• Tidak ada hasil yang ditemukan

ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Sri Rahmah Ramadhoni (B53213069), Islamic Cognitive Restructuring dalam Menangani Konsep Diri Rendah Seorang Siswa Kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

Fokus penelitian ini adalah, 1) Bagaimana proses Islamic Cognitive

Restructuringdalam menangani konsep diri rendah seorang siswa kelas VIII di

SMP Khadijah Surabaya? 2) Bagaimana hasil Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan analisa studi kasus. Analisis dilakukan berdasarkan wawancara dan observasi. Penelitian ini dilakukan melalui salah satu pengembangan dari pendekatan Cognitive Behavior Therapy. Teknik Islamic

Cognitive Restructuring diberikan untuk memusatkan perhatian pada upaya

mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan-pernyataan diri negatif serta keyakinan-keyakinan yang tidak rasional menjadi rasional berlandaskan ayat Al-Quran dan Hadith.

Proses konseling islam dengan Islamic Cognitive Restructuring untuk siswa yang mempunyai konsep diri rendah dilakukan konselor dengan konseli dalam membiasakan diri untuk ke kamar mandi sebelum tidur agar tidak mengompol, konseli membiasakan diri untuk mandi di pagi hari, memakai pakaian yang rapi sebelum berangkat sekolah. Konseli membiasakan untuk berpikir positif dengan kegiatan afirmasi yang diajarkan konselor ketika pikiran negatif muncul kembali. Disini konselor menunjuk teman dekatnya sebagai reminder (Pengingat) danrole model(Peran Model) untuk melihat perkembangan konseli dan menyemangati konseli agar bisa berpikir positif dan membiasakan kebiasaan baik di sekolah dan konselor juga menunjuk orang tuanya di rumah agar konseli dapat memperbaiki penampilannya dan mengurangi kebiasaan mengompol. Konselor juga menggunakan sticky note (media sebagai pengingat dan pengontrol kebiasaan mengompol) agar konseli dapat memperbaiki penampilannya dan mengurangi kebiasaan mengompol untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berhenti berpikir negatif.

Hasil akhir dari proses konseling terhadap konseli dalam penelitian ini tergolong berhasil dengan persentase 78%. Hasil ini dapat dilihat dari konseli sudah mempunyai rencana untuk bisa memperbaiki diri, memandang dirinya mampu menyelesaikan masalahnya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Definisi Konsep ... 12

F. Metode Penelitian ... 17

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 17

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 18

3. Jenis dan Sumber Data... 19

4. Tahap-tahap Penelitian ... 19

5. Teknik Pengumpulan Data ... 21

6. Teknik Analisis Data ... 23

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan data ... 25

G. Sistematika Pembahasan... 27

BAB II:ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURINGDAN KONSEP DIRI RENDAH A. Kajian Teoritik ... 30

1. Islamic Cognitive Restructuring... 30

a. PengertianIslamic Cognitive Restructuring... 30

b. AspekIslamic Cognitive Restructuring... 37

c. TujuanIslamic Cognitive Restructuring... 39

d. Langkah-langkahIslamic Cognitive Restructuring 41 2. Konsep Diri Rendah ... 46

a. Pengertian Konsep Diri Rendah ... 46

b. Fungsi Konsep Diri ... 53

c. Komponen Konsep Diri ... 55

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri ... 57

(8)

3. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 64

a. Pengertian Perkembangan Remaja ... 64

b. Perkembangan Fisik... 66

c. Perkembangan Kognitif ... 68

d. Perkembangan Identitas Diri ... 71

B. Implementasi Islamic Cognitive Restructuring dan Konsep diri Rendah ... 72

BAB III:ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURINGDALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Deskripsi Umum ... 76

1. Gambaran Lokasi Penelitian... 76

2. Deskripsi Konselor ... 84

B. Deskripsi Hasil Penelitian... 92

1. Faktor-Faktor Tentang Penyebab Konsep Diri Rendah Seorang Siswa Kelas VIII ... 92

2. Proses Pelaksanaan Konseling Islam denganIslamic Cognitive Restructuring dalam Menangani Konsep Diri Rendah Seorang Siswa Kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya... 95

3. Hasil Akhir Pelaksanaan Konseling Islam dengan Islamic Cognitive Restructuring dalam Menangani Konsep Diri Rendah Seorang Siswa Kelas VII di SMP Khadijah... 110

a. Kondisi Konseli Sebelum Melakukan Proses Konseling ... 112

b. Kondisi Konseli Setelah Melakukan Proses Konseling ... 112

BAB IV: ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Mengalami Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya ... 117

B. Analisis Proses Konseling Islam dengan Islamic Cognitive Restructuring dalam Menangani Konsep Diri Rendah Seorang Siswa Kelas VIII di Sekolah SMP Khadijah Surabaya ... 119 C. Analisis Hasil Konseling Islam dengan Islamic Cognitive

(9)

Seorang Siswa Kelas VIII di Sekolah SMP Khadijah

Surabaya ... 127

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ... 131 B. Saran ... 133

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Remaja berasal dari bahasa latin adolescence, artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan” lebih lanjut adolescence memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.1 Masa remaja

adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang

mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial. Dalam kebanyakan budaya,

remaja dimulai pada kira-kira usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18

sampai 22 tahun.2

Mengacu pada usia perkembangan tersebut, umumnya remaja masih

berada di bangku SMP, SMA, dan sebagian sebagai mahasiswa. Proses

perkembangan manusia tidak lepas dari pengaruh lingkungan sehingga

perkembangan remaja yang duduk di bangku SMP akan berbeda dengan

remaja di SMA, ataupun di perguruan tinggi, walaupun sebenarnya kehidupan

manusia pasti tidak akan lepas dari masa sebelumnya dan masa yang akan

datang. Remaja yang duduk di SMP dan SMA berumur sekitar 13-19 tahun,

mencakup kategori masa remaja awal, pertengahan dan mendekati masa remaja

akhir. Perkembangan yang dialami mencakup aspek fisik, psikis, sosial yang

1 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), hal. 23.

(11)

2

prinsipnya ketiga aspek perkembangan tersebut akan mencapai kematangan

pada masa remaja.3

Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju

kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya

dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga

diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep

diri yang positif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi

sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling

mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan

bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu

merupakan suatu bentuk konsep diri.

Remaja dikatakan oleh Elizabeth B. Hurlock sebagai usia bermasalah.

Hal ini tidak lepas dari beberapa kondisi yang terjadi pada periode

perkembangan salah satunya adalah pencarian identitas, dalam rangka inilah

siswa sering terlibat dengan berbagai masalah. Karena ingin mendapatkan

identitas dan pengakuan dari lingkungan. Setiap siswa akan mempersepsikan

diri baik yang bersifat psikologis, sosial, maupun fisik sering memunculkan

pertanyaan tentang apa, bagaimana, dan siapa dirinya. Inilah kemudian yang

akan membentuk konsep diri siswa, seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin

Rakhmat bahwa “Those Physiccal, social, and psychological perceptions of

ourselves yhat we have derived from experiences and our interaction with

others”. Jadi, konsep diri adalah persepsi terhadap diri sendiri, baik fisik,

(12)

3

sosial, maupun psikologis yang didasarkan pada pengalaman dengan orang

lain.4

Remaja yang berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang

bertentangan akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima

mengenai dirinya. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis

identitasnya akan mengalami kebingungan dengan identitas diri mereka.

Kebingungan tersebut bisa menyebabkan pemikiran individu, mengisolasi

dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia

teman sebayanya dan identitas dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami

peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu

menganggap dirinya tidak berarti. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan

yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya,

yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya.

Menurut Brooks dalam menilai dirinya individu ada yang menilai positif

dan ada pula yang menilai negatif. Artinya individu ada yang memiliki konsep

diri positif dan ada pula yang memiliki konsep diri negatif. Perilaku individu

akan selaras dengan cara dia memandang dirinya sendiri. Artinya konsep diri

baik positif maupun negatif, akan sangat menentukan perilaku yang

ditampilkan individu. Apabila individu merasa dirinya tidak mampu dalam

pekerjaan tertentu, maka keseluruhan perilakunya akan menunjukkan

bahwa dia tidak mampu. Apabila perilaku tersebut terus-menerus dilakukan

individu, maka akan terbentuklah sifat yang negatif dan apabila sifat-sifat

(13)

4

negatif itu terus dilakukan berulang-ulang maka akan terbentuklah karakter

yang negatif pula.5

Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain. Orang lain

tersebut termasuk di dalamnya adalah orang tua, teman sebaya, dan lingkungan

yang lebih luas seperti lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan terjadinya

interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya, akan mengembangkan

konsep diri individu tersebut baik kearah yang positif maupun negatif. Setiap

orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang

mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri

positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa

hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama

yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif

dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman

nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri

apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita

sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul

konsep-konsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang

mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin

positif pula konsep diri yang ia miliki.6

5Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 105.

(14)

5

Adapun konsep diri dalam islam, islam mengajarkan umatnya tentang

konsep seorang manusia sebagai makhluk Allah yang sempurna, dan diberi alat

untuk mengenal dirinya sendiri.

َسلا ُهَللا َقَلَخ اَم ْمِهِسُفْ نَأ يِف اوُرَكَفَ تَ ي ْمَلَوَأ

ٍلَجَأَو ِقَحْلاِب ََِإ اَمُهَ نْ يَ ب اَمَو َضْرَْْاَو ِتاَواَم

َُنوُرِفاَكَل ْمِهِبَر ِءاَقِلِب ِساَنلا َنِم اًريِثَك َنِإَو ىًمَسُم

8

َ

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan

pertemuan dengan Tuhannya (QS. Ar-Rum: 8)7

Berpedoman pada ayat di atas, konsep diri dalam islam adalah mengenal

dan memahami diri sendiri untuk menjadi hamba yang shalih. Oleh karena itu

semua orang harus sholih, salah satu tahapannya adalah dengan mengenal

dirinya sendiri. Siswa yang memiliki pandangan diri yang tinggi mereka akan

mengenali kekuatan dan potensi mereka dan dapat mengetahui kelemahan

mereka serta berusaha untuk mengatasinya, dan secara umum memandang

positif terhadap karakteristik dan kompetensi yang dapat mereka tunjukan.

Setiap orang sepanjang hayatnya berusaha untuk memperoleh kehidupan

yang layak sesuai kodratnya. Maka dari itu manusiapun berhak pula untuk

menggapai pendidikan yang setinggi-tingginya. Dengan pendidikan, anak didik

akan memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat

dibutuhkan dalam hidup dan kehidupannya baik untuk saat ini maupun masa

datang. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

(15)

6

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian

proses pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

kualitas kehidupan seseorang.8

Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk

pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah

maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna proses pembantu individu baik

jasmani dan rohani ke arah terbentuknya kepribadian yang utama (pribadi yang

berkualitas). Kualitas yang dimaksud adalah pribadi yang paripurna, yaitu

pribadi yang serasi, selaras, dan seimbang dalam aspek-aspek spiritual, moral,

sosial, intelektual, fisik, dan sebagainya.9

Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua tempat anak berlatih dan

mengembangan kepribadiannya. Peserta didik memandang sekolah sebagai

lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka. Dalam lingkungan sekolah

ada empat macam guru yaitu: guru mata pelajaran, guru praktik, guru kelas,

dan guru pembimbing.10

8 Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal. 7.

9 Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: PT Raja Grapindo Persada, 2007), hal. 5.

(16)

7

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang di dalamnya melibatkan banyak

orang, diantaranya peserta didik, pendidik, administrator, masyarakat, dan

orang tua peserta didik. Oleh karena itu, agar tujuan pendidikan dapat tercapai

secara efektif dan efisien, maka setiap orang yang terlibat dalam pendidikan

tersebut seyogyanya dapat memahami perilaku individu sekaligus dapat

menujukkan perilakunya secara efektif. 11

Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan

salah satu komponen pendidikan yang penting. Karena akan memberikan arah

proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan

pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat

mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang

berhasil. Sedangkan apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan

tersebut dapat dikatakan menagalami kesulitan belajar. Untuk menandai

mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka

sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan

operasional.12

Jika berbicara tentang pendidikan, maka tidak dapat dipisahkan dari

dunia bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling di sekolah

mempunyai peranan yang sangat penting terhadap jalannya proses pendidikan.

Secara umum tujuan bimbingan dan konseling adalah agar manusia atau

individu mampu memahami potensi-potensi insaniahnya, dimensi

11 Ratna Yudhawati dan danny haryanto, Teori-Teori Dasar Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal. 30.

(17)

8

kemanusiaannya termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan mencari

alternatif pemecahannya. Apabila pemahaman akan potensi insaniah dapat

diwujudkan dengan baik, individu akan terhindar dari hal-hal yang dapat

merugikan orang lain.13

Fenomena kurang optimalnya konsep diri peserta didik di SMP Khadijah

Surabaya juga dibuktikan dengan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di

SMP Khadijah Surabaya. Peneliti mewawancarai salah seorang guru BK SMP

Khadijah Surabaya tentang konsep diri salah satu peserta didik SMP Khadijah.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa terdapat peserta didik

yang menunjukkan konsep diri negatif. Guru BK tersebut menuturkan

karakteristik peserta didik yang memiliki konsep diri negatif adalah siswa yang

sulit untuk bersosialisasi, dijauhi oleh temannya dan cenderung tidak disukai

oleh temannya, siswa yang berpenampilan tidak baik, dan siswa yang kurang

mengetahui ciri, kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, tidak dapat

menerima dan mengenal diri dengan baik. Berbeda halnya dengan peserta didik

yang memiliki konsep diri positif mereka akan terlihat lebih percaya diri dan

tidak malu menunjukkan kemampuannya sehingga bisa sejajar dengan peserta

didik yang lainnya. Maka perlu diadakan upaya untuk meningkatkan konsep

diri tersebut.14

Pada proses konseling terdapat macam-macam pendekatan atau teknik.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Islamic Cognitive

13Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta: Raja Grafindo, 2007), hal. 51.

(18)

9

Restructuring yaitu sebuah sebuah teknik yang memusatkan perhatian pada

upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau

pernyataan-pernyataan diri negatif serta keyakinan-keyakinan yang tidak rasional menjadi

rasional berlandaskan ayat Al-Quran dan Hadith. Islamic Cognitive

Restructuring menggunakan asumsi bahwa respon-respon perilaku dan emosional

tidak adaftif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan persepsi (kognisi) klien.

Prosedur ini membantu klien untuk menempatkan hubungan antara persepsi dan

kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan untuk mengidentifikasi persepsi

atau kognisinya yang salah atau menyalahkan diri, dan mengganti persepsi atau

kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri.15

Peneliti ingin sekali membantu konseli supaya dapat menangani konsep

diri siswa. Dengan teknik Islamic Cognitive Restructuring yang dirasa efektif,

peneliti berharap agar tercipta pemikiran baru yang diharapkan, melalui

modifikasi Pikiran dan tingkah laku yang bisa didefinisikan secara operasional,

diamati dan diukur.

Dari studi kasus diatas, peneliti merasa perlu mengkaji masalah tersebut

lebih dalam. Dengan Islamic Cognitive Restructuring untuk menyelesaikan

masalah, membantu, dan mengarahkan klien dalam memecahkan

permasalahannya agar konsep diri yang dimiliki oleh konseli bisa terwujud.

Dan untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep diri rendah yang dialami

konseli, maka peneliti tertarik untuk meneliti kasus tersebut. Dimana peneliti

juga berperan sebagai konselor yang menangani konsep diri rendah seorang

(19)

10

siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya melalui teknik Islamic Cognitive

Restructuring. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memberi judul “Islamic

CognitiveRestructuring dalam Menangani Konsep Diri Rendah Seorang Siswa

Kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya”.

B.Rumusan Masalah

Berangkat dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja faktor-faktor penyebab seorang siswa kelas VIII mengalami

konsep diri rendah di SMP Khadijah Surabaya?

2. Bagaimana proses Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani

konsep diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya?

3. Bagaimana hasil Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep

diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor penyebab seorang siswa kelas VIII mengalami

konsep diri rendah di SMP Khadijah Surabaya.

2. Mengetahui proses Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani

konsep diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

3. Mengetahui hasil Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep

(20)

11

D.Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya

pemanfaatan hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para

pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis

dapat peneliti uraikan sebagai berikut:

1. Segi teoritis:

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam bidang

Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep diri rendah

seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa metode ilmu Islamic Cognitive

Restructuring mempunyai peranan dalam menangani masalah atau

persoalan seseorang.

2. Segi praktis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak dalam menangani konsep

diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani konsep diri

rendah seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

c. Menambah referensi bagi khalayak umum terkait Islamic Cognitive

Restructuring dalam menangani konsep diri rendah seorang siswa kelas

(21)

12

E.Definisi Konsep

1. IslamicCognitiveRestructuring

Islamic Cognitive Restructuring adalah sebuah teknik yang

memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah

pikiran-pikiran atau pernyataan-pernyataan diri negatif serta keyakinan-keyakinan

yang tidak rasional menjadi rasional berlandaskan ayat al-Quran dan Hadith.

Islamic Cognitive Restructuring menggunakan asumsi bahwa respon-respon

perilaku dan emosional tidak adaftif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan

persepsi (kognisi) klien. Prosedur ini membantu klien untuk menempatkan

hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan

untuk mengidentifikasi persepsi atau kognisinya yang salah atau menyalahkan

diri, dan mengganti persepsi atau kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih

meningkatkan diri.16

Selanjutnya peneliti merangkum praksis Islamic Cognitive

Restructuring dengan 4 langkah sebagai berikut:

a. Identifikasi Perasaan

b. Identifikasi Pikiran Negatif

c. Rethink Menjadi Realistis

d. Wacana Diri Baru dengan Afirmasi

1) Identifikasi Perasaan. Merekam perasaan negatif. Mengidentifikasi

kata perasaan tepatnya dengan menggunakan kata-kata seperti

sedih, kesal, jengkel, marah, cemas, bersalah, malu, terhina,

(22)

13

menyesal, bingung, frustrasi, putus asa, takut, ngeri, di intimidasi,

rentan, gelisah, khawatir , tidak yakin.17

2) Identifikasi Pikiran Negatif (Kesalahan Berpikir). Pikiran negatif

berupa kritik diri perlu diidentifikasi sebagai proses awal

melakukan restrukturisasi kognitif. Bila pikiran negatif

mendominasi seseorang saat menghadapi sebuah situasi, maka akan

memunculkan perasaan menegangkan dan perilaku yang tidak tepat.

Identifikasi pikiran negatif dapat diketahui dari mencari jenis-jenis

kesalahan apa yang terjadi dalam pikiran seseorang.

Dalam penelitian ini, sebelum mengidentifikasi pikiran negatif

pertama-tama, konseli diminta apakah dirinya menentukan pilihan

dalam hidupnya atau membiarkan situasi yang menentukan

hidupnya. Berdasarkan evaluasi konseli terhadap pengalamannya

tersebut, konseli kemudian diajak untuk mengidentifikasi pikiran

negatif yang membuatnya mempunyai konsep diri rendah serta

mengenali reaksi yang muncul bila berhadapan dengan situasi

tersebut. Konseli perlu memahami rantai pikiran, perasaan serta

perilaku pada situasi yang membuat dia cenderung tidak disukai

oleh temannya. Setelah mengetahui pikiran negatif, konselor

memberikan pengetahuan tentang mengubah pikiran negatif

menjadi positif melalui ayat al-Quran. Dari hasil tersebut

diharapkan peneliti dapat membantu konseli untuk memahami

17

(23)

14

mengapa konseli memiliki pikiran negatif dan kesulitan dalam

menghadapi masalah yang terjadi.18

3) Rethink menjadi Realistis. Individu yang berpikir negatif pada suatu

situasi cenderung kurang mencari alternatif masalah serta

mementingkan reaksi emosi yang muncul dalam dirinya. Proses

menata ulang pikiran ini bertujuan untuk mengeksplorasi dengan

memeriksa kembali dan menantang pikiran yang salah pada

individu. Proses ini merupakan proses penting dalam restrukturisasi

kognitif. Setelah dapat mengidentifikasi pikiran negatif, maka

seseorang perlu mencari bukti yang menentang pikiran negatifnya

tersebut. Untuk mengubah pikiran negatif dan maladaptif dari

individu, diperlukan pencarian alternatif pikiran lain yang realistis

dan membantu berdasarkan bukti yang mendukung.

Dalam penelitian ini, konseli perlu menyadari bahwa suatu kejadian

dapat dimaknai secara berbeda-beda. Setelah dapat mengidentifikasi

pikiran negatif terhadap suatu situasi, konseli kemudian diajak

untuk mencari alternatif pikiran sehingga dapat memunculkan

perilaku maupun perasaan yang positif. Dengan bantuan peneliti,

konseli mencari bukti yang objektif untuk menentang pikiran

negatifnya. Serangan terhadap pikiran negatif tersebut

menyebabkan konseli dapat berpikir lebih realistis pada suatu

(24)

15

kejadian. Setelah konseli dapat berpikir lebih realistis konselor

meyakinkan pikiran positif konseli melalui ayat al-Quran.19

4) Wacana diri baru. Setelah mendapatkan informasi-informasi baru

tentang bagian diri yang tidak disukai, langkah akhirnya adalah

restrukturisasi kognitif atau merubah wacana diri. Berbicara

mengenai diri sendiri sesuai dengan konsep diri, wacana diri itu

akan membentuk persepsi, dan persepsi akan membentuk tindakan,

sehingga memperkuat tindakan dan konsep diri. Saat memiliki

konsep diri negatif maka hal itu juga akan mempengaruhi wacana

diri yang negatif, begitu pula sebaliknya. Pada saat konsep diri

sedang mengirimkan pesan kepada organ persepsi saat wacana diri

dimulai, diri sendiri akan mendengarkannya dengan hati-hati dan

kemudian akan berwacana diri kembali tentang hal itu berdasarkan

alasan-alasan dan realitas.

Wacana diri baru ini menggunakan Afirmasi. Dengan Afirmasi

memudahkan untuk memberikan diri umpan balik negatif dan

mengajak untuk berpikir positif berlandaskan ayat al-Quran. Dalam

penelitian ini, konselor mengarahkan konseli untuk berpikir positif

dengan memperkuat harga diri seperti "Saya memiliki keyakinan

dalam diri saya". Konselor mengajak konseli untuk membuat

afimasi untuk diri sendiri. Afirmasi harus sedikit pendek yang dapat

diulangi untuk diri sendiri dalam satu napas. Afirmasi diulangi

(25)

16

berkali-kali sepanjang hari seperti “saya seorang manusia yang

indah, saya seorang pemenang”.20

2. Konsep Diri Rendah

William Brooks dalam Jalaludin Rahmat mengemukakan konsep diri

adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri

kita ini boleh bersifat psikologis, sosial maupun fisik.21

Sehingga yang dimaksud tentang konsep diri dapat didefinisikan

sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang

bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut

dengan pengetahuan diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang

merupakan penilaian diri sendiri serta bagaimana individu menginginkan

diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

Konsep diri rendah adalah penjabaran dari konsep diri negatif yang

berlebih. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert dalam Jalaluddin

Rahmat mengemukakan beberapa karakteristik orang yang memiliki

konsep diri negatif, yaitu mempunyai perasaan tidak aman, peka pada

kritik, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, responsif sekali

terhadap pujian, kurang menerima dirinya sendiri dan biasanya memiliki

konsep diri yang rendah.22 Dapat disimpulkan bahwasanya konsep diri

20 James F. Calhoun dan Joan Ross Acocella, Psychology of adjusment and Psikoterapi.

Penerjemah oleh Satmoko R.S. (Bandung: Rafika Aditama, 1995), hal. 114.

21 Jalaluddin rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 99.

(26)

17

rendah adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang tidak

teratur.

3. Karakteristik Masa Remaja

Remaja berasal dari bahasa latin adolescence, artinya “tumbuh untuk mencapai kematangan” lebih lanjut adolescence memiliki arti yang luas,

mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja berada

pada batasan peralihan kehidupan untuk menuju kedewasan. Mappiare

menyatakan bahwa masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun bagi

wanita 13-23 tahun bagi pria. Masa remaja merupakan salah satu masa

perkembangan yang dialami manusia dalam hidupnya dan masa remaja

merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Masa remaja

sering dengan masa mencari jati diri, oleh Erickson disebut dengan

identitas ego (ego identity).23

Dapat disimpulkan bahwasanya masa remaja merupakan peralihan

antara masa anak-anak melainkan seperti orang dewasa tetapi belum

menunjukkan sikap dewasa.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitan

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sebagai

pendekatan penelitian untuk menghasilkan data deskriptif-holistik dari

fenomena yang terjadi. Seperti yang dikemukakan oleh Bogdan dan

23

(27)

18

Taylor, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

perilaku seseorang yang dapat diamati.24

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan

komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok,

suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi sosial.25

Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang mana dalam penelitian

ini mengumpulkan data secara lengkap dan dilakukan secara intensif

dengan mengikuti dan mengamati perilaku ataupun yang erat

hubungannya, dampak yang terjadi pada anak yang mempunyai konsep

diri rendah.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun yang akan menjadi sasaran dan lokasi penelitian dalam

penelitian ini adalah:

a. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa yang mempunyai konsep diri

rendah.

b. Lokasi penelitian ini adalah SMP Khadijah Surabaya.

24 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), hal. 3.

(28)

19

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang

bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam

bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis

data pada penelitian ini adalah:

1) Data Primer

Data primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di

lapangan. Adapun sumber rujukan pertama dapat diperoleh dari

Guru BK SMP Khadijah Surabaya, teman sekelas dan seorang

siswa yang mempunyai konsep diri rendah.

2) Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sumber sekunder. Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian,

keadaan lingkungan siswa, riwayat pendidikan siswa, dan perilaku

keseharian siswa. Dan data sekunder juga sebagai sumber

pendukung yang dijadikan rujukan dalam penelitian. Sumber ini

didapatkan referensi-referensi mengenai Islamic Cognitive

Restructuring dan konsep diri.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

(29)

20

a. Menentukan masalah penelitian, pada tahap ini peneliti mengadakan

studi pendahuluan yaitu membuat dan mengkaji latar belakang masalah

tentang konsep diri siswa, dan Islamic Cognitive Restructuring

berdasarkan kajian-kajian terdahulu yang relevan, membuat rumusan

permasalahan, memilih SMP Khadijah Surabaya sebagai tempat

penelitian, menjajaki SMP Khadijah Surabaya sebagai tempat rencana

penelitian, mengurus surat izin penelitian di Prodi untuk diserahkan ke

pihak sekolah, menyiapkan pedoman wawancara untuk beberapa

informan (Guru BK, konseli, orang tua konseli, dan teman sekelas

konseli) dan menyiapkan diri sepenuhnya untuk melakukan penelitian.

b. Pengumpulan data, pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan

data secara umum, melakukan observasi dan wawancara mendalam

kepada sasaran penelitian, Guru BK, konseli, orang tua konseli, dan

teman sekelas konseli. Hal ini peneliti lakukan untuk memperoleh

informasi yang luas mengenai hal-hal yang umum, selain itu peneliti

juga mengumpulkan data lewat dokumentasi-dokumentasi yang ada

pada SMP Khadijah Surabaya. Terlebih perihal studi kelembagaan yang

dijalankannya. Di samping itu, peneliti juga mulai dengan menentukan

sumber data pendukung lainnya, yaitu buku-buku yang berkaitan

dengan penelitian, seperti buku-buku cognitive behaviour therapy,

psikologi umum, psikologi perkembangan remaja, konsep diri, strategi

(30)

21

c. Penyajian dan analisis data, yaitu peneliti menyajikan semua data yang

telah peneliti peroleh tentang yang kemudian peneliti analisis dan

akhirnya peneliti menarik suatu kesimpulan guna menjawab rumusan

masalah dan tujuan penelitian, yaitu bagaimana proses pelaksanaan

Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep diri rendah

seorang siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya, dan sejauh mana

hasil akhir dari pelaksanaan Islamic Cognitive Restructuring dalam

menangani konsep diri rendah seorang siswa kelas VIII di SMP

Khadijah Surabaya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data yang

diperlukan. Adapun teknik yang akan peneliti gunakan adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Interview atau wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dalam penelitian ini

teknik wawancara dilakukan terhadap konseli dan informan guna

mendapatkan data-data yang mendukung dalam penelitian Islamic

Cognitive Restructuring dalam menangani konsep diri rendah seorang

siswa kelas VIII di SMP Khadijah Surabaya.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk mencari data

(31)

22

BK konseli, teman sekelas konseli, orang tua konseli, dan konseli

dengan mewawancarai apa penyebab konseli mempunyai konsep diri

rendah dan bagaimana keseharian konseli di sekolah.

b. Observasi

Observasi adalah peninjauan secara cermat, dalam penelitian

Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani konsep diri rendah

seorang siswa, peneliti akan melihat dan bahkan terlibat secara

langsung bagaimana kehidupan sehari-hari yang terjadi pada konseli.26

Dalam melaksanakan pengamatan ini sebelumnya peneliti akan

mengadakan pendekatan dengan subyek penelitian sehingga terjadi

keakraban antara peneliti dengan subyek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengikuti proses pembelajaran

konseli secara langsung dan mengikuti kegiatan sehari-hari konseli

untuk melihat perkembangan konsep diri positif di SMP khadijah

Surabaya secara langsung yang dilakukan oleh konseli sebagai sasaran

penelitian. Sehingga peneliti mengetahui proses kegiatan sehari-hari

konseli di sekolah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan

percakapan, menyangkut persoalan pribadi, memerlukan interpretasi

(32)

23

yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman peristiwa

tersebut.27

Dokumentasi yang digunakan peneliti ada beberapa bentuk.

Diantaranya adalah dokumen yang berupa catatan langsung dari

konselor saat proses konseling, juga berupa anekdot dan laporan

pelanggaran keseharian konseli.

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah sebuah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam

kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun

kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan

membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun

orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di

lapangan.28

Analisis data akan digunakan oleh peneliti adalah Kualitatif-

Deskriptif. Kualitatif-Deskriptif digunakan untuk menganalisa data tentang

konsep diri rendah seorang siswa yang tidak mengetahui ciri dirinya,

cenderung tidak disenangi oleh teman-temannya dan menciptakan

gambaran diri negatif dengan cara membandingkan teori dan praktek. Jenis

27 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 130.

28

(33)

24

penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitian studi kasus (case

study) adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan

dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan atau khas dari

keseluruhan personalitas.29

Dalam penelitian ini, konselor mengambil studi kasus dari seorang

siswa yang tidak mengetahui ciri dirinya, cenderung tidak disenangi oleh

teman-temannya dan menciptakan gambaran diri negatif dengan

menganalisis dari bagaimana keseharian konseli tersebut, apa penyebab

dari konsep diri rendah, dan juga seperti apa perubahan konseli setelah

proses konseling berlangsung. Teknik analisis data yang peneliti gunakan

adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dalam mereduksi

data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Dan

dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan banyak data untuk

mendapatkan dan mencapai tujuan dari penelitian ini, yaitu hasil

konseling yang dilakukan kepada konseli yang tidak mengetahui ciri

dirinya, cenderung tidak disenangi oleh teman-temannya dan

menciptakan gambaran diri negatif agar konseli dapat bersosialisasi.

(34)

25

b. Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data. Dalam mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dan dalam

penelitian ini, peneliti menyajikan semua data tentang konsep diri

rendah. Kemudian peneliti melakukan konseling kepada konseli,

melakukan terapi kepada konseli dan memahami apa yang terjadi

kepada konseli.

c. Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan dalam penelitian ini merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Dan temuan yang di dapatkan peneliti

adalah dalam konseling Islam dalam menangani konsep diri rendah

dengan terapi yang di pilih oleh peneliti.30

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, tidak menutup kemungkinan akan terjadi

kesalahan dan untuk menghindari kesalahan data yang disimpulkan, maka

penulis telah memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan. Hal ini

dilakukan untuk menghindari kesalahan dan ketidakbenaran data, dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

(35)

26

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada

latar penelitian.31

Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi

yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, peneliti beberapa kali

mengikut sertakan diri dalam kegiatan-kegiatan sekolah sekaligus ikut

melihat aktivitas yang dilakukan oleh klien seperti belajar, bermain, dan

aktivitas lainnya.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud untuk

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri

pada hal-hal tersebut secara rinci.32

Dalam konteks ini, peneliti dengan tekun dan teliti mengamati

unsur-unsur perilaku konseli apakah perilaku yang selama ini

ditunjukkan oleh konseli bersifat dan mengindikasikan bentuk konsep

diri rendah, tidak mengetahui kelebihan atau potensi yang dimiliki, dan

terkadang siswa mengisolasi dirinya sendiri atau sulit bergaul.

31 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 175.

32

(36)

27

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Norman K.

Denkin membedakan empat macam triangulasi, yaitu triangulasi

metode, triangulasi antar peneliti, triangulasi sumber data, triangulasi

teori.33

Dalam konteks ini, peneliti membandingkan data dan informasi

yang peneliti peroleh dari beberapa informan yang berbeda guna

memperoleh kebenaran informasi. Dalam hal ini peneliti memulai

dengan membandingkan data yang penulis peroleh dari konseli dengan

data yang peneliti peroleh dari Guru BK dan teman-teman sekelas

tentang keadaan konseli, seperti konseli mengakui kalau dirinya

cenderung tidak disukai oleh temannya.

G.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini,

peneliti akan mencantumkan sistematika pembahasan yang terdiri dari 5 BAB

dengan susunan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian

yang meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran dan Lokasi Penelitian,

(37)

28

Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data dan terakhir yang

termasuk dalam pendahuluan adalah Sistematika Pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Kajian Teoritik

Tinjauan pustaka membahas tentang kajian teoritik yang dijelaskan

dari beberapa referensi untuk menelaah obyek kajian yang di kaji. Tinjauan

pustaka meliputi teknik Islamic Cognitive Restructuring yang terdiri dari

pengertian teknik Islamic Cognitive Restructuring, aspek, Tujuan, dan

Tahapan dalam teknik Islamic Cognitive Restructuring. Peneliti juga

membahas tentang pengertian konsep diri, fungsi konsep diri komponen

konsep diri, faktor konsep diri dan jenis konsep diri.

2. Penelitian terdahulu yang relevan

Membahas tentang hasil penelitian sebelumnya yang ada

hubungannya dengan penelitian yang akan penulis lakukan.

BAB III PENYAJIAN DATA

Bab ini berisi pembahasan tentang deskripsi umum objek penelitian yang

berisi deskripsi lokasi penelitian, deskripsi obyek penelitian yang meliputi:

deskripsi konselor, deskripsi konseli dan deskripsi masalah. Selanjutnya

pembahasan tentang deskripsi hasil penelitian yang berisi: ciri konsep diri

rendah, penyebab konsep diri rendah, proses konseling Islam dengan Islamic

(38)

29

hasil proses konseling Islam dengan Islamic Cognitive Restructuring dalam

menangani konsep diri rendah.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini berisi laporan hasil penelitian yang berupa analisis proses

konseling Islam dengan Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani

konsep diri rendah yang meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,

treatment, dan follow up. Serta laporan analisis hasil akhir dalam proses

konseling Islam dengan Islamic Cognitive Restructuring dalam menangani

konsep diri rendah.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Membahas tentang kesimpulan dan

ringkasan dari hasil pembahasan, saran untuk penyempurnaan skripsi, dan

(39)

30

BAB II

ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DAN KONSEP DIRI

RENDAH

A.IslamicCognitive Restructuring

1. Pengertian Islamic Cognitive Restructuring

Persoalan yang kita hadapi dari waktu ke waktu nampaknya makin

kompleks, baik persoalan yang berhubungan dengan pribadi, keluarga,

pekerjaan dan masalah kehidupan secara umum. Kompleksitas masalah itu

telah mengarahkan sebagian dari kita mengalami konflik-konflik dan

hambatan dalam memenuhi apa yang kita harapkan bahkan sampai dapat

menimbulkan tekanan yang sangat mengganggu sehingga kita

membutuhkan media yang dapat membantu mengatasi masalah kita dalam

kehidupan sehari-hari.

Konseling merupakan salah satu upaya untuk membantu individu

dalam mengatasi konflik, hambatan, dan kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan kita. Di dalam konseling terdapat banyak pendekatan dan

teknik-teknik yang digunakan dalam membantu individu mengatasi

masalah yang dihadapinya.

Islamic Cognitive Restructuring adalah sebuah teknik yang

memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah

pikiran-pikiran atau pernyataan-pernyataan diri negatif serta keyakinan-keyakinan

yang tidak rasional menjadi rasional berlandaskan ayat Al-Quran dan

Hadith. Islamic Cognitive Restructuring menggunakan asumsi bahwa

(40)

31

keyakinan, sikap, dan persepsi (kognisi) klien. Prosedur ini membantu klien

untuk menempatkan hubungan antara persepsi dan kognisinya dengan emosi

dan perilakunya, dan untuk mengidentifikasi persepsi atau kognisinya yang

salah atau menyalahkan diri, dan mengganti persepsi atau kognisi tersebut

dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri.1 Berdasarkan Firman Allah

SWT:

يِذَلا اَه يَأ اَي

ْبَتْغَ ي َََو اوُسَسَجَت َََو ٌمْثِإ ِنَظلا َضْعَ ب َنِإ ِنَظلا َنِم اًريِثَك اوُبِنَتْجا اوُنَمَآ َن

َهَللا َنِإ َهَللا اوُقَ تاَو ُوُمُتِْرَكَف اًتْيَم ِهيِخَأ َمْحَل َلُكْأَي ْنَأ ْمُكُدَحَأ بِحُيَأ اًضْعَ ب ْمُكُضْعَ ب

ٌميِحَر ٌباَوَ ت

ُ

12

َ

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha

Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat: 12).2

Berprasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta. Sebagaimana hadits nabi:

ِثْيِدَحْلا ُبَذْكَأ َنَظلا َنِإَف َنَظلاَو ْمُكاَيِإ

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:“Hati-hati kalian

dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan yang

paling dusta. (HR. Bukhari dan Muslim)3

Manusia memiliki akal dan kalbu. Akal dan kalbu merupakan dua

aspek penting dalam diri manusia yang membedakannya dengan binatang,

dengan kedua aspek ini manusia mempunyai kesadaran sehingga mampu

mengenal diri sendiri dan lingkungan. Akal memungkinkan manusia dapat

1 M. Nursalim, Strategi Konseling (Surabaya: Unesa University Press, 2005), hal. 47-48. 2 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2010), hal. 517.

3

(41)

32

menyadari, memperoleh pengetahuan dan berhubungan dengan kehidupan

dunia di sekitarnya. Hal ini dapat di lakukan dengan bantuan panca indera.

Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa akal merupakan pusat kontrol

segala kegiatan manusia yang berhubungan dengan dunia luar, termasuk

kegiatan sains dan teknologi. Jadi akal memungkinkan manusia memiliki

kesadaran rasional.

Hal-hal yang berkaitan dengan akal telah banyak dibahas dalam

psikologi barat, khususnya psikologi yang berorientasi kognitif. Allah

SWT telah meletakkan dasar berpikir bagi umat manusia, sehingga

manusia di dalam aktifitasnya dapat meminimalkan kesalahannya, yakni

dengan jalan musyawarah. Oleh karena dalam suatu riwayat diterangkan,

tidak akan merugi orang yang melakukan musyawarah.

َو

َنوُقِفْنُ ي ْمُاَنْ قَزَر اَمِمَو ْمُهَ نْ يَ ب ىَروُش ْمُُرْمَأَو َة َََصلا اوُماَقَأَو ْمِهِبَرِل اوُباَجَتْسا َنيِذَلا

ُ

38

َ

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki

yang Kami berikan kepada mereka (QS. Asy-Syuro: 38).4

Adapun musyawarah tekniknya bermacam-macam dapat dengan

cara berdiskusi, berdialog, seminar dan lokakarya. Kesemuanya

merupakan langkah strategis seorang manusia, atau sekolompok manusia

dalam melakukan reproduksi pemikirannya adalah suatu kenyataan di saat

manusia berpikir dalam memecahkan persoalan tertentu, di waktu yang

bersamaan ia melakukan sejenis usaha uji coba secara rasional di dalam

(42)

33

benaknya. Ia meneliti dalam benaknya solusi-solusi yang berbeda-beda

untuk memecahkan problemnya. Ia menolak solusi-solusi yang keliru atau

tidak relevan dan legitimit. Dengan jalan berpikir manusia belajar mencari

model pemecahan-pemecahan problematika baru bagi persoalan dirinya.5

Konseling kognitif adalah teori konseling yang dipopulerkan oleh

Aaron T. Beck, Aaron Beck mengembangkan bentuk psikoterapi ini pada

awal tahun 1960 dengan sebutan "cognitive therapy (terapi kognitif)".

Terapi kognitif sekarang digunakan secara sinonim dengan "cognitive

behaviour theraphy (terapi perilaku kognitif)" oleh banyak ahli di

lapangan.

Aaron T. Beck mendefinisikan konseling kognitif sebagai

pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan

konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan

perilaku yang menyimpang. Pikiran negatif dan perasaan yang tidak

nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang

lebih serius, seperti gangguan kecemasan bahkan depresi. Beck juga

mengatakan bahwa persepsi dan pengalaman adalah “proses aktif melibatkan data inspektif dan instrospektif”. Oleh karena itu tingkah laku yang tidak fungsional disebabkan oleh pikiran yang tidak fungsional. Jika

keyakinan tidak diubah, tidak ada kemajuan dalam tingkah laku seseorang.

Jika keyakinan berubah, tingkah laku juga akan berubah. Jadi konseling

5 Miftahul Luthfi Muhammad, Quantum believing (Surabaya: Duta Ikhwana Salama

(43)

34

kognitif beranggapan bahwa cara seseorang merasakan dan berperilaku

ditentukan oleh bagaimana dia mengartikan dunianya.

Konseling Kognitif memiliki banyak teknik dalam pelaksanaan

konseling dan dimungkinkan untuk mengunakan teknik-teknik dari

pendekatan lain. Dalam awal konsep teori konseling ini dicetuskan, teori

ini lebih dikenal dengan Cognitive Theraphy (CT) kemudian berkembang

menjadi Cognitive Behavior Theraphy (CBT). Konsep dasar pada

pendekatan ini tidaklah jauh berbeda namun terjadi proses integrasi dalam

pelaksaanaan konseling yang dilakukan dengan menggunakan teknik dari

pendekatan kognitif dan pendekatan behavioral. Sehingga langkah-langkah

yang dilakukan oleh cognitive theraphy dan behaviour theraphy ada dalam

konseling yang dilakukan CBT.6

Beck mengatakan bahwa terapi kognitif meliputi usaha memberikan

bantuan kepada klien agar mereka dapat mengevaluasi tingkah laku

mereka dengan kritis dengan menitikberatkan pada hal pribadi yang

negatif. Proses kognitif yang terjadi didalam diri individu seringkali

mempunyai implikasi terhadap perubahan tingkah laku. Klien diajak untuk

mengenal, mengamati dan memonitor gagasan dan asumsi mereka.

Cognitive Restructuring dikembangkan oleh Meichenbaum, yang

terpusat pada pesan-pesan negatif yang disampaikan oleh orang kepada

diri sendiri dan cenderung melumpuhkan kreativitasnya serta menghambat

6

(44)

35

dalam mengambil tindakan penyesuaian diri yang realistis. Menurut

pandangan Meichenbaum orang mendengarkan diri sendiri dan berbicara

kepada diri sendiri, yang bersama-sama menciptakan suatu dialog internal

(internal dialoque) dan berkisar pada mendengarkan pesan negatif dari

sendiri dan menyampaikan pesan negatif pula kepada diri sendiri. Dialog

internal yang berisikan penilaian negatif tehadap diri sendiri akan

membuat orang lain gelisah dalam menghadapi tantangan hidup dan

kurang mampu mengambil tindakan penyesuaian diri yang tepat. Strategi

restrukturing kognitif digunakan untuk membantu konseli memecahkan

masalahnya yang bersumber pada adanya kognisi negatif konseli. Model

ini menggunakan asumsi bahwa berbagai gangguan atau problem perilaku

dan emosi di bentuk oleh keyakinan, sikap, dan persepsi klien yang tidak

tepat. Strategi ini dapat membantu klien memahami adanya hubungan

timbal balik antara persepsi/kognisi dengan tepat.

Menurut Cormier dan Cormier, cognitive restructuring pada awalnya

diusulkan oleh Lazarus dan berakar pada therapy rational Emotif (RET) yang

dikembangkan oleh Ellis. Cognitive restructuring memusatkan perhatian

pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau

pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan klien yang tidak

rasional. Cognitive restructuring menggunakan asumsi bahwa

respon-respon perilaku dan emosional yang tidak adaptif dipengaruhi oleh

(45)

36

Ditegaskan pula oleh Sayre menyatakan strategi cognitive

restructuring merupakan serangkaian kegiatan meneliti dan menilai

keyakinan yang konseli miliki saat ini untuk memahami bagaimana

keyakinannya, apakah dinilai rasional atau tidak rasional (atau valid atau

gugur) melalui proses yang obyektif dari penilaian yang berhubungan

dengan pikiran, perasaan, dan tindakan.7

Cormier dan Nurius menyatakan bahwa restrukturisasi kognitif

berakar pada penghapusan distorsi kognitif atau kesimpulan yang salah,

pikiran, keyakinan irasional, dan mengembangkan kognisi baru dengan

pola respon yang lebih baik atau sehat. Beck, dkk. menjelaskan bahwa

bukan situasi atau hal-hal yang ada pada lingkungan yang menentukan

perasaan individu, akan tetapi ditentukan oleh bagaimana individu

mengkonstruk situasi-situasi yang dihadapinya. Oleh karena itu reseliensi

siswa dapat dibangun dengan merubah pola keyakinan mereka akan

permasalahan yang mereka hadapi.8

Dengan demikian diatas dapat disimpulkan bahwasanya teknik

penataan ulang skema pikiran (Islamic Cognitive Restructuring) adalah

proses menemukan dan menilai kognisi seseorang, memahami dampak

negatif pemikiran tertentu terhadap tingkah laku, dan belajar mengganti

kognisi tersebut dengan pemikiran yang lebih realistik dan lebih cocok

berlandaskan ayat Al-Qur’an dan Hadith. Teknik ini dapat dilakukan dengan

7 Gary Sayre W, A Lesson Plan in Cognitive Restructuring, Journal of Correctional

Education 57: 86-95, 2006, hal. 1. 8

(46)

37

jalan memberikan informasi, menghilangkan keyakinan yang irrasional

dan belajar mengendalikan pemikiran sendiri.

2. Aspek IslamicCognitiveRestructuring

Perkembangan kognitif manusia juga ditentukan oleh lingkungan

dimana dia tinggal. Pentingnya lingkungan dalam perkembangan kognitif

terlihat dari banyak ayat-ayat Al-qur’an yang menyuruh manusia untuk belajar di alam semesta.

ِقَحْلاِب ََِإ اَمُهَ نْ يَ ب اَمَو َضْرَْْاَو ِتاَواَمَسلا ُهَللا َقَلَخ اَم ْمِهِسُفْ نَأ يِف اوُرَكَفَ تَ ي ْمَلَوَأ

َنِإَو ىًمَسُم ٍلَجَأَو

َنوُرِفاَكَل ْمِهِبَر ِءاَقِلِب ِساَنلا َنِم اًريِثَك

ُ

8

َ

Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya (QS. Ar-Rum: 8).9

Perkembangan kognitif seseorang merupakan sesuatu yang tidak

dapat lepas dari faktor sosial dan budaya setempat. Perkembangan kognitif

adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan

dengan pengetahuan, yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan

bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Perkembangan kognitif adalah tahap-tahap perkembangan manusia mulai

dari usia anak-anak sampai dewasa, mulai dari proses berfikir secara

konkret sampai dengan yang lebih tinggi yaitu konsep-konsep abstrak dan

logis.10

9 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2010), hal. 405.

(47)

38

Perkembangan kognitif merupakan perubahan kemampuan berfikir

atau intelektual. Banyak ulama islam membagi perkembangan kognitif

berdasarkan empat periode diantaranya:

اًفْعَض ٍةَوُ ق ِدْعَ ب ْنِم َلَعَج َمُث ًةَوُ ق ٍفْعَض ِدْعَ ب ْنِم َلَعَج َمُث ٍفْعَض ْنِم ْمُكَقَلَخ يِذَلا ُهَللا

ُريِدَقْلا ُميِلَعْلا َوُ َو ُءاَشَي اَم ُقُلْخَي ًةَبْيَشَو

ُ

54

َ

Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha

Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS Ar-Ruum: 54)11

Yang artinya Allah, dialah yang menciptakan kamu dalam keadaan

lemah, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu

menjadi kuat, kemudian dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah

(kembali) dan berubah. Dia menciptakan apa yang dikehendakinya dan

dialah yang maha mengetahui lagi maha kuasa.

Struktur kognitif merupakan blueprint pikiran yang dapat

menentukan kapan melanjutkan pikiran, menghentikan pikiran dan

mengubah pikiran. Struktur kognitif mempunyai beberapa aspek, yaitu:

a. Aspek mengatur pikiran adalah aspek yang dilakukan untuk mengatur

pikiran konseli di dalam menyelesaikan masalah.

b. Aspek memantau adalah monitoring masalah konseli.

c. Aspek mengarahkan strategi adalah aspek yang mengarahkan strategi di

dalam menyelesaikan masalah.

d. Aspek menentukan penyebab masalah adalah aspek yang menentukan

(48)

39

penyebab masalah konseli.

e. Aspek menentukan pilihan adalah aspek yang menentukan pilihan

konseli di dalam penyelesaian masalah.12

3. Tujuan Teknik Islamic CognitiveRestructuring

Menurut Al-Qur’an manusia dapat berpikir adalah sunnatullah. Manusia mampu menggunakan akalnya untuk berpikir merupakan fithrah.

Manusia tidak berpikir adalah lemah. Sedangkan manusia berpikir salah

karena disebabkan ceroboh. Fenomena kapasitas, kreatifitas, dan

kemampuan inovasi seseorang manusia di dalam berpikir, benar-benar

telah mendapatkan jaminan dari-Nya. sebagaimana juga telah dijaminkan

kepada nabi Ibrahim As.

َنيِنِقوُمْلا َنِم َنوُكَيِلَو ِضْرَْْاَو ِتاَواَمَسلا َتوُكَلَم َميِاَرْ بِإ يِرُن َكِلَذَكَو

ُ

75

َ

Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami

memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (QS. Al-An’am:

75)13

Allah SWT lewat Al-Qur’an benar-benar menekankan kepada kehidupan umat manusia agar mereka selalu berpikir dengan segala

kreatifitas dan inovasinya. Sehingga manusia penghuni bumi ini secara

nyata kan terhindar dari segala pemasungan kreatifitas dan kemandegan

inovasi.14 Sementara kitab suci Al-Qur’an selalu mengajak kepada segenap umat manusia untuk selalu memahami fenomena alam, fenomena makhluk

12

Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 135.

13 Departemen Agama RI, Al-Hikmah Al-Quran dan Terjemahannya (Bandung: Diponegoro, 2010), hal. 137.

14 Miftahul Luthfi Muhammad, Quantum believing (Surabaya: Duta Ikhwana Salama

(49)

40

hidup, fenomena kejiwaan, dan fenomena kemahabesaran Allah SWT.

Ajakan berpikir lebih ditekankan segala hal yang berada dalam wilayah

asumsi kenisbian akal pikiran seorang manusia. sedangkan,

wilayah-wilayah yang mutlak (absolutely) merupakan sesuatu yang sudah final,

misalnya: wilayah ta’abudiyah.

Tujuan dari teknik Islamic Cognitive Restructuring yaitu untuk

membangun pola pikir yang lebih adaptif atau sesuai. Menurut Connolly

restrukturisasi kognitif membantu konseli untuk belajar berpikir secara

berbeda, untuk mengubah pemikiran yang salah, mendasar dan

menggantinya dengan pemikiran yang lebih rasional, realistis, dan positif.

Kesalahan berpikir diekspresikan melalui pernyataan diri yang negatif.

Pernyataan diri yang negatif mengindikasikan adanya pikiran, pandangan

dan keyakinan yang irasional.

Pada teknik Islamic Cognitive Restructuring ini, bertujuan untuk

pemeliharaan atau mendapatkan mental sehat. Jika mental sehat dicapai

maka individu memiliki integrasi, penyesuaian, dan identifikasi positif

terhadap oran

Gambar

Gambar 2.1 Komponen Konsep Diri
Gambar 2. 2 Jenis-Jenis Konsep Diri
Tabel 3. 1 Riwayat Pendidikan
Gambar. 4.2

Referensi

Dokumen terkait

penggunaan hutang sebagai modal atau DER dapat berpengaruh terhadap EPS jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana yang berasal dari hutang untuk memperoleh

Pada penelitian ini, penulis membuat system pengenalan wajah menggunakan metode Local Binary Pattern dan dikombinasikan dengan Principal Component Analysis

[r]

Pada anak dengan celah bibir dan atau langitan memerlukan perawatan preventif dan restorasi yang sama dengan anak yang tanpa celah bibir atau langitan, tetapi karena pada

Pada rancangan basis data file-file yang berhubungan diuraikan dalam kamus data yang terbagi dalam tiga file utama terdiri dari file master adalah file data yang berisi data

Dalam Peraturan pemerintah nomor 32 tahun 1998 dijelaskan; (1) pembinaan dan pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dunia usaha dan masyarakat

Ketentuan KUHP bahwa tindakan yang dikategorikan sebagai perbuatan pidana apabila tindakan tersebut berkaitan dengan kelalaian yaitu dilakukan dengan sengaja atau

merumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah pendekatan pengajaran terbalik dapat meningkatkan hasil belajar sains materi organ pernapasan manusia siswa