• Tidak ada hasil yang ditemukan

bahan presentasi kasie sensitif obat edit 110407

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "bahan presentasi kasie sensitif obat edit 110407"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

UPDATE KEGIATAN

PROGRAM TB

(2)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(3)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

)

berbasis Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(4)

KONSEP PPM berbasis Kab/kota

Definisi:

Jejaring Layanan fasilitas kesehatan dalam satu

kabupaten/kota yang melibatkan peran komunitas,

dibawah kepemimpinan (leadership) Dinas Kesehatan

kab/kota yang juga menjalankan

stewardship function.

Prinsip dasar:

Merupakan bagian dari akselerasi penemuan kasus

Melalui penguatan sistem kesehatan mulai dari :

desentralisasi, regulasi, jejaring layanan,

Merupakan kegiatan transisi menuju kesinambungan

program

(5)

STRATEGI PPM

Berdasarkan prinsip kemitraan yang dibawah

koordinasi dan tanggung jawab Dinas Kesehatan

Kab/Kota

Memperkuat Kepemimpinan (regulasi/kebijakan) dan

kepemilikan (anggaran dan pembiayaan) Kab/Kota

dalam kegiatan PPM

Melibatkan seluruh penyedia layanan kesehatan yang

ada didalam wilayah tersebut

Mendorong tersedianya layanan

TB TOSS

(Temukan

TB dan Obati Sampai Sembuh) yang berkualitas

diseluruh penyedia layanan tersebut

Melakukan inovasi dan pemanfaatan teknologi sesuai

(6)

Anggota Jejaring

PPM TB berbasis kab/kota

Dinas Kesehatan kab/kota (semua unit terkait

sesuai Tupoksi)

Semua rumah sakit (pemerintah dan swasta)

Semua Puskesmas

Semua klinik pratama dan dokter praktik

mandiri dan FKTP lainnya

Organisasi profesi (IDI, PDPI, PAPDI, IDAI, IAI

dll)

Organisasi komunitas.

(7)

TUPOKSI MASING-MASING

ANGGOTA TIM

No iNSITUSI TUPOKSI

1. Dinkes kab/kota 1. Koordinator tim sekaligus anggota Tim 2. Pengorganisasian jejaring (kalau

diperlukan, membuat surat keputusan pembentukan)

3. Program Management termasuk Pembiayaan

4. Surveilans 5. ………

2. Rumah Sakit 1. Membentuk jejaring dan kolaborasi antar unit layanan di RS

2. Memastikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar

3. Melaporkan kasus TB yang ditemukan ke sistem di Kab/ Kota (SITT, ETB)

(8)

TUPOKSI MASING-MASING TIM

No iNSITUSI TUPOKSI

3. Puskesmas 1. Memberikan layanan langsung mulai dari penemuan kasus sampai pengobatan

tuntas (TB TOSS)

2. Menerima laporan dari layanan FKTP lain di wilayah kerjanya

3. Melakukan penemuan secara aktif

bekerjasama dengan organisasi komunitas 4. Surveilens

5. ... 4. Klinik dan DPM,

spesialis di RS

1. Memberikan layanan TB TOSS yg bermutu sesuai standar

(9)

TUPOKSI MASING-MASING TIM

No iNSITUSI TUPOKSI

5. Organisasi profesi

Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan fungsi:

1. Di tempat praktik masing-masing

Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan notifikasi kasusnya di sistem di Kab/ Kota 2. Di Rumah Sakit

Sebagai tenaga ahli yang menjadi

motivator dan mendorong terbentuknya layanan TB TOSS berkualitas

3. Dalam jejaring PPM di kab/kota

Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota, melatih fasyankes dan melakukan pembinaan melalui supervisi dan

mentoring 6. Organisasi

Komunitas

Membina komunitas di Kab/ Kota untuk menjalankan:

1. Edukasi masyarakat

2. Penemuan kasus secara aktif

3. Memastikan pengobatan yang lengkap dan tuntas

(10)

Tujuan

Tujuan Utama: Memastikan semua Kab/Kota

membentuk dan melaksanakan PPM secara

paripurna agar semua kasus TB dapat

ditemukan dan diobati sampai tuntas.

Tujuan Khusus:

Tersedianya layanan TB TOSS yang berkualitas

diseluruh penyedia layanan di Kab/Kota.

Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan untuk

kegiatan PPM di Kab/Kota.

Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan PPM.

Terlibatnya seluruh penyedia layanan kesehatan

(11)

Cakupan Area Kegiatan PPM

Semua Kab/Kota

Paket kegiatan PPM:

Esensial (Jenis kegiatan PPM yang wajib dilaksanakan)

Komprehensif (Kegiatan esensial + kegiatan penguatan

komponen khusus terkait penemuan kasus TB)

Tahun 2017

293 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM

esensial.

220 Kab/Kota akan melaksanakan paket kegiatan PPM

komprehensif.

Tahun 2018-2020

Peningkatan bertahap Kab/ Kota dapat melaksanakan

(12)

KABUPATEN/KOTA PRIORITAS BERDASARKAN INTERVENSI

No Provinsi Esensia

l Komp No Provinsi Esensial Komp

1 Aceh 17 6 18 Kalteng 11 3 2 Sumut 23 11 19 Kalsel 11 2 3 Sumbar 15 5 20 Kaltim 7 3 4 Sumsel 9 9 21 Kaltara 4 1 5 Riau 3 10 22 Sulut 12 3 6 Jambi 10 1 23 Gorontalo 5 1 7 Bengkulu 8 2 24 Sulteng 10 3 8 Kepri 4 3 25 Sulsel 18 6 9 Lampung 8 7 26 Sulbar 5 1 10 Babel 4 3 27 Sultra 14 2 11 Banten 0 8 28 Bali 4 5 12 DKI Jakarta 1 5 29 NTB 5 5 13 Jabar 1 26 30 NTT 18 4 14 Jateng 1 34 31 Maluku 9 2 15 Jatim 7 27 32 Maluku Utara 8 2 16 DI

(13)

VARIABEL PENETAPAN

KAB/KOTA PRIORITAS

1. INSIDEN

2. TB/HIV

3. PROPORSI URBAN/RURAL

(14)

Kegiatan Esensial

Penyusunan/ penguatan regulasi tentang PPM

– Pertemuan advokasi

– Pertemuan penyusunan regulasi dan penganggaran PPM

Pembentukan/revitalisasi tim PPM kabupaten/kota

– Mapping dan pembentukan sistem jejaring layanan

– Pertemuan rutin tim: Perencanaan, Monev

Penguatan DOTS di RS Pemerintah/ Swasta

– Pertemuan jejaring internal RS

– Sosialiasi TB di RS

– Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis

– Capacity building, OJT pencatatan dan pelaporan TB di RS

(15)

Kegiatan Esensial

Sistem Notifikasi Wajib TB

Sosialisasi sistem notifikasi wajib TB

Penerapan sistem notifikasi wajib di

fasyankes terpilih.

Intensifikasi Penemuan kasus

Kontak investigasi

Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB

Anak

Jejaring rujukan diagnosis dan rujuk balik:

TCM, TB ekstra paru, TB dengan komorbid.

(16)

Kegiatan Komprehensif

Penguatan jejaring layanan TB di fasyankes di

Lapas/ rutan, tempat kerja, RS Jiwa, faskes

TNI/POLRI

Penguatan DOTS di Klinik dan DPM

Pertemuan pembentukan jejaring eksternal untuk klinik

swasta dan DPM oleh Puskesmas penanggung jawab wilayah.

Sosialiasi TB untuk Klinik dan DPM

Mentoring, Supervisi dan Bimbingan Teknis melibatkan

organisasi profesi

Capacity building

Pertemuan jejaring eksternal dan validasi data berkala.

Pembentukan jejaring layanan TB terintegrasi: TB,

(17)

Kegiatan Komprehensif

Sistem Notifikasi Wajib TB

– Penerapan sistem notifikasi wajib di semua fasyankes yang memberikan layanan TB, termasuk Lab klinik dan Apotek.

Intensifikasi Penemuan kasus

– Penerapan Integrasi layanan: PAL, MTBS, MTDS

– Penerapan jejaring kolaborasi layanan: TB Anak, TB DM, TB HIV, Lansia, klinik gizi, klinik merokok.

– Inovasi penemuan TB di RS: Penemuan aktif di rawat jalan dan rawat inap dengan alat penapis dan diagnostik baru

Jejaring penemuan dan pengobatan melibatkan

komunitas baik di

FKTP maupun FKRTL

Pembentukan sistem kendali mutu untuk:

• Akreditasi/ sertifikasi fasyankes

(18)

Jejaring Internal RS dalam PPM berbasis Kab/

Kota

• Penguatan kegiatan PPM di dalam institusi Rumah Sakit untuk mengurangi terjadinya miss-opportunity diagnosis TB dan under reporting.

• Pembentukan Tim yang melibatkan semua SMF/ instalasi yang ada di Rumah Sakit: Paru, Interna, Bedah, Obsgyn, Anak, Syaraf, Ortopedi maupun di instalasi penunjang seperti farmasi, lab

mikrobiologi, lab PA, lab PK, radiologi dan Rekam Medik.

• Terbentuknya kolaborasi layanan antar spesialis dan profesi

yang ada di RS dibawah koodinasi manajemen RS/ Komite Medik RS.

• Diharapkan bisa mencakup semua layanan baik rawat inap, rawat jalan, rawat darurat maupun rawat intensif.

• Pencatatan TB secara elektronik yang secara berkala dilaporkan ke Manajemen RS dan diteruskan ke Dinas Kesehatan Kab/ Kota.

(19)

UGD Poli Spesialis * Poli Umum UNIT DOTS Patologi Klinlk Laboratorium Radiologi Farmasi Rekam Medis Rawat Inap P A S I E N POLI ANAK INVESTIGA SI KONTAK

(20)

Indikator PPM untuk Kab/ Kota

Adanya regulasi/kebijakan dan pembiayaan

untuk kegiatan PPM di Kab/Kota.

Terbentuknya mekanisme koordinasi dalam

pelaksanaan kegiatan PPM.

Persentase jumlah penyedia layanan

kesehatan yang terlibat dalam jejaring PPM di

antara jumlah penyedia layanan yang ada.

Kontribusi penemuan kasus TB dari:

Puskesmas+BP4, fasyankes pemerintah

non-Puskesmas+BP4, dan fasyankes non

pemerintah

Angka keberhasilan pengobatan pada

(21)

PENILAIAN CAPAIAN PPM

Klasifikasi Kab/Kota berdasarkan Capaian

Pengembangan PPM

1.

Pratama : 100% PKM, 80% RS memberikan

layanan TB dengan standar Nasional

2.

Madya : memenuhi syarat Pratama dan

melaksanakan mandatory notification dengan

keterlibatan komunitas dalam jejaring dan

berkontribusi dalam penemuan kasus

3.

Utama : memenuhi syarat Madya dan 80%

(22)

Pembiayaan PPM Berbasis Kabupaten/

Kota

Komponen Pembiayaan PPM:

1. Pembentukan dan Kegiatan Team PPM Kab/ Kota

Koordinasi

Penguatan kelembagaan termasuk SDMMapping faskes dan kualitas layananSupervisi dan Bimtek

Mentoring program dan klinis

2. Penyusunan regulasi terkait pengendalian TB dan kegiatan PPM di Kab/ Kota

3. Penguatan pelaksanaan Sistem Notifikasi Wajib 4. Peningkatan akses layanan TB yang berkualitas

5. Pembentukan dan maintenance Jejaring Layanan (internal/ Eksternal)

• Capacity Building

• Insentif

6. Jejaring dengan komunitas 7. Monitoring dan Evaluasi

(23)

Proyeksi Pembiayaan PPM Berbasis

Kab/ Kota

Sumber Pendanaan

2018 2019 2020

APBD II 10% 30% 40%

GLOBAL FUND 60% 30% 20%

(24)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(25)

Latar Belakang

• Insidens 1.000.000/tahun, namun yang ditemukan dan dilaporkan hanya 320.000 kasus.

• Contoh di Kota Bandung dari ± 1500 DPM, hanya ada 1 DPM yang melaporkan kasus TB menggunakan SITT.

• Hasil sementara Inventory Study di Jakarta Timur dan Kab Sukabumi menggambarkan  hanya 21 – 33% data pasien ditemukan dalam SITT

• DPM/Dokter sulit diajak untuk melaporkan kasusnya karena ada anggapan Pencatatan dan Pelaporan TB sangat complicated • Notifikasi Wajib bagi FKTP (klinik dan dokter praktik mandiri)

Mengingat keterbatasan sumber daya di FKTP maka harus

disiapkan system informasi TB yang lebih sederhana dan mudah dilaksanakan (PERMENKES 67 tahun 2016)

Perlu segera diterapkan:

Notifikasi Wajib

dengan

(26)

SISTEM NOTIFIKASI WAJIB TB

Meliputi:

1. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk

Puskesmas menggunakan SITT.

2. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKTP

non Puskesmas dengan Aplikasi Wajib Notifikasi

Berbasis smartphone.

3. Pelaksanaan sistem notifikasi wajib untuk FKRTL

menggunakan SITT.

(27)
(28)

Program Nasional TB telah mengembangkan app Wajib Notifikasi TB “Wifi TB” berbasis Mobile Software yang bertujuan :

1. Memudahkan (DPM/Klinik Pratama)melaporkan kasus TB secara digital, baik yang ditangani sendiri maupun yang dirujuk ke Puskesmas,

2. Meningkatkan jumlah kasus TB yang dilaporkan dari DPM/Klinik Pratama

Caranya :

• Menggunakan HP dengan OS Android (Minimal : Lolypop) • Download via Playstore

• GRATIS

• Buat akun dengan email dan SIP atau Izin Klinik

• Pasien TB yang dilaporkan melalui aplikasi WiFi TB akan terlaporkan ke puskesmas melalui notifikasi SMS

• Puskesmas sebagai Koordinator wilayah pelaksanaan notifikasi wajib dari FKTP.

(29)

Aplikasi Wifi TB

menyediakan fitur-fitur

1.Menambahkan/mengedit data dasar pasien (NIK, nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin).

2.Menambahkan/mengedit data rekam medis pasien

(diagnosis, kriteria pasien, lokasi anatomi penyakit, tanggal mulai pengobatan, obat).

3.Pilihan apakah akan merujuk pasien atau mengobati sendiri. 4.Menyediakan alarm pengingat untuk menindaklanjuti pasien

dan untuk memberikan update hasil pengobatan dalam jangka waktu tertentu.

(30)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan

Target Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(31)
(32)

Perkiraan insidens & target penemuan

kasus 2017

Target penemuan kasus di provinsi perlu dialokasikan ke

kab/kota, berdasarkan estimasi insidens kab/kota dan faktor-faktor berikut:

Jumlah faskes, cakupan penemuan faskes sebelumnya, penempatan TCM, SDM, PPM, TB/HIV, Wasor, keterlibatan LSM, Komunitas, DPM,

Bidan, dll,

Provinsi

Pekiraan insiden TB

Target penemuan

semua kasus TB Provinsi

Pekiraan insiden TB

Target penemuan semua kasus TB

Aceh 23.763 7.218 NTB 22.904 7.527

Sumut 73.488 29.356 NTT 23.544 6.466

Sumbar 26.031 9.520 Kalbar 22.106 6.612

Riau 32.068 7.321 Kalteng 11.582 3.193

Jambi 16.022 5.421 Kalsel 18.726 6.845

Sumsel 40.311 13.632 Kaltim 16.368 6.174

Bengkulu 8.946 2.582 Kaltara 3.225 1.021

Lampung 36.501 12.648 Sulut 10.965 6.104

Babel 7.168 1.966 Sulteng 12.900 4.290

Kepri 12.280 4.262 Sulsel 38.456 14.571

DKI Jakarta 36.247 24.670 Sultra 11.151 4.588

Jabar 156.149 67.500 Gorontalo 5.320 1.921

Jateng 103.840 45.682 Sulbar 5.857 1.935

DIY 11.463 3.215 Maluku 7.711 3.874

Jatim 119.490 54.551 Malut 5.227 2.130

Banten 40.277 16.143 Papua Barat 4.016 2.208

Bali 13.315 3.594 Papua 15.023 8.238

Berapakah kasus

TB yang sudah

ditemukan

(33)

Estimasi Beban TB dan Target

Penemuan Kasus TB di Indonesia

Tahun 2015-2020

Indikator (baseli2015 ne)

2016 2017 2018 2019 2020

Estimasi Angka Insiden per

100.000 penduduk

395 389 379 365 344 319

Estimasi jumlah

insiden 1.009.119 1.006.237 992.441 964.533 922.059 864.702

Target jumlah kasus TB yang ditemukan dan diobati

330.729 332.058 396.97

6 530.493 599.338 605.291

Target cakupan

pengobatan semua kasus TB yang diobati

(case detection rate/CDR)

33% 33% 40% 55% 65% 70%

Target cakupan penemuan kasus

TB resistan obat

16% 16% 40% 60% 70% 80%

Estimasi kasus TB RO yang saat ini digunakan adalah:

- 2,8% dari kasus TB paru baru yang ternotifikasi

(34)

Target dan Indikator P2TB (2)

Indikator

2015 (baseli

ne) 2016 2017 2018 2019

202 0

Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus

84% 90% 90% 90% 90% 90%

Angka keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat

50% 65% 70% 70% 75% 75%

Persentase pasien TB yang mengetahui

status HIV

(35)

Inventory study

Tujuan studi: Untuk mengukur tingkat under reporting penemuan kasus TB Area studi: 23 kab/kota di 15 Provinsi

Progress:

• Jumlah Faskes eligible hasil mapping (Okt-Des 2016) Rumah Sakit 164 DPM 323

Puskesmas 729 BP4 1 Klinik 413 Lab 44

• Jumlah kasus sementara 11.030 (Jan-Maret 2017) Rumah Sakit 4435 DPM 445

(36)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif

(=

Active Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(37)

Strategi Penemuan kasus TB di Indonesia

Dapat dilakukan dengan:

A. Penemuan Pasif dan Intensif

1. Pasif dengan penguatan jejaring layanan kesehatan

2. Intensif dengan kolaborasi dalam layanan

B. Penemuan Aktif dan/atau massif berbasis keluarga

dan masyarakat

1. Investigasi kontak

(38)

Investigasi kontak

Kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan

potensi kesehatan masyarakat

10 - 15 orang kontak erat pasien TB

Kontak erat : orang yang tinggal serumah (kontak

serumah) maupun orang yang berada di ruangan yang sama dengan pasien TB aktif (detected cases/ confirm cases) yang ternotifikasi selama satu periode tertentu.

Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TB

aktif dewasa untuk mendeteksi secara dini kemungkinan penularan kepada kontak serumah atau kontak eratnya

Investigasi kontak pasien TB anak yang ditemukan untuk

mencari sumber penularan

Investigasi kontak harus dicatat dan dilaporkan baik (kartu

(39)

Penemuan Aktif pada Populasi

Kunci di Masyarakat

• Dilakukan kepada orang-orang dengan resiko TB seperti anak usia <5 tahun, orang dengan gangguan sistem imunitas, ODHA, DM, malnutrisi, lansia, wanita hamil, perokok dan mantan penderita TB

• Mel layanan di UKBM terkait misalnya di Posyandu, Posbindu, Polindes dan Poskesdes. Kegiatan ini diselenggarakan di daerah-daerah beresiko tinggi untuk TB, misalnya dilaksanakan di daerah-daerah KUPAT-KUMIS (KUmuh PAdaT dan KUmuh MISkin) dan daerah

dengan beban TB yang tinggi (di atas angka estimasi insidensi TB nasional).

• 2 metode:

–Metode skrining/ penapisan gejala pada populasi kunci yang datang ke layanan UKBM.

(40)

Penemuan di tempat khusus

Dilakukan di tempat khusus yaitu pada lingkungan

yang mudah terjadi penularan TB yaitu Lapas/Rutan, RS

Jiwa, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah,

panti jompo,panti sosial, tempat kerja dan tambang.

Dapat dilakukan dengan skrining masal tahunan,

skrining kesehatan bagi warga baru, skrining kontak

dan pemantauan batuk secara rutin.

Membutuhkan kolaborasi yang erat antara stakeholder

yang terkait.

Semua hasil terkait kegiatan penemuan aktif di tempat

khusus harus dikelola oleh Puskesmas setempat

(41)

Penemuan aktif di tempat berisiko

Dilakukan secara berkala pada anggota

masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah

atau tempat yang memiliki akses terbatas ke

layanan kesehatan, misalnya: tempat

penampungan pengungsi, daerah kumuh, dan

DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan dan

Kepulauan).

Upaya ini dilakukan dengan kegiatan jemput bola

oleh petugas kesehatan dibantu potensi

kesehatan masyarakat.

Metode bisa dilakukan dengan mengirimkan

sediaan dahak dari terduga TB yang ditemukan

selama kegiatan ke fasyankes pemeriksa maupun

dengan sarana diagnostik TB yang bersifat

(42)

Penemuan aktif berbasis

keluarga

dan masyarakat

Dilaksanakan secara rutin dengan skrining gejala,

pengawasan batuk terhadap orang yang tinggal di lingkungannya

menyarankan orang bergejala memeriksakan diri ke

fasyankes terdekat.

Kegiatan pemantauan batuk integrasi dgn kegiatan kader

kesehatan

Misalnya kegiatan ketuk pintu kader kesehatan, kegiatan

kunjungan rumah kader jumantik dan kader posyandu serta kegiatan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang lain.

Mendukung penemuan kasus TB, kegiatan ini akan sangat

(43)

Penemuan aktif berkala

• Dilakukan oleh Puskesmas pada wilayah yang teridentifikasi sebagai daerah kantung TB.

• Definisi daerah kantung TB adalah daerah yang memiliki jumlah pasien yang banyak apabila dibandingkan dengan jumlah

penduduk yang ada, Misal: RT (Rukun Tetangga) XX dgn jumlah penduduk 100 jiwa, berdasarkan hasil kegiatan PWS

(Pengawasan Wilayah Setempat) dan analisis data TB setempat mempunyai penderita TB berjumlah 3 orang. Hal ini berarti

wilayah RT XX mempunyai insidensi TB sebesar 3000/100.000 penduduk (9x angka insidensi TB nasional)

• Pada daerah kantong ini upaya penemuan aktif berkala akan dilakukan dengan kegiatan skrining aktif setiap 6 bulan sekali sampai tidak ditemukan kasus TB pada kegiatan penemuan aktif berkala 2 kali berturut-turut.

• Kegiatan penemuan secara aktif berkala efektif apabila

(44)

Skrining masal

Penemuan aktif dilaksanakan sekali setahun

untuk meningkatkan penemuan pasien TB di

wilayah yang penemuan kasusnya masih

sangat rendah.

Puskesmas bekerja sama dengan aparat desa/

kelurahan, kader kesehatan dan potensi

masyarakat melakukan skrining gejala TB

secara masif di masyarakat dan membawanya

ke layanan kesehatan luar gedung.

Kegiatan ini juga lebih efektif apabila

(45)

Contoh Kegiatan

Active Case

Finding :

(46)

Contoh Kegiatan

Active Case

Finding :

(47)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(48)

Cakupan penemuan TB sekitar 32% dibandingkan

perkiraan insiden.

Belum terintegrasi sistem informasi TB sensitif obat,

TB resistan obat, dan hasil uji silang laboratorium.

Sistem informasi TB belum terintegrasi secara

optimal dengan sistem informasi kesehatan lain

seperti SIHA (Program HIV), generik (Pusdatin),

Pcare (BPJSSIKDA), e logistik (Binfar).

Belum semua fasyankes menggunakan formulir

pencatatan TB yang baru (TB Indonesia/2015)

Belum semua DPM/Klinik swasta melaporkan kasus

TB nya.

Pencatatan dan pelaporan penjaringan suspek TB

oleh kader masih bervariasi (Perlu adanya

pencatatan dan pelaporan yang standar)

Penggunaan dana CSR dalam pencegahan dan

penanggulangan TB masih sangat rendah.

(49)

Sistematika

Konsep PPM (

Public Private Mix

) berbasis

Kab/kota

Mandatory Notification

(Wajib Lapor)

Estimasi Beban dan Perhitungan Target

Indikator TB di Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Penemuan kasus TB secara aktif (=

Active

Case Finding)

Permasalahan dan Hambatan

(50)

Upaya yang sudah dan akan dilakukan

• Mensosialisasikan dan menerapkan aplikasi Wifi TB untuk DPM/Klinik swasta.

• Mengeluarkan surat edaran penggunan formulir TB terbaru (TB Indonesia/2015).

• Penguatan surveilans dan validasi data di seluruh tingkatan.

• Mengeluarkan surat edaran penggunaan NIK dan provinsi, kabupaten/kota diharapkan memantau pengisian NIK di formulir pencatatan TB.

• Germas dan pendekatan keluarga dijadikan rujukan dalam

menggerakkan masyarakat untuk pencegahan dan pengendalian TB.

• Dana desa dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam pembiayaan berbasis sumber daya manusia.

(51)

THANK

Referensi

Dokumen terkait

dengan siswa menerangkan materi dengan media gambar secara teliti, siswa memahamkan sesuatu dengan gambar, siswa mampu menjawab soal dengan gambar, 4) pada kecerdasan

Dalam menghadapi konflik dengan Korea Utara bagi Korea Selatan dengan melakukan latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat dan Jepang dapat mengimbangi kekuatan yang

Psikotropika golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan / atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai

Perolehan rata-rata kelas nilai hasil belajar siswa dari sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT hingga diterapkannya model pembelajaran

Kongkritnya gerakan intelektual yang berkembang dalam konteks modernisme Islam akhir-akhir ini berbeda dengan pembaruan sebelumnya baik dalam konsepsi dan aplikasi ide-idenya

Sampel pada inti nukleus ini dipilih unit ruko yang dianggap mewakili dan dapat mendukung tujuan penelitian yaitu untuk menjelaskan morfologi fasade ruko dan

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dideskripsikan, bahwa langkah-langkah keterampilan proses sains untuk anak usia dini adalah sebagai beri- kut: (1) membangkitkan

Pengaruh dosis inokulum dan lama fermentasi dengan kapang Lentinus edodes terhadap perubahan bahan kering, protein kasar dan retensi nitrogen kulit buah