• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN KUALIFIKASI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MANDOR PADA BANGUNAN GEDUNG DI MEDAN BERDASARKAN SKKNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN KUALIFIKASI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MANDOR PADA BANGUNAN GEDUNG DI MEDAN BERDASARKAN SKKNI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN KUALIFIKASI PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN

MANDOR PADA BANGUNAN GEDUNG DI MEDAN BERDASARKAN

SKKNI

Nadya Yessi Utami

1

dan Syahrizal

2 1

Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA E-mail: nadyayessi@gmail.com

2 Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Perpustakaan, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA

E-mail: syahrizal@usu.ac.id

ABSTRAK

Fungsi kualifikasi mandor diperlukan untuk mengetahui jumlah presentase pengetahuan mandor dalam melaksanakan pekerjaan di lapangan dan berfungsi untuk mengetahui pengetahuan yang dimiliki mandor baik atau tidaknya berdasarkan SKKNI. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualifikasi pengetahuan mandor berdasarkan SKKNI pada proyek bangunan gedung di Wilayah Medan. Penelitian ini diambil dilokasi yang sama tetapi berbeda proyek, yaitu : Proyek Razz Residence, Proyek The Manhattan Mall & Condominium, Proyek Masjid Agung Medan, Proyek Mansyur Residence. SKKNI adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/ atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan. Dari hasil perhitungan, mandor yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dan keterampilan yang bagus terdapat 13 orang mandor dan mandor yang tingkat pengetahuannya rendah terdapat 10 orang mandor. Total mandor yang tidak memiliki SKK dengan presentase 23.34% dan mandor yang memiliki SKK dengan presentase 76.66% dari jumlah sampel sebanyak 30 mandor. Kata Kunci : Kualifikasi Pengetahuan Mandor, Pengetahuan Mandor Berdasarkan SKKNI

ABSTRAK

Foreman’s qualification is required to determine the percentage of foreman’s knowledge when carrying out the field work and serves to know whether the knowledge is good or not good based on SKKNI. The purposes of this study was to determine the qualification of foreman’s knowledge based on SKKNI in building projects, in Medan. This study was taken in different projects, namely : Razz Residence Project, The Manhattan Mall & Condominium Project, and Medan’s Grand Mosque Project, Mansyur Residence Project. SKKNI is Indonesian Work Competency Standards, which is a formulation of work ability that includes knowledge, skills & expertise, and work attitude that are relevant to duties implementation and work terms that are set in accordance with the provisions of laws. From the calculation, there were 13 foremen with proper knowledge and skills and 10 foremen with bad knowledge and skills. From the total samples of 30 foremen, 23.34% are without Work Competency Standard, while 76.66% of them have Work Competency Standard.

(2)

1. PENDAHULUAN

Industri konstruksi merupakan salah satu industri yang paling berkembang diseluruh dunia. Pertumbuhan industri konstruksi sejalan dengan pertumbuhan di suatu negara. Dalam industri konstruksi hal yang paling pesat adalah pembangunan gedung. Didalam pelaksana proyek konstruksi sangat berkaitan dengan yang lainnya. Karna itu, Peran manajemen konstruksi sangat berpengaruh dalam membangun suatu konstruksi. Peran manajemen konstruksi disuatu proyek konstruksi sangat baik untuk mengkoordinasi dan mengkomunikasi di seluruh proses konstruksi, termasuk peran mandor.

Mandor adalah sebutan untuk orang yang ditugaskan untuk mengawasi, mengepalai, dan bertanggung jawab terhadap sekelompok orang atau pekerja dilapangan. Salah satu fungsi penting yang harus ada dalam pembangunan konstruksi adalah pengawasan.

Kualifikasi mandor diperlukan untuk mengetahui skill dan pengetahuan yang tinggi dalam mengerjakan perkerjaan mereka sebagai mandor. Sertifikat tenaga kerja konstruksi menurut PP No. 28/2000 dibedakan atas sertifikasi keterampilan (SKT) dan sertifikasi keahlian kerja (SKA). Sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja dilakukan melalui klasifikasi dan kualifikasi tenaga kerja konstruksi, yang mana jenis-jenis klasifikasi dan kualifikasi tersebut ditetapkan oleh LPJK.

Dari latar belakang tersebut dilakukan penelitian untuk menilai presentase pengetahuan dan keterampilan dari mandor yang berada dilapangan berdasarkan SKKNI. Penelitian ini dapat menjadi suatu acuan bagi kontraktor untuk mencari mandor yang memiliki skill dan berpengetahuan yang tinggi sesuai bidangnya yang sesuai berdasarkan SKKNI.

2. TEORI

2.1 Pertumbuhan Industri Konstruksi di Indonesia

Pada pemerintahan Presiden Joko Widodo tahun 2017 pembangunan struktur dan infrastruktur di wilayah Indonesia sangat tinggi, hal ini memberikan dampak yang besar bagi pertumbuhan sektor konstruksi. Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. sedikitnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa. Kurangnya kompetensi pekerja konstruksi menjadi salah satu penyebab terjadinya kegagalan bangunan dan kecelakaan konstruksi.

2.2

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Standart kompetensi mandor sangat dibutuhkan guna untuk menunjang suatu perencanaan pekerjaan dilapangan agar berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan agar tidak menghambat yang ada dalam tripleconstrain yaitu biaya, waktu dan kualitas .

3. METODE PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dibutuhkan data primer yang berkaitan dengan penelitian ini. Pada penelitian data primer adalah data yang diperoleh melalui pengisian angket (kuesioner) kepada sasaran objek peneliti yaitu mandor konstruksi pada bangunan gedung yang terletak di Medan, serta dilakukan observasi dan wawancara langsung kepada objek peneliti.

3.2 Pengolahan Data

3.2.1 Penilaian Kualifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Mandor Berdasarkan SKKNI

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif persentase. Deskriptif presentase diolah dengan cara frekuensi relatif. Frekuensi relatif ialah frekuensi yang dihitung dalam bentuk persen seperti yang dikemukanan oleh Jonathan Sarwono (2006:139). Pada metode ini di butuhkan data usia, pendidikan terakhir, dan pengalaman sebagai mandor sebagai pelengkap data. Mencari presentase digunakan rumus sebagai

(3)

P =

3.2.2 Mengidentifikasi Perbedaan Mandor yang Memilliki SKK dan Tidak Memiliki SKK

Mengetahui perbedaan mandor yang memiliki SKK dan tidak memiliki SKK melalui kuesioner yang telah diberi kepada mandor. Dari kuesioner kita dapat mengetahui kinerja mandor yang tidak memiliki sertifikat dengan yang memiliki sertifikat.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum

Pada penelitian ini digunakan beberapa proyek dengan lokasi yang sama tetapi berbeda proyek. Proyek tersebut diantaranya Proyek Razz Residence, Proyek Mansyur Residence, Proyek The Manhattan Mall & Condominium Medan, dan Proyek Pembangunan Masjid Agung Medan

Deskripsi mandor konstruksi pada hasil dan pembahasan penelitian penilaian kualifikasi keterampilan dan pengetahuan mandor meliputi usia, pengalaman kerja, upah, dan pendidikan mandor.

4.2 Usia Mandor

Usia adalah patokan waktu atau mengukur suatu lamanya kehidupan manusia. Didalam perusahaan terdapat patokan usia untuk dapat bekerja. Usia yang umum untuk bekerja adalah 23-25 tahun, terutama laki-laki, Biasanya seseorang yang berumur muda biasanya tidak bertanggung jawab untuk menyelesaikan sesuatu perkerjaan. dan usia 55 tahun keatas pengalamannya memang sudah tidak diragukan lagi tetapi kemampuan untuk bekerja sudah menurun.( Satrio Adi Setiawan, 2010).

Tabel 4.1 Tabel Usia Mandor Usia Frekuensi Persentase

(%) 25-29 3 10 % 30-34 3 10% 35-39 6 20% 40-44 9 30% 45-49 4 13.3% 50-54 2 6.7% 55-59 3 10% Total 30 100%

Berdasarkan Tabel diatas untuk menunjukkan rata-rata usia mandor lebih banyak usia 40-44 sebesar 30% dikarenakan usia kisaran 40-44 memiliki pengalaman dan kinerja yang lebih optimal dari pada usia 55-59 dan pada usia 25-29.

4.3 Pengalaman Bekerja

Dalam bekerja sangat dibutuhkan suatu keahlian dan pengalaman guna untuk menganalisa suatu keadaan tertentu ketika di lapangan agar bekerja sesuai keahlian masing-masing. Deskripsi pengalaman kerja pada penelitian ini diperoleh dari 30 sampel mandor. Hasil pengelompokan mandor berdasarkan pengalaman kerja sebagai berikut:

(4)

Tabel 4.2. Tabel Pengalaman Kerja Mandor Kategori Pengalaman Frekuensi Persentase (%) Kerja 3 – 4 tahun 6 20% 5 – 6 tahun 9 30% 7 – 8 tahun 6 20% 9 – 10 tahun 6 20% 11 – 12 tahun 3 10% Total 100%

Berdasarkan tabel diatas, Hasil kualifikasi lamanya berkerja jadi mandor /pengalaman kerja mandor konstruksi di wilayah Medan dengan hasil, bahwa mandor memiliki pengalaman kerja dengan rentang waktu 5-6 tahun dengan presentase sebesar 30%. Presentase pengalaman terendah ditunjukkan pada rentang pengalaman kerja antara 11 – 12 tahun yaitu 10%.

4.4 Pendidikan Mandor

Deskripsi rata-rata pendidikan pada penelitian ini diperoleh dari 30 sampel mandor. Hasil pengelompokan mandor berdasarkan pendidikan sebagai berikut:

Tabel 4.3 Tabel Pengelompokan Pendidikan Mandor Pendidikan Frekuensi Persentase

(%)

SMP 4 13.33%

SMA 12 40%

SMK 10 33.33%

D3/S1 4 13.34%

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan terakhir mandor sebanyak 12 orang dengan presentasi 40% mandor yang ada di Wilayah Medan rata-rata lulusan SMA

4.5 Hubungan Usia Mandor dengan Pengalaman Kerja

Usia dan pengalaman sangat berpengaruh untuk menentukan kinerja dan pengetahuan yang berpengaruh untuk mandor dalam menentukan pilihan yang tepat dilapangan. pada grafik dibawah ini menunjukan usia yang matang terletak di usia 40-44 tahun, dan rata-rata mandor memiliki pengalaman kerja 5-6 tahun.

(5)

(tahun)

Grafik 4.1a Grafik Pengalaman Kerja Mandor

(tahun)

Grafik 4.1b Grafik Usia Mandor

4.6 Penilaian Kualifikasi Pengetahuan dan Keterampilan Mandor di Wilayah Medan

Pengelompokkan dari 4 proyek diperlukan untuk mengetahui seluruh total pengetahuan yang dimiliki oleh mandor.

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kualifikasi Pengetahuan dan Keterampilan di Wilayah Medan

No. Responden Frekuensi Kategori Ya Tidak 1. Responden 1 7 ( 29.17%) 17 (70.83%) Rendah 2. Responden 2 21 (87.5%) 3 (12.5%) Sedang 3. Responden 3 21 (87.5%) 3 (12.5%) Sedang 4. Responden 4 11 (45.83%) 13 (54.17%) Rendah 5. Responden 5 11 (45.83%) 13(54.17%) Rendah 6. Responden 6 17 (70.84%) 7(29.17%) Sedang 7. Responden 7 13 (54.17%) 11(45.84%) Rendah 8. Responden 8 11 (45.84%) 13 (54.17%) Rendah 9. Responden 9 13 (54.17%) 11 (45.84%) Rendah 10. Responden 10 24 (100%) 0 Tinggi

(6)

11. Responden 11 24 (100%) 0 Tinggi 12. Responden 12 24 (100%) 0 Tinggi 13. Responden 13 24 (100%) 0 Tinggi 14. Responden 14 17 (70.84%) 7 (29.17%) Sedang 15. Responden 15 24(100%) 0 Tinggi 16. Responden 16 7(29.17%) 17(70.84%) Rendah 17. Responden 17 24(100%) 0 Tinggi 18. Responden 18 24(100%) 0 Tinggi 19. Responden 19 24(100%) 0 Tinggi 20. Responden 20 24(100%) 0 Tinggi 21. Responden 21 17(70.84%) 7(29.17%) Sedang 22. Responden 22 21(87.5%) 3(12.5%) Sedang 23. Responden 23 17(70.84%) 7(29.17%) Sedang 24. Responden 24 7(29.167%) 17 (70.83%) Rendah 25. Responden 25 24 (100%) 0 Tinggi 26. Responden 26 24 (100%) 0 Tinggi 27. Responden 27 24 (100%) 0 Tinggi 28. Responden 28 24 (100%) 0 Tinggi 29. Responden 29 6 (25%) 18 (75%) Rendah 30 Responden 30 8 (33.34%) 16 (66.67%) Rendah

Berdasarkan rekapitulasi dari keseluruhan data dari pengisian kuesioner diatas hasil penilaian kinerja dan pengetahuan mandor terhadap SKKNI, dapat disimpulkan bahwa mandor yang memiliki tingkat pengetahuannya tinggi dan kinerja yang bagus terdapat 13 orang mandor dengan presentase 43.33% yang berbeda proyek tetapi masih dilokasi yang sama. Mandor yang tingkat pengetahuannya terdapat rendah terdapat 10 orang mandor dengan presentase 33,33%. Mandor yang tingkat pengetahuannya rendah memiliki kesulitan dalam menguasai gambar kerja, kesulitan dengan membuat jadwal dan rencana kerja, dan kesulitan untuk mengukur dan menghitung hasil kerja/opname.

4.7 Hasil Rekapitulasi Mandor yang Memiliki SKK Dengan yang Tidak Memiliki

Pada hasil rekapitulasi berdasarkan kuesioner penilaian keterampilan dan pengetahuan mandor pada bangungan gedung di Medan, mandor yang memiliki SKK (kompetensi keahlian kerja) dan tidak memiliki SKK (kompetensi keahlian kerja) berfungsi untuk mengetahui besarnya rata-rata persentase mandor yang memililki SKK tersebut. Hasil rekapitulasi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Jumlah Mandor yang Memiliki SKK dan yang Tidak Memliki SKK No. Nama Proyek Jumlah Mandor yang

Memiliki SKK

Jumlah Mandor yang Tidak memiliki SKK

1. Razz Residence 5 2

2. Mansyur Residence 4 3

3. The Manhattan Mall 7 2

(7)

4.8 Perbedaan Mandor yang Memiliki SKK dengan yang Tidak Memiliki SKK

Perbedaan mandor yang memiliki SKK dan yang tidak memiliki, perbedaan tersebut terletak di upah dan kinerjanya. Dikarenakan mandor yang memiliki sertifikat telah menjamin bahwa mandor tersebut memiliki keahlian dibidangnya masing-masing. Alasan mandor tidak ingin membuat sertifikat karena biaya untuk membuat sertifikat sangat mahal . Sedangkan perbedaan kinerja tentu berbeda..

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan proses penelitian pada beberapa proyek banyak mandor yang tidak paham akan SKKNI. 2. Mandor yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang tinggi terdapat pada proyek Masjid Agung dan

Proyek Mansyur Residence.

3. Total mandor yang tidak memiliki SKK menunjukkan sebanyak 7 orang yang tidak memiliki SKK dan mandor yang memiliki SKK sebanyak 23 orang dari jumlah sampel sebanyak 30 mandor.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Seharusnya kepada perusahaan kontraktor diharapkan untuk memberikan pelatihan kinerja yang baik dan keterampilan kepada mandor dengan baik.

2. Diharapkan kepada perusahan kontraktor untuk mewajibkan para mandor memiliki sertifikat guna untuk dapat bersaing di perdagangan jasa konstruksi serta melindungi Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional agar memiliki tenaga kerja yang kompeten dan produktif.

DAFTAR PUSTAKA

1. SKKNI.2007. Standart Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) (2007) Departemen pekerjaan umum

2. Aryanto dan Suryanto HS.2012.“Penilaian Kualifikasi Pengetahuan Mandor Konstruksi Berdasarkan

SKKNI Pada Proyek Bangunan Gedung Di Wilayah Surabaya” jurnal teknik Sipil UNESA.

3. Sarwono. 2006. “ Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif “. Yogyakarta. Penerbit Graha Ilmu 4. Singarimbun, Masri.1995. Metode Penelititan Survei. Jakarta; LP3S

5. Taufik,A.Irawan.2012. “Pembaharuan Regulasi Jasa Konstruksi Dalam Upaya Mewujudkan Struktur

Usaha Yang Kokoh,Andal,Berdaya Saing Tinggi Dan Pekerjaan Konstruksi Yang Berkualitas’’. Jakarta

Timur

6. Satrio Adi Setiawan. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis

Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang.Skripsi.

Magelang

7. Indrajit, R.Eko. Metodelogi umum manajemen proyek.

8. Sudijono, A. 2000. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 9. Karaini, Armaini.1988. Pengantar Manajemen Proyek. Depok; Universitas Gunadarma 10. LPJK.2008.”Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi” , Jakarta

No. Nama Proyek

Presentase Penilaian Baik Sedang Buruk

1. The Manhattan Mall 55% 33.4% 11.11%

2. Razz Residence - 42.86% 57.14%

3. Mansyur Residence 57.14%. - 42.85%

Gambar

Tabel 4.2. Tabel  Pengalaman Kerja Mandor  Kategori Pengalaman  Frekuensi  Persentase  Kerja  (%)  3 – 4 tahun  6  20%  5 – 6 tahun  9  30%  7 – 8 tahun  6  20%  9 – 10 tahun  6  20%  11 – 12 tahun  3  10%  Total  100%

Referensi

Dokumen terkait

Ch = Holding Cost = 0,48% / minggu dari harga material D = Demand = rata –rata permintaan dari hasil peramalan Pada kasus ini kebijaksanaan perusahaan diatur oleh

Peluang Bonus Demografi tidak bisa memberikan manfaat yang maksimal ketika pendidikan dan kualitas SDM sangat rendah, hal yang sama juga akan terjadi jika lapangan

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tatacara

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan sesuai dengan format 17 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

9 merumuskan permasalahan, (2) validitas proses yang berguna untuk menentukan sejauhmana proses yang dilaksanakan tersebut dapat dipercaya, (3) validitas hasil yang

Berdasarkan evaluasi data penggunaan energy total untuk sumber energy yang dipakai, yakni dari sumber energy listrik dari PLN, solar dan LPG, pada bulan Januari

Untuk tujuan pendugaan biomassanya maka dilakukan penyusunan model penduga biomassa yang terdiri dari : model penduga biomassa daun, model penduga biomassa ranting, model