Pancasila Dalam Konteks
Sejarah Perjuangan Bangsa
Materi Kuliah
•
1. Pengantar
•
2. Masa Kerajaan Sriwijaya
•
3. Masa Kerajaan Majapahit
Pengantar
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-citanya berjalan berabad-abad dengan :
bermacam-macam
bertahap-tahap
Sejarah ini dapat ditetapkan sebagai tonggak sejarah,
melalui berbagai peristiwa-peristiwa yang menonjol
terutama yang ada hubungannya dengan nilai-nilai
perumusan Pancasila
Nilai-nilai Pancasila Pada Kejayaan
Nasional Indonesia
Menurut sejarah, kira-kira pada abad VII-XII, bangsa
Indonesia telah mendirikan kerajaan
Sriwijaya di Sumetera
Selatan
dan kemudian pada abad XIII-XVI didirikan pula
kerajaan
Majapahit di Jawa Timur
.
Kedua zaman itu merupakan
tonggak sejarah
bangsa
Indonesia karena bangsa Indonesia pada masa itu
telah
memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa
yang
mempunyai negara.
Kedua kerajaan itu telah merupakan negara-negara
Berdirinya negara kebangsaan Republik Indonesia tidak
dapat dipisahkan dengan kerajaan-kerajaan lama yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.
Negara kebangsaan Indonesia terbentuk melalui tiga
tahap:
--- Pertama, zaman Sriwijaya di bawah
wangsa
Syailendra
(600-1400).
--- Kedua, negara kebangsaan
zaman Majapahit
(1293-1525). Kedua tahap negara kebangsaan tersebut
adalah negara kebangsaan lama.
Berdiri di abad ke VII
kekuasaan
Wangsa
Syailendra
.
Bahasa
Melayu Kuno dan huruf Pallawa.
Kerajaan Maritim
jalur perhubungan laut melalui
selat sunda dan selat malaka.
Didirikan universitas agama Budha yang sudah
dikenal di Asia. Pelajar dari universitas ini dapat
melanjutkan studi ke India, banyak guru-guru tamu
yang mengajar di sini dari India, seperti
Dharmakitri
.
Cita-cita negara kesejahteraan
tercermin dalam
perkataan
“
marvuat
vannua
Criwijaya
Shiddhayatra Subhiksa
”
(suatu cita-cita Negara
yang adil dan makmur)
Pada hakikatnya
nilai-nilai budaya bangsa
semasa kejayaan
Sriwijaya telah menunjukkan
nilai-nilai Pancasila
, yaitu
sebagai berikut :
1.
Nilai sila pertama
, terwujud dengan adanya umat
agama Budha dan Hindu hidup berdampingan secara damai.
Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat kegiatan pembinaan dan
pengembangan agama Budha.
2.
Nilai sila kedua
, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya
dengan India (Dinasti Harsha). Pengiriman para pemuda untuk
belajar di India. Telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang
bebas dan aktif.
3.
Nilai sila ketiga
, sebagai negara maritim, Sriwijaya
telah menerapkan konsep negara kepulauan sesuai dengan
konsepsi wawasan nusantara.
4.
Nilai sila keempat
, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan
yang sangat luas meliputi (Indonesia sekarang) Siam, dan
Semenanjung Melayu.
Masa Kerajaan Majapahit
Sebelum kerajaan Majapahit berdiri telah muncul
kerajaan-kerajaan
di Jawa Tengah dan Jawa
Timur
secara silih berganti, yaitu kerajaan Kalingga
(abad ke-VII), Sanjaya (abad ke-VIII), Dharmawangsa
(abad ke-X), dan Airlangga (abad ke-XI)
Didirikan candi Borobudur (candi agama Budha pada
abad ke-IX) dan candi Prambanan (candi agama
Hindu pada abad ke-X).
Agama yang diakui kerajaan Majapahit adalah
agama Budha, agama Wisnu, dan agama Syiwa yang
telah hidup berdampingan secara damai.
Hal ini berarti
hidup berdampingan berbeda
Nilai-nilai kemanusiaan itu telah tercermin dalam kerajaan
ini, terbukti menurut prasasti Kelagen bahwa Raja Airlangga telah mengadakan hubungan dagang dan bekerja sama dengan Benggala, Chola, dan Champa. Sebagai nilai-nilai sila keempat telah terwujud, yaitu dengan diangkatnya Airlangga sebagai raja melalui musyawarah antara pengikut Airlangga dengan rakyat dan kaum Brahmana. Sedangkan nilai-nilai keadilan sosial terwujud pada saat Raja Airlangga memerintahkan untuk membuat tanggul dan waduk demi kesejahteraan pertanian rakyat.
Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah terbukti pada
waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan secara damai.
Sila kemanusiaan telah terwujud, yaitu hubungan Raja
Hayam Wuruk dengan baik dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa, dan Kamboja. Di samping itu, juga mengadakan persahabatan dengan Negara-negara tetangga atas dasar
Mitreka Satata
. Sila kerakyatan (keempat) sebagai nilai-nilai musyawarah
dan mufakat juga telah dilakukan oleh sistem pemerintahan kerajaan Majapahit.
PERJUANGAN MELAWAN
PENJAJAHAN
Kesuburan Indonesia dengan hasil buminya yang
melimpah, terutama
rempah-rempah
yang sangat
dibutuhkan oleh negara-negara di luar Indonesia,
menyebabkan bangsa asing (Eropa) masuk ke Indonesia.
Bangsa Eropa yang membutuhkan rempah-rempah itu
mulai memasuki Indonesia, yaitu
Portugis, Spanyol,
Inggris, dan Belanda
.
Masuknya
bangsa-bangsa
Eropa
seiring
dengan
PERJUANGAN MELAWAN
PENJAJAHAN
Fakta bahwa bangsa-bangsa Eropa berlomba-lomba
untuk memperebutkan kemakmuran bumi Indonesia
ini.
Sejak itu, mulailah lembaran hitam dari sejarah
Indonesia dengan penjajahan Eropa, khususnya
Belanda.
Masa penjajahan Belanda itu dijadikan tonggak sejarah
perjuangan bangsa Indonesia dalam mencapai
cita-citanya sejak pada zaman penjajahan ini apa yang
telah dicapai oleh bangsa Indonesia pada zaman
Sriwijaya dan Majapahit menjadi hilang.
Akibatnya
kedaulatan
negara
menjadi
hilang,
Perjuangan Sebelum Abad
ke-XX
Penjajahan Eropa yang memusnahkan seluruh kemakmuran
bangsa Indonesia, sehingga hal itu tidak dibiarkan begitu
saja oleh segenap bangsa Indonesia. Sejak semula imprialis
itu menjejakkan kakinya di Indonesia, di mana-mana bangsa
Indonesia melawannya dengan semangat patriotik melalui
perlawanan secara fisik.
Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah
digerakan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng
Tirta Yasa dan Ki Tapa di Banten (1650), Hasannudin di
Makasar (1660), Iskandar Muda di Aceh (1635), Untung
Surapati dan Trunojoyo di Jawa Timur (1670), Ibnu Iskandar di
Minangkabau (1680), dan lain-lain
Pada permulaan abad ke-XIX penjajahan Belanda mengubah
Dalam usaha memperkuat kolonialismenya, Belanda
menghadapi perlawanan bangsa Indonesia yang dipimpin
oleh patimura (1817), Imam Bonjol di Minangkabau
(1822-1837), Diponogoro di Mataram (1825-1830), badaruddin di
palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan (1860),
Jelantik di Bali (1850), Anang Agung Made di Lombok
(1895), Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya'Din di
Aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di Batak (1900)
Pada hakikatnya perlawanan terhadap Belanda itu terjadi
hampir di setiap daerah di Indonesia. Akan tetapi,
perlawanan-perlawanan secara fisik terjadi secara
sendiri-sendiri di setiap daerah.
Tidak adanya persatuan
serta
koordinasi dalam melakukan perlawanan sehingga tidak
berhasilnya
bangsa
Indonesia
mengusir
kolonialis,
sebaliknya semakin memperkukuh kedudukan penjajah.
Hal ini telah membuktikan betapa pentingnya ada rasa
Kebangkitan Nasional
1908
Pada permulaan abad ke-XX bangsa Indonesia mengubah
cara-caranya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Kegagalan perlawanan secara fisik yang tidak adanya koordinasi pada masa lalu mendorong pemimpin-pemimpin Indonesia abad ke-XX untuk mengubah bentuk perlawanan yang lain.
Bentuk perlawanan itu ialah dengan membangkitkan ksadaran
bangsa Indonesia akan pentingnya bernegara. Usaha-usaha yang dilakukan adalah mendirikan berbagai macam organisasi politik di samping organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial.
Organisasi sebagai pelopor pertama adalah Budi Utomo pada
Sarikat Dagang Islam &
Indische Parti
Kemudian bermunculan organisasi pergerakan lain,
yaitu Sarikat Dagang Islam (1909), kemudian berubah
bentuknya menjadi pergerakan politik dengan
mengganti nama menjadi Sarikat Islam (1911) di
bawah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto.
Berikutnya muncul pula Indische Parti (1913) dengan
pemimpin Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo, dan
Ki Hadjar Dewantara. Namun karena terlalu radikal
sehingga pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913).
Akan tetapi, perjuangan tidak kendur karena kemudian
Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa
sejarah perjuangan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda Indonesia yang dipelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dan lain-lain mengumandangkan Sumpah Pemuda yang berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan bahasa satu, yaitu Indonesia.
Melalui sumpah pemuda ini makin tegaslah apa yang diinginkan oleh
bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. OLeh karena itu, diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan syarat mutlak. Sebagai tali pengikat persatuan itu adalah bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia.
Sebagai realisasi perjuangan bangsa, pada tahun 1930 berdirilah
Perjuangan Masa
Penjajahan Jepang
Pada tanggal 7 Desember 1941 meletuslah Perang Pasifik, dengan
dibomnya Pearl Harbour oleh Jepang. Dalam waktu yang singkat Jepang dapat menduduki daerah-daerah jajahan Sekutu di daerah Pasifik
Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang masuk ke Indonesia menghalau
penjajah Belanda, pada saat itu Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia, yaitu kemerdekaan bangsa dan tanah air Indonesia. Peristiwa penyerahan Indonesia dari Belanda kepada Jepang terjadi di Kalijati Jawa Tengah tanggal 8 Maret 1942.
Kenyataan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia bahwa
sesungguhnya Jepang tidak kurang kejamnya dengan penjajahan Belanda, bahkan pada zaman ini bangsa Indonesia mengalami penderitaan dan penindasan ang sampai kepada puncaknya. Kemerdekaan tanah air dan bangsa Indensia yang didambakan tak pernah menunjukan tanda-tanda kedatangannya, bahkan terasa semakin menjauh bersamaan dengan semakin mengganasnya bala tentara Jepang.
janji yang kedua kemerdekaan diumumkan lagi oleh Jepang
PROKLAMSI KEMERDEKAAN 17
AGUSTUS 1945
Sebagai tidak lanjut dari janji Jepang, maka tanggal 1 Maret
1945 Jepang mengumumkan akan dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Badan Penyelidik), yang dalam bahasa Jepang disebut “
Dokuritu
Zyumbi Tyoosakai”
. Badan Penyelidik ini yang kemudian dibentuk tanggal 29 April
1945 dengan susunan keanggotaanya, adalah sebagai berikut :
Ketua : Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat Ketua Muda : Ichibangase Yosio
Ketua Muda : R.P. Suroso
Anggota : 66 orang
Sidang Pertama Badan Penyelidik
[29 Mei 1945]
Prof. Dr. Supomo:
Pidatonya berisikan lima asas dasar untuk negara
Indonesia merdeka yang diidam-idamkan, yaitu
sebagai berikut.
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato Muh. Yamin menyampaikan usulan
Rumusan Pancasila Muh.
Yamin
Didalam pembukaan dari rancangan itu tercantum
perumusan lima asas dasar negara yang berbunyi
sebagai berikut.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kebangsaan persatuan Indonesia
Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Meski usulan lima asas dasar negara yang dikemukakan
Rumusan Pancasila Ir.
Soekarno
Dalam pidatonya Ir. Soekarno mengusulkan lima hal
untuk dapat dijadikan dasar-dasar negara merdeka,
dengan rumusan sebagai berikut :
Kebangsaan Indonesia
Internasionalisme ( Peri Kemanusiaan )
Mufakat ( Demokrasi)
Kesejaheraan Sosial
Ketuhanan yang Berkebudayaan
Untuk lima dasar negara itu beliau usulkan pula agar
diberi nama Pancasila. Lima dasar negara itu dapat
diperas menjadi
Tri Sila
, yaitu (1) Sosio Nasionalisme
(Kebangsaan), (2) Sosio Demokrasi ( Mufakat ), dan (3)
Ketuhanan. Kemudian Tri Sila dapat diperas lagi menjadi
Piagam Jakarta (22 Juni
1945)
Pada tanggal 22 Juni 1945,
Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta, Mr. A. A. Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso,
Abdulkahar Moezakir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad
Soebadjo, K.H. Wachid Hasjim, dan Mr. Muh. Yamin
mengadakan pembahasan terhadap pidato-pidato dan
usul-usul mengenai dasar negara yang telah dikemukakan
dalam sidang Badan Penyelidik.
Hasil dari pertemuan tersebut, maka disusun sebuah
Piagam yang kemudian dikenal
“Piagam Jakarta”
,
dengan rumusan :
1.
Ketuhanan,
dengan kewajiban menjalankan Syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya
.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.Persatuan Indonesia
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
Proklamasi Kemerdekaan dan
Maknanya
Pada tangal 9 Agustus 1945 terbentuklah panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang disebut dalam bahasa Jepang Dokuritu Zyunbi Inkai. Ir. Soekarno diangkat menjadi ketua dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Badan ini mula-mula bertugas untuk memeriksa hasil dari badan-badan Penyelidik, tetapi kemudian mempunyai kedudukan dan fungsi penting, yaitu sebagai berikut.
Mewakili selutuh bangsa Indonesia
Sebagai Pembentuk Negara
Menurut teori hukum, badan ini mempunyai wewenang
meletakkan dasar negara (pokok kaidah negara fundamental)
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah kalah pada
Situasi kekosongan kekuasaan itu tidak disia-siakan oleh
bangsa Indonesia, Pemimpin-pemimpin bangsa, terutama
para pemudanya, segera menanggapi situasi ini dengan
mempersiapkan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang diselenggarakan oleh PPKI sebagai wakil bangsa
Indonesia. Naskah Proklamasi ditandatangani oleh
Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa
Indonesia, bertanggal 17 Agustus 1945
Berdasarkan kenyataan sejarah itu dapat disimpulkan
Makna Proklamasi
Kemerdekaan
Proklamasi Kemerdekaan negara Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1945
mempunyai makna yang “sangat
penting”
bagi bangsa dan negara Indonesia, yaitu sebagai
berikut
1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai
Titik
Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia.
melawan Belanda dari 1908 sampai 1945
2. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai
Sumber Lahirnya Republik Indonesia
dihapuskan hukum kolonial & sumber hukum
nasional
3. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan
Norma Pertama dari Tata Hukum Indonesia
tata hukum yang ditentukan dan dilaksanakan
Teks Proklamasi 17 Agustus
1945
Teks Proklamasi adalah merupakan hasil ketikan dari
Sayuti Melik
salah seorang tokoh pemuda yang ikut
andil dalam persiapan Proklamasi adalah :
“
Proklamasi Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal² jang
mengenai
pemindahan
kekoeasaan
d.l.l.,
diselenggarakan dengan tjara saksama dan
dalam
tempoh
jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-45 Wakil2 bangsa Indonesia”
Proses Pengesahan Pancasila
Dasar Negara dan UUD 1945
Sehari setelah proklamasi yaitu pada tanggal
18
Agustus 1945,
PPKI mengadakan
sidangnya yang
pertama
dengan
menyempurnakan
dan
mengesahkan UUD 1945
.
UUD 1945 terdiri atas dua bagian, yaitu
bagian
Pembukaan dan bagian Batang Tubuh UUD
.
Hasil sidang pertama PPKI menghasilkan keputusan
sebagai berikut :
1. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden Pertama
N
o
Piagam Jakarta
Pembukaan UUD
1945
1.
2.
3.
4.
Mukadimah
“....dalam suatu Hukum
Dasar.”
“...dengan
berdasarkan
kepada
ketuhanan
dan
kewajiban
menjalankan
Syari’at
Islam
bagi
pemeleluk-pemeluknya.”
“...menurut
dasar
kemanusiaan yang adil dan
beradab.”
Pembukaan
“...dalam suatu UUD
Negara.”
“...dengan berdasar
kepada
Ketuhanan
Yang Maha Esa.”
“...kemanusiaan
yang
adil
dan
beradab.”
No . Rancangan Hukum Dasar UUD 1945 1. 2. 3. 4.
Istilah “Hukum Dasar”
Dalam rancangan dua orang Wakil Presiden.
Presiden haris orang Indonesia asli yang beragama Islam
“...selama perang,
pimpinan perang
dipegang oleh Jepang
dengan persetujuan
Pemerintahan Indonesia.”
Undang-Undang Dasar (atas usul dari Prof. Dr. Soepomo, SH)
Seorang Wakil Presiden
Presiden harus orang Indonesia asli
Dihapuskan
PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN DAN
MENGISI KEMERDEKAAN
INDONESIA
Masa Revolusi Fisik
Masa Demokrasi Liberal
Masa Orde Lama
Masa Orde Baru
Masa Orde Global
Masa Revolusi Fisik
Undang-Undang Dasar 1945 dibentuk di
dalam
waktu singkat
dan secara keseluruhan dilakukan
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Oleh para pembentuk UUD 1945 telah disadari
bahwa untuk membentuk lembaga-lembaga negara
tingkat pusat, serta peraturan perundang-undangan
sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 adalah
Oleh karena Itu, maka segala sesuatunya diatur dalam
Aturan Peralihan UUD 1945 (
naskah asli
), yang
menentukan sebagai berikut :
Pasal I : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
mengatur dan menyelenggarakan kepindahan
pemerintah kepada
pemerintah Indonesia
.
Pasal II : Segala
badan negara dan peraturan yang
ada masih langsung berlaku
, selama belum diadakan
yang baru menurut undang-undang dasar itu.
Pasal III : Untuk pertama kali
“Presiden dan Wakil
Presiden”
dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia.
Masa Demokrasi Liberal
Belanda Mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.
Mereka tidak tinggal diam, ia ingin menjajah kembali
seperti tempo dahulu. Oleh karena itu, ia berusaha
menduduki wilayah negara Republik Indonesia dan
merebut kekuasanan pemerintah Republik Indonesia.
Masuknya Belanda dan mendidiki wilayah Republik
Indonesia
tersebut
dilakukan
dengan
cara
membonceng tentara Sekutu yang bertugas melucuti
tentara
Jepang
di
Indonesia,
setelah
Jepang
menyatakan kekalahannya dalam Perang Dunia II.
Beberapa daerah dimana Belanda mendudukinya
Masa Demokrasi Liberal
Sejak itu wilayah negara Republik Indonesia berkembang
menjadi dua pemerintahan, yaitu sebagai berikut.
1.
Pemerintahan
Republik
Indonesia
yang
memeprtahankan kemerdekaanya serta kedaulatannya
baik terhadap pihak Belanda maupun terhadap pihak
dunia luar berdasarkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia 17 Agustus 1945.
2.
Pemerintah negara-negara Kecil yang didirikan oleh atau
paling tidak atas bantuan Belanda.
Sikap dan usaha Belanda tersebut di mana-mana
Berdasarkan kenyataan itu, maka diusahakanlah cara
lain untuk menghadapi pemerintahan Republik
Indonesia Serikat, dimana nanti
negara Republik
Indonesia hanya akan berstatus sebagai negara
bagian saja
. Kemungkinan dengan cara itu akan
dapat melemahkan pemerintahan Republik Indonesia
dalam menghadapi tuntutan Belanda, bahkan apabila
mungkin akan menghancurkan sama sekali
Dalam rangka maksud Belanda itu, maka dibentuk
Komite Indonesia Serikat
sebagai usaha dalam
membentuk
Negara Republik Indonesia Serikat
.
Belanda telah berhasil membentuk negara-negara
kecil, yaitu sebagai berikut.
1.
Negara Indonesia Timur (1946)
2.Negara Sumatera Timur (1947)
3.Negara Pasundan (1948)
4.
Negara Sumatera Selatan (1948)
5.Negara Jawa Timur (1948)
Sementara itu, persiapan-persiapan juga telah terjadi di
daerah-daerah
Kalimantan
Barat,
Kalimantan
Timur,
Kalimantan Tenggara, Dayak Besar, Banjar, Bangka, Belitung,
Riau, dan Jawa Tengah. Sementara itu, pihak Belanda terus
menerus melacarkan tekanan-tekanan secara diplomatis
terhadap
Republik
Indonesia,
antara
lain
melalui
persetujuan Renville (17 Januari 1948).
Isi
persetujuan-persetujuan tersebut pada hakikatnya bersifat mempersempit
wilayah serta kekuasaan pemerintah Republik Indonesia.
Akan tetapi, karena usaha-usaha tersebut masih belum juga
Agresi pertama terjadi pada tanggal 21 Juli 1947, dan agresi
kedua terjadi pada tanggal 19 Desember 1948. Istilah agresi ini dipergunakan oleh mereka yang pro-indonesia, memang kenyataanya Belanda menyerbu dan melanggar wilayah negara Republik Indonesia yang telah diakuinya sendiri. Jadi, yang dianggap menimbulkan keadaan kacau itu justru bangsa Indonesia.
Dengan tindakan kedua agresi tersebut hampir seluruh wilayah
negra Republik Indonesia dapat diduduki serta dikuasai oleh
pihak Belanda. Mereka berharap segera dapat diadakan
perdamaian, serta melemahkan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Namun, sesungguhnya dipandang dari segi strategi dan politis
tindakan kedua agresi Belanda tersebut justru merugikan pihak Belanda sendiri, karena dengan adanya tindakan-tindakan agresi tersebut justru dapat mempertinggi semangat perjuangan
bangsa untuk memepertahankan kemerdekaan yang telah
diproklamsikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Oleh karena itu persengketaan antara Republik Indonesia dengan
PBB perlu ikut campur tangan guna menyelesaikan pertikaian antara negara
Republik Indonesia dengan Belanda dengan diusahakan suatu konfrensi yang diadakan di Den Haag pada tanggal 23 Agustus 1949 sampai 2 November 1949 yang dikenal dengan nama Konferensi Meja Bundar (KMB). Hasi yang dicapai dalam persetujuan adalah sebagai berikut.
1. Didirikannya negara Republik Indonesia Serikat.
2. Pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Indonesia kerajaan Belanda kepada
pemerintahan negara Republik Indonesia Serikat.
3. Didirikan Uni antara negara Republik Indonesia Serikat dan kerajaan Belanda.
Pengakuan kedaulatan ditentukan akan dilaksanakan tanggal 27 Desember
1949. Dengan demikian, negara Republik Indonesia (proklamasi) hanya berstatus sebagai negara bagian. Mengapa pemerintahan negara Republik Indonesia menerima dengan baik hasil Konferensi Meja Bundar tersebut. Melalui semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dan kedaulatannya, maka kesempatan itu dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk menerima hasil KMB dengan berdirinya negara Republik Indonesia Serikat.
Pembentukan Negara
Kesatuan Kembali
Pembentukan negara RIS dianggap sebagai bentukan Belanda.
Dengan demikian, perjuangan bangsa untuk kembali kepada negara kesatuan semakin kuat. Hal ini terbukti terjadi penggabungan beberapa negara bagian kepada negara bagian Republik Indonesia (Proklamasi Yogyakarta). Akhirnya pada tanggal 19 Mei 1950 negara RIS terdiri atas tiga negara bagian saja, yaitu negara Republik Indonesia, negara Indonesia Timur, dan negara Sumatera Timur.
Kewibawaan pemerintahan negara RIS semakin berkurang untuk
pemerintah. Untuk menanggapi keadaan tersebut akhirnya disetujui oleh kedua Pemerintahan politik bahwa negara-negara bagian lebih cenderung untuk bergabung kembali kepada negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pada akhirnya tercapai kesepakatan melalui
Perubahan UUD terjadi, dari konstitusi RIS menjadi UUD
Sementara 1950 dengan jiwa negara kesatuan.
Walaupun UUDS 1045 sebagai tonggak untuk menuju
cita-cita Proklamasi, Pancasila, dan UUD1945, namun
kenyataanya masih berorientasi kepada pemerintahan
yang berasakan demokrasi liberal sehingga isi maupun
jiwanya
merupakan
penyimpangan
terhada
Pancasila.
Pelaksanaan demokrasi liberal pada tahun 1945 sampai
1949 merupakan penyimpangan terhadap Pancasila
dan UUD 1945.
Kelemahan Demokrasi Liberal
Kepememimpinan bersifat luas dan pro-barat yang
cenderung menganggap revolusi sudah selesai.
Usaha-usaha ekonomi tidaklah begitu besar dan kekacauan
administratif yang meluas dan kebingaran politik.
negara sesungguhnya sangat lemah, karena berbagai sebab
yang berkaitan dengan cara bagaimana kemerdekaan
diperoleh, yaitu sifat yang sangat desentralistik dari
perjuangan revolusioner melawan Belanda (1945-1949
).
Pemerintah
sering
tidak
mampu
melaksanakan
kehendakknya kepada kelompok-kelompok lokal (daerah).
Daud Beureuh.
Pertikaian di antara partai politik sangat kuat dan berakibat
Pembangunan Ekonomi
Pada
1949-1956
pemerintah Indonesia menerapkan suatu
sistem politik yang disebut demokrasi liberal, yang disebut
juga sebagai sistem politik yang
sangat demokratis
.
Akan tetapi, sejarah Indonesia menunjukkan bahwa sistem
politik demokrasi tersebut menyebabkan
kehancuran
politik dan perekonomian nasional.
Konflik politik yang
berkepanjangan
tidak
memberikan kesempatan dan
waktu bagi pemerintah yang berkuasa untuk memikirkan
masalah sosial ekonomi serta menyusun program
pembangunan.
Periode 1950-an ekonomi Indonesia masih dalam
Selain kondisi politik yang mati tidak saja menguntungkan,
buruknya perkonomian Indonesia juga disebabkan oleh
adanya
keterbatasan akan faktor-faktor produksi
,
seperti terbatasnya kemampuan wirausahaan/kapasitas
manajemen, tenaga kerja yang berpendidikan, teknologi,
dan kemampuan pemerintah menyusun rencana dan
strategi pembangunan yang baik. Dalam hal ini
pemerintah memberikan prioritas yang pertama terhadap
stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi
Keterbatasan faktor produksi dan kekacauan politik
nasional akan menyebabkan pembangunan ekonomi
Indonesia setelah perang revolusi
tidak pernah
terlaksana dengan baik
.
Masa Orde Lama
Pemilu tahun 1955 dalam kenyataanya tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, bahkan tidak adanya kestabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun hankam. Keadaan ini disebabkan oleh :
1.Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap
perekonomian Indonesia.
2.Akibat silih bergantinya kabinet, maka pemerintah tidak mampu menyalurkan dinamika masyarakat ke arah pembangunan, terutama pembangunan bidang ekonomi.
3.Sistem liberal berdasarkan UUD 1950 mengakibatkan kabinet
jatuh bangun sehingga pemerintahan tidak stabil.
4.Pemilu 1955 ternyata dalam DPR tidak mencerminkan
perimbangan kekuasaan politik yang sebenarnya hidup dalam masyarakat, karena banyak golongan-golongan di daerah-daerah belum terwakili di DPR.
5. Konstituante yang bertugas membentuk UUD yang baru
Dekrit Presiden 5 Juli
1959
Atas dasar hal tersebut diatas, maka Presiden menyatakan
bahwa
negara dalam keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta
keselamatan negara. Untuk itu,
Presiden mengeluarkan
dekrit pada tanggal 5 Juli 1959
. Isi dekrit tersebut adalah
sebagai berikut
1.
Membubarkan konstituante
.
2.
Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945 dan tidak
berlaku lagi UUDS 1950
.
3.
Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya
.
Dengan dasar pemikiran supaya tidak terulang lagi peristiwa
Namun, pelaksanaan demokrasi terpimpin itu dalam
menyimak arti yang sebenarnya,
justru bertentangan
dengan Pancasila
, yang berlaku adalah keinginan dan
ambisi
politik
pemimpin
sendiri.
Kebijakan
yang
menyimpang dari UUD 1945 dalam bidang politik adalah
sebagai berikut :
1. Pembubaran DPR hasil pemilu tahun 1955 melalui
Penetapan Presiden No. 4 tahun 1960 dengan dibentuk
“Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPRD-GR)”
yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
2. Pembentukan MPRS yang para anggotanya
diangkat dan
diberhentikan
oleh Presiden.
3. Pembentukan DPA dan MA dengan penetapan Presiden
dan anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
4. Lembaga-lembaga negara, seperti yang disebutkan
diatas
dipimpin sendiri oleh Presiden
.
5.
Mengangkat Presiden seumur hidup
6. Melalui ketetapan MPRS No. I/MPRS/1963
Manifesto
politik dari Presiden dijadikan GBHN.
7. Hak budget DPR tidak berjalan karena pemerintah
tidak
mengajukan
RUU
APBN
untuk
mendapatkan
persetujuan
DPR
sebelum
berlakunya tahun anggaran yang bersangkutan.
Karena DPR tidak menyetujui rancangan APBN yang
diajukan Presiden, maka DPR dibibarkan tahun 1960.
8. Mentri-mentri diperbolehkan menjabat sebagai ketua
MPRS, DPR-GR, DPA, MA, MPRS, dan DPR-GR
yang
seharusnya menjadi lembaga perwakilan rakyat
Walaupun ideologi Indonesia Pancasila, Sistem politik
dan ekonomi pada masa orde lama, khususnya setelah
ekonomi terpimpin, semakin dekat dengan pemikiran
sosialis /komunis
Uni Soviet dan cina sangat kuat
.
Sebetulnya pemerintahan Indonesia memilih haluan
politik yang berbau komunis hanya merupakan suatu
refleksi dari perasaan semangat
anti-kolonialisasi,
anti-imperialisasi, dan anti kapitalisasi
saat itu.
Pada
masa
itu
prinsip-prinsip
individualisme,
persaingan bebas, dan perusahaan swasta/pribadi
sangat
ditentang
oleh
pemerintah
dan
masyarakat pada umumnya
karena prinsip tersebut
sering kali dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme.
Keadaan ini membuat Indonesia semakin sulit
mendapatkan dana dari negara-negara Barat, baik
dalam bentuk pinjaman ataupun penanaman modal
asing (PMA), sedangkan untuk dapat membiayai
rekonstruksi
ekonomi
dan
pembangunan
selanjutnya Indonesia sangat membutuhkan dana
yang sangat besar
.
Setelah peristiwa G-30-S/PKI, terjadi suatu perubahan
politik yang drastis yang terus menubah sistem ekonomi
dari pemikiran-pemikiran sosialis
ke semi-kapitalis
.
Sebenarnya perekonomian Indonesia menurut UUD 1945
menganut sistem yang dilandasi oleh prinsip-prinsip
kebersamaan
atau
koperasi
berdasarkan
Pancasila
. Akan tetapi, dalam praktek sehari-hari
pengaruh
kekuasaan
cenderung
kepada
Masa Orde Baru
Dengan berakhirnya pemerintahan Soekarno dalam orde
lama, dimulailah pemerintahan baru yang dikenal dengan
“orde baru”
, yaitu suatu tataan kehidupan masyarakat
dan pemerintahan yang menuntut dilaksanakannya
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Munculnya orde baru diawali dengan tuntutan aksi-aksi
dari seluruh masyarakat, seperti Kesatuan Aksi Pemuda
Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan Aksi Mahasiswa
Indonesia (KAMI), dan lain-lain.
Tuntutan mereka
dikenal dengan nama Tritura
. Isi tuntutan tersebut
sebagai berikut :
1.
Pembubaran PKI dan ormas-ormasnya
.
2.
Pembersihan kabinet dari unsur-unsur
G-30-S/PKI
.
Orde baru mengambil tugas utamanya, yaitu penciptaan
ketertiban politik dan kemantapan ekonomi. Oleh sebab itu,
orde baru segera mengambil jarak dengan kelompok-kelompok yang kuat orientasi ideologisnya. Pemimpin orde baru segera menyusun birokrasi yang mendukung kebijakannya. Diciptakan ABRI yan loyal dibawah komandonya. Semua lembaga negara baik supra maupun infrastruktur ditentukan kepemimpinannya atas dasar loyalitas kepadanya
Orde baru bertolak belakang dengan orde lama dalam hal
kebijakan ekonomi. Akan tetapi, dalam hal sistem dan kebijakan politik cenderung otoriter dan monopolistik sebagai pelanjut dari rezim orde lama. Konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang memungkinkan oposisi tidak dapat melakukan kontrol.
Pada kenyataanya, orde baru telah jauh menyimpang dari perjuangannya semula, yaitu sebagai berikut.
1. Orde baru, secara eksplisit tidak mengakui 1 Juni sebagai lahirnya Pancasila.
2. Butir-butir P-4 mendidik secara halus ketaatan individu kepada kekuasaan dan tidak ada butir yang mencantumkan kewajiban negara terhadap rakyatnya.
Asas Tunggal Pancasila
Dalam pidato kenegaraan di depan DPR-RI tanggal 16 Agustus
1982, Presiden Soeharto mengemukakan gagasannya mengenai urgensi penerapan asas tunggal Pancasila atas partai-partai politik.
Tujuan menyeragamkan asas partai-partai politik adalah
untuk mengurangi seminimal mungkin potensi konflik ideologis yang terkandung dalam partai-partai politik. Berbeda dengan gagasan Bung Karno dalam pidatonya tanggal 1 Juni 1945, beliau mengharapkan agar Pancasila dijadikan dasar filosofis negara Indonesia, tiap golongan hendaknya menerima anjuran filosofis ini dengan catatan bahwa tiap golongan berhak memperjuangkan aspirasinya masing-masing dalam mengisi kemerdekaan.
Pola seperti ini masih terlihat dalam UU No.3/1975 tentang
Partai Politik dan Golongan Karya, dengan tidak adanya keharusan mencantumkan Pancasila sebagai satu-satunya asas. Namun, dengan adanya pidato Presiden tersebut ada dorongan dengan menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas.
Hal ini berarti pencantuman asas lain yang sesuai dengan
Akhirnya, keinginan Presiden itu terpenuhi
dengan merubah
UU No.3/ 1975 dengan UU
No.3/1985
. Dalam penjelasan undang-undang itu
disebutkan bahwa pengertian asas meliputi juga
pengertian dasar, landasan, dan pedoman pokok
yang harus dicantumkan dalam anggaran dasar
partai politik. Perbedaan partai hanya dalam
bentuk program saja.
Asas tunggal Pancasila, menurut Deliar Noer,
berarti
mengingkari
kebhinnekaan
masyarakat
yang
memang
berkembang
menurut
keyakinan
dari
masing-masing.
Keyakinan ini biasanya bersumber dari agama
atau dari paham lain.
Bahkan asas tunggal Pancasila cenderung ke arah
Pembangunan Ekonomi
Di dalam rangka untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
lewat
pembangunan
ekonomi
dan
sosial,
maka
pemerintahan orde baru menjalin kembali hubungan baik
dengan pihak barat dan menjauhi pengaruh ideologi
komunis,
yang berarti kembali menjadi anggota PBB
dan lembaga internasional lainnya
.
Hal itu terlihat dari hadirnya Bank Dunia dan Dana Moneter
Internasional (IMF). Menjelang akhir dekade 1960-an, atas
kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, dan Bank
Pembangunan Asia (ADB) dibentuk suatu kelompok
konsorsium yang disebut
“
Inter Governmental Group on
Indonesia (IGGI)”
,
yang terdiri atas sejumlah
negara-negara maju, termasuk Jepang dan Belanda, dengan tujuan
membiayai pembangunan Indonesia.
Dengan sikap
Indonesia anti-komunis menjadikan Indonesia sangat
menarik untuk negara-negara Barat yang kapitalis
Pembangunan orde baru dilakukan secara bertahap,
Apabila dibandingkan dengan orde lama,
cukup
banyak terdapat perbedaan fundamental
, yaitu
dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis ke
ekonomi terbuka yang berorientasi kepada kapitalis.
Perbedaan
orientasi
ekonomi
menyebabkan
perekonomian masa orde baru lebih baik dari masa
orde lama. Beberapa
prakondisi
yang menonjol dari
perekonomian masa orde baru adalah sebagai
berikut :
1.
Stabilitas politik dan ekonomi.
2.
Sumber daya manusia yang lebih baik.
3.
Sistem politik dan ekonomi terbuka yang
toastern
oriented.
Kelemahan Pembangunan Orde
Baru
Persoalan yang paling mendasar dalam era orde baru adalah
campur aduk institusi negara dan swasta. Jabatan publik,
perusahaan, dan yayasan dicampur aduk satu sama lain sehingga pemegang kekuasaan dan orang-orang yang menjadi pemburu rente ekonomi menjadi pemenang dan mengambil segala kesempatan dan potensi keuntungan ekonomi dan sosial secara tidak adil, seperti
subordinasi Bank Indonesia (obyek KKN), proteksi Chandra Asri, Keppres Mobnas, Institusi Bulog, pemasaran cengkeh dan jeruk, dan sebagainya memberi dampak masalah
keadilan publik. Akses publik yang lebih luas terhadap
sumber-sumber ekonomi menjadi tertutup sehingga proses pemerataan pendapatan dikorbankan.
Lembaga kepresidenan merupakan faktor pokok dan mendasar yang
paling rusak dan mempengaruhi lembaga negara di bawahnya. Lembaga kepresidenan adalah the ruler, yang mengatur segalanya. Fungsi check and balance tidak bekerja dan parlemen menjadi
stempel karet. Sistem digerakkan dari institusi Presiden yang
Kritik terhadap pemerintahan orde baru masih kelihatan sekalipun
ditekan pada taraf minimal, seperti pada dekade 1970-an muncul gerakan untuk pemberantasan korupsi karena utang dan kebangkrutan melanda Pertamina. Pada dekade 1980-an isu menggugat praktek-praktek monopoli dan dekade 1990-an tuntutan perbaikan alokasi sumber daya ekonomi. Puncak gejolak ketidakpuasan publik adalah kasus Bapindo, yang mana telah terjadi distorsi alokasi kredit dan juga di bank-bank pemerintah lain yang dikenal sebutan bahwa bank-bank pemerintah disebut kasir konglomerat, karena mendapat perlakuan istimewa dari penguasa.
Sumber-sumber keuangan yang potensial, dalam hal ini tersimpan
Kelemahan Pembangunan Orde
Baru
Dengan demikian, semakin jelas bahwa ada paradoks
kemajuan di Indonesia terjadi karena
sistem yang
distorsif tersebut
. Pada satu sisi
kemajuan-kemajuan ekonomi yang dilihat secara agregat,
memberi bukti adanya pembangunan yang progresif.
Pembangunan dan Utang
Luar Negeri
Selama orde baru pemerintah menganggap bahwa utang
itu merupakan bagian dari proses pembangunan
ekonomi yang sukses dengan pertumbuhan ekonomi
cukup tinggi.
Perkembangan utang luar negeri dari tahun ke tahun
pada masa orde baru cenderung meningkat, sehingga
pembayaran pokok dan bunga utang sudah begitu besar
.
Pada tahun 1980-1999 mencapai 129 miliar dolar AS, ini
Masa Era Global
Pembangunan
Penyimpangan dari kehidupan bernegara era orde baru sampai kepada puncaknya dengan muncul krisis moneter yang berakibat jatuhnya
Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun. Untuk
menyelamatkan negara dari kehancuran, maka MPR telah mengeluarkan ketetapannya :
1.Ketetapan MPR No. VIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR
tentang Referendum.
2.Ketetapan MPR No.X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi
Pembanguan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan Negara.
3.TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih
dan Bebas KKN.
4.TAP MPR No. XIII/MPR/1998 tentang Pembatasan Masa Jabatan
Presiden
dan Wakil Presiden Indonesia.
5.TAP MPR No.XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka
Demokrasi Ekonomi.
6.TAP MPR No.XVII/MPR/1998 tentang HAM.
7.TAP MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan Penegasan
Sekalipun MPR telah mengeluarkan ketetapannya,
namun inti permasalahan yang ditinggalkan oleh
pemerintahan orde baru bukanlah sedikit, sehingga
merumitkan bagi pemerintah transisi atau pemerintah
era reformasi untuk keluar dari permasalahan tersebut
Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
berbagai masalah tersebut adalah :
1. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak
dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara
oleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudian
melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa
ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran
hak asasi manusia.
3. Konflik sosial budaya telah terjadi karena kemajemukan suku, kebudayaan dan agama yang tidak dikelola dengan baik dan adil oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal itu semakin diperburuk oleh pihak pengusaha yang menghidupkan kembali cara-cara menyelenggarakan pemerintahan yang feodalistik dan paternalistik sehingga menimbulkan konflik horizontal yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa
4. Hukum telah menjadi alat kekuasaan dan pelaksanaannya telah diselewengkan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan prinsip keadilan, yaitu persamaan hak warga negara di hadapan hukum.
5. Perilaku ekonomi yang berlangsung dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta berpihak pada sekelompok pengusaha besar, telah menyebabkan krisis ekonomi yang berkepanjangan, utang besar yang harus dipikul oleh negara, penggangguran dan kemiskinan yang semakin meningkat, serta kesenjangan sosial ekonomi yang semakin melebar.
6. Sistem politik yang otoriter tidak dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu menyerap aspirasi dan memperjuangkan kepentingan masyarakat.
8. Berlangsungnya pemerintahan yang telah mengabaikan proses demokrasi menyebabkan rakyat tidak dapat menyalurkan aspirasi politiknya sehingga terjadi gejolak politik yang bermuara pada gerakan reformasi yang menuntut kebebasan, kesetaraan, dan keadilan.
9. Pemerintah yang terlalu sentralistis
10. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai akibat dari lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat
11. Dalam pelaksanaan peran sosial politik dalam dwi fungsi ABRI telah disalahgunakannya ABRI sebagai alat kekuasaan
12. Globalisasi dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya dapat memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia, tetapi jika tidak diwaspadai dapat memberi dampak negatif terhadap kehidupan berbangsa.
Perekonomian Era
Reformasi
Periode
transisi
Habibie
terlalu
pendek
untuk
mengisahkan perjalanan ekonomi suatu negara. Yang
terjadi adalah untuk kembali mendesain ulang struktur
ekonomi yang berbasis konglomerat menuju ekonomi
kerakyatan.
Pemerintahan Habibie hanya sampai pada upaya
pembuatan perangkat undang-undang yang disiapkan
dengan
tergesa-gesa
dan
belum
tentu
dapat
dilaksanakan
oleh
pemerintah
selanjutnya,
jadi
implementasi kebijakannya tidak sempat dilaksanakan.
Perekonomian negara sudah menunjukkan adanya
Era Abdurrahman Wahid
Perbaikan institusi secara sistematis tidak terjadi, bahkan
kesalahan-kesalahan
baru
terjadi
kembali
yang
menambah lebih parah lagi keadaan. Beberapa di
antaranya adalah :
Kasus DPUN,
yaitu suatu lembaga perhimpunan para
Kasus Depsos dan Deppen,
yang mana pemerintah
Abdurrahman Wahid membubarkan lembaga bermasalah,
tetapi penggantinya tidak dipikirkan, dengan cara itu
pemerintah terus akan selalu menghadapi permasalahan
dan menciptakan persoalan baru bagi rakyat banyak.
Tidak ada masalah dalam negeri yang terselesaikan
dengan baik, seperti kasus Aceh, konflik Maluku, dan
sebagainya. Ketidakstabilan bidang politik dan sosial yang
belum surut menambah kesan bagi investor asing bahwa
Indonesia adalah sebuah negara yang berisiko tinggi.
Akibatnya, kondisi ekonomi nasional cenderung lebih
buruk dari era Habibie.
Cenderung diktator dan praktek KKN. Sikap Presiden
Sumber Literatur
Drs. Syahrial Syabaini,
Pendidikan Pancasila
Di Perguruan Tinggi
, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2004.
Trianto, S.Pd, M.Pd dan Titik Triwulan, SH, MH,