• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penulisan Butir Soal Berdasarkan Penilaian Berbasis Kompetensi"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

B. Penilaian Berbasis Kelas ... C. Proses Penilaian ... D. Kriteria Dasar Bahan Ulangan ... E. Soal yang Bermutu Baik ... F. Teknik dan Alat Penilaian ... G. Prosedur Pengembangan Tes ... H. Tujuan ... I. Langkah-langkah Penyusunan Soal ...

II. PENENTUAN MATERI YANG DIUJIKAN

A. Pengertian ... B. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur ... C. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur ... D. Penentuan dan Penyebaran Soal ...

III. PENYUSUNAN KISI-KISI

A. Pengertian ... B. Syarat Kisi-kisi yang Baik ... C. Perumusan Indikator Soal ...

IV. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES TERTULIS

A. Pengertian ... B. Penulisan Soal Bentuk Uraian ... C. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda ... D. Penulisan Soal Bentuk Jawaban Singkat ... E. Penulisan Soal Bentuk Isian ... F. Penulisan Soal Bentuk Menjodohkan ... G. Penulisan Soal Bentuk Benar-Salah ...

V. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES PERBUATAN

A. Pengertian ... B. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Perbuatan ... C. Penulisan Soal Penilaian Kinerja ... D. Penulisan Soal Penilaian Penugasan ... E. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya ...

(3)

VI. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK INSTRUMEN NON – TES

A. Pengertian ... B. Pengamatan ... C. Penvusunan Kisi-kisi Instrumen Non-Tes ... D. Kaidah Penulisan Soal ... E . Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-tes dan Butir soal ...

1. Tes Skala Sikap ... 2. Tes Minat Belajar ... 3. Tes Motivasi Berprestasi ... 4. Tes Kreativitas ... 5. Tes Stres Belajar ... 6. Teknik Penskoran ...

VII.PENYUSUNAN BUTIR SOAL YANG MENUNTUT PENALARAN TINGGI

A. Pengertian ... B. Dasar Pertanyaan (Stimulus) ... C. Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis ... D. Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah ...

VIII. PERAKITAN BUTIR SOAL

A. Pengertian ... B. Langkah-langkah Perakitan Soal ...

IX. PROSEDUR PEMERIKSAAN LEMBAR JAWABAN, PERHITUNGAN NILAI AKHIR, DAN PENYETARAAN TES

A. Prosedur Pemeriksaan Lembar Jawaban ... B. Perhitungan Nilai Akhir ... C. Penyetaraan Tes (Equating) ...

X. PENGEMBANGAN BANK SOAL

A. Pengertian ... B. Tujuan Pengembangan Bank Soal ... C. Prosedur Pengembangan Bank Soal ...

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Pengertian

Penilaian berbasis kompetensi merupakan teknik evaluasi yang harus dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Teknik dan pelaksanaannya diatur di dalam: (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XVI pasal 57, 58, dan 59, (2) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (3) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 dan 23 tahun 2006 tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan dan nomor 20 tahun 2007 tentang penilaian.

Sebelum pelaksanaan terbatas Kurikulum Berbasis Kompetensi, guru dalam melaksanakan penilaian didasarkan pada pendekatan materi, sehingga pada waktu menyusun soal muncul beberapa pertanyaan seperti berikut. Tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang mana yang harus diujikan? Pokok bahasan dan subpokok bahasan mana atau pembelajaran mana yang diujikan? Materi apa yang harus diujikan? Bentuk soal apa yang akan digunakan? Namun dengan kehadiran Kurikulum Berbasis Kompetensi, pertanyaan-pertanyaan yang mengkhususkan pada penilaian materi seperti itu tidak ditemui lagi. Dalam menyusun soal berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi teknik penyusunannya harus didasarkan pada karakteristiknya, di antaranya seperti berikut. Kompetensi apa yang akan diujikan? Kemampuan apa yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan, sikap/nilai)? Materi apa yang harus diujikan? Jenis penilaian seperti apa yang akan digunakan (tes atau non-tes)? Standard Kompetensi dan Kompetensi Dasar di dalam Standar Isi menjadi fokus perhatian utama dalam penilaian. Mengapa standard kompetensi dan Kompetensi Dasar diperlukan atau penting dalam penilaian? Karena standar sangat diperlukan sebagai acuan minimal (kompetensi) yang harus dipenuhi oleh peserta didik dalam pemelajaran atau lulusan dari suatu lembaga pendidikan.

(5)

atau prestasi belajar seorang siswa. Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang siswa telah mencapai karakteristik tertentu. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian yang dirancang dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

B. Penilaian Berbasis Kelas

Dengan penilaian berbasis kelas, guru dapat mengetahui tingkat perkembangan kemampuan, keterampilan, dan sikap peserta didik dalam portofolio. Jadi, pada prinsipnya tujuan utama penilaian adalah sebagai (1) pertanggungjawaban (akuntabilitas), dan (2) pengambilan keputusan. Tujuan utama ini sangat berhubungan erat dengan penilaian berbasis kelas, fungsinya, prinsipnya, dan proses pelaksanaannya. Dalam Penilaian Berbasis Kelas (PUSKUR, 2002: 1-9) dijelaskan bahwa penilaian berbasis kelas merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Tujuannya adalah untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar peserta didik dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran. Fungsinya adalah untuk meningkatkan kualitas peserta didik dan guru terhadap pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Prinsip penilaian adalah: valid, mendidik/memotivasi peserta didik, berorientasi pada kompetensi, adil dan objektif, terbuka (berguna bagi pihak yang berkepentingan), berkesinambungan, menyeluruh (kognitif, afektif, psikomotor) dan bermakna. Di samping itu, penilaian harus dilaksanakan secara teratur dan perlu disiapkan dengan baik. Karena penilaian yang dilaksanakan secara teratur: (1) menunjukkan bahwa program belajarnya dipantau/dikawal secara teratur (2) hasilnya berbeda dengan program belajar yang tidak pernah dipantau atau dipantau tidak teratur, (3) proses pencapaian kompetensi dilalui secara bertahap dan teratur oleh peserta didik karena pada diri peserta didik ada keterbatasan kemampuan dalam menampung, mengorganisasikan, dan menerapkan perolehan belajarnya. Penilaian perlu disiapkan dengan baik agar hasilnya dapat memberikan informasi yang setepat-tepatnya agar dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

C. Proses Penilaian

(6)

dan hasil karya (product). Penilaian non-tes contohnya seperti: sikap, minat, motivasi, penilaian diri, portfolio, life skill. Dalam pelaksanaan di sekolah, penilaian non tes lebih mudah dilakukan dengan bentuk "pengamatan”. Demikian pula untuk tes perbuatan.

Adapun proses pengembangan dan penyusunan tes adalah (1) menentukan tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang di ujikan (3) menentukan materi penting pendukung kompetensi (urgensi, kontinuitas, relevansi, keterpakaian/life skill), (4) menentukan jenis tes yang tepat (tertulis, lisan, perbuatan). Untuk jenis non tes yang pengamatan seperti sikap, portofolio, dan life skill adalah (1) menentukan tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang diujikan, (3) menentukan aspek yang diukur, (4) menyusun table pengamatan dan pedoman penskorannya.

Untuk jenis non tes seperti tes sikap, minat, motivasi atau lainnya proses pengembangan dan penyusunan instrumen non tes adalah (1) menentukan tujuan penilaian, (2) menentukan kompetensi yang diujikan, (3) merumuskan konstruk (definisi konsep dan definisi operasional) dari teori yang mendukung, (4) menyusun kisi-kisi, (5) menyusun butir soal.

D. Kriteria Bahan Ulangan

Bahan ulangan/ujian yang akan digunakan hendaknya menenuhi dua kriteria dasar berikut ini.

Kriteria pertama adalah adanya kesesuaian materi yang diujikan dan target kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang diajarkan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang siapa atau peserta didik mana yang telah mencapai tingkatan pengetahuan tertentu yang disyaratkan sesuai dengan target kompetensi dalam silabus/kurikulum dan dapat memberikan informasi mengenai apa dan seberapa banyak materi yang telah dipelajari peserta didik. Berdasarkan ilmu pengukuran pendidikan, ujian yang bahannya tidak sesuai dengan target kompetensi yang harus dicapai bukan saja kurang memberikan informasi tentang hasil belajar seorang peserta didik, melainkan juga tidak menghasilkan umpan balik bagi penyempurnaan proses belajar-mengajar.

Kriteria kedua adalah bahan ulangan/ujian hendaknya menghasilkan informasi atau data yang dapat dijadikan landasan bagi pengembangan standar sekolah, standar wilayah, atau standar nasional melalui penilaian hasil proses belajar-mengajar.

E. Soal yang Bermutu Baik

(7)

Salah satu ciri soal yang bermutu baik adalah bahwa soal itu dapat membedakan setiap kemampuan peserta didik. Semakin tinggi kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, maka semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan itu. Makin rendah kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang telah diajarkan, makin kecil pula peluang menjawab benar suatu soal yang menanyakan materi yang telah diajarkan.

Syarat soal yang bermutu baik adalah bahwa soal harus sahih (valid), dan handal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi/aspek saja. Mistar hanya mengukur panjang, timbangan hanya mengukur berat, bahan ujian atau soal PKn hanya mengukur materi-materi PKn bukan mengukur keterampilan/kemampuan materi yang lain. Handal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat, cermat, dan ajeg. Untuk dapat menghasilkan bahan ujian yang sahih dan handal, penulis soal harus merumuskan kisi-kisi dan menulis soal berdasarkan kaidah penulisan soal yang baik (kaidah penulisan soal bentuk objektif/ pilihan ganda dan uraian).

Linn dan Gronlund (1995: 47) menyatakan bahwa tes yang baik harus memenuhi tiga karakteristik, yaitu: validitas, reliabilitas, dan usabilitas. Validitas artinya ketepatan interpretasi hasil prosedur pengukuran, reliabilitas artinya konsisten hasil pengukurannya, dan usabilitas artinya praktis prosedurnya. Di samping itu, Cohen dkk. (1992: 28) juga menyatakan bahwa tes yang baik adalah tes yang valid artinya mengukur apa yang hendak diukur. Selanjutnya Cohen dkk. menyatakan bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah kebermaknaan skor tes, apakah skor tes benar-benar bermakna. Nitko (1996 : 36) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan interpretasi atau makna dan penggunaan hasil pengukuran siswa. Messick (1993: 13) menjelaskan bahwa validitas tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif derajat keterangan empiris yang mendasarkan pemikiran teoritis yang mendukung- ketepatan darn kesimpulan berdasarkan pada skor tes. Adapun validitas dalam model Rasch adalah sesuai atau fit dengan model (Hambleton dan Swaminathan, 1985: 73).

Messick (1993: 16) juga menyatakin bahwa validitas secara tradisional terdiri dari: (1) validitas isi, yaitu ketepatan materi yang diukur dalam tes; (2) validitas criterion-related, yaitu membandingkan tes dengan satu atau lebih variable atau criteria, (3) valitidas prediktif, yaitu ketepatan hasil pengukuran dengan alat lain yang dilakukan kemudian; (4) validitas serentak

(8)

(1995 : 43) bahwa tipe validitas adalah validitas: (1) konten, (2) criterion, dan (3) konstruk.

Di samping validitas, informasi tentang reliabilitas tes sangat diperlukan. Nitko (1999 : 62) dan Popharn (1995 : 21) menyatakan bahwa reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran. Pernyataan ini didukung oleh Cohen dkk, yaitu bahwa reliabilitas merupakan persamaan dependabilitas atau konsistensi (Cohen dkk : 192 : 132) karena tes yang memiliki konsistensi/reliabilitas tinggi, maka tesnya adalah akurat, reproducibel; dan gereralizabel terhadap kesempatan testing dan instrument tes yang sama lainnya (Ebel dan Frisbie (1991 : 76). Adapun faktor yang mempengaruhi reliabilitas adalah: (1) yang berhubungan dengan tes adalah banyak butir, homogenitas materi tes, homogenitas karakteristik butir, dan variabilitas skor; (2) yang berhubungan dengan siswa adalah: heterogenitas kelompok, pengalaman siswa mengikuti tes, dan motivasi siswa, (3) yang berhubungan dengan administrasi adalah: batas waktu dan kesempatan mencontek (Ebel dan Frisbie (1991: 88-93).

Linn dan Gronlund menyatakan bahwa metode estimasi dapat dilakukan dengan mempergunakan: (1) metode tes-retes, yaitu diberikan tes yang sama dua kali pada kelompok yang sama dengan interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas; (2) metode ekuivalen form, yaitu diberikan dua tes parallel pada kelompok yang sama dan waktu yang sama; tujuannya adalah pengukuran menjadi ekuivalen; (3) metode tes-retes dengan ekuivalen form, yaitu diberikan dua tes parallel pada kelompok yang sama dengan interval waktu; tujuannya adalah pengukuran stabilitas dan ekuivalen; (4) metode split-half, yaitu diberikan tes sekali, kemudian skor pada butir yang ganjil dan geap dkorelasikan dengn mempergunakn rumus Spearman-Brown; tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal; (5) metode Kuder-Richardson dan koefisien Alfa, yaitu diberikan tes sekali kemudian skor total tes dihitung dengan rumus Kuder-Richardson, tujuannya adalah pengukuran konsistensi internal; (6) metode inter-rater, yaitu diberikan satu set jawaban siswa untuk diskor/judjment oleh 2 atau lebih rater; tujuannya adalah pengukuran konsistensi rating. Menurut Popharn (1995: 22), reliabilitas terdiri dari 3 jenis yaitu: (1) stabilitas, yaitu konsistensi hasi di antara kesempatan testing yang berbeda, (2) format bergantian (alternate form), yaitu konsistensi hasil di antara dua atau lebih tes yang berbeda, (3) internal konsistensi, yaitu konsistensi melalui suatu pengukuran fungsi butir instrument.

(9)

subordinate sebab model pengukuran ini diorientasikan pada estimasi kemampuan individu.

Untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes perlu dilakukan analisis butir soal karena kegunaan analisis butir soal di antaranya adalah: (1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi atas tes yang diterbitkan, (2) sangat relevan bagi penyusunan tes-tes informal dan local seperti kuis, ujian yang disiapkan guru untuk siswa di kelas, (3) mendukung penulisan butir soal yang efektif, (4) secara materi dapat memperbaiki tes-tes di kelas, (5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas (Anastasi dan Urbina, 1997: 172).

F. Teknik dan Alat Penilaian

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan para guru, tutor, pengawas, atau dosen sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah mata pelajaran yang sudah disampaikan.

Teknik penilaian dalam uraian ini maksudnya adalah metode atau cara penilaian yang dapat digunakan guru untuk rnendapatkan informasi. Teknik penilaian yang memungkinkan dan dapat dengan mudah digunakan oleh guru, misalnya adalah: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau pengamatan, (3) wawancara.

1. Teknik Penilaian Melalui Tes

a. Tes tertulis

Tes tertulis yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

1) tes objektif, misalnya bentuk pilihan panda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan;

2) tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif).

b. Tes lisan

(10)

langsung diketahui peserta didik. Kelemahannya adalah (1) subjektivitas pengetesan (Tutor) sering mencemari hasil tes, (2) waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

c. Tes perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.

Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.

2. Teknik penilaian melalui observasi atau pengamatan

Observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara mengamati tingkah laku dan kemampuannya selama kegiatan observasi berlangsung. Observasi dapat ditujukan kepada peserta didik secara perseorangan ataupun kelompok. Dalam kegiatan observasi perlu disiapkan format pengamatan. Di dalam format pengamatan di antaranya berisi: (1) perilaku-perilaku atau kemampuan yang akan dinilai, (2) batas waktu pengamatan.

3. Teknik penilaian melalui wawancara

Teknik wawancara pada suatu segi mempunyai kesamaan arti dengan tes lisan yang telah diuraikan di atas. Teknik wawancara ini diperlukan guru untuk tujuan mengungkapkan atau mengejar lebih lanjut tentang hal-hal yang dirasa guru kurang jelas informasinya. Teknik wawancara ini dapat pula digunakan sebagai alat untuk menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk menilai.

G. Prosedur Pengembangan Tes

(11)

Ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan. Pertama adalah menentukan tujuan penilaian. Tujuan penilaian sangat penting karena setiap tujuan memiliki penekanan yang berbeda-beda. Misalnya untuk tujuan tes prestasi belajar, diagnostik, atau seleksi. Contoh untuk tujuan prestasi belajar, lingkup materi/kompetensi yang ditanyakan/diukur disesuaikan seperti untuk kuis/ menanyakan materi yang lalu, pertanyaan lisan di kelas, ulangan harian, tugas individu/kelompok, ulangan semester, ulangan kenaikan, laporan kerja praktik/laporan praktikum, ujian praktik.

MENENTUKAN TUJUAN PENILAIAN

MEMPERTAHANKAN STANDAR KOMPETENSINYA

MENENTUKAN KD-NYA ATAU KD1 + KD2 + KD3DLL

TES NON TES

MENENTUKAN MATERI PENTING/

PENDUKUNG KD : UKRK - PENGAMATAN/ OBSERVASI (SIKAP, PORTFOLIO, LIFE SKILLS)

- TES SIKAP - DLL

TEPAT DIUJIKAN SECARA TERTULIS/LISAN?

BENTUK URAIAN BENTUK

OBJEKTIF (PG, ISIAN,

DLL)

TIDAK TEPAT TEPAT

TES PERBUATAN

- KINERJA (PERFORMANCE) - PENUGASAN

(PROJECT)

- HASIL KARYA (PRODUCT)

- DLL

IKUTI KAIDAH PENULISAN SOALNYA DAN SUSUNLAH PEDOMAN PENSKORANNYA

Keterangan: KD = Kompetensi Dasar

(12)

Kedua adalah memperhatikan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Kompetensi merupakan acuan/target utama yang harus dipenuhi atau yang harus diukur melalui setiap kompetensi dasar yang ada atau melalui gabungan kompetensi dasar.

Ketiga adalah menentukan jenis alat ukurnya, yaitu tes atau non-tes atau mempergunakan keduanya. Untuk penggunaan tes diperlukan penentuan materi penting sebagai pendukung kompetensi dasar. Syaratnya adalah materi yang diujikan harus mempertimbangkan urgensi (wajib dikuasai peserta didik), kontinuitas (merupakan materi lanjutan), relevansi (bermanfaat terhadap mata pelajaran lain), dan keterpakaian dalam kehidupan sehari-hari tinggi (UKRK). Langkah selanjutnya adalah menentukan jenis tes dengan menanyakan apakah materi tersebut tepat diujikan secara tertulis/lisan? Bila jawabannya tepat, maka materi yang bersangkutan tepat diujikan dengan bentuk soal apa, pilihan ganda atau uraian? Bila jawabannya tidak tepat, maka jenis tes yang tepat adalah tes perbuatan: kinerja (performance), penugasan (project), hasil karya

(product), atau lainnya.

Keempat adalah menyusun kisi-kisi tes dan menulis butir soal beserta pedoman penskorannya. Dalam menulis soal, penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisan soal.

H. Tujuan

Tujuan utama penyusunan buku ini adalah untuk meningkatkan kemampuan profisional guru khususnya dalam penilaian berbasis kelas. Oleh karena itu, setelah membaca buku ini diharapkan para guru dapat menyusun kisi-kisi dan menulis butir soal secara benar.

I. Langkah-langkah Penyusunan Soal

(13)

II. PENENTUAN MATERI YANG DIUJIKAN

A. Pengertian

Penilaian kompetensi melalui tes berhubungan erat dengan penguasaan materi pembelajaran. Peserta didik yang kompeten dapat diukur dengan berbagai cara, diantaranya melalui pengukuran terhadap penguasaan materi pembelajaran.

Langkah awal yang harus dilakukan dalam menyiapkan bahan ulangan/ujian adalah menentukan kompetensi dan materi yang akan diujikan. Setelah menentukan kompetensi yang akan diukur, maka langkah berikutnya adalah menentukan materi yang akan ditanyakan. Penentuan materi yang akan diujikan sangat penting karena di dalam satu tes tidak mungkin semua materi yang telah diajarkan dapat diujikan dalam waktu yang terbatas, misalnya satu atau dua jam. Oleh karena itu, setiap guru harus menentukan materi mana yang sangat penting dan penunjang, sehingga dalam waktu yang sangat terbatas, materi yang diujikan hanya menanyakan materi-materi yang sangat penting saja. Materi yang telah ditentukan harus dapat diukur sesuai dengan bentuk tes yang akan digunakan yaitu tes (tertulis atau perbuatan) atau non-tes.

Penentuan materi penting dilakukan dengan memperhatikan kriteria:

1. Urgensi, yaitu materi secara teoritis mutlak harus dikuasai oleh peserta didik,

2. Kontinuitas, yaitu materi lanjutan yang merupakan pendalaman dari satu atau lebih materi yang sudah dipelajari sebelumnya,

3. Relevansi, yaitu materi yang diperlukan untuk mempelajari atau memahami, mata pelajaran lain,

4. Keterpakaian, yaitu rnateri yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

B. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur

Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S. Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay, Linn dan Gronlund.

(14)

membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.

2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4) penyimpulan, (5) evaluasi.

3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat (focusing skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi, seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam, mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan, menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu (integreting skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti: menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.

4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan intelektual: diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara oral; (4) keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1) menerima, (2) menjawab, (3) menilai.

6. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah: (1) persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi, (7) karakterisasi dari nilai.

7. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.

a. Membandingkan

- Apa persamaan dan perbedaan antara ... dan... - Bandingkan dua cara berikut tentang ....

b. Hubungan sebab-akibat - Apa penyebab utama ... - Apa akibat …

c. Memberi alasan (justifying)

- Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?

- Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang ....

d. Meringkas

- Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ... - Ringkaslah dengan tepat isi …

e. Menyimpulkan

- Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data ....

(15)

berikut ....

f. Berpendapat (inferring)

- Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila - Apa reaksi A terhadap …

g. Mengelompokkan

- Kelompokkan hal berikut berdasarkan .... - Apakah hal berikut memiliki ...

h. Menciptakan

- Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang .... - Lengkapilah cerita ... tentang apa yang akan terjadi bila .... i. Menerapkan

- Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah .... - Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman....

j. Analisis

- Manakah penulisan yang salah pada paragraf .... - Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama .... k. Sintesis

- Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ... - Tuliskan sebuah laporan ...

l. Evaluasi

- Apakah kelebihan dan kelemahan ....

- Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang...

C. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur

(16)

D. Penentuan dan Penyebaran Soal

Setelah menentukan tujuan penilaian dan materi penting, maka langkah berikutnya adalah menentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan penyebaran soalnya. Untuk memudahkan dalam pelaksanaannya, maka perhatikan langkah-langkah berikut ini.

1. Menentukan tujuan penilaian. Misalnya untuk penilaian formatif seperti: ulangan harian, pemberian tugas/PR/latihan; atau penilaian sumatif seperti: ulangan akhir semester, kenaikan kelas, atau kelulusan.

2. Menentukan materi penting dari beberapa kompetensi yang akan diukur. 3. Menentukan jumlah butir soal yang akan diujikan. Penentuan ini

didasarkan pada waktu yang tersedia.

4. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada setiap kelas (bila untuk penilaian akhir semester).

5. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal pada setiap kompetensi. 6. Menentukan proporsi soal atau jumlah butir soal setiap semester pada

setiap kelas (bila untuk penilaian akhir semester).

7. Menentukan penyebaran butir soal yang diurutkan dari soal nomor 1 sampai dengan nomor terakhir.

8. Menentukan perilaku yang akan diukur pada setiap materi.

9. Merumuskan indikator soal secara tepat, yaitu untuk tes tertulis (bentuk uraian, jawaban singkat, pilihan ganda, atau bentuk lainnya), tes lisan, atau tes perbuatan.

10. Menuliskannya ke dalam format kisi-kisi tes.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini. 1. Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester

No Dasar/MateriKompetensi Semester 1 Semester 2 Jumlah Soal

1. A* 1 2,3 3

2. B* 4 5,6,7 4

3. C** 8,9,10 11,12,13,14,15,16,17

18,19,20,21,22,23,24, 20

25,26,27

D** 28,29,30 31,32,33,34,35,36,37

38,39,40,41,42,43,44, 18

Gabungan C+D 45

5. E* 46 47 2

6. F* 48 49,50 3

7. Jumlah soal per

semester 10 40 50

8. Perbandingan 20% 80%

Keterangan : ** Materi sangat penting * Materi penting

(17)

2. Contoh penyebaran butir soal secara langsung

No yang diujikanKompetensi Materi

Tes Tertulis Tes

Perbuatan Bentuk PG Bentuk Uraian

(18)

III. PENYUSUNAN KISI-KISI

A. Pengertian

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya, sehingga dapat menjadi petunjuk dalam menulis soal. Adapun wujudnya dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : ……… Jumlah soal : ………

Mata pelajaran : ……… Bentuk soal/tes : ………

Kurikulum : ……… Penyusun : 1. ………

Alokasi waktu : ……… 2. ………

No. Kompetensi dasar Hasil belajar/Indikator Kls/smt Materipokok Indikatorsoal Nomorsoal

Keterangan:

Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

B. Syarat Kisi-kisi yang Baik

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut ini.

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional.

2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami. 3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

C. Perumusan Indikator Soal

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan kegiatan akhir dalam penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan indikator dengan tepat, para tutor/ guru harus memperhatikan isi kolom dalam kisi-kisi yaitu: materi yang akan diujikan, hasil belajar/pengalaman belajar/indikator pembelajaran, dan kompetensi dasar. Indikator yang baik adalah indikator yang dirumuskan secara singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah:

(19)

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,

3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal objektif).

Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya, sedangkan model yang kedua adalah menempatkan objek dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar pertanyaan (stimulus).

(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik "belajar mandiri", peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama artinya.

Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah: "Hari harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.")

Lembar tes siswa hanya berisi pilihan seperti berikut: a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.

b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini, d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini

Kunci: d (2) Contoh model kedua

Indikator: Siswa dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada nilai uang.

Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah ... a. Rp

125,-b. RP 125,00 c. Rp125 d. Rp125.

(20)

IV. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES TERTULIS

A. Pengertian

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

B. Penulisan Soal Bentuk Uraian

Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat kesubyektifan penskorannya.

(21)

pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah "kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat dasar, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut.

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0-2 Skor

- Sesuai 2

- Tidak sesuai 1

- Kosong 0

Untuk tingkat menengah, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut.

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan0-3 Skor

- Sesuai 3

- Cukup/sedang 2 - Tidak sesuai 1

- Kosong 0

Untuk tingkat atas/tinggi, misalnya dapat disusunkan skala seperti berikut:

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 - 5 Skor Skor

- Sangat Sesuai 5

- Sesuai 4

- Cukup/sedang 3 - Tidak sesuai 2 - Sangat tidak sesuai 1

- Kosong 0

Agar soal yang disusun bermutu bailk, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam format. Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Adapun format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

2 1

SESUAI TIDAK SESUAI

3 2 1

SESUAI CUKUP/SEDANG TIDAK SESUAI

5 4 3 2 1

(22)

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ………... Penyusun : 1. ………

Mata Pelajaran : ………... 2. ………

Bahan Kls/Smt : ………... 3. ………

Bentuk Soal : ………... Tahun Ajaran : ………. Aspek yang diukur : ………...

KOMPETENSI DASAR BUKU SUMBER:

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI NO SOAL:

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL

NO DIGUNAKAN UNTUK TANGGAL JUMLAHSISWA TK DP PROPORSI PEMILIH ASPEK KET.

A B C D E OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN NO

SOAL KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR

(23)

Adapun kaidah penulisan soal uraian adalah seperti berikut ini. 1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan. c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.

d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai. b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.

3. Bahasa

a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku). c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

d. Tidak mempergunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan siswa.

C. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda

(24)

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : ………. Penyusun : 1.

Mata Pelajaran : ………. 2.

Bahan Kls/Smt : ………. 3.

Bentuk Soal : ………. Tahun Ajaran : ………. Aspek yang diukur : ……….

KOMPETENSI

DASAR BUKU SUMBER

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI

NO SOAL: KUNCI :

INDIKATOR SOAL

KETERANGAN SOAL NO DIGUNAKAN

UNTUK TANGGAL JUMLAHSISWA TK DP PROPORSI PEMILIH KET. A B C D E OMT

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya. Warga belajar/peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Wujud soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri dari: kunci jawaban dan pengecoh.

(25)

Adapun kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.

b. Pengecoh harus bertungsi

c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.

2. Konstruksi

a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan

b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.

c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal jangan sampai terdapat kata, kelompok pernyataan yang dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek yang akan diukur justru

Dijual sebidang tanah di Bekasi. Luas 4 ha. Baik untuk industri. Hubungi telp. 777777 Iklan ini termasuk jenis iklan ……

(26)

pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.

e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.

f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.

g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.

h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat pilihan jawaban.

i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.

j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang. k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

(27)

3. Bahasa/budaya

a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.

b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta didik.

c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

D. Penulisan Soal Bentuk Jawaban Singkat

Dalam menulis soal bentuk jawaban singkat, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk jawaban singkat. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal objektif yang jawabannya menuntut peserta didik untuk menjawab soal dengan singkat , dapat berupa satu kata, kelompok kata/frasa, simbol matematika, atau angka. Adapun wujud soal bentuk jawaban singkat adalah terdiri dari 5 unsur, yaitu: (1) dasar pertanyaan (stimulus) bila diperlukan, (2) pertanyaan, (3) tempat jawaban, (4) kunci jawaban, (5) pedoman penskoran.

Adapun kaidah penulisan soal bentuk jawaban singkat adalah seperti berikut ini.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan jawaban singkat. 2. Konstruksi

a. Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan langsung agar peserta didik lebih mudah merumuskan jawaban singkat

b. Pernyataan disusun dengan bentuk pertanyaan yang menuntut jawaban singkat/pendek yang berupa sebuah kata, angka, simbol atau kelompok kata.

c. Tempat jawaban hendaknya berupa garis lurus, bukan titik-titik. Tanda titik-titik dapat mengaburkan pengertian pemeriksanya. Misal karena ada tanda titik dapat mengaburkan pandangan pemeriksa, sehingga dikira huruf i atau lainnya

d. Hindarilah pernyataan yang menggunakan kata-kata yang langsung mengutip dari uraian materi buku pelajaran.

(28)

didaftar dicantumkan dalam kunci pemeriksaan.

f. Tempat jawaban yang dikosongkan harus sama panjangnya dan ditempatkan setelah pertanyaan.

g. Jika jawaban yang dikehendaki adalah menuntut satuan urutan, maka ungkapkanlah secara rinci di dalam pertanyaan.

3. Bahasa/budaya

a. Gunakanlah pertanyaan yang menuntut jawaban singkat, misalnya menggunakan kata tanya siapa, kapan, berapa, di mana.

b. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.

c. Gunakan bahasa Indonesia baku.

d. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

E. Penulisan Soal Bentuk Isian

Dalam menulis soal bentuk isian, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk isian. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk melengkapi atau mengisi kata-kata atau kelompok kata yang dihilangkan. Soalnya disusun seperti kalimat lengkap, kemudian dihilangkan pada bagian tertentu yang harus diisi oleh peserta didik. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut ini.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator

b. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk isian. 2. Konstruksi

a. Pernyataan disusun sedemikian rupa, sehingga jelas jawaban yang diharapkan.

b. Hindarkan petunjuk ke arah jawaban yang benar,

c. Susunlah pertanyaan yang dapat mempermudah penskorannya. d. Hindarkan pernyataan-pernyataan yang kurang tegas.

e. Susunlah soal dengan pernyataan berita. f. Usahakan hanya ada satu jawaban yang benar.

g. Hindarkan pernyataan yang terlalu banyak dihilangkan. Sebuah soal yang terlalu banyak yang dihilangkan sukar diketahui apakah sebenarnya hal yang diukur. Pernyataan yang dihilangkan adalah benar-benar bentuk kata atau frasa yang merupakan kunci jawaban dan bukan hal-hal yang memang tidak penting.

h. Hindarkan pernyataan yang diambil langsung persis sama dengan di dalam buku pelajaran.

i. Tempat jawaban yang disediakan untuk setiap soal harus sama panjangnya.

j. Dalam menyusun soal yang memerlukan jawaban rincian perlu disusun secara berurutan (alfabetis jawabannya). Hal ini untuk memudahkan pemeriksaannya.

(29)

dimaksudkan untuk mempersiapkan jawaban benar yang tidak terduga dari siswa.

l. Berilah nomor pada tiap-tiap tempat jawaban. Hal ini untuk memudahkan penilaiannya.

3. Bahasa/budaya

a. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.

b. Gunakan bahasa Indonesia baku.

c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

F. Penulisan Soal Bentuk Menjodohkan

Dalam menulis soal bentuk menjodohkan, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk menjodohkan. Bentuk ini wujudnya terdiri dari dua kelompok atau kolom. Tugas peserta didik adalah mencari pasangan yang tepat dalam kedua kelompok itu. Misalnya peserta didik harus dapat mencocokkan antara kejadian dengan tanggal kejadian yang tepat, kejadian dengan orang, kejadian dengan tempat, istilah dengan definisi, perkataan asing/istilah asing dengan istilah bahasa Indonesia yang baku, peraturan-peraturan dengan contoh, alat-alat dengan penggunaannya dan lain-lain. Biasanya bentuk soal menjodohkan hanya terbatas untuk mengukur kemampuan ingatan. Bentuk soal ini juga dapat digunakan untuk menentukan nama dari tempat-tempat atau bagian-bagian yang telah diberi nomor pada peta, diagram dan sebagainya. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan. c. Gunakanlah materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik

kelompok soal (pokok soal) maupun pilihan jawabannya. 2. Konstruksi

a. Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.

b. Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan dengan diberi nomor urut dengan huruf.

c. Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pernyataan dalam pilihan jawaban dapat disusun menurut abjad. d. Pertanyaan dan pilihan ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak

demikian dapat membingungkan peserta didik dan dapat menyita waktu lama yang digunakan untuk membolak-balik halaman saja. e. Panjang soal ini dibatasi jumlahnya tidak lebih dari 10-15 butir soal.

(30)

f. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawabannya dengan tepat. g. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek. h. Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.

3. Bahasa/budaya

a. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik.

b. Gunakan bahasa Indonesia baku.

c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

G. Penulisan Soal Bentuk Benar-Salah

Dalam menulis soal bentuk Benar-salah, penulis soal harus mengetahui konsep dasar bentuk Benar-salah. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul benar atau pernyataan yang memang betul-betul salah, bukan pernyataan yang meragukan. Bentuk ini merupakan salah satu bentuk soal objektif yang setiap soalnya terdapat dua macam kemungkinan jawaban yang berlawanan yaitu benar dan salah. Pernyataannya atau soalnva harus dinyatakan dengan benar atau salah.

Bentuk soal benar-salah biasanya digunakan untuk menanyakan fakta, ide, dan konsepsi yang tidak kompleks. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah. 2. Konstruksi

a. Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya

b. Hindarkan pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti: barangkali. kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan. c. Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif ganda.

d. Hindarkan pernyataan yang panjang dan kompleks

e. Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan. Soal harus mutlak benar atau mutlak salah.

f. Jumlah soal vang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban peserta didik. Mengingat bahwa peserta didik yang tidak mengetahui masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban benar dan peserta didik yang meragukan masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.

g. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak. h. Setiap satu soal hanya mengandung satu gagasan.

i. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal lainnya.

(31)

buku. Setiap pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal ini akan terlalu menekankan nilai pada aspek menghafal. Artinya penekanannya atau perhatiannya terlalu ditekankan pada pengetahuan yang didapatkan dari hasil menghafal. k. Hindarkan hal-hal yang kurang perlu atau bersifat teka-teki.

l. Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.

m. Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang mengemukakan pendapat.

3. Bahasa/budaya

a. Tuliskanlah dengan kalimat atau pernyataan berita.

b. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik.

c. Gunakan bahasa Indonesia baku.

(32)

V. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK TES PERBUATAN

A. Pengertian

Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan pada perbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru dapat mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan dengan tes perbuatan/praktik. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan, bentuk soal apa yang tepat digunakan, bentuk objektif atau uraian? Lalu guru menuliskan butir soal sesuai dengan bentuk soalnya. Bila jawaban pertanyaan di atas adalah tidak/kurang tepat diujikan dengan tes tertulis, maka kompetensi yang bersangkutan memang tepat diujikan dengan tes perbuatan/praktik.

Dalam menilai perbuatan/kegiatan/ praktik peserta didik dapat digunakan beberapa jenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja

(performance), penugasan (project), dan hasil karya (product). Ketiga jenis penilaian ini akan diuraikan dan diberi contoh butir soal pada keterangan di bawah ini.

B. Kaidah Penulisan Butir Soal Tes Perbuatan

Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau penugasan).

b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai.

c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-hari tinggi).

d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik.

b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. c. Disusun pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

3. Bahasa/Budaya

(33)

b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesiayang baku.

c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.

d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.

C. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikann terlebih dahulu kompetensi dari materi yang akan ditanyakan.

D. Penulisan Soal Penilaian Penugasan (Project)

Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.

E. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya (Product)

(34)

VI. PENULISAN BUTIR SOAL UNTUK INSTRUMEN NON-TES

A. Pengertian

Instrumen non-tes yang dimaksudkan di sini adalah instrumen selain tes di antaranya seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi, bakat, moral, konsepsi diri, dan lain sebagainya. Adapun alat penilaiannya yang dapat digunakan diantaranya adalah: pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrumen tes (seperti tes sikap, minat, dll).

Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal untuk instrumen non-tes adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes menuliskan butir soal berdasarkan kisi--kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir, perbaikan butir berdasarkan hasil uji coba Namun, dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi/konstruknya. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya diperoleh melalui "teori". Teori adalah pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 932)

B. Pengamatan

Pengamatan merupakan suatu alat penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur. Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain lembar pengamatan, penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup.

Pelaksanaan pengamatan sikap dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah mengajar. Perilaku minimal yang dapat dinilai dengan pengamatan untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan pada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat-menghormati, sopan santun, dan jujur.

(35)

C. Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes

Dalam kisi-kisi non-tes biasanya formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal per indikator, dan nomor butir soal. Formatnya seperti berikut ini.

NO DIMENSI INDIKATOR PER INDIKATORJUMLAH SOAL NOMOR SOAL

JUMLAH SOAL =

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstuknya yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen non-tes) tidak mempersiapkan/belajar materi yang hendak diteskan terlebih dahulu seperti pada tes prestasi belajar.

Setelah teori diperoleh dari berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional) dengan kata-kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu, maka langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yang menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian/rincian dimensi yang akan diukur), dan penulisan butir soal berdasarkan indikatornya. Untuk lebih memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur urutannya seperti pada gambar berikut ini.

TEORI

(Dari hasil penelitian/ pendapat dari:

1. Buku A 2. Buku B 3. Buku C 4. Buku D 5. Buku E

dst

KONSTRUK

-Definisi konsep

-Definisi Operasional

(36)

Berdasarkan gambar di atas, penulis soal dapat dengan mudah mengecek apakah instrumen tesnya atau butir-butir soal sudah sesuai dengan indikatornya atau belum. Misalnya soal nomor 1 sampai dengan soal terakhir berasal darimana? Dari indikator. Indikator dari mana? Dari dimensi. Rumusan dimensi darimana? Dari konstruk. Rumusan konstruk darimana? Dari teori. Jadi kesimpulannya instrumen tes yang telah disusun merupakan alat ukur yang (sudah tepat atau belum tepat) mewakili teori.

D. Kaidah Penulisan Soal

Dalam penulisan soal pada instrumen non-tes, penulis butir soal harus memperhatikan ketentuan/kaidah penulisannya. Kaidahnya adalah seperti berikut ini.

1. Materi

a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi. b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai dengan

tuntutan dalam kisi-kisi (misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).

2. Konstruksi

a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak melebihi 20 kata) dan jelas.

b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif ganda. d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada masa lalu. e. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau dapat

diinterpretasikan sebagai fakta.

f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.

g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin disetujui atau dikosongkan oleh hampir semua responden.

h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara lengkap.

i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak pasti seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.

j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya, sekedar, semata-mata. Gunakanlah seperlunya.

3. Bahasa/Budaya

a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik atau responden.

b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.

(37)

E. Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes dan Butir soal

Dalam sub-bab ini akan disajikan beberapa contoh penulisan kisi-kisi tes dan penulisan butir soal yang sangat sederhana. Tujuan utamanya adalah agar contoh-contoh ini mudah dipahami oleh para guru di sekolah. Adapun contoh yang akan disajikan dalam sub-bab ini adalah penulisan kisi-kisi dan butir soal untuk tes skala sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan tes kreativitas. Untuk contoh instrumen non-tes lainnya, para guru/pembaca dapat menyusunnya sendiri yang proses penyusunannya adalah sama dengan contoh yang ada di sini.

1. Tes Skala Sikap

Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh para ahli, di antaranya adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5 definisi dari 5 ahli, adalah seperti berikut ini. (1) Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis (Thurstone). (2) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus). (3) Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon Allport). (4) Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap objek-objek sosial (Donald Cambell). (5) Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan oleh suatu nilai (Ralp Linton, ahli antropologi kebudayaan).

(38)

NO DIMENSI INDIKATOR

NOMOR SOAL YANG MENGUKUR

KOGNISI AFEKSI KONASI

+ - + - +

-1. Toleransi a. Mau menerima pendapat orang lain atau tidak memaksakan kehendak b. Rela berkorban untuk

kepentingan umum 3. Rasa

kesetiakawanan a. Mau memberi dan meminta maaf 4. dst

Contoh soalnya sebagai berikut :

NO. PERNYATAAN SS S TP TS STS

1.

Mau menerima pendapat orang lain merupakan Ciri bertoleransi.

Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak

Saya suka menerima pendapat orang lain

Memilih teman di sekolah, saya utamakan mereka yang pandai saja

Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku. Bekerja sama dengan orang yang berbeda Suku lebih baik dihindarkan.

……

Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, TP = tidak berpendapat (ragu-ragu), TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju.

2. Tes Minat belajar

(39)

Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat secara aktif dalam kegatan belajar mengjara pada pelajaran tersebut. Oleh karena itu, definisi operasional minat belajar adalah pilihan kesenangan dalam melakukan kegiatan dan dapat membangkitkan gairah seseorang untuk memenuhi kesediannya yang dapat diukur melalui kesukacitaan, ketertarikan, perhatian dan keterlibatan. Berikut contoh kisi-kisi dan soal minat belajar sastra Indonesia.

NO. DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL

1.

Keterangan : Nomor yang bergaris bawah adalah untuk pernyataan positif Contoh soalnya seperti berikut :

NO. PERNYATAAN SS S KK J TP

Saya segera mengerjakan PR sastra sebelum datang pekerjaan yang lain.

Saya asyik dengan pikiran sendiri ketika guru

menerangkan sastra di kelas. Saya suka membaca buku sastra. ….

Keterangan : SS = sangat sering, S = sering, KK = kadang-kadang, J = jarang, TP = tidak pernah.

(40)

CONTOH TES MINAT PESERTA DIDIK TERHADAP MATA PELAJARAN

NO. PERNYATAAN SL SR JR TP

1.

Saya Senang mengikuti pelajaran ini.

Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini. Saya merasa pelajaran ini bermanfaat. Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu.

Saya berusaha memahami pelajaran ini. Saya bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas

Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah.

Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman sekelas.

Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini. Saya berusaha mencari bahan pelajaran di perpustakaan

Keterangan : SL = selalu, SR = sering, JR = jarang, TP = tidak pernah. Keterangan : Dari 4 kategori: skor terendah 10, skor tertinggi 40. 33- 40 Sangat berminat sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain.

Definisi Operasional

Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:

(41)

CONTOH KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN VARIABEL MOTIVASI BERPRESTASI

INDIKATOR POSITIFNOMOR PERNYATAANNEGATIF JUMLAH 1. Berusaha unggul

2. Menyelesaikan tugas dengan baik

6. Menyukai situasi pekerjaan dengan

Jumlah Pernyataan 20 20 40

CONTOH BUTIR SOAL:

1. Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik baripada teman-teman.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah 4. Saya menghindari upaya mengungguli prestasi teman-teman.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah 9. Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya pada masa lalu.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah 12. Saya mengabaikan tugas-tugas sebelum ada yang mengatur

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Jarang e. Tidak pernah SKOR JAWABAN

Skor Jawaban a b c d e

Pernyataan Positif 5 4 3 2 1

Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5

3. Tes Kreativitas

(42)

berpikir devergen, penemuan hal-hal yang bersipat baru, intuisi, hal-hal yang menyangkut perubahan dab eksplorasi (Coben, 1976 : 17). Desain tes kreativitas terdiri dari dua subtes yaitu dalam bentuk gambar dan verbal yang masing-masing bentuk memiliki cirri kelancaran (fluency). Keluwesan (Flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) (Torrance, 1974 : 8).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, maka definisi konsepsual kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen. Adapun definisi operasionalnya adalah kemampuan berpikir divergen yang memiliki sifat (dapat diukur melalui) kelancaran, keluwesan, keaslian, elaborasi, dan hasilnya dapat berguna untuk keperluan tertentu. Dari hasil pendefinisian konstruk ini, maka kisi-kisinya dapat disusun seperti contoh berikut ini.

NO. TES INDIKATOR NOMOR SOAL

1. Misalnya untuk indikator “kelancaran”, skor : 4 = sangat lancar, 3 = cukup lancar, 2 = kurang lancar, 1 = tidak lancar, 0 = tidak menjawab. Untuk indiaator “keluwesan”, skor: 4 = sangat luwes, 3 = cukup luwes, 2 = kurang luwes, 1 = tidak luwes, 0 = tidak menjawab, demikian pula seterusnya. Adapun contoh butir soal seperti berikut.

a. Contoh Tes Verbal 

 Misalnya diberikan tiga gambar ikan dalam akuarium yang masing-masing dibedakan jumlah ikan dan makanannya. Pertanyaan: pilih salah satu gambar yang anda sukai dan jelaskan mengapa anda menyukainya! (waktu 3 menit).

 Disajikan sebuah yang belum selesai.

(43)

 Disajikan sebuah sketsa gambar.

Pertanyaan : selesaikan sketsa gambar berikut menurut kesukaan anda dan setelah selesai berikut judulnya! (waktu 3 menit).

 Disajikan 6 buah titik A, B, C, D, E, dan F dengan posisi yang telah ditetapkan.Pertanyaan: Buatlah gambar dari 6 titik ini, kemudian berikan judulnya!.

 Disajikan gambar sebuah segitiga dan tiga lingkaran yang letaknya mengelilingi segitiga. Pertanyaan: Tafsirkan makna gambar berikut! (waktu 5 menit).

4. Tes Stres Belajar (menghadapi ujian)

Definisi konsep stress belajar adalah suatu kondisi kekuatan dan tanggapan sebagai interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrotasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting.

Definisi operasional stress belajar adalah suatu kondisi kekutan dan tanggapan sebagai interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala, atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan dan hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting yang dapat diukur melalui: (1) tanggapan psikologis seperti perasaan cemas, khawatir, takut, tidak senang, perasaan terganggu, dan lepas kendali, (2) tanggapan fisik seperti rasa lelah, jantung berdebar, rasa sakit, dan tekanan darah terganggu, dan (3) tanggapan perseptual seperti anggapan dan keyakinan. Berikut contoh kisi-kisi dan soal tes stres belajar.

NO. DIMENSI INDIKATOR NOMOR SOAL

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan ini tentu memberikan manfaat antara lain: (a) hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pembuat soal tes untuk (ulangan) bahasa Indonesia untuk

Melihat kenyataan ini, peneliti selaku pengawas Dabin VII melakukan sebuah riset mengenai peningkatkan kompetensi guru dalam menyusun soal ulangan harian melalui workshop

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) butir soal Ujian Nasional matematika SMP tahun ajaran

Kajian dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan langkah-langkah: pertama, mengidentifikasi soal-soal ulangan semester 1 Buku Siswa Sejarah Kebudayaan

Bukan hanya itu, guru juga dapat melaksanakan analisa KKO (Kata Kerja Operasional) untuk mengetahui klasifikasi taksonomi soal, dan melihat hasil ujian setelah ujian

 Hindari menggunakan kata atau frasa yang sama pada badan soal.  Hindari pilihan BUKAN SALAH SATU DI ATAS atau

Langkah-langkah dalam tahap pelaksanaan, antara lain: (1) Mengumpulkan data penelitian yaitu: lembar soal ulangan harian buatan guru mata pelajaran Biologi kelas X

Penyusunan soal instrumen Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun soal instrumen adalah sebagai berikut : 1 Menentukan tujuan mengadakan tes Tes ini dilakukan bertujuan