enam jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai

jenjang yang tertinggi yang meliputi 6 tingkatan antara lain:

14

(32)

23

1) Pengetahuan (knowledge)

Pada level atau tingkatan terendah ini dimaksudkan sebagai kemampuan

mengingat kembali materi yang telah dipelajari.

2) Pemahaman (Comprehension)

Pada level atau tingkatan kedua ini, pemahaman diartikan sebagai

kemampuan memahami materi tertentu.

3) Penerapan (Aplication)

Pada level atau tingkatan ketiga ini, aplikasi dimaksudkan sebagai

kemampuan untuk menerapkan informasi dalam situasi nyata atau kemampuan

menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kategori atau tingkatan ke-4 dalam taksonomi Bloom

tentang ranah (domain) kognitif. Analisis merupakan kemampuan menguraikan

suatu materi menjadi bagian-bagiannya.

5) Sintesis (Synthesis)

Level kelima adalah sintesis yang dimaknai sebagai kemampuan untuk

memproduksi.

6) Evaluasi (Evaluation)

Level ke-6 dari taksonomi Bloom pada ranah kognitif adalah evaluasi.

Kemampuan melakukan evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai

(33)

24

b. Ranah Afektif

Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi,

misalnya perasaan, nilai, penghargaan, semangat, minat, motivasi, dan sikap.

Lima kategori ranah ini diurutkan mulai dari perilaku yang sederhana hingga yang

paling kompleks:

1) Penerimaan (Receiving)

Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon

terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar

terendah dalam domain afektif. Dan kemampuan untuk menunjukkan atensi

dan penghargaan terhadap orang lain.

2) Responsive (Responding)

Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat

secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kemampuan berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran dan selalu termotivasi untuk segera bereaksi dan

mengambil tindakan atas suatu kejadian.

3) Nilai yang dianut (Value)

Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek

atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau

tidak menghiraukan.

4) Organisasi (Organization)

Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat

(34)

25

suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu

filsafat hidup.

5) Karakterisasi (characterization)

Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat

berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan

lebih mudah diperkirakan.

c. Ranah Psikomotorik

Ranah Psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani,

keterampilan motorik dan kemampuan fisik. Ketrampilan ini dapat diasah jika

sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan,

ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan. Ada tujuh kategori dalam ranah

psikomotorik mulai dari tingkat yang sederhana hingga tingkat yang rumit.

1) Peniruan

Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi

respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol

otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak

sempurna.

2) Manipulasi

Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan,

penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan

melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut

petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.

(35)

26

Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi

dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan

dibatasi sampai pada tingkat minimum.

4) Artikulasi

Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat

urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal

diantara gerakan-gerakan yang berbeda.

5) Pengalamiahan

Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit

mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin.

Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain

psikomotorik.

C. Strategi Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Tim Assisted Individualization)

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI

Strategi mempunyai arti suatu garis-garis besar haluan untuk

bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika

dihubungkan dengan strategi belajar mengajar dapat diartikan sebagai

pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam kegiatan belajar mengajar.

(36)

27

pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.15

Jamal Ma’mur Asmani berpendapat dalam bukunya bahwasannya ada

empat strategi dasar dalam proses belajar mengajar.

1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkah laku serta kepribadian peserta didik seperti yang diharapkan

2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat

3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan

oleh guru dalam melaksanakan kegiatan mengajar

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan, atau kriteria

serta standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pedoman guru dalam

melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar, yang selanjutnya

dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem intruksional yang

bersangkutan secara keseluruhan.

Strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan tindakan

strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual

yang efektif dan efisien, untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi

pembelajaran berhubungan langsung dengan cara-cara yang dipilih oleh guru

15

(37)

28

untuk menyampaikan materi pembelajaran oleh karena itu strategi

pembelajaran adalah keseluruhan bagian dari pembelajaran.16

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih

diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang

untuk membantu peserta didik dalam menuntaskan tujuan pembelajaran

tertentu. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian pada akhir tugas. 17

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis,

pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja secara kelompok untuk saling

membantu memecahkan permasalahan yang kompleks. Jadi hakikat sosial

dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran

kooperatif.18

Penerapan pembelajaran kooperatif, setiap murid didorong untuk

mengembangkan kemampuan interpersonalnya melalui tugas-tugas yang

disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Selanjutnya, murid

akan merasa terbantu dengan adanya kelompok yang bersatu padu yang

berguna untuk membantu guru meningkatkan pemahaman pada peserta didik

yang malu bertanya. Sebab, dengan sosok yang menjelaskan adalah teman

16Jamal Ma’mur Asmani

, 7 Tips Aplikasi PAKEM, (Jogjakarta: DIVA Press, 2014), hlm.26-27 17

Agus Suprijono, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM , (Celeban Timur: PUSTAKA PELAJAR, 2009), hlm.54-55

18

(38)

29

sebayanya dan temannya sendiri, hal itu tentu lebih menyenangkan serta

dapat menekan rasa sungkan. Adapun untuk siswa yang memiliki

kemampuan yang lebih, model kelompok akan menguntungkan dalam hal

memotivasi penyusunan tugas akan lebih baik dari temannya.

Tidak hanya dari sisi peserta didik saja yang diuntungkan melainkan

guru juga sangat diuntungkan. Dengan kooperatif memudahkan guru untuk

penyampaian materi pelajaran tanpa harus mengeluarkan banyak energi.

Penerapan kooperatif akan mendapatkan mendatangkan keuntungan apa

bila interaksi antar murid berlangsung dengan intensif. Sebaliknya kualitas

kelompok rendah jika para anggota kelompok jarang berinteraksi.

Pembentukan kelompok menuntut kejelian guru, seorang guru harus

menetapkan peraturan kelompok, baik berhubungan dengan sikap kerja,

pengaturan tugas dan peran dalam kelompok, serta mengawasi perkembangan

setiap murid.19

Ada lima unsur penting dalam belajar kooperatif menurut Johnson &

Sutton dalam Trianto.

1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam

belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2) Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif

akan meningkatkan interaksi antara siswa.

3) Ketiga, tanggung jawab individual.

19

(39)

30

4) Keempat, keterampilan interpesonal dan kelompok kecil.

5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa

proses kelompok.20

Tabel 2.1

Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok

yang lain hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”.

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogeny.

Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperluakan dalam bekerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, memercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

20

(40)

31

Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).

Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif, ada enam langkah dalam pembelajara

kooperatif. Langkah-langkah itu ditunjukan pada. 21

Tabel 2.2

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1 :

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2:

Menyajikan Informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demosntrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa kedalam siswa kedalam kelompok keooperatif.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4 :

Membimbing kelopmpok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 :

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil karyanya.

Fase 6 :

Memberikan penghargaan.

Guru mencari cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Menurut Robert Slavin dalam model-model pengajaran dan pembelajaran

oleh Miftahul Huda, TAI merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha

mengadaptasikan pembelajaran dengan pembelajaran individu siswa secara

akademik. Pengembangan TAI dapat mendukung praktik-praktik ruang kelas,

21

(41)

32

seperti pengelompokan siswa, pengelompokan di dalam kelas, pengajaran

terprogram, dan pengajaran berbasis komputer.

Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang

terbukti kurang efektif, selain untuk menunjukkan peningkatan pengetahuan,

kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.22

Dalam TAI, para siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes

penempatan dan kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka

sendiri. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing

menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan

berbagai masalah. Tes terakhir yang dilakukan akan tanpa bantuan dari teman satu

tim.23

2. Sintak Pembelajaran TAI

Sintak pembelajaran TAI mencakup tahapan-tahapan konkret dalam

melaksanakan program tersebut.

1) TIM – dalam TAI, siswa dibagi ke dalam tim-tim yang beranggotakan 4-5

orang.

2) TES PENEMPATAN – siswa diberikan pre-test. Mereka ditempatkan

pada tingkatan yang sesuai dalam program individual berdasarkan kinerja

mereka pada tes ini. Pre-test yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran

dimulai, dan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami

atau menguasai terhadap suatu materi.

3) MATERI – siswa mempelajari materi pelajaran yang akan didiskusikan.

22

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta :PUSTAKA PELAJAR, 2013), hlm. 200

23

(42)

33

4) BELAJAR KELOMPOK – siswa melakukan belajar kelompok bersama

rekan-rekannya dalam satu tim.

5) SKOR dan REKOGNISI – hasil kerja siswa diberi score diakhir

pengajaran, dan setiap tim yang memenuhi kriteria sebagai “tim super”

harus memperoleh penghargaan (recognisi) dari guru.

6) KELOMPOK PENGAJARAN – guru memberikan pengajaran kepada

setiap kelompok tentang materi yang sudah didiskusikan.

7) TES FAKTA – guru meminta siswa untuk mengerjakan tes-tes untuk

membuktikan kemampuan mereka yang sebenarnya. Post-test tujuannya

ialah untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa pada pengajaran

yang sudah disampaikan dan guru dapat mengetahui pengajaran itu

berhasil atau tidak dari hasil ini.24

3. Manfaat TAI (Tim Assisted Individualization)

Manfaat TAI termasuk kriteria pembelajaran efektif, diantaranya adalah

1) Meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan

rutin.

2) Melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang

heterogen.

3) Memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasionalnya

cukup sederhana.

4) Memotivasi siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan

cepat dan akurat.

24

(43)

34

5) Memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswi lain yang berbeda

sehingga tercipta sikap positif diantara mereka.

4. Kelebihan dan Kekurangan TAI (Tim Assisted Individualization) Kelebihan TAI

1) Mengurangi beban guru dalam mengoreksi tugas-tugas siswa dan dalam

menangani siswa yang lambat.

2) Guru masih punya waktu untuk mensdistribusikan waktunya pada

setiap kelas dengan berkurangnya waktu untuk “corrective instruction”

mengoreksi tugas-tugas siswa.

Sistem pemberian rewards pada tim akan memotivasi kerjasama siswa

dalam kelompok untuk bekerja secara cepat dan tepat.25

3) Melatih peserta didik untuk berkerja secara kelompok, malatih

keharmonisan dalam hidup bersama.

Kekurangan TAI

1. Tidak semua mata pelajaran cocok diajarkan dengan strategi

pembelajaran kooperatif tipe TAI.

2. Apabila strategi pembelajaran tipe TAI ini baru diketahui, kemungkinan

peserta didik merasa bingung dan juga sebagian peserta didik bisa saja

mengganggu peserta didik yang lainnya.

(44)

35

BAB III

METODE DAN RENCANA PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang berjudul: “Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif

Tipe TAI (Tim Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Pemahaman

Materi Pecahan Pada Siswa Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo” Tujuan utama

dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman pada materi pecahan.

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) yang bermakna penelitian yang digunakan untuk meneliti sebuah

peristiwa tertentu untuk menemukan sebuah tindakan perbaikan atau perubahan

kearah yang lebih baik atau berkualitas.26

Di dalam dunia pendidikan penelitian tindakan dikembangkan untuk

melakukan penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu

pembelajaran. Dalam hal ini untuk membantu guru mengetahui apa yang

sebenarnya terjadi di dalam kelasnya. Informasi ini bermanfaat untuk mengambil

keputusan yang bijak tentang metode atau media yang tepat untuk digunakan

dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi

siswa, kelas, sekolah secara keseluruhan.

Berdasarkan teknik analisis data pada penelitian ini, dapat dikategorikan

sebagai jenis penelitian kualitatif. Dikatakan demikian karena penelitian ini

berkonteks alamiah, dimana datanya berupa fenomena-fenomena yang terjadi

26

(45)

36

secara alami yang harus diperlakukan secara menyeluruh dan saling terkait satu

sama lain. Namun peneliti juga menggunakan angka sebagai ungkapan dari

pemahaman yang dikelola dan dianalisis secara kualitatif.

Dalam pelaksanaannya PTK ini menggunakan model Kurt Lewin, yang

terdiri dari empat langkah dalam satu siklus yaitu : perencanaan (planning), aksi

atau tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting).

Gambar 3.1 Prosedur PTK Kurt Lewin

Dalam mengatasi suatu masalah mungkin diperlukan beberapa siklus, jika

masih ada hal-hal yang kurang berhasil. Untuk itu siklus kedua, ketiga dan

selanjutnya adalah perbaikan dari siklus yang sudah dilaksanakan. 27

B. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, dan

subjek penelitian.

27

(46)

37

a. Tempat penelitian

Tempat penelitian atau lokasi penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan di Kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu: siklus 1 pada 11

januari 2016 dan siklus 2 pada 18 januari 2016, Penentuan waktu

penelitian mengacu pada kalender akademik Madrasah, karena Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan

proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

c. Siklus PTK

Penelitian ini direncanakan menggunakan dua siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui

kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan pemahaman pecahan

Matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe

TAI.

2. Subjek penelitian

Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Miftahul

Huda Sidoarjo semester II tahun ajaran 2015-2016 dengan jumlah siswa

sebanyak 36 siswa, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswi

(47)

38

C. Variable yang Diteliti

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan titik incar untuk menjawab

pemasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Variabel Input: Siswa kelas V MI Miftahul Huda Sidoarjo tahun ajaran

2015-2016.

2. Variabel Proses: Penerapan Stategi kooperatif tipe TAI (Tim Assisted

Individualization).

3. Variabel Output: Peningkatan pemahaman mata pelajaran Matematika materi

Pecahan.

D. Rencana Tindakan

Model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

adalah modal Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas

empat langkah pokok yaitu: (1) Perencanaan (Planning), (2) Tindakan (Action),

(3) Pengamatan (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection).

Penelitian ini dilakukan dengan memberikan tindakan berupa:

1. Rencana tindakan

Dalam tahap perencanaan ini peneliti melakukan kegiatan perencanaan

antara lain sebagai berikut:

a. Persiapan pelaksanaan PTK

Dalam hal ini peneliti bekerjasama dengan guru bidang studi untuk

melaksanakan penelitian tindakan.

(48)

39

Memberikan simulasi kepada guru tentang penyelenggaraan dan

melakukan konsolidasi dengan guru tentang cara melakukan penelitian

dan job description. Persiapannya meliputi:

1) Menyusun instrumen dan sekenario penelitian.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyiapkan lembar observasi dan berbagai instrumen pengumpulan

data yang akan digunakan dalam penelitian.

4) Menyiapkan sumber belajar yang digunakan dalam penelitian.

5) Menyiapkan alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari sekenario yang telah

direncanakan, artinya tindakan yang dilakukan mengacu dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat.

Pada masing-masing siklus terdiri dari rangkaian kegiatan

pembelajaran, Pada siklus I penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe

TAI diimplementasikan pada kagiatan ini. Diantara susunan pembelajarannya

adalah sebagai berikut:

Kegiatan awal

1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam.

2. Perwakilan dari salah satu siswa memimpin do’a bersama.

3. Guru menayakan kabar siswa.

4. Guru mengecek kehadiran siswa-siswi.

(49)

40

6. Guru mempersilahkan siswa untuk menyiapkan ATM (Alat Tulis Menulis),

buku paket, serta buku tulis Matematika.

7. Guru menyampaikan bahwasannya hari ini kita belajar “Mengubah pecahan

ke bentuk persen dan desimal”.

8. Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat siswa dalam

melakukan proses pembelajaran. Dengan memberikan contoh kegunaan

pelajaran pada hari ini.

9. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

10. Guru memberikan pre-test kepada siswa.

Kegiatan Inti

1. Siswa mendengarkan sedikit penjelasan dari guru mengenai merubah pecahan

ke bentuk persen dan desimal.

2. Siswa membentuk kelompok kecil (terbagi menjadi 9 kelompok setiap

kelompok beranggota 4 orang).

3. Guru memberikan petunjuk menyelesaikan tugas kelompok.

4. Siswa bersama kelompoknya masing-masing menyelesaikan tugas kelompok

dengan berdiskusi.

5. Guru mengamati dan mendatangi kelompok-kelompok yang telah terbagi.

6. Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

7. Siswa memberikan penjelasan mengenai informasi yang mereka pahami.

8. Guru memberikan penghargaan untuk kelompok yang mempunyai skor palin

(50)

41

9. Guru memberikan kesimpulan dengan memberikan tanya jawab kepada siswa

tentang kegitan pembelajaran yang baru saja dilaksanakan.

10. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang

belum dipahami mengenai pembelajaran.

Kegiatan Akhir

1. Guru memberikan evaluasi pada siswa dengan memberikan post-test.

2. Guru melakukan umpan balik atas materi mengubah pecahan ke bentuk persen

dan desimal.

3. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan atas materi yang dipelajari hari

ini.

4. Guru merefleksi pembelajaran hari ini.

Kegiatan Tindak Lanjut

5. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk mendorong peserta didik

mempelajari lagi materi pecahan selanjutnya.

6. Guru menyampaikan bahwasannya materi selanjutnya adalah “Mengoprasikan

penjumlahan dan pengurangan berbagai bentuk pecahan”.

7. Guru mengakhir materi pada hari ini dengan membaca Hamdalah.

8. Guru menutup dengan salam, “Wassalamualaikum Wr.Wb”.

Pada siklus II penerapan strategi pembelajaran kooperative tipe TAI

tidak berbeda jauh dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hanya terdapat

(51)

42

3. Pengamatan

Dalam tahap ini peneliti melakukan pengamatan pada kegiatan

pembelajaran yang telah berlangsung. Adapun hal-hal yang diamati adalah

proses pembelajaran dan pengaruh penggunaan strategi pembelajaran

kooperative tipe TAI untuk peningkatan pemahaman materi pecahan pada

mata pelajaran matematika.

Dalam proses observasi yang menjadi fokus pengamatan adalah:

1) Keseluruhan aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan lembar instrumen observasi guru dan lembar

instrumen observasi siswa. (Terlampir).

2) Kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan RPP.

4. Refleksi

Pada tahap ini yang dilakukan adalah: 1. Mencatat hasil observasi, 2.

Mengevaluasi hasil observasi, 3. Menganalisis hasil pembelajaran, dan 4.

Mencatat kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan hasil penelitian

untuk dijadikan bahan penyusunan siklus berikutnya sampai pada tujuan

penelitian tercapai.28

Berikut hal-hal yang dilakukan ketika melaksanakan refleksi:

1) Implementasi Tindakan

a) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru dalam pembelajaran

dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperative tipe TAI pada

peningkatan pemahaman materi pecahan mata pelajaran matematika.

(52)

43

2) Observasi

a) Menganalisis temuan saat melakukan observasi.

b) Melakukan refleksi terhadap penggunaan strategi pembelajaran

kooperative tipe TAI pada peningkatan pemahaman materi pecahan

mata pelajaran matematika.

b) Melakukan refleksi terhadap proses belajar siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

3) Tes Unjuk Kerja

Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

4) Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan pada

siklus berikutnya.

Dalam tahap refleksi ini, jika hasil refleksi dari proses kegiatan

pembelajaran yang dilihat dari RPP, lembar observasi guru, lembar observasi

siswa sudah baik dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai

target yang direncanakan yakni sekurang-kurangnya 80%, maka siklus terhenti.

Jadi siklus akan berhenti ketika tidak ada yang harus diperbaiki.

E. Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data dalam PTK adalah sebagai berikut:

a. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa pada materi

(53)

44

b. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi Strategi Pembelajaran

Kooperatif tipe TAI dan peningkatan pemahaman siswa pada materi

pecahan selama proses pembelajaran.

2. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data seperti

observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Hal ini dimaksudkan untuk

memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini.

a. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa

pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, seberapa

proses yang terjadi dapat diharapkan menuju sasaran yang diharapkan.

Dengan observasi, diharapkan gejala kekeliruan dalam rencana tindakan

dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat dilakukan modifikasi rencana

tindakan sebelum berjalan lebih lanjut.

Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:

1) Aktivitas guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe TAI (instrumen lembar observasi aktivitas

guru terlampir). Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas guru

digunakan rumus :

...

...

Rumus 3.1

Keterangan:

Ng = Nilai aktivitas guru

(54)

45

120 = Skor maksimal

2) Aktivitas siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran kooperatif tipe TAI (instrumen lembar observasi kegiatan

siswa terlampir). Untuk menghitung nilai hasil observasi aktivitas siswa

digunakan rumus :

...

Rumus 3.2

Keterangan:

Ns = Nilai aktivitas siswa

f = Jumlah skor yang diperoleh

88 = Skor maksimal

Kriteria penilaian aspek yang diamati adalah, mendapat nilai 1 jika

tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif, tidak tepat waktu; mendapat

nilai 2 jika dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak efektif dan tidak tepat waktu;

mendapat nilai 3 jika dilakukan, kurang efektif, sesuai aspek, tidak tepat

waktu; mendapat nilai 4 jika dilakukan, sesuai aspek , efektif, tepat waktu.

b. Wawancara

Adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang

yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data bagaimana pendapat siswa

maupun guru mengenai proses pembelajaran matematika materi pecahan

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2  Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Gambar 3.1 Prosedur PTK Kurt Lewin
 Gambar 4.1 Siswa megerjakan soal pre-test
+7

Referensi

Dokumen terkait

akan meningkat 0,427. Sebaliknya, jika harga menurun 1% maka keputusan pembelian menurun 0,427. Disini harga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur selaludipanjatkan kehadirat Allah SWT dengansegala rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

ROA ( return on asset ) yang merupakan rasio dengan kemampuan perusahaannya dalam memanfaatkan aktiva, bank BTN sebagai bank perumahan dalam meningkatkan ROA pada

Berdasarkan latar belakang diatas, maka untuk membantu dalam pencarian lokasi pondok pesantren bagi para pendatang , dibangunlah sebuah aplikasi yang dapat membantu dalam

Kesadaran akan kualitas kopi premium lokal inilah yang menjadi dasar bagi pemilik Kedai Kopi Oma Chim yang berlokasi di Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang ini untuk membuka

 Sebuah struktur bisa terdiri dari elemen atau record. struktur yang

Berdasarkan hasil koreksi aritmatik dan evaluasi penawaran terhadap 4 (empat) peserta yang memasukkan penawaran, Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Kabupaten Aceh Barat Daya, sesuai

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah leadership style dapat secara langsung mempengaruhi management control systemUMKM sektor garmen yang ada di