• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPONEN KOMPONEN YANG MEMBENTUK SISTEM (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KOMPONEN KOMPONEN YANG MEMBENTUK SISTEM (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPONEN-KOMPONEN YANG MEMBENTUK SISTEM KURIKULUM

Aghni Aulia Azis (1505675), Anysa Dewi (1504516), Nita Tresnasari (1505095), Octaviani Lanberta (1501002), Putri Maulida Hutami (1504377).

Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Putrimaulidahutami@student.upi.edu

Drs. H. Dadang Sukirman, M.Pd dan Ence Surahman, S.Pd., M.Pd

A. Pendahuluan

Sistem didefinisikan sebagai suatu tatanan dimana terjadi suatu kesatuan usaha dari berbagai unsur yang saling berkaitan secara teratur menuju pencapaian tujuan dalam suatu batas tertentu. Menurut Jogiyanto (dalam Dwiky, Muhammad. 2012. Hlm 1) sistem adalah jaringan kerja prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama sama untuk melakukan kegiatan atau sasaran. Jadi sistem berfungsi untuk satu maksud dan tujuan menggunakan komponen-komponennya dan bekerja saling berhubungan.

(2)

Makalah ini dibuat agar penulis lebih paham tentang hubungan komponen kurikulum dan turut mengajak pembaca untuk ikut serta memikirkan bagaimana dan apa saja komponen komponen kurikulum. Serta penulis berharap pembaca dan penulis mengetahui komponen-komponen kurikulum dimana didalam melaksanakan pendidikan itu terdpat tujuan yang jelas dan materi yang relevan serta memiliki strategi yang mendukung dan evaluasi yang jelas. Hal diatas bertujuan agar dalam pelaksanaannya dapat terarah.

B. Pembahasan

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai komponen-komponen. Seperti halnya dalam sistem manapun, kurikulum harus mempunyai komponen lengkap dan fungsional baru bisa dikatakan baik. Sebaliknya kurikulum tidak dikatakan baik apabila didalamnya terdapat komponen yang tidak lengkap sekarang dipandang kurikulum yang tidak sempurna.

(3)

Gambar B.1 Komponen-komponen kurikulum

Dari bagan diatas, dapat diketahui bahwa komponen-komponen yang membentuk sistem kurikulum terdiri dari empat komponen, yaitu : komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Untuk menjadi suatu sistem yang utuh semua komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Jika salah satu komponen terganggu maka komponen lainpun tidak akan berjalan sebagaimana seharusnya dan akan terganggu juga.

1. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berkaitan dengan arah atau sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Setiap perencanaan kurikulum perlu adanya penetapan dalam mengarahkan pendidikan yang harus dituju, peng-identifikasi-an materi pelajarpeng-identifikasi-an dpeng-identifikasi-an kegiatpeng-identifikasi-an belajar bagi pencapaipeng-identifikasi-an tujupeng-identifikasi-an. Dalam kurikulum atau pengajaran ,tujuan ini memegang peranan penting yang akan mengarahkan semua kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum lainnya. Tujuan kurikulum dirumuskan berdasarkan dua hal. Pertama, perkembangan tuntutan, kebutuhan, dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis,terutama falsafah negara.

KOMPONEN -

KOMPONEN DALAM

KURIKULUM

TUJUAN

Isi

(4)

Tujuan Umum Pendidikan merupakan arah umum pendidikan (nasional) yang merefleksikan pernyataan tentang bentuk kehidupan yang berakar pada nilai filsafat hidup bangsa (Broudy, 1961). Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Artinya, setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun nonformal.

(5)

Kita mengenal beberapa kategori tujuan pendidikan, yaitu tujuan umum dan khusus, jangka panjang, menengah, dan jangka pendek. Tujuan umum menyangkut hasil proses umum pendidikan seperti berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang mantap dan mandiri. Perumusan tujuan umum lebih bersifat abstrak, pencapaiannya memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar diukur. Sedangkan tujuan khusus dijabarkan dari sasaran-sasaran pendidikan yang bersifat umum yang biasanya abstrak dan luas, menjadi sasaran –sasaran yang lebih konkret, sempit, dan terbatas.

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai lembaga pendidikan (sekolah). Tujuan Institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan. Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh program studi atau mata pelajaran. Tujuan Kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan Instruksional atau saat ini sering disebut dengan tujuan pembelajaran merupakan bagian dari tujuan kurikuler yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

Kaitannya yaitu tujuan umum dijabarkan menjadi tujuan institusional yang mengacu pada tujuan institusi (sekolah). Tujuan institusional dijabarkan menjadi tujuan bidang studi tertentu yaitu tujuan kurikuler. Tujuan kurikuler dijabarkan secara lebih spesifik lagi yang dikenal dengan sebutan tujuan instruksional.

(6)

a. Domain Kognitif

Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain ini terdiri dari enam tingkatan,yaitu:

 Pengetahuan (Knowledge)

Adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya.

 Pemahaman (Comprehension)

Adalah kemampuan untuk memahami suatu objek atau subjek pembelajaran.

 Penerapan (Aplication)

Adalah kemampuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang sudah dipelajarinya seperti teori.

 Analisis

Adalah kemampuan menguraikan atau memecah suatu bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta hubungan antar bagian bahan itu. Analisis merupakan tujuan pembelajaran yang kompleks.  Sintesis

Adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema, rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia.

 Evaluasi

Adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

b. Domain Afektif

Domain Afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain kognitif. Domain afektif memiliki lima tingkatan, yaitu :

 Penerimaan

(7)

 Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukan oleh kemampuan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi, dan lainnya.

 Menghargai

Menghargai ini bertujuan dengan kemauan u ntuk memberi penilaian atau kepercaian kepada gejala atau suatu objek tertentu.

 Mengoorganisasi

Tujuan yang berhubungan dengan organisasi ini berkenaan dengan pengenbangan nilali kedalam sistem organisasi tertentu, termsuk hubungan antar nilai dan tingkat prioritas dan nilai-nilai itu.

 Karakterisasi nilai

Tujuan ini adalalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai dengan pengkajian secara mendalam.

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skil seseorang. Ada tujuh tingkatan, yaitu:

 Persepsi (perception)

Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang sesuatu yang dipermasalahkan.

 Kesiapan (set)

Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan perilakku-perilaku khusus.

 Meniru (imitation)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikangerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

 Membiasakan (habitual)

Membiasakan adalah kemampuan seseorang untuk mempraktikan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.

 Menyesuaikan (adaptation)

Kemampuan adaptasi adalah susatu kemampuan beradaptasi gerakan atau kemampuan yang sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada.

 Menciptakan (organization)

(8)

2. Komponen Isi/Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus di miliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yg diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Berdasarkan hal tersebut bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama.

Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

(9)

Berkenaan dengan penentuan materi pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pendidik memiliki wewenang penuh untuk menentukan materi pembelajaran, sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang hendak dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Dalam prakteknya untuk menentukan materi pembelajaran perlu memperhatikan hal-hal berikut :

a. Sahih (valid); dalam arti materi yang dituangkan dalam pembelajaran benar-benar telah teruji kebenar-benaran dan kesahihannya. Di samping itu, juga materi yang diberikan merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman, dan memberikan kontribusi untuk pemahaman ke depan.

b. Tingkat kepentingan; materi yang dipilih benar-benar diperlukan peserta didik. Mengapa dan sejauh mana materi tersebut penting untuk dipelajari.

c. Kebermaknaan; materi yang dipilih dapat memberikan manfaat akademis maupun non akademis. Manfaat akademis yaitu memberikan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang akan dikembangkan lebih lanjut pada jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan manfaat non akademis dapat mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

d. Layak dipelajari; materi memungkinkan untuk dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya (tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit) maupun aspek kelayakannya terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.

e. Menarik minat; materi yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi peserta didik untuk mempelajari lebih lanjut, menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga memunculkan dorongan untuk mengembangkan sendiri kemampuan mereka.

(10)

Komponen metode dan strategi merupakan komponen yang memiliki peran yang penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Karena bagus dan idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi meluputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang durencanakan untuk mecapai tujuan tertentu. Menurut T.Rakajoni (dalam Ruhimat, Toto, dkk. 2013. hlm. 53) mengartikan bahwa strategi pembelajaran adalah pola dan urusan umum perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari pernyataan diatas terdapat beberapa hal yang harus kita pehatikan. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan(rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Artinya dalam hal ini penyusunan strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.

Terdapat empat unsur strategi jika diterapkan dalam pembelajaran: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni

perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah prosedur, metode dan teknik pembelajaran,

4. Menetapkan norma norma dan batas minimum ukuran atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

(11)

ekspositori bisa dugunakaan metode ceramah sekaligus metode Tanya jawab atau diskusi dengan memanfaatkan sumber yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran. Oleh karena itu strategi dan metode adalah suatu hal yang berbeda. Jika strategi adalah a plan of operation achieving something, sedangkan metode adalah a way in achieving something.

Istilah lain yang sering disamakan dengan strategi adalah pendekatan. Namun pendekatan dan strategi adalah hal yang berbeda. Dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran (2013), pendekatan adalah suatu pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Menurut Rowntree (1974) (dalam Ruhimat, Toto. 2013. hlm. 53), strategi pembelajaran dapat dibagi atas empat yakni:

1. Exposition Learning, bahan ajar sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa tinggal menguasainya saja, oleh karena itu metode yang sering digunakan adalah metode ceramah. Strategi ini lebih berorientasi pada penguasaan isi pelajaran (content oriented).

2. Discovery learning, bahan ajar dalam bentuk yang sudah jadi, tapi siswa diharapkan dapat beraktivitas secara penuh dan mengumpulkan informasi, membandingkan dan menganalisis, oleh sebab itu metode yang sering digunakan adalah metode pemecahan masalah. Metode ini menuntut siswa untuk menggunakan potensi berfikirnya untuk memecahkan suatu persoalan. Strategi ini berorientasi pada proses belajar (process oriented)

(12)

4. Individual, pembelajaran ini didesign dengan memperhatikan kemampuan dasar, minat dan bakat dari siswa secara penuh . dalam strategi pembelajaran ini siswa dapat maju sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya masing-masing. Dalam strategi ini siswa yang cepat belajar akan menyelesaikan study nya dengan cepat, dan siswa yang lambat belajar akan lambat pula menyelesaikan study nya. Dengan demikian siswa yang lambat tidak akan merasa tergusur oleh siswa yang cepat.

Strategi dan metode berkaitan dnegan upaya yang harus dilakukan dalam pencapaian tujuan. Strategi yang dilakukan dapat berupa student centered ( berpusat pada sisiwa ) yakni strategi yang memberikan kesempatan pada peserta didik menyesuaikan kemampuannya dalam menerima pembelajaran. Dan Teacher centered ( berpusat pada guru ), yakni strategi yang terbilang ‘kaku’ karena siswa cenderung menjadi receiver daripada seorang transformer/ explorer. Strategi ini digunakan sangat tergantung kepada tujuan dari tiap tiap kurikulum.

4. Komponen Evaluasi

Menurut Olivia (dalam Ruhimat, Toto, dkk, M.Pd.2013:56) pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak akan pernah berakhir. Dan evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan kurikulum. Dengan adanya evaluasi dapat dinilai arti dari kurikulum, sehingga dapat dijadikan pertimbangan apakah kurikulum tersebut dapat dipertahankan atau tidak. Menurut Scriven (1967) ada dua fungsi kurikulum, yaitu: evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif.

Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan nontes.

a. Tes

(13)

kognitif. Hasil tes biaanya diolah secara kuantitatif. Tes sumatif biasanya dilaksanakan setelah satu caturwulan atau semester. Hal ini disebabkan karena hasil tes digunakan untuk mengukur atau menilai keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sebagai bahan untuk mengisi buku belajar (nilai rapor). Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar mengajar atau setelah berakhir satu pokok bahasan disebut tes formatif, karena fungsinya bukan utnukk melihat keberhasilan siswa, tetapi sebagai umpan balik untuk perbaikan proses belajar mengajar.

1. Kriteria Tes sebagai Alat Evaluasi

Tes harus memiliki dua kriteria, yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. Tes sebagai alat ukur dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur yang hendak diukur. Tes tidak dikatakan validitas jika seandainya yang hendak diukur kemahiran mengoperasikan sesuatu, tetapi yang digunakan adalah tes tertulis yang mengukur keterpahaman suatu konsep. Sedangkan tes dikatakan reliabilitas atau keandalan jika tes tersebut dapat menghasilkan informasi yang konsisten. Ada beberapa teknik untuk menentukan tingkat reabilitas tes. Pertama, dengan tes-retes, yaitu dengan mengorelasikan hasil testing yang pertama dengan hasil testing yang kedua. Kedua, dengan mengorelasikan hasil testing antara item ganjil dengan item genap (idd-even method). Ketiga, dengan memecah hasil testing menjadi dua bagian, kemudian keduanya dikorelasikan.

2. Jenis-jenis Tes

(14)

reliabilitas. Hal ini disebabkan karena, tes buatan guru hanya mencakup materi yang terbatas. Sedangkan tes standar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa sehingga berdasarkan kemampuan tes tersebut, tes standar dapat memprediksi keberhasilan belajar siswa pada masa yang akan datang. Tes ini biasanya digunakan untuk kepentingan seleksi. Sebagai tes yang berfungsi untuk mengukur kemampuan, maka suatu tes standar harus memiliki derajat validitas dan reliabilitas melalui serangkaian uji coba, serta memiliki tingkat kesulitan dan daya pembeda yang tinggi.Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakkan menjadi tes tertulis, lisan dan perbuatan. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah soal dengan cara tertulis. Contoh tes ini yaitu tes essai dan objektif. Tes essai adalah bentuk tes dengan cara siswa diminta untuk menjawab pertanyaan secara terbuka, yaitu menjelaskan atau menguraikan melalui kalimat yang disusunnya sendiri. Sedangkan tes objektif adalah bentuk tes yang mengharapkan siswa memilih jawaban yang sudah ditentukan. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan bahasa secara lisan. Tes lisan hanya mungkin dilakukan manakala jumlah siswa yang dievaluasi sedikit, serta menilai sesuatu yang tidak terlalu luas akan tetapi mendalam. Tes perbuatan adalah tes dalam bentuk peragaan. Tes ini cocok manakala kita ingin mengetahui kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu.

(15)

b. Nontes

Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakna untuk menilai aspek tingkah lalku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa nontes sebagai alat evaluasi, diantaranya :

1. Observasi, adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Ada dua jenis observasi, yaitu observasi partisipatif dan nonpartisipatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan dengna menempatkan observer sebagai bagian di mana observasi itu dilakukan. Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat.

2. Wawancara, adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Ada dua jenis wawancara, yaitu wawancara langsung dan wawancara tidak langsung. Dikatakan langsung manakala pewawancara melakukan komunikasi dengan subjek yang ingin dievaluasi. Sedangkan dikatakan tidak langsung, dilakukan manakala pewawancara ingin mengumpulkan data subjek melalui perantara.

Gambar 4.b.b.1

3. Studi kasus, dilaksanakan untuk mempelajari inidividu dalam periode tertentu secara terus-menerus.

(16)

C. Penutup

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Menurut Nasution komponen kurikulum ada 4 yaitu : Tujuan, Bahan Pelajaran, Proses, dan Penilaian.

Sebaiknya untuk para pebaca, khususnya bagi yang ingin menjadi seorang guru harus bisa lebih menelaah komponen-komponen kurikulum dalam sistem pembelajaran. Kurikulum merupakan sarana untuk tujuan pendidikan. Disarankan untuk semua orang yang berada di dunia pendidikan khususnya untuk para pendidik dapat memahami apa yang dimaksud dengan kurikulum dan komponen kurikulum tersebut. Selain itu harus dapat menggunakan dan melaksanakan sarana pendidikan untuk menghasilkan pembelajaran yang diharapkan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai. Dan juga agar pendidikan dan sistem pembelajarannya lebih terarah. Karena ddidalam komponen-komponen sistem kurikulum mecakup tujuan pendidikan, isi atau materi pendikdikan, strategi atau metode pendidikan, dan evalusi. Sehingga untuk kedepannya kurikulum dapat menjadi lebih baik dan dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada pada kurikulum sebelumnya.

Daftar Pustaka:

Ansyar, Mond. (1992). Pengembangan dan inovasi kurikulum. Milik Ngeara. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Caria, Maria Paola, dkk. (2013). Classroom characteristics and implementation of a substance use prevention curriculum in european countries. [Onlione]. Tersedia :

https:/academic,oup.com/eurpub/article/23/61088/436208/classroom-characteristics-and-implementation-of-a-substance-use-prevention-curriculum-in-european-countries.

Harsono. (2008). Student centered learning di perguruan tinggi. [online]. Tersedia :

http://luk.staff.ugm.ac.id/mmp/Harsono/SCLdiPT.pdf

(17)

Sudrajat, akhmad. (2008). komponen komponen kurikulum. [Online]. Tersedia:

kurikulum/

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2009). Pengembangan kurikulum, teori dan praktik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Ruhimat, Toto, dkk. (2013). Kurikulum dan pembelajaran. Depok: PT Rajagrafindo Persada.

(tanpa nama). (tanpa tahun). Pengertian pendekatan. [Online]. Tersedia :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195404021980112001 -IHAT_HATIMAH/Pengertian_Pendekatan,_strategi,_metode,_teknik,_taktik_dan.pdf

Triyono, M. Bruri. (2011). Student-Centered learning. [Online]. Tersedia :

Gambar

Gambar B.1 Komponen-komponen kurikulum
Gambar 4.a.1 Tes Tertulis
Gambar 4.b.b.1

Referensi

Dokumen terkait

4.7 ANALIZA IZBORNEGA MODELA UVAJANJA KOMPETENC V SELEKCIJSKE INTERVJUJE PODJETJA V podjetju je trenutna sistematizacija delovnih mest napisana in opredeljena brez ključnih

Budaya organisasi merupakan usaha untuk memperoleh rasa, perasaan, atmosfer, karakter atau citra dari sebuah organisasi, sehingga dapat dikatakan sebuah organisasi yang efektif

Selain itu peneliti juga bertindak sebagai humaninstrument yaitu manusia sebagai alat yang denganpengetahuannyamenjaring dan menglah data yang telah diperolehnya. Instrumen

total gula dan vitamin C “permen jelly carica” (Carica Pubescens L. )” ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan proporsi pektin dan gula terbaik dilihat dari faktor

Uji PCR-RFLP dengan menggunakan ketiga enzim restriksi tersebut menunjukkan bahwa spesies Anisakis yang ditemukan tersebut dari ikan tongkol Gambar 3. Elektroforesis Anisakis

Ankum dalam menanggulangi pelanggaran hukum disiplin dihadapi dengan hambatan yaitu dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam penyelesaian pelanggaran hukum disiplin Tidak

[r]

6) Rencana Umum Tata Ruang (RTUR) Untuk dapat mengetahui dan menentukan formulasi kebijakan SATPOL PP Kabupaten Tabanan, maka tanggapan dan peran serta warga