BATIK KABUPATEN PASURUAN
http://www.pasuruankab.go.id/berita-596-batik-pasuruan-kian-digandrungi.html
(Oleh : Khasan Khusni)
Kain batik yang diproduksi di Jl Bader No. 177 Kalirejo, Bangil, Pasuruan,Ciri khas batik
ini adalah penggunaan bahan organik untuk pewarna kain. Pengrajin batik ini adalah Sri
Kholifah (47), batik produksinya menggunakan getah daun mangga, jolawe (sejenis
rumput-rumputan), mahoni, kunyit, dan bahan-bahan dasar lainnya untuk pewarna batik produksinya.
Meskipun bahan dasarnya dari tumbuhan-tumbuhan organik, kain batik produksinya
beraneka warna. Dari kuning keemasan hingga coklat tua, bahkan kebiru-biruan. Untuk
mendapatkan gradasi dan kedalaman warna, tergantung proses fiksasinya (biasa disebut teknik
pencelupan), menggunakan zat pengikat seperti kapur, tawas, atau batu tunjung.
Kain batik organik harganya menjadi lebih mahal, karena prosesnya menjadi lebih lama.
Jika kain batik yang menggunakan pewarna kimia, sekitar dua pekan bisa selesai. Namun jika
menggunakan pewarna organik, prosesnya bisa mencapai antara satu sampai dua bulan.
Kain batik organik harganya berkisar antara Rp. 400 Ribu hingga Rp. 4,5 Juta per lembar yang
lebarnya 2,5 meter sampai 4,5 meter plus selendang. Tergantung motif serta kain yang
digunakan, kain mori, sutera atau sutera ATBM (alat tenun bukan mesin).
“Batik ini digemari warga mancanegara Di luar negeri, tekstil dengan pewarna kimia
dilarang, takut terkena kanker kulit. Jadi mereka lebih suka yang pakai pewarna organik, dalam
Ambarwangi, kain batik dengan motif bunga sedap malam yang merupakan bunga ikon
Pasuruan.
Batik Welirang Gondo Mukti, yaitu batik bermotif Gunung Welirang, kawasan wisata
andalan Pasuruan. Batik Ciptaning Kusuma Wijaya, yakni batik bermotif Raja Airlangga yang
sedang bersemedi di Gunung Arjuna, serta Batik Wiyosing Widi, batik dengan motif bunga
krisan, khas nongkojajar, dan Batik Husadaning Yekti, batik bermotif daun sirih dan batik
jumputan pasir bromo Dan batik Sekar Jagat dengan motif aneka bunga, yang terakhir ini adalah
motifIndonesia.
BATIK KABUPATEN PONOROGO
http://www.timlo.net/baca/2752/batik-lesoeng-dari-ponorogo/
Batik Lesoeng dari Kabupaten Ponorogo. Batik Lesoeng merupakan jenis batik baru yang
mulai populer di Ponorogo sekitar 5 tahun lalu. Dinamakan batik Lesoeng karena penciptanya
ingin membuat semacam trade mark untuk batik jenis ini, sehingga berbeda dengan jenis
batik-batik lain yang ada di pasaran sekarang, yang menjadi keistimewaan dari batik-batik ini adalah motif
yang dihasilkan tidak ada yang sama persis.
Warna dominan yang ada pada batik Lesoeng ini kebanyakan berupa warna merah, hijau,
dan biru. Hal tersebut dikarenakan pada awal penciptaannya batik ini terinspirasi dari kesenian
reog Ponorogo yang sering menggunakan warna burung merak. Batik Lesoeng merupakan
gabungan dari batik tulis dan lukis sehingga proses pembuatannya memerlukan waktu yang
Di Ponorogo sendiri batik ini mempunyai peminatnya sendiri, yakni kalangan menengah
keatas. Hal itu wajar jika melihat harga yang dibanderol untuk batik ini. Untuk sebuah kaos batik
Lesoeng saja harga yang dipatok Rp 120.000, hal itu belum seberapa dibandingkan kain bermotif
batik Lesoeng yang harganya bisa mencapai Rp 600.000.
BATIK KOTA PROBOLINGGO
http://dispobpar-probolinggo.com/index.php/industri-kreatif/134-batik-manggur
Batik manggur merupakan pusat batik pertama di Kota Probolinggo. Sebagai inisiator,
Batik Manggur mempunyai keunikan, dengan ornamen dan bahan yang digunakan menciptakan
batik berkualitas. Hal tersebut didasarkan pada seribu taman, motif angin dan mangga anggur.
Harga antara Rp. 150.000 - Rp. 600.000 dan untuk batik cetak harga Rp. 70.000.
Kebanyakan aktifitas pemasaran di Ceto Supermarket, Gacor (pusat batik Kota Probolinggo),
diambil dari pohon-pohon setempat. Batik Manggur, Jl. KH. Sulton, Kelurahan Triwung Kidul .
Atau telp Siti Malihadi +6285258729309/+62885336031269.
Batik Komak SMPN 6 PROBOLINGGO
http://www.smpn6-probolinggo.sch.id/index.php/home/45?task=view
Batik Komak
Batik komak tercipta memiliki cerita yang unik, dulu SMPN 6 yang berdiri sejak tahun
1985 ini dulu dikenal dengan SMP KOMAKAN, karena di SMP Negeri 6 dan sekitarnya ini
banyak tanaman komak. Dari kekhasan julukan SMPN 6 sebagai SMP KOMAKAN akhirnya
diputuskan untuk menciptakan motif Batik Komak.
Dari tanaman komak yang dibawa oleh salah satu siswa, maka ditunjukkan kepada
seluruh siswa untuk mengamati secara detail tanaman komak itu mulai dari buah, biji, kulit,
daun, batang dan bunganya. Kemudian dari hasil pengamatan itu disket/digambar di atas kertas
gambar. Di samping itu tanaman itu juga difoto dan disket/gambar. Dengan demikian sudah
pecipta mengembangkan bersama-sama siswa untuk mewujudkan motif Batik Komak yang
beragam.
Dari beragam desain motif-motif batik dengan unsur utama komak tersebut dipilih
desain-desain yang baik untuk direalisasikan dalam sebuah karya batik tulis, namun lebih dari itu
Batik Komak memiliki ciri khas tersendiri yaitu Batik KOMAK (Kreatif,
Original,Menarik,Artistik dan Keren).
BATIK KABUPATEN GRESIK
Batik Dulit Khas Kab. Gresik
Batik Dulit Sisik Bandeng merupakan ikon baru batik khas kota Gresik, yang makin bersinar di tengah gempuran produk-produk dari negara lain. Batik dengan motif mengangkat
produk lokal seperti sisik ikan bandeng, justru makin diminati, karena mempertahankan nuansa
tradisional, tanpa bahan baku kimia, serta menggunakan daun-daun tanaman, yang banyak
tumbuh di lingkungan sekitar rumahnya, sebagai bahan pewarna alami.
Arty Israwan (48 tahun) adalah satu-satunya perajin batik dulit sisik bandeng, khas
Gresik, di kompleks perumahan Gresik kota baru, kecamatan kebomas, kabupaten Gresik. Di
namakan batik tulid, karena proses pewarnaannya di dulit atau hanya di oleskan menggunakan
kanvas. Batik dulit sisik bandeng dan mahkota giri, merupakan salah satu produk batik unggulan,
karya tangan terampilnya, yang kini mulai disuka warga.
Sama dengan produk batik lainnya, pembuatan batik dulit sisik bandeng diawali dengan
pembuatan desain, dan dilanjutkan dengan proses canting. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses
dulit, yakni pewarnaan melalui olesan yang dilanjutkan dengan proses nembok, menggunakan
malam, untuk menutup warna.
Selanjutnya, kain direbus untuk menghilangkan malam, dan dilanjutkan dengan
pewarnaan, yang memanfaatkan menggunakan bahan baku alamiah, yakni daun-daun tanaman,
yang memiliki pewarna alami, diantaranya daun sirih, yang banyak tumbuh di sekitar
pekarangan. Produk batik dulit khas Gresik ini dijual dengan harga bervariatif mulai dari 150
ribu sampai dengan satu setengah juta rupiah, tergantung kualitas kainnya.
Batik Jetis khas Sidoarjo
http://www.espira.tv/news/batik-jetis-khas-sidoarjo
Sidoarjo tak hanya terkenal semburan lumpur panas Lapindo. Berbagai kerajinan banyak
terdapat di kota delta ini, batik tulis Jetis misalnya. Terkenal sejak tahun 1975 sebagai batik yang
memiliki ciri khas warna berani seperti merah, kuning, hijau dan biru. Berbeda dengan batik
Solo dan Yogyakarta berwarna coklat atau sogan. Perajin batik tulis Jetis Sidoarjo kebanjiran
pesanan sejak dua tahun terakhir. Terutama setelah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan
dan Budaya Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengakui batik sebagai warisan budaya dunia
asal Indonesia.
Dinamakan batik Jetis karena berada di jalan Jetis, batik tulis Sidoarjo ini berkembang
sejak 1675 di kawasan sekitar masjid Jami, serta mencapai masa keemasan pada 1975. Sekitar 20
an perajin memproduksi sarung dan jarik untuk memenuhi pesanan warga Madura. Namun,
belakangan pesanan berkurang setelah Madura berhasil mengembangkan batik di daerahnya.
Lantaran tak ada inovasi lsain, pada 1990 an banyak perajin yang gulung tikar. Hanya terisa
rumah batik Dahlia .
Batik Jetis, Sidoarjo khas sentuhan motif burung merak yang mengembangkan ekor
panjang yang indah. Selain itu dipenuhi warna cerah seperti biru, kuning dan hijau.
Setiap bulan, rata-rata setiap pekerja hanya mampu menghasilkan empat lembar kain
batik berukuran 2,25 meter kali 1,15 meter. Setiap lembar kain batik dijual antara 180 ribu- 200
ribu. Sedangkan, batik berbahan kain sutera dijual Rp 400 ribu per lembar.
http://cahayaedukasi.com/archives/221
Setelah mendapatkan hak paten Batik Khas Situbondo – Jawa Timur, kini motif kerang
yang menjadi andalan di wilayah tersebut mulai berkembang di kalangan masyarakat. Bukan
hanya masyarakat pecinta batik saja yang tertarik mengembangkan batik khas situbondo ini,
namun kalangan Pondok Pesantrenpun mulai melirik budaya batik tersebut.
Dari belajar membatik di beberapa tempat saat menjadi duta sekolah di Pesantren, para
santriwati ini ternyata mampu menciptakan lahan usaha mandiri. Awalnya hanya motif batik
khas Situbondo yang sudah mendapatkan hak paten dan Menkumham RI pada 11 Oktober 2010
lalu, yang dikembangkan oleh para santriwati itu. Tapi sekarang sudah berkembang ke motif
kerang yang menjadi andalan usaha membatiknya, motif khas Situbondo, yakni ikon kerang yang
sudah diakui secara nasional maupun internasional.
“Dijelaskan oleh Kholifah, dalam satu bulan, permintaan atu pesanan batik di pondok
pesantren ini sudah mencapai 50 hingga 100 lembar kain batik.. Setiap lembar kain batik yang
panjangnya 2 meter tersebut, dihargai antara 150 ribu rupiah hingga 500 ribu rupiah, tergantung
Batik Cotto’an Kabupaten Situbondo Jawa Timur
http://batikindonesia.com/tag/potensi-kabupaten-situbondo
Pertama kali pembatik di Desa Pelean Kecamatan Kapongan adalah Enjuk Bayan (asal
Madura) penerusnya adalah putrinya bernama Ibu Dul, secara turun menurun dilanjutkan Ibu
Sahriya dan kemudian oleh Ibu Dari; semasa hidup mereka bertempat tinggal di Pedukuan Cotto’
Desa Peleyan, Kec Kapongan. Sedang batik di Situbondo sendiri pada zaman Belanda dan
Jepang sudah ada hingga zaman Kemerdekaan RI masih berkembang, dan berakhir pada tahun
1980 an. Kejayaan zaman keemasan batik Cotto’an terkesan cukup terkenal di Situbondo, yang
memperoleh dukungan pembiayaan dan pembinaan dari : H. Khadir, H. Dafir, Hj. Aminah dan
Hj. Kulsum.
Dari tahun 1950 sampai tahun 1980 an pemasaran batik Situbondo “Cotto’an” di pasar
Cermee, pasar Situbondo, dank e pasar Prajekan. Permbatik pada saat itu bahan yang
dipergunakan adalah Ourpos, Malan putih (malan Jepang) dan Malan Tawon. Bahan pewarna
waktu itu diperoleh (beli) di Asembagus dengan jenis pewarna bernama beddelen atau soge;
Sedang surutnya pembatik Cotto’an dikarenakan penjual bahan pewarna (orang Cina) sudah
pada meninggal dunia, maka berakhirlah orang-orang Cotto’ Desa Peleyan melakukan
Diprakarsai oleh Pak Jasmiko di desa Selowogo Kecamatan Bungatan, perkembangan
batik di Situbondo mulai menggeliat dengan beberapa orang yang mulai menggali kembali
potensi batik di Situbondo,.Salah satunya adalah Nyai Hj. Saripa Fatmah berasal dari Desa
Peleyan Kecamatan Kapongan.
Untuk membangkitkan batik Cotto’an dengan prakarsa Nyai Hj. Sarifah Fatma Assegaf
dengan menggait pembatik tahun 1975-an sampai dengan 1980-an yang kini masih hidup adalah
Ibu Dari, Ibu Jaswani, dan Ibu Patrek setelah mereka tidak membatik 20-30 tahun lamanya kini
mulai melakukan aktivitasnya membatik kembali bersama warga lingkungan sekitar dan
sejumlah Santri Nyai Hj. Sarifah yang beralamat di Pondok Pesantren “NURUL HUDA” Desa
Peleyan Kecamatan Kapongan, Kabupaten Situbondo.
Batik Cotto’an memproduksi batik tulis, cap dan printing dengan harga terjangkau. Batik
Cotto’an merupakan industri batik dengan motif khas Situbondo (motif kerang) yang masih
dalam taraf Industri Kecil dan Menengah. Lokasi industri yang berada di area Pondok Pesantren
Nurul Huda di Desa Peleyan Kecamatan Kapongan ini, memiliki tenaga kerja yang tak lain
adalah para santri dan santriwati serta warga sekitar. Sejak berdiri mulai Juli 2010 hingga saat
ini, Batik Cotto’an telah memiliki tenaga kerja ± 57 orang. Saat ini Batik Cotto’an telah memiliki
BATIK MADURA
http://www.liputanmadura.com/ensiklopedi-batik-madura-sentra-batik-madura
Bangkalan
Di Kabupaten Bangkalan, pengrajin batik umumnya berpusat di Kecamatan Tanjung
Bumi, berjarak sekitar 40 Km dari Kota Bangkalan (1 jam perjalanan). Motif batik Tanjung
Bumi ada sekitar 100 macam dengan ciri khas warna merah (menyala), hitam, dan hijau. Di
antaranya yang populer adalah jenis Tasik Malaya, Pacar Cina, Kapal, Karpote, Burung,
Kupu-kupu, Perahu, Udang, Padi, Topak, Si Pari, Panji Susi, dan Panji Lengkok.Tapi kini ada
modifikasi sesuai permintaan. Seperti untuk orang Eropa yang cenderung suka kombinasi dengan
putih (biru/putih). dan untuk orang Jepang yang gemar warna-warna menyala, merah, dan hijau.
Sampang
Di Kabupaten Sampang, daerah yang terkenal menjadi pusat batik terletak di Desa Kotah,
Kecamatan Jrengik, Kabupaten Smapang. berjarak sekitar 30 Km dari kota sampang (45 menit
perjalanan).Umumnya batik dari desa kotah bermotif kembang dan burung paling dominan
dengan warna merah dan hijau.
Pamekasan
Sedikitnya, ada enam titik sentra batik di kabupaten tersebut, yakni Kecamatan
Pamekasan sebanyak 5 sentra batik tulis, Kecamatan Proppo sebanyak 12 sentra batik,
Kecamatan Palengaan terdapat 6 sentra, Kecamatan Waru ada satu sentra, Kecamatan
pamekasan sendiri motif batik seperti Sekarjagat, Keong Mas, Matahari, Daun Memba (daun
mojo), Gorek Basi. Beberapa motif batik Pamekasan, yang sudah di patenkan di Depkumham,
seperti Keraben sapeh, sakereh, Kempeng saladerih, padih kepa’, manik-manik.
Sumenep
Pusat kerajinan batik di Kabupaten Sumenep berada di didesa Pekandangan Barat
Kecamatan Bluto. Batik Tulis Sumenep ini mempunyai ciri khas yaitu motif Ayam dan warna
merah yang menjadi ciri khas batik Madura pada umumnya.
Berikut beberapa Motif Batik Madura
BATIK KABUPATEN TRENGGALEK
Batik tulis Trenggalek merupakan kerajinan tradisional yang turun secara generasi ke
generasi di kalangan wanita-wanita Trenggalek. Pusat industri ini berpusat di kecamatan
Sumbergedong.
BATIK KABUPATEN TUBAN
BATIK Tuban merupakan batik yang paling khas di Jawa Timur, karena proses
pembatikannya dimulai dari bahan kain yang digunakan untuk membatik dipintal langsung dari
kapas. Jadi gulungan kapas dipintal menjadi benang, lalu ditenun, dan setelah jadi selembar kain
lalu dibatik. Batik ini kemudian disebut Batik Gedog.
Dalam buku Batik Fabled Cloth of Java karangan Inger McCabe Elliot tertulis,
sebenarnya batik Tuban mirip dengan batik Cirebon pada pertengahan abad ke-19. Kemiripan ini
terjadi pada penggunaan benang pintal dan penggunaan warna merah dan biru pada proses
pencelupan. Namun, ketika Kota Cirebon mengalami perubahan dramatis dan diikuti dengan
BATIK KABUPATEN TULUNGAGUNG
Pesona batik Tulungagung terletak pada tingkat keberanian memadukan warna untuk
menghasilkan batik dengan warna yang berbeda. Dari yang kebanyakan berwarna coklat maupun
hitam, kini lebih berani dengan memainkan warna yang lebih cerah. Beberapa motif yang paling
banyak dibuat di Tulungagung antara lain “buket ceprik gringsing”,”buket ceprik pacit ungker”,
serta “lereng buket”. Ketiga motif tersebut merupakan satu di antara 86 motif yang dimiliki para
perajin di Tulungagung.
Batik Tulungagung, Jawa Timur yang juga dikenal dengan Barong Gung, kini mulai
dilirik pengusaha timur tengah. Adalah pengusaha asal Arab Saudi Talal Omar Al Yafee yang
berniat memasarkan Barong Gung ke tanah kelahirannya.
BATIK KOTA WISATA BATU
http://batik-batu.blogspot.com/2008/08/batik-tulis-tradisional-raden-wijaya.html
Batik tulis tradisional Raden Wijaya yang berlokasi di kota Batu - Malang Jawa Timur, dirintis sejak tahun 1987 oleh ibu Lina Santoso. Rumah Batik Tradisional Raden Wijaya di jl. Raya Pandanrejo no.2, kec. Bumiaji, Batu-Malang. Telp: 0341-592941, Jawa Timur, Indonesia Email: radenwijaya08@gmail.com
BATIK KOTA BLITAR
http://batikindonesia.com/batik-balitar-batik-motif-khas-kota-blitar-pewarnaan modern/972
“BATIK BALITAR” Batik Motif Khas Kota Blitar
Belum lengkap ke Kota Proklamator kalau belum ke Griya Batik Balitar yang jaraknya
500 meter dari Makam Ir. SOEKARNO. Tepatnya di Jl. Borobudur No. 28 Kota Blitar Jawa
Timur Indonesia. Adalah Nanang Pramadi yang menjadi pioner batik yang berada di Blitar Kota,
yang dimulai sejak th. 2007 kemaren. bermula dari seniman tari, seniman patung gembol kayu
jati, terakota, dan ternyata sekarang malah menekuni seni batik, bermula dari batik kayu sampai
sekarang ke batik tekstil atau kain.
Bermula belajar di Sendang Sari, Bantul Yogjakata, dan di Wirotaman Yogjakarta, maka
dikembangkan sendiri di Kota Blitar dengan desain motif yang ada daerah Blitar sendiri
semacam; Sekar Jagad Blitar, Koi-Koi Blitar, Onthong-Onthong, Bintang Pancasila,
KAIN BATIK "WENTAR" (Blitar)
Kain batik khas Daerah, yang dikerjakan oleh tangan-tangan terampil tanpa
menggunakan Mesin. Pemilik Slamet, Alamat BTN Pakunden Blok D Blitar Telpon/HP:
085646824514. Dengan bahan kain yang halus serta motif yang unik, menjadikan kain ini bagus
sekali saat dipakai dalam bentuk baju dengan berbagai model
BATIK KOTA KEDIRI
http://kedirikota.go.id/?act=artikel_detail&id=1332129593&tt=Motif%20Batik%20Khas%20Kota %20Kediri%20sebagai%20Wujud%20Identitas%20%20dan%20Kebanggaan%20Masyarakat %20Kota%20Kediri
Kerajaan Kadiri sebagai salah satu entitas sejarah Kota Kediri di masa lampau memang
kaya akan beragam jejak sejarah yang dapat ditelusuri melalui peninggalan-peninggalan budaya
yang tersebar di Kota Kediri dan daerah-daerah sekitarnya, seperti Goa Selomangleng, Candi
Tegawangi, Candi Surawana dan benda-benda purbakala lain yang menjadi koleksi Museum
Airlangga milik Pemerintah Kota Kediri.
Motif inti yang dapat digunakan adalah “teratai mekar” dan “garuda mukha” dengan
dan burung garuda yang direkomendasikan tersebut tidak identik atau sama persis dengan bentuk
teratai dan garuda yang ada pada peninggalan-peninggalan purbakala.
BATIK BOLLECHES
http://www.batiksuminar.com/
Batik Bolleches adalah motif batik khas Kediri hasil kreasi Ibu Dra. Suminarwati
Sundoro dari Rumah Batik Suminar Collection. Bolleches adalah kata dalam Bahasa Belanda
yang artinya adalah titik. Jadi ciri khas Batik Bolleches adalah semua motif batik selalu didasari
oleh latar belakang berupa titik. Motif Batik Bolleches Batik khas Kediri yang sudah diciptakan
dan diterima secara luas oleh konsumen di beberapa kota di Jawa Timur adalah Motif Bambu
Sakura. Beberapa motif lain adalah Motif Batik Simpang Lima, Motif Anggur, Motif Mangga
Podang dan masih banyak motif yang lainnya. Gaya motif Batik Bolleches Kediri lebih banyak
dipengaruhi oleh Motif Batik Pantai Utara. Motif-motifnya sama sekali tidak terikat oleh
pakem-pakem yang ada, coraknya lebih bebas dan seringkali bermotifkan pola gambar natural dan
tematis, sementara warnanya cenderung dekat dengan corak warna Batik Madura dengan
warna-warna yang lebih berani dan eksotis.
BATIK SUMINAR KEDIRI
Office/Showroom: Perum Permata Hijau Blok X/1 Jl. Kapten Tendean Kediri-Indonesia
BATIK KOTA MADIUN
http://www.lawupos.net/3802/batik-retno-kumolo-andalan-madiun/
Batik Retno Kumolo Andalan Madiun
Batik khas Madiun masih tergolong cukup baru, Batik ini mulai dicetuskan pada tahun
2002, dan Dalam kurun waktu selama enam tahun, keberadaan batik di Kota Madiun tidak
menunjukkan perkembangan yang cukup berarti, namun saat ini batik Madiun sudah mulai
bangkit dan sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Batik Madiun memiliki motif yang cukup beragam seperti motif keris tundung Madiun,
motif bunga melati dan motif floral lainnya. Adapun motif batik khas Madiun yang merupakan
hasil dari perlombaan design motif batik yaitu motif porang yang melambangkan komoditas
ekspor, motif beras kutah yang melambangkan lumbung padi dan serat jati, dan motif ini
merupakan motif cerminan daerah Madiun yang sebagian besar wilayahnya adalah kawasan
hutan produksi jati.
Batik andalan khas Madiun adalah Batik Retno Kumolo. Motif yang menonjol dari batik
Dumilah, bunga melati, matahari, dan selendang. Batik Retno Kumolo berada di Jalan Tuntang,
Kelurahan Pandean, Kecamatan Taman, dengan pemilik Siti Qomariah .
BATIK KOTA MALANG
http://batikindonesia.com/tag/motif-batik-malang
Kreativitas pembatik memang tak kenal batasan. Masalah ulat bulu yang banyak
diresahkan warga di Kabupaten Probolinggo dan daerah lainnya di Jawa Timur menjadi inspirasi
bagi para pembatik. Ulat bulu kini sudah menjadi salah satu motif batik. Tepatnya pada batik
tulis Celaket khas Malang. Ide ulat bulu menjadi motif baju batik celaket khas Malang itu
dimunculkan dari seorang pengusaha batik asal Kota Malang. Setiap kain berukuran 2 meter
dengan lebar 115 cm itu dipenuhi batik bermotif ulat bulu. Detail desainnya, gambar ulat bulu
berada di atas sehelai daun bangga lengkap dengan telur ulat.
Kode: MLG-001 Harga: Rp 125.000,-Batik Printing Khas Kota Malang
Motif: Malang Kucecwara ( Gambar Central )
Motif ini memiliki filosofi yang mendalam. Terdapat simbol gambar Tugu Malang, Mahkota, Rumbai Singa, Bunga Teratai, Arca, dan Sulur-sulur serta isen isen belah ketupat.
-TUGU MALANG merupakan simbol kota Malang yang merupakan prasasti berdirinya kota tersebut. Juga sebagai perlambang keperkasaan dan ketegaran. Diharapkan pemakainya menjadi
orang yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan.
- MAHKOTA merupakan simbolisisasi Mahkota Raja Gajayana yang pernah membawa Malang mencapai puncak kejayaannya. Diharapkan pemakainya bisa mencapai puncak kejayaan dalam
hidupnya.
-RUMBAI SINGA: melambangkan ikon kota malang yang berjuluk SINGO EDAN, yang melambangkan semangat yang menyala-nyala dan pantang menyerah. Diharapkan pemakainya
juga senantiasa memiliki sifat yang demikian.
-BUNGA TERATAI merupakan salah stu simbol kota malang, yang melambangkan keindahan juga kesuburan. Pada cerita kuno, bunga teratai merupakan bunga tempat Dewa Wishnu, dewa pemelihata alam, bertahta. Diharapkan pemakainya senantiasa subur makmur dan terpelihara
jiwa dan raganya.
-ARCA merupakan perlambang kekayaan khasanah Kota Malang yakni candi Singosari yang pernah menghantarkan Malang menjadi salah satu kekuatan dunia di Nusantara pada masa
silam.Diharapkan, pemakainya senantiasa berjaya.
-SULUR-SULUR: merupakan simbol bahwa kehidupan itu akan terus berlangsung, tumbuh dan berkembang. Ada sulur yang terhenti sebagai simbol bahwa kehidupan tidak kekal, namun,
sebelum terhenti ada sambungan berikutnya. Yang menunjukkan bahwa manusia itu akan musnah, namun akan selalu berganti generasi yang baru Diharapkan pemakainya senantiasa bisa
introspeksi diri bahwa manusia itu makhluk yang fana.
-ISEN-ISEN BELAH KETUPAT merupakan simbol dari relief candi Badut yang merupakan salah satu khasanah kekayaan budaya Kabupaten Malang. Belah ketupat memberi makna,
pengakuan bahwa manusia tidaklah sempurna, sehingga sangat tidak pantas untuk menyombngkan diri. Dijharapkan pemakainya bisa senantiasa introspeksi diri.
( Detail 01 )
-TUGU MALANG merupakan simbol kota Malang yang merupakan prasasti berdirinya kota tersebut. Juga sebagai perlambang keperkasaan dan ketegaran. Diharapkan pemakainya menjadi
orang yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan.
- MAHKOTA merupakan simbolisisasi Mahkota Raja Gajayana yang pernah membawa Malang mencapai puncak kejayaannya. Diharapkan pemakainya bisa mencapai puncak kejayaan dalam
hidupnya.
-RUMBAI SINGA: melambangkan ikon kota malang yang berjuluk SINGO EDAN, yang melambangkan semangat yang menyala-nyala dan pantang menyerah. Diharapkan pemakainya
juga senantiasa memiliki sifat yang demikian.
( Detail 02 )
juga kesuburan. Pada cerita kuno, bunga teratai merupakan bunga tempat Dewa Wishnu, dewa pemelihata alam, bertahta. Diharapkan pemakainya senantiasa subur makmur dan terpelihara
jiwa dan raganya.
-ARCA merupakan perlambang kekayaan khasanah Kota Malang yakni candi Singosari yang pernah menghantarkan Malang menjadi salah satu kekuatan dunia di Nusantara pada masa
silam.Diharapkan, pemakainya senantiasa berjaya.
-SULUR-SULUR: merupakan simbol bahwa kehidupan itu akan terus berlangsung, tumbuh dan berkembang. Ada sulur yang terhenti sebagai simbol bahwa kehidupan tidak kekal, namun,
sebelum terhenti ada sambungan berikutnya. Yang menunjukkan bahwa manusia itu akan musnah, namun akan selalu berganti generasi yang baru Diharapkan pemakainya senantiasa bisa
introspeksi diri bahwa manusia itu makhluk yang fana.
( Detail 03 )
-ISEN-ISEN BELAH KETUPAT merupakan simbol dari relief candi Badut yang merupakan salah satu khasanah kekayaan budaya Kabupaten Malang. Belah ketupat memberi makna,
pengakuan bahwa manusia tidaklah sempurna, sehingga sangat tidak pantas untuk menyombngkan diri. Dijharapkan pemakainya bisa senantiasa introspeksi diri.
( Detail 04 )
-TUGU MALANG merupakan simbol kota Malang yang merupakan prasasti berdirinya kota tersebut. Juga sebagai perlambang keperkasaan dan ketegaran. Diharapkan pemakainya menjadi
orang yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan.
-ARCA merupakan perlambang kekayaan khasanah Kota Malang yakni candi Singosari yang pernah menghantarkan Malang menjadi salah satu kekuatan dunia di Nusantara pada masa
silam.Diharapkan, pemakainya senantiasa berjaya.
-SULUR-SULUR: merupakan simbol bahwa kehidupan itu akan terus berlangsung, tumbuh dan berkembang. Ada sulur yang terhenti sebagai simbol bahwa kehidupan tidak kekal, namun,
sebelum terhenti ada sambungan berikutnya. Yang menunjukkan bahwa manusia itu akan musnah, namun akan selalu berganti generasi yang baru Diharapkan pemakainya senantiasa bisa
introspeksi diri bahwa manusia itu makhluk yang fana.
Gambar Keseluruhan
Pemilik Shuniyya :
GSM : 08174101370
CDMA : 021 – 94701370
Email : cahaya_mata_cinta@yahoo.com
BATIK KOTA MOJOKERTO
http://www.mojokertokota.go.id/potensi/index.php?
act=detail&f_id=pt2004082916200960&cat=4
Industri Batik Tulis
Batik Tulis Kota Mojokerto mempunyai spesifikasi motif dari kerajaan Mojopahit sehingga apabila dipandang terasa sejuk temaram. Jenis yang di produksi bermacam-macam motif, sesuai pesanan. Untuk Tahun 2002 untuk satu unit usaha dihasilkan 720 potong/tahun. Untuk
pemesanan batik tulis dapat menghubungi:
1. Julaihah, Jl.Surodinawan, Gg. Tengah 39 Kec. Prajurit Kulon
2. Hindun, Desa Keboan RT3 RW8 Gunung Gedangan Kec. Magersari
3. Ernawati, Surodinawan II/26
BATIK KOTA PASURUAN PROSES PENCARIAN MOTIF
BATIK KABUPATEN PROBOLINGGO
http://smkn1gending.blogspot.com/2011/10/batik-glipang-buah-karya-smk-negeri-1.html
Buah karya putra-putri Indonesia khususnya SMK Negeri 1 Gending Kab.Probolinggo
Brand sosrokusumo batik asli Surabaya, berawal perbatikan dari nenek moyang keraton
sumenep madura yang mana telah musnah dan diberikan sehelai batik yang sudah lapuk karena
sangat tua dari motif keraton dari sehelai batik tersebut belajar membatik dengan otodidak dan
berhasil helai demi helai.
Tanda Mata Kota Pahlawan Batik Suroboyo
http://pusakanesia.blogspot.com/2007/07/batik-suroboyo_15.html
Agar tak lekang kenangan di Surabaya. Jangan beranjak sebelum membawa Batik Suroboyo. Merangsak tumbuh menuju kota Metropolitan, dengan ragam dinamika dan potensinya. Itu Kota Surabaya. Masyarakatnya heterogen, dengan jumlah lebih dari 4 juta jiwa, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan timur Pulau Jawa.
Surabaya menjadi salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya, kota ini memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Segala sektor yang ada di kota ini sangat mendukung untuk kian meyakinkan sebutan Surabaya sebagai kota perdagangan dan ekonomi.
Bidang pariwisata dan jasa tak kalah pesatnya bersaing di kota berlambang pertarungan Ikan dan Buaya. Destinasi wisata yang ada terus dipoles agar menjadi jujukan para wisnu dan wisman. Seperti layaknya sebuah tujuan wisata, harapan meninggalkan kenangan selalu timbul setiap kali meninggalkan lokasi tersebut.
Banyak hal yang bisa jadi mozaik kenangan, salah satunya adalah dengan tanda mata. Ragam souvenir bisa memberi bekas tak terlupa. Bagaimana dengan Kota Pahlawan yang heterogen dan cenderung modern? Jangan salah, Surabaya juga bemiliki kekhasan budaya. Satu diantaranya berupa batik, yang juga merupakan karya peninggalan leluhur negeri ini.
penggagas lahirnya batik khas Surabaya, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Batik Suroboyo itu.
Konon cerita lahirnya Surabaya menginspirasi Putu untuk melahirkan batik dengan motif khas Surabaya. Akhirnya ayam Sawunggaling dan Semanggi yang juga menjadi ikon Surabaya yang jadi pilihan sebagai corak andalan.
Namun demikian, aku Putu panggilan akrab Putu Sulistiani Prabowo, berbagai corak coba terus digali. Kedepan Putu mengaku masih tetap akan menggunakan corak bergambar ayam, terutama ayam Bekisar, dengan sekian modifikasinya untuk dikreasi di atas lembar kain batiknya.
Kala ditanya apa lagi yang membedakan Batik Suroboyo dengan batik lain yang sudah lebih dulu ada? Putu menyebut salah satunya pada warna. Diakui Putu, hingga sekarang dia terus mencari warna yang khas Surabaya. ”Saya maunya berbeda dengan batik lain yang sudah ada, maunya cerah mengingat karakter orang Surabaya yang berani dan sportif,” tutur ibu 2 anak ini.
Khas dari Surabaya
Menjadi kota besar bagi Surabaya membawa konsekuensi sendiri. Menonjol dalam hal
pertumbuhan ekonomi dan perdagangan, bahkan jasa. Sesuatu yang khas sedikit tidak tampak. Seperti dalam hal cendera mata, tak heran bila beberapa pendatang yang singgah di kota ini kemudian bertanya-tanya; Apa souvenir khas Surabaya?
Setidaknya demikian pengalaman yang pernah ditemui Putu. Berangkat dari itu, kemudian membakar semangat Putu untuk mencoba melahirkan sesuatu yang menjadi sangat khas Surabaya. ”Banyak orang datang ke Surabaya tetapi mereka tidak dapat menemukan cendera mata khas Surabaya. Kita yang mempunyai kemampuan didukung dengan segala kekayaan lokal kenapa tidak kita tampilkan,” sergahnya.
Batik, kemudian menjadi pilihan. Berbekal bakat melukis yang dimiliki Putu kecil, dan kemauan untuk terus belajar. Akhirnya dia mampu membuat batik dengan corak yang kental Surabaya. Itu pula yang kemudian mendorong dia untuk mengklaim Batik Suroboyo, karena memang hanya dia yang mampu melahirkannya.
Putu mempelajari batik sejak tahun 1998. Kisahnya, dia mulai belajar dengan mengunjungi beberapa sentra batik yang ada di Pulau Jawa ini. Kemudian untuk menambah ilmunya,
Perempuan alumni Farmasi Universitas Airlangga Surabaya tahun 1984 ini sengaja belajar pada salah seorang guru dari SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) Surabaya, dengan cara les privat. Tidak berhenti sampai di sana, Putu juga belajar tentang pewarnaan di Balai Penelitian Batik di Yogyakarta, selama beberapa minggu.
Alhasil, mulai menggoreskan malam lewat cantingnya di atas helai kain. Maka jadilah beberapa karya batik. Setelah itu mulai coba ditawarkan ke beberapa kawannya. Melihat respon yang bagus, kemudian mulai dia mengikuti beberapa pameran. Menggunakan nama ’Dewi Sartika’, kini batiknya sudah cukup dikenal. Apalagi dengan kekhasan Suroboyo-nya itu.-az.alim
---oOo---Eksklusif, di Satu Gerai
Batik Suroboyo, sekilas memang tidak berbeda dengan batik kebanyakan seperti batik Madura atau Batik Kenongo asal Sidoarjo. Pada dasarnya batik, sejauh itu batik tulis yang dikerjakan langsung oleh tangan-tangan terampil relatif sama. Namun bila kita mau lebih detil
Semula yang membantu Hj. Putu Sulistiani Prabowo dalam membatik hanya dua orang pembatik dan satu orang untuk pewarnaan. ”Pada mulanya lumayan juga, satu bulan bisa menghasilkan 5 potong kain batik,” kisahnya pada Eastjava Traveler, ketika ditemui di galeri yang merangkap workshopnya.
Kini karyawannya sudah berjumlah 15 orang. Dan kain batik yang mampu dihasilkan bisa mencapai 30 potong dalam satu bulan. Proses pembatikan di workshopnya asli dilakukan oleh tangan terampil (handmade) tergantung tingkat kerumitannya, tapi paling lama memakan waktu dua minggu.
Proses pembuatan sama dengan batik kebanyakan, mulai dari bahan dasar kain yang diberi kanji, digambar, di batik dan seterusnya. Untuk pewarnaan, aku Putu, masih menggunakan pewarna sintetis, konon mulai mencoba menggunakan pewarna alam. Menggunakan pewarna sintetis semata demi mengikuti keinginan pasar yang cenderung lebih suka warna-warna yang bright. ”Bahan juga menjadi salah satu media kreasi, selain pada motif,” ungkap ketua IKASFI (Ikatan Keluarga Sarjana Farmasi Indonesia, Red) Jatim ini. Kini bahan yang digunakan tidak hanya kain katun, tetapi juga kain tenun. Beberapa bahan tenun lain seperti yang berbahan serat kayu atau pelepah pisang juga digunakan. ”Ternyata hasilnya juga bagus, banyak yang suka,” tegasnya.
Putu mengaku, produknya banyak diserap pasar terutama pada ajang-ajang pameran, atau bila ada kunjungan tamu dari luar daerah. Kini produk batiknya makin diorientasikan pada
pemenuhan pasar, seiring makin banyak pesanan yang datang. ”Ajang pameran masih saya anggap paling baik untuk pemasaran,” tambahnya. Beberapa pameran yang pernah diikuti di Jakarta, Batam, China, dan Lombok, selain di Surabaya sendiri.
Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Kota Surabaya turut memfasilitasi, ”Dalam hal ini Ibu Wawali sebagai ketua, turut memberi dukungan dalam hal promosi,” tuturnya. Bahkan Walikota juga kerap berkunjung ke galeri Dewi Saraswati di jalan Jemursari Utara II/19 itu.
Ragam produk yang dihasilkan berupa kain panjang/selendang, bahan hem/baju pria, syal dan scraft. Dan harga Batik Suroboyo juga variatif, untuk bahan katun sekitar Rp. 400 ribu. Sedangkan yang berbahan sutra harganya di kisaran Rp. 3 juta.
Saat ditanya hal pemasaran, kata Putu, masih ditangani sendiri. Ditanya adakah keinginan untuk memperluas jaring pemasarannya ke daerah lain, Putu menjawab, niat ke arah sana sudah ada. Terlebih datangnya beberapa tawaran dari beberapa relasi untuk menjadi perpanjangan jalur pemasaran seperti di daerah Bali dan Jakarta.
Putu masih lebih yakin menggunakan satu gerai di galerinya sebagai satu-satunya konter Batik Suroboyo. Alasannya untuk tetap menjaga eksklusifitas produknya. Di galerinya ini, pengunjung bisa langsung melihat proses pembuatan batik, diharapkan lebih meyakinkan batik itu karya tangan terampil (handmade). Menurut Putu, hal ini bisa juga menjadi alternatif jujukan wisata di Surabaya.
Mencermati persaingan; yang melatarinya menekuni batik adalah pemikiran batik itu ibarat karya seni, seperti lukisan. Dimana sang perajin bisa berekspresi seperti pada motif, warna, dan bahan. Dari sana muncul keyakinan dia masih punya peluang. Tentu saja dengan terus belajar dan membaca selera pasar agar mampu bersaing.-az.alim