OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR
OLEH :
PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
PERCOBAAN III
OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP
3.1 Tujuan Percobaan
1. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian amplifier dari op-amp 2. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian filter dari op-amp
3.2 Tinjauan Pustaka
Satu penguat operasional atau operational amplifier dalam bahasa inggris, sering disebut sebagai Op-Amp OpAmp (Operasional Amplifiers) pada hakekatnya merupakan sejenis IC. Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri atas beberapa transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau kepada IC jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu jenis rangkaian umpan balik, maka IC ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai operasi matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, mengintegrasi, dsb. Oleh karena itu IC jenis ini dinamakan penguat operasi atau operasional amplifier, disingkat OpAmp. Namun demikian OpAmp dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau pembangkit gelombang, sensor circuit, dsb. OpAmp banyak disukai karena faktor penguatannya besar (100.000 kali), yang biasanya dikenal dengan sebuah IC dimana banyak transistor digabungkan dalam satu kristal semikonduktor. Dengan memakai teknologi IC banyak transistor dan komponen elektronika lain biasa digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai sambungan dan sifat tertentu yang canggih. Rangkaian Op-Amp dalam IC modern merupakan pendekatan yang baik untuk sifat Op-Amp ideal. Suatu amplifier dapat dikatagorikan operasional jika memenuhi tiga karakteristik utama, yakni:
OpAmp umumnya terdiri atas tiga stage atau amplifier yang dirangkai secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing:
1. Differensitial amplifier 2. Voltage amplifier 3. Output amplifier
Differential amplifier memiliki respon frekuensi yang sangat lebar dan input impedance yang sangat tinggi. Voltage amplifier memberikan penguatan yang sangat tinggi dan output amplifier memberikan output impedance yang sangat rendah sehingga dapat mengeluarkan arus listrik yang besar terhadap beban.
Gambar 3.2.1 Op-Amp
3.2.1 Jenis – jenis atau Tipe Op-Amp
Gambar 3.2.2 Jenis Op-Amp
Nomor pin untuk 8 kaki dan 14 kaki:
Pin 1 (3) + Pin 5 (9) untuk penyetelan 0 volt. Pin 2 (4) untuk inverting input.
Pin 3 (5) untuk noninverting input.
Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negatif. Pin 6 (10) terminal keluaran (output).
Pin 7 (11) untuk tegangan positif.
Nomor pin dalam kurung untuk DIL 14 kaki.
Gambar 3.2.3 Op-Amp
3.2.2 Karakteristik dan Parameter OP-AMP a. Op-Amp Dasar
Gambar 3.2.4 Op-Amp Dasar
Rangkaian dasar Op-Amp sebagai berikut :
Gambar 3.2.5 Rangkaian Dasar Op-Amp
Penguatan yang terjadi adalah :
1 1 R
R V
Vo f
Unity gain
Jika Rf = R1 maka penguatan tegangan = - 1
b. Op-Amp Ideal dan Op-Amp Real
c. Diferential Amplifier
Gambar 3.2.6 Rangkaian Diferential Amplifier
Differential amplifier adalah rangkaian yang banyak digunakan dalam
IC.Perhatikan bahwa rangkaian mempunyai dua input dan dua output. Jika sinyal input diaplikasikan pada salah satu input, dengan input yang lain dihubungkan ke ground, operasi kerjanya disebut dengan single-ended. Jika dua input dengan polaritas berlawanan diaplikasikan, disebut dengan double-ended.
Jika input yang sama diaplikasikan pada ke dua terminal input, disebut dengan common mode.
Dalam operasi common-mode, input sinyal yang sama menghasilkan sinyal yang berlawanan pada masing-masing collector. Kedua sinyal saling meniadakan sehingga outputnya menjadi nol. Dalam praktek, nilai output tidak benar-benar nol, tapi menghasilkan sinyal yang kecil.
Gambar 3.2.7 Rangkaian Bias DC
VE = 0 V – VBE = - 0.7 V Arus emitter :
Dengan asumsi kedua transistor sama (Q1 = Q2) maka IC1= IC2 = ½ IE
Menghasilkan tegangan collector
VC1 = VC2 = VCC – ICRC = VCC- ½ IE RC
d. Penguatan Diferensial
Sifat dari Op-Amp ideal adalah voltase pasa keluaran hanya tergantung dari selisih antara kedua masukkan dan penguatan diferensialnya tak terhingga. Sebenarnya penguatan diferensial memiliki nilai yang terhingga. Penguatan diferensial biasa disebut sebagai AD dan terdifinisi sebagai berikut :
)
(
V
V
V
V
V
A
NEG POS
out
Di mana :
V
out voltase pada keluaran Op-Amp
V
pos voltase pada masukkan non-inverting ( tak membalik )V
neg= voltase pada masukkan inverting ( membalik )V
V
pos neg =perubahan dari perbedaan antara voltase pada kedua masukan Op-Amp.e. Penguatan Bersama ( Common Amplification )
Pada Op-Amp ideal voltase keluaran hanya tergantung dari perbedaan voltase pada kedua masukkan dn tidak tergantung dari besar potensial pada masukkannya. Berarti keluaran sama persis ketika kedua masukan sama-sama mempunyai potensial IV terhadap GND atau mempunyai potensial 8V terhadap GND. Pada Op-Amp real potensial bersama dari input akan mempengaruhi keluaran. Terhadap penguatan bersama AC ( common Amplification ) dengan definisi sebagai berikut :
V
A
V
out C. inbersama dimana :Vout : perubahan voltase output
V in bersama : perubahan voltase bersama pada kedua masukan,dimana
voltase bersama terdefinisi sebagai V in bersama =
V
inV
in2 1
Common Mode Rejection Ratio ( CMRR ) sering dinyatakan dengan
huruf besar G adalah perbandingan antara penguatan diferensial AD dan
bersama AC :
keluaraaan nol. Perbedaan voltase input dimana voltase output nol tersebut Input Offset, Voff. Besar dari input offset tergantung dari Op-Amp dan biasanyan
besarnya antara 25 V dan 5mV. Kalau suhu berubah maka voltase offset juga berubah. Besar perubahan voltase offset
V
offper perubahan suhuT
,
TV
offdisebut koefisien suhu
(Temperature coeffisien). Pada berbagai Op_amp ada masukan khusus untuk menghilangkan input offset. Dengan rangkaian tambahan dan memakai masukan tersebut,besar dari voltase offset bias diatur. Biasanya prlengkapan ini dipakai untuk menghilangkan voltase offset, berarti mengaturnya menjadi nol. Hal ini disebut dengan menolkan voltase offset. Kalau offset sudah dinolkan pada suhu tertentu,voltase offset hanya timbul kalau suhu berbeda dengan suhu tersebut. Tetapi kalau offset diatur dengan rangkaian pengatur tersebut maka pengaruh suhu lingkungan pada besar voltase biasanya menjadi lebih besar berarti koefisien suhu menjadi lebih besar.
Satu lagi perbedaan lagi yang harus diperhatikan pada Op-Ampreal adalah arus yang terdapat pada inputnya. Arys tersebut sebenarnya merupakan arus yang terdiri dari dua macam arus, yaitu satu bagian yang besarnya tidak tergantung pada besar voltase input dan satu bagian yang tergantung pada voltase input (arus yang terjadi karena adanya resistivitas input).
g. Output Op-Amp
Pada keluaran terdapat resistivitas keluaran. Resistivitas keluaran biasanya sebesar beberapa puluh ohm sampai orde k . juga terdapat batas maksimal dan batas minimal untuk voltase keluaran. Voltase keluaran ,aksimalpositif biasanya 1 sampai 3V (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya) di bawah voltase sumber positif dan voltase keluaran minimal negative biasanya 1 sampai 3 V (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya) di atas voltase sumber negative. Tetapi juga ada Op-Amp yang bias memiliki voltase output sampai voltase sumber negatif atau sampai voltase sumber positif.
maksimal sebesar beberapa mA. Kalau arus yang lebih besar dibutuhkan pada keluaran rangkaian.
3.2.3 Rangkaian-Rangkaian Op-Amp
a. Penguat Linear yang Inverting dengan Op-Amp; Prinsip Bumi Semu
Rangkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.8, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa fase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negatif di bangun melalui resistor R2.
Gambar 3.2.8 Penguat Inverter
Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v+ = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v- = v+ = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke
ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan fakta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada R1 adalah Vin– V- = Vin dan tegangan
jepit pada resistor R2 adalah Vout – v- = Vout. Kemudian dengan menggunakan
aturan 2, di ketahui bahwa : iin + iout = i- = 0,
karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0. iin + iout = Vin/R1 + vout/R2 = 0
Selanjutnya Vout/R2 = - Vin/R1 .... atau
Vout/Vin = - R2/R1
Jika penguatan G didefenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis
Impedansi rangkaian inverting didefenisikan sebagai impedansi input dari
ruas kanan dari persamaan diatas dapat diubah menjadi :
R
sehingga persamaan menjadi :
B =
Voltase output dari Op-Amp dapat ditemukan persamaan sebagai berikut : V output = ( V input 1– V input 2 ) . A
V output = ( Vin+ - Vin- ) . A
A A
b. Penguat Linear yang Non-Inverting dengan Op-Amp
Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.2.9 berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian inverting.
Gambar 3.2.9 Penguat Non-Inverter
Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa fakta yang ada, antara lain :
Vin = V+
V+ = V- = Vin ... lihat aturan 1.
Dari sini ketahui tegangan jepit pada R2 adalah Vout – V- = Vout– Vin, atau iout = (Vout-Vin)/R2.
Lalu tegangan jepit pada R1 adalah V- = Vin, yang berarti arus iR1 =
Vin/R1. Hukum kirchkof pada titik input inverting merupakan fakta yang
mengatakan bahwa iout + i(-) = iR1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika
disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh iout = iR1 dan Jika ditulis
dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh
(Vout – Vin)/R2 = Vin/R1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi :
Vout = Vin (1 + R2/R1)
Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting
Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input non-inverting op-amp ersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm.
c. Rangkaian Diferensiator
Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah : Q depan, maka akan diperoleh rangkaian differensiator seperti pada gambar 3.3. Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan penguatannya :
dt
RC
dv
V
inOUT
Rumus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout pada rangkaian ini adalah differensiasi dari tegangan input vin. Contoh praktis dari hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak.
Bentuk rangkaian differensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting
G = -R2/R1 dan pada rangkaian differensiator diketahui,
C C
Z
R
R
R1
1 2
maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat differensiator RC
G
Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan frekuensi tinggi (high pass filter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan frekuensi. Namun
demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berfrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan R. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai frekuensi cutoff tertentu.
Gambar 3.2.11 Rangkaian OPAmp sebagai Differensiator
dari rangkaian ini seakan-akan merupakan fungsi hasil pendifferensialan dari fungsi masukan. Rangkaian ini dinamakan pula “the differentiation amplifier”. Dapat dilihat dari gambar berikut :
Gambar 3.2.12 Pendiferensialan sinyal kotak
Sama halnya dengan sinyal-sinyal lain yang dimasukkan ke rangkaian itu, keluarannya akan terdifferensialkan.
d. Rangkaian Integrator
Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan respons frekuensi, misalnya rangkaian penapis (filter). Salah satu contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4. Rangkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian umpanbaliknya (feedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor C.
Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan menganalisa rangkaian opamp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan opamp (golden rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis :
iin = (Vin– V-)/R = Vin/R , dimana V- = 0 (aturan1)
iout = -C d(Vout– V-)/dt = -C dvout/dt;V- = 0
iin = iout ; (aturan 2)
Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan : iin = iout = Vin/R = -C dVout/dt,
atau dengan kata lain :
Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan keluaran rangkaian ini merupakan fungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak.
Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana f = 1/t dan
f
2
penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus : RC
G( ) 1
Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan mengingat rumus dasar penguatan op-amp inverting G = - R2/R1. Pada rangkaian integrator (gambar 3) tersebut diketahui
C
Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti persamaan (5) atau agar terlihat respons frekuensinya dapat juga ditulis dengan
fRC f
G
2 1
matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika frekuensi sinyal input semakin besar.
Pada prakteknya, rangkaian feedback integrator mesti diparalel dengan sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai R atau satu besaran tertentu yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (frekuensi = 0), kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor feedback seketika itu juga outputnya akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik op-amp menjadi open loop (penguatan open loop op-amp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai resistor feedback sebesar 10R akan selalu menjamin.
Gambar 3.2.14 Rangkaian OPAmp sebagai Integrator
Perhatikan perbedaannya dengan rangkaian differensiator pada gambar 3.2.14 diatas. Yaitu tidak adanya capasitor pada jalur input.
Bila diberikan sinyal kotak sebagai masukan, akan dihasilkan sinyal mirip segitiga. Dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.2.15 Pengintegralan sinyal kotak
e. Inverting Amplifier
Rangkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting amplifier, seperti gambar berikut :
Gambar 3.2.16Rangkaian Inverting Amplifier
Output diperoleh dengan mengalikan input dengan suatu konstanta penguatan yang nilainya ditentukan oleh resistor input R1 dan resistor umpan balik Rf. Output ini terbalik (inverted) dari input (beda phase 180o).
f. Unity Follower
Unity follower menghasilkan gain = 1 tanpa pembalikan phase. Dengan
Gambar 3.2.17 Unity Follower
g. Summing Amplifier
Gambar 3.2.18 Summing Amplifier
Rangkaian menunjukkan penguatan dengan tiga input yang menghasilkan suatu fungsi penjumlahan. Masing-masing input dikuatkan dengan suatu konstanta penguatan sebelum dijumlahkan.
Tegangan output yang dihasilkan adalah :
3
Rangkaian comparator digunakan untuk membandingkan tegangan masukan. Apakah positif ataukan negatif. Rangkaian ini dapat digunakan sebagai sensor. Dengan mengetahui masukan bertegangan positif/negatif output maka akan mempengaruhi output rangkaian, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan bila suatu gejala tertentu terjadi.
Gambar 3.2.19 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator
Karena sinyal input dimasukkan melalui kaki + maka bila Vin positif maka Vout juga positif. Demikian pula bila Vin negatif maka Vout negatif. Bila masukan
nol, maka sinyal keluaran juga akan nol. Untuk rangkaian dengan tipe :
Gambar 3.2.20 Rangkaian OpAmp sederhana sebagai comparator i. Adder
Rangkaian adder merupakan rangkaian yang menjumlahkan tegangan masukan menjadi tegagan output. Juga tergantung dari berapa besar penguatannya.
Sehingga bila dimasukkan tegangan masing-masing 1V, 2V dan 3V maka output yang didapat adalah 6V.
Dihitung dengan persamaan :
disederhanakan :
Sedangkan bila kita hitung Vo berdasarkan V1 sebagai berikut
Karena = 2kOhm dan = 1kOhm maka besarnya gain sebesar 1+2 = 3.
maka :
Sehingga telah terbukti secara matematis bahwa rangkaian diatas merupakan adder/penjumlah.
3.3 Daftar Komponen dan Alat 1. IC op-amp
2. Resistor dan kapasitor 3. Potensiometer
3.4 Cara Kerja
3.4.1 Amplifier membalik
1. Buatlah rangkaian sperti gambar 3.1
2. Setting Rg=1K sehingga 1000 mark sesuai dengan 10V
Gambar 3.1 Rangkaian percobaan Inverting amplifier
3. Ukur tegangan dengan osiloskop/multimeter untuk posisi nol
4. Ukur tegangan output Vo sesuai dengan tegangan input Vi seperti pada table 3.1
Tabel 3.1 Pengukuran tegangan input output(positif) untuk amplifier membalik No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
2 Vo Volt
5. Sekarang hubungkan A1 dengan -15V dan ulangi langkah percobaan
sebelumnya dan catat hasilnya pada table 3.2.
Tabel 3.2 Pengukuran tegangan input output(negatif) untuk amplifier membalik No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
3.4.2 Amplifier tak membalik
1. Buatlah Rangkaian Seperti gambar 3.2
Gambar 3.2 Rangkaian percobaan NonInverting amplifier
2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga V1 berharga 10V 3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rf dan ukur Vo sebagai
fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.3
Tabel 3.3 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk amplifier tak membalik
No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
2 Vo Volt
4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.4
Tabel 3.4 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk amplifier tak membalik
No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 01 0.3 0.5 0.6 0.8 1 Volt
3.4.3 Pengikut tegangan (voltage follower) 1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.3
Gambar 3.3 Rangkaian percobaan untuk pengikut tegangan
2. Hubungkan Rg pada Vcc +15V dan setting Rg sehingga V1 berharga 10V 3. Naikkan teg input V1 dengan mengoperasikan Rt dan ukur Vo sebagai
fungsi Vi dan isikan hasil pengamatan pada table 3.5
Tabel 3.5 Pengukuran tegangan input output (positif )untuk pengikut tegangan No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt
2 Vo Volt
4. Hubungkan Rg pada Vcc -15V dan lakukan setting seperti sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.6
5.
Tabel 3.6 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk pengikut tegangan No Rf 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting
1 Vi 1 3 5 6 8 10 Volt
3.4.4 Amplifier penjumlah
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.4
Gambar 3.4 Rangkaian percobaan amplifier penjumlah
2. Hubungkan potensiometer 10 putaran ke +15V dan atur resistor variable 1K sehingga posisi 1000 berhubungan dengan 10V
3. Setting potensiometer 10 putaran ke nol. Ukur Uo
4. Input Vi’ dibiarkan open dan ukur Vo=f(Vi) dengan Vi=1V dan 2V 5. Hubungkan R3=10K ke ground dan ukur Vo=f(Vi) seperti langkah 4 6. Ganti R3 1K dengan 100 hubungkan ke ground da lakukan seperti
langkah 4
7. Set FG1 sehingga Vi=2V pada R1. Set juga FG2 sehingga Vi’=3V pada
R3. Ukur Vo=f(Vi + Vi’)
Set FG1 dan FG2 seperti pada langkah 7. tapi Fg2 dihubungkan ke -15V. ukur Vo= f(Vi –Vi’)
3.4.5 Low pass filter
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.5
2. Ukur Uo sebagai fungsi frekuensi f. set Ui pada 2 Vpp dan lakukan pengukuran seperti table 3.7 catat hasil pengukuran pada table.
Table 3.7 Pengujian LPF dengan Frekuensi yang berbeda.
No F(Hertz) 20 200 1000 1500 … 4000 20000
1 Ui(Vpp) 2 2 2 2 2 2 2
2 Uo(Vpp)
3.4.6 High pass filter
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.7
Gambar 3.6 rangkaian percobaan HPF (HIGH PASS FILTER)