• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Informasi Desa dan Kawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sistem Informasi Desa dan Kawasan"

Copied!
535
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

<jilid 1>

Erik Triadi, dkk

(5)

Penyunting : Erik Triadi, dkk Tata letak : Prasetyo

Desain cover : Robby Eebor dan Sholeh Budi

Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan (Prakarsa Desa):

Gedung Permata Kuningan Lt 17 Jl. Kuningan Mulia, Kav. 9C Jakarta Selatan 12910

Jl. Tebet Utara III-H No. 17 Jakarta Selatan 10240 t/f. +6221 8378 9729 m. +62821 2188 5876 e. office@bp2dk.id w. www.prakarsadesa.id

Cetakan Pertama, 2015

Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Erik Triadi, dkk (penyunting) Pengorganisasian SIDeKa jilid 1 Cet. 1—Jakarta:

534 hal., 14x 20 cm ISBN: 978-602-0873-09-1

(6)

PENGANTAR

Pengembangan Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDEKA) adalah langkah sejarah, dengan kandungan maksud menciptakan suatu cara baru menghadirkan negara. Konsepsi ini tentu saja bukan suatu konsepsi yang bersifat eksklusif, yang seakan-akan berdimensi “negara” (baca: pemerintah), melainkan suatu konsepsi yang didalamnya memuat pergerakan yang mengandalkan dua jalur sekaligus, yakni jalur kemasyarakatan dan jalur kenegaraan. Yag pertama mengandalkan prakarsa dari masyarakat sipil, dan yang kedua mengandalkan kerja pemerintahan, yang dijalankan sepenuhnya dengan kaidah demokrasi, keadilan social dan kemajuan. Segi dasar yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana menjadikan kedua jalur tersebut menjadi satu kesatuan pergerakan dengan arah yang sama. Hal ini berarti bahwa yang diharapkan oleh masyarakat sama dan sebangun dengan apa yang dilakukan oleh negara, dan demikian sebaliknya.

(7)

kancah perjuangan. Rumus ini mensyaratkan bahwa untuk mencapai maksud yang besar dan bermakna, dan memiliki dimensi perubahan mendasar, maka tiada pilihan lain, kecuali melibatkan rakyat secara keseluruhan – tentu saja dengan porsi masing-masing, atau dengan jenis sumbangan yang berbeda pada setiap elemennya. Namun, hal tersebut, tidak mengubah syarat, bahwa keterlibatan keseluruhan menjadi mutlak. Bagaimana hal tersebut dimungkinkan? Pengorganisasian adalah jawaban utamanya.

Mengapa demikian? Dalam hal ini kita berurusan dengan tiga hal sekaligus, yakni: Pertama, berkait dengan pengetahuan dan kesadaran. Rakyat hanya akan dapat terlibat secara utuh, apabila terbangun suatu kesadaran baru di kalangan rakyat – bahwa tidak mungkin suatu perubahan mendasar berlangsung, apabila rakyat hanya berpangku tangan di rumah saja. Kedua, berkait dengan kemampuan dan keterlibatan kongkrit. Kesadaran yang baik dan nyata adalah kesadaran yang mendorong kemamuan dan perbuatan. Dan ketiga, berkait dengan pilihan-pilihan langkah, yang secara demikian adalah suatu jenis ketrampilan untuk menyusun langkah yang sedemikian rupa sehingga seluruh warga dapat ambil bagian.

(8)

dasar-dasar pengorganisasian, dalam uraian yang lebih umum (di bawah tajuk: Pedoman Umum Pengorganisasian) dan Kedua, naskah yang merupakan kumpulan tulisan dari para Pandu Desa, yang didalamnya termuat pandangan dan rencana para Pandu dalam melakukan pengorganisasian SIDEKA. Besar harapan bahwa dengan penerbitan ini, diperoleh respon balik, dan juga pemikiran-pemikiran baru yang lebih segar, yang dengan itu, kita benar-benar akan memiliki teknik-teknik baru pegorganisasian, dan pada gilirannya hasil yang baru.

Semoga.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

Pengantar ~~~ v

Bab SATU

‰ IPAN ZULKIFRI [Tasikmalaya – Jawa Barat] ~~~ 3

‰ SOLIHIN NURODIN [Tasikmalaya – Jawa Barat] ~~~ 6

‰ LORANITA [Belitung Timur - Bangka Belitung] ~~~ 12

‰ YUSUF HAD [Dompu – Nusa Tenggara Barat] ~~~ 16

‰ AJI SAHDI SUTISNA [Lebak - Banten] ~~~ 21

‰ JUNIAR SUNDARA [Ciamis – Jawa Barat] ~~~ 32

‰ GAGAN GANI RACHMAN [Garut – Jawa Barat] ~~~ 35

‰ DEDE WAHYU [Pangandaran – Jawa Barat] ~~~ 39

‰ BAYU PERMANA [Sukabumi – Jawa Barat] ~~~ 43

‰ KIKIS KIRWONO [Banyumas – Jawa Tengah] ~~~ 48

‰ AKHMAD FADLI [Cilacap – Jawa Tengah] ~~~ 58

(11)

‰ DESKA TRI MARTHA PUSPITASARI [Blora – Jawa Tengah] ~~~ 71

‰ ENY LESTYORINI [Sragen – Jawa Tengah] ~~~ 74

‰ KUNTHI HESTIWININGSIH [Sleman – Yogyakarta] ~~~ 77

‰ KURNIA RAHMANI [Jember – Jawa Timur] ~~~ 81

‰ YOSEP RUSPENDI [Ngawi – Jawa Timur] ~~~ 85

‰ TJUT ZAKIYAH ANSHARI [Tulungagung –

Jawa Timur] ~~~ 89

‰ HIDAYAT MUHAMMAD [Deli Serdang –

Sumatera Utara] ~~~ 93

‰ PANDONG SPENRA [Darmasraya – Sumatera Barat] ~~~ 102

‰ MUTHIA ULFAH [Pesisir Selatan – Sumatera Barat] ~~~ 106

‰ HISAM SETIAWAN [Indragiri Hilir – Riau] ~~~ 112

‰ NENDRA ILYADI [Natuna – Kepulauan Riau] ~~~ 116

‰ SRI SUMARYANI [Ogan Komering Ilir –

Sumatera Selatan] ~~~ 121

‰ ROSMALA DEWI, SE [Bengkulu Utara – Bengkulu] ~~~ 125

‰ ASEP NURONI [Cianjur – Jawa Barat] ~~~ 129

‰ KUSWARI [Purbalingga – Jawa Tengah] ~~~ 132

‰ IRAWAN SARJONO [Pemalang – Jawa Tengah] ~~~ 136

‰ ROZIKIN [Batang – Jawa Tengah] ~~~ 139

‰ MOH. ALI MUSTOFA [Demak – Jawa Tengah] ~~~ 143

‰ SAMSUL MA’ARIF [Klaten – Jawa Tengah] ~~~ 148

(12)

‰ KADEK SUARDIKA [Gianyar – Bali] ~~~ 156

‰ I PUTU HERY INDRAWAN [Buleleng – Bali] ~~~ 162

‰ UMBU KALEDI DEMU

[Kupang – Nusa Tenggara Timur] ~~~ 167

‰ ELVIRA [Sumba – Nusa Tenggara Timur] ~~~ 173

‰ DEMAN HURI [Kubu Raya – Kalimantan Barat] ~~~ 180

‰ ALFIATUL LAILI [Katingan – Kalimantan Tengah] ~~~ 184

‰ ARI RAHMAN [Hulu Sungai Selatan –

Kalimantan Selatan] ~~~ 188

‰ YUSTINUS SAPTO HARDJANTO [Kutai Timur –

Kalimantan Timur] ~~~ 193

‰ TRI SETYO WALUYO [Bulungan –

Kalimantan Utara] ~~~ 197

‰ SYAHRIBULAN PALEMMA [Bantaeng –

Sulawesi Selatan] ~~~ 202

‰ NURYANTI [Polewati Mandar – Sulawesi Barat] ~~~ 210

‰ FITRIA SARI [Banggai Kepulauan –

Sulawesi Tengah] ~~~ 216

‰ IBRAHIM AWANI [Konawe – Sulawesi Tenggara] ~~~ 220

‰ JANNY H. F ROTINSULU [Minahasa Utara –

Sulawesi Utara] ~~~ 224

‰ DANNY ALBERT ROGI [Boalemo – Gorontalo] ~~~ 229

‰ RUSLI DJALIL [Halmahera Utara – Mauluk Utara] ~~~ 232

‰ MARKUS BINUR [Sorong – Papua Narat] ~~~ 239

(13)

‰ CHARLES IMBIR [Raja Ampat – Papua Barat] ~~~ 253

‰ MURPHY KUHU [Minahasa – Sulawesi Utara] ~~~ 257

‰ MUHAMMAD SYAFE’I [Pemda Belitung Timur] ~~~ 262

‰ SASTRA WIJAYA [Pemda Belitung Timur] ~~~ 266

‰ JIMMY TANGGUPATI [Kupang –

Nusa Tenggara Timur] ~~~ 270

Bab DUA

‰ AGUS GUNTORO [[Pringsewu dan Lampung Tengah –

Lampung] ~~~ 275

‰ AKHMAD FADLI [Cilacap – Jawa Tengah] ~~~ 260

‰ ALFIATUL LAILI [Katingan – Kalimantan Tengah] ~~~ 284

‰ MOHAMAD ALI MUSTOFA [Demak – Jawa Tengah] ~~~ 287

‰ ARI RAHMAN [Tanah Bumbu dan Hulu Sungai Selatan –

Kalimantan Selatan] ~~~ 293

‰ ASEP NURONI [Cianjur – Jawa Barat] ~~~ 297

‰ AMRULLAH [Kabupaten Majalengka – Jawa Barat] ~~~ 301

‰ BAYU PERMANA [Sukabumi – Jawa Barat] ~~~ 304

‰ DANNY ALBERT ROGI [Boalemo – Gorontalo] ~~~ 308

‰ DEDE WAHYU [Pangandaran – Jawa Barat] ~~~ 311

‰ DESKA TRI MARTHA PUSPITASARI [Blora –

Jawa Tengah] ~~~ 315

‰ ELVIRA [Sumba – Nusa Tenggara Timur] ~~~ 318

(14)

‰ FITRIA SARI [Banggai Kepulauan – Sulawesi Tengah] ~~~ 326

‰ FN TRI GUNAWAN [Temanggung dan Wonosobo –

Jawa Tengah] ~~~ 329

‰ GAGAN GANI RACHMAN [Garut – Jawa Barat] ~~~ 335

‰ Ir. HASAN MOHAMAD [Gorontalo – Gorontalo] ~~~ 341

‰ MUHAMMAD HIDAYAT [Deli Serdang –

Sumatera Utara] ~~~ 344

‰ HISAM SETIAWAN [Pelalawan dan Indragiri Hilir –

Riau] ~~~ 352

‰ IBRAHIM AWANI [Konawe – Sulawesi Tenggara] ~~~ 355

‰ IPAN ZULKIFRI [Tasikmalaya – Jawa Barat] ~~~ 359

‰ IRAWAN SARJONO [Pemalang – Jawa Tengah] ~~~ 362

‰ KADEK SUARDIKA [Gianyar – Bali] ~~~ 367

‰ KUNTHI HESTIWININGSIH [Sleman – Yogyakarta] ~~~ 371

‰ LORANITA [Belitung Timur – Bangka Belitung] ~~~ 375

‰ MURPHY E. K. KUHU [Minahasa – Sulawesi Utara] ~~~ 379

‰ MUTHIA ULFAH [Pesisir Selatan – Sumatera Barat] ~~~ 383

‰ NENDRA ILYADI [Natuna – Kepulauan Riau] ~~~ 387

‰ NURYANTI [Polewati Mandar dan Mamasa –

Sulawesi Barat] ~~~ 391

‰ RIFKY INDRAWAN [Pesawaran dan Tanggamus –

Lampung] ~~~ 395

‰ ROEDY RUSTAM [Pangkajene Kepulauan –

(15)

‰ ROSMALA DEWI, SE [Bengkulu Utara – Bengkulu] ~~~ 405

‰ ROZIKIN [Batang – Jawa Tengah] ~~~ 408

‰ RUSLI DJALIL [Halmahera Utara – Mauluk Utara] ~~~ 412

‰ SAID BANTENG [Bolaang Mongondow Utara –

Sulawesi Utara] ~~~ 418

‰ SAMSUL MA’ARIF [Klaten – Jawa Tengah] ~~~ 426

‰ SIFAH S. Y. NURLETTE [Ambon – Maluku] ~~~ 431

‰ SOLIHIN NURODIN [Tasikmalaya – Jawa Barat] ~~~ 433

‰ SRI SUMARYANI [Ogan Komering Ilir –

Sumatera Selatan] ~~~ 438

‰ SOETARDJO PS [Sukabumi, Ciamis, Tasikmalaya, Garut dan

Majalengka – Jawa Barat] ~~~ 441

‰ TRI SETYO WALUYO [Bulungan –

Kalimantan Utara] ~~~ 449

‰ YOSEP RUSPENDI [Madiun, Ngawi, Magetan –

Jawa Timur] ~~~ 455

‰ YUSTINUS SAPTO HARDJANTO [Kutai Timur –

Kalimantan Timur] ~~~ 460

‰ YUSUF HAD [Dompu – Nusa Tenggara Barat] ~~~ 464

‰ TJUT ZAKIYAH ANSHARI [Tulungagung –

Jawa Timur] ~~~ 469

‰ LAURENS GERALD WOMSIWOR [Papua] ~~~ 473

‰ ENY LESTYORINI, ST [Sragen – Jawa Tengah] ~~~ 476

‰ FILEP YUNUS PAUL IMBIR [Raja Ampat –

(16)

‰ JUNIAR SUNDARA [Ciamis – Jawa Barat] ~~~ 485

‰ AJI SAHDI SUTISNA [Lebak - Banten] ~~~ 489

‰ SYAHRIBULAN PALEMMA [Bantaeng dan Takalar –

Sulawesi Selatan] ~~~ 493

‰ PANDONG SPENRA [Dharmasraya –

Sumatera Barat] ~~~ 499

‰ KURNIA RAHMANI [Jember – Jawa Timur] ~~~ 501

‰ KUSWARI [Purbalingga – Jawa Tengah] ~~~ 505

‰ YERMIAS TANGGUPATI [Kupang –

Nusa Tenggara Timur] ~~~ 510

(17)
(18)
(19)
(20)

IPAN ZULKIFRI

ipanzulfikri@gmail.com [Tasikmalaya – Jawa Barat]

Pandangan Saya tentang UU Desa

Kelahiran undang-undang desa menjadi pintu masuk perubahan terhadap pembangunan desa, Dengan lahirnya UU, desa kini punya porsi untuk mengatur hidup dan kehidupannya sesuai potensi yang ada di daerahnya.

Hal yang penting menurut saya dalam pembangunan desa, adalah menjadikan desa itu sendiri, dengan hak asal usul dan hak tradisional warisan para pendahulunya.

Dengan memegang budaya yang diwariskan oleh pala lelurnya ini sebenarnya itu kekuat terbesar desa dalam pembaruan desa.

(21)

bersama dengan program, karena posisi kelembagaan ini yang menjadi motor partisifatif warga dalam membangun, dan Revolusi mental, dalam artian bongkar pasang mental membangun di desa tersebut, yang biasanya nyontek program dari desa yang lain, dan lebih sering menunggu program pemerintah yang diatasnya, menjadi desa yang kreatif yang bisa mandiri dan memaksimalkan potensi .

Pandangan Saya tentang SIDeKa

Di era digital ini peran teknologi sangatlah penting, dan merupakan penunjang penting dalam setiap momen dan kepentingan, begitu pula bagi pemerintah desa.

Sistem informasi desa menurut saya merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan tugas desa, selain itu juga penting dalam membangun suprastruktur desa, seperti informasi, tradisi, hukum, undang undang, etika , dan Ilmu pengetahuan.

Dengan adanya SIDeKa Ini kepala desa selaku Pemerintah desa memanfaatkan media ini sebagi fasilitas pelayanan terhadap masyarakat supaya lebih cepat, serta media kerja sama dalam membangun desa.

Warga masyarakat juga harus berperan aktif dalam SIDeKa ini, mereka harus berparisipasi dalam menjalankan media ini. Selain itu mereka juga harus memanfaatkan media ini sebagi pengenalan potensi yang mereka miliki baik secara ekonomi maupun tradisi.

(22)

Segi-segi yang harus dikuasai

Mental dan pengetahuan tentang karakter desa, dasar hukum, adaptasi, teknik komunikasi pada masyarakat, pengetahuan tradisi lokal

Rencana Kerja

1. Agitasi/Propaganda/Kampanye.

Dengan Melakukan Agitasi/Kampanye ini diharapkan terbangunya atmosf ir pentingnya SIDeKa. Agitasi/ Propaganda/Kampanye ini saya mulai dengan pertemuan di lingkungan pemerintahan desa, kemudian berlanjut ke pertemian sector RT. Agenda pertemuannya selain memberikan penjelasan SIDeKa, juga menyerap potensi dan masalah yang bisa mempengaruhi program

2. Taktik Strategi

Menysun rencana kerja setelah mendapat informasi Masalh dan potensi, kemudian dibuatkan rancangan solusi

3. Mengadakan Pertemuan Besar

(23)

SOLIHIN NURODIN

nurodin_81@yahoo.com [Tasikmalaya – Jawa Barat]

JALAN MENUJU KEDAULATAN DESA

Melalui Sistem Inforasi Desa dan Kawasan

(

SIDeKa

)

(24)

kemampuan desa untuk mengelola anggaran yang cukup besar. Sebagai penangkal dari keraguan undang-undang yang di undangkan pada pada tanggal 15 Januari 2014 telah menyiapkan antinya dengan membunyikan keterbukaan sebagai asas dalam penyelenggaraaan pemerintaha desa (pasal 24 hurup d) serta pasal 86 tentang sistem informasi pembangunan desa dan pembangunan kawasan perdesaan.

Mengingat undang-undang no 6 ini buah dari harapan warga desa selama ini, maka menjadi sangat penting untuk mengawal proses implementasinya supaya menjadi jalan menuju kedaulatan desa. Dalam upaya mejelajahi jalan itu penting bagi semua pihak untuk memahami secara detil dari substansi undang-undang tersebut.

Sistem Informasi Desa dan Kawasan menjadi salah satu alat yang sangat penting dalam mewujudakan kedaulatan desa. Kondisi yang selama ini berjalan secara manual telah menjadikan peroses pembangunan desa sangat lamban dan tidak merata, kondisi desa tertinggal jauh oleh kota. Dengan adanya sistem informasi berbasis internet akan membaivas perjalanan desa untuk meraih cita-citanya. Untuk mengimplementasikan SIDeKa harus menggunakan pendekatan pemberdayaan, dimana pemerintahan dan masyarakat desa menjadi subjek bukan objek. Pola pembangunan berbasis partisipatip terbukti telah secara perlahan menumbuhkan kesadaran masyarakat akan kebutuhan mereka. Dalam upaya tersebut harus ada kesinambungan anatara pemerintah, pemerintah daerah, pemerintah desa, masyarakat dan pendamping desa.

(25)

dilakukan oleh pemerintah meliputi penguatan regulasi, menyiapakan infrastruktur jaringan, pengadaan hadwer, pelatihan secara berjenjang, menyiapkan tenaga pendamping, pemeliharaan jaringan dan mengakomodir potensi dan masalah berdasarkan hasil informasi yang terjadi di desa dan kawasan.

Pemerintah desa harus menyiapkan sumber daya manusia / kader yang siap menjalankan sistem informasi desa dan kawasan, regulasi desa (perdes, perkades, peraturan bersama) serta menyiapakan data yang akurat dan update tentang potensi dan masalah desa.

Masyarakat harus terlibat dalam pemanfaatan dan pemeliharaan sistem informasi desa dan kawasan. Sehingga semua awarga berhak mengisi dan mendapatkan informasi.

Pendamping desa harus memiliki keahlian di bidang sistem informasi dan komunikasi, sehingga mampu membantu pemerintah desa dan kader desa dalam menjalankan sistem informasi masi desa dan kawasan. Pendamping berperan sebagai guru, motivator, inovator dan creator.

Supaya bisa menjalankan tugas pendampingan dalam bidang sistem informasi desa dan kawasan, pendamping harus memiliki kemampuan dibidang komunikasi, sosialisasi, adaptasi, lidersip, serta teknik informasi dan komunikasi.

0 Kemampuan komunikasi

(26)

0 Kemampuan adaptasi

Yang dimaksud dengan kemampuan adaptasi adalah pendamping desa harus mampu menyesuaikan diri dengan kebiasaan, budaya serta adat istiadat masyarakat. Sehingga masyarakat dapat menerima keberadaan pendamping dan mau menjalankan SIDeKa.

0 Kemampuan sosialisasi

Yang dimaksud kemapuan sosialisasi adalah pendamping harus mampu bersosialisasi denga semua kalangan masyarakat sehingga SIDeKa akan mudah dipahami dan diimplementasikan.

0 Kemampuan lidership

Yang dimaksud kemampuan lidership adalah pendmping desa harus mampu mengorganisir semua komunitas yang terlibat dalam implementasi SIDeKa. Sehingga terbentuk sistem managemen yang baik dalam peroses tata kelola SIDeKa di tingkat desa.

0 Kemampuan teknik informasi dan komnikasi

Yang dimaksud dengan Kemampuan teknik informasi dan komnikasi pendamping harus memahami secara teknis baik software maupun hardware yang berhubingan dengan sistem informasi dan komunikasi.

Untuk memiliki kemampuan seperti di atas pendamping harus terus belajar, berlatih, membangun jaringan serta mendapatkan pelatihan secara bertahap dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, saya berharap dan menyrankankan kepada Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan untuk melakukan hal-hal berikut:

(27)

dan berkelanjutan kepada pendamping.

2. Melakukan pembinaan dan pelatihan teknis secara bertahap dan berkelanjutan kepada pemerintah dan oprator/kader desa.

3. Membekali pendamping dengan perangkat (hadwer dan sofwar) yang memadai

4. Melindungi pendamping dengan regulasi yang kuat

5. Memfasilitasi pemerintah daerah agar memiliki station room sebagai pusat kendali sistem informasi dan komunikasi desa dan kawasan di tingkat kabupaten.

6. Memfasilitasi hasil informasi desa sebagai bahan pembuatan anggaran pembangunan desa.

Sebagai langkah implementasi untuk mewujudakan sistem informasi desa dan kawasan perlu dilakukan tahapan sebagai berikut:

1. Sosialisasi

Sosialisasi dilakukan secara berjenjang di tingkat kabupaten dan desa

2. Pengorganisasian

Dibentuk klaster perzona untuk memudahkan peroses pelatihan dan pembinaan

3. Pelatihan

· Pelatihan dasar · Pelatihan lanjutan

4. Pengkajian keadaan desa dan kawasan

Mengidentifikasi dan mendata keberadaan desa (potensi dan masalah)

5. Pemetaan desa dan kawasan

(28)

6. Penggunaan SIDeKa

· Menyiapkan inprastruktur jaringan · Menyiapkan hardware /perangkat keras · Menyiapkan software / perangkat lunak · Instalasi program SIDeKa

· Menginput data

· Mengintegrasikan data desa kedalam data pemerintah daerah dan pusat

(29)

LORANITA

loranitanya@yahoo.com [Belitung Timur - Bangka Belitung]

1. Bila terlintas kata Desa, yang terfikirkan adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asalusul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimana dalam setiap desa itu sendiri dipimpin oleh seorang Kepala Desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di tingkat desa. Dan di setiap Desa terdapat peraturan yang telah disusun dalam undang-undang serta adat istiadat masing-masing desa.

(30)

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN, KETENTUAN PERALIHAN, KETENTUAN PENUTUP.

Langkah-langkah untuk memperkuat desa dalam menempuh jalan pembaruan desa mengacu pada substansi yang ada antara lain dapat dilakukan dengan memperkuat badan kerjasama antar desa dimana desa-desa yang masih dalam satu kecamatan harus bisa bersinergi untuk dapat saling memajukan desa masing-masing. Selain itu langkah-langkah untuk menempuh jalan pembaruan desa tidak lain adalah dengan peningkatan keahlian para kader desa dimana selain mereka terampil dalam hal administrasi mereka juga harus dan wajib memahami tupoksi mereka masing-masing serta mereka terampil serta cakap dalam pengolahan data yang berbasis komputerisasi. Karena agar mempermudah pengolahan data yang ada maka sebaiknya data-data tersebut dapat diolah dan disimpan dalam database sehingga dapat mempercepat kinerja dan mengef isienkan waktu dalam hal pengolahan data. Selain itu kelengkapan data pun sangatlah diharapkan sehingga mempermudah dalam pengaksesan dan pemanfaatan data tersebut.

(31)

caramemenuhi kebutuhan mereka dan bagaimana cara untuk memanfaatkan hasil dari kebutuhan mereka yang sudah direalisasikan. Sehingga pembangunan desa dan pemberdayaan desa tepat guna dan tepat sasaran. Yang harus dilakukan oleh pihak desa dalam menanggapi dan menggunakan SIDeKa ini adalah menyiapkan SDM yang bisa menunjang penerapan program SIDeKa ini agar penerapannya lebih efektif dan efisien. Serta didukung oleh teknologi yang sesuai dengan konten serta dukungan dari warga desa itu sendiri.

Warga desa pun harus mulai terbuka dan ingin belajar untuk mengerti bagaimana program SIDeKa ini agar bisa berjalan sesuai dengan harapan karena hasilnya juga untuk kepentingan mereka. Yang harus dilakukan oleh pendamping adalah memberikan pendampingan kepada masyarakat desa bagaimana efektifitas yang bisa dihasilkan jika program SIDeKa ini berhasil diterapkan, serta pendampingan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan serta penggunaan dari pendukung program SIDeKa ini. Akan tetapi pendamping pun harus terampil terlebih dahulu sebelum mereka terjun untuk mendampingi warga desa untuk sama-sama menerapkan program SIDeKa ini.

(32)

dalam hal penggunaan dan pemahamannya akan tetapi tidak terlepas dari fungsi yang diharapkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Mengapa sistem yang dibangun sesederhana mungkin? Jawabannya agar sistem dan aplikasi tersebut bisa dengan mudah untuk diterapkan dan diakses oleh pengguna agar apa yang kita harapkan dari sistem yang dibangun dapat tercapai sesuai dengan ekspetasi.

(33)

YUSUF HAD

thesandhy@gmail.com [Dompu – Nusa Tenggara Barat]

MENDORONG KEMANDIRIAN DESA

MELALUI SISTIM ADMINISTRASI DAN INFORMASI DESA

(34)

sendiri.

Yang paling Utama, membangun rasa kepemilikan terhadap desa adalah hal yang mutlak harus dilakukan baik bagi aparatur desa maupun warga desa itu sendiri, karena hal ini akan berkontribusi pada motivasi penyelenggara pembangunan dilevel desa dalam beraktivitas. Perubahan perilaku ini kemudian akan diteruskan dengan peningkatan kapasitas penyelenggara pemerintahan didesa dalam melakukan proses perencanaan dan penganggaran yang baik. Selain kapasitas, tentunya ketersediaan data dan informasi yang akurat akan menjadi sangat penting untuk dipenuhi sebagai referensi dalam pengambilan keputusan dan penentuan skala prioritas agenda pembangunan Desa. Langkah selanjutnya adalah penguatan Warga dan Organisasi Warga yang telah ada dan tumbuh di desa, penguatan ini meliputi membangunkan kesadaran kritis, memperkuat organisasi warga serta melakukan mobilisasi sumberdaya. Interaksi dinamis antar pihak juga akan memberikan dampak keberlanjutan agenda pembangunan serta menjamin keterbukaan informasi bagi semua pihak, serta yang terakhir adalah selain inovasi serta kreativitas yang lahir dari desa yang bersangkutan, replikasi dan perluasan praktek-praktek yang baik di daerah atau desa lain melalui kolaborasi dan mengembangkan relasi.

(35)

kehidupan secara berkelanjutan. Untuk itu Desa membutuhkan sistim administrasi dan informasi yang menyimpan, memproses dan memperbaharui data serta informasi tentang warga dan potensi desa. Sistim ini diharapkan mampu diterapkan secara partisipatif dan dapat dipertanggungjawabkan keakuratannya. Melalui sistim ini juga pemerintah desa akan dipermudah dalam melakukan pelayanan public dan juga memetakkan potensi desa yang dimilikinya. Sebagai percontohan, Kabupaten Dompu telah melakukan Pendataan dan pemetaan yang partisipatif dan kemudian diproduksi secara digital, Peta interaktif seacara digital ini kemudian telah mampu menunjang perbaikan database kependudukan dari segi sosial ekonomi, sehingga data yang dihasilkan dapat menjadi referensi dalam pelaksanaan musrenbang di level desa sampai kabupaten. Kabupaten Dompu juga telah melakukan uji coba terhadap penggunaan Sistim Administrasi dan Informasi Desa yang kemudian Ujicoba ini dapat membuktikan bahwa pelayanan administrasi warga desa dapat terlaksana dengan baik, cepat dan akurat.

Dengan sebuah sistim yang berbasis teknologi informasi, tentunya pengelolaan data dan informasi yang dibutuhkan oleh warga, pemerintah desa serta pihak lain akan dengan mudah, cepat, dan akurat dalam penyajiannya. Pada akhirnya, program apapun yang dilakukan oleh pemerintah akan semakin berkualitas, berdaya guna dan tepat sasaran.

(36)

wilayah Indonesia. Regulasi yang dimaksud inipun harus disertai dengan komitmen dari seluruh level pemerintahan (pusat sampai desa), karena bagaimanapun juga sistim pemerintahan yang berjenjang ini akan diimpelemntasikan dengan pengawasan yang berjenjang pula.

Dilevel pemerintah desa, keterampilan dalam berkomunikasi serta melakukan pendekatan terhadap warganya harus dimiliki secara merata, karena pada kenyataannya selama ini, kontruksi pikiran warga terhadap proses pemetaan dan pendataan adalah bermuara pada akan adanya bantuan pemerintah, sehingga warga desa akan memberikan informasi yang “tidak Jujur”. Oleh karenanya, selain pendekatanterhadap warga, ketersediaan aparat desa dan dusun yang paham tentang asset dan potensi yang dimiliki warga desa juga dibutuhkan.

Masyarakat desa harus memiliki kesadaran kritis terhadap proses pembangunan yang berlangsung. Untuk membangun kesadaran kritis tersebut, tentunya harus dilakukan upaya penyadaran terhadap warga terkait dengan hal dan kewajibannya sebagai warga Negara namun yang paling penting adalah bagaimana Warga desa memiliki pola pikir atau rasa kepemilikan terhadap desanya, sehingga partisipasi warga pada proses pembangunan desa dapat terbangun atas motivasi kepenntingan bersama.

(37)

berkelanjutan bagi semua kalangan.

Dalam pelaksanaan Program ini, pembacaan terhadap nilai-nilai local yang hidup dan berkembang dimasyarakat juga semestinya dilakukan. Hal ini diperlukan dalam rangka membangun kepemahaman dan semangat bersama dalam rangka pencapaian maksud program dan cita-cita yang lebih besar lagi yaitu mewujudkan kemandirian desa. Oleh karenanya, BP2DK dapat mengedepankan pendekatan dengan penggunakan nilai local desa dalam melaksanakan program SIDEKA. Disisi lain, karena sistim ini juga akan memuat informasi tentang kewilayahan, maka diharapkan BP2DK dapat mendorong pemerintah untuk segera memfasilitasi desa-desa dalam penetuan batas wilayah desa masing-masing, hal ini sangat diperlukan karena pengalaman kami dilapangan menunjukkan bahwa sangat sulit memproduksi Informasi secara geografis (Peta) tanpa adanya kesepakatan antar desa terkait dengan Batas wilayah desanya masing-masing.

Adapun rencana kegiatan yang kami tawarkan dalam rangka pengorganisasian SIDeKa adalah sebagai berikut

a. Training Of Fasilitator (TOF) bagi Fasilitator Kabupaten dan Desa

b. Sosialisasi

c. Technical asistensi d. Update data e. Input data

(38)

AJI SAHDI SUTISNA

ajipanjalu@gmail.com [Lebak - Banten]

MEMBANGUN BANGSA DARI DESA

Desa dalam perjalanannya telah mengalami berbagai dinamika seiring dengan waktu dan perkembangannya. Pengertian desa sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dinyatakan bahwa “Desa adalah desa dan desa adat atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”

(39)

(authority). Hal ini terjadi, oleh karena adanya hak bawaan dari desa. Hak bawaan dari desa sebagai susunan asli itu setidaknya mencakup hak atas wilayah (yang kemudian disebut sebagai hak ulayat). Sistem pengorganisasian sosial yang ada di wilayah yang bersangkutan (sistem kepemimpinan termasuk di dalamnya), aturan-aturan dan mekanisme-mekanisme pembuatan aturan di wilayah yang bersangkutan, yang mengatur seluruh warga yang tercakup di wilayah desa yang bersangkutan (R Yando Zakaria, 2004: 43).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa menyebutkan bahwa kewenangan Desa meliputi:

· Kewenangan berdasarkan hak asal usul; · Kewenangan lokal berskala Desa;

· Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota; dan · Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan Desa tersebut dalam PP Desa sedikitnya terdiri atas: · Sistem organisasi masyarakat adat;

· Pembinaan kelembagaan masyarakat; · Pembinaan lembaga hukum adat; · Pengelolaan tanah kas desa; dan · Pengembangan peran masyarakat desa. Kewenangan Lokal Berskala Desa

Kewenangan lokal berskala desa paling sedikit di antaranya meliputi: · Pengelolaan tambatan perahu;

(40)

· Pengelolaan tempat pemandian umum; · Pengelolaan jaringan irigrasi;

· Pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat desa; · Pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos

pelayanan terpadu;

· Pengelolaan Embung Desa;

· Pengelolaan air minum berskala desa; dan

· Pembuatan jalan desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.

Selain kewenangan sebagaimana hal diatas. Menteri dapat menetapkan jenis kewenangan Desa sesuai dengan situasi, kondisi dan kebutuhan lokal. (menurut Pasal 34 ayat 3 PP Desa).

(41)

sarana rekayasa sosial pembangunan perdesaan berbasis kerakyatan.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dalam implementasinya memiliki tugas yang sangat berat dalam rangka meningkatkan daya saing masyarakat desa untuk menghadapi rezim modernitas. Langkah konkrit berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa untuk meningkatkan daya saing masyarakat desa dari segi sumber daya khususnya modal untuk pengembangan desa dalam rangka menunjang dilakukannya pembangunan desa adalah dengan mengalokasikan bagian hasil pajak daerah dan restribusi daerah kabupaten/kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari pajak dan restribusi daerah (Pasal 72 ayat (3)) dan Alokasi Dana Desa (ADD) paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari dana perimbangan yang diterima oleh kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) (Pasal 72 ayat (4)), serta sumber dana lain yang berasal dari masyarakat maupun pendapatan lain yang sah.

Sistem Informasi Desa dan Kawasan

Dalam konteks pembangunan kawasan perdesaan, komunikasi dapat berperan penting untuk menunjang berbagai kegiatan pembangunan perdesaan, dengan kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Di mana salah satu faktor penting kesuksesan pembangunan adalah tersedianya akses informasi pada masyarakat. Sehingga mereka dapat mencari pengetahuan-pengetahuan baru di berbagai media untuk mengembangkan masyarakatnya.

(42)

keperluan masyarakat terhadap berbagai informasi pembangunan sebenarnya sangat tinggi. Namun media informasi yang ada, sekarang ini belum bisa memenuhi keperluan informasi masyarakat desa. Apalagi kawasan perdesaan sebagian besar jauh dari pusat pemerintahan yang notabene juga pusat informasi dan perekonomian. Sehingga tidak heran kalau selama ini desa tidak hanya termarjinal dari akses ekonomi tetapi juga akses informasi.

Desa sendiri merupakan sumber data utama pemerintah. Selama ini, kemampuan pemerintah desa dalam mengelola data dan informasi masih mengandalkan cara-cara yang manual dan tradisional. Proses pengelolaan data berlangsung lama, baik dalam pengumpulan maupun temu kembali data. Selain itu, banyak perangkat desa yang belum dibekali pengkajian dan menganalisis data untuk menentukan arah pembangunan. Akibatnya, banyak data yang kurang dimanfaatkan untuk mendukung penyelenggaraan tata pemerintahan.

Peran desa dalam pembangunan nasional sangatlah sentral. Desa merupakan sumber data yang berhubungan langsung dengan warga selaku penerima manfaat pelayanan publik, seperti pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP), administrasi pertanahan, pernikahan dan migrasi, hingga pemberdayaan ekonomi. Ironisnya, peran desa acapkali masih dipandang sebelah mata. Situasi struktural dan kultural menempatkan desa dalam ruang yang sangat terbatas.

(43)

berkemungkinan terkait namun berada di luar desa.

Saat ini Desa-desa di Indonesia masih terkendala dengan berbagai pemasalahan sehingga dapat menghambat proses perkembangannya. Kendala tersebut diantaranya :

· Informasi tentang Desa kurang terpublikasi secara luas sehingga isu perdesaan masih terpinggirkan diranah publik. · Potensi maupun produk unggulan desa tidak terpromosikan

dengan maksimal.

· Kebijakan yang dibuat Pemdes menyangkut tata kelola sumberdaya desa belum didukung basis data yang akurat dan lengkap.

· Pelayanan publik yang dilakukan Pemdes masih lambat karena masih dilakukan secara manual.

· Pemerintah Desa belum mampu melaksanakan keterbukaan informasi publik.

(44)

mekanisme, prosedur hingga pemanfaatan) yang bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada di desa.

Tujuan dari pengembangan SID ini adalah sebagai berikut : · Masyarakat dan Pemdes mampu menyebarluaskan isu-isu

perdesaan melalui website desa berdomain desa.id;

· Masyarakat dan Pemdes mampu mempromosikan potensi dan produk unggulan desa melalui website desa;

· Pemerintah Desa mampu mengambil kebijakan (contoh: Perdes) secara tepat karena merujukbasis data sumberdaya desa yang akurat;

· Pemerintah Desa mampu menyelenggarakan pelayanan publik secara prima;

· Pemerintah Desa mampu melaksanakan keterbukaan informasi publik (KIP);

· Masyarakat desa dapat memantau rencana dan pelaksanaan pembangunan desa melalui sistem informasi desa;

· Masyarakat dan Pemdes memiliki aplikasi/sistem yang mendukung pengelolaan informasi dan penyelenggaraan pelayanan publik yang berjalan dalam platform telepon pintar (smartphone).

Manfaat

Penataan Sistem Infomasi Desa (SID) dengan baik dapat memberikan berbagai keuntungan yang dapat dirasakan oleh masyarakat desa antara lain:

(45)

· Ada kebutuhan untuk memanggil/menemukan data secara cepat;

· Beberapa desa sudah pernah memulai dengan menggunakan sistem yang berbayar, namun hal tersebut dirasa membebani keuangan desa dan memiliki ketergantungan yang tinggi dengan perusahaan penyedia jasa;

· Banyaknya permintaan dari pemerintahan supra desa yang meminta data ke desa, namun tidak bisa dipenuhi dalam waktu yang cepat.

Manfaat diberlakukannya SIDeKa memberikan pengaruh terhadap banyak pihak yang saling berhubungan antar satu dengan lainnya.

Berikut tabel manfaat Sistem Informasi Desa (SID) Berdasarkan Fungsinya:

Pemerintahan

· Memperbaiki kualitas pelayanan publik yang berbasiskebutuhan di tingkat lokal.

· Adanya ketersediaan data yang bisa dimanfaatkan di tingkat lokal maupun supra desa.

Pembangunan

· Membantu proses perencanaan dan sebagai kekayaan data dalam menyusun dokumen perencanaan desa.

· Mendorong transparansi dan akuntabilitaspembangunan di tingkat desa.

Pemberdayaan

(46)

Manfaat Sistem Informasi Desa (SID) Berdasarkan Aktor antara lain:

Pemerintahan Supra Desa

· Kemudahan dalam memperoleh data dan informasi desa. · Efisiensi anggaran SKPD pada komponen perjalanan dinas. · Efektifitas kerja.· Membantu proses perencanaan

pembangunan di tingkat kabupaten.

Pemerintah Desa

· Ketersediaan data dan informasi secara lengkap dan tertata. · Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam urusan

administrasi kependudukan.

· Membantu proses perencanaan pembangunan di tingkat desa · Apabila SID bersifat online maka akan membantu dalam

mempromosikan desa

Masyarakat Desa

· Mendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan di tingkat desa.

· Menumbuhkan modal sosial.

Lembaga-lembaga Desa

· Perumusan kebutuhan dan program kerja menjadi lebih mudah karena ketersediaan data dan informasi yang mudah diakses.

· Membantu kerja-kerja kelembagaan baik sektoral maupun spasial (kewilayahan).

Pihak-pihak luar yang berkepentingan

· Membantu mempercepat pihak-pihak terkait yang membutuhkan data dan informasi tentang desa.

· Pihak luar memiliki potret tentang kondisi desa yang bisa diakses dengan mudah.

(47)

Selain para pihak diatas mendapatkan manfaat dari diberlakukannya Sistem Informasi Desa, mereka juga diharapkan terlibat dalam kerja-kerja penguatan dan pemdampingan sesuai dengan kewenangannya. Namun, tugas pokok yang diemban sebagai pelaku utama adalah para perangkat desa dan masyarakat itu sendiri. Sementara pihak-pihak lain adalah sebagai pendukung atau pengawal diberlakukannya sistem tersebut.

Rencana Kongkrit

Perangkat Desa dan Masyarakat desa sebagai subjek dari pelaksanaan sistem ini yang keterlibatannya berdampak penting terhadap perubahan pembangunan desa dan kawasan. Indikatornya keberhasilannya dapat dilihat dari berbagai cara pandang dan penilaian, diantaranya :

· Terselenggaranya pelayanan publik yang baik, efektif dan efisien;

· Tersusunnya tata perencanaan, penganggaran, pelaksanaan pembangunan yang akuntabel dan transparan;

· Pengelolaan Sumber Daya Desa yang berkelanjutan dengan kearifan kolektif masyarakat desa;

· Penerapan teknologi tepat guna secara mandiri dan berbasis sumber terbuka (open source)

Untuk mencapai hal tersebut, maka perlu dilakukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh pendamping sebagai berikut :

(48)

· Pendidikan dan Pelatihan Pewarta Desa; · Pendidikan Kader Pemerintah Desa

Tata kelola pemerintahan yang baik ditandai dengan pengelolaan data dan aset untuk meningkatkan kesejahteraan warga, menyelenggarakan pelayanan publik yang baik, dan memenuhi hak akses informasi warga sebagaimana diatur dalam konstitusi. Ini bukan pekerjaan mudah, karena itu semua pihak harus mencari jalan keluar atas permasalahan tersebut secara kolektif.

(49)

JUNIAR SUNDARA

unkjr2112@gmail.com [Ciamis – Jawa Barat]

PRA PELATIHAN SISTEM INFORMASI DESA DAN

KAWASAN

(50)

membangun keadilan budaya (cultural justice) serta pengakuan terhadap kemandirian desa dengan hak asal-usul, Inisiatif (prakarsa) dan produk hukum desa, tradisi dan institusilokal dan Azaz subsidiaritas yang menjamin kewenangan lokal berskala Desa, Kedua Azas tersebut revolusioner dengan memberikan peluang dan tantangan bagaimana desa bisa berkiprah dalam memperkuat desa, serta di dorongoleh cash transfer alokasi dana desa.

Upaya memperkuat desa dapat dilakukan dilakukan melalui langkah-langkah keberdayaan masyarakat desa yaitu Mendorong kesadaran kritis masyarakat desa dengan menciptakan ruang-ruang publik di masyarakat desa sebagai lingkar belajar untuk membangun refleksi kolektif terhadap kondisi desa sebagai proses belajar untuk membangun komitmen kolektif, memperkuat peran-peran Pemerintah Desa dan Lembaga Masyarakat Desa, melalui peningkatan kapasitas yang mendorong pemahamanan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam tata kelola pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, mendekatkan desa dengan teknologi dalam tata kelola pembangunan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas tata kelola, transparansi, akuntabilitas serta mendorong partisipasi kesadaran.

(51)

(2) meliputi data Desa, data Pembangunan Desa, KawasanPerdesaan, sertainformasi lain yang berkaitandengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan Perdesaan. (5) Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola olehPemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua pemangku kepentingan. (6) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa.

Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SiDeKA) dapat mendorong gagasan desa dengan memperkuat akses informasi desa, antar desa, maupun kawasan perdesaan, sebagai bentuk dalam pengelolaan sumberdaya yang saling membutuhkan sebagai modal membangun kawasan strategis pertumbuhan ekonomi untuk membangun kesejahteraan desa. Untuk mengembangkan ekonomi di perdesaan, harus dipastikan terjadinya peningkatan basis dukungan modal, aksesproduksi, akses distribusi, dan akses pasar bagi rakyat, sehingga menciptakan pertumbuhan baru ekonomi di desa-desa. Sistem Informasi Desa ini harus di kelola oleh pemerintah desa yang mengatur dan mengelola atas proses-proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sehingga memiliki legitimasi dan regulasi yang dapat memberikan kepastian hukum dalam mengelola pembangunan.

Pendamping seharusnya mampu melakukan kajian atas realitas keadaan, maka hal yang di butuhkan Pendamping dalam program SiDeKA (Sistem Informasi Desa dan Kawasan) adalah Pengetahuan atas Pemikiran mendasar terhadap regulasi saat ini, pengetahuan tentang TIK dan pemanfaatannya, keterampilan dan teknik-teknik fasilitasi dalam kegiatan dan pelatihan masyarakat.

(52)

GAGAN GANI RACHMAN

gagan.gani@gmail.com [Garut – Jawa Barat]

PERTANYAAN UNTUK TULISAN PRA PELATIHAN

(53)

Begitu pula saat ini dalam Undang-Undang Desa No. 6 tahun 2014 tentang Desa Bab III tentang Penataan Desa ayat 9,10,11 dan 12 dimana status desa bisa berubah sewaktu-waktu menjadi Kelurahan, hal ini tentu saja menambah kreatifitas serta membatasi kewenangan Desa itu sendiri, karena tidak dapat di pungkiri, beberapa Desa di daerah masih banyak yang ingin berubah statusnya kepada Kelurahan, alasannya karena akan mudah menjalankan kebijakan serta pendanaan di daerah desa yg berubah statusnya jadi Kelurahan, hal ini di danai oleh Kota/Kabupaten sehingga Desa yg berubah statusnya jadi Kelurahan hanya tinggal merealisasikan program-program yang ada di level atasnya yakni kecamatan dan kab/kota.

Untuk memmperkuat Desa dalam menmpuh jalan pemvbaruan Desa diantaranya adalah dengan memberikan kesadaran penuh melalui betapa pentingnya Teknologi informasi sebagai wahana dalam mengkapnyekan Desanya agar di kenal oleh kalangan luas di luar desa tersebut, sehingga tidak menggantungkan pendanaan hanya kepada ADD yg di dapat dari Kota/kabupaten saja, tetapi mereka (Desa) dapat mengembangkan dirinya sendiri dengan berbagai potensi yang ada di wilayah tersebut.

(54)

peningkatan pengetahuan melalui berbagai media yang ada di sana. · Yang harus di lakukan Pemerintah Pusat maupun Daerah : adalah mendukung upaya pengadaan Sinstem Informasi Desa dan Kawasan, baik berupa Materi maupun Non Materi · Yang harus dilakukan pemerintah Desa : Adalah

mempersiapkan Infra struktur berupa tempat, Kebijakan (Perdes kalau bisa), juga Sumber Daya Manusia nya

· Yang harus dilakukan warga Desa : Ikut membantu dan peduli dengan Pemrintah Desa dan ikut terlibat aktif dalam pengembangan SIDeKa ( Sistem Informasi Desa dan Kawasan, yang paling penting adalah sebagai Fasilitator atau Community Organizer di wilayahnya untuk menggali potensi wilayahnya agar di ketahui oleh masyarakat luar daerahnya · Yang harus di lakukan para Pendamping : adalah mendapingi

dan menciptakan para relawan SIDeKa di daerah, mulai dari pemerintah desa juga warga sekitar Desa tersebut.

3. Tentunya yang harus dimiliki oleh para calon pendamping dan kuasai adalah bagaimana menjadi fasilitator/CO, kemudian pengetahuan mengenai SIDeKa itu sendiri termasuk Visi dan misi program SIDeKa ini akan di bawa kemana dan seperti apa, agar lajur atau jalannya sesuai dengan para pendamping lainnya yang ada di daerah, hal ini guna mensinergikan semuanya, baik SIDeKa, Desa yang akan di dampingi serta program pemerintah baik Pusat maupun daerah.

(55)

untuk mengawali pendampingan ini. Adapun saran kepada Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan adalah mempersiapkan mulai dari Surat Tugas, monitoring kelapangan dengan berkala, juga pengetahuan atau Ilmu tentang menjadi CO, ilmu mengenai SIDeKa.

4. Keterbukaan informasi dari level desa yang cukup signifikan terkait dengan keterbukaan informasi publik, informasi atau berita tentang desa dapat tersebar luas secara global. Pendokumentasian secara digital harus diiringi dengan penambahan keterampilan untuk pengolahan dan visualisasi data untuk perencanaan pembangunan tanpa harus menggeser media yang sudah ada di desa. Kebutuhan data atau regulasi sektoral terkait perencanaan pembangunan menjadi salah satu bagian dari kelayakan pengajuan perencanaan pembangunan, untuk itu perlu adanya suatu mekanisme keterbukaan semua pihak untuk saling berbagi informasi demi kemajuan pembangunan kawasan.

Adapun Rencana Kongkrit :

· Merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu untuk mengikuti pelatihan SIDeKa ini seperti Laptop, pakaian dll · Merencanakan langkah-langkah yang akan di lakukan kedepan

setelah mendapatkan ilmu dari pelaatihan TOT SIDeKa ini · Assesment wilayah yang akan di dampingi dengan menggali

banyak sumber informasi

· Melakukan pertemuan-pertemuan dalam menggali informasi wilayah tersebut

· Manjalankan rencana yang di sepakati dengan pemerintah desa dana masyarakatnya

(56)

DEDE WAHYU

sastradinatadewa@gmail.com [Pangandaran – Jawa Barat]

Definisi menurut undang-undang sebagaimana kita ketahui Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Daerah Kabupaten. Sedangkan Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan.

Dari penjelasan di atas jelas bahwa Desa mempunyai hak penuh untuk mengatur dan mengurus segala sesuatu yang ada di Desa. Peningkatan kapasitas Desa dari mulai pemerintahan Desa hingga kepada masyarakat desa secara luas perlu ditingkatkan supaya lebih siap dalam pengaplikasian UU Desa ini. Pengakuan terhadap para pejuang pembangunan Desa bahwa tidak ada lagi kekhawatiran terhadap SDM Desa untuk mengambil peran sentral dalam mewujudkan Desa Swakelola, Desa Mandiri, Desa Hebat.

(57)

administrative. Akses informasi harus diletakkan dalam kerangka yang lebih luas: suatu pintu yang membuka banyak kemungkinan bagi desa untuk ambil bagian dalam mengurus urusan rumah tangganya, dan pada saat yang bersamaan menjadi langkah kontribusi desa dalam ikut menjadi bagian dari penyelesaian masalah-masalah bangsa. Oleh sebab itu pula, konsepsi sistem informasi desa, penting untuk dilihat tidak dalam kerangka dari atas ke bawah, tetapi juga dari bawah ke atas dan dinamika relasi tersebut. Pemerintah Daerah dalam hal ini punya kewajiban untuk mengembangkan sistem informasi desa, namun di sisi yang lain, desa dan para pihak yang mendorong pembangunan desa, juga memiliki kesempatan untuk memajukan suatu sistem, terutama agar informasi yang tersedia benar-benar informasi yang punya makna dalam gerak maju desa.

Pembangunan sistem informasi perdesaan juga dapat memutus kesenjangan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sistem informasi perdesaan yang baik kemudian akan mendorong keterbukaan informasi publik hingga ke level perdesaan. Keterbukaan dan transparansi pasca terbitnya UU Desa menjadi sangat penting untuk mencegah penyimpangan penggunaan dana desa oleh perangkatnya. Selain itu, adanya pusat-pusat informasi di perdesaan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tentunya sistem informasi perdesaan harus dirancang dengan model komunikasi dua arah, baik antara masyarakat desa dengan perangkatnya, maupun dengan pemerintah daerah. Partisipasi dalam kegiatan pembangunan penting dilakukan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat sejak perencanaan, pelaksanaan hingga pengawasan pembangunan desa.

(58)

desa dapat ditingkatkan. Pemberdayaan itu sendiri menurut UU Desa merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, dan kesadaran. Pelaksanaannya dengan memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas keperluanmasyarakat desa.

Hal-hal yang perlu dimiliki oleh pendamping dalam program SiDeKA adalah sebagai berikut

1. Pengetahuan atas Pemikiran mendasar terhadap regulasi saat ini ( UU Desa, PP, Permen, dll)

2. Pengetahuan dan Pemahaman Sejarah pengelolaan Desa 3. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Fasilitasi dalam

Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat

4. Pengetahuan tentang Pembangunan Desa, Antar Desa dan Kawasan Perdesaan

5. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Analisa Sosial dalam dinamika perubahan masyarakat

6. Pengetahuan tentang Teknologi terapan ( sistem Informasi, dan Teknologi pembebasan desa lainnya contoh; Drone untuk pemetaan desa )

7. Keterampilan Teknik-teknik fasilitasi kegiatan dan Pelatihan Masyarakat

8. Pengetahuan dan Keterampilan pengelolaan media mainstream desa

9. Dan lain-lain

(59)
(60)

BAYU PERMANA

bayualhafs44@gmail.com [Sukabumi – Jawa Barat]

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DESA DAN

KAWASAN

Tentang UU No. 6 Tahun 2014

(61)

berkembang sebagai kekuatan yang mendorong percepatan pembangunan di Indonesia.

Upaya untuk menempuh jalan pembaruan desa tentunya membutuhkan langkah-langkah untuk memperkuat desa setidaknya kini desa memiliki posisi dan tanggungjawab yang sangat besar. Oleh sebab itu desa berhak atas ruang kesempatan yang lebih luas dalam meningkatkan pelayanan publik yang lebih baik, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut sudah seharusnya desa kini memulai melakukan pengembangan tata perencanaan, penganggaran, pelaksanaan pembangunan yang akuntabel dan transparan serta di ikuti oleh penguatan kapasitas pemerintah desa sebagai penunjang pelayanan publik termasuk didalamnya hak untuk mendapatkan informasi pembangunan merupakan langkah awal untuk menjadikan desa sebagai subjek pembangunan yang ditandai dengan partisipasi aktif masyarkat desa.

Kontekstualisasi SIDeKa

(62)

Dalam UU Desa pasal 86 ayat 2 menyatakan bahwa “Pemerintah wajib mengembangkan sistem informasi desa dan pembangunan kawasan perdesaan” dan pada ayat 6 dinyatakan “Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menyediakan informasi perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota untuk Desa”, dalam hal ini kita menyaksikan bahwa sesungguhnya Negara diarahkan untuk berpihak pada desa dengan menjadikan desa sebagai wilayah yang memungkinkan masyarakat desa dengan seluruh sumberdaya yang dimilikinya memfungsikan peran strategis dengan menjadi bagian dalam usaha percepatan pencapaian cita-cita proklamasi kemerdekaan. Dengan demikian pengembangan SIDeKa harus dilihat sebagai langkah penting yang tidak bisa dihindari. Akses informasi harus diposisikan dalam kerangka yang lebih luas sekaligus menjadi kesempatan bagi desa untuk ambil bagian dalam mengurus urusan rumah tangganya, dan pada saat yang bersamaan menjadi langkah kontribusi desa dalam ikut menjadi bagian dari penyelesaian masalah-masalah bangsa. Oleh sebab itu pula, konsepsi sistem informasi desa penting untuk dikembangkan melalui pendekatan yang lebih akomodatif dan aspiratif.

Seputar Pendampingan

(63)

desa yang kuat, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.

Sebagai upaya mendukung pengembangan SIDeKa sekali lagi peran pendamping atau tenaga professional menjadi penting dalam proses tersebut, mengingat kondisi SDM di desa secara umum masih kurang memadai dalam pemanfaatan berbagai perangkat dalam konsepsi SIDeKA. Ada banyak kualifikasi keahlian yang harus dimiliki oleh para pendamping desa seperti penguasaan atas berbaai teknologi informasi yang dibutuhkan dalam konsep SIDeKA, seperti penguasaan pengelolaan informasi desa, penggunaan aplikasi tata kelola pemerintahan desa serta pemanfaatan media sosial dalam mewujudkan transparansi dan keterbukaan informasi pembangunan desa yang partisipatif dan demokratis. Oleh sebab itu BP2DK (Badan Prakarsa Pemberdaya Desa dan Kawasan) disarankan untuk dapat memfasilitasi para pendamping desa dalam penguatan kapasitas dan peningkatan berbagai keterampilan yang berkaitan dengan program pengembangan SIDeKA, sehingga pada gilirannya para pendampingpun dapat menularkan ilmu dan pengetahuannya di desa dampingannya masing-masing.

Rencana Kongkrit Pendampingan

Rencana pengembangan SIDeKA dapat dimulai dengan : 1. Persiapan

Tahapan ini adalah prakondisi pelaksanaan program yaitu dengan melakukan konsolidasi pengetahuan dengan beberapa desa dengan tujuan untuk mengukur tingkat kesiapan para pemangku kepentingan di desa.

(64)

· Langkah pertama dimulai dengan melaksanakan lokakarya desa yang dimaksudkan untuk menginventarisir permasalah yang ada di desa khususnya yang berhubungan

dengan tata kelola pelayanan publik.

· Peningkatan kapasitas warga dan perangkat desa dalam penguasaan teknologi informasi seperti “jurnalisme warga/pewarta warga”.

· Pelatihan pengelolaan website desa dan penggunaan media sosial untuk meningkatkan peran serta masyarakat desa dalam mewujudkan pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

· Penerapan SIDeKA dalam mekanisme pengambilan kebijakan bersekala desa.

· Workshop pemanfaatan SIDeKA dalam mendorong percepatan pembangunan desa.

3. Penguatan pendampingan desa

(65)

KIKIS KIRWONO

kikiskirwono@gmail.com [Banyumas – Jawa Tengah]

MEMANFAATKAN SISTEM INFORMASI DESA DAN

KAWASAN (SISDEKA) UNTUK KESEJAHTERAAN

Permasalahan kemiskinan selalu menarik untuk diperbincangkan. Berbagai kajian, diskusi, sampai pada implementasi penanganannya melalui program-program pemberdayaan terus dilakukan. Namun demikian permasalahan ini tetap menarik untuk dicermati. Terlebih permasalahan kemiskinan ini terjadi di desa, dimana mayoritas penduduk Indonesia bertempat tinggal di sana. Dengan kata lain, desa selalu identik dengan kemiskinan. Benar.

(66)

Oleh karena itu, desa perlu mempersiapkan diri guna menyongsong diberlakukannya UU Desa tersebut. Persiapan-persiapan itu menyangkut Persiapan-persiapan pola pikir, kemampuan, dan sikap mental. Pemerintah Desa dan masyarakat hendaknya memandang bahwa UU Desa tidak semata transfer dana dari pusat ke daerah, seperti yang selama ini digembar-gemborkan. Tak dapat dipungkiri, adanya cash transfer memberi warna tersendiri dalam pembangunan di desa nantinya. Kegiatan-kegiatan perencanaan selama ini yang sekedar mengugurkan kewajiban, bisa diharapkan berwujud nyata.

Bukan itu saja, cash transfer yang akan dilakukan oleh pemerintah memiliki konsekuensi tersendiri. Kemampuan merencanakan pembangunan desa yang menyeluruh dan partisipatif, keterbukaan informasi khususnya pengelolaan dana, pelaksanaan pembangunan yang tepat, efektif dan efisien, sistem monitoring, dan evaluasi pencapaiannya mesti dilakukan oleh masyarakat desa. Dengan ini peningkatan kapasitas masyarakat menjadi hal yang harus dilakukan.

Pertanian yang menjadi salah satu sektor andalan masyarakat desa, dewasa ini menemui berbagai kendala. Permasalahan pupuk, benih, sumber mata air, saluran irigasi, biaya produksi, dan masih banyak permasalahan lain menjadi salah satu hal yang perlu dipecahkan. Kendala-kendala tersebut muncul tidak saja dari pihak para petani sendiri namun juga dari pihak lain. Hilang atau berkurangnya debit dari mata air yang berada di gunung atau hutan yang dikelola oleh Perhutani menjadi persoalan yang tidak bisa disentuh oleh masyarakat desa.

(67)

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Maka seharusnya pengelolaan hutan yang dilakukan oleh Perhutani tidak membuat mati atau berkurangnya debit air pada sumber mata air yang ada di hutan atau gunung tersebut.

Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Demi mengejar omzet penjualan kayu, Perhutani bisa dengan mudah mengeluarkan kebijakan tentang jenis kayu yang ditanam, yakni tanaman produktif seperti karet, pinus, atau jati, yang jelas-jelas tidak memiliki daya serap tinggi terhadap air. Tanaman-tanaman vegetasi basah seperti bambu dan pohon aren yang bisa menjaga mata air justru malah dibuang. Pertimbangannya jelas, mengejar omzet penjualan kayu. Ini salah satu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat khususnya di desa. Masih banyak persoalan-persoalan lain yang diharapkan bisa terpecahkan dengan adanya UU Desa.

Ketidaktahuan masyarakat akan peraturan-peraturan yang berpihak kepada mereka, membuat masyarakat sering lalai akan haknya sebagai warga negara. Banyak hak-hak masyarakat yang kemudian dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk keuntungan mereka sendiri. Bahkan tidak menutup kemungkinan, UU Desa yang sedang dipersiapkan implementasinya, masih banyak yang belum paham.

Sumbatan-sumbatan informasi dan komunikasi menjadi penyebab lain. Desa yang selama ini didudukkan sebagai sub ordinat dari Pemerintah Kabupaten, membuat mereka selalu tunduk dan patuh dari segala perintah dan informasi yang dibawanya. Satu jalur komunikasi ini membuat pemerintah desa menjadi birokratis. Lebih banyak melayani pemerintah diatasnya sebagai kekuatan supra desa daripada masyarakat mereka sendiri. Perlu terobosan kreatif untuk itu.

(68)

digagas dan dilaksanakan oleh Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa (BP2DK) ini, salah satu upaya mempercepat gerak pembaruan desa. Ini merupakan salah satu terobosan kreatif itu.

Program ini akan membuat masyarakat lebih terbuka dalam urusan informasi dan komunikasi, baik kepada pemerintah pusat dan daerah, sesama masyarakat desa, pemerintah desa dengan masyarakatnya, antar pemerintah desa, dan antar masyarakat di luar desa.

Pemerintah pusat dan daerah tidak terlalu dipusingkan dengan urusan kunjungan-kunjungan ke pelosok-pelosok, meski itu tetap dibutuhkan. Mereka akan dengan mudah mengakses informasi dari desa dengan sistem informasi dan komunikasi yang akan dikembangkan oleh SISDeKa ini. Melalui website, media sosial,

teleconference, dan sarana lain, pemerintah pusat dan daerah bisa berkomunikasi langsung, melihat, dan mendapatkan informasi-informasi secara nyata dari masyarakat desa sendiri.

Program yang akan dikembangkan oleh SISDeKa ini juga bermanfaat untuk warga desa. Ambil contoh, misalkan seorang ketua RT tidak sempat hadir pada pertemuan di balai desa, dia bisa mengakses informasi tentang itu melalui website desa atau media sosial. Maka salah satu kewajiban pemerintah desa adalah menginformasikan pula melalui website dan atau media sosial pula. Keterbukaan informasi ini sesuai dengan pasal 82 ayat 1 UU Desa.

Persoalan ini mudah dibicarakan, tapi tidak mudah dilaksanakan, mesti tidak berarti sulit, asalkan semua bersinergi untuk mensukseskannya.

(69)

tersebut bukan milik Pemerintah Desa, akan tetapi milik seluruh masyarakat desa. Maka masyarakat berhak untuk memposting kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di website tersebut. Akan lebih baik lagi jika desa membentuk tim tersendiri untuk mengurusi itu.

Lalu dimana peran pemerintah pusat dan daerah?

Kesulitan yang dihadapi oleh kebanyakan desa adalah akses internet. Jaringan internet belum bisa merambah ke semua desa. Di sini lah peran pemerintah, khususnya pemerintah pusat untuk bisa memberikan dukungan. Pembangunan infrastruktur komunikasi menjadi wilayah kerja pemerintah. Sedang untuk pemerintah daerah, cukup menyediakan server agar database dari desa-desa di wilayahnya bisa aman. Selain itu, dengan menyediakan

server sendiri, pemerintah desa tidak akan terbebani dengan biaya hosting. Perpanjangan domain bisa dilakukan kerjasama antara pemerintah pusat dan atau daerah dengan Pengelola Nama Domain Indonesia (PANDI), sehingga masyarakat tidak terbebani dengan biaya-biaya tersebut.

Sistem pendataan penduduk yang selama ini rancu, berbeda antara satu instansi dengan instansi lain, menjadi pekerjaan bagi pemerintah. Pemerintah hendaknya memberikan satu acuan untuk semua dan didasarkan atas pendataan penduduk yang dilakukan oleh masyarakat sendiri. Pemerintah cukup memberikan bantuan dalam hal sistem, aturan main, dana, dan peningkatan kapasitas pelaku-pelaku di desa.

Ranah tersebut sesuai dengan pasal 86 UU Desa.

(70)

disinergikan dengan desa akan lebih tepat sasaran mana kala pemerintah pusat mengacu pada informasi-informasi yang disajikan melalui website desa tersebut. Soal pilihan jatuh kepada desa-desa yang mana, itu terserah dari pemerintah pusat. SISDeKa hanya memberikan pilihan.

Pentingnya arus informasi dan komunikasi ini semestinya menjadi perhatian pemerintah desa. Kebijakan di desa yang tertuang dalam RPJMDes sebaiknya memasukkan kegiatan ini didalamnya. Perlunya peningkatan kapasitas perangkat desa dan masyarakat agar komunikasi berjalan dengan baik, dan informasi bisa tersebar dengan cepat. Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan itu, bisa dialokasikan dalam APBDes.

Hak masyarakat akan informasi harus dipenuhi. Pemanfaatan teknologi akan sangat membantu dalam penyebaran informasi disamping pola lama misal di Jawa, semacam selapanan, gendhu-gendhu rasa di pos ronda, dan atau budaya ngendong.

Kesadaran akan pentingnya informasi dan komunikasi ini harus di bangun. Di sini lah peran pendamping program SISDeKa. Para pendamping hendaknya bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat pentingnya mengembangkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pendamping juga harus belajar dan membelajarkan kemampuannya dalam pemanfaatan teknologi guna mendukung program ini.

(71)

Saya yakin dengan terbangunnya jalinan komunikasi yang baik antara masyarakat desa dengan pemerintah, akan melahirkan masyarakat yang lebih sejahtera.

Dalam pelatihan yang akan diselenggarakan ini, perlu tukar pengalaman dan pendapat tentang bagaimana memahamkan pentingnya SISDeKa bagi masyarakat. Kita tahu di wilayah desa pun selalu ada elit-elit politik yang kadang berseberangan dengan kepentingan desa. Bisa jadi dikarenakan soal Pilkades atau sebab lain.

Dengan saling bertukar pengalaman dan pendapat, maka para pendamping akan memiliki wawasan yang lebih luas dalam melakukan pendampingan. Dimana salah satunya adalah melakukan pendekatan-pendekatan baik secara formal maupun non formal kepada pemangku kebijakan di daerah dan desa, serta tokoh-tokoh masyarakat yang berpengaruh didalamnya. Membangun jejaring dengan pegiat-pegiat desa yang lain pun diperlukan.

Sosialisasi program SISDeKa kepada masyarakat segera dilakukan. Baik dalam kegiatan formal maupun non formal, baik dalam forum-forum desa maupun masyarakat. Pendamping bersama Pemerintah Desa memetakan potensi baik sumber daya alam, sumber daya manusia, potensi yang menimbulkan masalah dan yang berimbas ke peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penguatan kelembagaan-kelembagaan yang ada di desa dan kegiatan kemasyarakatan yang menjadi modal sosial perlu dikuatkan. Kemudian semua itu diinformasikan melalui berbagai cara, semisal website dan media sosial.

(72)

BANYAK, dan DENGAN CARA YANG TEPAT.

Mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang benar-benar dilakukan itu sah-sah saja dan bukan merupakan #PENCITRAAN

Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa)

Desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa namun sejak diberlakukannya otonomi daerah Istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah Nagari, di Aceh dengan istilah Gampong, di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat. Dengan lahirnya Undang-undang No 6 tahun 2014 tentang Desa, maka legalitas Desa atau Gampong tambah kuat dalam segala bidang.

Desa atau Gampong lebih mandiri dengan adaya payung hukum tersebut. Setiap Desa atau Gampong harus adanya transparansi dalam segala bidang,tertib administrasi berbasis e-government atau e-gampong dan di upayakan semua perangkat Desa atau Gampong bisa mengoperasikan Perangkat Komputer dan memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi untuk membangun Desa atau Gampong.

(73)

membangun Indonesia dari Desa begitu juga membangun Aceh dari Gampong, Pemerintah Desa atau Gampong harus terbuka informasi publik kepada warganya dan warga Desa atau Gampong harus berpartisifasi dalam pembangunan desa atau gampong sesuai kemampuan yang dimiliki.

Pendamping melakukan sosialiasasi tentang pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk membangun Desa atau Gampong dan meangupayakan warga agar mau menulis melalui program Jurnalisme Warga, Opini dan Kolom yang tersedia sehingga bisa langsung di upload ke media desa atau Gampong untuk di kaji oleh masyarakat luas.

Para peserta harus mengetahui seluk beluk permasalahan Desa atau Gampong, Undang-undang Desa, sistem pemerintahan Desa atau Gampong agar memudahkan dalam menjalankan program tersebut, memahami pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk kemajuan Desa atau Gampong, untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut membentuk kelompok belajar bersama tentang permasalahan desa dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk menjawab permasalahan-permasalahn yang ada di Desa atau Gampong salah satunya adalah masalah Data.

Saran kepada Badan Prakarsa Pemberdayaan Desa dan Kawasan agar pelatihan semacam ini bisa terus dilakukan secara berkelanjutan dan alangkah lebih baik setiap pelatihan di buat per zona misal (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) agar dapat menghemat anggaran.

(74)
(75)

AKHMAD FADLI

mas_fadlie@yahoo.com [Cilacap – Jawa Tengah]

1. Pandangan umum kawan-kawan tentang desa, UU No 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

Undang-undang desa member harapan baru bagi pemerataan pembangunan masyarakat dan desanya. Undang-undang Desa meniscayaan desa untuk mewujudkan mimpi masyarakat dan pemerintah desa nya seusai bentuk yang mereka harapkan. Alokasi Dana APBN, pemberian kewenangan, pengakuan terhadap asal-usul, amanat keterbukan informasi merupakan bagian dari hal baru yang cukup memberikan harapan tersebut. Berikut bebeapa poin yang menurut saya cukup siginifikan dalam undang-undang desa:

(76)

Keuangan Desa agar kontrol dan laporan keuangan lebih mudah.

· Perubahan aturan kepala Desa; Kepala Desa dan perangkatnya punya penghasilan tetap, masa jabatan Kades lebih lama yakni 3 x 6 tahun. Ada pembagian kewenangan tambahan dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yaitu adanya peluang desa untuk mengatur penerimaan yang merupakan pendapatan desa yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 72 UU Desa.

· Penguatan fungsi BPD yakni fungsi pengawasan

· Hak asal-usul desa memungkinkan desa memunculkan kembali kearifan lokal desa

· Amanat keterbukaan informasi public dalam pasal 82; Jika dijalankan akan memunculkan kepercayaan dan kedekatan dengan masyarakat. Keterlibatan dan peran serta masyarakat adalah kunci pengembangan desa.

· Amanat adanya sistem infrmasi Desa di pasal 86. Sistem informasi Desa memungkinkan pelayanan public prima dan perencanaan pembangunan desa berbasis data. Data desa yang akurat bisa dicapai dengan adanya sistem infrmasi desa. Selama ini perencanaan pembangunan jarang menggunakan basis data warga yang akurat.

Langkah-langkah untuk memperkuat desa dalam menempuh jalan pembaruan desa:

a. Pastikan Dana yang menjadi hak desa ditunaikan sesuai dengan aturan yang berlaku

b. Libatkan masyarakat dalam proses-proses perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

(77)

d. Buka ruang pendidikan dan atau peningkatan kapasitas warga guna mencapai kemandirian desa, baik ekonomi, energi maupun iformasi.

e. Kerjasama dengan desa lain agar tercipta pembagunan yang berkesinambungan

f. Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk: · Pelayanan public prima,

· Pengelolaan administrasi keuangan, · pengelolan database dan

· Pengelolaan informasi di Desa. Penyampaian informasi di desa bisa dilakukan dengan menggunakan media Radio Komunitas, Koran Selembar, papan informasi, SMS Gateway, website desa dan media informasi lainnya.

2. Pandangan umum kawan-kawan tentang SIDeKa (Sistem Informasi Desa dan Kawasan), dalam konteks pemberdayaan desa. Peserta diminta pandangan dan analisisnya, tentang kedudukan SIDeKa dalam mempercepat gerak kebangunan desa-desa. Apa yang harus dilakukan pemerintah (baik pusat maupun daerah), apa yang harus dilakukan pemerintah desa, apa yang harus dilakukan warga desa, dan apa yang harus dilakukan par pendamping.

Sistem Informasi Desa dan Kawasan (SIDeKa sangat diperlukan:

a. Sideka bisa untuk pelayanan publikyang prima bagi masyarakat

b. Database warga yang dimasukkan dalam Sideka bisa akurat dan ada data pilahnya. Data pilah tersebut sangat penting digunakan sebagi landasan perencanaan pembagunan desa. c. Sideka membuat pekerjaan pemerintah desa lebih efektif

(78)
(79)

Referensi

Dokumen terkait

Catatan: Anda tidak diharuskan membaca materi-materi yang disarankan yang tidak tersedia dalam bahasa Anda. Pelajaran Judul Bacaan

Dua penelitian besar menemukan bahwa orang yang menerima akupunktur memiliki lebih sedikit hari dengan ketegangan sakit kepala dibandingkan mereka yang

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey dengan pengambilan data secara sampling (Proportional Random Sampling) dan analisis dilakukan secara kuantitatif

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendapatan keluarga terhadap pembiayaan pendidikan anak seputar danau Sentarum Kabupaten Kapuas Hulu yang terletak di Desa

Matriks SWOT dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana strategi pemasaran perusahaan yang sesuai berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rangka

Setelah mengikuti praktikum Kimia Fisik mahasiswa mampu melakukan percobaan dengan benar untuk mengamati perubahan fisik dan kimia baik secara termodinamika maupun kinetika.

Seperti halnya dalam sistem informasi pemesanan dan persediaan suku cadang di PT DMDT pada penelitian Budiono, pada sistem informasi yang dibuat akan terdapat sebuah database

Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak