• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS SYARIAH MELALUI BADAN ARBITRASE SYARIAH NASIONAL

(BASYARNAS)1

Prof.Dr. H. Bismar Nasution, SH.,MH2 Dr. Mahmul Siregar,SH.,M.Hum3

A. Sekilas tentang BASYARNAS dan Perwakilan Propinsi Sumatera Utara

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah perubahan dari nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Badan ini berdiri atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), tanggal 05 Jumadil Awal 1414 H bertepatan dengan tanggal 21 Oktober 1993 M dan merupakan salah satu wujud dari Arbitrase Islam yang pertama kali didirikan di Indonesia. BAMUI semula didirikan dalam bentuk Yayasan yang didirikan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selanjutnya dalam rekomendasi Rapat Kerja Nasional MUI tanggal 23-26 Desember 2002 ditegaskan bahwa BAMUI adalah lembaga hakam (arbitrase syariah) satu-satunya di Indonesia dan merupakan perangkat organisasi MUI. Kemudian berdasarkan hasil pertemuan antara Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia dan Pengurus BAMUI tanggal 26 Agustus 2003, serta memperhatikan surat Pengurus Badan Arbitrase Muamalat Indonesia No. 82/BAMUI/07/X/2003, tanggal. 07 Oktober 2003, maka MUI dengan SK nya No. Kep-09/MUI/XII/2003, tanggal 30 Syawwal 1424 / 24 Desember 2003, menetapkan bahwa:

1 Disampaikan Seminar Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah di Indonesia, diselenggarakan atas

kerjasama Universitas Sumatera Utara dan Pengadilan Tinggi Agama Medan, Auditorium Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, 24 Desember 2010.

2 Ketua dan Arbiter Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) – Majelis Ulama Indonesia,

Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, Guru Besar Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3 Wakil Ketua dan Arbiter pada Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) – Majelis

(2)

1. Mengubah nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS).

2. Mengubah bentuk badan hukum BAMUI dari Yayasan menjadi badan yang berada di bawah MUI, dan merupakan perangkat organisasi MUI.

3. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai lembaga hakam, BASYARNAS bersifat otonom dan independen.

4. Mengangkat Pengurus BASYARNAS dengan susunan pengurus yang baru.4

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada masa itu belum mengatur mengenai bank syariah, akan tetapi dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta sistem keuangan yang semakin maju diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan. Dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasinya beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan Perundang-undangan di bidang perekonomian, khususnya sektor perbankan, oleh karena itu dibuatlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang mengatur tentang perbankan syariah. Dengan adanya Undang-undang ini maka pemerintah telah melegalisir keberadaan bank-bank yang beroperasi secara syariah, sehingga lahirlah bank-bank baru yang beroperasi secara syariah. Dengan adanya bank-bank yang baru ini maka dimungkinkan terjadinya sengketa-sengketa antara bank syariah tersebut

Kelahiran BASYARNAS dilatar belakangi oleh semakin berkembangnya sistem ekonomi syari’ah/lembaga-lembaga keuangan syari’ah/perbankan syari’ah di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan terjadinya persengketaan yang harus diselesaikan secara syari’ah menjadi semakin besar. Berdirinya Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) tidak terlepas dari konteks perkembangan kehidupan sosial ekonomi umat Islam, kontekstual ini jelas dihubungkan dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Syariah (BPRS) serta Asuransi Takaful yang lebih dulu lahir.

4 Heri Sunandar, “Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah

(3)

dengan nasabahnya sehingga Dewan Syariah Nasional menganggap perlu mengeluarkan fatwa-fatwa bagi lembaga keuangan syariah, agar didapat kepastian hukum mengenai setiap akad-akad dalam perbankan syariah, dimana di setiap akad itu dicantumkan klausula arbitrase yang berbunyi :

‘’Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah”.

Dengan adanya fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional tersebut dimana setiap bank syariah atau lembaga keuangan syariah dalam setiap produk akadnya harus mencantumkan klausula arbitrase, maka semua sengketa-sengketa yang terjadi antara perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah dengan nasabahnya maka penyelesaiannya harus melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional.

Perkembangan tersebut mendorong pengurus BASYARNAS untuk mendirikan perwakilan BASYARNAS di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Propinsi Sumatera Utara.Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara didirikan pada tanggal 24 Sya’ban 1429 H bertepatan dengan 26 Agustus 2008 M berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Nomor : SKep 14 Tahun 2008 tentang Pengesahan Susunan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara.

B. Landasan Filosofi Arbitrase Syariah

(4)

Dalam Al Quran banyak diajarkan ayat-ayat suci yang hakikatnya menekankan prinsip penyelesaian sengketa atau konflik melalui upaya perdamaian seperti antara lain tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 9 :

“ … dan jika ada dua golongan dan orang-orang yang mukmin berperang, maka damaikankanlah antara keduanya jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain, maka perangilah golongan yang telah berbuat aniaya itu sehingga kembali kepada perintah Allah dan jika mereka telah kembali kepada perintah Allah maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil”

Kemudian dalam Surat An Nissa ayat 35, dan ayat 114 disebutkan :

“… Jika kamu lihat ada persengketaan antara keduanya maka utus seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan (untuk mendamaikan) Jika kedua hakam tersebut sungguh-sungguh memperbaiki niscaya Allah memberi taufik kepada mereka (QS. An Nisa’: 35)

“… tiada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh manusia memberi sedekah atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian antara manusia.dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberikan kepadanya pahala yang besar” (An Nissa ayat 114)

Dalam sejarah Hukum Islam nama Abu Sjureich yang populer juga dengan sebutan Abul Hakam, adalah karena kepiawaiannya dalam menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi dilingkungan kaumnya (atas permintaan para pihak) dengan prinsip islah dan putusannya diterima dengan baik oleh para pihak. Perbuatan yang demikian tadi kemudian ditaqrirkan oleh Nabi Muhammad SAW, dengan penegasan bahwa perbuatan Abu Sjureich tersebut merupakan perbuatan yang sangat baik (An Nasa’i).

(5)

Pada era pemerintahan Khulalaur Al-Rasyidin, terutama ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah. Tradisi perwasitan dalam penyelesaian sengketa ini semakin dibudayakan dalam praktek kehidupan bermasyarakat, sehingga tidak hanya diterapkan terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum keluarga dan perniagaan saja, tetapi juga sudah merambah dalam pertikaian dibidang sosial dan politik.

Berdasarkan hal tersebut dapat disebutkan bahwa landasan filosofis dari system penyelesaian sengketa melalui arbitrase syariah adalah untuk menegakkan syariat dan hukum Islam, mewujudkan keadilan dan memelihara silaturrahmi.

C. Landasan Yuridis Arbitrase Syariah

Secara konstitusional UUD 1945 mengakui dan menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadat menurut agama dan kepercayaannya. Islam sebagai sebuah system peradaban terkandung di dalamnya seperangkan system hukum yang mengikat bagi pemeluknya. Hukum Islam adalah salah satu sub sistem dalam system hukum nasional di Indonesia yang bersifat plural.

(6)

arbitrase akan mempunyai kekuatan eksekutorial (executoir) setelah didaftarkan di lembaga peradilan.5

D. UU No.3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama dan Badan Arbitrase Syariah Nasional

Ketentuan Arbitrase sebagaimana dalam pasal 615 sampai dengan pasal 651 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de Rechtvordering, Staatblaad 1847: 52), Pasal 377 Reglement Indonesia yang Diperbaharui (Het Herziene Indonesisch Reglement Staadblad 1941: 44), dan Reglement Acara untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement Buitengsewesten, staatsblad 1927: 227), dinyatakan sudah tidak berlaku sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Prinsip penyelesaian model arbitrase sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 inilah yang kemudian secara mutatis mutandis diadopsir dengan spesifikasi khusus dalam penyelesaian sengketa secara syariah oleh Basyarnas.

Dengan diubahnya UU No.7 Tahun 1989 menjadi UU No.3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama, Pengadilan Agama yang sebelumnya hanya mempunyai kompetensi absolut untuk memeriksa/ mengadili perkara-perkara perkawinan, waris, wakaf, wasiat, hibah dan shodaqoh, maka kini ditambah satu lagi masalah sengketa ekonomi syari’ah (pasal 49). Sejak berlakunya UU No. 3 Tahun 2006, berarti Pengadilan Agama telah mendapatkan kepercayaan / amanah dari rakyat (melalui DPR) untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah yang cukup kompleks.

Dengan mencermati pertumbuhan sistem ekonomi syari’ah yang demikian pesat, maka dengan penambahan kewenangan (absolutnya) Pengadilan Agama diharapkan dapat mengayomi masyarakat pencari keadilan guna memberikan keadilan yang sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah dibidang perekonomian.

5 Suyud Margono, Alternative Dispute Resulotion (ADR) dan Arbitrase, (Bogor: Ghalia

(7)

Dengan demikian berarti pula beban dan tugas nasional BASYARNAS menjadi lebih ringan karena dapat berbagi tugas dengan Pengadilan Agama dan sekaligus sebagai ajang untuk berfastabiqul khoirot menegakkan syari’at Allah (khususnya dalam bidang ekonomi syari’ah). Bagi pelaku bisnis – tentunya akan selalu berpegang teguh pada prinsip ekonomis yakni dengan memperhitungkan-faktor efisiensi baik dari segi waktu berperkara, tenaga dan biaya. Oleh karenanya mereka dapat leluasa menentukan cara - melalui sistem (penyelesaian sengketa) yang mana yang akan dipilihnya.

Penggunaan/pemberlakuan/eksistensi ”sistem arbitrase” - baik secara ad hoc/ permanen (seperti BASYARNAS, BANI,BAPMI, dll) – ditentukan oleh adanya perjanjian/klausula arbitrase secara tertulis yang dibuat oleh para pihak. Dengan kata lain – tanpa adanya perjanjian/klausula arbitrase secara tertulis berarti tidak ada arbitrase. Hal ini berbeda dengan berperkara melalui Pengadilan Negeri/Pengadilan Agama (sebagai pengadilan yang disediakan oleh negara) yang tidak memerlukan adanya kesepakatan/perjanjian para pihak.

Adanya Badan-Badan Peradilan resmi milik negara (PN-PA-PTUN-PM,dll) dengan kompetensi absolutnya masing-masing dan peradilan swasta/partikulir ”ARBITRASE” yang dijamin eksistensinya oleh UU.No.30/1999 dan putusannya mempunyai kekuatan eksekutorial – adalah

Kompetensi Pengadilan Agama untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syariah ternyata tidak mudah direalisasikan. UU No. 30 Tahun 1999 membatasi kompetensi pengadilan agama. Terdapat pendapat yang merespon kehadiran UU nomor 3 tahun 2006 tersebut, bahwa pengadilan agama (PA) tidak berwenang sebagai lembaga eksekutorial terhadap putusan Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas). Hal ini sesuai dengan UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang menyatakan bahwa, yang

(8)

berwenang menjadi lembaga eksekutorial adalah Pengadilan Negeri.6 Selanjutnya dalam Pasal

61 UU No. 30/1999 dinyatakan, “Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah satu pihak yang bersengketa”. Ketentuan ini berlaku bagi putusan Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), Basyarnas dan lembaga arbitrase lainnya. Baik yang kelembagaan maupun arbiter individual.7

E. Keutamaan dan Kelemahan Sistem Arbitrase

Selain langsung memanfaatkan PA, masyarakat memang dapat menyelesaikan sengketa ekonomi syariah melalui jalur non-litigasi melalui Basyarnas. Praktiknya, putusan Basyarnas itu selanjutnya harus mendapat penetapan dan perintah dari Ketua Pengadilan Negeri, bukan Ketua PA.

Sistem arbitrase (termasuk arbitrase syariah) merupakan suatu bentuk alternatif bagi penyelesaian sengketa keperdataan. Arbitrase sebagai suatu sistem sudah barang tentu tidak lepas dari berbagai kendala atau kelemahan-kelemahan.

Diantara kelemahan tersebut adalah

a) apabila pihak yang kalah tidak secara sukarela (legowo) melaksanakan isi putusan. Hal ini berarti harus diajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan Negeri setempat .

:

b) apabila isi putusan arbitrase kurang sempurna maka putusan akan sulit dilaksanakan. Hal ini sangat terkait dengan sempurna-tidaknya isi permohonan (gugatan) beserta dukungan alat bukti yang diajukan oleh Pemohon ;

c) kemungkinan diajukannya permohonan pembatalan putusan arbitrase (sebagaimana diatur dl. Pasal 70 UU. 30/1999) :

6 UU No.30 Tahun 1999, Bab VI tentang Pelaksanaan Putusan Arbitrase Pasal 59ayat (1) “ Dalam

waktu paling lama 30 (tigapuluh) hari terhitung sejak tanggal putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan arbitrase diserahkan dan didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya kepada panitera Pengadilan Negeri”. Sedangkan Pasal 59 ayat (4) berbunyi “ Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), berakibat putusan arbitrase tidak dapat dilaksanakan.

7 M.Tabroni.AZ. “Mediasi Dan Arbitrase”, makalah disampaikan pada Pelatihan Kontrak Bisnis

(9)

i. jika ternyata dokumen yang diajukannya, dikemudian hari diketahui palsu/dinyatakan palsu ;

ii. setelah perkara diputus–ternyata diketemukan dokumen yang bersifat menentukan disembunyikan oleh lawan ;

iii. ternyata putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan perkara ;

Adapun keutamaan sistem arbitrase

a. semua proses persidangan dilaksanakan secara tertutup untuk umum. Dengan demikian kelemahan dan aib-aib para pihak tidak diketahui umum / tidak terpublikasikan. Hal ini sangat sesuai dengan tuntunan Islam agar tidak membuka (saling membuka) aib dimuka umum bahkan sangat dianjurkan untuk menutupinya. Prinsip ini berbeda dengan di PN/PA. yang justru prinsip persidangan harus dinyatakan terbuka untuk umum.

, adalah :

b. proses persidangan dilaksanakan secara sederhana, tidak terlalu formalistis dan penuh dengan rasa kekeluargaan untuk memotifasi adanya perdamaian. Hal ini berbeda dengan di PN/PA yang harus mengutamakan pendekatan formal-prosedural.

c. putusan arbitrase harus sudah selesai paling lama 180 hari sejak penunjukkan arbiter/arbiter majelis, sehingga akan lebih ekonomis;

d. dalam sistem arbitrase pemeriksaan/penyelesaian perkaranya sangat dimungkinkan ditangani oleh/ditunjuk para arbiter yang memang ahli dalam bidang yang disengketakan (baik arbiter tetap muapun mungkin dengan arbiter tidak tetap). Sedangkan dalam persidangan di PN/PA. hakim majelis nya hanya ahli hukum/syari’ah, meskipun para pihak dimungkinkan untuk mengajukan saksi ahli. Tentunya kedudukan hakim ahli dengan saksi ahli akan sangat berbeda dampaknya dalam kesempurnaan memberikan putusan selain faktor penambahan biaya;

(10)

f. Putusan arbitrase mempunyai kekuatan-eksekutorial, sehingga apabila pihak yang kalah tidak legowo melaksanakan isi putusan, maka pihak yang menang hanya tinggal mohon eksekusi saja ke Pengadilan Negeri. Sedangkan terhadap putusan PN/PA untuk memperoleh putusan yang berkekuatan hukum tetap agar dapat dieksekusi masih harus berproses melalui beberapa langkah-langkah upaya hukum.

F. Proses Penyelesaian Sengketa di BASYARNAS

Mengenai prosedur berperkara di BASYARNAS telah diatur dengan sistematis sejak masih didirikan BAMUI. Secara garis besar aturan tersebut dituangkan dalam peraturan prosedur Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang diberlakukan sejak 21 Oktober 1993. Beberapa tambahan yang terjadi setelah hanya bersifat tehnis untuk menyempurnakan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sepanjang aturan tersebut tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Berikut ini akan diuraikan garis besar proses penyelesaian sengketa di Basyarnas

1. Yurisdiksi BASYARNAS

Sebagai lembaga arbitrase, yurisdiksi BASYARNAS terbatas pada yurissdiksi arbitrase. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, sengketa yang dapat diselesaikan melalui lembaga arbitrase hanya sengketa di bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya olehpihak yang bersengketa.

Dengan demkian yurisdiksi BASYARNAS meliputi :

1. menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa mu’amalah / perdata dalam bidang : perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lainyang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh phak yang bersengketa ;

(11)

3. BASYARNAS dapat juga memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para pihak mengenai persoalan dalam suatu perjanjian.

Sengketa mu’amalah yang dapat diselesaikan BASYARNAS tidak saja meliputi sengketa dalam bidang perbankan seperti yang banyak dipahami oleh masyarakat luas, tetapi juga meliputi sengketa ekonomi syariah lainnya, seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, pembiayaan syariah, pembiayaan mikro berdasarkan syariah, dll.

2. Adanya Klausula Arbitrase atau Perjanjian Arbitrase

Penyelesaian sengketa dengan sistem arbitrase/melalui Badan Arbitrase harus atas dasar kesepakatan para pihak yang dibuatnya secara tertulis (vide Pasal 1 ayat 1. UU.No. 30/1999). Dengan perjanjian tertulis tersebut berarti pula para pihak secara sadar sepakat meniadakan haknya untuk tidak menyelesaikan sengketanya melalui Pengadilan resmi milik negara (baik PN maupun PA). Selanjutnya dipertegas oleh Pasal 3 UU No. 30/1999, bahwa Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang telah terikat dalam perjanjian

arbitrase.

Dengan demikian apabila para pihak telah sepakat (baik sejak awal perjanjian yakni sebelum terjadi sengketa maupun setelah terjadinya sengketa) mereka akan menyelesaikan sengketanya melalui arbitrase - maka secara absolut dan otomatis Pengadilan Negeri menjadi tidak berwenang memeriksa/mengadili perkara tersebut. Tentunya setelah Pengadilan Agama mempunyai kewenangan memeriksa /mengadili sengketa keperdataan (ekonomi syari’ah) – jika ternyata dalam perkara tersebut telah ada klausula arbitrase – maka PA. secara absolut dan otomatis juga menjadi

tidak berwenang memeriksa/mengadili perkara tersebut.

Bentuk klausula arbitrase :

Dalam praktek penggunaan sistem arbitrase, selama ini dikenal dengan dua cara penunjukan arbitrase/pembuatan klausula arbitrase :

(12)

arbitrase secara tertulis ini dapat disatukan dengan naskah pokok perjanjian dan dapat pula dipisahkan namun tetap menjadi satu kesatuan dengan perjanjian pokok.

2. Acta compromis : kesepakatan penunjukkan arbitrase secara tertulis oleh kedua belah pihak – setelah mereka bersengketa. Jadi kedua belah pihak dalam keadaan sedang sengketa – kemudian sepakat menyelesaikan sengketanya melalui arbitrse.

3. Pendaftaran Perkara

Posedur arbitrase dimulai dengan didaftarkannya surat permohonan para pihak yang bersengketa oleh sekretaris BASYARNAS. Berkas permohonan tersebut mesti mencantumkan alamat kantor atau tempat tinggal terakhir atau kantor dagang yang dinyatakan dengan tegas dalam klausula arbitrase.

Berkas permohonan itu sedikit-dikitnya berisikan : a. identitas lengkap para pihak yang bersengketa b. tempat tinggal atau tempat kedudukan para pihak.

c. uraian singkat tentang adanya klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase d. uraian singkat tentang duduknya sengketa

e. apa yang dituntut dan dituntut dan dasar tuntutan

Permohonan harus melampirkan copy perjanjian yang memuat klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase.

Surat permohonan akan didaftar oleh Sekretariat BASYARNAS apabila Pemohon telah membayar : (a). biaya pendaftaran (b). biaya pemeriksaan perkara (c). honorarium arbiter

4. Penetapan Arbiter/Arbiter Majelis

(13)

arbiter ahli dari luar arbiter tetap BASYARNAS. Arbiter yang telah ditunjuk pada dasarnya tidak dapat mengundurkan diri, kecuali terdapat alas an yang kuat.

Para pihak boleh mengajukan tuntutan ingkar jika terdapat cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter yang ditunjuk akan melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil keputusan. Keberatan terhadap penunjukan arbiter diajukan secara tertulis paling lambat pada siding pertama. Ketua Majelis Arbiter yang ditunjuk dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari sejak menerima keberatan, harus mengajukan keberatan tersebut kepada Ketua BASYARNAS dan dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari sejak menerima surat tersebut, Ketua BASYARNAS harus sudah memutuskan menolak atau menerima keberatan dan menunjuk penggantinya.

Dalam hal keberatan diajukan terhadap diri arbiter, maka arbiter yang bersangkutan dapat mengundurkan diri. Ketua BASYARNAS harus sudah menunjuk pengganti dalam waktu selambat-lambatnya 10 hari sejak terjadinya penguduran diri.

Apabla anggota arbiter majelis ada yang berhalangan tetap atau meninggal dunia, maka Ketua BASYARNAS menetapkan penggantinya. Jika Ketua Majelis yang berhalangan tetap, maka salah seorang anggota Majelis diangkat sebagai Ketua Majelis. Dalam hal arbiter tunggal diganti atau semua anggota Majelis Abiter diganti, maka pemeriksaan harus diulang kembali.

5. Acara Pemeriksaan

Pemeriksaan sengketa di BASYARNAS dilakukan secara tertutup untuk umum. Berbeda dengan pengadilan yang bersifat terbuka sehingga kurang cocok bagi menjaga reputasi para pihak yang bersengketa. Pemeriksaan dilakukan dalam bahasa Indonesia baik secara tertulis maupun lisan. Dan dalam pemeriksaan para pihak diperlakukan secara adil dan diberikan kesempatan yang sama.

(14)

Dalam proses pemeriksaan sengketa, arbiter/majelis arbiter harus berusaha secara maksimal mengishlahkan/ mendamaikan para pihak. Apabila perdamaian berhasil, maka hasil perdamaian tersebut dijadikan sebagai putusan arbitrase. Putusan damai tersebut bersifat final dan mengikat bagi para pihak dan diperintahkan kepada para pihak untuk mentaati isi perdamaian. Putusan ini didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat.

Apabila perdamaian/ishlah tidak berhasil, maka proses dilanjutkan pada acara pemeriksaan. Paling lambat 8 hari setelah arbiter/ majelis arbiter dibentuk, sekretariat sudah mengirimkan salinan/copy permohonan kepada Termohon dengan disertai perintah untuk memberikan tanggapan/jawaban paling lama 21 hari dari tanggal pengiriman tersebut. Segera setelah jawaban diterima,atas perintah arbiter/Ketua Majelis, maka salinan jawaban dariTermohon diserahkan kepada Pemohon. Bersamaan dengan itu arbiter/Ketua Majelis memanggil para pihak untuk menghadap di muka sidang arbitrase pada tanggal yang ditetapkan dan tidak lebih dari 14 hari dari surat Panggilan.

Apabila pada hari sidang yang telah ditetapkan, termohon tidak hadir padahal telah dipanggil secara patut, maka pemeriksaan akan diteruskan dan tuntutan pemohon akan dikabulkan, kecuali jika Permohonan sama sekali tidak memiliki dasar hukum. Putusan tanpa hadirnya Termohon diberitahukan kepada Termohon dan Termohon dapat memberikan perlawanan secara tertulis paling lambat 10 hari sejak tanggal pemberitahuan putusan. Paling lambat 10 hari salinan perlawanan tersebut akan disampaikan kepada Pemohon.

Pemeriksaan pelawan akan ditetapkan Ketua BASYARNASdengan memanggil para pihak. Apabila pelawan tidak hadir, maka arbiter /majelis arbiter akan menguatkan putusan. Apabila kedua belah pihak hadir, maka pemeriksaan dilakukan dari awal sesuai dengan prosedur.

(15)

Para pihak diberikan hak yang sama dalam membuktikan dalil-dalil yang dikemukakannya. Apabila dalam membuktikan dalil-dalil tersebut para pihak menghadirkan saksi atau saksi ahli, maka pihak yang menghadirkan saksi/saksi ahli tersebut bertanggungjawab atas pembiayaan kehadiran saksi/saksi ahli dan dibayarkan melalui Sekretariat Basyarnas. Apabila kehadiran saksi atas prakarsa arbiter/majelis arbiter, maka biaya pemanggilan saksi dipikul oleh kedua belah pihak.

Arbiter/Majelis Arbiter dapat meminta bantuan saksi /saksi-ahli utk memberikan keterangan secara tertulis mengenai suatu persoalan khusus yang berhubungan dengan pokok perkara. Keterangan tertulis dari saksi /saksi-ahli tersebut salinannya diteruskan kepada para pihak untuk dapat ditanggapi. Apabila dipandang perlu, saksi/ saksi-ahli dapat didengar kete rangannya didepan siding. Sebelum memberikan keterangannya saksi /saksi-ahli disumpah terlebih dahulu.

7. Pencabutan Permohonan

Pemohon dapat sewaktu-waktu mencabut permohonannya sebelum Putusan dijatuhkan. Apabila Termohon sudah memberikan jawabannya, maka pencabutan permohonan harus disetujui oleh Termohon.

Apabila pencabutan permohonan diajukan sebelum penunjukan arbiter, maka biaya pemeriksaan dikembalikan seluruhnya. Namun apabila pencabutan permohonan diajukan setelah pemeriksaan dimulai, maka seluruh biaya tidak dikembalikan.

8. Berakhirnya Pemeriksaan

Apabila pemeriksaan dianggap telah cukup, maka pemeriksaan ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk membacakan putusan. Sebelum putusan dibacakan, sidang pemeriksaan dapat dibuka kembali apabila dipandang perlu oleh arbiter/Majelis Arbiter atau atas permintaan salah satu pihak.

(16)

Putusan dibacakan dalam sidang yang dihadiri oleh para pihak. Jika ada pihak yang tidak hadir, maka putusan akan tetap dibacakan sepanjang para pihak telah dipanggil secara patut.

Putusan diambil dengan musyawarah/ mufakat. jika mufakat tidak tercapai, maka putusan diambil atas dasar suara terbanyak. Apabila suara terbanyak tidak dapat diacapai, maka putusan diambil oleh ketua majelis dan dianggap sebagai putusan majelis.

Putusan arbitrase yang telah ditanda tangani oleh para anggota majelis bersifat final dan mengikat serta wajib ditaati. Putusan tersebut tidak boleh diumumkan, kecuali atas persetujuan Para Pihak.

Salinan putusan yang telah dtandatangani oleh Majelis arbiter, disampaikan kepada Para pihak dan dalam waktu paling lambat 30 hari sejak tanggal putusan, asli/salinan putusan resmi didaftarkan ke kepaniteraan Pengadilan Negeri setempat oleh arbiter atau kuasanya.

10. Perbaikan Putusan

Dalam waktu paling lambat 14 hari sejak putusan disampaikan, dapat diajukan secara tertulis perbaikan putusan ke Sekretariat BASYARNAS yang berkaitan dengan : (a). adanya kesalahan jumlah/perhitungan, (b). karena adanya salah ketik/cetak. Surat permohonan perbaikan putusan, salinannya disampaikan kepada pihak lawan.

Perbaikan tersebut harus sudah selesai dilakukan oleh arbiter / majelis arbiter dalam waktu 14 hari sejak surat permohonan perbaikan putusan disampaikan oleh Sekretariat BASYARNAS kepada arbiter / majelis arbiter.

(17)

Putusan arbitrase dapat dibatalkan, jika dipenuhi syarat-syarat batal sebagaimana diatur dalam UU No.30 Tahun 1999. Terkait hal ini Pasal 70 UU No. 30 Tahun 1990 menyebutkan bahwa terhadap putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga mengandung unsur-unsur :

a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atu dinyatakan palsu.

b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; dan

c. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan secara tertulis dalam waktu paling lama 30 hari terhitung sejak hari penyerahan dan pendaftaran putusan arbitrase kepada panitera pengadilan negeri. Permohonan pembatalan putusan arbitrase harus diajukan kepada ketua pengadilan negeri. Apabila permohonan pembatalan dikabulkan, maka ketua pengadilan negeri menentukan lebih lanjut akibat pembatalan seluruhnya atau sebagian putusan arbitrase.

Putusan atas permohonan pembatalan ketua pengadilan negeri dalam waktu paling lama 30 hari sejak permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diterima. Terhadap putusan pengadilan negeri dapat diajukan permohonan banding ke Mahkamah Agung yang memutus dalam tingkat pertama dan terakhir. Selanjutnya Mahkamah Agung mempertimbangkan serta memutuskan permohonan banding tersebut dalam waktu paling lama 30 hari setelah permohonan banding tersebut diterima oleh Mahkamah Agung.

12. Pelaksanaan Putusan

(18)

Ketua Pengadilan Negeri sebelum memberikan perintah eksekusi terlebih dahulu akan memeriksa secara administrative sesuai ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5 UU.No.30 Tahun 1999. Pemeriksaan ini berkaitan dengan kompetensi atau yurisdiksi arbitrase dan tentang adanya klausula arbitrase atau perjanjian arbitrase. Apabila putusan arbitrase tidak memenuhi ketentuan Pasal 4 dan 5 UU No.30 Tahun 1999, permohonan eksekusi akan ditolak dan terhadap penolakan tersebut tidak terbuka adanya upaya hukum apapun.

G. Biaya Berperkara di BASYARNAS

Biaya arbitrase yang diberlakuan BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara adalah berdasarkan Penetpan BASYARNAS No. 01/BASYARNAS/9/4/2005 tentang Biaya Arbitrase, sebagai berikut :

A. Biaya Pendaftaran Konpensi/Rekonpensi

1. Tuntutan sampai dengan Rp 100.000.000,- Rp 100.000,- 2. Rp 100.000.001,- s/d Rp 300.000.000,- Rp 200.000,- 3. Rp 300.000.001,- s/d Rp 500.000.000,- Rp 300.000,- 4. Rp 500.000.001,- s/d Rp 1.000.000.000,- Rp 400.000,-

5. Lebih dari Rp 1.000.000.000,- Rp 500.000,-

B. Biaya Administrasi/Pemeriksaan Konpensi/Rekonpensi

1. Tuntutan sampai dengan Rp 100.000.000,- Rp 500.000,- 2. Rp 100.000.001,- s/d Rp 500.000.001,- Rp 1.000.000,- 3. Rp 500.000.001,0 s/d Rp 1.000.000.000,- Rp 1.500.000,- 4. Lebih dari Rp 1.000.000.000,- Rp 2.000.000,-

C. Biaya Arbiter

(19)

5. Rp 7.000.000.001,- s/d Rp 9.000.000.000,- 3 % 6. Rp 9.000.000.001,- s/d Rp 10.000.000.000,- 2 % 7. Rp 10.000.000.001,- s/d Rp 20.000.000.000,- 1 % 8. Rp 20.000.000.001,- s/d Rp 30.000.000.000,- 0.90 % 9. Rp 30.000.000.001,- s/d Rp 40.000.000.000,- 0.80 % 10. Rp 40.000.000.001,- s/d Rp 50.000.000.000,- 0.70 % 11. Rp 50.000.000.001,- s/d Rp 60.000.000.000,- 0.65 % 12. Rp 60.000.000.001,- s/d Rp 70.000.000.000,- 0.60 % 13. Rp 70.000.000.001,- s/d Rp 80.000.000.000,- 0.50 % 14. Rp 80.000.000.001,- s/d Rp 90.000.000.000,- 0.40 % 15. Tuntutan lebih besar dari Rp 90.000.000.000,- 0.30 %

H.

Penutup

BASYARNAS hadir sebagai wujud perhatian para ulama terhadap kebutuhan

penyelesaian sengketa ekonomi syariah yang cepat, adil, dengan tetap mengupayakan

keutuhan silaturrahmi para pihak serta disandarkan pada hukum Islam. Kehadiran

BASYARNAS dengan demikian merupakan implementasi Islam secara

kaffah.

Prinsip utama penyelesaian sengketa pada BASYARNAS adalah dengan cara

ishlah

atau

mengupayakan perdamaian. Apabila

ishlah

tidak tercapai, maka pemeriksaan sengketa

didasarkan pada sistim arbitrase yang lebih fleksibel, sehingga proses penyelesaian

sengketa diharapkan berlangsung secara cepat, adil, dilakukan oleh

hakam

yang

kompeten secara keilmuan dan keahlian dengan tetap menjaga hubungan baik dan

reputasi para pihak.

(20)

ini menambah ringan tugas BASYARNAS yang juga bertujuan menyelesaikan sengketa

ekonomi syariah berdasarkan hukum Islam. BASYARNAS dan Pengadilan Agama

dengan kompetensi dan yurisdiksi masing-masing akan bersinergi dalam implementasi

hukum Islam pada sengketa ekonomi ummat yang didasarkan pada system syariah.

Namun demikian, dalam pelaksanaannya BASYARNAS baik secara nasional maupun

di Sumatera Utara, saat ini belum menjadi pilihan utama bagi para pihak dalam

menyelesaikan sengketa. Keberadaan badan peradilan formal bentukan Negara

merupakan pilihan utama yang dipercayai para pelaku ekonomi syariah. Hal ini dapat

dlihat dari sangat minimnya sengketa ekonomi syariah yang dibawa ke BASYARNAS

dibandingkan Pengadilan. Di samping itu, secara internal BASYARNAS juga masih

memiliki sejumlah kendala internal, khususnya terkait sarana dan prasarana dan

sumber daya financial sehingga upaya sosialisasi belum optimal. Namun demikian,

BASYARNAS memiliki potensi dan peran yang cukup strategis dalam penegakan

hukum ekonomi Islam di Indonesia untuk masa yang akan datang. Amin.

(21)

REFERENSI

Achmad Djauhari, “Proses Penyelesaian Sengketa Bisnis Syariah Melalui BASYARNAS”, Bahan Pembekalan Pengurus dan Arbiter pada Kantor Perwakilan BASYARNAS Provinsi Sumatera Utara”, Medan 15 November 2009.

Badan Arbitrase Syariah Nasional, “Bahan-Bahan Pembekalan Pengurus dan Arbiter pada Kantor Perwakilan BASYARNAS Provinsi Sumatera Utara”, Medan 15 dan 16 November 2009.

Heri Sunandar, “Penyelesaian Sengketa Perdata Melalui Basyarnas (Badan Arbitrase Syariah Nasional)”, Jurnal Hukum Islam, Vol.VIII : 27 Desember 2007.

M.Tabroni.AZ. “Mediasi Dan Arbitrase”, makalah disampaikan pada Pelatihan Kontrak Bisnis Syari’ah oleh Magister Studi Islam UII Yogyakarta, 2007.

Riawan Amin, “Current Status of Indonesian Islamic Financial Institution in the Light of Global Financial Crisis, Rapat Kerja Nasional BASYARNAS I, Jakarta : 27 Juni 2009

Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1998

Sufriadi, ‘Memberdayakan Peran BASYARNAS dalam Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Luar Pengadilan, Jurnal Ekonomi Islam La Riba, Vol. I No. 2, Desember 2007

Suyud Margono, Alternative Dispute Resulotion (ADR) dan Arbitrase, Bogor: Ghalia Indonesia,2004.

Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Pengadilan Agama

(22)

SEJARAH

adan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah perubahan dari nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia

(BAMUI). Badan ini berdiri atas prakarsa Majelis Ulama

Indonesia (MUI), tanggal 05 Jumadil Awal 1414 H bertepatan dengan tanggal 21 Oktober 1993 M dan merupakan salah satu wujud dari Arbitrase Islam yang pertama kali didirikan di Indonesia.

Berdasarkan keputusan rapat Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia Nomor : Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 nama Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) diubah menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) yang merupakan badan yang berada dibawah MUI dan merupakan perangkat organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Semakin berkembangnya sistem ekonomi syari’ah/lembaga-lembaga keuangan syari’ah/perbankan syari’ah di seluruh wilayah Indonesia memungkinkan terjadinya persengketaan yang harus diselesaikan secara syari’ah menjadi semakin besar. Keadaan ini mendorong pengurus BASYARNAS untuk mendirikan perwakilan BASYARNAS di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Propinsi Sumatera Utara.

Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara didirikan pada tanggal 24 Sya’ban 1429 H bertepatan dengan 26 Agustus 2008 M berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Nomor : SKep 14 Tahun 2008 tentang Pengesahan Susunan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara.

erdirinya Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) tidak terlepas dari konteks perkembangan kehidupan sosial ekonomi umat Islam, kontekstual ini jelas dihubungkan dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Syariah (BPRS) serta Asuransi Takaful yang lebih dulu lahir.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada masa itu belum mengatur mengenai bank syariah, akan tetapi dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang senantiasa bergerak cepat, kompetitif, dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta system keuangan yang semakin maju diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang ekonomi, termasuk perbankan.

Dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah diratifikasinya beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, diperlukan penyesuaian terhadap peraturan Perundang-undangan di bidang perekonomian, khususnya sektor perbankan, oleh karena itu dibuatlah Undang-Undang

B

(23)

BERDIRINYA

Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan yang mengatur tentang perbankan syariah. Dengan adanya Undang-undang ini maka pemerintah telah melegalisir keberadaan bank-bank yang beroperasi secara syariah, sehingga lahirlah bank-bank baru yang beroperasi secara syariah. Dengan adanya bank-bank yang baru ini maka dimungkinkan terjadinya sengketa-sengketa antara bank syariah tersebut dengan nasabahnya sehingga Dewan Syariah Nasional menganggap perlu mengeluarkan fatwa-fatwa bagi lembaga keuangan syariah, agar didapat kepastian hukum mengenai setiap akad-akad dalam perbankan syariah, dimana di setiap akad itu dicantumkan klausula arbitrase yang berbunyi :

‘’Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara para pihak maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah”.

Dengan adanya fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional tersebut dimana setiap bank syariah atau lembaga keuangan syariah dalam setiap produk akadnya harus mencantumkan klausula arbitrase, maka semua sengketa-sengketa yang terjadi antara perbankan syariah atau lembaga keuangan syariah dengan nasabahnya maka penyelesaiannya harus melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional.

(1). UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

(2). Al Qur’an : Surat Al Hujurat : 9

(3). As Sunnah/ Al Hadist

(4). Ijtihad

adan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara didirikan pada tanggal 24 Sya’ban 1429 H bertepatan dengan 26 Agustus 2008 M berdasarkan Surat Keputusan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Nomor : SKep 14 Tahun 2008 tentang Pengesahan Susunan Pengurus Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara.

BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara didirikan berdasarkan perimbangan semakin berkembangnya sistem ekonomi syari’ah/lembaga-lembaga keuangan syari’ah/perbankan syari’ah di seluruh wilayah Indonesia yang memungkinkan terjadinya persengketaan yang harus diselesaikan secara syari’ah menjadi semakin besar, khususnya di Propinsi Sumatera Utara.

adan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara bertempat kedudukan di Medan, Propinsi Sumatera Utara, Jln. Majelis Ulama Indonesia No. 3/Sutomo Ujung, Telp. (061) 4521536, Fax. (061) 4521508.

Kedudukan BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara adalah sebagai Perwakilan dari BASYARNAS dan bertanggungjawab kepada BASYARNAS. Sementara BASYARNAS adalah badan yang berada dibawah MUI dan merupakan perangkat organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI).

B

(24)

STRUKTUR ORGANISASI

BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara bersifat otonom dan independen sebagai salah satu instrumen hukum yang menyelesaikan perselisihan para pihak, baik yang datang dari dalam lingkungan bank syariah, asuransi syariah, maupun pihak lain yang memerlukannya di wilayah Propinsi Sumatera Utara.

truktur organisasi Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, terdiri dari 10 (sepuluh) orang Penasehat dan 15 (lima belas) orang Pengurus dilengkapi dengan 20 (duapuluh) orang Arbiter.

No. Nama Jabatan

PENASEHAT

01. Prof. Dr. H. Abdullah Syah, M.A Penasehat

02. H. Mahmud Aziz Siregar, MA Penasehat

03. Prof.Dr.H.M. Yasir Nasution Penasehat

04. Prof. Dr. Runtung, SH.,M.Hum Penasehat

05. Prof. Dr. H. Asmuni, MA Penasehat

06. Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA Penasehat

07. Prof. Dr. H. Hasan Bakti Nasution, MA Penasehat

08. Dr. H. Maslin Batubara Penasehat

09. Dr. H. Maratua Simanjuntak Penasehat

10. Drs.H.A. Muin Isma Nasution, MA Penasehat

PENGURUS

11. Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH.,MH Ketua

12. Dr. H. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA Wakil Ketua

13. Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Wakil Ketua

14. Dr. Utary Maharani Barus, SH.M.Hum Sekretaris

15. Facruddin, SH.,M.Hum Wakil Sekretaris

16. Drs. H. Ahmad Sanusi Lukman, Lc. MA Wakil Sekretaris

17. Dr. Sunarmi, SH.,M.Hum Bendahara

18. Dra. Hj. Tjek Tanti, Lc.,MA Wakil Bendahara

19. Syafruddin S.Hasibuan, SH.,M.Hum Anggota

20. Syahril Sofyan, SH.,M.Kn Anggota

21. Dr. Mhd. Sahnan Nasution, MA Anggota

22. Dr. Sahmiar Pulungan, MA Anggota

23. Dra. Hj. Salmi Abas, MH Anggota

24. Akmaluddin Syahputra S.Ag.,M.Hum Anggota

25. Bisdan Sigalinging, SH Panitera

ARBITER

26. Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH.,MH Arbiter

27. Prof. Dr. M. Yamin Lubis, SH.,MS.,CN Arbiter

28. Dr. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA Arbiter

29. Dr. Sunarmi, SH.,M.Hum Arbiter

30. Dr. Mahmul Siregar, SH.,M.Hum Arbiter

31. Dr. Utary Maharani Barus, SH.M.Hum Arbiter

(25)

PARA ARBITER

32. Syafruddin S.Hasibuan, SH.,M.Hum Arbiter

33. Syahril Sofyan, SH.,M.Kn Arbiter

34. Facruddin, SH.,M.Hum Arbiter

35. Drs. H. Ahmad Sanusi Lukman, Lc. MA Arbiter

36. Dra. Hj. Tjek Tanti, Lc.,MA Arbiter

37. Dr. Sahnan Nasution, MA Arbiter

38. Dr. Sahmiar Pulungan, MA Arbiter

39. Dra. Hj. Salmi Abas, MH Arbiter

40. Akmaluddin Syahputra S.Ag.,M.Hum Arbiter

41. Mustafa Kamal Rokan, MA Arbiter

42. Dr. Idha Aprilyana, S. SH.,M.Hum Arbiter

43. Yefrizawati, SH.,M.Hum Arbiter

44. Zulham, S.Ag, M.Hum Arbiter

45. ……….. Arbiter

adan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, memiliki arbiter – arbiter yang memiliki kompetensi

keilmuan dan keahlian di bidangnya masing-masing

.

Guru Besar (Profesor) Ilmu Hukum Bidang Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Meraih gelar Doktor Ilmu Hukum pada tahun 2001 dari Program Pascasarjana Universitas Indonesia setelah berhasil mempertahankan disertasi dengan judul : “Pelaksanaan Prinsip Keterbukaan Dalam Pasar Modal : Studi Mengenai Penentuan Fakta Material Dan Perbuatan Yang Menyesatkan”

Bidang keahlian meliputi : Hukum Pasar Modal, Hukum Bisnis, Hukum Perusahaan, Hukum Anti

Pencucian Uang (Money Laundering) dan Hukum Perbankan.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Guru Besar kelahiran Kota Nopan 29 Maret 1956 ini berkediaman di Medan, Jl. Dr. A. Sofyan No. 2d Kampus USU Medan, Telp. (061) 8213939 dan sehari-hari menjalankan aktivitasnya sebagai Ketua Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Guru Besar (Profesor) Ilmu Hukum Bidang Hukum Agraria pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Meraih gelar Doktor Ilmu Hukum pada tahun 2003 dari Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan mempertahankan disertasi dengan judul : “Perkembangan Hukum Adat di Indonesia : Studi Mengenai Refleksi Gadai Tanah di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara ”

B

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH.MH.

(26)

Bidang keahlian meliputi : Hukum Pertanahan, Hukum Jaminan, Hukum Kenotariatan, dan Hukum Transaksi Berjaminan.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Guru Besar kelahiran Tamiang 1 Januari 1961 ini berkediaman di Medan, Jl. Tombak No. 26 A Medan Telp. (061) 6624475, dan sehari-hari menjalankan aktivitasnya sebagai Ketua Program Studi Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Arbiter kelahiran Tapanuli Selatan, 17 Maret 1951 ini sehari-hari adalah Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan beberapa Universitas lain di Medan. Selain aktif sebagai pengurus BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara juga duduk sebagai salah satu anggota Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Propinsi Sumatera Utara. Dan saat ini tinggal di Medan, Jl. Raya Medan Tenggara No. 379A, Telp. (061) 7344238 / 08123584794

Meraih gelar Doktor pada tahun 2007 dari Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dengan disertasi berjudul : “Ijtihad Mahmud Syaltut tentang Hukum Keluarga ”

Bidang keahlian : Hukum Islam

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Arbiter kelahiran Kayulaut, Kab. Mandailing Natal, 5 September 1966 ini menjalankan profesi sebagai dosen Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara sejak tahun 1991 dan Program Pascasrjana IAIN Sumatera Utara sejak 2008. Ssaat ini tinggal di Medan, Jl. Guru Sinumba III No. 11 Helvetia Timur, 20124.

Meraih gelar Doktor pada tahun 2008 dari Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta dengan disertasi berjudul : “Modernization of Islamic of Contract : A Study of ‘ Abd Razzaq al-Sanhuri’s Masadir al-Haqq fi al-Fiqh al-Islami : dirasah muqaranah bi al-fiqh al-gharbi ”

Bidang keahlian dalam Hukum Islam, Comparative Law, Islamic Commercial Law Negara-Negara Timur Tengah.

Disamping aktif berbahasa Arab, Inggris dan Prancis, arbiter ini aktif menulis karya-karya tulis, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan local, nasional internasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Manisak, Batang Natal, 15 Oktober 1961. Doktor Kajian Islam lulusan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini sehari-hari adalah

Dr. H. Ramlan Yusuf Rangkuti, MA

(27)

dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara. Disamping sebagai arbiter, juga aktif sebagai pengurus BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara.

Meraih gelar Doktor pada tahun 2006 dari Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan disertasi berjudul : “ Wawasan tentang Amanah dalam Al-Qur’an ”

Bidang keahlian meliputi : Hukum Islam.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Pematang Siantar, 15 Februari Maret 1963. Sehari-hari adalah Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Disamping sebagai arbiter, juga aktif sebagai Bendahara BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara.

Meraih gelar Doktor pada tahun 2005 dari Program Doktor Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dengan disertasi berjudul : “ Penyelesaian Perkara Kepailitan di Kota Medan”

Bidang keahlian meliputi : Hukum Kepailitan, Hukum Organisasi Perusahaan, Hukum Dagang dan Hukum Asuransi.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Tanjungbalai Asahan, 20 Februari 1973. Sejak tahun 2002 menjalani profesi sebagai Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Program Megister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan beberapa Universitas lain di Medan. Pada BASYARNAS Perwakilan Sumatera Utara duduk sebagai Wakil Ketua dan salah seorang arbiter. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Pasar II Ringroad, Komplek Perumahan Griya Permata Sari No. 9, Tanjung Sari Medan, Telp. (061) 8222139, HP : 0813 622 60213, e-mail : mahmuls@yahoo.co.id

Meraih gelar Doktor pada tahun 2005 dari Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dengan disertasi berjudul : “Perdagangan dan Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap Kesiapan Hukum Di Indonesia Menghadapi Persetujuan Perdagangan Multilateral Terkait Peraturan Penanaman Modal.

Bidang keahlian : Hukum Perusahaan, Hukum Investasi, dan Hukum Perdagangan Internasional

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Dr. Sunarmi, SH.,M.Hum

(28)

Lahir di Medan 14 Januari 1975. Sejak tahun 2002 menjalani profesi sebagai Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Pada BASYARNAS Perwakilan Sumatera Utara duduk sebagai Sekretaris dan salah seorang arbiter. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Kelapa I No. 60 Komp. Rispa III Gedung Johor Medan, Telp. 061-7861774, HP :

081397013911, e-mail address :

Meraih gelar Doktor pada tahun 2006 dari Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dengan disertasi berjudul : “Penerapan Hukum Perjanjian Islam Bersama-sama dengan Hukum Perjanjian Menurut KUHPDT: Studi Mengenai Akad Pembiayaan Antara Bank Syariah dan Nasabahnya di Indonesia”

Bidang keahlian meliputi : Hukum Perdata, Hukum Perikatan Islam, Hukum Pembiayaan Perbankan, dan Hukum Perbankan Syariah

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Binjai, 14 April 1976. Sejak tahun 2002 menjalani profesi sebagai Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Komplek Insan Cita Griya (ICG) Jl. Abdul Hakim Blok D 10 Medan Telp. (061) 8201710/ Hp. 08126051580.

Meraih gelar Doktor pada tahun 2007 dari Program Doktor Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan dengan disertasi berjudul : “Kontribusi Nilai-Nilai Hukum Islam Terhadap Hak Atas Waris Pada Masyarakat Muslim Karo Di Kota Binjai”

Bidang keahlian meliputi : Hukum Perdata, dan Hukum Keluarga (Islam),

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Tanjung Pura, Sumatera Utara, 29 September 1949. Peserta Program Doktor pada IAIN Sumatera Utara ini sehari-hari adalah dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara. Disamping sebagai arbiter, juga aktif sebagai Wakil Sekretaris pada kepengurusan BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara. Saat ini tinggal di Jl. Benteng No. 49 Helvetia Labuhan Deli, Kab. Deli Serdang, Telp. (061) 846 2864, HP. 081376209059.

Aktif mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah, khususnya dalam bidang hukum dan ekonomi Islam di Indonesia.

Bidang keahlian meliputi : Hukum Islam.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Dr. Utary Maharani Barus,SH.,M.Hum

Dr. Idha Aprilyana, S. SH.M.Hum

(29)

Lahir di Padang Panjang, 10 September 1950. Candidat Doktor Ilmu Hukum pada Program Doktor Pascasarjana Universitas Sumatera Utara ini sehari-hari menjalankan profesi sebagai Notaris/ PPAT di Kota Medan. Saat ini tinggal di Medan, Jl.

Rajawali No. 12, 20122, Telp. (061) 847 1726, E-mail address :

syahrilss@hotmail.com

Bidang keahlian meliputi : Hukum Perdata BW (Khusus Bidang Kenotariatan)

Aktif menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Medan, 24 Februari 1954. Lulusan Program Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) ini menjalankan profesi sebagai Dosen Kopertis DPK, Fakultas Hukum UMSU Medan. Saat ini tinggal di Binjai, Jl. Palembang, Gg. Palembang I, No. 4, Telp. (061) 8821 847, Hp. 085296396390

Bidang keahlian meliputi : Hukum Islam

Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Utara ini aktif memberikan ceramah-ceramah agama Islam.

Lahir di Mambang Muda, 1 Februari 1955. Lulusan Program Pascasarjana IAIN Sumatera Utara, Jurusan Hukum Islam IAIN Sumatera ini menjalankan profesi sebagai Dosen pada IAIN Sumatera Utara sejak tahun 1992. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Garu III No. 32 B Medan, 20147, Hp. 08126530906

Bidang keahlian meliputi : Hukum Islam dan sampai sekarang aktif memberikan ceramah-ceramah agama Islam.

Lahir di Padang Panjang, 10 Desember 1975. Sejak tahun 2002 menjalani profesi sebagai Dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Pintu Air IV No. 250 E, Kwala Bekala, Medan, Telp. (061) 77909244, HP. 081370360175

Bidang keahlian meliputi : Hukum Perdata, dan Hukum Adat.

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Lahir di Kota Pinang, 11 Mei 1963. Sehari-hari menjalani profesi sebagai dosen pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Saat ini tinggal di Medan,

Yefrizawati, SH.M.Hum

Syafruddin S. Hasibuan, SH.,MH

Hj. Tjek Tanti, LC., MA

(30)

PELAYANAN YANG DIBERIKAN

Jl. Ekawarni III No. 1 Gedung Johor Medan,20144, Telp. (061) 7880700, Hp. 081361378001, e-mail :

Bidang keahlian meliputi : Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Putra Medan, kelahiran 17 Nopember 1975. Dosen tetap pada Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara ini saat ini sedang mengikuti Program Doktor (S3), Program Konsentrasi Hukum Islam pada Pascasarjana IAIN Sumatera Utara. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Bromo Ujung No. 69 Medan, Telp. (061) 7363045, Hp. 081361575989

Bidang keahlian meliputi : Hukum Perdata Islam dan Hukum Acara

Aktif menulis karya-karya hukum, baik dalam bentuk buku maupun artikel-artikel pada terbitan lokal dan nasional dan menyampaikan pemikiran-pemikiran hukumnya dalam berbagai kegiatan ilmiah.

Putra Palembang, kelahiran 16 Maret 1966. Sebagai seorang advokat, arbiter ini memiliki pemahaman dan pengalaman yang luas dalam praktek penegakan hukum di Indonesia. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Sekip Gg. Sederhana No. 14 Medan.

Bidang keahlian meliputi : Hukum Acara Perdata, Hukum Bisnis dan Hukum Perbankan Syariah.

Aktif mengikuti berbagai kegiatan ilmiah di bidang hukum.

Lahir di Sawah Lamo, Tapanuli Tengah , 16 Januari 1980. Saat ini tinggal di Medan, Jl. Sei. Padang No. 91/105 Lingkungan IX, Kel. Merdeka, Kec. Medan

Baru, E-mail :

Pada BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara berkedudukan sebagai Penitera.

elayanan kepada masyarakat yang disediakan oleh Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, meliputi :

1. Menyelesaikan sengketa keperdataan dengan prinsip Islah

2. Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah yang

timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain

3. Memberikan layanan pendapat hukum (legal opinion) yang bersifat tidak mengikat bagi pihak-pihak

yang memerlukan.

P

Akmaluddin Syahputra, S.Ag, M.hum

Fachruddin Rifai ., SH. M.Hum

(31)

KOMPETENSI

adan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, memiliki kompetensi untuk menyelesaikan sengketa keperdataan atau sengketa muamalah bagi pihak-pihak yang memerlukan berdasarkan pilihan/penunjukan yang telah disepakati Para Pihak sebelumnya.

Ruang lingkup kompetensi meliputi sengketa-sengketa muamalat/perdata yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan, industri, jasa dan lain-lain.

ayanan yang diberikan oleh Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara, dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan, antara lain :

1. Perusahaan Jasa Perbankan berbasis syari’ah

2. Perusahaan Asuransi berbasis syari’ah

3. Perusahaan Jasa Keuangan lainnya berbasis syari’ah

4. Masyarakat pada umumnya

eunggulan dan keuntungan bagi pengguna Badan Arbitrase Syariah Nasional Perwakilan Propinsi Sumatera Utara dalam menyelesaikan sengketa antara para pihak dibandingkan dengan Badan Peradilan, antara lain :

1. Pemeriksaan persidangan bersifat tertutup

2. Proses sederhana dan relative cepat

3. Dilakukan oleh para arbiter yang memiliki keahlian sesuai bidangnya 4. Suasana kekulargaan

5. Putusan bersifat final and binding dan memiliki kekuatan eksekutorial

iaya arbitrase yang diberlakuan BASYARNAS Perwakilan Propinsi Sumatera Utara adalah berdasarkan Penetpan BASYARNAS No. 01/BASYARNAS/9/4/2005 tentang Biaya Arbitrase, sebagai berikut :

A. Biaya Pendaftaran Konpensi/Rekonpensi

6. Tuntutan sampai dengan Rp 100.000.000,- Rp 100.000,-

7. Rp 100.000.001,- s/d Rp 300.000.000,- Rp 200.000,-

8. Rp 300.000.001,- s/d Rp 500.000.000,- Rp 300.000,-

9. Rp 500.000.001,- s/d Rp 1.000.000.000,- Rp 400.000,-

10. Lebih dari Rp 1.000.000.000,- Rp 500.000,-

B. Biaya Administrasi/Pemeriksaan Konpensi/Rekonpensi

5. Tuntutan sampai dengan Rp 100.000.000,- Rp 500.000,-

6. Rp 100.000.001,- s/d Rp 500.000.001,- Rp 1.000.000,-

B

L

K

(32)

7. Rp 500.000.001,0 s/d Rp 1.000.000.000,- Rp 1.500.000,-

8. Lebih dari Rp 1.000.000.000,- Rp 2.000.000,-

C. Biaya Arbiter

16. Tuntutan Rp 100.000.000,- s/d Rp 500.000.000,- 7 %

17. Rp 500.000.001,- s/d Rp 2.000.000.000,- 6 %

18. Rp 2.000.000.001,- s/d Rp 5.000.000.000,- 5 %

19. Rp 5.000.000.001,- s/d Rp 7.000.000.000,- 4 %

20. Rp 7.000.000.001,- s/d Rp 9.000.000.000,- 3 %

21. Rp 9.000.000.001,- s/d Rp 10.000.000.000,- 2 %

22. Rp 10.000.000.001,- s/d Rp 20.000.000.000,- 1 %

23. Rp 20.000.000.001,- s/d Rp 30.000.000.000,- 0.90 %

24. Rp 30.000.000.001,- s/d Rp 40.000.000.000,- 0.80 %

25. Rp 40.000.000.001,- s/d Rp 50.000.000.000,- 0.70 %

26. Rp 50.000.000.001,- s/d Rp 60.000.000.000,- 0.65 %

27. Rp 60.000.000.001,- s/d Rp 70.000.000.000,- 0.60 %

28. Rp 70.000.000.001,- s/d Rp 80.000.000.000,- 0.50 %

29. Rp 80.000.000.001,- s/d Rp 90.000.000.000,- 0.40 %

30. Tuntutan lebih besar dari Rp 90.000.000.000,- 0.30 %

BADAN ARBITRASE SYARI’AH NASIONAL Perwakilan Propinsi Sumatera Utara

Pengurus

Ketua

Referensi

Dokumen terkait

Sistem hukum yang mendukung ketahanan nasional menunjuk kepada keberlakuan penanggulangan terhadap ancaman keamanan nasional, baik bersifat preventif maupun represif

menyiapkan buku teks dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Guru Diniyah di SDIT Nurul Ishlah hanya melakukan dua jenis kegiatan dari. keseluruhan kegiatan

Program Studi Diploma Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi. Universitas Kristen Satya

Registrasi administrasi adalah kegiatan untuk memperoleh status terdaftar sebagai mahasiswa program studi kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Penelitian yang berjudul Pengembangan modul Topeng etnik Nusantara sebagai suplemen Pembelajaran Seni Budaya dan prakarya ini bertujuan untuk mendeskripsikan topeng

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh metode ceramah dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis paru di Desa

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1). Bagaimana prestasi belajar fiqih Siswa, Kelas IV MI Al-Ma’arif Guwo Kemusu Boyolali tahun 2010?. Bagaimana aktivitas

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Kuliah. Program Sarjana Strata