UPDATE KEGIATAN
PROGRAM TB
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
)
berbasis Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
KONSEP PPM berbasis Kab/kota
Definisi:
Jejaring Layanan fasilitas kesehatan dalam satu
kabupaten/kota yang melibatkan peran komunitas,
dibawah kepemimpinan (leadership) Dinas Kesehatan
kab/kota yang juga menjalankan
stewardship function.
Prinsip dasar:
•
Merupakan bagian dari akselerasi penemuan kasus
•
Melalui penguatan sistem kesehatan mulai dari :
desentralisasi, regulasi, jejaring layanan,
•
Merupakan kegiatan transisi menuju kesinambungan
program
STRATEGI PPM
•
Berdasarkan prinsip kemitraan yang dibawah
koordinasi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan
Kab/Kota
•
Memperkuat Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan
kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) Kab/Kota
dalam kegiatan PPM
•
Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan yang
ada didalam wilayah tersebut
•
Mendorong tersedianya layanan
TB TOSS
(Temukan
TB dan Obati Sampai Sembuh) yang berkualitas
diseluruh penyedia layanan tersebut
•
Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai
Anggota Jejaring
PPM TB berbasis kab/kota
•
Dinas Kesehatan kab/kota (semua unit terkait
sesuai Tupoksi)
•
Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta)
•
Semua Puskesmas
•
Semua klinik pratama dan dokter praktik
mandiri dan FKTP lainnya
•
Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI
dll)
•
Organisasi komunitas.
TUPOKSI MASING-MASING
ANGGOTA TIM
No iNSITUSI TUPOKSI
1. Dinkes kab/kota 1. Koordinator tim sekaligus anggota Tim 2. Pengorganisasian jejaring (kalau
diperlukan, membuat surat keputusan pembentukan)
3. Program Management termasuk Pembiayaan
4. Surveilans 5. ………
2. Rumah Sakit 1. Membentuk jejaring dan kolaborasi antar unit layanan di RS
2. Memastikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar
3. Melaporkan kasus TB yang ditemukan ke sistem di Kab/ Kota (SITT, ETB)
TUPOKSI MASING-MASING TIM
No iNSITUSI TUPOKSI
3. Puskesmas 1. Memberikan layanan langsung mulai dari penemuan kasus sampai pengobatan
tuntas (TB TOSS)
2. Menerima laporan dari layanan FKTP lain di wilayah kerjanya
3. Melakukan penemuan secara aktif
bekerjasama dengan organisasi komunitas 4. Surveilens
5. ... 4. Klinik dan DPM,
spesialis di RS
1. Memberikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar
TUPOKSI MASING-MASING TIM
No iNSITUSI TUPOKSI
5. Organisasi profesi
Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan fungsi:
1. Di tempat praktik masing-masing
Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan notifikasi kasusnya di sistem di Kab/ Kota 2. Di Rumah Sakit
Sebagai tenaga ahli yang menjadi
motivator dan mendorong terbentuknya layanan TB TOSS berkualitas
3. Dalam jejaring PPM di kab/kota
Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota, melatih fasyankes dan melakukan pembinaan melalui supervisi dan
mentoring 6. Organisasi
Komunitas
Membina komunitas di Kab/ Kota untuk menjalankan:
1. Edukasi masyarakat
2. Penemuan kasus secara aktif
3. Memastikan pengobatan yang lengkap dan tuntas
Tujuan
•
Tujuan Utama: Memastikan semua Kab/Kota
membentuk dan melaksanakan PPM secara
paripurna agar semua kasus TB dapat
ditemukan dan diobati sampai tuntas.
•
Tujuan Khusus:
–
Tersedianya layanan TB TOSS yang berkualitas
diseluruh penyedia layanan di Kab/Kota.
–
Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk
kegiatan PPM di Kab/Kota.
–
Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
–
Terlibatnya seluruh penyedia layanan kesehatan
Cakupan Area Kegiatan PPM
•
Semua Kab/Kota
•
Paket kegiatan PPM:
–
Esensial (Jenis kegiatan PPM yang wajib dilaksanakan)
–
Komprehensif (Kegiatan esensial + kegiatan penguatan
komponen khusus terkait penemuan kasus TB)
•
Tahun 2017
–
293 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
esensial.
–
220 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM
komprehensif.
•
Tahun 2018-2020
–
Peningkatan bertahap Kab/ Kota dapat melaksanakan
KABUPATEN/KOTA PRIORITAS BERDASARKAN INTERVENSI
No Provinsi Esensia
l Komp No Provinsi Esensial Komp
1 Aceh 17 6 18 Kalteng 11 3 2 Sumut 23 11 19 Kalsel 11 2 3 Sumbar 15 5 20 Kaltim 7 3 4 Sumsel 9 9 21 Kaltara 4 1 5 Riau 3 10 22 Sulut 12 3 6 Jambi 10 1 23 Gorontalo 5 1 7 Bengkulu 8 2 24 Sulteng 10 3 8 Kepri 4 3 25 Sulsel 18 6 9 Lampung 8 7 26 Sulbar 5 1 10 Babel 4 3 27 Sultra 14 2 11 Banten 0 8 28 Bali 4 5 12 DKI Jakarta 1 5 29 NTB 5 5 13 Jabar 1 26 30 NTT 18 4 14 Jateng 1 34 31 Maluku 9 2 15 Jatim 7 27 32 Maluku Utara 8 2 16 DI
VARIABEL PENETAPAN
KAB/KOTA PRIORITAS
1. INSIDEN
2. TB/HIV
3. PROPORSI URBAN/RURAL
Kegiatan Esensial
•
Penyusunan/ penguatan regulasi tentang PPM
– Pertemuan advokasi
– Pertemuan penyusunan regulasi dan penganggaran PPM
•
Pembentukan/revitalisasi tim PPM kabupaten/kota
– Mapping dan pembentukan sistem jejaring layanan
– Pertemuan rutin tim: Perencanaan, Monev
•
Penguatan DOTS di RS Pemerintah/ Swasta
– Pertemuan jejaring internal RS
– Sosialiasi TB di RS
– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis
– Capacity building, OJT pencatatan dan pelaporan TB di RS
Kegiatan Esensial
•
Sistem Notifikasi Wajib TB
–
Sosialisasi sistem notifikasi wajib TB
–
Penerapan sistem notifikasi wajib di
fasyankes terpilih.
•
Intensifikasi Penemuan kasus
–
Kontak investigasi
–
Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB
Anak
–
Jejaring rujukan diagnosis dan rujuk balik:
TCM, TB ekstra paru, TB dengan komorbid.
Kegiatan Komprehensif
•
Penguatan jejaring layanan TB di fasyankes di
Lapas/ rutan, tempat kerja, RS Jiwa, faskes
TNI/POLRI
•
Penguatan DOTS di Klinik dan DPM
– Pertemuan pembentukan jejaring eksternal untuk klinik
swasta dan DPM oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah.
– Sosialiasi TB untuk Klinik dan DPM
– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis melibatkan
organisasi profesi
– Capacity building
– Pertemuan jejaring eksternal dan validasi data berkala.
•
Pembentukan jejaring layanan TB terintegrasi: TB,
Kegiatan Komprehensif
•
Sistem Notifikasi Wajib TB
– Penerapan sistem notifikasi wajib di semua fasyankes yang memberikan layanan TB, termasuk Lab klinik dan Apotek.
•
Intensifikasi Penemuan kasus
– Penerapan Integrasi layanan: PAL, MTBS, MTDS
– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak, TB DM, TB HIV, Lansia, klinik gizi, klinik merokok.
– Inovasi penemuan TB di RS: Penemuan aktif di rawat jalan dan rawat inap dengan alat penapis dan diagnostik baru
•
Jejaring penemuan dan pengobatan melibatkan
komunitas baik di
FKTP maupun FKRTL•
Pembentukan sistem kendali mutu untuk:
• Akreditasi/ sertifikasi fasyankes
Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/
Kota
• Penguatan kegiatan PPM di dalam institusi Rumah Sakit untuk mengurangi terjadinya miss-opportunity diagnosis TB dan under reporting.
• Pembentukan Tim yang melibatkan semua SMF/ instalasi yang ada di Rumah Sakit: Paru, Interna, Bedah, Obsgyn, Anak, Syaraf, Ortopedi maupun di instalasi penunjang seperti farmasi, lab
mikrobiologi, lab PA, lab PK, radiologi dan Rekam Medik.
• Terbentuknya kolaborasi layanan antar spesialis dan profesi
yang ada di RS dibawah koodinasi manajemen RS/ Komite Medik RS.
• Diharapkan bisa mencakup semua layanan baik rawat inap, rawat jalan, rawat darurat maupun rawat intensif.
• Pencatatan TB secara elektronik yang secara berkala dilaporkan ke Manajemen RS dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota.
UGD Poli Spesialis * Poli Umum UNIT DOTS Patologi Klinlk Laboratorium Radiologi Farmasi Rekam Medis Rawat Inap P A S I E N POLI ANAK INVESTIGA SI KONTAK
Indikator PPM untuk Kab/ Kota
•
Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan
untuk kegiatan PPM di Kab/Kota.
•
Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam
pelaksanaan kegiatan PPM.
•
Persentase jumlah penyedia layanan
kesehatan yang terlibat dalam jejaring PPM di
antara jumlah penyedia layanan yang ada.
•
Kontribusi penemuan kasus TB dari:
Puskesmas+BP4, fasyankes pemerintah
non-Puskesmas+BP4, dan fasyankes non
pemerintah
•
Angka keberhasilan pengobatan pada
PENILAIAN CAPAIAN PPM
•
Klasifikasi Kab/Kota berdasarkan Capaian
Pengembangan PPM
1.
Pratama : 100% PKM, 80% RS memberikan
layanan TB dengan standar Nasional
2.
Madya : memenuhi syarat Pratama dan
melaksanakan mandatory notification dengan
keterlibatan komunitas dalam jejaring dan
berkontribusi dalam penemuan kasus
3.
Utama : memenuhi syarat Madya dan 80%
Pembiayaan PPM Berbasis Kabupaten/
Kota
Komponen Pembiayaan PPM:
1. Pembentukan dan Kegiatan Team PPM Kab/ Kota
• Koordinasi
• Penguatan kelembagaan termasuk SDM • Mapping faskes dan kualitas layanan • Supervisi dan Bimtek
• Mentoring program dan klinis
2. Penyusunan regulasi terkait pengendalian TB dan kegiatan PPM di Kab/ Kota
3. Penguatan pelaksanaan Sistem Notifikasi Wajib 4. Peningkatan akses layanan TB yang berkualitas
5. Pembentukan dan maintenance Jejaring Layanan (internal/ Eksternal)
• Capacity Building
• Insentif
6. Jejaring dengan komunitas 7. Monitoring dan Evaluasi
Proyeksi Pembiayaan PPM Berbasis
Kab/ Kota
Sumber Pendanaan
2018 2019 2020
APBD II 10% 30% 40%
GLOBAL FUND 60% 30% 20%
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
Latar Belakang
• Insidens 1.000.000/tahun, namun yang ditemukan dan dilaporkan hanya 320.000 kasus.
• Contoh di Kota Bandung dari ± 1500 DPM, hanya ada 1 DPM yang melaporkan kasus TB menggunakan SITT.
• Hasil sementara Inventory Study di Jakarta Timur dan Kab Sukabumi menggambarkan hanya 21 – 33% data pasien ditemukan dalam SITT
• DPM/Dokter sulit diajak untuk melaporkan kasusnya karena ada anggapan Pencatatan dan Pelaporan TB sangat complicated • Notifikasi Wajib bagi FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri)
Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP maka harus
disiapkan system informasi TB yang lebih sederhana dan mudah dilaksanakan (PERMENKES 67 tahun 2016)
Perlu segera diterapkan:
Notifikasi Wajib
dengan
SISTEM NOTIFIKASI WAJIB TB
Meliputi:
1. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk
Puskesmas menggunakan SITT.
2. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKTP
non Puskesmas dengan Aplikasi Wajib Notifikasi
Berbasis smartphone.
3. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKRTL
menggunakan SITT.
Program Nasional TB telah mengembangkan app Wajib Notifikasi TB “Wifi TB” berbasis Mobile Software yang bertujuan :
1. Memudahkan (DPM/Klinik Pratama)melaporkan kasus TB secara digital, baik yang ditangani sendiri maupun yang dirujuk ke Puskesmas,
2. Meningkatkan jumlah kasus TB yang dilaporkan dari DPM/Klinik Pratama
Caranya :
• Menggunakan HP dengan OS Android (Minimal : Lolypop) • Download via Playstore
• GRATIS
• Buat akun dengan email dan SIP atau Izin Klinik
• Pasien TB yang dilaporkan melalui aplikasi WiFi TB akan terlaporkan ke puskesmas melalui notifikasi SMS
• Puskesmas sebagai Koordinator wilayah pelaksanaan notifikasi wajib dari FKTP.
Aplikasi Wifi TB
menyediakan fitur-fitur
1.Menambahkan/mengedit data dasar pasien (NIK, nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin).
2.Menambahkan/mengedit data rekam medis pasien
(diagnosis, kriteria pasien, lokasi anatomi penyakit, tanggal mulai pengobatan, obat).
3.Pilihan apakah akan merujuk pasien atau mengobati sendiri. 4.Menyediakan alarm pengingat untuk menindaklanjuti pasien
dan untuk memberikan update hasil pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan
Target Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
Perkiraan insidens & target penemuan
kasus 2017
Target penemuan kasus di provinsi perlu dialokasikan ke
kab/kota, berdasarkan estimasi insidens kab/kota dan faktor-faktor berikut:
Jumlah faskes, cakupan penemuan faskes sebelumnya, penempatan TCM, SDM, PPM, TB/HIV, Wasor, keterlibatan LSM, Komunitas, DPM,
Bidan, dll,
Provinsi
Pekiraan insiden TB
Target penemuan
semua kasus TB Provinsi
Pekiraan insiden TB
Target penemuan semua kasus TB
Aceh 23.763 7.218 NTB 22.904 7.527
Sumut 73.488 29.356 NTT 23.544 6.466
Sumbar 26.031 9.520 Kalbar 22.106 6.612
Riau 32.068 7.321 Kalteng 11.582 3.193
Jambi 16.022 5.421 Kalsel 18.726 6.845
Sumsel 40.311 13.632 Kaltim 16.368 6.174
Bengkulu 8.946 2.582 Kaltara 3.225 1.021
Lampung 36.501 12.648 Sulut 10.965 6.104
Babel 7.168 1.966 Sulteng 12.900 4.290
Kepri 12.280 4.262 Sulsel 38.456 14.571
DKI Jakarta 36.247 24.670 Sultra 11.151 4.588
Jabar 156.149 67.500 Gorontalo 5.320 1.921
Jateng 103.840 45.682 Sulbar 5.857 1.935
DIY 11.463 3.215 Maluku 7.711 3.874
Jatim 119.490 54.551 Malut 5.227 2.130
Banten 40.277 16.143 Papua Barat 4.016 2.208
Bali 13.315 3.594 Papua 15.023 8.238
Berapakah kasus
TB yang sudah
ditemukan
Estimasi Beban TB dan Target
Penemuan Kasus TB di Indonesia
Tahun 2015-2020
Indikator (baseli2015 ne)
2016 2017 2018 2019 2020
Estimasi Angka Insiden per
100.000 penduduk
395 389 379 365 344 319
Estimasi jumlah
insiden 1.009.119 1.006.237 992.441 964.533 922.059 864.702
Target jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati
330.729 332.058 396.97
6 530.493 599.338 605.291
Target cakupan
pengobatan semua kasus TB yang diobati
(case detection rate/CDR)
33% 33% 40% 55% 65% 70%
Target cakupan penemuan kasus
TB resistan obat
16% 16% 40% 60% 70% 80%
Estimasi kasus TB RO yang saat ini digunakan adalah:
- 2,8% dari kasus TB paru baru yang ternotifikasi
Target dan Indikator P2TB (2)
Indikator
2015 (baseli
ne) 2016 2017 2018 2019
202 0
Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
84% 90% 90% 90% 90% 90%
Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat
50% 65% 70% 70% 75% 75%
Persentase pasien TB yang mengetahui
status HIV
Inventory study
Tujuan studi: Untuk mengukur tingkat under reporting penemuan kasus TB Area studi: 23 kab/kota di 15 Provinsi
Progress:
• Jumlah Faskes eligible hasil mapping (Okt-Des 2016) Rumah Sakit 164 DPM 323
Puskesmas 729 BP4 1 Klinik 413 Lab 44
• Jumlah kasus sementara 11.030 (Jan-Maret 2017) Rumah Sakit 4435 DPM 445
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif
(=
Active Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
Strategi Penemuan kasus TB di Indonesia
Dapat dilakukan dengan:
A. Penemuan Pasif dan Intensif
1. Pasif dengan penguatan jejaring layanan kesehatan
2. Intensif dengan kolaborasi dalam layanan
B. Penemuan Aktif dan/atau massif berbasis keluarga
dan masyarakat
1. Investigasi kontak
Investigasi kontak
• Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan
potensi kesehatan masyarakat
• 10 - 15 orang kontak erat pasien TB
• Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak
serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang sama dengan pasien TB aktif (detected cases/ confirm cases) yang ternotifikasi selama satu periode tertentu.
• Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB
aktif dewasa untuk mendeteksi secara dini kemungkinan penularan kepada kontak serumah atau kontak eratnya
• Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan untuk
mencari sumber penularan
• Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik (kartu
Penemuan Aktif pada Populasi
Kunci di Masyarakat
• Dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TB seperti anak usia <5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, ODHA, DM, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TB
• Mel layanan di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini diselenggarakan di daerah-daerah beresiko tinggi untuk TB, misalnya dilaksanakan di daerah-daerah KUPAT-KUMIS (KUmuh PAdaT dan KUmuh MISkin) dan daerah
dengan beban TB yang tinggi (di atas angka estimasi insidensi TB nasional).
• 2 metode:
–Metode skrining/ penapisan gejala pada populasi kunci yang datang ke layanan UKBM.
Penemuan di tempat khusus
•
Dilakukan di tempat khusus yaitu pada lingkungan
yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS
Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah,
panti jompo,panti sosial, tempat kerja dan tambang.
•
Dapat dilakukan dengan skrining masal tahunan,
skrining kesehatan bagi warga baru, skrining kontak
dan pemantauan batuk secara rutin.
•
Membutuhkan kolaborasi yang erat antara stakeholder
yang terkait.
•
Semua hasil terkait kegiatan penemuan aktif di tempat
khusus harus dikelola oleh Puskesmas setempat
Penemuan aktif di tempat berisiko
•
Dilakukan secara berkala pada anggota
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah
atau tempat yang memiliki akses terbatas ke
layanan kesehatan, misalnya: tempat
penampungan pengungsi, daerah kumuh, dan
DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan
Kepulauan).
•
Upaya ini dilakukan dengan kegiatan jemput bola
oleh petugas kesehatan dibantu potensi
kesehatan masyarakat.
•
Metode bisa dilakukan dengan mengirimkan
sediaan dahak dari terduga TB yang ditemukan
selama kegiatan ke fasyankes pemeriksa maupun
dengan sarana diagnostik TB yang bersifat
Penemuan aktif berbasis
keluarga
dan masyarakat
• Dilaksanakan secara rutin dengan skrining gejala,
pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di lingkungannya
• menyarankan orang bergejala memeriksakan diri ke
fasyankes terdekat.
• Kegiatan pemantauan batuk integrasi dgn kegiatan kader
kesehatan
• Misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan
kunjungan rumah kader jumantik dan kader posyandu serta kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang lain.
• Mendukung penemuan kasus TB, kegiatan ini akan sangat
Penemuan aktif berkala
• Dilakukan oleh Puskesmas pada wilayah yang teridentifikasi sebagai daerah kantung TB.
• Definisi daerah kantung TB adalah daerah yang memiliki jumlah pasien yang banyak apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang ada, Misal: RT (Rukun Tetangga) XX dgn jumlah penduduk 100 jiwa, berdasarkan hasil kegiatan PWS
(Pengawasan Wilayah Setempat) dan analisis data TB setempat mempunyai penderita TB berjumlah 3 orang. Hal ini berarti
wilayah RT XX mempunyai insidensi TB sebesar 3000/100.000 penduduk (9x angka insidensi TB nasional)
• Pada daerah kantong ini upaya penemuan aktif berkala akan dilakukan dengan kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan kasus TB pada kegiatan penemuan aktif berkala 2 kali berturut-turut.
• Kegiatan penemuan secara aktif berkala efektif apabila
Skrining masal
•
Penemuan aktif dilaksanakan sekali setahun
untuk meningkatkan penemuan pasien TB di
wilayah yang penemuan kasusnya masih
sangat rendah.
•
Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa/
kelurahan, kader kesehatan dan potensi
masyarakat melakukan skrining gejala TB
secara masif di masyarakat dan membawanya
ke layanan kesehatan luar gedung.
•
Kegiatan ini juga lebih efektif apabila
Contoh Kegiatan
Active Case
Finding :
Contoh Kegiatan
Active Case
Finding :
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
•
Cakupan penemuan TB sekitar 32% dibandingkan
perkiraan insiden.
•
Belum terintegrasi sistem informasi TB sensitif obat,
TB resistan obat, dan hasil uji silang laboratorium.
•
Sistem informasi TB belum terintegrasi secara
optimal dengan sistem informasi kesehatan lain
seperti SIHA (Program HIV), generik (Pusdatin),
Pcare (BPJSSIKDA), e logistik (Binfar).
•
Belum semua fasyankes menggunakan formulir
pencatatan TB yang baru (TB Indonesia/2015)
•
Belum semua DPM/Klinik swasta melaporkan kasus
TB nya.
•
Pencatatan dan pelaporan penjaringan suspek TB
oleh kader masih bervariasi (Perlu adanya
pencatatan dan pelaporan yang standar)
•
Penggunaan dana CSR dalam pencegahan dan
penanggulangan TB masih sangat rendah.
Sistematika
•
Konsep PPM (
Public Private Mix
) berbasis
Kab/kota
•
Mandatory Notification
(Wajib Lapor)
•
Estimasi Beban dan Perhitungan Target
Indikator TB di Provinsi dan
Kabupaten/Kota
•
Penemuan kasus TB secara aktif (=
Active
Case Finding)
•
Permasalahan dan Hambatan
Upaya yang sudah dan akan dilakukan
• Mensosialisasikan dan menerapkan aplikasi Wifi TB untuk DPM/Klinik swasta.
• Mengeluarkan surat edaran penggunan formulir TB terbaru (TB Indonesia/2015).
• Penguatan surveilans dan validasi data di seluruh tingkatan.
• Mengeluarkan surat edaran penggunaan NIK dan provinsi, kabupaten/kota diharapkan memantau pengisian NIK di formulir pencatatan TB.
• Germas dan pendekatan keluarga dijadikan rujukan dalam
menggerakkan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian TB.
• Dana desa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembiayaan berbasis sumber daya manusia.