BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpindahan Panas
2.1.1. Perpindahan Panas Konduksi
Perpindahan panas konduksi adalah perpindahan panas dari partikel yang
memiliki energi lebih besar ke substansi dengan energi yang lebih rendah dan
sebagai hasilnya terjadi interaksi antara partikel [9]
Rumus Umum :
q
= -
k . A . ...(2.1)Dimana :
q = Laju perpindahan panas (W)
A = Luas penampang dimana panas mengalir (m2)
dT/dx = Gradien suhu pada penampang, atau laju perubahan suhu T
terhadap jarak dalam arah aliran panas x (K)
k = Konduktivitas termal bahan (W/m.K)
2.1.2. Teori Dasar Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah bentuk pindahan panas yang terjadi
disertai dengan berpindahnya zat perantara
Rumus Umum :
q = h.A.∆ ...(2.2)
Dimana :
q = Laju perpindahan panas konveksi (W)
h = Koefisien perpindahan panas konveksi (W/m2K) A = Luas penampang (m2)
2.1.3. Perhitungan Panas Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah perpindahan panas yang terjadi tanpa
melalui media perantara (padat dan fluida).
Persamaan untuk mencari perpindahan panas radiasi adalah sebagai berikut :
qrad= ε A σ ( Ts4-Tsur4) ... (2.3)
dimana :
qrad = laju perpindahan panas radiasi (W)
ε = emisivitas bahan
A = luas permukaan (m2)
σ = kontanta Stefan–Boltzmann (5,67 x 10-8W/m2K4) Ts = suhu permukaan (K)
Tsur = suhu lingkungan (K)
2.2 Radiasi Surya
2.2.1. Teori Dasar Radiasi Surya
Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi
radiasi mengenai permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan
(refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan
(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal
sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol (Saharjo [13]).
Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spekular dan diffuse. Jika sudut
pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut
pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse (Saharjo
[13]). Gambar 2.1 menjelaskan interaksi energi matahari terhadap bumi dimana
energy yang akan dipakai dalam pemanas air tenaga surya inilah yang akan
Gambar 2.1 Interaksi Energi Surya (Saharjo,B.H.1999)
2.2.2. Absorbtivitas, Reflectivitas dan Transimitas
Segala sesuatu yang terkena pancaran matahari, konstan menerima energi
radiasi. Secara tidak langsung ini berarti setiap benda yang terkena cahaya
matahari, akan menerima radiasi dari segala arah sepanjang masih terpanacar oleh
cahaya matahari. Jumlah energi radiasi yang diterima suatu permukaan dalam
interval waktu tertentu disebut dengan irradiation / incident radiation dan
dilambangkan dengan G.
Ketika radiasi sampai ke permukaan, sebagian dari energi itu akan diserap,
sebagian lagi di transmisikan, dan sisanya di refleksikan [3]. Energi radiasi yang
di serap di sebut dengan absorbtivitas (α ), yang di transmisikan di sebut dengan
transimitas (τ) dan energi radiasi yang di pantulkan di sebut reflectivitas ( ).
absorbvitas=α=
0 α 1
transimitas= τ =
0 τ 1
reflectivitas= =
Gambar 2.2 Pola Absorpsi (Cengel, Yunus. A.2002)
Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari permukaan
bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-30 km), mesosfer (30-50 km), dan
thermosfer (50-400 km) (Saharjo [13]).
Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (Gon). Radiasi
yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (Gbeam/GD). Radiasi akibat
pemantulan dan pembiasan dilambangkan (Gd).
2.2.3. Rumusan Radiasi Surya
Matahari mempunyai diameter 1,39 x 109 m, bumi mengelilingi matahari dengan lintasan berbentuk ellips dengan matahari berada pada salah satu pusatnya,
jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,495 x 1011m, waktu tempuh sinar matahari sampai ke permukaan bumi sekitar 8 menit 20 detik.
Gambar 2.3.menunjukkan pola masuknya energi panas matahari dengan cara
radiasi ke permukaan bumi. Matahari mencurahkan daya radiasi rata-rata yang
diterima bumi (diluar atmosfir) dari matahari pada arah tegak lurus permukaan per
meter persegi sebesar 1367W/m2atau yang sering disebut dengan nilai konstanta matahari( Gsc)
Gambar 2.4. Hubungan antara Matahari dan Bumi (Ambarita, Himsar.2011)
Karena lintasan bumi berbentuk ellips, maka jarak matahari dan bumi
tidak tetap, jarak terdekat 1,47 x 1011m dan jarak terjauh 1,52 x 1011m. Perbedaan jarak ini hanya 3,3% dari jarak rata-rata. Akibat perbedaan jarak ini, maka radiasi
permukaan di luar atsmosfer akan berbeda setiap hari. Radiasi ini biasanya
disimbolkan dengan Gon, pada hari ke n yang dirumuskan oleh Beckman [4]
= 1367 W/m2
n = Nilai yang diperoleh berdasarkan urutan hari yang akan diprediksi
radiasinya
Harganya dapat diperoleh dari urutan hari berdasarkan bulan yang tercantum
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Urutan Hari Berdasarkan Bulan
Bulan Nilainpada hari yang ke–i
Beberapa Istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi [ 12] adalah :
1. Air Mass(m)
Adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi pada
posisi tertentu dengan massa udara yang dilalui sinar jika matahari
tepat pada posisi zenit. Artinya pada posisi tegak lurus (zenit =0) nilai
m=1 , pada sudut zenith 600, m=2. Pada sudut zenit dari 00-700.
2. Beam Radiation
Radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokkan oleh atmosfer.
Istilah ini sering juga disebut radiasi langsung (direct solar
Adalah jumlahbeamdandiffuse radiation.
5. Irradiance(W/m2)
Adalah laju energi radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan
luas permukaan tersebut Solar irradiance biasanya disimbolkan
dengan G. Dalam bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut
dengan Intensitas radiasi.
6. Irradiation atau Radian Exposure(J/m2)
Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan
dalam interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan
mengintegralkan G pada interval waktu yang diinginkan, misalnya
untuk 1 hari biasa disimbolkan H dan untuk 1 jam biasa disimbolkan
I.
7. SolarTime atau Jam Matahari
Adalah waktu berdasarkan pergerakan semu matahari di langit pada
tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST) berbeda dengan
Lst =standart meridianuntuk waktu lokal (o)
E = faktor persamaan waktu
Pada persamaan ini Lst standard meridian untuk waktu lokal. Lloc
adalah derajat bujur daerah yang sedang dihitung, jika daerah yang dihitung
ada pada bujur timur, maka gunakan tanda minus didepan angka 4 dan jika bujur
barat adalah tanda plus. E adalah equation of time, dalam satuan menit
dirumuskan oleh Spencer pada tahun 1971.[3]
E = 229,2(0,000075 + 0,001868cosB 0,032077sinB
-0,014615cos2B - 0,04089sin2B... (2.7)
dimana :
B = konstanta yang bergantung pada nilai n
E = faktor persamaan waktu
Dalam menentukan arah radiasi terdapat beberapa sudut yang harus
diketahui. Dapat dilihat pada gambar 2.5. Beberapa sudut untuk mendefenisikan
arah radiasi matahari.
Gambar 2.5 Sudut Sinar dan Posisi Sinar Matahari (Ambarita, Himsar.2011)
Slope β adalah sudut antara permukaan yang dianalisis dengan
pada bidang proyeksi dimana 0o pada selatan dan positif ke barat. Sudut
penyinaran θ (angle accident) adalah sudut yang dibentuk sinar dan garis
normal dari suatu permukaan. Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk
garis sinar terhadap garis zenith. Sudut ketinggian matahari αs(solar altitude angel) adalah sudut antara sinar dengan permukaan. Sudut azimut matahari γs
adalah sudut antara proyeksi matahari terhadap selatan, ke timur adalah negatif
dan ke barat adalah positif.
Sudut lain yang sering digunakan dalam menentukan jumlah radiasi
yang dapat diterima oleh sebuah permukaan di bumi antara lain sudut deklinasi
δ , yaitu kemiringan sumbu matahari terhadap garis normalnya. Kemudian
sudut jam ω adalah sudut pergeseran semu matahari dari dari garis siang.
Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam, ω
berkurang 150 dan setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 150. Artinya tepat
pukul 12.00 siang, ω=0 , pukul 11.00 pagi ω=-150dan pukul 14.00, ω = 300. Spencer (1971) mengajukan persamaan untuk menghitung sudut deklinasi
[12] :
δ= C1+ C2CosB + C3sinB + C4cos2B + C5sin2B + C6cos3B
+ C7sin3B ... (2.8)
dimana,
C1 = 0,006918 C5 = 0,000907
C2 = -0,399912 C6 = -0,002679
C3 = 0,070257 C7 = 0,00148
C4 = -0,006758
n = hari ke
δ = sudut deklinasi (rad)
B dihitung dengan menggunakan persamaan dan n adalah urutan hari pada
suatu tahun. Berdasarkan bulan yang diketahui ditampilkan pada Tabel 2.1.
Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk garis sinar terhadap garis
zenith. Cosinus sudut zenith dapat dicari melalui persamaan berikut.
Sudut jam matahari (ω) dihitung berdasarkan jam matahari. Definisi sudut
jam matahari adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis siangnya.
Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam , ω berkurang
15o, setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 15o.[3]
Dengan estimasi langit cerah, fraksi radiasi matahari yang diteruskan dari
atmosphere ke permukaan bumi [4] adalah
τb= ao+ a1exp
A = ketinggian dari permukaan laut (km)
ro,r1,rk = faktor koreksi akibat iklim
Tabel 2.2 Faktor Koreksi Iklim [3]
Iklim ro r1 rk
Radiasibeamadalah radiasi yang langsung di transmisikan dari atmosphere
ke permukaan bumi. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi
beam [4]:
dimana :
Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2)
τb = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi
cos θz = cosinus sudut zenith
Gbeam = radiasi yang ditransmisikan dari atmosphere ke permukaan bumi
(W/m2)
Radiasi diffuse adalah radiasi yang di pantulkan ke segala arah, dan
kemudian dimanfaatan. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi
diffuse [4] adalah :
Gdifuse= Goncos θz(0,271– 0,294 τb)... (2.13)
dimana :
Gon = radiasi yang diterima atmosphere (W/m2)
τb = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi
cos θz = cosinus sudut zenith
Gdifuse = Radiasi yang dipantulkan ke segala arah dan kemudian dapat
dimanfaatkan.
Radiasi total adalah jumlah dari radiasibeamdan radiasidiffuseseperti pada
persamaan berikut [4] :
Gtotal= Gbeam+ Gdifuse...(2.14)
Radiasi yang dapat ditangkap oleh luasan kolektor, intensitas radiasi
diperoleh dari alat ukur, dan dihitung permenit, sehingga energi radiasi dapat di
hitung mengunakan rumus [4] :
Q = I AΔ t ∈... (2.15)
Dimana: Q = Energi Radiasi (J)
I = Intensitas radiasi (W/m2)
Δ t= Selang waktu perhitungan (s)
∈= Efisiensi Kaca (%)
2.2.4. Hipotesis Pengaruh Sudut
Radiasi dalam permukaaan bersudut akan mempengaruhi besarnya
intensitas yang diterima dari suatu permukaan. Radiasi yang diterima dalam
permukaan yang dimiringkan merupakan gabungan dari radiasi beam, isotropic,
diffuse, radiasi yang diterima permukaan datar yang di pengaruhi tingkat
reflaktansi pelindung absorber. Dalam Beckman [4], dijelaskan bahwa total energi
radiasi yang diterima suatu permukaan yang dimiringkan dapat dijelaskan dengan
persamaan:
= + + ( )………..….. (2.16)
Nilai Rbdapat dihitung dengan persamaan berikut:
= (∅ ) ∅ ( )
∅ ∅ ( ) = ………(2.17)
Dan nilai Intensitas Difuse dan beam dari permukaan miring dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut [4]:
= 1.0 − 0.249 Untuk kT< 0
= 1.557 − 1.84 Untuk 0.35 < kT< 0.75 .………..(2.18)
= 0.177 Untuk kT > 0.75
Nilai KT (Index langit cerah) didapat dengan membandingankan total radiasi
surya pada plat datar dengan radiasi yang diserap oleh suatu permukaan sampai
waktu tertentu [4].
Dengan dimiringkannya permukaan absorber, akan berpengaruh terhadap
durasai penyinaran. Suatu Pemanas Air Tenaga Surya dengan kolektor datar, akan
menerima radiasi surya saat matahari terbit dan akan berhenti menerima radiasi
surya saat terbenamnya matahari. Namun dengan memberi perlakukan variasi
sudut , atau memiringkannya terhadap bidang datar, akan mempengaruhi
dimiringkan 300 kearah timur akan memiliki perbedaan dengan PATS yang kolektornya tidak dimiringkan terhadap permukaan datar. Perbedaannya adalah
pada rentang waktu penerimaan radiasi dari kolektor dalam PATS.
Kolektor yang dimiringkan 300ke arah timur akan menerima radiasi surya saat matahari terbit sama dengan kolektor yang sejajar bidang datar. Namun
radiasi surya yang diterima kolektor dengan kemiringan 300 akan berlangsung dalam rentang waktu yang lebih pendek dibanding kolektor sejajar bidang datar.
Hal ini karena pada kolektor bidang datar, saat matahari sesaat akan terbenam,
kolektor tersebut masih menerima radiasi surya. Berbeda bila kolektor
dimiringkan 300 kearah timur yang membuat saat matahari berada disisi barat namun belum terbenam, kolektor tidak akan lagi menerima radiasi karena telah
tertutup sisi luar kolektor itu sendiri. Dengan kata lain, kolektor sejajar horizontal
menerima radiasi lebih lama dibanding dengan kolektor yang dimiringkan. Rasio
radiasi matahari yang diterima kolektor yang dimiringkan dengan kolektor yang
sejajar bidang datar dapat di lihat dalam persamaan berikut [4]:
= = ... (2.19)
2.2.5. Analisa Pengaruh Kemiringan Kolektor Terhadap Kerja PATS
Pemilihan pengaplikasian besar sudut kolektor sangat berpengaruh terhadap
performansi PATS. Pemilihan sudut yang salah akan berakibat langsung terhadap
kemampuan optimum pemanasan air di tangki penampungan. Kolektor yang
terlalu dimiringkan akan berpengaruh terhadap durasi kolektor dalam menerima
radiasi matahari. Namun apabila kolektor tidak dimiringkan atau dengan kata lain
sejajar bidang datar, walaupun kondisi ini baik terhadap durasi dan kemampuan
penyerapan radiasi surya, namun akan kesulitan dalam siklus perputaran fluida
kerja di pipa panas dalam menghantarkan panas ke air di dalam tangki. Semakin
besar kemiringan kolektor terhadap bidang datar akan mempengaruhi kerja siklus
perpindahan panas dalam memanaskan air didalam tangki air.
Menurut Beckman [4] kemiringan terbaik untuk kolektor adalah berkisar
antara 300, 450 dan 600. Hal ini dihitung berdasar pengaruh incidence angle
1 1 ………..(2.20)
………..(2.21)
Dimana: = Besar energi radiasi yang diserap kolektor
= panas yang hilang
Nilai koefisien pengubah dimasukkan dalam persamaan 2.21 untuk mendapatkan
besar energi radiasi surya yang di serap oleh kolektor.
Berikut grafik koefisien sudut pengubah terhadap dan (1/ 1
Gambar 2.6.Pengaruh koefisien sudut pengubah terhadap kemiringan bidang datar untuk kolektor dengan pelindung (a) kaca satu lapis, (b) kaca dua lapis dan (c) kaca satu lapis denganhoneycomb.Sumber: Beckman, 2006
2.3. Panas, Panas Laten dan Panas Sensible
Panas berbeda dengan suhu. Panas adalah salah satu bentuk energi. Panas
dapat dirubah bentuknya menjadi bentuk energi lain atau sebaliknya energi lain
dapat dirubah menjadi energi panas[7]. Menurut konsep thermodinamika heat
panas) adalah perpindahan energi dari satu benda ke benda lain karena perbedaan
2.3.1. Pengaruhheat(panas) terhadap wujud benda
Semua benda dalam kondisi yang tepat yaitu pada tekanan dan suhu yang
sesuai akan berbentuk padat, cair dan gas. Eksistensi energi pada molekul suatu
benda dapat ditunjukan dengan suhu benda tersebut tetapi juga dapat ditunjukan
dengan wujud benda tersebut. Dengan kata lain penambahan atau pengurangan
panas dapat merubah bentuk benda serta suhu benda tersebut. Sebagai contoh
logam akan mencair jika diberi panas yang cukup untuk mencairkannya.
Fenomena yang umum kita kenal adalah mencairnya es dan mendidihnya air.
Kedua kondisi tersebut adalah salah satu contoh penambahan dan pengenyahan
panas terhadap suatu benda.
2.3.2. Jenis panas
2.3.2.1. Panas Sensibel
Panas sensible adalah panas yang menyebabkan terjadinya
kenaikan/penurunan temperatur, tetapi phasa (wujud) tidak berubah.
2.3.2.2. Panas Laten
Panas laten adalah panas yang diperlukan untuk merubah phasa (wujud)
benda, tetapi temperaturnya tetap.
Panas laten penguapan (latent heat of vaporization) adalah jumlah panas
yang harus ditambahkan kepada zat (cair) pada titik didihnya sampai wujudnya
berubah menjadi uap seluruhnya pada suhu yang sama. Panas laten pengembunan
(latent heat of condensation) adalah jumlah panas yang harus dibuang/dikeluarkan
oleh zat (gas/uap) pada titik embunnya, untuk mengubah wujud zat dari gas
menjadi cair pada suhu yang sama.
Panas laten pencairan/peleburan (latent heat of fusion) adalah jumlah
panas yang harus ditambahkan kepada zat (padat) pada titik leburnya sampai
wujudnya berubah menjadi cair semuanya pada suhu yang sama. Panas laten
pembekuan (latent heat of solidification) adalah jumlah panas yang harus
dibuang/dikeluarkan oleh zat (cair) pada titik bekunya untuk mengubah wujudnya
2.3.3. Pemanfaatan Panas Laten Pada Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Panas yang di absorbsi kolektor pada suatu keadaan tertentu akan
mengubah phasa dari refrigeran yang dipanaskan. Dengan di vakumnya
refrigeran, maka tingkat titik didih akan menurun, dan dengan memafaatkan panas
yang ada, refrigeran akan berubah fasa. Hal ini membuat jumlah kalor yang dapat
di transfer dari refrigeran ke air dalam tangki reservoir akan semakin besar. Hal
ini dapat di lihat pada besaran koefesien latent heat pada kondisi vakum, jumlah
energi kalor yang dihasilkan menjadi lebih besar. Kalor ini lah yang akan di
transfer ke dalam air di tangki reservoir. Berbeda dengan halnya bila kita
menggunakan kolektor biasa, maka kalor yang akan diserap tidak akan sebesar
dengan sistem pipa panas.
2.4. Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Pemanas air tenaga surya (PATS) merupakan produk teknologi yang
memanfaatkan energi thermal surya yang cukup popular dan banyak digunakan,
terutama di hotel, villa peristirahatan hingga perumahan. Seiring dengan itu, mulai
beredar beberapa merek PATS domestik maupun impor yang banyak dipasarkan
di masyarakat. Untuk perlindungan terhadap konsumen, telah dikeluarkan Standar
Nasional Indonesia (SNI) untuk produk ini, berupa uji mutu sistem PATS yang
diharapkan memberikan gambaran pada masyarakat akan mutu PATS yang
dipasarkan. Dalam masalah ini bagaimana membuat PATS dengan efesiensi yang
tinggi menjadi persoalan tertentu. Untuk itu dilakukan berbagai tinjauan pustaka
agar di dapat efsiensi yang baik. Salah satunya adalah dengan melakuakn
pengujian pada penelitian dan penyempurnaan dari alat yang telah ada.
Kualitas unit PATS bergantung pada keandalan fisik dan kemampuan
thermal system seperti kemampuan menyerap panas, kemampuan menyimpan
panas, komponen kolektor thermal surya, komponen tangki air, rendahnya
rugi-rugi panas kedua komponen tersebut dan kemampuan responsif pemanas
tambahan. Pemanas Air Tenaga Surya harus mampu mengelola panas yang masuk
pada absorber ke air yang dipanaskan. Gambar 2.7. menunjukkan alat pemanas air
tenaga surya yang digunakan dalam penelitian ini.
Gambar 2.7. Alat Pemanas Air Tenaga Surya (PATS)
2.4.1. Cara Kerja Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Gambar 2.6.menunjukkan sebuah alat pemanas air tenaga surya dengan
media pemanas refirgeran. Dengan didasari oleh teori efek rumah kaca, maka
efektifitas pengumpulan panas bisa ditingkatkan.Sehingga energi panas yang
dipancarkan oleh matahari diserap dan dikumpulkan untuk ditingkatkan
temperaturnya oleh kolektor.Panas tersebut dialirkan terhadap pipa tembaga (1-2)
yang berisi refrigeran, kemudian refrigeran akan menjadi panas. Akibatnya
referigran berubah wujud dari cair menjadi gas dan massa jenis di titik 2 lebih
kecil dari massa jenis di titik 1, sehingga referigran cenderung bergerak dari titik 1
ke titik 2. Referigran di titik 2 akan terdorong menuju titik 3 sambil melepaskan
panas ke air yang ada pada tangki air. Pelepasan panas ini membuat referigran
berubah wujud dari gas menjadi cair, dan suhunya akan turun. Pergerakan
termosipon dimana referegran yang suhunya lebih tinggi massa jenisnya lebih
rendah dan cenderung bergerak kesebelah atas. Posisinya akan digantikan
referigran lain yang lebih dingin. Alat Pemanas Tenaga Surya ini memanfaatkan
panas latent yang merubah fasa dari cair menjadi gas pada tempertaur tertentu lalu
gas bersirkulasi didalam pipa panas menuju ke tangki air dan melepas kalor.
Akbibat terjadi pelepasan kalor suhu refrigeran menurun yang memicu terjadinya
sirkulasi secara alamiah.
2.4.2. Plat Absorber Pada Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Pemilihan plat absorber harus dilihat dari sifat material baik itu fisik
maupun kimianya. Menurut Eka [16] umumnya bahan yang di pakai menjadi
sebuah plat adalah material alumunium, baja tipis, plat besi tipis atau seng.
Pemilihan ini harus memperhatikan tingkat emisivitas dari bahan itu sendiri.
Emisivitas adalah rasio energi yang diradiasikan oleh material tertentu
dengan energi yang diradiasikan oleh benda hitam (black body) pada temperatur
yang sama. Ini adalah ukuran dari kemampuan suatu benda untuk meradiasikan
energy yag diserapnya. Benda hitam memiliki emisivitas sama dengan 1 (ε=1)
sementara objek sesunggunya mempunyai emisivitas kurang dari satu. Semakin
kasar dan hitam suatu benda, akan memiliki nilai emisivitas yang lebih baik,
semakin reflektif suatu benda, maka nilai emisivitas benda tersebut akan semakin
kecil [19]. Berikut beberapa nilai emisivitas material yang sering digunakan
dalam membuat kolektor surya seperti yang tertuang dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Emisivitas Material [19]
Permukaan Material Koefisien Emisivitas(ε)
Aluminium sheet Komersial 0,09
Baja Dipoles 0,07
Zink dipoles 0,045
Hitam Silicone Cat 0,93
2.4.3. Isolator Pada Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Untuk menghindari kebocoran energi panas yang terbuang sia sia ke
lingkungan, dalam pemanfaatannya diperlukan suatu isolator untuk menahan
panas dalam alat pemanas air tenaga surya. Dalam hal ini Rockwool mempunyai
tingkat isolasi yang sangat baik. Berikut di jelaskan beberapa keunggulan
rockwool menurut Kamstrup [11]:
a. Tidak tergolong benda berbahaya
b. Mempunyai tingkat insulasi yang sangat baik
c. Mampu menahan pemanasan sampai suhu 820oC d. Mempunyai densitas yang besar
e. Tidak Korosif, tidak bersifat karsinogen, mutagenic dan toxic
f. Tidak mudah rusak selama pemasangan
g. Memiliki tingkat durabilitas yang baik
h. Tingkatheat lossyang rendah ( sekitar 5%)
Dengan sifat insulasi yang baik, dapat dihindari kebocoran panas, sehingga
energi panas yang di serap oleh APATS dapat dimanfaatkan sebaik baiknya.
Dalam APATS ini di insulasi di daerah sekitar pelat absorber, dinding reservoir
air dan seluruh daerah yang memungkinkan terjadinya kehilangan panas.
2.4.4. Energi yang Sampai pada Kolektor Pemanas Air Tenaga Surya
Untuk menghitung energi yang sampai pada kolektor atau energi yang
berguna untuk kolektor alat pemanas air tenaga surya terlebih dahulu perlu
diketahui bagaimana proses distribusi energi matahari yang dialami oleh kolektor
itu sendiri. Ilustrasi panas yang diserap oleh absorber alat pemanas air tenaga
Gambar 2.8. Ilustrasi Panas yang Diserap oleh Absorber Alat Pemanas Air Tenaga Surya
Pada Gambar 2.8.dapat dilihat bahwa panas matahari (Q incident) sebagian
dipantulkan ke atmosfir dan sebagian lagi diserap oleh kolektor. Panas yang
diserap oleh kolektor (Qabs) inilah yang akan digunakan untuk memanaskan
refrigeran.
Gambar 2.9. Ilustrasi Pengaruh arah sudut sumber energi terhadap besaran energi yang diterima
Menurut Incropera [9] besaran energi radiasi yang akan diterima alat
pemanas air tenaga surya akan di pengaruhi oleh sudut datangnya energi panas
matahari seperti gambar 2.9. Energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi akan
di serap oleh kolektor yang digunakan untuk memanaskan air dalam alat pemanas Qincident
Qref
Qabs Pelat absorber
air tenaga surya. Jumlah energi radiasi per satuan luas yang diterima kolektor
selama proses penelitian di sebut Qincident.
Menurut Mehmet Esent [1], besarnya Qincident dapat dihitung dengan
menggunakan rumus di bawah ini:
A = luas penampang dari pelat absorber (m2)
I = intensitas cahaya matahari (W/m2)
Sedangkan panas yang diserap oleh absorber dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
incident
abs Q
Q α ...(2.17)
Dan panas yang dipantulkan kembali ke atmosfir adalah:
incidentref Q
Q 1α ………..………...……….(2.18)
Dimana:
α = difusitas bahan
2.4.5. Energi yang Diserap oleh air
Energi panas yang sudah diterima oleh kolektor akan diberikan terhadap
air. Besarnya energi tersebut menurut Mehmet Esent [1] dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus:
2.4.6. Efisiensi dari Kolektor
Efisiensi dari kolektor dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara
energi berguna yang diberikan kolektor ke air dengan panas incident. Hal itu
menurut Mehmet Esent [1] dapat dirumuskan sebagai berikut:
w w
incident pwwC T T Q
m 2 1 /
η ...(2.20)
Definisi efisiensi disini adalah kemampuan dari kolektor untuk memanasi
air sampai suhu maksimum dalam rentang waktu tercepat. Semakin cepat didapat
pemanasan suhu maksimum, maka akan semakin besar pula tingkat efisiensi yang
diperoleh dan semakin lama rentang waktu pencapaian suhu maksimum, semakin
kecil pula tingkat efisiensi yang didapat oleh kolektor.
2.5. Refrigeran R-718
Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan
zat organik lainnya.Pada tekanan atmosfir R-718 (air) mendidih pada suhu 1000C dan membeku pada suhu 0oC Apabila tekanannya dinaikkan maka titik didihnya semakin besar, sebaliknya bila tekanannya diturunkan titik didihnya lebih rendah.
Pada tekanan vakum titik didih R-718 dibawah 100oC seperti pada tekanan vakum 45 cmHg (0,4001 bar absolut) R-718 akan mendidih pada suhu 75,800C. Refrigeran R-718 akan berubah menjadi gas jika temperaturnya dinaikkan dari
75,800C pada tekanan vakum 45 cmHg dan akan berubah menjadi cair jika suhunya diturunkan. Berikut akan ditampilkan sifat refrigeran R-718 pada
Tabel 2.4. Sifat R-718 pada tekanan vakum 45 cmHg (0,4001 bar absolut)
Properties R-718
Komposisi Hidrogen 11,19%
Komposisi Oksigen 88,81%
Massa jenis 1000 kg/m3
Pada tekanan 1 bar dan 0°C Tidak berasa dan tidak berbau
Jenis warna Tidak berwarna
Titik didih
Titik didih pada 45 cmHg
Specific heat liquid pada 45 cm Hg
Specific heat vapour pada 45 cmHg
Density liquid pada 45 cmHg
Density vapour pada 45 cmHg
Laten Heat pada 45 cmHg
Tabel 2.5. Sifat R-718 pada tekanan vakum 40 cmHg (0,466 bar absolut)
Properties R-718
Titik didih
Titik didih pada 40 cmHg
Specific heat liquid pada 40 cm Hg
Specific heat vapour pada 40 cmHg
Density liquid pada 40 cmHg
Density vapour pada 40 cmHg
Tabel 2.6. Sifat R-718 pada tekanan vakum 35 cmHg (0,533 bar absolut)
Properties R-718
Titik didih
Titik didih pada 35 cmHg
Specific heat liquid pada 35 cm Hg
Specific heat vapour pada 35 cmHg
Density liquid pada 35 cmHg
Density vapour pada 35 cmHg
Laten Heat pada 35 cmHg
100oC
82,81oC
4,199 kJ/kg.oC
2,020 kJ/kg.oC
969,99 kg/m3
0,2498 kg/m3