• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1. Aspek Lingkungan ajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah se

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "8.1. Aspek Lingkungan ajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah se"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

8.1. Aspek Lingkungan

ajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

1. UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup : “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan kesanggupan Pengelolaan danPemantauanLingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No.5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

(2)

4. Permen LHNo. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk penyiapan alternative penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan atau UKL danUPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kotadalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional.

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

c. Menetapkan dan melaksan akan kebijakan mengenai KLHS.

d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

h. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

e. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

(3)

3. Pemerintah Kabupaten

a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten

b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Mengembangkan dan menerapkan instrument lingkungan hidup.

e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. KajianLingkungan HidupStrategis(KLHS)

Menurut UUNo.32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar danterintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan didalam RPI2JM karena:

1.

RPI2JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2.

KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan karena RPI2JM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatifter hadap lingkungan hidup.

Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi sangat diperlukan untuk mentransfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.

Tahapan Pelaksanaan KLHS

Selanjutnya tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2JM persektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan an/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

(4)

Tabel 8.1.

Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya di Kota Kupang

No. Kriteria Penapisan

Perubahan Iklim Terjadi beberapa tahun terakhir akibat pengaruh perubahan iklim

Australia, tapi masih pada batas aman Tidak signifikan

2.

Kerusakan,kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Kerusakan hutan bakau di psesir patai Oesapa yang berakibat pada kemerosotan habitat plasma nutfah. Namun sejauh ini masih dalam batas aman

Kabakaran lahan sering terjadi sebagai akibat kekeringan dan kebiasaan membakar untuk pakan ternak, sebagai akibat perubahan iklim, dan kebiasaan membakar, tapi masih terpantau

Tidak signifikan sejauh ini masih dalam batas aman

Tidak signifikan

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

Alih fungsi lahan hutan/semak belukar menjadi hunian di pinggir kota dan alih fungsi lahan hunian menjadi perdagangan pada jalur jalan utama pusat kota Kupang. Sejauh ini masih aman namun perlu

Pesatnya pertumbuhan penduduk migran perdesaan ke kota Kupang dengan keterampilan yang terbatas mengakibatkan peningatan jumlah penduduk miskin perkotaan dan terbantuknya kampung kumuh dan Sqoter setlemen pada beberapa kawasan di

Terjadi pencemaran sumber air permukaan dan sumur dangkal dalam kota Kupang oleh bakteri Ecoly dan polusi udara akibat aktifitas Industri semen Kupang tapi belum sampai pada tingkat yang mengkwatirkan

Tidak signifikan

Rencana/program dalam RPI2JM berpengaruh terhadap kriteria penapisan diatas maka Satgas RPI2JM didukung Badan lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:

a) Identifikasi Masyarakatdan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepenting adalah :

 Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;

(5)

 Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;

 Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 8.2.

Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku

Kepentingan Lembaga

Pembuat keputusan a.Bupati/Walikota b.DPRD

Penyusun kebijakan,rencana dan/atau program DinasPU-CiptaKarya, BPLHD

Instansi a.DinasPU-CiptaKarya

b.BPLHD

Masyarakat yang memilik Informasi dan/atau keahlian(perorangan/tokoh/kelompok)

a.Perguruan tinggi ataulembaga penelitian lainnya b.Asosiasi profesi

c.Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup d.LSM/Pemerhati Lingkungan hidup

e.Perorangan/tokoh

f.kelompok yang memiliki data dan informasi berkaitan dengan SDA

Masyarakat terkena Dampak

a.LembagaAdat b.Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat

e.Kelompok masyarakat tertentu(nelayan,petani dll)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:

(6)

Tabel. 8.3

Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya

Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang CiptaKarya Penjelasan Singkat

Lingkungan Hidup Permukiman

Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Sumber mata air permukaan yang terbatas perlu diantisipasi dengan sumber alternatif berupa mendayagunakan aliran air permukaan pada musim hujan, sumber air tanah dalam dan/atau penyulingan air asin

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal

Sumber pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal mungkin terjadi pada instalasi pengolahan limbah rumah sakit, industri kerajinan rumah tangga atau pada industri bersar seperti Pabrik Seman Kupang, PLTD/PLTU dan lain-lain

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Penurunan kualitas akibat permukiman kumuh antara lain pada daerah sempadan sungai/kali (Liliba, kali Dendeng, Kali terlihat pada Pantai Oesapa dan lain-lain) juga pada kawasan sekitas Pasar (Pasar Kuanino, Naikoten, Oebobo, Oesapa, Oeba, Oepura dll)

Ekonomi

Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Pencemaran air mengurangi kesejahteraan masyarakat

Kerusakan lingkungan sebagai dampak kemiskinan masyarakat perkotaan dapat dilihat pada kampung kumuh perkotaan seperti pada kali Liliba, kali Dendeng, Kali terlihat pada Pantai Oesapa dan lain-lain; juga pada kawasan sekitas Pasar (Pasar Kuanino, Naikoten, Oebobo, Oesapa, Oeba, Oepura dll)

Sosial

Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit

- Menyebabkan penyakit ispa akibat pembakaran sampah secara terbuka - Menyebabkan penyakit diare

Pencemaran lingkungan di kota Kupang terjadi di sekitar tempat pembuangan sampah (transfer depo atau TPA), juga di kawasan sekitar pasar dan di kawasan indutri pengolahan serta pada kawasan kumuh.

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 8.4. Identifikasi KRP

No. Komponenkebijakan, rencana/

Oesapa, Oeba,Fatubesi, Alak, Nunleu, Mantasi, Fontein, Naikoten I, Airmata

Liliba, Fatukoa 2. Penataan Bangunandan Lingkungan Akses gedung & Lingkungan

Revit Kawasan

Kelapa Lima, Oesapa, Oebobo Lahilai Besi Kopan, Oesapa 3.

Pengembangan Air Minum SPAM kaw.Kumuh SPAm kaw. PPI

Peningk.Infrastruktur Air limbah setempat

Pemb.Drainase Kota

Bonipoi, Nunleu, Airmata

Oetete, Oesapa, Naikoten

(7)

Tabel 8.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

Rujukan Peraturan Perundangan

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKLUPL

Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatanWajib AMDAL

Pengertian Umum

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atauprogram.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

Kewajiban pelaksanaan Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL Pemerintah/swasta)

Keterkaitan studi lingkungan dengan:

Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan RPIM Kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

Mekanisme pelaksanaan

pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah; perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program; dan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan rencana, dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagaipenyusun AMDAL

Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu olehTim Teknis.

Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan

Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

Muatan Studi Lingkungan

 Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutan Kajian pengaruh rencana/program dengan isu- isu strategis terkait pembangunan berkelanjutan. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program

i. Kerangkaacuan; ii. Andal; iii. RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL - RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

Outcome

Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untuk melakukan perbaikan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan yang melampaui daya dukung dan daya

 Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan

 Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan

 Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKLRPL.

Pendanaan APBD Kabupaten/Kota

 Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL) didanai oleh pemrakarsa,

 Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan secretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD

 Jasa penilaian KA, AMDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

 Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota

Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu komponen dalam

kabupaten/kota yang dapat mengakses

Masyarakatyangdilibatkanadalah: i. Yangterkenadampak;

(8)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

dokumen pelaksanaanKLHS iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam prosesAMDAL

Atribut Lainnya :Posisi Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir skilus pengambilan keputusan Pendekatan Cenderung proaktif Cenderung bersifat reaktif

Fokus analisis Evaluasi implikasi lingkungan dan

pembangunan berkelanjutan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan Dampak

kumulatif

Peringatan dini atas adanya dampak

komulatif Amat terbatas

Titikberat telaahan Memelihara keseimbangan alam,

pembangunan Berkelanjutan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya

Kedalaman

Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk

Mengarahkan visi dan kerangka umum

Sempit, dalam dan rinci

Deskripsi proses

Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP

Merupakan proses interatkif dan kontinu

Proses di deskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan Akhir

Fokus

pengendali andampak

Fokus pada agenda pembangunan

berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

Institusi Penilai

Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

Sumber:: Hasil analisa

8.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan MenteriPekerjaan Umum No.10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidupdan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

(9)

Tabel 8.6. Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. JenisKegiatan Skala/Besaran

A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg system Control landfill/sanitary landfill: b. TPA didaerah pasang surut:

- luas landfill, atau B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:

a. Kotametropolitan, luas b. Kota besar, luas c. Kota sedang dan kecil, luas d. keperluan settlement transmigrasi

a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang : - Luas, atau Kapasitasnya

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya: - Luas,atau

- Kapasitasnya

c. Pembangunansistem perpipaanairlimbah: - Luaslayanan, atau

a.Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) dipermukiman a. Kotabesar/metropolitan,panjang:

b. Kotasedang,panjang:

>5km >10km e. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

a. Pembangunan jaringan distribusi - Luas layanan dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel berikut

:

Tabel 8.7. Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya

Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

• Luaskawasan,atau<10Ha • Kapasitas total<10.000ton ii. TPAdaerahpasangsurut • Luaslandfill,atau< 5Ha • Kapasitas total<5.000 ton iii. PembangunanTransfer Station • Kapasitas< 1.000ton/hari

(10)

SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya

v. PembangunanIncenerator • Kapasitas< 500ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos • Kapasitas> 50s.d. <100 ton/ha

b. Air Limbah Domestik/ Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang • Luas <2ha

• Atau kapasitas<11m3/hari

ii. Pembanguna nInstalasiPengolahanAir Limbah(IPAL) • Luas <3ha

• Ataubahanorganik<2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off- site sanitation system) diperkotaan/permukiman • Luas <500ha

• Atau debit airlimbah<16.000m3/hari c.Drainase Permukaan

perkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder • Panjang<5km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder diarea/kawasan pemukiman • Luas kolam retensi/polder(1–5) ha

d. Air Minum i. Pembangunan jaringan distribusi: • luas layanan:100has.d. <500ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi • Metropolitan/besar,Panjang:5s.d<10km • Sedang/kecil, Panjang: 8s.d.M10km • Pedesaan,Panjang: -

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit) • Sungai danau: 50 lpss.d. <250 lps

• Mat aair :2,5lpss.d. <250 lps iv. Pembangunan Instalas iPengolahan air lengkap • Debit : >50 lpss.d. <100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam(debit) untuk kebutuhan:

• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM:2,5 lps- <50 lps • Kegiatan lain dengan tujuan komersil:1,0lps-<50lps

Pembangunan Gedung

i. Pembangunan bangunan gedungdi atas/bawah tanah:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan :5000m2 s.d. 10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng :5000 m2 s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum : 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan

rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan : 5000m2 s.d. 10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayana numum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsik husus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yan gtidak dipersyaratkan untuk Amdal mak awajib dilengkapi UKLdanUPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:

1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan :5000m2 s.d.10.000m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000m2

3) Fungsisosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum : 5000m2 s.d. 10.000m2

4) Fungsi khusus, seperti reactor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL f. Pengembangan

kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

• Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan:< 10ha

(11)

SektorTeknisCK Kegiatandan BatasanKapasitasnya

Terpadu Mandiri KTM ekstransmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan); • Jumlah hunian: < 500unitrumah;

• Luas kawasan:< 10ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ lingkungan Siap Bangun)

• Jumlah hunian: < 500unitrumah; • Luas kawasan:< 10ha g. Peningkatan Kualitas

Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh diperkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need )pelayanan infrastruktur, tanpa pemindaha npenduduk;

• Luaskawasan:< 10ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; • Luaskawasan:< 10ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi local (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

• Luas kawasan:< 10ha h. Penanganan Kawasan

Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urbanrenewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumahs usun

• Luaskawasan:< 5ha

Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masihdi bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL- UPL tetapi wajibdi lengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

Namun sampai saat ini belum terdata lengkap dokumen-dokumen terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Kota Kupang.

8.2 AspekSosial

Aspek social terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/ pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saatini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali.

Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No.17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

(12)

masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UUNo.2/2012 tentang Pengadaan UU No.2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No.15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

Pasal 1 : Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No.9 Tahun 2000 tentang Pengarus utamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

1. Pemerintah Pusat:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b. Menjamin tersedianyapendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategisnasional ataupunbersifatlintasprovinsi.

(13)

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkatpusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan ditingkat provinsi berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:

a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota. b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di

tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan

(14)

Tabel 8.8. Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota Kupang

No. Lokasi

Jumlah

Penduduk Miskin Kondisi Umum

Permasal ahan - Status kepemilikan hunian

milik sendiri, dan bersama

Sumber : BPS Kab.Kupang 2014

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumahtanggadikategorikanmiskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m² per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuatdari tanah/bambu/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mataair tidakterlindung/sungai/airhujan. 7. Bahanbakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah. 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satustel pakaianbarudalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah : petani dengan luas lahan 500 m², buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp.600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga : tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD. 14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,-

seperti sepeda motor kredit/nonkredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

(15)

Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsive gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM)Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah(PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat(PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan(PPIP), RuralInfrastructureSupport (RIS)to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat(SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran dimasa dating di daerah.

Namun belum terdata dengan lengkap aspek pengarusutamaan Gender di Kota Kupang.

8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

1. Konsultasi masyarakat

Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

2. Pengadaan lahandanpemberiankompensasi untuk tanahdanbangunan

Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi diatas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan

(16)

3. Permukimankembali penduduk(resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

Di Kota Kupang, belum terdata kegiatan pembangunan Cipta Karya yang menyangkut pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi serta permukiman kembali.

8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

(17)

embahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM pada dasarnya bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya

b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiyaan antara lain dari masyarakat dan sektor

swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,

c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya.

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan

perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan

Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,

serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung

sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain

yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai

(18)

pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU

dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK

digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.

Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan

kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:

Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan

urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan

umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar

pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib

pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber

pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang

didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta

Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri,

tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib

memenuhi persyaratan:

a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun

sebelumnya;

b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang

ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;

c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres

56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan

infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha

adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana

(19)

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur

APBD terdiri dari:

a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan

Lain yang Sah.

b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian

sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta

Karya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum

kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan

termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK

diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/

target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur Sanitasi

DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan,

dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan

yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan

untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs

yang dengan kriteria teknis : kerawanan sanitasi dan cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan

Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk

satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non

Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus

mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai

wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di

daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana

(20)

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuanv Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi k husus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala

provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten ntuk pembangunan infrastruktur

permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

9.2 PROFIL APBD KOTA KUPANG

Pemerintah Kota Kupang dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 21 Tahun 2011 tentang

perubahan kedua permendagri 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Kupang dilaksanakan dalam suatu system terintegrasi diwujudkan

dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan instrument

yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan

pendapatan maupun belanja daerah.

Struktur APBD Kota Kupang terdiri dari (1) Penerimaan Daerah yang didalamnya terdapat pendapatan

daerah dan penerimaan pembiayaan daerah; (2) Pengeluaran Daerah yang didalamnya terdapat Belanja

Daerah dan (3) Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang

kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah,

sehingga analisis pengelolaan keuangan daerah menjelaskan tentang aspek kebijakan keuangan daerah,

yang berkaitan dengan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah guna mewujudkan visi dan misi.

9.2.1. Realisasi Pendapatan Daerah

Selama lima tahun terakhir 2008-2012 kebijakan pengelolaan keuangan daerah meliputi kebijakan

penerimaan keuangan daerah dan pengeluaran keuangan daerah. Untuk lebih jelasnya mengenai

(21)

Tabel 9.1

Realisasi Pengelolaan Keuangan Kota Kupang Tahun 2007 – 2012

Uraian Realisasi Tahun (Rp)

2008 2009 2010 2011 2012

Pendapatan 417.888.150.842 478.427.129.720 542.852.592.944 608.816.594.835 689.031.760.216

Belanja Daerah 419.333.438.912 483.344.658.651 557.284.994.993 592.686.661.422 736.159.076.804

Penerimaan Pembiayaan 98.401.690.879 76.550.480.776 68.614.458.309 49.237.841.461 59.099.137.123

Pengeluaraan Pembiayaan 21.000.000.000 5.200.000.000 7.500.000.000 7.500.000.000 2.000.000.000

Sumber data : Buku APBD Kota Kupang, Tahun 2007 – 2011

Realisasi rata – rata pertumbuhan pendapatan selama 5 tahun (2008 - 2012) sebesar 13,32 persen

per tahun dan realisasi proporsi rata – rata Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Pendapatan Daerah

sebesar 18,23 persen.

Sementara pertumbuhan rata-rata per obyek pendapatan terhadap Total Pendapatan Daerah

didominasi oleh Lain-Lain pendapatan daerah yang sah dengan persentase yang sangat fantastis

sebesar 103,27 persen, diikuti oleh Pendapatan pajak daerah sebesar 31,22 persen.

Perkembangan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama 5 tahun mengalami rata-rata

pertumbuhan sebesar 18,23 persen per tahun, hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan

daerah sangat baik sehingga melewati target yang direncanakan, dimana dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Kupang tahun 2007 – 2012 ditargetkan

sebesar 14 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya Rata-rata Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi

Pendapatan Daerah Kota Kupang Tahun 2008-2012 dapat dilihat tabel. berikut ini :

Tabel 9.2. Rata-rata Pertumbuhan dan Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Kota Kupang Tahun 2008-2012

Uraian

Realisasi Pertumb

uhan Rata-rata

(%)

2008 2009 2010 2011 2012

PENDAPATAN 417.888.150.842,00 478.427.129.720,00 542.852.592.944,00 608.816.594.835,00 689.031.760.216 13,32

Pendapatan Asli Daerah 32.036.713.530,94 36.204.733.167,02 36.828.891.454,35 47.702.927.427,60 61.379.555.364,00 18,23 Pendapatan Pajak Daerah 9.946.115.049,00 11.977.785.476,00 13.247.651.835,00 22.200.583.682,00 28.031.487.000,00 31,22 Pendapatan Retribusi

Daerah 8.898.181.422,00 9.323.675.310,00 10.237.262.522,00 11.267.458.193,00 16.005.575.228,00 16,67 Pendapatan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

3.284.624.905,00 4.516.252.840,00 5.940.394.702,00 8,015,299,050.51 9.274.801.636,00 29,92

Lain-lain Pendapatan Asli

Daerah Yang Sah 9.907.792.154,94 10.387.019.541,02 7.403.582.395,35 6,219,586,502.09 8.067.691.500,00 -2,54 Dana Perimbangan 374.684.671.969,00 404.166.660.024,00 401.826.042.065,00 450.311.609.119,00 525.570.823.222,00 9,02 Bagi Hasil Pajak / Bukan

Pajak 22.138.796.969,00 26.391.433.024,00 29.949.246.065,00 32.008.902.119,00 40.326.478.222,00 16,39 Dana Alokasi Umum 313.887.875.000,00 329.002.227.000,00 340.862.396.000,00 377.570.807.000,00 453.986.555.000,00 9,86 Dana Alokasi Khusus 38.658.000.000,00 48.773.000.000,00 31.014.400.000,00 40.731.900.000,00 31.257.790.000,00 -0,54 Lain - Lain Pendapatan

(22)

9.2.2. Belanja Daerah

Pengelolaan Belanja Daerah dilaksanakan berlandaskan pada anggaran Kinerja (Performance budget)

yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja. Kinerja tersebut

mencerminkan efisiensi dan efektifitas pelayanan publik, yang berarti belanja daerah harus

berorientasi pada kepentingan publik. Oleh karena itu arah pengelolaan belanja daerah harus

digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan yang

kurang beruntung (pro-poor), pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dan perluasan lapangan kerja (pro-job). Untuk lebih jelasnya gambaran realisasi belanja terhadap Anggaran Belanja Daerah Kota Kupang

selama 5 Tahun terakhir (2008 - 2012) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9.3

Realisasi Belanja Daerah Kota Kupang Tahun Anggaran 2008 – 2012

Jenis Belanja

Tahun Rata-rata

belanja (%)

2008 2009 2010 2011 2012

Belanja tidak langsung 295.634.160.364 332.273.055.229 368.854.272.746 421.224.021.047 514.725.038.674,00 14,95

1 Belanja Pegawai 261.077.134.864 297.900.749.002 342.761.592.746 386.748.187.645 468.177.350.258,00 15,76

2. Belanja Hibah 1.878.590.500 3.745.000.000 6.420.000.000 12.094.375.000 31.197.348.389,00 104,28

3. Belanja Bantuan Sosial 21.580.065.000 16.498.999.500 11.067.500.000 12.344.400.000 6.362.100.000,00 -23,35

4. Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi /Kab/Kota dan Pemerintah Desa

73.500.000 113.500.000 95.930.000 114.240.000 190.740.000,00 31,25

5. Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinasi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa

8.524.870.000 12.109.250.000 8.009.25.000 7.251.400.000 7.447.500.000,00 0,36

6. Balanja Tak Terduga 2.500.000.000 1.905.556.727 500.000.000 2.671.418.402 1.350.000.000,00 71,82

Belanja Langsung 180.432.879.935 214.810.307.620 235.285.337.373 224.392.659.424 221.434.038.157,00 5,66

1. Belanja Pegawai 28.847.612.585 19.413.640.650 20.992.407.630 27.54.956.848 31.796.312.280,00 5,52

2. Belanja Barang dan Jasa 77.666.724.650 98.350.043.890 83.391.166.278 91.465.530.639 106.204.821.794,00 9,30

3. Belanja Modal 73.918.540.700 97.046.623.080 130.901.763.465 105.362.171.937 83.432.904.083,00 6,46

TOTAL (1 + 2) 476.067.040.299 547.083.362.849 604.139.610.119 645.616.680.471 736.159.076.804,00 11,56

Sumber Data : Bag. Keuangan Setda Kota Kupang

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa selama 5 Tahun terakhir (tahun 2008 - 2012) proporsi

rata-rata penggunaan anggaran Belanja Tidak Langsung terhadap jumlah Anggaran Belanja sebagian

besar digunakan untuk belanja pegawai dengan proporsi rata 14,95%, sedangkan proporsi

rata-rata Belanja Langsung sebesar 5,66%, dimana belanja terbesar digunakan untuk Belanja Barang dan

Jasa sebesar 9,30% dan Belanja Modal sebesar 6,46%, sedangkan Belanja Pegawai hanya 5,52%.

Sedangkan pada Belanja Tidak Langsung, rata-rata belanja terbesar selama periode 2008-2012

didominasi oleh belanja hibah, yakni sebesar 104,28%, sedangkan belanja dengan porsi terkecil

(23)

Namun secara keseluruhan Realisasi Belanja Daerah Kota Kupang selama 5 tahun terakhir adalah

sebesar 11,56%.

9.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 4 tahun Terakhir

Pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda dan Ditjen Cipta

Karya dalam melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat

memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana

ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku

(PermenPU No. 14 Tahun 2011).

Alokasi pembiayaan Bidang keciptakaryaan di kota Kupang dari melalui dana APBN di tahun 2010

sampai tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 9.4.

Untuk tahun 2010 alokasi pembiayaan untuk bidang keciptakaryaan mencapai 12.257.957.000,-

rupiah, untuk tahun 2011 alokasinya 42.285.270.000,- rupiah, tahun 2012 alokasinya

31.047.451.000,-dan tahun 2013 alokasinya 27.378.723.000,- rupiah. Berdasarkan sumber

pendanaan, untuk pembangunan infrastruktur keciptakaryaan di Kota Kupang lebih banyak

bersumber dari dana APBN murni.

Sedangkan CSR dan KPS belum berperan dalam membantu membiayai pembangunan

Infrastruktur permukiman. Untuk sektor yang mendapatkan dana (pembiayaan) terbesar dari

tahun 2010 -2012 adalah sektor Air Minum. Hal ini disebabkan karena adanya MOU antara

pemerintah Provinsi NTT dengan Ditjend Cipta Karya untuk penanganan air minum di Kota

Kupang selama 3 tahun dengan pembiayaan mencapai 100 Milyar rupiah.

Tabel 9.4. Pendanaan Bidang Cipta Karya 2010-2013 Kota Kupang

Tahun Kegiatan

APBN

RM PHLN

2010

BANKIM 800,000 -

PBL 11,107,957 -

PLP 350,000 -

AM -

TOTAL 12,257,957 -

2011

BANKIM 98,700 -

PBL 9,296,264 -

PLP 589,500 -

AM 29,583,306 2,717,500

(24)

Tahun Kegiatan APBN

RM PHLN

2012

BANKIM 1,444,888 -

PBL 9,530,000 -

PLP - -

AM 20,072,563

TOTAL 31,047,451 -

2013

BANKIM 1.017.000,- -

PBL 370.000. 8.033,750

PLP 400.000 -

AM 17.557,973

TOTAL 19.344.973, 8.033.750 Sumber : Profil Cipta Karya NTT

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk

mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui

penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah

tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas

nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan

sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan

termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala

kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui

proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan

berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.

DAK untuk Air minum dan Sanitasi di wilayah Kota Kupang tahun 2010-2013 mengalami

fluktuasi. Di tahun 2010 sebesar 2.882.828 milyar rupiah, menurun di tahun 2011 menjadi

1.668.200 milyar rupiah, di tahun 2012 menjadi 1,851.630 milyard rupiah dan di tahun 2013

meningkat menjadi 2.056.220 milyard rupiah.

Tabel 9.5.

Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kota Kupang 4 Tahun Terakhir (Dalam ribuan rupiah)

Jenis DAK 2010 2011 2012 2013

DAK Air Minum 936,300 859,880 749.880

DAK Sanitasi 731,900 991,750 1.306.340.-

(25)

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 5 tahun terakhir

disajikan dalam tabel dibawah ini. Dimana porsi untuk bidang cipta karya terhadap APBD Kota di

tahun 2011 hanya sebesar 0,0007% tidak sampai 1% pun. Ini menunjukan kurang seriusnya

Pemerintah Kota dalam memperhatikan pembangunan di bidang keciptakaryaan.

Tabel 9.6

Perkembangan Alokasi APBD Kota Kupang untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Dalam ribuan rupiah

Sektor

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 2013 Alokasi %

APBD I 2.241.542.051,286

1.590.293.

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan

Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kota Kupang. DDUB ini

menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta

Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 4 tahun terakhir untuk melihat

komitmen pemerintah daerah.

(26)

Tabel 9.7.Perkembangan DDUB dalam 4 Tahun Terakhir

Sektor

2010 2011 2012 2013

Alokasi

APBN DDUB

Alokasi

APBN DD UB

Alokasi

APBN DDUB

Alokasi

APBN DDUB

Pengembangan Air Minum - - 29.583.306 3.250.000 20.072.563 - 17.557,973 3.426,784

Pengembangan PPLP 350.000 - 589.500 - - - 400.000 40.000

Pengembangan Permukiman 800.000 - 98.700 300.000 1.444.888 - 1.017.000 -

Penataan Bangunan & Lingkungan 11.107.957 - 9.296.264 669.500 9.530.000 370.000 8.408,750 391.250

Total 12.257.957 - 39.567.770 4.219.500 31.047.451 370.000 27.383,723 3.858,034

Alokasi DDUB tahun 2011 terhadap total APBN sebesar 10,66%, tahun 2012 hanya sebesar 1,2%

dan hanya untuk sektor PBL dan di tahun 2013 berjumlah 3.858.034.000 rupiah atau meningkat

menjadi 14,09%.

Sedangkan Perusahaan Daerah dan Kerjasama Pemerintah-Swasta belum berperan dalam

membantu membiayai pembangunan infrastruktur permukiman.

9.4 PROYEKSI dan RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya

dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi

perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan

swasta. Namun berhubung di Kota Kupang belum ada kerjasama pemerintah-swasta dan memiliki

perusahaan daerah yang tidak sehat, maka analisis proyeksi yang dilakukan hanyalah terhadap

perkembangan APBD.

Proyeksi Penerimaan APBD 5 tahun ke Depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap

kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis.

Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya

dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun

sebelumnya.

Asumsi target penerimaan pendapatan daerah adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli daerah (PAD).

Proyeksi rata-rata pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada RPJMD Kota

Kupang Tahun 2013-2017 sebesar 12,19 persen, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Realisasi penerimaan PAD selama kurun waktu lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan

(27)

b. Kebijakan Pemerintah Provinsi dan Pusat tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diserahkan ke Pemerintah

Daerah;

c. Upaya serius dari pemerintah Kota Kupang dalam menggali potensi sumber- sumber

pendapatan asli daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi PAD.

2. Dana Perimbangan

Proyeksi rata – rata pertumbuhan penerimaan dari Dana Perimbangan pada RPJMD Kota Kupang

Tahun 2013-2017 sebesar 8,16 persen dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

a. Realisasi penerimaan Dana Perimbangan selama kurun waktu lima tahun terakhir yang

mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 8,16 persen.

b. Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan pos yang memiliki Kontribusi terbesar dalam

menyokong penerimaan Dana Perimbangan yakni sebesar 80,43 persen. Berdasarkan UU

Nomor 35 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Keuangan Daerah, DAU

diberikan berdasarkan celah fiskal/keuangan dan alokasi dasar.

Celah fiskal/keuangan merupakan kebutuhan daerah yang dikurangi dengan kapasitas

fiskal/keuangan daerah. Kebutuhan fiskal daerah merupakan variabel-variabel yang ditetapkan

undang-undang antara lain penduduk, luas wilayah, penduduk miskin dan indeks harga,

perhitungan kapasitas keuangan didasarkan atas PAD dan Dana Bagi Hasil yang diterima daerah,

sedangkan alokasi dasar merupakan pemenuhan gaji PNS.

Kebutuhan fiskal Kota Kupang ditahun-tahun mendatang akan mengalami peningkatan seiring

dengan pertambahan jumlah Penduduk Kota Kupang yang mengalami peningkatan rata-rata

sebesar 1,43% per tahun.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Penerimaan pada pos ini juga diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar 89,65 persen

per tahun. Dalam upaya optimalisasi penerimaan pendapatan, maka Pemerintah Kota Kupang harus

secara intensif melakukan koordinasi menggali potensi penerimaan Lain-lain pendapatan daerah

yang sah dengan Pemerintah Pusat, Provinsi maupun pemerintah daerah lainnya.

Penerimaan pendapatan daerah pada RPJMD Kota Kupang Tahun 5 tahun ke depan yang terdiri

dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah

diproyeksikan mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,74 persen per tahun. Untuk lebih jelasnya

(28)

Tabel 9.8. Proyeksi Perkiraan Pendapatan Daerah Kota Kupang 5 Tahun ke Depan

Uraian Tahun 2012

Proyeksi Pertu

mb. Rata2 %) Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5

PENDAPATAN 683.809.545.174 808.403.373.875 853.792.809.227 954.028.085.031 1.066.030.982.213 1.191.183.019.525

11,74

Pendapatan Asli

Daerah 61.379.555.364 71.636.739.364 80.369.257.892 90.166.270.429 101.157.538.794 113.488.642.772 Pendapatan Pajak

Daerah 27.931.487.000 31.210.643.573 34.874.773.129 38.969.071.495 43.544.040.488 48.656.110.842 Pendapatan

Retribusi Daerah 16.005.575.228 17.884.629.759 19.984.285.294 22.330.440.387 24.952.034.088 27.881.402.890 Pendapatan Hasil

Pengelolaan ekayaan Daerah yg Dipisahkan

9.274.801.636 10.363.663.348 11.580.357.425 12.939.891.387 14.459.034.636 16.156.525.302

Lain-lain p endapatan Asli Daerah yg Sah

8.892.691.500 10.479.116.772 10.640.495.170 10.804.358.796 10.970.745.921 11.139.695.408

Dana

Perimbangan 525.570.823.222 629.346.316.765 656.218.669.034 733.258.740.779 819.343.316.946 915.534.222.355

Bagi Hasil Pajak /

Bukan Pajak 40.326.478.222 45.060.806.765 50.350.945.479 56.262.146.479 62.867.322.475 70.247.946.134 Dana Alokasi

mum 453.986.555.000 527.785.630.000 581.461.428.570 640.596.055.856 705.744.674.737 777.518.908.158

Dana Alokasi

husus 31.257.790.000 56.499.880.000 63.901.364.280 72.272.443.000 81.740.133.033 92.448.090.460

Lain - Lain Pendapatan Daerah Yang Sah

102,081.381.630 107.420.317.745 120.031.463.049 134.123.156.811 149.869.215.420 167.463.861.311

Sumber: Olahan Bappeda Kota Kupang

9.5 ANALISIS TINGKAT KETERSEDIAAN DANA dan STRATEGI PENINGKATAN

INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada

untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat,

pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, dirumuskan strategi

peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari

berbagai sumber.

9.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Pembiayaan dana APBN untuk bidang keciptakaryaan di Kota Kupang lebih mengarah pada sektor sektor

air minum yakni 29, 58 Milyar di tahun 2011 dan 20,07 Milyar di tahun 2012. Bahkan dana PHLN hanya

dikhususkan bagi sektor air minum yang pada tahun 2011 sebesar Rp. 2,7 Milyar. Urutan yang berikut

adalah sektor PBL yang tiga tahun berturut-turut (2010,2011,2012) mendapat stimulan dana APBN total

(29)

Pembiayaan keciptakaryaan dari tahun 2010 sampai 2012 oleh APBN tidak tetap. Tahun 2010 sebesar

12,26 Milyar, tahun 2011 naik signifikan 222,8% menjaddi 39.567.770 dan tahun 2012 menurun menjadi

31,05 milyar. Kondisi ini menunjukan bahwa setiap tahun selalu ada dana stimulan dari APBN untuk

merangsang keuangan daerah. Dana APBN inipun selalu berubah sesuai usulan kebutuhan.

Sedangkan kebutuhan dana dari APBDpun turut meningkat dari tahun ke tahun. Ini terlihat dalam tabel

proyeksi APBD selama 5 tahun kedepan. Dimana diharapkan tingkat pendapatan di tahun 2014 sebesar

Rp. 853.792.809.227,- menjadi Rp. 1.191.183.019.525,- di tahun 2017 dengan rata-rata pertumbuhan per

tahun 11,74%.

Sedangkan Perusahaan Daerah belum bisa berbuat banyak dalam mendukung dana bagi pembangunan

ke-ciptakarya-an. Begitu juga dengan CSR dan KPS belum berperan dalam membantu membiayai

pembangunan Infrastruktur permukiman.

9.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percepatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan

pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM, maka Pemerintah Daerah

menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman.

D a erah merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya,

sebagai berikut :

Pada pelaksanaan pembiayaan, semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara Pemerintah Kota

Kupang dengan Pemerintah Pusat (termasuk dana bantuan luar begeri) dirumuskan dalam dokumen

project Memorandum (Kesepakatan Pelaksanaan Program). Strategi ini untuk mengoptimalkan

Sumber-Sumber Pendanaan dan menganalisis perkembangan sumber pendanaan baik eksternal maupun internal.

Strategi ini dimaksudkan agar sumber-sumber pendanaan yang ada dapat dimaksimalkan terutama dalam

pemenuhan kebutuhan pendanaan pembangunan dan pengembangan program infrastruktur.

APBD merupakan sumber pendanaan utama dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur di

Kota Kupang. Secara umum APBD merupakan penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi yang

terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja, dan Pembiayaan. Berdasarkan kondisi dan kecenderungan

pengalokasian anggaran, maka diperlukan strategi dalam Pengoptimalan penggunaan APBD dengan

menetapkan kebutuhan program pembangunan dan pengembangan infrasrtuktur Kota Kupang dengan

mengintegrasikan langkah-langkah pembangunan infrastruktur di Kota Kupang yang ditetapkan

berdasarkan target-target pembangunan infrastruktur sebagaimana telah ditetapkan didalam RPJMD,

Gambar

Tabel 8.1.  Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya di Kota Kupang
Tabel 8.2.  Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
Tabel. 8.3  Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Tabel 8.5. Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wanita yang membutuhkan insulin pengobatan sewaktu kehamilan kerana didiagnosa dengan GDM mempunyai risiko tinggi untuk mendapat diabetes kerana telah mempunyai antibodi

Komputer Client tidak terhubung. c) Kembali ke form Tambah Biaya. b) Sistem menutup form Tambah Biaya.. Diagram Aktivitas Form Utama Memilih Menu Tambah Biaya Display Form Tambah

Ekuitas perusahaan berasal dari modal sendiri (modal saham) dan laba yang ditahan. Peningkatan ekuitas yang paling mudah dapat dilakukan perusahaan adalah dengan meningkatkan

Hasil SP 2010 memang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk (LPP) Kabupaten Wonogiri hanya -0,43 % per tahun, namun jika melihat besarnya kelompok umur

Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah draf rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja

38 2.. 1) Apakah selain modal yang di peroleh dari BTM BiMU anda menggunakan uang pribadi atau berbagai sumber lainnya yang diupayakan untuk mengembangkan usaha anggota ?

Selalu ada ketika peneliti galau maupun senang, terima kasih buat nasehat-nasehat yang sudah diberikan bagi peneliti, selalu kasih support agar skripsi ini cepat

Pembuatan plastik biodegradable dilakukan dengan tiga tahap diantaranya, pembuatan pati singkong karet, pembuatan plastik biodegradable dengan penambahan kitosan, dan uji