• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - MODEL ANTRIAN DENGAN KEDATANGAN ... - USD REPOSITORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - MODEL ANTRIAN DENGAN KEDATANGAN ... - USD REPOSITORY"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

i

MODEL ANTRIAN DENGAN KEDATANGAN

BERDISTRIBUSI POISSON DAN WAKTU PELAYANAN

BERDISTRIBUSI EKSPONENSIAL

(Studi Kasus: Antrian Prioritas Layanan BPJS RS Panti Rapih)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Disusun oleh: Amalya Widiastuti

NIM: 123114017

PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

THE QUEUEING MODEL WITH POISSON DISTRIBUTED

ARRIVAL AND EXPONENTIAL DISTRIBUTED SERVICE

TIME

(Case Study: Priority Queue of BPJS Service at

Panti Rapih Hospital)

A THESIS

Presented as a Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Degree of Sarjana Sains

Mathematics Study Program

Written by: Amalya Widiastuti Student ID: 123114017

MATHEMATICS STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF MATHEMATICS FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

(3)

iii SKRIPSI

MODEL ANTRIAN DENGAN KEDATANGAN BERDISTRIBUSI POISSON DAN WAKTU PELAYANAN BERDISTRIBUSI

EKSPONENSIAL

(Studi Kasus : Antrian Prioritas Layanan BPJS RS Panti Rapih)

Disusun oleh:

Nama: Amalya Widiastuti

NIM: 123114017

Telah disetujui oleh:

Dosen pembimbing skripsi

Ir. Ig Aris Dwiatmoko, M.Sc. Tanggal: 17 Oktober 2016

(4)

iv SKRIPSI

MODEL ANTRIAN DENGAN KEDATANGAN BERDISTRIBUSI POISSON DAN WAKTU PELAYANAN BERDISTRIBUSI

EKSPONENSIAL

(Studi Kasus: Antrian Prioritas BPJS RS Panti Rapih)

Disiapkan dan ditulis oleh:

Amalya Widiastuti

NIM: 123114017

Telah dipertahankan dihadapan Panita Penguji

Pada tanggal 16 November 2016

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama lengkap tanda tangan

Ketua: Sudi Mungkasi, Ph.D. ...

Sekertaris: Y.G. Hartono, Ph.D. ...

Anggota: Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. ...

Yogyakarta,

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Sanata Dharma

Dekan

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

*Jangan pernah menunda sesuatu, sebab menunda adalah

masalah.

Karya tulis ini ku persembahkan untuk:

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

skripsi ini dapat selesai,

 Mama yang selalu mendoakan ku dan memberi perhatian serta kasih sayang

hingga saat ini.

 Papa, Mas Thias, Mba Laila dan Dimas yang selalu mendukung serta

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang disebutkan dalam daftar

pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

(7)

vii ABSTRAK

Antrian adalah suatu kondisi dengan subyek-subyek menuju suatu area untuk dilayani dan menghadapi suatu keterlambatan yang disebabkan oleh mekanisme pelayanan yang mengalami kesibukan. Masalah ini memerlukan model matematika untuk memahami perilaku sistem antrian. Model antrian dengan kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial akan diulas dalam skripsi ini. Unsur-unsur antrian seperti model antrian, sikap subyek terhadap antrian, waktu tunggu, serta disiplin antrian mempunyai karakteristik yang harus dipelajari.

Dalam skripsi ini disiplin antrian yang digunakan adalah disiplin antrian prioritas yaitu pelayanan diberikan kepada subyek yang mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibanding subyek yang lain. Model antrian yang diterapkan untuk menganalisis antrian layanan BPJS Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta yang bertujuan untuk mengevaluasi penyebab masalah antrian yang terjadi.

(8)

viii ABSTRACT

Queueing is a condition where the subjects go to a particular area to be served and face a lateness due to a busy-service mechanism. This problem needs a mathematical model to understand the queueing system behavior. The queueing model with Poisson distributed arrival and Exponential distributed service time will be discussed in this thesis. The elements of queue, such as the queue model, the subject behavior towards the queue, the waiting time, and the queue discipline respectively have characteristics that need to be studied.

(9)

ix

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Amalya Widiastuti

NIM : 123114017

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Model Antrian Dengan Kedatangan Berdistribusi Poisson Dan Pelayanan Berdistribusi Eksponensial

(Studi Kasus: Antrian Prioritas Layanan BPJS RS Panti Rapih)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan ke dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 16 November 2016 Yang menyatakan

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat yang selalu menyertai penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika, Universitas

Sanata Dharma.

Banyak tantangan dalam proses penulisan skripsi ini, namun dengan

penyertaan Allah SWT serta dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini

dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta ilmu yang telah

diberikan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak YG. Hartono, S.Si., M.Sc., Ph.D, selaku Ketua Program Studi

Matematika sekaligus Dosen Pembimbing Akademik Matematika 2012.

3. Bapak Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku dekan Fakultas

Sains dan Teknologi.

4. Romo Prof. Dr. Frans Susilo, S.J., Ibu M. V. Any Herawati, S.Si., M.Si.,

Bapak Dr. rer. nat. Herry P. Suryawan, S.Si., M.Si., dan Ibu Lusia

Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si. selaku dosen-dosen Prodi Matematika

yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada penulis selama proses

perkuliahan.

5. Kedua orang tuaku tercinta Asriyanto dan Rusmiati, kakakku Thias Bahtiar

(11)

xi

Arum, Eni dan Adi yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Sahabat BSD (Rian dan Fitri), teman-teman Matematika 2012 (Ajeng,

Putri, Sila, Anggun, Noni, Manda, Happy, Dewi, Rian, Budi, Ega, Boby,

Tika, Ferny, Juli, Ilga, Oxi, dan Risma), Nawacatur, Bovis, dan Nancy

Amanda, Ensi, dan Linda yang telah membantu dalam penulisan skripsi

ini, dan memberikan keceriaan serta dukungan selama masa kuliah.

7. Rumah Sakit Panti Rapih yang telah mengizinkan penulis melakukan

penelitian pada skripsi ini.

8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Semoga segala doa, perhatian, dukungan, bantuan, dan cinta yang telah diberikan

mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penelitian

selanjutnya. Harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan

menjadi referensi belajar yang baik.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Penulis,

(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INDONESIA ... i

HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

F. Manfaat Penulisan ... 4

(13)

xiii

BAB II DASAR- DASAR TEORI PELUANG DAN STATISTIKA ... 7

A.Peluang ... 7

B. Nilai Harapan ... 17

C.Variansi ... 25

D.Fungsi Pembangkit Momen (FPM) ... 27

E. Distribusi Poisson ... 29

F. Distribusi Gamma ... 32

G.Distribusi Eksponensial ... 39

H.Uji Sampel Tunggal Kolmogorov-Smirnov ... 40

BAB III TEORI ANTRIAN ... 45

A.Proses Antrian ... 45

B. Unsur-Unsur Antrian ... 45

C.Aturan Distribusi Eksponensial ... 51

D.Proses Poisson ... 53

E. Waktu Antar Kedatangan ... 60

F. Hubungan Antara Distribusi Poisson dengan Distribusi Eksponensial.64 G.Model Antrian Poisson yang Diperumum ... 65

H.Antrian Poisson Khusus ... 70

I. Model Antrian dengan Pelayanan Tunggal Kapasitas Tak Hingga ... 75

J. Model Antrian dengan Pelayanan Kapasitas Tak Hingga ... 81

(14)

xiv

A. Sistem Antrian Pelayanan BPJS di Rumah Sakit Panti Rapih dan

Harapan Pasien ... 87

B. Analisis Deskriptif Data Waktu Kedatangan dan Waktu Pelayanan ... 93

C. Analisis Sistem Antrian Layanan BPJS ... 97

D. Analisis Perhitungan Performa Antrian ... 107

E. Evaluasi dan Saran Untuk Sistem Antrian ... 109

BAB V PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi peluang banyaknya bola merah yang terambil ... 12

Tabel 2.2 Fungsi probabilitas bersama... 15

Tabel 2.3 Fungsi probabilitas dari variabel acak ... 23

Tabel 2.4 Data suatu sampel acak ... 42

Tabel 2.5 Uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov secara manual ... 43

Tabel 2.6 Uji Sampel tunggal Kolmogorov-Sminrov dengan SPSS... 44

Tabel 3.1 Hubungan antara distribusi Poisson dengan distribusi Eksponensial di antrian ... 64

Tabel 3.2 Sistem pelayanan pada Toko Grosir B&K ... 68

Tabel 3.3 Hasil perhitungan performa antrian dengan software MATLAB ... 85

Tabel 4.1 Pembagian tugas loket dalam melayani pasien ... 91

Tabel 4.2 Jawaban dari pertanyaan nomor 1 oleh responden ... 92

Tabel 4.3 Jawaban responden mengenai waktu mengantri ... 92

Tabel 4.4 Informasi kedatangan dan waktu pelayanan sistem antrian ... 94

Tabel 4.5 Statistik hasil uji distribusi kedatangan ... 96

Tabel 4.6 Statistik hasil uji waktu pelayanan ... 97

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Antrian orang yang menunggu dilayani ... 2

Gambar 1.2 Antrian peti kemas yang menunggu dikirim ... 2

Gambar 2.1 Pemetaan ... 11

Gambar 3.1 Model antrian satu saluran satu fase ... 48

Gambar 3.2 Model antrian satu saluran multi fase ... 49

Gambar 3.3 Model antrian multi saluran satu fase ... 50

Gambar 3.4 Model antrian multi saluran multi fase ... 50

Gambar 3.5 Ilustrasi waktu tunggu ... 61

Gambar 3.6 Diagam transisi antrian Poisson ... 66

Gambar 3.7 Skema antrian Poisson khusus ... 71

Gambar 4.1 Ilustrasi antrian layanan BPJS RS Panti Rapih ... 87

Gambar 4.2 Pengambilan tiket antrian layanan BPJS ... 89

Gambar 4.3 Pasien yang menunggu untuk dilayani ... 89

Gambar 4.4 Pasien yang sedang mendapatkan pelayanan oleh petugas di loket (server) ... 90

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Antrian masih menjadi masalah yang sering ditemukan di fasilitas

pelayanan umum. Antrian adalah suatu kondisi dengan subyek-subyek menuju

suatu area untuk dilayani dan menghadapi suatu keterlambatan yang disebabkan

oleh mekanisme pelayanan yang mengalami kesibukan. Dalam hal ini terjadi waktu

tunggu yaitu waktu yang diperlukan dalam sebuah antrian. Antrian yang terbentuk

dalam pelayanan terjadi akibat kurangnya jumlah pelayanan, banyaknya

kedatangan, dan waktu tunggu yang lama. Kedatangan dan waktu pelayanan yang

berbeda-beda, setiap orang yang terlibat dalam antrian akan memiliki waktu tunggu

yang berbeda-beda. Terjadinya antrian merupakan sesuatu yang kurang baik dalam

suatu pelayanan karena membuat orang yang terlibat dalam antrian harus

menunggu untuk dilayani.

Proses antrian juga dipengaruhi oleh banyaknya pelanggan yang semakin

banyak. Dengan kata lain fenomena yang terjadi pada antrian adalah pelayanan

masih berjalan tetapi dengan tingkat pelayanan yang lebih lambat dengan

(18)

Berikut ini adalah contoh nyata sebuah antrian, yang ditunjukkan oleh

Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.

Gambar 1.1 Antrian orang yang menunggu dilayani.

Gambar 1.2 Antrian peti kemas yang menunggu dikirim.

Dalam karya tulis ini akan dibahas mengenai model antrian dengan

kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial

dan juga akan dipelajari ukuran kinerja sistem dalam antrian seperti rata-rata

banyaknya subyek dalam sistem antrian, rata-rata banyaknya subyek yang

menunggu dalam antrian, waktu tunggu subyek yang dihabiskan dalam sistem, dan

waktu tunggu subyek yang dihabiskan dalam antrian.

Ukuran kinerja sistem dapat digunakan untuk menentukan banyaknya

(19)

tulis ini, penulis melakukan penelitian dari suatu layanan antrian. Obyek yang

dijadikan penelitian adalah antrian layanan BPJS di Rumah Sakit Panti rapih.

Penulis akan mengambil data secara langsung dan mengolah data serta akan

menganalisis ukuran kinerja sistem sehingga menghasilkan suatu usulan perbaikan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dibicarakan pada tugas akhir ini adalah:

1. Bagaimana dasar-dasar teori antrian?

2. Bagaimana distribusi Poisson dan Eksponensial dapat dipergunakan dalam

sebuah antrian?

3. Bagaimana ukuran kinerja sistem pada model antrian dengan kedatangan yang

berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan yang berdistribusi Eksponensial?

C. Batasan Masalah

Dalam pembuatan tugas akhir ini ada beberapa hal yang dibatasi agar

permasalahan tidak meluas atau tidak sesuai dengan tujuan awal. Berikut adalah

batasan masalahnya:

1. Model yang dibahas adalah model dengan kedatangan berdistribusi Poisson

dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial.

2. Model yang dibahas adalah:

a. Model antrian dengan pelayanan tunggal yaitu ∕ ∕ : ⁄∞⁄ .∞

b. Model antrian dengan pelayanan yaitu ∕ ∕ : ⁄∞⁄ .∞

(20)

4. Data yang digunakan adalah data antrian layanan BPJS di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta.

D. Tujuan penulisan

Penulisan ini bertujuan membahas dasar-dasar teori sebuah antrian, peranan

distribusi Eksponensial dalam sebuah antrian serta penerapannya pada masalah

antrian layanan BPJS di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang dipakai adalah metode studi pustaka, yaitu dengan

membaca referensi buku-buku pendukung dan jurnal yang mengenai antrian dengan

kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial.

Jenis-jenis sumber pustaka yang digunakan dicantumkan dalam daftar pustaka.

F. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diperoleh dari karya tulis ini adalah:

1. Bagi penulis: memahami mengenai teori antrian dan mampu menganalisis

masalah antrian.

2. Bagi pembaca: memperdalam pengetahuan baru tentang teori antrian serta

(21)

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Batasan Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Metode Penulisan

F. Manfaat Penulisan

BAB II : DASAR-DASAR TEORI PELUANG DAN STATISTIKA

A. Peluang

B. Nilai Harapan atau Mean

C. Variansi

D. Fungsi Pembangkit Momen (FPM)

E. Distribusi Poisson

F. Distribusi Gamma

G. Distribusi Eksponensial

H. Uji Sampel Tunggal Kolmogorov-Smirnov

BAB III TEORI ANTRIAN

A. Proses Antrian

B. Unsur-Unsur Antrian

(22)

D. Proses Poisson

E. Waktu Antar Kedatangan

F. Model Antrian Poisson yang Diperumum

G. Antrian Poisson Khusus

H. Model Antrian Tunggal dengan Kapasitas Tak Hingga

I. Model Antrian dengan Pelayanan Kapasitas Tak Hingga

BAB IV: ANALISIS ANTRIAN LAYANAN BPJS RUMAH SAKIT PANTI

RAPIH YOGYAKARTA

A. Sistem Antrian Pelayanan BPJS Rumah Sakit Panti Rapih

B. Analisis Deskriptif Data Waktu Kedatangan dan Waktu Pelayanan

C. Analisis Sistem Antrian BPJS

D. Analisis Perhitungan

E. Evaluasi dan Saran

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan

(23)

7 BAB II

DASAR-DASAR TEORI PELUANG DAN STATISTIKA

Dalam Bab ini akan disajikan dasar-dasar teori peluang dan statistika

sebagai landasan pembahasan skripsi ini.

A. Peluang

Definisi 2.1 Ruang Sampel

Himpunan semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel

dan dinyatakan dengan simbol .

Contoh 2.1

Percobaan pelemparan sekeping koin sebanyak dua kali dengan kedua sisinya yaitu

gambar dan angka, ruang sampel dari percobaan tersebut adalah

{ , , , }.

Simbol menyatakan “Gambar” pada sisi koin dan simbol menyatakan “Angka”

pada sisi koin.

Definisi 2.2 Kejadian

Kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian dinotasikan dengan

(24)

Contoh 2.2

Percobaan pengambilan 3 buah bola yang diambil secara satu per satu tanpa

pengembalian dari kantong yang berisi 9 buah bola dengan 3 buah bola berwarna

hijau, 3 buah bola berwarna merah, dan 3 buah bola berwarna biru.

: Kejadian terambilnya bola pertama berwarna hijau.

Maka = { , , , , , , , , }

dengan menyatakan “bola berwarna hijau”, menyatakan “bola berwarna

merah”, dan menyatakan “bola berwarna biru”.

Definisi 2.3

Misalkan dan adalah adalah kejadian dari ruang sampel , maka:

1. Gabungan dari dua kejadian dinotasikan dengan

= { | � � }.

2. Irisan dari dua kejadian dinotasikan dengan

= { | � � }.

3. Komplemen suatu kejadian dinotasikan � dengan � = { � | }.

4. Selisih dari kejadian dan dinotasikan \ dengan

\ = �.

(25)

Definisi 2.4 Peluang

Diberikan ruang sampel dan kejadian dari . Peluang dari dinotasikan �

yang memenuhi:

Definisi 2.5 Peluang Suatu Kejaadian

Diberikan kejadian pada ruang sampel , peluang terjadinya adalah

� =

dengan adalah banyaknya anggota terjadi dan adalah banyaknya

anggota ruang sampel .

Contoh 2.3

Pelemparan koin sebanyak dua kali. Berapa peluang munculnya minimal 1 sisi

“Angka”?

Ruang sampel pada percobaan tersebut adalah

= { , , , }

dengan menyatakan “Angka” pada sisi koin dan menyatakan “Gambar” pada

sisi koin. Jika adalah kejadian yang menyatakan terjadinya minimal munculnya

(26)

Definisi 2.6 Peluang Bersyarat

Diberikan dua kejadian dan dalam ruang sampel . Peluang kejadian setelah

kejadian terjadi dinotasikan dengan � | ,

� | =� , � > .

Dua kejadian dan saling bebas jika � = � � .

Contoh 2.4

Diberikan ruang sampel = { , , , , , } dan misalkan adalah kejadian

bilangan genap di dan adalah kejadian bilangan yang lebih dari 3 di maka

diperoleh = { , , } , = { , , }. Tentukanlah apakah dan saling bebas.

Jawab:

= { , } berarti � = = ,

� = = dan � = = ,

oleh karena � � = ≠ � = maka dan tidak saling bebas.

Definisi 2.7 Variabel Acak

Variabel acak adalah fungsi bernilai real yang nilainya ditentukan oleh setiap unsur

dalam ruang sampel.

Variabel acak dinotasikan dengan huruf kapital dan nilainya dinotasikan

dengan huruf kecil. Misalkan merupakan variabel acak maka nilai dari adalah

(27)

Contoh 2.5

Percobaan pengambilan 2 buah bola tanpa pengembalian dari kantong yang berisi

4 buah bola berwarna merah dan 3 buah bola berwarna hijau. Misalkan variabel

acak menyatakan banyaknya bola berwarna merah yang terambil.

Ruang sampel pada percobaan tersebut:

= { , , , }

dengan menyatakan bola berwarna “Merah” dan menyatakan bola berwarna

“Hijau”.

= banyaknya bola berwarna merah yang terambil.

Nilai numerik 0, 1, atau 2 dapat diberikan pada setiap titik sampel dimana nilai 0,

1, atau 2 merupakan besaran acak yang nilainya ditentukan dari percobaan.

Gambar 2.1 Pemetaan .

Definisi 2.8 Variabel Acak Diskrit

Sebuah variabel acak dikatakan variabel acak diskrit jika himpunan dari

kemungkinan hasilnya adalah terbilang. Jika tidak memenuhi definisi di atas maka

variabel random di atas disebut variabel random kontinu.

(28)

Definisi 2.9 Fungsi Probabilitas Diskrit

Himpunan pasangan terurut , � adalah suatu fungsi probabilitas diskrit

untuk setiap kemungkinan hasil yang mungkin jika:

1. � untuk setiap � ℝ.

2. ∑ � = .

Contoh 2.6

Dari contoh 2.5 tentukan fungsi peluang banyaknya bola berwarna merah yang

terambil.

Jawab:

Pada gambar 2.1 nilai adalah bilangan-bilangan yang menyatakan banyaknya bola

berwarna merah yang terambil.

Tabel 2.1 Fungsi peluang banyaknya bola merah yang terambil.

� = =( (

( = ,

� = =( (

( = = ,

� = =( (

(29)

Definisi 2.10 Fungsi Probabilitas Kontinu

Fungsi adalah fungsi probabilitas (probability function) untuk variabel

random kontinu , jika:

1. untuk setiap � ℝ.

2. −∞∞ = .

3. � = −∞∞ .

Contoh 2.7

Andaikan suhu dalam 0C dalam sebuah percobaan adalah variabel acak kontinu

yang mempunyai fungsi densitas:

= { , − < <, lainnya

a. Buktikan bahwa adalah fungsi probabilitas.

b. Tentukan � < .

Jawab:

a. Menurut definisi 2.10 (2) jelas ,

∫ = ∫ = |− =

− .

−∞

(30)

Definisi 2.11 Distribusi Fungsi Kumulatif

Fungsi distribusi kumulatif dari sebuah variabel random diskrit dan kontinu

didefinisikan sebagai berikut

Definisi 2.12 Fungsi Probabilitas Bersama Diskrit

Fungsi , adalah fungsi probabilitas bersama diskrit jika variabel acak dan

memenuhi:

berwarna biru, 2 buah pensil berwarna merah, dan 3 buah pensil berwarna hijau.

Jika adalah banyaknya pensil biru yang terpilih dan adalah banyaknya pensil

merah yang terpilih. Tentukan fungsi probabilitas bersama untuk fungsi , .

Jawab:

Nilai dari pasangan terurut , yang mungkin adalah

(31)

Misalkan , adalah kemungkinan terpilihnya pensil berwarna hijau dan pensil

berwarna merah. Banyaknya kemungkinan terpilihnya 2 pensil dari kotak tersebut

adalah ( = . Banyaknya kemungkinan terpilihnya 1 pensil merah dari 2 pensil

merah di dalam kotak dan terpilihnya 1 pensil hijau dari 3 pensil hijau di kotak

adalah ( ( = . Jadi , = = . Perhitungan yang sama dapat digunakan

untuk mencari kemungkinan-kemungkinan pada kasus yang lainnya. Secara umum

diperoleh , = ( − −

(8 untuk setiap = , , ; = , , ; dan

+ .

Tabel 2.2 Fungsi probabilitas bersama.

Definisi 2.13 Fungsi Probabilitas Bersama Kontinu

Fungsi , adalah fungsi probabilitas bersama kontinu dengan variabel acak

dan jika:

1. , , ∀ , .

2. −∞−∞∞ , = .

, Total Baris

0 1 2

0 1

2 0

(32)

Contoh 2.9

Diberikan , sebagai berikut:

, = { + ,

Definisi 2.14 Variabel Acak Saling Bebas

Misalkan mempunyai fungsi distribusi , mempunyai fungsi distribusi ℎ

dan , mempunyai fungsi distribusi bersama , . Maka dan

dikatakan saling bebas jika dan hanya jika

, = ℎ

(33)

untuk setiap pasangan bilangan real , .

Jika dan variabel acak diskrit dengan fungsi probabilitas bersama

, dan fungsi distribusi dari masing-masing variabel dan adalah dan

ℎ , maka dan saling bebas jika dan hanya jika

, = ℎ

untuk semua pasangan bilangan real , .

Jika dan variabel acak kontinu dengan fungsi densitas bersama ,

dan fungsi fungsi distribusi dari masing-masing variabel dan adalah dan

ℎ , maka dan saling bebas jika dan hanya jika

, = ℎ

untuk semua pasangan bilangan real , .

Contoh 2.10

Pada contoh 2.8 variabel acak dan tidak saling bebas sebab berdasarkan definisi

2.14 dan saling bebas jika , = ℎ untuk setiap pasangan bilangan

real , . Pasangan bilangan real , diperoleh = , ℎ = , dan

ℎ = × = ≠ , = .

B. Nilai Harapan

Definisi 2.15 Nilai Harapan atau Mean (Rata-rata)

Diberikan variabel acak dengan distribusi probabilitas yang diketahui. Mean atau

(34)

= = ∑ ; jika adalah variabel acak diskrit,

= = ∫∞

−∞

; jika adalah variabel acak kontinu.

Contoh 2.11

Diberikan 7 sampel dengan 4 sampel tergolong tidak rusak dan 3 sampel lainnya

tergolong rusak. Bila dilakukan pengambilan 3 sampel secara acak, tentukanlah

nilai harapan terpilihnya sampel yang tidak rusak dari pengambilan tersebut.

Andaikan variabel acak yang menunjukkan banyaknya komponen yang tidak

rusak pada sampel. Fungsi probabilitas distribusi dari adalah

= ( ( −

( , = , , ,

sehingga diperoleh

= , = , = ,

nilai harapan adalah

= = + + + = = .

jadi nilai harapan dari terpilihnya sampel yang tidak rusak dari pengambilan

tersebut adalah . .

Contoh 2.12

Diberikan variabel acak yang mewakili masa hidup elektronik dalam jam dengan

(35)

, = { , > , lainnya

Tentukanlah nilai harapan .

Menurut definsi nilai harapan diperoleh:

= = ∫∞ = ∫∞ = .

Nilai harapan dari adalah .

Definisi 2.16 Nilai Harapan Fungsi Variabel Acak

Diberikan variabel acak dengan distribusi probabilitas dan adalah

fungsi yang bernilai real dari . Nilai harapan adalah:

= [ ] = ∑ ; jika adalah variabel acak diskrit,

= [ ] = ∫∞ −∞

; jika adalah variabel acak kontinu.

Lemma 2.1

Diberikan suatu konstanta tak nol maka = .

Bukti:

Untuk variabel acak diskrit,

= ∑ = ∑ = = .

Untuk variabel acak kontinu,

= ∫ = ∫ = . ∎

(36)

Lemma 2.2

Diberikan suatu konstanta tak nol maka = .

Bukti:

Untuk variabel acak diskrit,

= ∑ = ∑ = .

Untuk variabel acak kontinu,

= ∫ = ∫ = . ∎

Teorema 2.1

Diberikan , suatu konstanta, + = + .

Bukti:

Berdasarkan Definisi 2.16 diperoleh sebagai berikut:

untuk variabel acak diskrit,

+ = ∑ +

= ∑ +

= ∑ + ∑

(37)

Untuk variabel acak kontinu,

Teorema 2.2 Nilai Harapan dari Jumlahan Dua atau Lebih Fungsi Variabel Acak

Nilai harapan dari jumlahan dua atau lebih fungsi variabel acak adalah

[ + ℎ ] = [ ] + [ℎ ].

Bukti:

Menurut Definisi 2.16 diperoleh sebagai berikut:

untuk variabel acak diskit,

[ + ℎ ] = ∑[ + ℎ ]

= ∑[ + ℎ ]

= ∑ + ∑ ℎ

= [ ] + [ ].

Untuk variabel acak kontinu,

[ + ℎ ] = ∫ [ + ℎ ]

(38)

= ∫ + ∫ ℎ∞ −∞ ∞

−∞

= [ ] + [ℎ ]. ∎

Teorema 2.3Nilai Harapan dari Selisih Dua atau Lebih Fungsi Variabel Acak

[ − ℎ ] = [ ] − [ℎ ].

Bukti:

Menurut Definisi 2.16 diperoleh:

untuk variabel acak diskrit,

[ − ℎ ] = ∑[ − ℎ ]

= ∑[ − ℎ ]

= ∑ − ∑ ℎ

= [ ] − [ ].

Untuk variabel acak kontinu,

(39)

Contoh 2.13

Diberikan variabel acak dengan fungsi probabilitas sebagai berikut:

Tabel 2.3 Fungsi probabilitas dari variabel acak .

0 1 2 3

Carilah nilai harapan = − .

Jawab:

Dengan menggunakan Teorema 2.1, Teorema 2.2 dan Teorema 2.3 fungsi =

− dapat ditulis sebagai berikut:

[ − ] = − + = − + ,

= ,

= ( ) + ( ) + + ( ) = ,

= ( ) + ( ) + + ( ) = ,

Jadi, nilai harapan = − adalah [ − ] = − + = .

Teorema 2.4 Nilai Harapan dari Perkalian Dua atau Lebih Variabel Acak

Diberikan variabel acak dan yang saling bebas. Nilai harapan dari perkalian

(40)

Bukti:

Menurut Definisi 2.14 dan Definisi 2.16 untuk , diskrit diperoleh,

= ∑ ∑ ℎ

= ∑ ∑ ℎ

= ∑ ∑ ℎ

= ∑

= .

Menurut Definisi 2.14 dan Definisi 2.16 untuk , kontinu diperoleh,

= ∫ ∫∞ −∞ ∞

−∞ ℎ

= ∫ [∫∞ ℎ

−∞ ]

−∞

= ∫∞ −∞

= ∫∞

−∞

(41)

C. Variansi

Definisi 2.17 Variansi

Diberikan variabel acak dengan distribusi probabilitas yang diketahui dengan

mean . Variansi dari adalah:

� = [ − ] = ∑ − ; jika variabel acak diskrit,

� = [ − ] = ∫∞ − −∞

; jika variabel acak kontinu.

Akar dari variansi adalah � dan disebut standar deviasi dari .

Contoh 2.14

Perhatikan Contoh 2.11. Tentukan variansi dari .

Diketahui bahwa = . dari perhitungan pada contoh 2.11 diperoleh:

= , = , = , = .

Variansi dari adalah

= ∑ − .

=

= − . ( ) + − . ( ) + − . ( ) + − . ( )

= . .

Teorema 2.5

Variansi dari variabel acak adalah

(42)

Bukti:

Bila adalah variabel acak diskrit diperoleh,

� = ∑ −

= ∑ − +

= ∑ − ∑ + ∑ .

Menurut definisi nilai harapan = ∑ dan menurut definisi fungsi

probabilitas diskrit yang ke (2) ∑ = untuk setiap fungsi probabilitas diskrit

maka diperoleh

� = ∑ −

= − .

Bila adalah variabel acak kontinu diperoleh

� = ∫∞ − −∞

= ∫∞ − +

−∞

= ∫ − ∫ + ∫ ∞ .

−∞ ∞

−∞ ∞

(43)

Menurut definisi nilai harapan = −∞∞ dan menurut fungsi probabilitas

kontinu yang ke (2) −∞∞ = untuk setiap fungsi probabilitas kontinu maka

diperoleh

� = ∫ − ∫ ∞

−∞ ∞

−∞

= − . ∎

D. Fungsi Pembangkit Momen (FPM)

Fungsi pembangkit momen berguna untuk menyelesaikan masalah-masalah

komputasi dalam statistika matematis.

Definisi 2.18

Momen ke-� dari variabel acak adalah dan dinotasikan ′ .

Definisi 2.19 Fungsi Pembangkit Momen (FPM)

Fungsi pembangkit momen untuk variabel acak didefinisikan sebagai berikut

= .

Teorema 2.6 Fungsi Pembangkit Momen dari Jumlahan Variabel Acak

Misalkan , , … , adalah variabel acak yang saling bebas dengan fungsi

pembangkit momen masing-masing adalah , , … , .

Jika = + + ⋯ + maka = × × … × .

(44)

Diketahui , , … , adalah variabel acak yang saling bebas maka menurut

Teorema 2.4 dan Definisi 2.19 diperoleh:

=

(Julie, H. (1999). Teorema Limit Pusat Lindenberg dan Terapannya. Skripsi)

Pada skripsi tersebut, Teorema Ketunggalan dibuktikan secara umum dengan

menggunakan definisi fungsi karakteristik yaitu

� = �

dengan � adalah bilangan kompleks.

Perhatikan bahwa FPM adalah bentuk khusus dari fungsi karakteristik dengan

mengganti = −� , bukti dilakukan dengan menunjukan bahwa bila dan

adalah fungsi distribusi kumulatif dengan fungsi karakteristik yang sama yaitu

∫∞ �

−∞ = ∫

� ∞

(45)

maka = (skripsi hal 54).

Berdasarkan Teorema Ketunggalan terdapat korespondensi satu-satu antara fungsi

pembangkit momen dengan fungsi probabilitas.

E. Distribusi Poisson

Percobaan yang menghasilkan nilai numerik dari variabel acak yang

menyatakan banyaknya kejadian khusus yang terjadi selama jangka waktu tertentu

disebut percobaan Poisson. Misalnya variabel acak yang menyatakan banyaknya

telepon yang masuk dalam kurun waktu 1 jam. Distribusi probabilitasnya disebut

distribusi Poisson. Distribusi Poisson merupakan distribusi probabilitas diskrit.

Definisi 2.20 Distribusi Poisson

Distribusi probabilitas untuk variabel acak Poisson yang menyatakan banyaknya

hasil percobaan yang terjadi selama suatu selang waktu atau daerah tertentu

didefinisikan sebagai berikut:

; = ! − , = , , , ….

dengan adalah rata-rata banyaknya hasil percobaan yang terjadi selama selang

waktu atau daerah tertentu yang dinyatakan dan adalah menunjukkan selang

waktu.

Teorema 2.8 Nilai Harapan Distribusi Poisson

Nilai harapan dari variabel acak diskrit yang berdistribusi Poisson adalah

(46)

Bukti:

Berdasarkan Definisi 2.15 diperoleh:

= ∑

! berdistribusi Poisson dan berdasarkan definisi

fungsi probabilitas diskrit ke- (2) ∑∞= = maka diperoleh

Teorema 2.9 Variansi Distribusi Poisson

Variansi dari variabel acak diskrit berdistribusi Poisson ; adalah

= .

Bukti:

(47)
(48)

Teorema 2.10 Fungsi Pembangkit Momen Distribusi Poisson

Fungsi pembangkit momen untuk variabel acak berdistribusi Poisson adalah

Distribusi Gamma merupakan distribusi probabilitas berasal dari fungsi

Gamma yang sudah dikenal luas. Distribusi Gamma merupakan distribusi kontinu.

Beberapa distribusi merupakan kejadian khusus dari distribusi Gamma. Misalnya

(49)

Definisi 2.21 Fungsi Gamma

Fungsi Gamma didefinisikan sebagai berikut

Γ = ∫∞ − − , > .

Teorema 2.11 Sifat-sifat Fungsi Gamma

Berikut ini adalah sifat-sifat dari fungsi Gamma:

1. Γ = − Γ − untuk setiap > .

2. Γ = .

3. Γ = − ! untuk setiap bilangan bulat positif .

Bukti:

1. Menggunakan definisi fungsi Gamma dan pengintegralan kalkulus secara

parsial yaitu = − , dengan memisalkan = − maka

= − − , dan = maka = ∞ − = −| sehingga

diperoleh

Γ = lim→∞− − − | − ∫ −∞ −

= lim→∞− − − | + ∫∞ −

= lim→∞− − − | + ∞ − − −

= −lim→∞ − + − Γ −

(50)

= −lim→∞[exp( − ln − ] + − Γ −

= −lim→∞{exp [ − (ln − )]} + − Γ −

= − Γ − .

2. Berdasarkan definisi fungsi Gamma diperoleh:

Γ = ∫ − −

= ∫∞ −

= lim→∞− − |

= − −

= . (2.1)

3. Berdasarkan definisi fungsi Gamma diperoleh:

Γ − = − ∫∞ − −

= − − ∫∞ − − −

= − ∫∞ − − −

= − Γ − , .

menurut teorema sifat-sifat fungsi Gamma ke-(1) dan ke- (2) serta dari persamaan

(51)

Γ = − Γ − (2.3)

= − − Γ −

= − − − Γ −

= − − − − Γ − … . Γ

= − − − − Γ − … .

= − !. ∎

Definisi 2.22 Distribusi Probabilitas Gamma

Variabel acak kontinu berdistribusi Gamma dengan parameter dan dengan

fungsi densitas sebagai berikut:

= {

− −

Γ , untuk > , > , > , , selainnya.

Teorema 2.11 Nilai Harapan Distribusi Gamma

Nilai Harapan variabel acak kontinu yang berdistribusi Gamma adalah

= .

Bukti:

Misalkan = menurut nilai harapan dan definisi distribusi probabilitas Gamma

diperoleh:

misalkan = maka dan = = maka persamaan (2.4) menjadi

berdasarkan definisi fungsi Gamma persamaan (2.5) menjadi

(52)

= − ! Γ +

= − ! Γ

= − ! − !

= (2.6)

karena = maka persamaan (2.6) menjadi

= . ∎

Teorema 2.12 Variansi Distribusi Gamma

Variansi variabel acak kontinu yang berdistribusi Gamma adalah

= .

Bukti:

Berdasarkan Teorema 2.5 akan dicari .

= ∫ −

Γ ∞

= Γ ∫∞ + −

= Γ [ + Γ + ]

= ∫∞ − ! − −

(53)

= +Γ Γ α

= + ,

= − (

= + −

= + −

= . ∎

Teorema 2.13 Fungsi Pembangkit Momen Distribusi Gamma

Fungsi pembangkit momen dari variabel acak kontinu berdistribusi

Gamma , adalah

= .

Bukti:

Misalkan = , berdasarkan Definisi Nilai Harapan dan Definisi Fungsi

Pembangkit Momen diperoleh persamaan

=

= ∫∞ − − ]

= ∫ Γ∞ − −

(54)

misalkan = − atau =

dengan < maka = −

sehingga Persamaan 2.7 menjadi

= ∫ Γ

menurut Definisi Fungsi Probabilitas Kontinu ke-(2) persamaan 2.8 menjadi

=

=

− .

(55)

G. Distribusi Eksponensial

Distribusi Eksponensial merupakan salah satu kejadian khusus dari distribusi

Gamma yaitu ketika = dan = . Banyak sekali pengambilan keputusan untuk

menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan distribusi Eksponensial.

Misalnya waktu pelayanan pada subyek dalam sistem antrian.

Definisi 2.23 Distribusi Eksponensial

Variabel acak kontinu dikatakan berdistribusi Eksponensial dengan parameter ,

ditulis , bila mempunyai fungsi densitas sebagai berikut:

= { −, ,

lainnya

Teorema 2.14 Nilai Harapan Distiribusi Eksponensial

Nilai harapan dari variabel acak kontinu berdistribusi Eksponensial adalah

= .

Bukti:

= = × = . ∎

Teorema 2.15 Variansi Distribusi Eksponensial

Variansi dari variabel acak kontinu berdistribusi Exponensial ; adalah

(56)

Bukti:

= = × ( ) = . ∎

Teorema 2.16 Fungsi Pembangkit Momen Distribusi Eksponensial

Bila ~ , maka fungsi pembangkit momennya adalah

=

− .

Bukti:

= =

− .

H. Uji Sampel Tunggal Kolmogorov-Smirnov

Uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov atau sering disebut (godness of

fit) adalah uji kecocokan atau keselarasan. Uji ini ditemukan oleh matematikawan

Rusia A. N. Kolmogorov pada tahun 1933. Uji ini memusatkan perhatian pada dua

buah fungsi distribusi kumulatif yaitu distribusi kumulatif yang dihipotesiskan dan

distribusi kumulatif yang diamati. Mengingat menyatakan suatu fungsi

distribusi kumulatif. Apabila ingin mengambil sampel dari distribusi kumulatif

yang belum diketahui, hal ini mendorong untuk memastikan apakah dapat

disimpulkan = untuk semua dengan adalah suatu fungsi

distribusi kumulatif yang sepenuhnya ditentukan yakni distribusi kumulatif yang

(57)

dan , dengan adalah fungsi distribusi sampel yang diamati atau fungsi

distribusi empirik.

Definisi 2.24 Distribusi Sampel atau Distribusi Empirik

Misalkan , , … , adalah variabel random. Fungsi distribusi empiris di

definisikan sebagai berikut:

pengamatan dalam sampel yang kurang dari atau sama dengan dan menyatakan

banyaknya pengamatan.

Definisi 2.25 Statistik Uji Kolmogorov-Smirnov

Statistik uji Kolmogorov-Smirnov dinotasikan didefinisikan sebagai berikut:

= max +, − .

+ = max[ − ].

− = max [ − ].

Prosedur dalam melakukan uji ini adalah sebagai berikut:

1. Tentukan hipotesis yaitu:

: =

(58)

2. Tentukan tingkat signifikasi yaitu .

3. Hitung dan yang diamati dan hitunglah − .

4. Tentukan wilayah kritis yaitu:

ditolak dan diterima bila > .

5. Carilah nilai dan nilai , diperoleh dari Lampiran 5.

6. Buatlah kesimpulan.

Untuk mempermudah pengujian, uji sampel Kolmogorov-Smirnov juga

dapat dilakukan dengan SPSS.

Contoh 2.15

Diberikan data suatu sampel acak.

Tabel 2.4 Data suatu sampel acak.

Data

8 1 3 3 2

1 4 0 5 9

Apakah data tersebut berdistribusi Poisson atau tidak?

Jawab:

1. :data berdistribusi Poisson.

:data tidak berdistribusi Poisson.

(59)

3. Perhitungan secara manual:

Rata-rata dari data adalah 3.6.

Tabel 2.5 Uji sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov secara manual.

frek Fkum +

0 1 1 1 0.1 0.027324 0 0.0726763 0.027324

1 2 3 2 0.2 0.125689 0.1 0.0743109 0.025689

2 1 4 3 0.3 0.302747 0.2 -0.002747 0.102747

3 2 6 4 0.4 0.515216 0.3 -0.115216 0.215216

4 1 7 5 0.5 0.706438 0.4 -0.206438 0.306438

5 1 8 6 0.6 0.844119 0.5 -0.244119 0.344119

8 1 9 7 0.7 0.988329 0.6 -0.288329 0.388329

9 1 10 8 0.8 0.995976 0.7 -0.195976 0.295976

max + = . dan max − = . .

(60)

Perhitungan dengan SPSS:

Tabel 2.6 Uji Sampel tunggal Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS.

VAR00002

N 10

Poisson Parametera,,b Mean 3.6000

Most Extreme Differences Absolute .174

Positive .174

Negative -.169

Kolmogorov-Smirnov Z .551

Asymp. Sig. (2-tailed) .922

a. Test distribution is Poisson.

b. Calculated from data.

4. Daerah penolakan ditolak bila:

> tabel = . atau Asymp.Sig (2-tailed) < .

5. Kesimpulan:

Dari perhitungan diperoleh = . < tabel = . dan dari SPSS

diperoleh nilai Asymp.Sig.(2-tailed) adalah = . > = . . maka

diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi Poisson.

(61)

45 BAB III Teori Antrian

A. Proses Antrian

Antrian adalah suatu kondisi subyek-subyek menuju suatu area untuk

dilayani dan menghadapi suatu keterlambatan yang disebabkan oleh mekanisme

pelayanan yang mengalami kesibukan. Antrian sendiri timbul karena adanya

ketidakseimbangan antara banyaknya subyek yang dilayani dengan pelayanannya.

Prinsip utama dalam situasi mengantri adalah subyek yang terlibat dalam

antrian atau pelanggan (customer) dan fase atau pelayan (server). Pokok dari

analisis antrian adalah kedatangan pelanggan diwakili dengan waktu antar

kedatangan yang terjadi secara berturut-turut, untuk selanjutnya istilah waktu antar

kedatangan ditulis dengan waktu kedatangan. Pelayanan diwakili dengan waktu

pelayanan pada tiap pelanggan. Secara umum waktu antar kedatangan bersifat suatu

kemungkinan, misalnya suatu pelanggan yang datang untuk membeli tiket bioskop

atau bersifat telah ditetapkan, misalnya kedatangan pelamar pekerjaan untuk

wawancara.

B. Unsur-Unsur Antrian

Dalam sebuah antrian terdapat unsur-unsur penting yaitu:

1. Distribusi kedatangan.

Distribusi kedatangan biasanya dinyatakan dalam distribusi probabilitas

(62)

Erlang. Kedatangan pelanggan untuk masuk dalam sistem antrian terbagi

menjadi dua yaitu:

a. Kedatangan secara individu.

b. Kedatangan secara kelompok.

2. Distribusi pelayanan

Dalam distribusi pelayanan dibutuhkan pola pelayanan yaitu waktu pelayanan.

Waktu pelayanan berupa variabel acak yang distribusi probabilitasnya

diketahui. Pelayanan kepada pelanggan terbagi menjadi dua yaitu:

a. Pelayanan secara individu.

b. Pelayanan secara kelompok.

3. Perilaku pelanggan pada antrian.

Perilaku pelanggan pada sistem antrian merupakan faktor yang penting.

Perilaku pelanggan pada sistem antrian bisa mempengaruhi analisis pada

barisan antrian. Perilaku manusia dalam sistem antrian berperan sebagai

berikut:

a. Jockeying adalah suatu perilaku manusia untuk mengurangi waktu tunggu

dengan berpindah dari antrian satu ke yang lainnya.

b. Balking adalah suatu perilaku dimana seseorang masuk dalam antrian dan

menunggu hingga memperoleh pelayanan.

c. Reneging adalah suatu perilaku dimana seseorang masuk dalam antrian,

namun belum memperoleh pelayan, kemudian meninggalkan antrian

(63)

4. Peraturan pelayanan

Pelanggan pada sistem antrian dapat dilayani secara individual atau

berkelompok. Peraturan pelayanan sangat penting sebab peraturan pelayanan

meghasilkan keputusan yang digunakan untuk menyeleksi pelanggan pada

sistem antrian, siapa yang akan dilayani terlebih dahulu. Terdapat empat cara

dalam mengambil keputusan pada peraturan pelayan yaitu:

a. First in first out (FIFO)

First in first out (FIFO) bisa juga menggunakan istilah first come first

served (FCFS). Aturan pelayanan ini menerapkan pelanggan pertama yang

datang akan dilayani terlebih dahulu, misalnya pelanggan yang mengantri

untuk melakukan transaksi dengan teller di bank.

b. Last in first out (LIFO)

Last in first out (LIFO) bisa juga menggunakan istilah last come first served

(LCFS). Aturan pelayanan ini menerapkan pelanggan yang terakhir datang

akan dilayani terlebih dahulu, misalnya sistem antrian dalam elevator untuk

lantai yang sama. Pelanggan yang pertama kali keluar adalah pelanggan

yang terakhir masuk ke dalam elevator.

c. Random selection for service (RRS)

Random selection for service (RRS) bisa juga menggunakan istilah Service

in random order (SIRO). Pada peraturan pelayanan ini, setiap pelanggan

pada antrian mempunyai peluang yang sama untuk dilayani terlebih dahulu,

misalnya pada arisan. Pelayanan dalam sistem antrian dilakukan

(64)

d. Priority service (PS)

Pada peraturan pelayanan Priority service (PS) berarti prioritas pelayanan

diberikan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas yang lebih tinggi

dibanding pelanggan yang lain, misalnya seseorang yang mempunyai

penyakit yang lebih serius akan dilayani terlebih dahulu.

5. Klasifikasi model antrian

Berdasarkan proses pelayanannya ada dua istilah yang dikenal pada struktur

antrian. Istilah saluran atau baris pada antrian menunjukkan banyaknya jalur antrian yang tersusun secara paralel untuk memasuki sistem pelayanan

sedangkan istilah fase menunjukkan banyaknya pelayanan yang tersusun secara seri. Saluran atau baris dapat berupa tunggal ataupun ganda begitu pula fase

dapat berupa tunggal ataupun ganda.

Model antrian yang terjadi secara umum adalah sebagai berikut:

a. Satu saluran satu fase

Satu saluran satu fase (single channel single phase) merupakan model

antrian yang memiliki satu jalur antrian dan satu pelayanan. Contoh dari

model ini adalah seseorang yang mengantri di sebuah bilik ATM.

(65)

b. Satu saluran multi fase

Satu saluran multi fase (single channel multi phase) merupakan model

antrian yang memiliki satu jalur antrian dan beberapa fase pelayanan yang

disusun secara seri. Beberapa fase pada model antrian ini menujukkan

adanya dua atau lebih pelayanan yang dilakukan secara seri. Contoh dari

model ini adalah seseorang yang mengantri berobat di sebuah rumah sakit

yang harus melewati beberapa tahap yaitu, pendaftaran  konsultasi dokter

 pembayaran di kasir  pengambilan obat di apotek rumah sakit.

Gambar 3.2 Model antrian satu saluran multi fase.

c. Multi saluran satu fase

Multi saluran satu fase (multi channel single phase) merupakan model

antrian yang mempunyai lebih dari satu jalur antrian dan hanya satu fase

pelayanan. Contoh dari model ini adalah antrian pembelian tiket bioskop,

yaitu terdapat beberapa jalur antrian dan satu fase pelayanan yaitu layanan

(66)

Gambar 3.3 Model antrian multi saluran satu fase.

d. Multi saluran multi fase

Multi saluran multi fase (multi channel multi phase) adalah model antrian

yang memiliki beberapa jalur antrian dan beberapa fase pelayanan yang

disusun secara seri, berarti terdapat dua atau lebih fase pelayanan yang

dilakukan secara berurutan atau seri. Contoh dari model antrian ini adalah

produksi pewarnaan kertas yang prosesnya dimulai dari kertas dimasukkan

ke dalam mesin pewarnaan  kertas dimasukkan ke dalam mesin pemotong

 kertas dipilah  kertas dimasukkan ke dalam mesin pengepakan.

(67)

6. Ukuran sumber kedatangan

Sumber kedatangan pelanggan bisa bersifat terbatas atau tak terbatas. Sumber

yang terbatas (finite source) berati bahwa pelanggan yang datang untuk

mendapatkan pelayanan terbatas, seperti pada kerusakan pada mesin-mesin

yang menunggu servis dari montir. Sumber yang tak terbatas (infinite source)

adalah pelanggan yang terus datang tanpa henti seperti panggilan terhadap

operator telepon.

C. Aturan Distribusi Eksponensial

Kedatangan subyek atau pelanggan pada sebuah antrian bersifat acak berarti

peristiwa kedatangan pelanggan atau penyelesaian pelayanan tidak dipengaruhi

oleh panjang waktu yang telah berlalu sejak terjadinya peristiwa sebelumnya.

Waktu pelayanan dan antar kedatangan yang acak ini dijelaskan menurut

model antrian dengan distribusi Eksponensial. Pada Definisi 2.22 telah dijelaskan

fungsi peluang distribusi Eksponensial.

= − , > .

Fungsi distribusi kumulatifnya adalah:

� = ∫ −

= − − .

Fakta bahwa distribusi Eksponensial bersifat acak diilustrasikan dari contoh

berikut; jika sekarang menunjukan pukul 08.20 dan waktu kedatangan paling awal

terjadi pada pukul 08.02. Kemungkinan bahwa kedatangan selanjutnya terjadi pada

(68)

hal tersebut tidak terikat pada lama waktu yang telah berlalu ketika terjadinya

peristiwa pertama yaitu antara 08.02 hingga 08.20. Sifat distribusi Eksponensial

semacam ini disebut sifat tanpa ingatan (memoryless atau lack of memory atau

forgetfulness).

Teorema 3.1 Sifat Tanpa Ingatan Distribusi Eksponensial

Dimisalkan adalah fungsi probabilitas Eksponensial dengan mewakili

waktu kedatangan. Jika adalah interval waktu kejadian pertama dan ℎ adalah

interval kejadian dari peristiwa terakhir maka sifat tanpa ingatan dari distribusi

Eksponensial adalah

� > + ℎ | > = � > ℎ ,

untuk menunjukkan sifat tanpa ingatan pada distribusi Eksponensial:

� > = − � <

= − ,

dengan demikian,

� > + ℎ | > =� > + ℎ > � >

=� > + ℎ>

= −+ℎ

(69)

D. Proses Poisson

Definisi 3.1 Proses Stokastik

Proses stokastik { , � } adalah himpunan semua kemungkinan nilai

pada suatu ruang sampel dengan adalah himpunan indeks yang berkaitan dengan

waktu diskrit, = { , , , … }.

Definisi 3.2 Proses Membilang

Proses membilang { , } haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. .

2. adalah bilangan bulat.

3. Jika < maka .

4. Untuk < , − menyatakan kejadian yang terjadi pada interval

waktu , ].

Proses membilang juga mempunyai sifat orderliness yaitu peluang dari dua

atau lebih kedatangan yang terjadi secara bersama-sama diabaikan.

Sifat lainnya dari proses membilang adalah tanpa memori (memorylessness)

yaitu setiap titik dalam waktu proses membilang saling bebas dengan masa lalu.

Definisi 3.3 Kenaikan Bebas

Proses membilang disebut proses dengan kenaikan bebas (independent increments)

jika banyaknya kejadian yang terjadi pada interval waktu terpisah adalah saling

(70)

banyaknya kejadian yang terjadi pada waktu antara dan + yaitu + −

.

Definsi 3.4 Kenaikan Stasioner

Proses membilang juga disebut proses kenaikan stasioner (stationary increments)

jika distribusi dari banyaknya kejadian yang terjadi pada interval waktu tertentu

hanya tergantung pada panjang interval tersebut, tidak bergantung pada letak

interval tersebut. Artinya banyaknya kejadian pada interval waktu + , + ]

yaitu + − + mempunyai distribusi yang sama dengan banyaknya

kejadian pada interval waktu , ] yaitu − untuk semua < ,

� + − = � = � .

Definisi 3.5 Proses Poisson

Proses membilang { , } adalah Proses Poisson dengan laju > jika :

1. = .

2. Banyaknya kejadian pada dua interval yang tidak tumpang tindih serta saling

bebas yaitu untuk setiap > > > > , dan variabel acak −

dengan variabel acak − adalah saling bebas.

3. Peluang ada � kejadian dalam interval waktu berdistribusi Poisson dengan

mean untuk setiap , berlaku:

(71)

Definisi 3.6 Fungsi � �

tidak ada kejadian dari interval ℎ > atau dapat ditulis sebagai berikut:

� ℎ = = − ℎ + ℎ . (3.1)

Definisi 3.7 Proses Poisson

Proses membilang { , } adalah Proses Poisson dengan laju > jika:

1. = .

2. Bersifat kenaikan stasioner.

3. � ℎ = = ℎ + ℎ .

(72)

Untuk menyatakan peluang bahwa ada kejadian � yang terjadi pada interval waktu

, ] dengan berlaku:

� = � = � | = , � = , , , … .

Contoh 3.2

Misalkan adalah banyaknya ikan yang ditangkap pada waktu [ , ]. Andaikan

ikan yang tersedia sangatlah banyak. Proses { ; } dapat dianggap sebagai

proses Poisson, kesempatan menangkap ikan di sungai tidak tergantung dengan

banyak ikan yang telah tertangkap. Dengan demikian pemancing yang baru saja

tiba di sungai mempunyai kesempatan yang sama untuk menangkap ikan dengan

pemancing yang sudah menunggu selama 4 jam menangkap ikan.

Teorema 3.2

Definisi 3.5 ekivalen dengan Definisi 3.7.

Bukti:

Definisi 3.5 ⇛ Definisi 3.7

1. Definisi 3.5 ke-(1) dengan Definisi 3.7 ke-(1) sangatlah jelas ekivalen.

2. Pada Definisi 3.5 ke-(2) + − mempunyai distribusi yang sama

dengan . Artinya mempunyai kenaikan yang stasioner.

3. Sifat 3 Definisi 3.5:

Untuk � ℎ = = − ℎ ℎ

(73)

� ℎ = = ℎ ∑ − ℎ

Memenuhi sifat (3) pada Definisi 3.7.

� ℎ = − ℎ − ℎ

bila mengambil nilai limitnya diperoleh:

= limℎ→

Memenuhi sifat (4) pada Definisi 3.7.

Definisi 3.7 ⇒ Definisi 3.5

(74)

2. Pada Definisi 3.4 tidka bergantung pada letak interval, artinya saling

bebas.

3. Dari Definisi 3.7 diperoleh bentuk:

� = � = �

� + ℎ = � + ℎ = Definisi � = � = �

= � = , + ℎ − = Definisi Kenaikan Bebas

= � = � + ℎ − =

= � � ℎ Definisi Kenaikan Stasioner

= � − ℎ + ℎ

= � − ℎ� + ℎ .

Dari bentuk � + ℎ = � − ℎ� + ℎ diperoleh:

�′ = lim ℎ→

� + ℎ − � ℎ

= limℎ→ � − ℎ� + ℎ − �

= limℎ→ − ℎ� + ℎ

= limℎ→ − � +

= − �

�′

(75)
(76)

Dari persamaan (3.4) dipilih � = sehingga diperoleh:

dari persamaan (3.4) diperoleh:

� = � − !

E. Waktu antar kedatangan

Berdasarkan proses membilang { , }, menyatakan banyaknya

kedatangan sampai waktu . Kedatangan tersebut dapat terjadi dalam interval , ].

Andaikan adalah waktu terjadinya kedatangan pertama, dalam hal ini =

(77)

= dan = untuk < . Kedatangan selanjutnya dilanjutkan

dengan cara yang sama. Jadi + − adalah panjang waktu diantara saat

terjadinya kedatangan ke-� + setelah kedatangan ke-�. Panjang selang inilah

yang disebut waktu antar kedatangan.

Definisi 3.8

Misalkan menyatakan interval waktu dari kedatangan pertama. Untuk ,

misalkan adalah interval waktu antara kejadian ke- − dan kejadian ke-

maka { , = , , , . . . } adalah barisan waktu antar kedatangan atau waktu antar

kejadian.

Definisi 3.9 Waktu Tunggu

Waktu tunggu sampai waktu kedatangan ke- adalah

= + + ⋯ + . .

=

Gambar 3.5 Ilustrasi waktu tunggu.

Teorema 3.3 Waktu Antar Kedatangan

Waktu antar kedatangan , � = , , , …. dari suatu proses Poisson adalah saling

(78)

Bukti:

� = − � > = − �{ = } = − − .

Fungsi distribusi kumulatif dari adalah = − − oleh karena fungsi

peluang adalah turunan dari fungsi distribusi kumulatif , maka fungsi

peluang dapat diperoleh dengan cara berikut:

=

= ( − −

= − untuk .

Jadi waktu antar kedatangan berdistribusi Eksponensial dengan parameter .

Untuk diperoleh dari peluang bersyarat dari kejadian pertama saat waktu .

� | = = − � > | =

= − � + − = | =

= − � + − = (Kenaikan bebas)

= − � = (Kenaikan stasioner)

= − −

= .

= � | = diatas tidak tergantung pada sehinga

berdistribusi Eksponensial secara rekrusif dapat ditunjukkan bahwa saling bebas

(79)

Menurut Definisi 3.5 dan Definisi 3.7, untuk proses Poisson

berdistribusi Poisson dengan parameter dan berdasarkan Teorema 3.3 , � =

, , … berdistibusi Eksponensial dengan parameter pada Persamaan 3.5 diperoleh

waktu tunggu dengan = .

Teorema 3.4

Andaikan , � = , , … . saling bebas dan berdistribusi Eksponensial maka

waktu tunggu berdistribusiGamma.

Bukti:

Akan dibuktikan bahwa berdistribusi Gamma. Diberikan , , … ,

berdistribusi Eksponensial dengan = . Nilai harapan dari , , … , adalah

= = ⋯ = = .

Berdasarkan Teorema 21.6, fungsi pembangkit momen dari , , … , adalah

� =

− .

Berdasarkan definisi waktu tunngu, = + + ⋯ + dan Teorema 2.6

diperoleh:

�� = × × … (sebanyak � kali)

=

(80)

Pari Persamaan (3.6) diperoleh hasil yang sama dengan fungsi pembangkit momen

distribusi Gamma pada Teorema 2.13 dengan = dan = �, dan menurut

Teorema 2.7, berdistribusi Gamma. ∎

F. Hubungan Antara Distribusi Posisson dengan Distribusi Eksponensial

Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara distribusi Poisson dengan distribusi

Eksponensial

Tabel 3.1 Hubungan distribusi Poisson dengan distribusi Eksponensial di antrian.

Distribusi

Banyaknya kedatangan selama

(81)

Contoh 3.3

Kelahiran bayi pada suatu negara mempunyai mean 1 kelahiran setiap 12 menit.

Laju kelahiran bayi berdistribusi Eksponensial. Hitunglah:

a. Rata-rata kelahiran bayi per tahun.

b. Peluang tidak ada bayi yang lahir pada satu hari.

Jawab:

a. Kelahiran bayi per hari:

= × = kelahiran/hari.

Kelahiran bayi per tahun adalah:

= × = , kelahiran/tahun.

b. Peluang tidak ada bayi yang lahir pada satu hari dihitung dengan distribusi

Poisson.

� = × − ×

! = − = .

Cara lain untuk menghitung peluang tidak ada bayi yang lahir pada satu hari

sama saja dengan menghitung peluang waktu antar kelahiran yang berturutan

lebih dari satu hari

�{ > } = − = .

G. Model Antrian Poisson yang Diperumum

Pengembangan model antrian dengan asumsi kedatangan berdistribusi

Poisson dan waktu antar kedatangan serta pelayanan berdistribusi Eksponensial

(82)

berdasarkan kondisi jangka panjang atau perilaku keadaan tunak (steady state)pada

antrian yaitu kondisi dengan rata-rata laju arus masuk sama dengan laju arus keluar.

Gambar 3.6: Diagram transisi antrian Poisson.

Terdapat istilah kedatangan dan keberangkatan (departure), istilah

kedatangan merepresentasikan sebagai penambahan banyaknya pelanggan pada

sistem antrian sedangkan istilah keberangkatan merepresentasikan sebagai

pengurangan banyaknya pelanggan pada sistem antrian.

Peluang dapat ditentukan dari diagram transisi antrian Poisson. Sistem

antrian pada status menyatakan banyaknya pelanggan dalam sistem antrian adalah

. Peluang terjadinya lebih dari satu kejadian yang terjadi selama interval ℎ yang

kecil dinyatakan dengan ℎ → diartikan bahwa untuk setiap > , dapat

berubah menjadi dua kemungkinan yaitu − ketika keberangkatan terjadi pada

laju atau + ketika kedatangan terjadi pada laju , ketika = dapat

berubah menjadi ketika terjadi kedatangan pada laju . Pada tidak terdefinisi

karena tidak ada keberangkatan yang terjadi ketika sistem kosong.

Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan dalam sistem antrian:

= banyaknya pelanggan yang terlibat dalam sistem antrian.

= rata-rata kedatangan dari pelanggan yang terlibat dalam sistem antrian.

(83)

= peluang kondisi keadaan tunak (steady state)dari pelanggan yang

terlibat dalam sistem antrian.

Model yang diperumum berasal dari yang merupakan fungsi dari dan

. Peluang ini kemudian digunakan untuk menentukan langkah-langkah sistem

kinerja seperti rata-rata panjang antrian, waktu tunggu antrian, dan rata-rata

pelayanan.

Dalam kondisi keadaan tunak (steady state) untuk > laju arus masuk

yang diharapkan sama dengan laju arus keluar. Kondisi ketika dapat berubah

menjadi − atau + diperoleh:

Ekspektasi laju arus masuk ke keadaan :

− � − + + � + .

Ekspektasi laju arus keluar dari keadaan :

� + � = + � .

Ekspektasi laju arus masuk ke keadaan = Ekspektasi laju arus keluar dari keadaan

− � − + + � + = + � .

Pada Gambar 3.6 kondisi ketika = adalah:

=

= ( ) .

Untuk = diperoleh:

+ = +

(84)

= ( )

secara umum diperoleh bentuk:

= ( − − …

− … ) , = , , ..

(3.7)

nilai ditentukan dari ∑∞= = .

Contoh 3.4

Toko Grosir B & K mengoperasikan 3 toko. Manager toko menggunakan jadwal

untuk menentukan banyaknya stasiun pelayanan yang beroperasi. Berikut ini adalah

banyaknya pelanggan dalam toko.

Tabel 3.2 Sistem pelayanan pada Toko Grosir B&K.

Banyaknya pelanggan dalam toko Banyaknya stasiun pelayanan yang beroperasi

1 – 3 1

4 – 6 2

Lebih dari 6 3

Kedatangan pelanggan berdistribusi Poisson dengan rata-rata kedatangan 10

pelanggan per jam. Waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial dengan rata-rata

Gambar

Gambar 1.1 Antrian orang yang menunggu dilayani.
gambar dan angka, ruang sampel � dari percobaan tersebut adalah
Gambar 2.1 Pemetaan �.
Tabel 2.1 Fungsi peluang banyaknya bola merah yang terambil.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum, tentukan langkah-langkah yang bisa digunakan untuk menentukan daerah penyelesaian dari Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV). MENENTUKAN

yaitu mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit menular dan penyakit infeksi untuk diawasi bila penyakitnya timbul dapat segera diobati 3.

IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI KURVA ELIPTIK DENGAN ALGORITMA ELGAMAL DAN METODE PEMBANGKITAN BILANGAN PRIMA RABIN-.. MILLER UNTUK PENGAMANAN

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini lebih mengutamakan pada revitalisasi program Dinas Sosial dalam penanganan anak jalanan

penduduk dunia dari kemiskinan dapat dilakukan dengan menekankan pembangunan pada. manusianya, yakni suatu pembangunan yang titik beratnya atau fokusnya pada

Hubungan yang harmonis antar umat beragama di Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo, Kabupaten Pasaman Barat, tetap terpelihara dari dahulu sampai sekarang

Mikäli Ilmari- hanketta analysoidaan Koskisen ympäristökansalaisuutta tukevan ympäristökasvatuksen mallin avulla, voidaan todeta, että hankkeesta puuttuu elementtejä, jotka

Legation of the King of England at the Polish Seym in 1637 Concerning the Liquidation of the Gdansk Stamp in the English Cloth.. The trade contacts between the Kingdom of England