• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengaruh model pembelajaran realistic mathematics ... - CORE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "pengaruh model pembelajaran realistic mathematics ... - CORE"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran RME terhadap hasil belajar dan nilai kelas matematika siswa. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran RME terhadap hasil belajar kognitif dan nilai kelas matematika siswa. Oleh karena itu, rumusan masalah utama dalam skripsi ini adalah apakah terdapat pengaruh model pembelajaran Realistic Mathematics Education terhadap hasil belajar dan nilai kelas matematika siswa kelas V SDN 05 Kota Bengkulu.

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Adakah pengaruh model pembelajaran RME terhadap hasil belajar ranah kognitif matematika siswa kelas V SDN 05 Kota Bengkulu? Apakah model pembelajaran RME berpengaruh terhadap nilai karakter matematika siswa kelas V SDN 05 Kota Bengkulu?

Tujuan Penelitian

Model pembelajaran RME dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, efektif, menarik dan menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran RME dapat menjadi masukan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar. Model pembelajaran RME dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman pembelajaran yang efektif sehingga ketika memasuki dunia kerja dapat menjadi seorang pendidik yang profesional.

KAJIAN PUSTAKA KAJIAN PUSTAKA

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan keterampilan yang diperoleh individu setelah proses pembelajaran berlangsung dan dapat membawa perubahan perilaku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana dikemukakan Kasmadi, hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Menurut Winarni, hasil belajar terjadi ketika seseorang telah belajar dan terjadi perubahan tingkah laku atau tingkah laku pada diri orang tersebut.

Artinya dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Bloom dalam Winarni, ia mengklasifikasikan hasil belajar dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan ranah psikomotorik tentang hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak yang terdiri dari 4 aspek antara lain peniruan, manipulasi, pengalaman dan artikulasi.

Menurut Wardhani, dkk, pedoman penilaian hasil belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teknik tes dan teknik non tes. 1) Teknik tes. Dalam tes tersebut, hasil belajar yang ingin diukur adalah kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran yang diajarkan. Tes lisan merupakan suatu teknik untuk menilai hasil belajar dengan cara tanya jawab atau pernyataan atau jawaban disampaikan secara lisan dan spontan.

Hal ini dikarenakan aspek pengetahuan dan keterampilan lebih berperan dalam pengambilan keputusan yang diambil guru dalam menentukan pencapaian hasil belajar siswa.

Pendidikan Karakter

Menurut Fitri, pendidikan karakter bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan pola pikir, sikap dan perilaku peserta didik agar menjadi individu yang positif, berakhlak mulia, berakhlak mulia dan bertanggung jawab. Sedangkan menurut Mulyasa, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang bermuara pada terbentuknya karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. pendidikan apa pun. satuan. Kementerian Pendidikan Nasional pada Fitri menyatakan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah: 1) mengembangkan potensi hati/hati nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang mempunyai nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sesuai dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya keagamaan bangsa, 3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pada diri siswa sebagai generasi penerus bangsa, 4) mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan, 5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, adil, penuh kreativitas dan persahabatan, serta rasa kebangsaan yang tinggi dan kuat.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk, menanamkan, memfasilitasi dan mengembangkan nilai-nilai positif pada diri anak agar menjadi individu yang unggul dan bermartabat. Setelah siswa memiliki pengetahuan tentang nilai-nilai karakter, hendaknya siswa diajarkan untuk mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai karakter tersebut diharapkan terus diamalkan oleh siswa sehingga menjadi suatu kebiasaan yang mengakar dalam diri siswa.

Menurut Mulyasa, observasi dapat dilakukan melalui proses pengumpulan data berdasarkan observasi langsung terhadap sikap dan perilaku siswa. Pernyataan kualitatif di atas dapat digunakan ketika guru melakukan penilaian terhadap setiap kegiatan pembelajaran sehingga guru memperoleh profil siswa mengenai nilai-nilai karakter terkait. Pengembangan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran matematika menggambarkan perilaku afektif siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan.

Dalam penelitian ini nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika berkaitan dengan aspek afektif yang harus dimiliki siswa, antara lain: 1) menerima aspek yang diukur yaitu rasa ingin tahu dan disiplin, 2) menyikapi dengan aspek yang diukur yaitu kejujuran, 3) menilai aspek yang diukur yaitu kreativitas, 4) menilai aspek yang diukur yaitu ketelitian dan kerja keras.

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Kerangka Berpikir

Salah satu model pembelajaran matematika yang dapat digunakan guru adalah model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Model pembelajaran RME menekankan pada benda-benda di lingkungan sekitar dapat dijadikan konteks pembelajaran matematika sekaligus membuat koneksi matematis melalui interaksi sosial. Oleh karena itu, diharapkan model pembelajaran RME dapat memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar kognitif dan nilai karakter matematika siswa.

Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Asumsi

Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain penelitian yaitu The Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design dengan desain penelitian sebagai berikut. R1: Desain pelaksanaan penelitian pada kelas kontrol R2: Desain pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen P1: Pelaksanaan pre-test pada dua kelompok sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling yaitu mengambil beberapa kelas anggota populasi.

Untuk menentukan sampel penelitian yang baik dan homogen, peneliti mengambil data hasil belajar matematika bulan Februari dan data nilai karakter yang diamati pada setiap kelas, yang kemudian dilakukan uji homogenitas sampel. Pada pengundian tersebut dipilih kelas VA sebagai kelas pengujian instrumen, kelas VC sebagai kelas eksperimen, dan kelas VD sebagai kelas kontrol.

Tabel 3.1  Data  Siswa Kelas V SD N 05  Kota Bengkulu
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas V SD N 05 Kota Bengkulu

Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel

  • Definisi Operasional a. Pembelajaran Matematika

Pada pembelajaran kali ini pembelajaran matematika yang diajarkan adalah tentang penyelesaian masalah yang berkaitan dengan volume dan luas permukaan balok serta volume dan luas permukaan balok. Model pembelajaran RME merupakan model pembelajaran matematika yang benar-benar menghubungkan konteks kehidupan siswa sehari-hari dengan pengalaman belajar siswa. Dalam model pembelajaran RME, siswa dihadapkan pada permasalahan konseptual mencari rumus dan menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan volume dan luas permukaan kubus serta volume dan luas permukaan balok serta berkaitan dengan apa yang terjadi disekitar siswa.

Langkah-langkahnya adalah memberikan dan menjelaskan permasalahan yang berkaitan dengan materi, kemudian siswa memecahkan masalah konseptual dengan menggunakan media pembelajaran berbentuk kubus dan balok, kemudian mendiskusikan dan membandingkan hasilnya di depan kelas, kemudian guru membimbing siswa setelah menarik kesimpulan tentang materi tersebut. konsep pemecahan masalah yang telah dibangun bersama. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini merupakan hasil post-test yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran explanatory dan model pembelajaran RME. Dengan adanya indikator siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan volume dan luas kubus serta volume dan luas balok.

Nilai berkaitan dengan karakter siswa dalam pembelajaran matematika dan menggambarkan perilaku afektif siswa terhadap mata pelajaran matematika. Nilai-nilai karakter yang diamati dalam penelitian ini adalah karakter rasa ingin tahu, disiplin, jujur, kreatif, teliti dan kerja keras. Indikator-indikator tersebut dirumuskan dalam bentuk perilaku siswa di dalam kelas, yang dapat diamati oleh guru/pengamat dengan menggunakan lembar observasi.

Instrumen Penelitian

  • Lembar Tes
  • Lembar Observasi

Lembar tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif sampai tingkat analisis konsep (C4) dengan materi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan volume dan luas permukaan kubus serta volume dan luas permukaan suatu balok. Setelah menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda, peneliti memilih 10 soal saja untuk digunakan pada pretest dan posttest. Untuk menganalisis butir soal agar mendapatkan soal yang baik dan berkualitas, dilakukan beberapa pengujian yaitu dengan menguji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda.

Uji validitas instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi, validitas konstruk, dan validitas empiris. Arikunto Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa perhitungan uji validitas dari 20 soal yang telah diuji dapat disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan instrumen valid. Hasil perhitungan uji reliabilitas dari 20 soal valid yang telah diuji diperoleh data r11 sebesar 0,951.

Pada tingkat kesulitan instrumen, seluruh soal yang akan dijadikan instrumen penelitian diuji tingkat kesulitannya. Dengan menghitung tingkat kesukaran soal berdasarkan 20 soal yang telah dicoba, diperoleh data perhitungan yaitu 2 soal berada dalam rentang tersebut. Selain itu, 10 soal yang digunakan pada pretest dan posttest memenuhi kriteria untuk mencapai 2 indikator tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, dari 20 soal yang valid, peneliti hanya menjawab 10 soal yang dijadikan soal pre-test dan post-test.

Tabel 3.4 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penelitian Butir
Tabel 3.4 Tabel Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen Penelitian Butir

Teknik Pengumpulan Data

  • Tes Hasil Belajar a. Pretest
  • Observasi
  • Uji Prasyarat Hipotesis

Lembar observasi merupakan alat penilaian yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati (Sudjana, 2009: 84). Dalam penelitian ini digunakan lembar observasi terhadap nilai-nilai karakter matematika yang meliputi sifat rasa ingin tahu, disiplin, jujur, kreatif, teliti, dan kerja keras. Observasi dilakukan oleh pengamat sesuai dengan petunjuk dari deskriptor lembar observasi (Lampiran 18:136).

Pretest ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian merupakan sampel yang berdistribusi normal dan homogen, sehingga hasil penelitian yang diharapkan benar-benar mencerminkan dampak dari perlakuan yang diberikan. Sudijono menyatakan bahwa post-test atau tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah seluruh materi pembelajaran yang dianggap penting telah dikuasai dengan baik oleh siswa. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi nilai-nilai karakter matematika yang meliputi nilai-nilai rasa ingin tahu, disiplin, kejujuran, kreativitas, ketelitian dan kerja keras.

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas varians. Jika datanya normal dan homogen, maka data untuk penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t terhadap dua sampel independen, sehingga data harus memenuhi 2 (dua) syarat yaitu berdistribusi normal dan homogenitas. a) Uji normalitas. Untuk menentukan bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka digunakan rumus chi-kuadrat (Arikunto.) untuk menguji hipotesis.

Tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui derajat homogenitas siswa dan mengetahui homogen atau tidaknya data yang dibandingkan.

Gambar

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Pendidikan Karakter
Tabel 2.1 : Nilai, Deskripsi dan Indikator pada Mata Pelajaran Matematika  Untuk Sekolah Dasar
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Tabel 3.1  Data  Siswa Kelas V SD N 05  Kota Bengkulu
+3

Referensi

Dokumen terkait