BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
KEPUTUSAN
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NO : KEP- 008/BNSP/XII/2005
TENTANG
Pedoman BNSP 101-2005
Pelaksanaan Pembakuan SKKNI
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
Menimbang : a.
bahwa pelaksanaan Pasal 16 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi perlu ditetapkan
Pedoman BNSP 101-2005, Pelaksanaan Pembakuan
SKKNI;
b.
bahwa untuk itu perlu ditetapkan dengan Surat
Keputusan Badan Nasional Sertifikasi Profesi
;Mengingat : a.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4279) ;
b.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2004 tentang
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4408)
c.Keputusan Presiden Nomor 92/M Tahun 2005 tanggal
8 Juni 2005 tentang Keanggotaan BNSP masa jabatan
2005-2010
.d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor. PER. 18/MEN/VIII/2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor. Kep-282 / MEN / XII / 2004 tanggal 30 Desember 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Badan Nasional Sertifikasi Profesi
Memperhatikan : Hasil Rapat Pleno Badan Nasional Sertifikasi Profesi tanggal 24 Nopember 2005 di Jakarta.
Menetapkan :
Pertama : Pedoman Badan Nasional Sertifikasi Profesi 101-2005, sebagaimana terlampir ;
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 1 Desember 2005
BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI Ketua,
Lampiran : Surat Keputusan BNSP Nomor : Kep 008/BNSP/XII/2005 Tanggal : 1 Desember 2005
Tentang : Pedoman BNSP 101-2005
Pelaksanaan Pembakuan SKKNI Pedoman Pelaksanaan Pembakuan RSKKNI
1. Tujuan
Pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk dan arahan bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pembakuan RSKKNI menjadi SKKNI.
2. Ruang Lingkup
Pedoman ini meliputi penerimaan usulan RSKKNI dari departemen teknis/industri/lLSP/pemangku kepentingan lainnya, telaah terhadap dokumen, konsensus melalui konvensi dan pengusulan penetapan kepada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
3. Acuan Normatif
Dokumen yang diacu dalam penerapan pedoman ini. mengacu kepada Keputusan BNSP Nomor 001/BNSP/XII/2005 tentang Organisasi, Fungsi, Tugas, dan Tata Kerja Badan Nasional Sertifikasi Profesi
4. Istilah dan Definisi 4.1 Kompetensi Kerja
Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
4.2 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4.3 Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI)
Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah draf rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, ketrampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dipersiapkan dan diusulkan oleh pihak inisiator yang dapat berasal dari departemen teknis, asosiasi profesi/industri, LSP atau gabungan dari antaranya.
4.4 Bidang Keahlian atau Sektor
Bidang Keahlian adalah jenis atau sektor pekerjaan yang ada dalam bidang pekerjaan atau profesi, yang dituangkan kedalam standar kompetensi kerja
4.5 Tim Teknis
Tim Teknis adalah kelompok kerja yang dibentuk dan diberi tugas oleh instansi teknis, asosiasi industri/LSP, untuk menyusun konsep rancangan standar kompetensi nasional. Tim
4.6 Panitia Teknik
Adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh BNSP beranggotakan dari unsur-unsur asosiasi profesi, industri, pakar yang relevan dengan bidang keahlian atau sektor, unsur pemerintah. Panitia teknis bertugas dan bertanggungjawab kepada BNSP dalam penyelenggaraan konvensi Rancangan SKKNI untuk memperoleh konsensus dari seluruh stakeholders.
4.7 Konvensi
Adalah forum proses pembahasan rancangan SKKNI atau usul revisi sebagian atau seluruh SKKNI yang telah ada, untuk memperoleh persetujuan atau konsensus dari seluruh peserta konvensi, yang selanjutnya diusulkan untuk ditetapkan oleh Menakertrans dan/atau menteri lain yang berwenang.
4.8 Peserta Konvensi
Adalah peserta pembahasan rancangan SKKNI atau usul revisi sebagian atau seluruh SKKNI yang telah ada, yang berasal dari asosiasi profesi, industri, para pakar, lemdiklat, atau pemangku kepentingan lain yang relevan dan terkait.
4.9 Perumusan SKKNI
Adalah proses penyusunan SKKNI yang terdiri dari pembentukan Tim Teknis, perumusan konsep RSKKNI, pembakuan, penetapan dan pemberlakuan serta penerapannya.
4.10 Sekretariat BNSP
Sekretariat BNSP adalah organisasi yang bertugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas BNSP.
5. Persyaratan untuk pembakuan 5.1 Umum
Pembakuan RSKKNI menjadi SKKNI harus dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip transparan, objektif , tidak memihak dan akuntabel.
5.2 Pemangku Kepentingan
Semua pemangku kepentingan yang relevan, kompeten serta memiliki legalitas dapat diikutsertakan dalam proses pembakuan dan konvensi sesuai dengan kepentingannya
5.3 Partisipasi Masyarakat
Masyarakat yang terkait dan yang kemungkinan akan menerima dampak dari pelaksanaan SKKNI, semaksimal mungkin berpartisipasi melalui berbagai cara yang dapat diakomodasikan. Partisipasi tersebut antara lain dapat dilakukan melalui berbagai media, dalam bentuk usulan langsung maupun berpartisipasi dalam konvensi.
6. Usulan Rancangan SKKNI 6.1 Pihak Pengusul
6.1.1 Rancangan SKKNI diusulkan oleh instansi teknis yang dalam proses penyusunannya dilakukan bersama dengan asosiasi profesi/industri dan pemangku kepentingan lainnya, kepada BNSP, atau
6.1.2 Rancangan SKKNI yang bersifat lintas sektoral dapat diusulkan oleh pemangku kepentingan melalui Asosiasi Profesi dan atau Asosiasi Industri, atau
6.1.3 Rancangan SKKNI yang bersifat non sektoral dapat diusulkan oleh pemangku kepentingan melalui Asosiasi Profesi dan atau Asosiasi industri.
6.2 Persyaratan RSKKNI
Rancangan SKKNI yang diusulkan adalah RSKKNI yang dirumuskan oleh Tim Teknis. yang telah melalui proses pra konvensi.
6.3 Format
Format Rancangan SKKNI mengacu kepada RMCS (Regional Model of Competency
Standard) serta telah disepakati oleh pemangku kepentingan.
7. Pengadministrasian Usulan Rancangan SKKNI 7.1. Administrasi Usulan RSKKNI
Usulan pembakuan RSKKNI dari pemangku kepentingan diproses oleh Bagian Pembakuan dan Akreditasi Sekretariat BNSP, untuk kesiapan kelayakan dokumen dan dimasukkan kedalam agenda kerja pembakuan pada tahun berjalan.
7.2. Persiapan Telaah Dokumen RSKKNI
Dokumen usulan pembakuan RSKKNI dari pemangku kepentingan diteliti oleh Bagian Pembakuan dan Akreditasi Sekretariat BNSP sesuai dengan persyaratan dokumen RSKKNI yang ditetapkan, dan apabila masih terdapat kekurangan dapat dimintakan kelengkapannya kepada pihak pengusul. Dokumen RSKKNI yang telah lengkap disampaikan kepada Komisi Standardisasi BNSP untuk diproses lebih lanjut.
8. Telaah Rancangan SKKNI 8.1. Telaah Dokumen RSKKNI
Dokumen RSKKNI yang telah diteliti kelengkapan dan prosedurnya oleh Bagian Pembakuan dan Akreditasi Sekretariat BNSP, ditelaah lebih lanjut oleh Komisi Standardisasi.
8.2. Konfirmasi Hasil Telaah Dokumen RSKKNI kepada instansi teknis
Dokumen RSKKNI hasil telaah oleh Komisi Standardisasi, dapat dikonsultasikan kepada instansi teknis yang relevan sebagai bagian dari aspek harmonisasi.
9. Penetapan Persetujuan Pembakuan RSKKNI
Persetujuan pembakuan RSKKNI ditetapkan dalam Rapat Pleno BNSP. 10. Pembentukan Panitia Teknis
10.1. Panitia Teknis dibentuk dengan keputusan BNSP, bertanggungjawab terhadap substansi RSKKNI.
10.2. Keanggotaan Panitia Teknis antara lain:
• sebagian atau keseluruhan anggota Tim Teknis Penyusun RSKKNI yang akan dibakukan
• anggota Komisi Standardisasi BNSP atau komisi lainnya
• pakar yang relevan dengan bidang atau sektor yang akan dibakukan.
• pihak lain yang layak dan relevan, misal ahli bahasa
11. Kaji Ulang Dokumen RSKKNI
Dokumen RSKKNI dikaji ulang oleh Panitia Teknis untuk memperoleh kelayakan atas dokumen tersebut untuk dikonvensikan.
12. Penetapan Peserta Konvensi
12.1 Peserta konvensi berasal dari pemangku kepentingan yang kompeten dan relevan. 12.2 Peserta konvensi ditetapkan oleh Ketua BNSP, atas usul Panitia Teknis
13. Pengiriman Dokumen RSKKNI
Dokumen RSKKNI yang akan dibahas dalam konvensi, minimal 20 (dua puluh) hari sebelum pelaksanaan konvensi harus sudah diterima oleh peserta konvensi.
14. Penyelenggaraan Konvensi 14.1. Penanggungjawab Konvensi
Komisi Standardisasi BNSP bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan konvensi, dengan dukungan Sekretariat
14.2. Penggunaan Jasa Pihak Ketiga
Dalam penyelenggaraan konvensi dimungkinkan menggunakan jasa pihak ketiga. 14.3 Tata Cara Konvensi
Tata cara konvensi RSKKNI untuk memperoleh konsensus menjadi SKKNI, dituangkan dalam Pedoman Tata Cara Konvensi Nomor 102- 2005
15. Finalisasi RSKKNI
Finalisasi dokumen RSKKNI hasil konsensus dalam konvensi, dilakukan oleh Tim Perumus yang dibentuk dalam konvensi. Hasil akhir konvensi diserahkan oleh Panitia Penyelenggara Konvensi kepada Komisi Standardisasi BNSP.
16. Hasil Akhir Konvensi
16.1 Hasil akhir konvensi dilaporkan oleh Komisi Standardisasi BNSP kepada Pleno BNSP. 16.2 Pimpinan BNSP menyampaikan hasil akhir konvensi kepada Menakertrans guna penetapannya sebagai SKKNI
17. Pembiayaan
Biaya pembakuan SKKNI ditanggung oleh BNSP bersama para pemangku kepentingan lainnya.
Ditetapkan di : J A K A R T A Tanggal : 1 Desember 2005 BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI
Ketua