BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Instagram Live sebagai Media Eksistensi Diri
Instagram menjadi pilihan generasi masa kini untuk membagikan moment-moment
dalam hidupnya, bahkan bukan hanya sampai disitu kini aktifitas kita dalam sehari juga dapat
dibagikan melalui fitur-fitur dalam Instagram. Perkembangan Instagram mulai dari Instastory
yang berisi berbagai macam fitur di dalamnya membuat pengguna Instagram kian meningkat.
Fitur-fitur dalam Instagram yang semakin dikembangkan membuat media sosial yang satu ini
semakin digemari bahkan dari berbagai macam kalangan, termasuk mahasiwa Universitas
Kristen Satya Wacana. Sebagai salah satu Universitas swasta terbesar, mahasiwa Universitas
Kristen Satya Wacana datang dari berbagai macam penjuru daerah hingga tak jarang
Universitas ini disebut sebagai Indonesia mini. Beragam suku dan budaya yang ada di UKSW
menjadikan Universitas ini kaya akan karakter dan kebiasaan. Perkembangan teknologi yang
mendukung juga menjadikan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana mengalami
berbagai macam perkembangan, dan perubahan terlebih khusus dibidang teknologi seperti
media sosial.
Penulisan yang penulis lakukan terhadap mahasiwa Universitas Kristen Satya Wacana
tetang penggunaan Instagram live mendapati hasil bahwa dalam setiap harinya mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana mengakses atau membuka Instagram hampir 20 kali dalam
seharinya, namun tidak dapat dipungkiri jika memang didapati bahwa setiap mahasiswa ini
pernah tidak mengakses Instagram dalam sehari karena tidak memiliki kuota, sedang sibuk
dan ingin menenangkan diri dari media sosial. Instagram dijadikan para mahasiswa
Universitas Satya Wacana sebagai sarana hiburan dikala bosan, sarana promosi untuk
memberitahukan kegiatan kepanitiaan, melihat aktifitas orang lain lewat intastory, melihat
idola mereka, melihat online shop, dan berbagai macam hal lainnya. Salah satu jawaban
narasumber penulis adalah Aprilia Cenyo Mofu saat diwawancarai mengenai apa saja yang ia
lakukan saat menggunakan Instagram jawabnya :
“Saya menggunakan Instagram itu.. pertama untuk mengupload foto, mengabadikan foto dan untuk live sih, livetutorial makeup”
“aku biasanya ngepoin orang liat story, buat story, live, upload foto, cari-cari baju di
ol shop gitu aja sih”.
Banyak kegunaan Instagram yang dimanfaatkan oleh mahasiswa Universitas Kristen
Satya Wacana sehingga media sosial yang satu ini sangat sulit untuk dilewatkan setiap
harinya.Bahkan menurut salah satu narasumber penulis yang bernama Yosia Pissy mahasiswa
jurusan Psikologi angkatan 2014 Instagram jauh lebih cepat dalam penyampaian infromasi
dan penyebaran infromasi daripada televisi ungkapnya :
“ada juga berita terupdate kan di tv belum ada di Instagram udah ada, jadi gitulah di Instagram lebih cepet informasinya”.
Bagi Yosia Instagram bukan hanya menjadi media hiburan baginya, namun insatgram juga
menjadi sarana informasi yang cepat. Bukan hanya unggul dalam kecepatan lewat insatgram
kita bisa mengikuti orang-orang yang kita idolakan, dan bisa lebih mengenal mereka lebih
dekat, seperti halnya salah satu narasumber penulis yang bernama Indra Yudi, saat ditanya
apakah anda mengikuti artis idola anda di Instagram ia mengakui hal tersebut. Bukan hanya
Indra yang mengikuti artis idolanya di Instagram Yosia juga melakukan hal demikian namun
sedikit berbeda yaitu Yosia mengikuti Ariel Noah dan Reza Arab, Yosia mengikuti kedua
artis tersebut untuk melihat pakaian-pakaian yang mereka gunakan agar dapat menjadi
patokan baginya saat akan memilih pakaian. Bukan saja artis, kini brand atau merek
ternamapun memiliki akun Instagram hingga penulis juga menemukan salah satu narasumber
penulis yang bernama Isac Immbiri mahasiswa fiskom angkatan 2015 yang mengikuti akun
brand nike, menjadikan postingan-postingan dalam akun tersebut sebagai patokannya dalam
memilih barang-barang yang akan ia beli. Tak luput juga akun online shop yang semakin
banyak di Instagram, rata-rata narasumber penulis yang perempuan pasti mengikuti salah
akun online shop, bahkan berbelanja di akun onlie shop tersebut.
Munculnya Instagram membuat perhatian para pengguna media sosial terkhusus
mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana menjadi sedikit teralih, banyak media sosial
yang sudah tidak lagi aktif digunakan seperti facebook dan twitter, kedua akun media sosial
yang menyajikan fitur yang hampir sama dengan insatgram ini mulai ditinggalkan, seperti
ujaran seorang narasumber penulis yang bernama Alodyah Okta mahasiswa fiskom angkatan
2015 mengungkapkan :
menurut Aloy media sosial seperti facebook sudah ia tinggalkan karena adanya kehadiran
insatgram yang lebih beragam dari segi fitur maupun penggunannya. Dari beberapa hal yang
sudah penulis paparkan tidak dapat diragukan lagi bila Instagram memang sudah menjadi
media sosial yang digemari oleh masyarakat masa kini, terlebih lagi dengan fitur-fiturnya
yang semakin bertambah dan dikembangkan hampir setiap bulannya menjadikan media sosial
yang satu ini semakin digilai masyarakat. Dari sekian banyak fitur yang ada dalam insatgram
penulis akhirnya tertarik dengan salah satu fitur dalam Instagram yang bernama Instagram
live atau siaran langsung. Fitur yang keluar di awal tahun 2017 ini memang mirip dengan
beberapa fitur media sosial lainnya, namun tetap saja Instagram live memiliki kelebihan
tersendiri hingga diminati oleh mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
Instagram live atau jika di indonesiakan adalah siaran langsung adalah salah satu fitur
yang dirilis oleh pihak Instagram, awalnya fitur Instagram ini hanya bisa dinikmati oleh
pengguna Instagram di luar negri dan barulah pada pertengahan tahun 2017 fitur Instagram
live ini dapat dinikmati oleh pengguna insatgram di Indonesia. Kemunculan fitur live ini
sempat menarik perhatian banyak orang, awal fitur ini dikeluarkan banyak pengguna
Instagram yang menjadi teman penulis yang menggunakan fitur ini untuk mencoba-coba,
namun seiring berjalannya waktu semakin sedikit orang yang menggunakan fitur ini. Fitur
live Instagram paling sering digunakan oleh artis, selebgram, ataupun akun event, hal seperti
ini nampaknya sangat membantu pemilik akun tersebut untuk membagikan apa yang sedang
ia lakukan secara langsung dengan durasi yang lebih lama dari pada instastory. Dalam live
yang public figure ini lakukanpun beragam, ada yang melakukan live saat makeup, bersantai,
latihan musik, olahraga ataupun sedang dalam suatu acara. Tak jarang respon dan penonton
yang mereka dapatpun sangat banyak dan beragam-ragam. Kemunculan instagram live ini
jika diperhatikan memiliki kelebihan tersendiri yaitu kecepatan dalam mengetahui suatu
kejadian atau dapat melihat sesuatu secara eksklusif dari pengguna insatgram live tersebut
lewat layar handphone. Kemudian satu lagi kelebihan insatgram live adalah orang yang
menyaksikan live tersebut dapat langsung berkomentar bahkan mendapatkan respon balik
dari pengguna Instagram live tersebut, hal ini biasanya dimanfaatkan oleh para fans yang
ingin berkomunikasi dengan idolanya.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan dalam penelitian ini,
penulis menemukan bahwa fitur Instagram live semakin sedikit digunakan karena Instagram
live. Hal ini disebabkan karena fitur Instagram live lebih memakan waktu dan perhatian
menggunakan fitur ini, ditambah lagi dengan waktu yang digunakan dalam sekali
menggunakan Instagram live seseorang itu berbeda-beda, ada yang lama sehingga
membutuhkan kuota yang banyak. Selain itu pengguna Instagram live juga dituntut untuk
memiliki koneksi internet yang cepat atau bagus, jika tidak fitur Instagram tidak dapat
digunakan. Jadi kecenderungan yang dialami oleh pengguna Instagram live adalah mereka
menggunakan fitur Instagram live jika sedang berada ditempat yang memiliki wireless fidelity
atau yang kerap kita sebut WIFI.
Meskipun kini pengguna Instagram live tidak sebanyak saat awal kemunculan fitur
ini, Instagram live masih tetap diminati. Salah satu peminat Instagram live yang penulis amati
adalah mahasiwa UKSW, meskipun tidak semua mahasiswa suka menggunakan Instagram
live, namun masih ada segelintir mahasiswa UKSW yang gemar menggunakan salah satu
fitur Instagram ini. Dalam penulisan yang penulis lakukan, penulis menemui 10 narasumber
yang masih aktif menggunakan Instagram dalam keseharianya, rata-rata pengguna Instagram
live ini melakukan live lebih dari 2 kali dalam seminggunya dengan durasi, situasi, keadaan,
kondisi, dan tempat yang berbeda-beda, setiap narasumber yang penulis ambil berasal dari
berbagai macam fakultas dan angkatan. Kebiasaan dalam live yang narasumber lakukanpun
berbeda-beda dan memiliki keunikan tersendiri, bahkan ditemui beberapa kesamaan saat
penulis melakukan wawancara pada para narasumber. Instagram live adalah salah satu bentuk
kemajuan teknologi yang membantu generasi masa kini untuk eksis dikalanganya.
Seperti halnya yang disebutkan oleh Nicolaus Driyakara (Nicolaus Driyarkara, 2006:
722) eksistensi berarti kesatuan dengan dunia luar, dunia masuk dalam struktur eksistensi,
hal ini membuktikan bahwa eksistensi diri seseorang dapat dipengaruhi oleh perkembangan
teknologi dan dapat diartikan bahwa dorongan dunia luar dapat mempengaruhi eksistensi.
Jadi dapat dilihat bahwa Instagram live adalah salah satu bentuk kemajuan teknologi yang
membantu seseorang untuk mengeksistensikan dirinya kepada orang lain lewat media sosial.
Instagram live akhirnya menjadi salah satu fitur dalam Instagram yang secara tidak langsung
dijadikan sebagai media eksistensi diri, karena media sosial seperti Instagram memang
mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk menarik perhatian pengguna media sosial
lainnya. Salah satu yang membuat Instagram live dapat menarik perhatian adalah ketika
pengguna Instagram melakukan live maka akan ada pemberitahuan yang masuk di setiap
pengikutnya, sehingga pengikutnya dapat mengetahui bahwa orang tersebut sedang
“setiap kita live kan ada pemberitahunnya, biar orang pada tau”
menurutnya jika ia melakukan live di Instagram orang-orang akan lebih cepat mengetahuinya
karena akan ada pemberitahuan yang masuk, hal tersebut memperlihatkan bahwa Instagram
live memang membantu penggunannya untuk lebih cepat dalam menarik perhatian pengguna
lainnya.
Eksistensialisme dapat ditemukan diberbagai macam bidang ilmu pengetahuan, ada
eksistensialisme filsafat, eksistensialisme sosial, eksistensialisme psikologi dan lain
sebagainya. Salah satu eksistensialisme yang diambil penulis dalam penulisan ini adalah
eksistensialisme dari ilmu filsafat dan psikologi komunikasi. Dalam psikologi komunikasi
eksistensialisme masuk dalam paham psikologi humanistik. Psikologi humansistik,
eksistensialisme diadopsi sebagai pandangan manusia yang mendambakan interaksi dengan
manusia lainnya atau kehadiran orang lain dengan berbagai interpertasi merupakan suatu
syarat dengan makna dirinya (Prof. Dr.Nina W. Syam, 2011: 102). Jadi dapat disimpulkan
bahwa pandangan psikologi humanisme adalah keinginan seseorang untuk diakui
keberadaannya oleh orang lain atau dengan kata lain adannya interaksi dalam bentuk
pengakuan dari orang lain tentang keberadaannya, dengan hal ini seseorang dapat mengakui
keberadaan dirinya. Semenatara dalam ilmu filsafat, eksistensi yang diungkapkan Heidegger
(dalam Friedman & Schustack, 2008) adalah makna dari keberadaan manusia yang
mengedepankan masalah being-in-theworld, yaitu diri manusia tidak akan ada tanpa dunia
dan dunia tidak akan ada tanpa makhluk yang mempersepsikannya.
Maka dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme adalah kebutuhaa seseorang
mendapat pengakuan terhadap dirinya lewat adanya orang lain yang mengakpersiasikan
keberadaannya. Sejatinya eksisitensi memang penting dalam pergaulan. Eksisitensi juga
menjadi simbol bahwa seorang itu dapat bergaul dan memiliki koneksi terhadap orang lain.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan media online yang semakin berkembang seperti
Instagram pola komunikasipun mengalami perubahan dan cara memahami eksistensi diri pun
semakin berkembang. Seperti yangg dikatakan oleh Nicolaus Driyakara (Nicolaus
Driyarkara, 2006: 722) eksistensi berarti kesatuan dengan dunia luar dunia masuk dalam
struktur eksistensi, hal ini membuktikan bahwa eksistensi diri seseorang dapat dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi dan dapat diartikan bahwa dorongan dunia luar dapat
mempengarugi eksistensi. Sebenarnya eksistensi saat ini tidak terlalu berbeda jauh dengan
penyampaian eksistensi seseorang dapat berubah karena adanya pengaruh dari kemajuan
teknologi yang membantu seseorang untuk menunjukan dirinya dan mendapatkan pengakuan
dari orang lain.
5.2. Kebiasaan yang dilakukan saat menggunakan Instagram live
Kesepuluh narasumber penulis terdiri dari 7 orang perempuan dan 3 orang laki-laki
yang sangat aktif menggunakan Instagram dan fitur Instagram live. Para narasumber yang
diamati oleh penulis memiliki alasan masing-masing dalam menggunakan insatgram live.
Meskipun alasan mereka berbeda-beda beberapa alasan cenderung sama dan memiliki satu
tujuan. Jadi saat penulis melakukan wawancara dengan narasumber dapat dilihat bahwa saat
para narasumber melakukan live di Instagram pasti memiliki tujuan tertentu misalnya, ada
yang untuk menunjukan potensi mereka, ada pula untuk menunjukan aktifitas mereka atau
hanya untuk mengisi waktu sengang mereka, namun semuanya memiliki satu tujuan yang
sama yaitu pengakuan akan keberadaan dirinya dari orang lain. Dari kesepuluh narasumber
yang penulis wawancarai terdapat 6 orang yang mengakui bahwa ia melakukan Instagram
live untuk memperlihatkan apa saja yang ia lakukan, atau agar dapat menonjolkan dirinya
lewat Instagram live, sedangkan 4 orang lainnya mengaku meggunakan Instagram live hanya
untuk mengisi waktu luang dan mengatasi kebosanannya. Narasumber seperti Jean, Yosia,
Aloy, April, Nita dan Tirza adalah narasumber yang masuk dalam kategori melakukan live
agar kesehariannya dapat diketahui dan menunjukan diri lewat potensi-potensi yang mereka
miliki. Ke 6 narasumber tersebut memiliki keunikannya masing-masing, seperti April, Nita
dan Yoisa ketiga orang ini memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mereka bagikan
lewat Instagram live yang sering mereka lakukan, sedangkan ke 3 lainnya yaitu Jean, Aloy
dan Tirza cenderung melakukan live dalam kesehariannya bersama teman-teman mereka di
tempat nongkrong. Sementara itu keempat orang lainnya yaitu Claudya, Ivon, Indra, dan Izac
sering melakukan live di kos maupun kontrakan mereka sendiri di waktu-waktu sengangnya.
Penulis membagi kesepuluh narasumber ini kedalam beberapa kelompok yaitu potensi,
aktifasi, dan mengisi waktu luang pengelompokan ini penulis buat berdasarkan hasil
wawancara yang penulis temukan. Kebiasaan yang sering dilakukan oleh para narasumber
saat melakukan Instagram live :
5.3.1. Menunjukan potensi atau bakat yang dimiliki
Menurut Loonstra, Brouwers, dan Tomic (2007) eksistensi diri adalah kesadaran manusia
diri secara hakiki. Kesadaran manusia menurut Abidin (2002), pada dasarnya adalah
intensionalitas (selalu memiliki maksud atau terarah kepada sesuatu). Para eksistensialis lebih
lanjut memiliki keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai potensi untuk menangani
beberapa kondisi bawaannya dan membuat hidupnya menjadi lebih bermakna. Dari
pernyataan tersebut dapat terlihat bahwa eksistensi merupakan keinginan seseorang untuk
menunjukan dirinya lewat potensi atau kemampuan yang dapat ditonjolkan dan diakui oleh
orang lain. Seperti halnya yang dilakukan oleh beberapa narasumber penulis saat melakukan
live, mereka cenderung menunjukan bakat yang mereka miliki untuk menarik perhatian
penonton maupun reponden yang mereka miliki.
Salah satu narasumber penulis yang bernama Aprilia Cenyo Mofu mengaku sering
melakukan live sembari mempoles wajahnya karena ia menyakini bahwa ia memiliki bakat
dalam merias wajah. Uangkapnya saat ditanya apa yg sering ia lakukan saat melakukan live:
“yang sering saya lakukan, banyak hal sih, ketika saya live itu, tapi yang saat ini saya lakukan, itu tentang, memberikan tutorial make up karena saya, lagi suka banget dengan
make up”,
live yang April lakukan mungkin cukup berbeda namun memang berhasil membuat live yang
ia lakukan ditonton oleh orang lain. Kemampuan yang April miliki ia bagi dengan
teman-temannya lewat intagram live yang ia lakukan, sehingga tak jarang timbul respon dari
teman-temannya yang menyaksikan, mereka bertanya seputar merek peralatan makeup yang ia
punyai dan akhirnya mereka saling bertukar cerita tetang hal tersebut. Potensi yang April
miliki ia gali dengan baik dan menjadi kelebihan yang dapat ditampilkan dalam intagram live
yang sering ia lakukan. Berbeda halnya dengan Live yang dilakukan Nita, saat ditanyai
mengenai hal yang sama Nita menjawab :
“kadang kalau lagi main gitar, nyanyi-nyanyi sama ngumpul-ngumpul gitu”. Bahkan lewat live yang Nita lakukan ia sering mendapatkan pujian ungkapnya
“saat nyanyi itu.. banyak yang request, yang muji-muji gitu ada, cover lagu juga dong, padahal suara saya pas-pasan”.
Hal-hal yang dilakukan oleh Nita dan April adalah cara mereka menunjukan diri dengan
potensi atau bakat yang mereka miliki lewat Instagram live. Sedikit berbeda dengan Yosia,
Yosia yang adalah seorang vappers seringkali membagikan informasi seputar vape lewat live
“gua sharing aku kemarin baru beli liquid ini loh, terus gua nanya gimana rasanya, terus dia bilang kurang cocok gitu rasanya, terus gua rekomendasiin kalau liquid ini
nih yang enak cobain aja. Biasanya sih gitu”
ungkapnya saat diminta bercerita tentang kebiasaan yang ia lakukan saat melakukan live.
Yosia yang memiliki pengetahuan lebih tentang vape membagikan pengetahuannya tersebut
dengan teman-temannya yang menyaksikan live yang ia lakukan, bahkan dapat memberikan
rekomendasi dan sosulis yang dapat membantu temannya.
Dari ketiga narasumber ini penulis menemukan bahwa live yang narasumber lakukan
memiliki tujuan untuk menunjukan potensi, kemampuan, atau bahkan pengetahuan yang
mereka miliki, agar live yang mereka lakukan lebih beragam dan dapat menarik perhatian
orang lain atau penonton live mereka. Seperti halnya yang sudah dikatakan oleh Loonstra,
Brouwers, & Tomic eksistensi diri adalah keinginan seseorang untuk menunjukan dirinya
lewat potensi-pontesi yang ia miliki sehingga ia dapat memaknai dirinya dan diakui oleh
orang lain, dalam hal ini adalah live yang ia lakukan berhasil membuatnya dapat menunjukan
potensi yang ia miliki dan diakui oleh orang lain.
Gambar 3. Nita live sambil menyayi bersama dengan temannya Sumber : Screen shoot dari ponsel Thirsa Damaris
Gambar 4. Yosia saat sedang melakukan live sembari menunggu reaksi dari responden
5.3.2. Menunjukan Keseharian atau aktifitas pengguna
Selain membagikan potensi atau bakat yang dimiliki beberapa narasumber penulis
juga senang membagikan kesehariannya lewat Instagram live, para pengguna aktif insatgram
live ini membagikan kesehariannya lewat instastory dan Instagram live setiap harinya. Dari
kesepuluh narasumber penulis, tiga narasumber yang bernama Jean, Aloy dan Tirza masuk
dalam kategori pengguna Instagram live yang sering menunjukan kesehariannya lewat fitur
ini. Dalam kesehariannya baik melalui Instagram story ataupun Instagram live ketiga
narasumber penulis ini sangat sering membagikan kegiatannya lewat fitur insatgram ini, ada
yang saat sedang dalam perjalanan ada pula yang sering melakukan live di tempat nongkrong.
Salah satu narasumber penulis yang bernama Jean cenderung melakukan live di
tempat umum, salah satu live yang Jean pernah lakukan adalah live di dalam mobil jelasanya:
“waktu itu pernah deh sekali live dalam perjalanan, itu lama banget, itu membahas mulai dari aku sampai temenku, bahas makanan sampai ya bahas masa kini. Jadi itu live perjalanan dari salatiga ke Jogja, jadi itu lama banget livenya.. hampir sejam
kayaknya..”,
Jean lebih cenderung menonjolkan dirinya lewat live yang dilakukan bersama dengan
teman-temannya, dan menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya. Hal ini dianggap Jean
sebagai salah satu hal yang menyenangkan karena orang-orang menyaksikan live yang ia
lakukan dan meangapresiasikan apa yang ia lakukan dengan cara menonton dan merepon apa
yang ia lakukan. Sama halnya seperti Aloy, ia juga sering melakukan live di tempat umum
atau di tempat nongkrong saat berama dengan teman-temannya ungkap Aloy saat ditanya
dalam situasi bagaimanakah ia lebih sering melakukan live jawabnya:
“lebih sering kalau lagi sama temen atau di moment-moment tertentu pas lagi rame atau tempat-tempat rame”.
Aloy cenderung melakukan live jika bersama dengan teman-temannya, baginya menunjukan
diri dengan cara memperlihatkan pergaulnnya adalah suatu bentuk pengakuan tersendiri bagi
dirinya. Apa yang Jean dan Aloy lakukan tidak jauh berbeda dengan apa yang Tirza lakukan
saat live Tirza mengungkapkan ia sering live di tempat umum karena ingin menunjukan
pergaulan dan kesehariannya dirinya:
Dari ketiga alasan narasumber ini penulis melihat bahwa tingkat kepercayaan diri
pengguna Instagram live akan lebih meningkat jika ia melakukan sesuatu yang
menyenangkan bersama dengan orang lain, sehingga keinginannya untuk melakukan live di
Instagram semakin meningkat. Heidegger (dalam Friedman & Schustack, 2008)
mengungkapkan bahwa eksistensi adalah makna dari keberadaan manusia yang
mengedepankan masalah being-in-theworld, yaitu diri manusia tidak akan ada tanpa dunia
dan dunia tidak akan ada tanpa makhluk yang mempersepsikannya. Hal inilah yang
dibutuhkan oleh para pengguna Instagram live tersebut, bagi mereka kehadiran orang lain
dalam live yang mereka lakukan adalah hal yang sangat diperlukan, agar adanya pengakuan
yang mereka dapatkan dari orang lain.
Gambar 6. Aloy melakukan live di cafe bersama temannya Sumber : Screen shoot dari ponsel Thirsa Damaris
5.3.3. Mengisi waktu senggang
Selain alasan-alasan tadi beberapa narasumber penulis juga mengungkapkan alasan
lain mereka saat menggunakan Instagram live. Menurut ke 4 narasumber lainnya, mereka
menggunakan Instagram live hanya untuk mengisi kekosongan waktu yang mereka miliki dan
untuk mengatasi kebosanan yang mereka rasakan. Mereka juga tidak memiliki kebiasaan
tertentu saat melakukan live yang mereka lakukan, keempat narasumber ini cenderung
melakukan live untuk mencari teman mengobrol.
Seperti yang diungkapkan oleh Claudya Appono saat ditanya apakah ia memiliki
alasan tersendiri untuk melakukan Instagram live ia menjawab :
“alasan tersendiri ngga ada sih. Cuman untuk seneng-seneng..kalau lagi kesepian” Claudya merasa bahwa Instagram bisa menjadi sarana untuk menghilangkan kesepian yang ia
rasakan. Selain itu Claudya juga mengungkapkan ia seringkali menggunkan Instagram live
saat ia ingin mencari hiburan tuturnya :
“aku sih biasanya lebih cari hiburan, kalau sedih biasanya cari hiburan kesitu, bagi
ceritanya kesitu”.
Sama seperti yang maksudkan Claudia, salah satu narasumber penulis yang bernama Indra
juga menjawab demikian :
“ya cuman buat menghilangkan ke gabutan gitu”
jadi Indra mengungkapkan kalau ia melakukan live karena baginya Instagram live dapat
menghilangkan kebosanan yang ia rasakan. Dari pernyataan yang sudah dipaparkan oleh para
narasumber penulis melihat bahwa sebenarnya tujuan dari semua live yang dilakukan oleh
setiap narasumber adalah untuk memperoleh perhatian dan diakui keberadaannya dari orang
lain lewat Instagram live. Adapula narasumber penulis yang bernama Isac yang juga
melakukan live di waktu-waktu senganggnya, namun terkadang ia juga melakukan live di
tempat umum karena baginya saat ia bosan ia akan melakukan live dimanapun ia berada.
Sedangkan narasumber terakhir penulis yang bernama Ivon mengaku melakukan live saat ia
merasa bosan ungkapnya
Dibalik semua alasan yang diungkapkan oleh para narasumber yang sering melakukan
live saat sedang bosan terdapat satu alasan yang sama dibalik semua itu, yaitu semua
narasumber tersebut memiliki keinginan untuk mendapatkan teman untuk berbicara lewat
Instagram live yang mereka lakukan. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Prof. Dr.Nina W.
Syam (dalam Psikologi sebagai akar Ilmu Komunikasi 2011: 102) eksistensialisme diadopsi
sebagai pandangan manusia yang mendambakan interaksi dengan manusia lainnya atau
kehadiran orang lain dengan berbagai interpertasi merupakan suatu syarat dengan makna
dirinya, jadi dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan narasumber ditemui bahwa
pengguna Instagram live cenderung mencari teman untuk berinteraksi lewat Instagram live
agar ia dapat memaknai dirinya lewat pengakuan orang lain.
Gambar 9. Indra melakukan live di kamarnya Sumber : Screen shoot dari ponsel Thirsa Damaris
Gambar 11. Claudya melakukan live di kamar temannya Sumber : Screen shoot dari ponsel Thirsa Damaris
5.3. Rekasi pengguna Instagram Live saat mendapatkan penonton dan reponden
Saat melakukan Instagram live tampilan yang akan muncul adalah kolom komentar,
dan jumlah penonton, jika ada orang yang menonton maka kolom jumlah penonton akan
muncul sesuai dengan seberapa banyak penonton yang menyaksikan, begitu pula kolom
komentar, akan muncul ketika ada reponden yang mengomentari live yang sedang
berlangsung. Dari hasil wawancara yang dilakukan, penulis menemukan bahwa banyaknya
penonton dan reponden dalam live dapat mempengaruhi durasi live, dan perasaan pengguna
live tersebut. Dari kesepuluh narasumber yang penulis wawancarai hanya dua orang
narasumber yang tidak merasa kecewa saat live yang mereka lakukan sepi dari penonton dan
reponden. Kedelapan orang lainnya menganggap bahwa keberadaan penonton dan reponden
sangatlah penting untuk keberlangsungan live yang mereka lakukan. Seperti yang
diungkapkan oleh Rodgers & Thompson akar atau dasar eksistensi sendiri bermula pada
pandangan bahwa manusia selalu hidup dalam bahaya yang tidak pernah lepas dari
kecemasan, ketakutan, dan fakta akan kematian, kondisi-kondisi inilah yang mendorong
manusia untuk mewujudkan eksistensi dirinya dengan merealisasikan
kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam rangka mencapai kehidupan yang bermakna. Lewat pengertian
tersebut dapat dilihat bahwa seseorang cenderung merasa kecemasan saat dirinya tidak diaku
keberadaanya oleh orang lain, hal ini jika dikaitkan dengan penulisan ini dapat terlihat
yang menyaksikan live yang ia lakukan, karena baginya kehadiran orang lain adalah bentuk
bahwa dirinya diakui oleh orang lain.
Salah satu narasumber peneloti yang bernama Ivon Wenni mengungkapkan bahwa
dirinya sering bertanya-tanya saat ia tidak memiliki penonton ia merasa dirinya kurang
dianggap oleh orang lain ungkapnya:
“aduh kalau sedikit yang nonton aku mikir duh kenapa ngga ada yang nonton live aku,
apa aku kurang hitz atau gimana”
ia seringkali merasa tidak percaya diri jika live yang ia lakukan tidak ditonton atau direspon
oleh banyak orang. Bukan hanya Ivon, Isack salah satu narasumber penulis juga merasakan
demikian jika banyak yang menyaksikan live yang ia lakukan maka ia merasa bahwa dirinya
adalah orang yang pandai bergaul ungkapnya:
“..kalau ada banyak penonton sih saya senang, saya dengan Indra (teman isac) sering join live atau kadang live sambil bersebelahan saya bilang, penonton saya lebih
banyak artinya seperti menyombongkan diri kan artinya saya lebih hits”.
Isack bahkan seringkali membandingkan dirinya dengan temannya jika ia memiliki banyak
penonton, baginya memiliki banyak penonton berati ia lebih pandai bergaul dari pada
temannya. Begitupula pengakuan salah satu narasumber penulis yang bernama Nita
ungkapnya saat ditanya bagaimana perasaan anda saat sah melakukan live :
“kalau live ngga ada yang nonton ada rasa kayak gimana gitu.. rasa sunyi sepi, kalau udah ada yang nonton tiba-tiba semangat gitu..”,
dari pengakuan narasumber dapat terlihat bahwa peenonton dapat mempengaruhi
perasaannya saat itu, bahkan dapat dikatakan jumlah penonton memang penting bagi
pengguna live tersebut karena dapat meningkatkan semangat pengguna insatgram live
tersebut.
Berbeda halnya dengan Claudya dan April bagi mereka banyak atau sedikit penonton
yang mereka dapat tidak menjadi suatu masalah yang berarti, ungkap Claudya :
“kalau jumlah penonton sedikit atau banyak sih ngga masalah”,
begitupula dengan April saat ditanya adakah ada perbedaan perasaan saat mendapat banyak
penonton dan sedikit penonton jawabnya
apapun karena, fitur Instagram live itu cukup sangat-sangat membantu saya untuk
mengaplikasikan apa yang jadi kriteria saya gituloh..”
jadi menurut April fitur Instagram live ini sangat membantunya untuk mengekspresikan
dirinya, sehingga ia tidak perduli dengan banyak atau sedikitnya penonton karena ia sudah
merasa senang saat melakukan live.
5.4. Komunikasi Interpersonal dalam membagun eksistensi diri penggunannya
Saat penulisan ini dilakuakan penulis menemukan sebuah pernyataan yang cukup
menarik perhatin karena semua narasumber menjawab dengan jawabn yang sama yaitu
pengguna Instagram live lebih menyukasi jika banyak orang yang merespon live yang mereka
lakukan. Bukan hanya mengenai jumlah penonton ternyata penulis menemui bahwa
banyaknya reponden lebih diinginkan oleh narasumber saat live berlangsung karena bagi para
narasumber interaksi adalah hal yang sangat dibutuhkan. Menurut Prof. Dr.Nina W. Syam,
eksistensialisme diadopsi sebagai pandangan manusia yang mendambakan interaksi dengan
manusia lainnya atau kehadiran orang lain dengan berbagai interpertasi merupakan suatu
syarat dengan makna dirinya. Jadi dapat disimpulakan bahwa interaksi adalah hal yang sangat
penting demi tercapainya eksistensi dalam diri seorang pengguna Instagram live, karena
pengakuan terhadap dirinya dapat tercapai bila adanya interaksi yang terjalin dengan orang
lain. Pernyataan dari kesepuluh narasumber penulis menunjukan kalau Instagram live bukan
saja sebagai media hiburan namun juga sebagai media komunikasi antar pengguna Instagram
live dan pengguna Instagram lainnya.
Salah satu narasumber penulis yang bernama Nita mengungkapkan dirinya lebih
senang bila ada orang yang merespon live yang ia lakukan ungkapnya saat ditanya mana yang
lebih ia senangi banyak respon atau banyak yang menonton jawabnya :
“banyak merespon, karena kalau mereka hanya menonton kesannya hanya saya
sendiri.. jadi lebih enak kalau kita saling berinteraksi”
Nita mengakui kalau dirinya memang mendambakan adanya interaksi antar dirinya dan
penonton lewat live yang ia lakukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengguna Instagram live
lebih menyukai adanya reponden agar terjadinya interaksi antar dirinya dan teman
Instagramnya lewat live yang ia lakukan. Interaksi yang didambakan pengguna insatgram live
adalah bentuk agar dirinya dapat merasa diakui keberadaannya oleh orang lain. Begitupula
dengan pengakuan Aloy saat ditanya kenapa ia lebih suka jika banyak yang merespon
“karena kalau cuman nonton dan dipantengin terus tuh kayak ngga ada feedbacknya terus kayak, kita mau ngapain lagi gitu loh kalau ada yang nanya-nanya kan seneng
gitu”.
Disinilah peran komunikasi interpersonal sangat penting karena pengguna Instagram live
dapat berkomunikasi langsung dengan orang lain yang memberikan respon saat pengguna
melakukan siaran langsung.
Dari hasil wawancara yang dilakukan ditemui bahwa meskipun setiap narasumber
memiliki alasan dan kebiasaan yang beragam saat melakukan live mereka tetap memiliki
kesamaan yaitu keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi yang terjadi
antar pengguna insatgram live dan reponden ini berlangsung dengan baik. Komunikasi
interpersonal menurut Devito (1989) adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya
dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, hal. 30).
Komunikasi yang terjalin dalam Instagram live penulis kaitkan dengan komunikasi
interpersonal, dimana memang komunikasi tersebut berjalan dan mendapatkan respon balik
dengan segera oleh pengguna Instagram maupun reponden Instagram live tersebut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa live yang dilakukan setiap narasumber memang
beragam, ada yang untuk menunujukan bakat atau kelebihan yang mereka miliki, ada yang
untuk menunjukan aktifitas atau pergaulannya dan ada yang melakukan live hanya untuk
mengisi waktu luangnnya. Namun dibalik semua itu, setiap pengguna Instagram live
memiliki keinginan yang sama yaitu mendambakan adanya interkasi dengan orang lain
sebagai bentuk pereprentasian dirinya lewat interkasi yang terjalin dengan orang lain lewat
Instagram live yang mereka lakukan. Maka dapat terlihat bahwa Instagram live adalah salah
media yang digunakan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana untuk menunjukan