• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1.1 Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1c0b22e38c BAB IVBAB 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "4.1.1 Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman - DOCRPIJM 1c0b22e38c BAB IVBAB 4"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

4

4.

.1

1

Re

R

en

nc

ca

an

na

a

P

P

ro

r

og

gr

ra

am

m

I

In

nv

ve

es

s

ta

t

as

s

i

i

In

I

nf

fr

ra

as

st

tr

ru

uk

kt

tu

ur

r

4.1.1

Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman

4

4

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

1

1

K

K

o

o

n

n

d

d

i

i

s

s

i

i

E

E

k

k

s

s

i

i

s

s

t

t

i

i

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

m

m

a

a

s

s

a

a

l

l

a

a

h

h

a

a

n

n

Tingkat kualitas bangunan rumah sepenuhnya belum dapat menunjukkan atau memastikan tingkat kenyamanan hunian rumah ataupun tingkat kelayakan suatu hunian. Penilaian yang Optimal terhadap Kelayakan dan Kenyamanan Hunian didasarkan atas berbagai faktor yang terdiri dari :

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Kualitas Struktur bangunan.

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Kualitas Material Bangunan.

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari Luasan dan kapasitas Ruang.

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari penghawaan dan pencahayaan.

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari luasan dan kondisi Persil bangunan

 Kelayakan dan kenyamanan yang ditinjau dari ketersediaan sanitasi lingkungan Hunia

KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Penataan Bangunan dan Lingkungan merupakan upaya pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan lingkungan binaan khususnya fisik bangunan dan lingkungannya. Undang-undang

(2)

nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman menggariskan bahwa peningkatan kualitas lingkungan permukiman dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan bertahap, mengacu kepada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan sebagai penjabaran dari Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Saat ini kondisi fisik lingkungan permukiman Kabupaten Gorontalo Utara sedang dalam proses penataan yang menacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Akan tetapi disini dapat dilihat memerlukan penanganan yang serius sehingga tujuan dari peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh akan segera teratasi setidaknya akan segera mempunyai arahan penanganan untguk membuktikan komitmen pemerintah tentang penanggulangan kemiskinan.

KONDISI KAWASAN PEMUKIMAN NELAYAN

Letak geografis Kabupaten Gorontalo Utara yang sebagian besar berada wilayah pesisir terdiri atas 6 kecamatan.Kondisi geografis yang di miliki oleh daerah sangat berpotensi untuk di kembangkan sebagaimana juga menjadi prioritas pembangunan Daerah .Untuk mendukung program tersebut salah factor yaitu adanya dukungan alokasi anggaran dari pemerintah pusat,pemerintah provinsi dan pemerintah Daerah.yang saling bersinergi terpadu serta berkelanjutan.yang nantinya berdampak kesejahteraan masyrakat.

Salah satu indicator peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah tersedianya prasarana sarana dasar yang tersedia pada kawasan pemukiman masyarakat.

(3)

Prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu mendapat penangananoleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat.

Kecamatan Kwandang Dari jumlah penduduk 35.163 jiwa, dilihat kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 650 KK yang terdiri dari : 470 untuk peningkatan kualitas perumahan(PKP) dan 180 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 3 ( tiga) titik kawasan Pekumiman nelayan dan Kondisi Prasarana, sarana dan Utilitas belum tersedia antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu mendapat intervensi program oleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat.

Kecamatan Sumalata Dari jumlah penduduk 15.825 jiwa, dilihat dari kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 570 KK yang terdiri dari : 400 unit untuk peningkatan kualitas perumhan(PKP) dan 170 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 8 (delapan) titik kawasan pemukiman nelayan. Kondisi prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK, masih perlu mendapat intervensi program oleh pemerintah baik Pemerintah Daerah,Propinsi bahkan Pemerintah Pusat.

Kecamatan Tolinggula Dari jumlah penduduk 15.459 jiwa, dilihat dari kondisi perumahan maka yang perlu mendapatkan rumah layak huni berdasarkan hasil survey dan pendataan berjumlah 500 KK yang terdiri dari : 350 untuk peningkatan kualitas perumhan(PKP) dan 150 untuk pembangunan baru (PB). Dilihat dari kondisi kawasan/lingkungan perumahan terdapat 2 (dua) titik kawasan Pekumiman nelayan. Kondisi prasarana, sarana dan Utilitas antara lain ; Jalan, jembatan, saluran air, penyediaan air bersih dan pembangunan MCK masih perlu perhatian pemerintah baik pemerintah daerah,propinsi bahkan pemerintah pusat.

PERMASALAHAN

(4)

1. Permasalahan yang terjadi di kawasan Pemukiman Nelayan dan Kawasan Agropolitan Berdasarkan kondisi didaerah yaitu :

 belum tersedianya Prasana sarana dasar dikawasan nelayan yaitu:jalan lingkungan,saluran lingkungan, MCK. Dan tambatan perahu

 Masih terbatasnya sarana dan prasarana jalan dan platduiker untuk pengembangan pemukiman kawasan Agropolitan di kabupaten gorontalo Utara.

 Masih minimnya pendapatan masyarakat khusunya kelompok petani sehingga menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi di daerah pedesaan.

 Masih minimnya pendapatan masyarakat khusunya kelompok nelayan dan petani sehingga menyebabkan tingkat kemiskinan masih tinggi di daerah pemukiman pedesaan.

2. Permasalahan yang terjadi untuk percepatan pengembangan Pusat Kawasan Minapolitan di kecamatan Anggrek yaitu:

 belum tersedianya Prasana sarana dasar dikawasan minapolitan yaitu:jalan,saluranlingkungan/drainase,MCK.,air bersih ,serta tambatan perahu yang tidak tersedia.

3. Permasalahan Pengembangan Pemukiman Kawasan Rumah Sehat Huni ( RSH) perumahan bagi PNS dan TNI

Berdasarkan kondisi Sarana dan Prasarana Dasar Pemukiman Rumah Sehat Huni (RSH) di atas permasalahan yang timbul yaitu:

 Perlunya adanya peningkatan jalan Akses masuk dikawasan pemukiman perumahan

 Kurangnya Prasana dan sarana dasara yaitu saluran lingkungan

 Belum tersedianya jalan penghubung dalam kawasan.

 Belum tersedianya sistim pengelolaan limbah rumah tangga.

 Belum tersusunnya dokumen strategi pengembangan kawasan Permukiman Prioritas (RKPP) dan dokumen Strategi Pengembangan Kota unsebagai dasar perencanaan pengembangan kawasan perumahan untuk memenuhi kebutuhan Perumahan Masyarakat.

4

4

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

2

2

A

A

n

n

a

a

l

l

i

i

s

s

i

i

s

s

K

K

e

e

b

b

u

u

t

t

u

u

h

h

a

a

n

n

(5)

pusat permukiman perkotaan yang melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat permukiman saling terkait dan berjenjang, serta saling sinergis dan saling menguatkan perkembangan kota dan desa.

Sistem pusat permukiman diarahkan pada upaya:

1. Pengembangan pusat-pusat permukiman dilakukan secara selaras, saling memperkuat dan serasi dalam ruang wilayah kabupaten, sehingga membentuk satu sistem yang menunjang pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah kabupaten. Pusat-pusat permukiman dibangun agar terwujudkan lingkungan permukiman yang harmonis dan serasi sehingga terbentuk tata lingkungan yang bermutu dan adil bagi seluruh anggota masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitarnya.

2. Pengembangan pusat-pusat permukiman diserasikan dengan sistem jaringan tranportasi, sistem jaringan prasarana dan sarana, dan memperhatikan peruntukan ruang kawasan budidaya wilayah sekitarnya, baik yang ada sekarang maupun yang direncanakan, sehingga pengembangannya dapat meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang yang ada.

3. Dalam pusat-pusat permukiman dikembangkan kawasan-kawasan untuk peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup secara harmonis, serta jaringan prasarana dan sarana pelayanan penduduk yang sesuai dengan kebutuhan dan menunjang fungsi pusat-pusat permukiman dalam wilayah nasional. Meningkatkan nilai estetika wilayah pemukiman sebagai kawasan yang tertata rapih,bersih dan layak sesuai parameter peningkatan kualitas lingkungan sehat berdasarkan RTRW dan peraturan lainnya yang mendukung.

(6)

a.Kawasan peruntukan permukiman perkotaan

Kawasan perkotaan adalah kawasan yang kegiatan utamanya adalah non agraris dan lebih menonjolkan pada kegiatan pemerintahan, pelayanan jasa sosial dan ekonomi. Untuk mengatur sistem kota-kota dalam suatu wilayah, dan pembentukan deliniasi kawasan perkotaan, diperlukan penataan terhadap kawasan perkotaan, yang ditujukan untuk: a. Mencapai tata ruang perkotaan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang dalam

pengembangan kehidupan manusia secara luas;

b. Meningkatkan fungsi kawasan perkotaan secara serasi dan seimbang antara perkembangan lingkungan dan nilai-nilai kehidupan masyarakat; dan

c. Mengatur pemanfaatan ruang guna meningkatkan kemakmuran rakyat dan mencegah serta menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan alam dan lingkungan sosial. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Gorontalo Utara, terdiri atas kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kecamatan Kwandang dan Anggrek. Pada kawasan perkotaan diarahkan pengembangannya untuk berbagai kegiatan perkotaan yang meliputi; permukiman perkotaan, sarana dan prasarana permukiman (fasilitas sosial dan umum), infrastruktur (jaringan jalan dan angkutan, air bersih, drainase, air limbah, persampahan, listrik dan telekomunikasi, kawasan fungsional kota (perdagangan/komersil, pemerintahan, jasa/perkantoran, industri, dan terminal). Pola permukiman perkotaan yang rawan terhadap bencana alam seperti banjir, gempa dan Tsunami harus menyediakan tempat evakuasi berupa lapangan terbuka atau bukit di tempat ketinggian ≥20 m di atas permukaan laut.

b.Kawasan peruntukan permukiman perdesaan

(7)

perdesaan di Kabupaten Gorontalo Utara, dikembangkan mengikuti pola pengembangan kawasan agropolitan dan/atau minapolitan serta kota terpadu mandiri.

Pengembangan kawasan permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan di Kabupaten Gorontalo Utara harus memperhatikan kawasan rawan bencana.

4

4

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

3

3

U

U

s

s

u

u

l

l

a

a

n

n

R

R

e

e

n

n

c

c

a

a

n

n

a

a

P

P

r

r

o

o

g

g

r

r

a

a

m

m

/

/

K

K

e

e

g

g

i

i

a

a

t

t

a

a

n

n

Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting dan analisis kebutuhan sektor pengembangan permukiman diperoleh prioritas usulan program sebagai berikut :

1 LAPORAN PEMBINAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1,1 STRATEGI PEMBANGUNAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR PERKOTAAN (SPPIP) 1,2 RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN (RPKPP)

2 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

2,1 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH

Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan Desa Dudepo Kab. Gorontalo utara

Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Pontolo Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa Monano

(8)

Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Deme 1 + Kec. Sumalata

Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh Perkotaan Desa Dudepo Kab. Gorontalo utara

Pekerjaan Peningkatan Jalan Lingkungan Desa kasia

Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Potanga + Kec. Biawu Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Luhuto + Kec. Biawu Pek. Saluran Lingkungan Desa Ponelo

Pek. Saluran Lingkungan Desa Tihengo Pek. Saluran Lingkungan Desa Moluo Pek. Saluran Lingkungan Desa Tudi

Pek. Saluran Lingkungan Desa Bulontio timur Pek. Saluran Lingkungan Desa Bualo Kec. Biawu Pek. Saluran Lingkungan Desa Motilango

Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Garapia + Kec. Anggrek Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tutuwotu+ Kec. Anggrek Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tolingo + Kec. Anggrek

Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Gudang Arang + Kec. Tomilito Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Mutiara Laut + Kec. Tomilito Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Ponelo + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Malambe + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan jalan setapak+MCK+saluran Lokasi Desa Tihengo + Kec. Ponelo Kepulauan Pekerjaan Jalan penghubung Kompleks TPA desa Molantadu

Pembangunan MCK Desa Biawu Pembangunan MCK Desa Anggrek Pembangunan MCK Desa Tomilito

Pembangunan MCK Desa Sumalata Timur Pembangunan MCK Desa Tolinggula Pantai

Pembangunan MCK Desa Katialada, Kec. Kwandang

Pemb. Jalan Lingkungan nelayan Desa Katialada, Kec. Kwandang Pembangunan MCK Tersebar

(9)

Penyediaan Infrastruktur Pengembangan kawasan agropolitan Desa Ilomata Kec. Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara

Pek. Jalan Lingkungan Lokasi Perumahan PNS Molingkapoto+ Kec. Kwandang (Villa Gorut Indah)

Pek. Jalan Lingkungan Lokasi Perumahan PNS Leboto+ Kec. Kwandang 3 RUSUNAWA BESERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA

3,1 Rusunawa Beserta Infrastruktur Pendukungnya

4 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN

4,1 INFRASTRUKTUR KAWASAN PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA (AGROPOLITAN, MINAPOLITAN, KTP2D)

Pembangunan Jalan Monano - Juriati Cs

Pembangunan Jalan Desa Hulawa Kec. Sumalata Timur

Pembangunan Jalan Lingkungan Menuju TPA Molantadu Peningkatan Jalan Usaha Tani Kawasan Gentuma Peningkatan Jalan Usaha Tani Kawasan Gentuma Raya Peningkatan saluran Lokasi Desa Dulukapa+ Kec. Kwandang Peningkatan saluran Lokasi Desa Deme II

Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Imana+ Kec. Atinggola

Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Tanjung Karang+ Kec. Kwandang Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Pontolo+ Kec. Kwandang

Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Pontolo - Botuhombato + Kec. Kwandang Pek. Peningkatan Jalan Usaha Tani Lokasi Desa Bintana+ Kec. Atinggola

(10)

4

4

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

4

4

K

K

e

e

l

l

e

e

m

m

b

b

a

a

g

g

a

a

a

a

n

n

Aspek kelembagaan pengembangan permukiman selama ini baru terbatas pada koordinasi antara pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara antara lain Dinas PU / Cipta Karya, BAPPEDA, BALIHRISTA, Dinas Sosial dan Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kab Gorontalo Utara.

4

4

.

.

1

1

.

.

1

1

.

.

5

5

P

P

e

e

m

m

b

b

i

i

a

a

y

y

a

a

a

a

n

n

A

A

P

P

B

B

D

D

(11)

KEGIATAN

TOTAL

BIAYA

SUMBER PENDANAAN 2013 - 2017 (x Rp. 1.000,-)

APBN

APBD PROV

APBD

KAB/KOTA

PDAM

DAK

RM

1 Pengembangan Kawasan Permukiman Rp

147.004.148

3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Rp

(12)

4.1.2

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN

LINGKUNGAN

4.1.2.1

K

K

o

o

n

n

d

d

i

i

s

s

i

i

E

E

k

k

s

s

i

i

s

s

t

t

i

i

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

m

m

a

a

s

s

a

a

l

l

a

a

h

h

a

a

n

n

Kabupaten Gorontalo Utara yang sekarang sedang berkembang mulai menghadapi perubahan wajah kota akibat pembangunan-pembangunan fisik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka makin meningkatnya pelayanan dan makin banyaknya kegiatan ekonomi.

Perubahan ini harus segera diantisipasi dengan cara mengendalikan pembangunan fisik tersebut lewat pengendalian bentuk / tampilan bangunan gedung, fungsi lokasi kawasan, dan sekaligus rencana penanganan pembangunannya agar bangunan yang satu dapat serasi dengan bangunan yang lain.

Pengendalian bangunan gedung terdiri dari beberapa aspek : 1. Aspek Hukum

- Setiap bangunan gedung yang berdiri harus memiliki ijin.

- Setiap bangunan gedung harus berdiri pada bidang tanah dengan status hak jelas

dan tidak bersengketa. 2. Aspek Perkotaan

- Setiap bangunan gedung yang berdiri harus sesuai dengan rencana kota yang

ditetapkan. 3. Aspek Teknis

- Setiap bangunan gedung yang berdiri harus memenuhi persyaratan teknis

(13)

menggunakan batu bata dengan atap seng. Penggunaan material lain seperti batako untuk dinding dan genteng untuk atap jarang ditemukan.

RTRW Kabupaten Gorontalo Utara telah telah disesuaikan dengan kondisi perkembangan wilayah serta peraturan perundang-undangan yang terbaru seperti Undang-undang nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Selanjutnya dari RTRW ini akan menjadi acuan/ pedoman dalam penyusunan rencana tata ruang yang lebih detail dan lebih rinci.

Kondisi Penataan Bangunan Gedung dan Lingkungan

Kondisi penataan bangunan gedung dan lingkungan di Kabupaten Gorontalo Utara selama ini telah dilaksanakan melalui proses perizinan, seperti IMB, izin reklame dll.

1. Dari segi keselamatan baik dari bahaya kebakaran maupun gempa bumi gedung-gedung maupun rumah yang dibangun telah memenuhi standar yang ditetapkan kecuali pada beberapa bangunan bertingkat yang belum memasang alat pemadam api ringan (APAR) pada tiap lantai. Struktur bangunan telah dibangun dengan memperhitungkan beban maksimum agar apabila terjadi keruntuhan struktur penghuni masih dimungkinkan untuk menyelamatkan diri. Seluruh bangunan pemerintah dibangun menggunakan konstruksi beton. Sedangkan kedalaman pondasi dibuat dengan memperhitungkan keadaan alam daerah-daerah permukiman di Kabupaten Gorontalo Utara yang hampir seluruhnya berada di tepi pantai. Pada bangunan-bangunan pemerintah yang dibangun beberapa tahun terakhir ini persyaratan kemampuan bangunan terhadap bahaya petir telah dipenuhi. Akan tetapi bagi sebagian besar rumah milik masyarakat belum memenuhi syarat tersebut. Seluruh gedung dan rumah di Kabupaten Gorontalo Utara telah dialiri listrik. Sedangkan sistim penghawaan buatan hanya digunakan pada gedung-gedung milik pemerintah. Pelayanan air bersih untuk gedung-gedung sebagian dilayani oleh PDAM Kabupaten Gorontalo Utara sedangkan sebagian lainnya (umumnya rumah rakyat) masih menggunakan sumur gali.

2. Masih minimnya dilakukan diseminasi peraturan Perundang-Undangan UUBG, dan PPBG.

3. Belum tersedianya pusat informasi bangunan (PIB) gedung dan arsiktektur. 4. Percontohan pendataan bangunan gedung masih menggunakan sistim manual.

(14)

4

4

.

.

1

1

.

.

2

2

.

.

2

2

A

A

n

n

a

a

l

l

i

i

s

s

i

i

s

s

K

K

e

e

b

b

u

u

t

t

u

u

h

h

a

a

n

n

Analisis yang dilakukan mengacu terhadap berbagai isu permasalahan yang terjadi. Tahap ini bisa disebut juga sebagai kondisi eksisting sistem perwilayahan dan identifikasi permasalahan di wilayah perencanaan. Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk Kabupaten Gorontalo Utara sangat dibutuhkan mengingat apakah pada saat ini peran dan fungsi Kabupaten Gorontalo Utara yang diemban masih relevan dengan kondisi dan perkembangan yang akan terjadi sehingga :

 Terselenggaranya penataan bangunan gedung yang tertib, fungsional, andal dan efisien diperlukan kebijakan untuk meningkatkan pembinaan penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara dengan mengadakan : diseminasi peraturan perundang-undangan penataan bangunan dan lingkungan, peningkatan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung, pelatihan teknis tenaga pendata bangunan gedung dan keselamatan gedung, pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara, pembinaan teknis pembangunan gedung negara, penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA) Bangunan Gedung, percontohan pendataan bangunan gedung, percontohan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan, rehabilitasi bangunan gedung negara.

 Terselenggaranya penataan lingkungan permukiman agar produktif dan berjati diri perlu adanya kebijakan untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk memenuhi persyaratan Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman, meningkatkan kapasitas penyelenggara dalam penataan lingkungan dan permukiman, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mendukung pengembangan jatidiri dan produktivitas masyarakat, mengembangkan kemitraan antara pemerintah, swasta dan lembaga nasional maupun internasional lainnya di bidang Bangunan Gedung dan Penataan Lingkungan Permukiman.

 Terselenggaranya penataan dan revitalisasi kawasan dan bangunan agar dapat memberikan nilai tambah fisik, sosial dan ekonomi dengan kebijakan mengembangkan kawasan yang memiliki peran dan potensi strategis bagi pertumbuhan kota yang programnya adalah : kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan.

(15)

Mewujudkan arsitektur perkotaan yang memperhatikan/ mempertimbangkan khasanah arsitektur lokal dan nilai tradisional.

 Berkembangnya teknologi dan rekayasa arsitektur bangunan gedung untuk menunjang pembangunan regional/internasional yang berkelanjutan diperlukan kebijakan : mendorong upaya penelitian dan pengembangan teknologi rekayasa arsitektur Bangunan Gedung melalui kerjasama dengan pihak-pihak yang kompeten.

4

4

.

.

1

1

.

.

2

2

.

.

3

3

U

U

s

s

u

u

l

l

a

a

n

n

K

K

e

e

g

g

i

i

a

a

t

t

a

a

n

n

Berdasarkan analisis kondisi eksisting dan analisis kebutuhan diperoleh usulan prioritas 2013-2017 sebagai berikut.

2,1 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

Penyusunan RTBL Kec. Anggrek Penyusunan RTBL Kec. Atinggola Penyusunan RTBL Kec. Sumalata

3 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Penataan Bangunan Dan Lingkungan, Pengelolaan Gedung Dan Rumah Negara

4 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA 4,1 Aksesibilitas Bangunan Gedung dan Lingkungan

Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Medical Center Moluo Kab Gorontalo Utara

Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Umum Kwandang Kab Gorontalo Utara

Pengembangan PS Aksesibilitas pada Bangunan Gedung Kantor Bupati Kab Gorontalo Utara

4,2 PIP2B

5 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

5,1 SARANA DAN PRASARANA PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Pengembangan Sarana Dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara

5,2 SARANA DAN PRASARANA REVITALISASI KAWASAN Sarana dan prasarana Kec. Kwandang

Peningkatan PSD Kawasan Benteng Orange Kab. Gorontalo Utara

(16)

Rencana tindak Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pulau Saronde Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Pasar Pontolo

Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Perkotaan Peningkatan PSD kws Benteng Orange

Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : pantai Minanga Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Dunu Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pantai Monano Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pulau Saronde Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pasar Pontolo Dukungan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Kawasan Perkotaan Peningkatan PSD Penataaan dan Revitalisasi Kawasan Revit : Pasar Pontolo 5,3 SARANA DAN PRASARANA PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH)

Peningkatan kualitas RTH pada lingkungan permukiman Kab Gorontalo Utara Desa Molingkapoto

Peningkatan kualitas RTH pada lingkungan permukiman Kab Gorontalo Utara Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Moluo Kwandang

Dukungan PSD Penataan dan Revitalisasi Kawasan Moluo Kwandang

5,4 Pengembangan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara

Pengembangan Sarana dan Prasarana Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya Kebakaran Kab. Gorontalo Utara

5,5 SARANA DAN PRASARANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL DAN BERSEJARAH

Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional dan Bersejarah KAT Sumalata

(17)

4

4

.

.

1

1

.

.

2

2

.

.

4

4

K

K

e

e

l

l

e

e

m

m

b

b

a

a

g

g

a

a

a

a

n

n

Aspek kelembagaan pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah koordinasi antara pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo Utara antara lain Dinas PU / Cipta Karya, BAPPEDA, BALIHRISTI, Dinas Sosial dan Bagian Pembangunan Sekretariat Daerah Kab Gorontalo Utara. Selain itu pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara terus melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi Gorontalo.

4

4

.

.

1

1

.

.

2

2

.

.

5

5

P

P

e

e

m

m

b

b

i

i

a

a

y

y

a

a

a

a

n

n

A

A

P

P

B

B

D

D

(18)

KEGIATAN

TOTAL

BIAYA

SUMBER PENDANAAN 2013 - 2017 (x Rp. 1.000,-)

APBN

APBD PROV

APBD

KAB/KOTA

PDAM

DAK

RM

1 Pengembangan Kawasan Permukiman Rp

147.004.148

3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Rp

(19)

4.1.3

RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

PERMUKIMAN

4

4

.

.

1

1

.

.

3

3

.

.

1

1

K

K

o

o

n

n

d

d

i

i

s

s

i

i

E

E

k

k

s

s

i

i

s

s

t

t

i

i

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

m

m

a

a

s

s

a

a

l

l

a

a

h

h

a

a

n

n

A. Sub Bidang Air Limbah

Salah satu masalah yang timbul akibat meningkatnya kegiatan manusia adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Bahan pencemar (polutan) yang dihasilkan oleh penduduk masuk ke dalam lingkungan melalui cairan limbah yang dilepaskan selama aktivitas berlangsung seperti mandi, mencuci, memasak dan sebagainya. Berdasarkan pedoman perencanaan sumber daya air wilayah sungai, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Direktorat Jenderal Sumber daya Air (2001), produksi cairan limbah (aliran balik) adalah 80-95 % dari jumlah air yang digunakan sesuai kebutuhan air yaitu kebutuhan air untuk kebutuhan semua sektor. Substansi yang paling penting yang masuk ke lingkungan dari sumber-sumber limbah rumah tangga adalah BOD, nitrogen dan fosfor, bakteri patogen (fecal coli). Sumber limbah rumah tangga dapat berperan sebagai sumber utama untuk polutan mikro organik. Rumah Sakit juga sebagai sumber bahan cemaran yang berasal dari kegiatan rumah sakit berupa cemaran organic, anorganik dan radioaktif. apabila Rumah sakit tidak dilengkapi dengan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Hal ini akan berpeluang mencemari kualitas air tanah dan air permukaan.

Sistem penanganan air limbah yang diterapkan di daerah perencanaan masih tradisional yaitu dengan mengalirkan air limbah domestik ke selokan yang ada atau dengan mengalirkannya ke saluran peresapan setempat. Dan sebagian besar juga di wilayah perencanaan belum memiliki drainase. Sistem yang ada sekarang ini perlu diperbaiki secara bertahap dengan meningkatkan fasilitas pengelolaan air limbah terutama di Ibu Kota Kabupaten Gorontalo Utara yaitu Kwandang, yang memiliki jumlah penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Kecamatan lainnya.

(20)

sistem setempat (on-site) secara individual dan bertahap pada lima tahun kedepan dikembangkan sistem penanganan secara komunal kemudian pengelolaan ditingkatkan menjadi sistem terpusat (off-site). Pada daerah-daerah yang padat penduduk perlu dikembangkan sistem setempat yang dilengkapi dengan septictank dan bangunan resapan sehingga pencemaran terhadap air permukaan, air tanah dan tanah itu sendiri dapat dihindari.

Utilitas air limbah menurut analisa perkiraan limbah Dept PU, Dirjen Cipta Karya terdiri dari: 1. Perhitungan timbulan air limbah

Jumlah air limbah domestik (Q a.1 dom) = (70%-80%) x air bersih domestik dan jumlah air limbah non domestik (Q a.1 nondom) = (70%-80%) x air bersih non domestik.

2. Transportasi Lumpur Tinja

a. Jumlah penduduk yang menggunakan septic tank b. Jumlah timbulan lumpur tinja = 40-50 lt/orang/tahun c. Kapasitas truk tinja yang digunakan = 2 m3, 4 m2, 6 m2 d. Waktu operasi : 8 jam perhari dan 4 jam perhari e. Jarak jangkauan = 15 km

3. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah a. Penentuan daerah pelayanan

 Tingkat kepadatan rendah : < 50 jiwa/ha

 Tingkat kepadatan sedang : 50-300 jiwa/ha

 Tingkat kepadatan tinggi : > 300 jiwa/ha b. Penentuan sarana yang dibutuhkan

Di daerah kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih kecil dari daya dukung lahan maka digunakan Onsite sistem, misal MCK untuk penghasilan rendah dan septic tank + sumur resapan untuk tempat umum serta instalasi pengolahan lumpur tinja. c. Di daerah atau kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih besar dari daya

(21)

Tabel 4. 1 Standar Pelayanan Air Limbah

No Kategori Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa)

Target Pelayanan (%)

Onsite

sistem

Offsite sistem

Sewer Interseptor Total

1. Kota besar dan Metro > 1 Juta 50 10 15 25

2. Kota sedang 100.000 – 1 juta 60 5 10 15

3. Kota kecil 25.000 – 100.000 70 - - -

4. Desa < 25.000 80 - - -

Sumber : Pedoman Perencanaan Air Bersih, Dept.PU, Dirjen. Cipta Karya

Di Kabupaten Gorontalo Utara penduduk telah mempunyai sarana pembuangan air limbah sistem setempat (on site system) dengan rincian sebagai berikut yaitu sebanyak 20% memakai septic tank, sebanyak 35 % menggunakan cubluk siram, sebanyak 25% memakai MCK dan sebanyak 20 % dengan sistem pembuangan langsung, biasanya penduduk yang tidak di pinggir sungai.

B.

Sub Bidang Persampahan

Daerah perencanaan sebagian besar merupakan daerah perkebunan dan pertanian, sehingga banyak menghasilkan sampah organik. Oleh karena itu selain mengembangkan manajemen secara terpusat, juga perlu pengembangan pembuatan kompos secara berkelompok. Pupuk kompos yang dihasilkan dapat menambah unsur hara tanaman pangan dan perkebunan.

(22)

Tingkat Pelayanan

Volume sampah yang dihasilkan di Kabupaten Gorontalo Utara berasal dari kegiatan rumah tangga (domestik) dan berasal dari kegiatan fasilitas sosial, perkantoran, pasar, pertokoan dan kegiatan lainnya (non domestik)

Untuk menghitung jumlah gerobak dan TPS yang dibutuhkan yaitu dengan asumsi : 1. Kapasitas 1 unit bak sampah lingkungan 2 m3

2. Kapasitas 1 gerobak sampah 1 m3

3. Luas dan kapasitas 1 bak TPS @ 4 m2 dan 4 m3 4. Kapasitas 1 truk sampah = 16 m3/Hari

Untuk Tempat Pembuangan Akhir sampah saat ini sudah berfungsi TPA skala kecil untuk melayani Kabupaten Gorontalo Utara.

a. Kondisi Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan Yang Ada (Aspek

Teknis)

1. Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Gorontalo Utara selama ini belum optimal akibat kurangnya sarana persampahan

2. Masih sering ditemikan adanya sampah yang berserakan akibat kurangnya tempat pembuangan sampah.

C. Sub Bidang Drainase

Permasalahan drainase di Kabupaten Gorontalo Utara lebih banyak menyangkut masalah genangan yang disebabkan oleh luapan banjir sungai-sungai yang melewati Kabupaten Gorontalo Utara. Namun bagaimanapun sistem jaringan drainase kota berpengaruh pada masalah banjir maupun genangan.

Selain masalah sistem jaringan drainase yang belum direncanakan secara sistematis dan menyeluruh, beberapa masalah lainnya adalah :

 Banyak saluran yang tersumbat oleh endapan lumpur dan tanah, sampah dan rumput-rumputan. Akibatnya kecepatan alian dan debit aliran disaluran menjadi sangat kecil dan saluran tidak mampu menampung debit air dari llokasi sekitar dan dari bagian hulu.

(23)

 Beberapa gorong-gorong dan saluran terbuka tidak beraturan kemiringan dasarnya dimana ada yang kemiringan dasarnya berlawanan dengan arah aliran/arah buangan air dan ada juga yang sudah rusak/tidak berfungsi.

 Ada saluran yang dibagian hilirnya ternyata mengecil, padahal harus menampung debit debit air yang cukup besar dari saluran-saluran dibagian hilirnya sehingga terjadi luapan air ke badan jalan dan area permukiman.

 Sebagian saluran yang bermuara dibagian hilir sungai tidak dapat mengalirkan air karena pengaruh air balik akibat kenaikan muka air di sungai

Sistem drainase Kabupaten Gorontalo Utara saat ini belum merupakan suatu sistem yang terencana secara sistematis dan menyeluruh, tetapi saluran-saluran yang dibuat adalah untuk mengatasi masalah drainase/genangan air yang bersifat lokal sehingga tidak seluruh permasalahan dapat diatasi.

Permasalahan drainase di Kabupaten Gorontalo Utara lebih banyak menyangkut masalah genangan yang disebabkan oleh luapan banjir sungai-sungai yang melewati Kabupaten Gorontalo Utara. Namun bagaimanapun sistem jaringan drainase kota berpengaruh pada masalah banjir maupun genangan. Sebagaimana disajikan pada Gambar

(24)

Gambar 4. 2 Kondisi Existing Saat Banjir Di Kecamatan Tolinggula

(25)

Selain masalah sistem jaringan drainase yang belum direncanakan secara sistematis dan menyeluruh, beberapa masalah lainnya adalah :

 Banyak saluran yang tersumbat oleh endapan lumpur dan tanah, sampah dan rumput-rumputan. Akibatnya kecepatan alian dan debit aliran disaluran menjadi sangat kecil dan saluran tidak mampu menampung debit air dari llokasi sekitar dan dari bagian hulu.

 Sebagian saluran termasuk pada daerah pertokoan berukuran kecil dan tidak memenuhi syarat sebagai saluran drainase kota.

 Beberapa gorong-gorong dan saluran terbuka tidak beraturan kemiringan dasarnya dimana ada yang kemiringan dasarnya berlawanan dengan arah aliran/arah buangan air dan ada juga yang sudah rusak/tidak berfungsi.

 Ada saluran yang di bagian hilirnya ternyata mengecil, padahal harus menampung debit debit air yang cukup besar dari saluran-saluran dibagian hilirnya sehingga terjadi luapan air ke badan jalan dan area permukiman.

 Sebagian saluran yang bermuara di bagian hilir sungai tidak dapat mengalirkan air karena pengaruh air balik akibat kenaikan muka air di sungai.

4

4

.

.

1

1

.

.

3

3

.

.

2

2

A

A

n

n

a

a

l

l

i

i

s

s

i

i

s

s

K

K

e

e

b

b

u

u

t

t

u

u

h

h

a

a

n

n

A. Sub Bidang Air Limbah

Utilitas air limbah menurut analisa perkiraan limbah Dept PU, Dirjen Cipta Karya terdiri dari: 1. Perhitungan timbulan air limbah

Jumlah air limbah domestik (Q a.1 dom) = (70%-80%) x air bersih domestik dan jumlah air limbah non domestik (Q a.1 nondom) = (70%-80%) x air bersih non domestik.

2. Transportasi Lumpur Tinja

a. Jumlah penduduk yang menggunakan septic tank b. Jumlah timbulan lumpur tinja = 40-50 lt/orang/tahun c. Kapasitas truk tinja yang digunakan = 2 m3, 4 m2, 6 m2 d. Waktu operasi : 8 jam perhari dan 4 jam perhari e. Jarak jangkauan = 15 km

3. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana pengelolaan air limbah a. Penentuan daerah pelayanan

(26)

 Tingkat kepadatan sedang : 50-300 jiwa/ha

 Tingkat kepadatan tinggi : > 300 jiwa/ha b. Penentuan sarana yang dibutuhkan

Di daerah kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih kecil dari daya dukung lahan maka digunakan Onsite sistem, misal MCK untuk penghasilan rendah dan septic tank + sumur resapan untuk tempat umum serta instalasi pengolahan lumpur tinja. c. Di daerah atau kawasan yang menghasilkan beban pencemaran lebih besar dari daya

dukung lahan maka digunakan offsite sistem dan instalasi air limbah (IPAL). Lebih jelasnya mengenai standar pelayanan air limbah dapat dilihat pada Tabel 6.1

Tabel 4. 2 Standar Pelayanan Air Limbah

No Kategori Wilayah

Sumber : Pedoman Perencanaan Air Bersih, Dept.PU, Dirjen. Cipta Karya

B. Sub Bidang Persampahan

Pola pembuangan sampah yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara dilaksanakan dengan sistem

individual dan komunal yang sudah dilayani oleh sistem pengelolaan sampah umum, mulai dari

pengumpulan, hingga pembuangan akhir, yang dikelola oleh Badan Lingkungan Hidup. Secara

umum, sampah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

 Sampah organik, yaitu jenis sampah yang dapat diproses oleh alam (dapat didaur ulang

secara alami), misalnya makanan, daun-daunan dan lainnya

 Sampah non-organik, yaitu jenis sampah yang tidak bisa didaur-ulang secara alami,

misalnya sampah plastik, besi, logam, porselin, dan lainnya.

Sedangkan untuk sumber sampah dapat berasal dari:

(27)

 Sampah non rumah tangga (non domestik) yang terbagi atas:

- sampah pasar dan pertokoan

- sampah jalan,

- sampah fasilitas umum/sosial (pendidikan, keseHatan, perkantoran, dsb)

- sampah kawasan industri (pabrik, kerajinan, dsb)

 Sumber sampah lainnya.

Perhitungan volume timbulan sampah didasarkan pada beberapa faktor, yaitu besarnya

peningkatan tingkat pelayanan tiap tahun dan peningkatan jumlah penduduk. Dominasi

komposisi sumber sampah untuk wilayah Kabupaten Gorontalo Utara diperkirakan tidak akan

berubah terutama dalam waktu dekat, karena pola hidup masyarakat dalam mengurangi

penggunaan barang yang mengHasilkan belum dapat dirubah dalam jangka pendek. Jadi

dengan bertambahnya jumlah penduduk akan terjadi penambaHan volume sampah. Jumlah

timbulan sampah total (domestik + non domestik) per orang/Hari diasumsikan sebesar 1,5 liter.

Selanjutnya untuk mengetahui jumlah timbulan sampah perHarinya, maka dari jumlah timbulan

sampah per liter/orang/Hari dikalikan dengan jumlah penduduk. Untuk mengetahui berat

timbulan sampah maka volume sampah (m3/Hari) dikalikan dengan nilai densitas sampah

(kg/m3).

Daerah pelayanan

Daerah pelayanan meliputi seluruh desa di Kabupaten Gorontalo Utara. Dengan sistem

manajemen pengelolaan sampah, terutama untuk pengangkutan dari TPS menuju TPA yang

dilakukan secara terintegrasi oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara.

Pada kawasan-kawasan perkotaan akan disediakan tempat pengelolaan sampah terpadu

(TPST) meliputi Kecamatan Tomilito,Kwandang,Anggrek.

Kebutuhan Peralatan PersampaHan

Berdasarkan prediksi jumlah timbulan sampah Kabupaten Gorontalo Utara, maka dapat

ditentukan jumlah kebutuhan peralatan persampahan yang Harus dimiliki oleh badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Gorontalo Utara.

AraHan Pengembangan

Berdasarkan Hasil prediksi dan permasalahan yang ada, maka araHan pengembangan

(28)

- Umur TPA yang terdapat di kecamatan Tomilito diperkirakan sampai Tahun 2031.

- Pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep reduce-reuse-recycle di sekitar

wilayah sumber sampah.

- Pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis.

- ReHabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampaHan, bergerak dan tidak

bergerak.

- Mengembangkan kemitraan dengan swasta dan kerjasama dengan kabupaten sekitarnya

yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan penyediaan TPA.

Tempat Pemrosesn Akhir Sampah (TPA)

Tempat pemrosesan akhir (TPA) di Kabupaten Gorontalo Utara yaitu Desa Molantadu,

Kecamatan Tomilito Adapun koponen-komponen ruang TPA, adalah sebagai berikut;

 Zona Penyangga

o Zona penyangga sesuai dengan Pedoman Pengoperasian dan PemeliHaraan Tempat

Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem Sanitary Landfill dan Controlled Landfill dengan

jarak 0-500 meter. Pemanfaatan lahannya ditentukan sebagai berikut :

- 0-100 meter : diHaruskan berupa sabuk hijau.

- 101-500 meter : pertanian non pangan dan hutan.

o Ketentuan pemanfaatan ruang :

- Sabuk hijau dengan tanaman keras yang boleh dipadukan dengan tanaman perdu

terutama tanaman yang dapat menyerap racun dengan ketentuan sebagai berikut : 1)

jenis tanaman adalah tanaman tinggi dikombinasi dengan tanaman perdu yang mudah

tumbuh dan rimbun terutanama tanaman yang dapat menyerap bau, 2) beberapa

pohon adalah minimum 5 meter.

- Pemprosesan sampah utama.

- Instalasi pengolahan sampah menjadi energi, atau instalasi pembakaran bersama unit

pengelolaan limbahnya.

- Kegiatan budidaya perumaHan tidak diperbolehkan pada zona penyangga.

o Kriteria teknis :

(29)

- Ketersediaan fasilitas parkir dan bongkar muat sampah terpilah yang akan di daur

ulang di lokasi lain.

o Pengelolaan :

- Jalan masuk ke TPA : 1) dapat dilalui truk sampah dua arah dengan lebar badan jalan

minimum 7 meter, 2) jalan kelas I dengan kemampuan memikul beban 10 ton dengan

kecepatan 30 km/jam.

- Drainase permanen terpadu dengan jalan dan bila diperlukan didukung oleh drainase

lokal tak permanen.

- Sabuk hijau yang dimaksudkan untuk zona penyangga adalah ruang dengan kumplan

pohon dan bukan sekedar deretan pohon yang bila dimungkinkan mempunyai nilai

ekonomi.

- Tanaman yang direkomendasikan adalah yang sesuai dengan kondisi alam setempat,

termasuk iklim, rona fisik dan kondisi lapisan tanah.

 Zona Budi Daya Terbatas

o Zona budi daya terbatas untuk TPA baru dengan sistem pengurugan berlapis bersih

tidak diperlukan.

o Zona budi daya terbatas untuk sistem pengurugan berlapis terkendali ditentukan sejauh

0-300 meter dari batas terluar zona inti. Pemanfaatan ruang adalah sebagai berikut :

- Rekreasi dan RTH.

- Industri terkait pengolahan sampah, pengolahan kompos, pendaurulangan sampah dan

lain-lain.

- Pertanian non pangan.

- Permukiman di arah hulu TPA bersangkutan diperbolehkan dengan persyaratan

tertentu untuk menghindari dampak pencemaran lindi pada daerah hilir TPA.

Persyaratan tersebut termasuk sistem drainase yang baik, fasilitas pemilahan,

pengemasan dan penyimpanan sementara.

o Kriteria Teknis

- Tersedia akses dan jaringan jalan yang baik.

- Tersedia jaringan drainase yang memadai.

- Tersedia sistem pembuangan limbah cair yang baik untuk fasilitas-fasilitas pengolahan

(30)

- Tersedia pasokan air dan tidak menggunakan air tanah setempat dalam proses

produksi dan kegiatan penunjang lain di dalam kawasan.

- Tersedia parkir dan bongkar muatan sampah dan muat sampah terpilah yang akan di

daur ulang di lokasi lain.

- Lebar jalan dan ruang terbuka memungkinkan manuver kendaraan pengangkut sampah

dua arah, baik yang sedang bergerak maupun yang sedang bongkar muatan.

- Penggunaan lahan pada zona budidaya terbatas selain kepada ketentuan di atas

ditentukan dengan melakukan kajian lingkungan sesuai dengan yag tersebut dalam

ketentuan umum.

Pengelolaan PersampaHan

Sistem pengelolaan persampaHan di wilayah perencanan sebagai berikut

 Pengangkutan Sampah

AraHan pola pelayanan pengelolaan sampah yang akan dikembangkan di Kabupaten

Gorontalo Utara adalah:

- Upaya reduksi dan pengolahan sampah dilaksanakan secara terpadu sejak di TPS - TPA

sampah.

- Sampah rumah tangga dan Hasil penyapuan jalan akan diolah di TPA yang ada, dengan

target tingkat pelayanan dan merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten

Gorontalo Utara.

 PewadaHan dan Pengelolaan di Sumber Timbulan Sampah

PewadaHan timbulan sampah bertujuan untuk memudahkan pengumpulan sampah, dengan

batasan-batasan sebagai berikut :

- Volume wadah individual 60 liter dimana dapat menampung sampah rumah tangga

selama 2 (dua) Hari dengan asumsi satu KK rata-rata terdiri atas 5 orang.

- Untuk domestik, wadah dapat berupa tong sampah yang terbuat dari baHan yang tidak

korosif, konstruksi murah, mudah dirawat dan wadah tertutup. Wadah diletakkan di

depan rumah untuk memudahkan pengumpulan sampah.

- Wadah untuk kawasan komersial dan fasilitas umum menggunakan bin container.

- Wadah komunal ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau namun tidak terlalu dekat

dengan rumah

(31)

Pengelolaan diserahkan kepada RT setempat yang bertanggungjawab terHadap

pengumpulan sampah dari sumber ke depo/TPS. Kecuali sumber yang mengHasilkan

sampah 2,5 m3 atau lebih per Hari diwajibkan untuk mengumpulkan dan mengangkut

sampah sendiri langsung ke lokasi pembuangan akhir (TPA).

 Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah.

TPS yang direncanakan berupa landasan container dan Transfer Depo. Landasan kontainer

digunakan untuk lokasi-lokasi dengan akumulasi timbulan sampah yang besar namun

memungkinkan dibangunnya transfer depo. Transfer depo ini diletakkan di perkantoran,

pertokoan, permukiman tidak teratur dan sebagainya. Pada landasan ini diletakkan Hauled

containt untuk menampung timbulan sampah kemudian langsung diangkut dengan arm roll

truck.

 Pengangkutan Sampah

- Pengelolaan kegiatan pengangkutan sampah adalah merupakan tanggung jawab

Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara yang bertugas mengelola sistem pengangkutan

dari Depo/TPS sampai TPA.

- Pengangkutan dengan arm roll truck untuk mengangkut Hauled container .

- Sampah Harus tertutup selama pengangkutan sehingga tidak tercecer di jalan.

- Pengangkutan sebaiknya dilakukan pagi Hari atau malam Hari disaat aktivitas

perkantoran, pendidikan dll tidak dilakukan.

 Tempat Pembuangan Akhir

TPA yang dioperasikan adalah TPA Molantadu memiliki kapasitas seluas …..Ha yang terletak

di desa Molantadu kecamatan Tomilito.

Rencana sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Gorontalo Utara dapat diliHat pada

bagan berikut :

 Kegiatan Pengomposan

Adapun tujuan dari kegiatan komposting tersebut adalah :

 Mengolah sampah organik menjadi produk yang bermanfaat.

 Mendesiminasikan pengolahan kompos dan pemanfaatannya sebegai bentuk

(32)

Kegiatan Pengomposan dilaksanakan di areal Komposting dalam kompleks TPA. TaHapan yang

bisa dilalui dalam Proses pengolahan sampah organik menjadi kompos . AraHan kegiatan ini

juga dapat dilakukan oleh masyarakat di sekitar lingkungan perumaHan, sehingga dapat

mereduksi volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pengumpulan akhir (TPA)

melalui berbagai kegiatan pemanfaatan dan pengolahan sampah dengan melaksanakan

komposting tersebut.

Selain sistem pengelolaan seperti disebutkan di atas, yang perlu dilakukan adalah peningkatan

peran serta masyarakat dan peran swasta untuk bekerjasama mensukseskan sistem

pengelolaan persampaHan yang akan diterapkan dengan melakukan sosialisasi.

C. Sub Bidang Drainase

Tujuan dari rencana sistem pengembangan saluran drainase di Kabupaten Gorontalo Utara adalah mengalirkan air permukaan ke badan air penerima atau bendungan resapan buatan, dalam mencapai ruang hidup yang sehat dan produktif. Sistem drainase di Kabupaten Gorontalo Utara masih menggunakan sistem drainase gabungan, adalah sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama baik untuk air permukaan maupun air limbah yang diolah.

Penanganan pada sistem drainase di Kabupaten Gorontalo Utara adalah :

a. Saluran primer, melalui program kali bersih, normalisasi dan perawatan lainnya b. Saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi yang mengikuti sistem

jaringan jalan di 11 Kecamatan

Pembangunan sistem drainase harus dilakukan secara terpadu dengan pembangunan prasarana kota yang lain, yang mendukung rencana pengembangan wilayah sehingga sistem drainase ini dapat berfungsi secara optimal.

Sistem jaringan drainase di Kabupaten Gorontalo Utara terdiri atas:

a. Drainase sekunder tersebar di Kecamatan Kwandang, Tomilito, Ponelo Kepulauan, Gentuma Raya, Atinggola, Anggrek, Monano, Sumalata Timur, Sumalata, Biau dan Tolinggula.

(33)

Perbaikan/pembangunan drainase diprioritaskan pada kawasan genangan air hujan. Sungai, kanal saluran irigasi, waduk dan bendungan sebagai badan air terbuka selain sebagai penerima air hujan juga berfungsi penerima buangan air drainase, maka diperlukan pematangan pada bibir sungai untuk menjaga kapasitas tampung air.

Tabel 4. 3 Persyaratan umum jaringan drainase :

Sarana Prasarana

Badan Penerima Air Sumber air di permukaan tanah (laut, sungai, danau)

Sumber air di bawah permukaan tanah Bangunan Pelengkap Gorong-gorong

Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan

Street Inlet Pompa Pintu air

Sumber : SNI 02-2406-1991

Standar / Juknis Drainase :

(34)

Gambar 4. 4 Standar Drainase

4

4

.

.

1

1

.

.

3

3

.

.

3

3

U

U

s

s

u

u

l

l

a

a

n

n

P

P

r

r

o

o

g

g

r

r

a

a

m

m

K

K

e

e

g

g

i

i

a

a

t

t

a

a

n

n

Berdasarlan analisis kondisi eksisting dan analisis kebutuhan didapatkan usulan program prioritas 2013-2017 sebagai berikut.

1,1 FASILITASI PENGUATAN KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP

Bantek Pemb. PS. AL Penunjang RSH Kawasan Griya Amanah Permai

1,2 FASILITASI PENGUATAN KAPASITAS MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP

2 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH

2,1 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN SISTEM TERPUSAT SKALA KOTA Pembangunan IPAL Kumunal dikawasan perumahan pejabat

2,2 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN SISTEM SETEMPAT DAN SISTEM KOMUNAL Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Tolinggula

Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Biawu Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Sumalata Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Sumalata Timur Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Anggrek

Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Kwandang Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Tomilito Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Gentuma Raya Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat Kec. Atinggola

Pembangunan PS Air limbah Penunjang RSH/Perum Bumi Permata Desa Titidu, Kab. Gorontalo Utara

(35)

PS Air Bersih Kompl. Yonif 222 Brigif Kostrad Desa Tolongio Gorut 3,1 Infrastruktur Drainase Perkotaan

Pembangunan Drainase Supervisi Drainase

Review Desain Pembangunan Drainase

3,2 INFRASTRUKTUR STASIUN ANTARA DAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH Rehabilitasi/Peningkatan/Pembangunan

Pengadaan Exavator Pengadaan Buldozer Pengadaan Stoomer Pengadaan Dumptruk Pengadaan ARM Roll

Pembangunan Rumah Jaga TPA

Perkuatan Tebing dan Drainase TPA Gorontalo Utara Pengadaan Container Sampah

Jembatang Timbang

Pembangunan Jalan Masuk KE TPA

Pembangunan RIOL Air Hujan Kawasan TPA RTH Kawasan TPA

Pintu Gerbang Masuk TPA Pengadaan Gerobak Sampah Pengadaan Tong Sampah Organik

4 INFRASTRUKTUR TEMPAT PENGOLAH SAMPAH TERPADU 3R 4,1 Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

(36)

4.1.3.4

K

K

e

e

l

l

e

e

m

m

b

b

a

a

g

g

a

a

a

a

n

n

Pelayanan drainase, persampahan dan air limbah perkotaan di Kabupaten Goronttalo Utara dikelola oleh Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gorontalo Utara. Beberapa saluran pembuang irigasi yang berfungsi juga sebagai drainase dikoordinasikan dengan Bidang Pengairan. Selain itu juga pengembangan drainase di koordinasikan dengan instansi terkait seperti BAPPEDA, BLH, Dinas Kebersihan Kabupaten Gorontalo Utara serta pemerintah provinsi Gorontalo.

4

4

.

.

1

1

.

.

3

3

.

.

5

5

P

P

e

e

m

m

b

b

i

i

y

y

a

a

a

a

n

n

A

A

P

P

B

B

D

D

(37)

KEGIATAN

TOTAL

BIAYA

SUMBER PENDANAAN 2013 - 2017 (x Rp. 1.000,-)

APBN

APBD PROV

APBD

KAB/KOTA

PDAM

DAK

RM

1 Pengembangan Kawasan Permukiman Rp

147.004.148

3 Penyehatan Lingkungan Permukiman Rp

(38)

4.1.4

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR AIR MINUM

4

4

.

.

1

1

.

.

4

4

.

.

1

1

K

K

o

o

n

n

d

d

i

i

s

s

i

i

E

E

k

k

s

s

i

i

s

s

t

t

i

i

n

n

g

g

d

d

a

a

n

n

P

P

e

e

r

r

m

m

a

a

s

s

a

a

l

l

a

a

h

h

a

a

n

n

Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum di perkotaan (IKK/ BNA) maupun pedesaan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah di daerah pesisir ( pemukiman nelayan), dikawasan rawan air serta meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotan.Namun keberadaan sumber daya air baik mata air Pelayanan air minum merupakan komponen yang strategis dalam pembangunan dan merupakan salah satu entry point dalam penanggulangan kemiskinan. Pengembangan dan pelayanan air minum adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum di perdesaan maupun perkotaan, khususnya bagi masyarakat miskin di kawasan rawan air dan meningkatkan keikutsertaan swasta dalam investasi pembangunan prasarana dan sarana air minum di perkotaan.

Penyusunan rencana program investasi infrastruktur Sub Bidang Pengembangan Air Minum harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) sebagai acuan / pedoman dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan air minum pada suatu daerah.

1. Sistem Non Perpipaan 2. Sistem Perpipaan Pelayanan

(39)

1. Pelanggan Non Niaga 589 Sambungan 2. Pelanggan Niaga 144 Sambungan 3. Pelanggan Sosial 8 Sambungan 4. Pelanggan Industri 3 Sambungan

Total yang terlayani tahun 2008 adalah 744 sambungan , dengan asumsi setiap sambungan terdiri dari 5 orang , maka terlayani adalah 9200 jiwa atau mencapai 27 % .

Tabel 4. 4 Penggunaan air

No

Kapasitas Terpasang (l/dt)

Kapasitas Produksi (l/dt)

Terjual (M2)

Jam Operasai (Jam/hari)

1 20 10 1,104,493 10

Sumber: Sumber PDAM Kabupaten Gorontalo Utara

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Permasalahan yang sering dihadapi dalam penyediaan sarana air minum di Kabupaten Gorontalo Utara, masih terdapat Kawasan permukiman belum terlayani jaringan perpipaan PDAM serta kuantitas dan kontinutitas air yang pada beberapa kawasan masih kurang.

(40)

Sumber Air Baku

Sumber air baku yang dikelola PDAM Kabupaten Gorontalo Utara berasal dari Sungai Posso. Sumber air baku di sungai ini masih sangat memungkinkan untuk tetap digunakan untuk keperluan dimasa yang akan datang (peningkatan pelayanan) sedangkan dari segi kualitas sumber air baku dari disungai tersebut cukup terjamin karena disepanjang alirannya tidak terdapat pabrik yang kemungkinan bisa mencemari air sungai dengan limbah kimianya.

4

4

.

.

1

1

.

.

4

4

.

.

2

2

A

A

n

n

a

a

l

l

i

i

s

s

i

i

s

s

K

K

e

e

b

b

u

u

t

t

u

u

h

h

a

a

n

n

1. Sumber Air Baku

Sumber air baku berasal dari air permukaan yaitu saluran induk irigasi sungai Posso. Intake saluran berlokasi 100 m dari lokasi IPA. Debit pengambilan air baku adalah 15 l/dtk H = 30 m pompa yang berjumlah 1 unit. Sumber air baku yang dibangun terdiri komponen sebagi berikut : Pipa Sadap Dia. 100 mm, sistem pompa air baku, Pipa transmisi GIP Dia. 150 mm.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kapasitas sumber air baku pada sungai tersebut masih sangat memungkinkan untuk tetap digunakan untuk keperluan dimasa yang akan datang (peningkatan pelayanan).

2. Unit Transmisi

Untuk saat ini dimensi pipa transmisi masih mampu menampung kebutuhan debit air maksimum.

3. Unit Produksi

Unit produksi dimiliki oleh PDAM Kabupaten Gorontalo Utara saat ini yaitu 150 l/dt tidak memcukupi untuk memenuhi standar kebutuhan air minum sebesar 50 l/org/hr 4. Unit Distribusi

Gambar

Tabel 4. 1 Standar Pelayanan Air Limbah
Gambar 4. 1 Kondisi Existing Saat Banjir Di Kecamatan Sumalata
Gambar 4. 3 Kondisi Existing Banjir Di Kecamatan Kwandang
Tabel 4. 2 Standar Pelayanan Air Limbah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Therefore, the child has a glorious life in the view of the Islamic religion, then the child must be treated humanely like her provide for both inner and outer,

Pengaturan kecepatan putaran motor arus searah penguat sendiri dengan menggunakan thyristor dilakukan dengan mengubah sudut penyalaan (α) dari thyristor.. Semakin besar

Keputusan-keputusan yang diambil akan di laporkan dalam laporan tahunan oleh dewan direktur yang dipimpin oleh direktur utama yang berisi laporan

Bila terdapat dokumen Business Requirements List yang terpisah dari dokumen Functional Specification maka tuliskan disini ringkasannya.. Namun apabila tidak ada maka

Teknik Melambungkan Bola Rounders (Aziz Syamsir:2000:8.9) Menangkap bola dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan, yang perlu diperhatikan dalam menangkap bola

2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) Sebagaimana telah diubah dengan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa Program Autotuning Kendali PD menggunakan Logika Fuzzy metode Tsukamoto telah berhasil dibuat dalam

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ” Bagaimana efektivitas konseling behavioristik untuk mengatasi penggunaan handphone pada jam