854
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAERAH, RETRIBUSI
DAERAH, DAN HASIL LABA BUMD TERHADAP
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA SURABAYA
Vivi Anggraini, Kusni Hidayati, Tri Lestari
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bhayangkara Surabaya vivianggra51@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD terhadap Pendapatan Aslli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Populasi penelitian ini adalah seluruh kecamatan Kota Surabaya dan sampel yang digunakan adalah data realisasi penerimaan pendapatan asli daerah selama periode 2007-2015 yang diperoleh di Badan Pengelolaan Keuangan dan Pajak Daerah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, tehnik pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan metode kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara statistik membuktikan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD berpengaruh baik secara simultan maupun secara parsial terhadap PAD Kota Surabaya. Pajak daerah menjadi penerimaan yang paling dominan berpengaruh terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya.
Kata Kunci: Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Laba BUMD, Pendapatan Asli Daerah
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the effect of local tax revenues, levies, and the profit of local enterprises to Revenue Aslli Area (PAD) Surabaya. The population of this study is all districts of Surabaya City and the sample used is the realization of revenue data of local revenue during the period 2007-2015 obtained in the Regional Financial Management Agency and Taxes. The method used in this study is quantitative methods, as well as data collection techniques are interviews, observations, and literature methods. From the result of research indicate that, statistically proves that local tax, regional retribution, and profit result of BUMD have influence either simultaneously or partially to PAD of Surabaya City. Local tax becomes the most dominant acceptance effect on the revenue of Original Regional Income (PAD) of Surabaya.
855 PENDAHULUAN
Tax reform pajak pusat pertama di Indonesia telah dilaksanakan tahun 1983.
Hal itu ditandai dengan diberlakukannya sistem pemungutan pajak dengan self
assessment dan ketentuan-ketentuan baru yang berlaku saat itu. Sedangkan pajak
daerah pertama baru dilakukan pertama tahun 1997. Sebenarnya, pemungutan yang
dilakukan oleh pemerintah terhadap pajak daerah dan retribusi daerah juga telah
dilakukan pemerintah sebelum reformasi pertama di tahun 1997. Sehingga pajak
daerah dan retribusi daerah bukan jenis pajak dan retribusi yang baru, melainkan
telah lama ada di Indonesia, yakni sebagai sumber penerimaan pemerintah daerah
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masing-masing, yang
gunanya untuk membiayai pelaksanaan tugas-tugas rutin pemerintahan dan
pembangunan daerah.
Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
daerah tidak memberikan balas jasa secara langsung yang dapat dirasakan,
sedangkan retribusi daerah balas jasanya dapat dirasakan secara langsung. Menurut
sifat pelaksanaannya, pajak daerah berlaku untuk setiap orang yang memenuhi
syarat untuk dikenakan pajak, sedangkan retribusi daerah hanya berlaku untuk
orang tertentu yaitu untuk orang yang menikmati jasa ( Panca, 2004).
Selain pajak daerah dan retribusi daerah, hasil laba BUMD dari setiap
daerah juga menjadi salah satu penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Walaupun hasil laba Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) masih terhitung kecil
pengaruhnya terhadap PAD dan tidak sebanyak penerimaan dari pajak, namun hasil
laba BUMD dapat memperlihatkan bagaimana suatu daerah mengukur kemampuan
daerahnya dalam membangun potensi Penerimaan Asli Daerah (PAD) di luar
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
856
modal pemerintah daerah yang bertujuan untuk pembangunan dan pengembangan
daerah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pajak daerah, retribusi
daerah, dan hasil laba BUMD merupakan komponen penting dalam penerimaan
PAD. Oleh karena itu, penulis tertarik meneliti melalui penulisan skripsi yang
bejudul “ Pengaruh Penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Laba BUMD Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya “.
Rumusan Masalah
1. Apakah penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD
berpengaruh secara simultan terhadap peningkatan PAD Kota Surabaya?
2. Apakah penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil laba BUMD
berpengaruh secara parsial terhadap peningkatan PAD Kota Surabaya?
3. Apakah pajak daerah berpengaruh lebih dominan terhadap PAD Kota
Surabaya?
KAJIAN TEORI Pajak
Prof. Dr. Rochmat Soemito, S.H. menyatakan bahwa pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapatkan jasa timbal-balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Sumber Penerimaan Daerah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, sumber-sumber peneriman dari suatu
daerah terdiri dari:
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut UU Nomer 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah semua hak daerah yang
diakui sebagai nilai sebagai penambah kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Sumber Pendapat Asli Daerah (PAD) dibagi
berdasarkan jenis pendapatan dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja
857
a. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dilaksanakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
membiayai penyelenggara pemerintah daerah (Mardiasmo, 2011).
Pembagian pajak daerah menurut Aziz (2015:53) terbagi menjadi dua bagian,
yaitu:
1) Pajak Provinsi, terdiri dari berikut ini.
a) Pajak Kenderaan Bermotor (PKB)
b) Bea Balik Nama kenderaan Bermotor (BBNKB)
c) Pajak Bahan Bakar Kenderaan Bermotor (PBBKB)
d) Pajak Air Permukaan
e) Pajak Rokok
2) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari berikut ini.
a) Pajak Hotel
b) Pajak Restoran
c) Pajak Hiburan
d) Pajak Reklame
e) dll
Besarnya pokok pajak dihitung dengan cara mengalikan tari pajak dengan
dasar pengenaan pajak. Cara perhitungan ini digunakan untuk setiap jenis pajak
daerah, yang juga merupakan dasar perhitungan untuk semua jenis pajak pusat
(Marihot Siahaan, 2013).
b. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau Badan.
Pajak Terutang = Tarif Pajak X Dasar Pengenaan Pajak
858
Jenis retribusi daerah dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu, Retribusi Jasa
Umum, Retribusi Jasa Usaha dan Retribusi Perizinan Tertentu. Besarnya
retribusi daerah yang harus dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
menggunakan jasa yang bersangkutan dihitung dari perkalian antara tarif dan
tingkat penggunanya jasa dengan rumus sebagai berikut:
Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai kuantitas penggunaan jasa
sebagai dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk penyelenggaraan
jasa yang bersangkutan. Misalnya beberapa kali masuk tempat rekreasi, berapa
kali / berapa jam parkir kendaraan. Akan tetapi ada pula pengguna jasa yang
tidak dapat dengan mudah diukur. Dalam hal ini tingkat penggunaan jasa
mungkin perlu tingkat berdasarkan rumus. Misalnya, mengenai izin bangunan,
tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir dengan rumus yang didasarkan atas luas
tanah, luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan, dan rencana penggunaan
bangunan.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
Jenis pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik daerah/BUMD, milik pemerintah/BUMN dan perusahaan
milik swasta. Peran BUMD dalam peningkatan pendapatan asli daerah sangat
dibutuhkan sekali dalam menggerakan ekonomi. Kinerja dari BUMD dari sisi
internal, harus mampu menjadi pemacu utama pertumbuhan dan pengembangan
ekonomi, sedangkan dari sisi eksternal BUMD dituntut untuk menarik investasi
asing maupun domestik agar perumbuhan ekonomi di daerah memberikan
multiplier effect yang besar. Pendapatan dari jenis ini sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain yaitu Laba atas Penyertaan Modal
pada BUMD, Laba atas Penyertaan Modal pada BUMD dan Laba Atas
Penyertaan Modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta.
859
Jenis pendapatan yang dianggarkan untuk menampung penerimaan daerah yang
tidak termasuk jenis pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini seperti:
1) Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan
2) Jasa giro
3) Pendapatan bunga deposito
4) Tuntutan ganti kerugian daerah
5) dll
Pinjaman Daerah.
Pinjaman daerah adalah pinjaman dalam negeri yang bersumber dari
pemerintah,
pemerintah, lembaga komersial dan atau penerbitan obligasi daerah dengan
memberitahukan kepada pemerintah sebelum tidaknya usulan pinjaman daerah
diproses lebih lanjut. Sedangkan yang berwenang mengadakan dan menanggung
pinjaman daerah adalah kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah atas persetujuan DPRD.
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang antara lain adalah hibah atau
penerimaan dari daerah propinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya dan peneriman
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan daerah yang
didirikan dengan modal seluruh atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu sumber
penerimaan dari sebuah pemerintahan daerah., adalah sistem pembayaran atas jasa yang diserahkan oleh karyawan yang bekerja sebagai manajer, atau karyawan yang
gajinya dibayarkan perbulan, tidak tergantung dari jam, hari kerja atau jumlah
produk yang dihasilkan. Sedangkan pengupahan adalah pembayaran atas
penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksanaan atau buruh yang
upahnya dibayarkan berdasarkan dari jam, hari kerja, atau produk yang dihasilkan
860 METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data penelitian kuantitatif dapat
dilakukakan dengan cara wawancara, observasi, dan data kepustakaan (Sugiyono,
2012). Peneliti mengumpulkan data dengan metode kuantitatif. Adapun
pengumpulan data sebagai berikut, (1) Wawancara, (2) Obervasi dan (3)Metode
Kepustakaan.
Teknik Analisi Data dan Uji Hipotesis
Untuk analisis kuantitatif digunakan analisis deskriptif, analisis regresi
berganda, Uji F (simultan), koefesien determinasi dan uji t (parsial) untuk
mengetahui pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Laba BUMD
terhadap Pendapatan Asli Daerah periode 2007-2015.
a. Uji F (Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variable independentnya yang
dimaksudkan dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel
dependent yang di uji pada tingkat signifikan 0,05 (5%), maka dapat member
kesimpulan bahwa semua variabel independent yang diteliti secara bersama-sama
dapat mempengaruhi atau tidak mempengaruhi variabel dependent.
b. Uji t (Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independent secara individual terhadap variabel dependent yang diuji pada
tingkat signifikan 0,05 (5%), dan untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan
diterima atau ditolak.
c. Penentuan Variabel Dominan
Uji Koefesien Beta Standardized digunakan untuk mengetahui variabel mana yang
paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk menentukan variabel
bebas yang paling menentukan (dominan) dalam mempengaruhi nilai variabel
terikat dalam suatu model regresi linier, maka digunakanlah uji koefesien beta
861 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya Tahun Anggaran 2007-2015 (Dalam Rupiah)
2007 340.833.935.422 176.785.881.531 38.385.988.072 51.643.490.666 607.649.295.691 2008 397.990.195.606 169.558.366.457 42.520.028.492 119.144.800.789 729.213.391.344 2009 442.852.257.428 164.247.724.756 42.324.809.294 159.370.734.564 808.795.526.042 2010 525.403.484.538 183.312.246.927 63.304.547.606 136.627.496.659 908.647.775.730 2011 1.488.358.147.75
3 209.834.317.888 75.962.115.306 112.359.720.634
1.886.514.301.58 1
2012 1.852.977.636.886 183.482.993.435 97.696.057.373 145.457.161.138 2.279.613.848.83
2
2015 2.738.899.424.558 537.221.184.663 135.324.221.73
1 623.758.429.146
4.035.203.260.09 9
Sumber: (Peneliti 2017)
Dapat dilihat dari Tabel 1, Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan jumlah
nominal yang diterima oleh Pemerintah Kota Surabaya, dengan share terbesar
disumbang oleh pajak daerah yaitu rata-rata 71,27 % dari total PAD, retribusi
daerah rata-rata 12.24 % dari total PAD, hasil laba BUMD rata-rata 4,20 % dari
total PAD dan pendapatan lain-lain yang sah yaitu rata-rata 12,29 % dari total
PAD.
Hasil Pengujian Simultan ( Uji F )
Berdasarkan hasil Uji F (Simultan) diketahui Fhitung sebesar 543,981 lebih
besar dari nilai Ftabel 5,41 (dengan tingkat kepercayaan α sebesar 0,05 derajat).
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Pajak Daerah (X1), Retribusi
Daerah (X2), dan Hasil laba BUMD (X3) secara simultan berpengaruh terhadap
variabel terikatnya yaitu Pendapatan Asli Daerah (Y). Hal ini menunjukkan bahwa
hipotesis pertama diterima yang menyatakan variabel Pajak Daerah, Retribusi
Daerah, dan Hasil laba BUMD secara bersama-sama berpengaruh signifikan
862 Hasil Pengujian Parsial ( Uji t )
Berdasarkan hasil uji t pada Tabel 9, maka dapat disimpulkan pengaruh
variabel Pajak Daerh dan Retribusi Daerah, dan Hasil laba BUMD terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada Kota Surabaya periode 2007-2015, sebagai berikut :
a. Pengaruh Pajak Daerah (X1) Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y)
Pada hasil perhitungan SPSS, dapat dilihat bahwa nilai thitung sebesar 5,076 lebih
besar dari ttabel 2,571 (dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05 (maka nilai α
adalah 0,025) dan df (n=9, k=4, df=n-k=5) maka nilai ttabel nya adalah 2,571).
Pada hasil perhitungan SPSS, dapat diketahui bahwa nilai signifikan sebesar
0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka terdapat pengaruh
secara parsial variabel penerimaan pajak (X1) terhadap PAD Surabaya (Y).
Dengan demikian Hipotesis yang menyatakan penerimaan pajak daerah
mempunyai pengaruh secara parsial terhadap PAD Surabaya dapat diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yang menyatakan
Pajak Daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Penerimaan Pajak
Daerah pada Kota Surabaya periode 2007-2015. Hasil ini mengindikasikan
bahwa penerimaan pajak daerah yang tinggi akan mampu meningkatkan
penerimaan pajak daerah Kota Surabaya.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Paber Antonius Sinaga
(2010) yang menyatakan bahwa penerimaan pajak daerah mempunyai pengaruh
positif terhadap pendapatan asli daerah.
b. Pengaruh Retribusi Daerah (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y)
Berdasarkan tabel 4.9 Nilai thitung X2 = 4,917 lebih besar dari ttabel = 2,571
dengan nilai sig. sebesar 0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima maka
ada pengaruh secara parsial variabel Restribusi Daerah (X2) terhadap variabel
Pendapatan Asli Daerah Surabaya (Y). Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan restribusi daerah mempunyai pengaruh secara parsial terhadap PAD
Surabaya dapat diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima yang menyatakan
variabel Restribusi Daerah berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
863
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Apriliasari (2016) yang
menyatakan bahwa penerimaan retribusi daerah mempunyai pengaruh positif
terhadap pendapatan asli daerah. Bahwa peningkatan atau penurunan retribusi
daerah mengakibatkan peningkatan atau penurunan terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kota Surabaya.
c. Pengaruh Hasil Laba BUMD (X3) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y)
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.9, bahwa variabel Hasil Laba BUMD
(X3) diketahui nilai thitung X3 = 0,993 lebih kecil dari ttabel = 2,571 dengan nilai
sig. sebesar 0,366 > 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak maka tidak ada
pengaruh secara parsial variabel hasil laba BUMD (X3) terhadap variabel PAD
Surabaya (Y). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua tidak dapat diterima
karena variabel Hasil Laba BUMD (X3) tidak berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap Pendapatan Asli Daerah Surabaya pada Kota Surabaya periode
2007-2015. Keadaan tidak signifikan ini disebabkan oleh penerimaan Hasil Laba
BUMD yang lebih kecil dibandingkan dengan penerimaan yang lain sehingga
menjadikan variabel (X3) tidak berpengaruh parsial terhadap (Y).
Hasil Pengujian Variabel Dominan (Uji Standardized Coefficients Beta)
Berdasarkan uji koefesien beta standardized pada tabel 4.10, dapat
disimpulkan bahwa dari masing-masing variabel bebas Pajak Daerah (X1),
Retribusi Daaerah (X2), dan Hasil laba BUMD (X3) yang menjadi variabel paling
dominan terhadap variabel terikat Pendapatan Asli Daerah (Y) adalah Pajak Daerah
dengan nilai (β) sebesar 0,719, ini menunjukkan bahwa penerimaan Pajak Daerah
cenderung meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dari persamaan regresi linear berganda
mengenai pengaruh variabel bebas Pajak Daerah (X1), Retribusi Daerah (X2), dan
Hasil Laba BUMD (X3) terhadap variabel Pendapatan Asli Daerah (Y). Dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan hasil Uji F (Simultan) diketahui Fhitung lebih besar dari Ftabel dengan
864
penelitian ini, variabel bebas berpengaruh dan signifikan terhadap variabel
terikat, dari hasil uji F (Simultan) dapat diketahui bahwa peningkatan atau
penurunan PAD Kota Surabaya tergantung dari peningkatan atau penurunan
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Laba BUMD yang diterima oleh
Pemerintah Kota Surabaya.
2. Berdasarkan hasil pengujian secara parsial (uji t), bahwa untuk variabel Pajak
Daerah (X1) bahwa nilai thitung lebih besar dari ttabel dan H0 ditolak dan H1
diterima maka terdapat pengaruh secara parsial pada variabel penerimaan pajak
daerah terhadap PAD Surabaya. Variabel retribusi daerah (X2) diketahui nilai
thitung lebih besar dari ttabel, H0 ditolak dan H1 diterima maka ada pengaruh secara
parsial variabel Restribusi Daerah (X2) terhadap variabel Pendapatan Asli
Daerah Surabaya (Y) dan Hasil Laba BUMD (X3) diketahui nilai thitung lebih
kecil dari ttabel dengan nilai sig, H0 diterima dan H1 ditolak maka tidak ada
pengaruh secara parsial variabel hasil laba BUMD (X3) terhadap variabel PAD
Surabaya (Y).
3. Berdasarkan uji koefesien beta standardized dapat disimpulkan bahwa dari
masing-masing variabel bebas Pajak Daerah (X1), Retribusi Daaerah (X2), dan
Hasil laba BUMD (X3) yang menjadi variabel paling dominan terhadap variabel
terikat Pendapatan Asli Daerah (Y) adalah Pajak Daerah dengan nilai (β) sebesar
0,719, ini menunjukkan bahwa semakin besar penerimaan Pajak Daerah maka
akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
SARAN
Melihat hasil-hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan beberapa
implikasi atau saran sebagai berikut :
1. Pemerintah Kota Surabaya perlu meningkatkan kontribusi sektor Pajak Daerah
agar sektor tersebut terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih
besar terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di Kota Surabaya.
2. Melihat dari hasil analisis Retribusi Daerah yang positif terhadap penerimaan
Pendapatan Asli Derah Kota Surabaya, hendaknya pemerintah Kota Surabaya
865
khusus tentang penerimaan yang berasal dari retribusi daerah, mengingat kota
Surabaya merupakan kota yang memiliki sumber retrubusi yang cukup banyak.
3. Melihat dari hasil analisis hasil laba badan usaha milik daerah yang tidak
signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) Kota Surabaya,
maka hendaknya pemerintah Kota Surabaya secara khusus dapat meningkatkan
kinerja pasar dan PDAM yang ada di kota Surabaya itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Aziz. 2015. Perpajakan di Indonesia, Edisi pertama. PT. Raja Grafido Persada, Jakarta.
Kurniawan, P., & Purwanto, A. (2004). Pajak daerah dan retribusi daerah di Indonesia. Bayumedia Publikasi.
Mardisamo. 2001. Perpajakan, Edisi revisi. Andi, Yogyakarta.
Marihot, Siahaan. 2013. Pajak daerah dan retribusi daerah, Edisi revisi. PT. Grafido Persada, Jakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Kota Surabaya Nomor 15 Tahun 2015 tentang cara pembayaran dan penyetoran pajak daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.
Soemarso, S. R. 2004. Revisi akuntansi suatu penghantar, Edisi 5, Buku 1. Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-17. Alfabeta, Bandung.
Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomer 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
866
Undang-Undang Nomer 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.